Anda di halaman 1dari 77

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT TIDAK

MENULAR (HIPERTENSI )

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

1. MAISUN SYA’BANI
2. MUHAMMAD ZAINUDDIN
3. NABTU FULAN HIDWALAFIFA
4. NININING ATMAWATI
5. NURUL AZMI
6. RAEHAN DIANA SOPIA
7. SITI RABIHATUN ADAWIYAH
8. USWATUN HASANAH
9. YAYAN GUSMAN
10. ZALZALI
11. ZULFI JIHAD

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES HAMZAR
TAHUN 2022
9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kcapai
menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan.Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang
dimiliki penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti,
tetapi masih dirasakan banyak kekurangan, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran yang membangun agar Makalah ini
bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman,
serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil
hikmah dari Judul ASKEP PADA KELUARGA DENGAN PENYAKIT TIDAK
MENULAR (HIPERTNSI )sebagai tambahan dalam menambah referensi yang
telahada.

Mamben, 18 juli 2022

penyusun
10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mencapai kebutuhannya manusia harus mampu mengatasi

berbagai tantangan hidup yang dapat menyebabkan meningkatnya stres,

perubahan pola makan dan pola hidup seseorang yang tidak teratur. Usaha

manusia mencegah masalah tersebut yang di dukung oleh latar belakang

pendidikan sosial ekonomi masyarakat yang masih rendah, memungkinkan

masyarakat tersebut mengkonsumsi makanan yang bersifat memenuhi

kebutuhan saja tidak melihat dari segi kualitas maupun kwantitas makanan,

bahkan mungkin saja makanan tersebut sudah terkontaminasi oleh kuman atau

bakteri. Demikian juga pengaruh kebiasaan minum-minuman yang

mengandung kadar alkohol tinggi dan merokok yang dianggap sebagai hal

yang biasa dan tidak pernah terpikirkan pengaruh negatif terhadap kesehatan

dirinya. Padahal kebiasaan ini dapat mempengaruhi munculnya berbagai

penyakit pada Cardiovaskuler seperti hipertensi (Mansjoer A, 2011).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg sampai lebih dari

140 mmHg atau aliran tekanan darah diastolik 90 mmHg sampai lebih dari 90

mmHg pada individu. Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu

penyebab spesifik, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara genetik,

lingkungan dan faktor lainnya. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala

sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama

dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Oleh karena itu, hipertensi

perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala.
11

Pendeteksian dini perlu dilakukan karenakerusakan organ terutama jantung,

ginjal dan otak berkaitan dengan derajat keparahan hipertensi salah satunya

penyakit jantung koroner yang sering terjadi pada hipertensi dan

memungkinkan menyebabkan tingginya angka kematian penyakit jantung

( Gray, 2010).

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup

berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor risiko utama

yang mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal

jantung, stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit

jantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebab kematian utama di dunia

(WHO, 2018 dikutip dalam Arum Y 2019).

Menurut Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan

hasil pengukuran pada penduduk usia ≥ 18 tahun sebesar (34,1%), tertinggi

dikalimantan selatan (44.1%), sedangkan terendah dipapua sebesar (22,2%).

Estimasi kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, Sedangkan

angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian

(Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan Riskesdas Provinsi NTB 2018, prevalensi hipertensi

berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥ 18 tahun diketahui

Lombok Timur sebesar 34,1%, Lombok Tengah sebesar 29 %, Lombok Barat

sebesar 25 %, Lombok Utara sebesar 28 % dan Sumbawa sebesar 20 %

(Kemenkes Ri, 2018).

Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8%

terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak


12

minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi

sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Alasan penderita hipertensi tidak

minum obat antara lain karena penderita hipertensi merasa sehat (59,8%),

kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%),

menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli

obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak

tersedia di Fasyankes (2%) (Kemenkes Ri, 2018).

Dari data tersebut dapat disimpulkan terjadi kenaikan penderita

hipertensi setiap tahunnya dan merupakan sebuah bahaya untuk semua orang

yang harus segera diatasi. Kerusakan organ target akibat komplikasi Hipertensi

akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya

kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak di obati.

Mencegah timbulnya penyakit hipertensi yaitu dengan menghindari

faktor penyebab seperti, mengurangi konsumsi garam dalam diet sehari-hari,

maksimal 2 gram garam dapur, menghindari kegemukan (obesitas), membatasi

konsumsi garam, berolahraga teratur dapat menyerap dan menghilangkan

endapan kolesterol pada pembuluh nadi, makan buah-buahan dan sayuran segar

amat bermanfaat, tidak merokok dan tidak minum alkohol karena diketahui

rokok dan alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, latihan relaksasi atau

meditasi berguna untuk mengurangi stres atau ketegangan jiwa, merangkai

hidup yang positif, memberi kesempatan tubuh untuk istirahat dan bersantai

dari pekerjaan sehari-hari yang menjadi beban jika tidak terselesaikan,

membagi tugas yang kita tidak bisa selesaikan dengan sendiri dapat
13

mengurangi beban kita, menghilangkan perasaan iri atau dengki juga

mengurangi ketegangan jiwa sehingga hati kita menjadi tentram

(Ridwan, 2009).

B. Rumusan Masalah

Uraian tersebut diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai

berikut : “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan

hipertensi “

C. TujuanPenulis

mampu melaksanakan Asuhan keperawatan keluarga dengan

penderita Hipertensi dengan menggunakan metode proses keperawatan

keluarga.
14

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat

dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiawati,2008).

Menurut Helvie 1981, Keluarga Adalah sekelompok manusia yang

tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan

hubungan yang erat (Setiadi.2008).

Menurut Friedman 1998 yang di kutip dari (Suprajitno.2004),

Keluarga Adalah Kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-

masing yang bagian dari keluarga.

2. Tipe Keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan

orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan

menjadi 2 menurut Suprajitno (2004) yaitu :

a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah,

ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau

keduanya.
15

b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga ini bertambah

Anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (Kakek-

nenek, paman- Bibi).

3. Struktur Keluarga

Menurut Setiadi (2008) Struktur Keluarga menggambarkan

bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur

keluarga terdiri dari bermacam-macam diantaranya adalah :

a. Patrineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur

garis ayah.

b. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur

garis ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.
16

e. Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga

karena adanyan hubungan dengan suami atau istri.

4. Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Sudiharto (2007), perawat keluarga perlu mengetahui tentang

tahapan dan tugas perkembangan keluarga untuk memberikan pedoman

dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan

keluarga serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk kemajuan

dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tahap perkembangan keluarga tersebut

sebagai berikut:

a. Keluarga pemula atau pasangan baru (Berganning Family)

Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina

hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun

perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan dengan orang

lain dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,

merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.

b. Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30

bulan/child bearing)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk

keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan

keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek

dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing

pasangan.
17

c. Keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegritaskan

anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang

lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar

keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan

kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama dan memenuhi

kebutuhan bermain anak.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun).

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke IV yaitu

mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan

mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan

hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan

kesehatan fisik sebagai anggota keluarga, membiasakan belajar teratur

dan memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.

e. Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke V yaitu

menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan

perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-

anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan

tanggung jawab, mempertahankan komunikasi dua arah.

f. Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak

pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)


18

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VI memperluas

siklus keluarga dengan memasukkan anggota kelurga baru yang didapat

melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui

hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-

sakitan dari suami maupun istri, membantu anak mandiri,

mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga dengan

menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah

ditinggalkan anak.

g. Keluarga orang tua usia pertengahan (Middle Age Family)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VII yaitu

menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,

mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para

orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga

keintiman, merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan

kesehatan masing-masing pasangan dan tetap menjaga komunikasi

dengan anak-anak.

h. Keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VIII yaitu

mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan

terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan

perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan,

mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk

memahami ekstensi mereka, saling memberi perhatian yang

menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi

waktu tua seperti berolahraga, berkebun dan mengasuh cucu.


19

5. Fungsi Keluarga

Menurut Setiadi (2008) ada beberapa fungsi yang dijalankan keluarga

sebagai berikut :

a. Fungsi Afektif

Menurut Friedman (1998) yang dikutip dari Setiadi (2008), fungsi

Afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segalanya

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang

lain.

b. Fungsi Biologis

Adalah Untuk meneruskan keturunan, Memelihara dan

membesarkan anak, Memenuhi kebutuhan gizi keluarga, Memelihara

dan merawat anggota keluarga.

c. Fungsi Psikologis

Memberikan kasih sayang dan rasa aman, Memberikan

perhatian diantara anggota keluarga, Membina pendewasaan

kepribadian anggota keluarga, Memberikan identitas keluarga.

d. Fungsi Sosialisasi

Fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga.

Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu

untuk belajar.

e. Fungsi Ekonomi

Adalah Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga, Pengaturan pengunaan penghasilan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, Menabung Untuk memenuhi


20

kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang misalnya

pendidikan anak-anak jaminan hari tua dan sebagainya.

f. Fungsi Pendidikan

Adalah Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan

minat yang dimilikinya, Mempersiapkan Anak untuk kehidupan dewasa

yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa,

Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

g. Keluarga Sebagai Sistem

Pengertian sistem yang paling umum adalah kumpulan beberapa

bagian fungsional yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan

yang lain dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

6. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan menurut Suprajitno

(2004) meliputi anatara lain:

a. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga.

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan

karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana

keluarga habis. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota

keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga.

Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan


21

terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar

perubahannya.

b. Memutuskan Tindakan Kesehatan Yang Tepat Bagi Keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan yang tepat agar masalah

kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

c. Merawat Keluarga Yang Mengalami Gangguan Kesehatan

Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan

benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh

keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau

perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

d. Memodifikasi Lingkungan Keluarga Untuk Menjamin Kesehatan

Keluarga.

1) Pengetahuan keluarga tentang sumberyang dimiliki disekitar

lingkungan rumah.

2) Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan

manfaatnya.

3) Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan

rumah yang menunjang kesehatan.

e. Memanfaatkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Di Sekitranya Bagi

Keluarga.
22

Menurut (Effendy, 2008), pada keluarga tertentu bila ada anggota

keluarga yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke mantri atau

dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam memanfaatkan

sarana kesehatan perlu dikaji tentang :

1) Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat

dijangkau keluarga

2) Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan

3) Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada

4) Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga

7. Peran Perawatan Keluarga

Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, peran perawat keluarga

perlu memerhatikan prinsip-prinsip berikut (Sudiharto, 2007) :

a. Sebagai pendidik

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada

keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.

b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang

komprehensif. Pelayanana keperawatan yang bersinambungan

diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit

pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakiat )

c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan

Pelayana keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak

pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah

kesehatan. Dengan demikian anggota keluarga yang sakit dapat


23

menjadi entry point bagi perawat untuk memberikan asuhan

keperawatan keluarga secara komprehensif.

d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan

Perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga

melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga

beresiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat

direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak.

e. Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak

keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui

harapan serta modifikasi sistem pada perawat yang diberikan untuk

memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.

f. Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga,dan

masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan

yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan

jalan keluar dalam mengatasi masalah.

g. Sebagai peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami maslah-

maslah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.Masalah

kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut

siklus atau budaya yang dipraktikan keluarga.Misalnya, diare pada

balita terjadi karena budaya menjaga kebersihan makana dan minuman

kurang diperhatikan.Peran sebagi peneliti difokuskan kepada


24

kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, menanggulangi

dan melakukan promosi kepada anggota keluarganya.

8. Keluarga Sebagai Sistem

Pengertian sistem yang paling umum adalah kumpulan beberapa bagian

fungsional yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain

dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Konsep Dasar Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi

gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak,

penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan

hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme

pengatur tekanan darah. Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan

diastoliknya antara 95-104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan

diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan

tekanan diastolic karena di anggap lebih serius dari peningkatan sistolik

(Darmojo, 2009).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg sampai lebih dari

140 mmHg atau aliran tekanan darah diastolik 90 mmHg sampai lebih dari 90

mmHg pada individu. Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan

satu penyebab spesifik, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara

genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Hipertensi seringkali tidak

menimbulkan gejala sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi

dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya.


25

Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan

tekanan darah secara berkala. Pendeteksian dini perlu dilakukan karena

kerusakan organ terutama jantung, ginjal dan otak berkaitan dengan derajat

keparahan hipertensisalah satunya penyakit jantung koroner yang sering

terjadi pada hipertensi dan memungkinkan menyebabkan tingginya angka

kematian penyakit jantung ( Gray, 2010).

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan

hipertensiadalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan

tekanandarah diastolik ≥90 mmHg.

2. AnatomiFisiolog KardiovaskularDan Peredaran Darah

Gambar 2.1 Anatomi Jantung(Kamilla Rufaida, 2014)


26

a. Anatomi Jantung dan Pembuluh Darah

Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular. berotot dan

beronga, bentuk menyerupai piramid atau jantung pisang yang merupakan

pusat sirkulasi darah ke seluruh tubuh, terletak dalam rongga thraks pada

bagian mediastinum. Ujung jantung mengarah ke bawah, ke depan bagian

kiri. Basis jantung mengarah ke atas, batang nadi paru, pembuluh balik atas

dan bawah dan pembukuh balik paru (Syarifudin,2011).

Jantungterdiriatastigalapisan,yaituepikardium, miokardium, dan

endokardium.

Epikardiummerupakan lapisan terluar , memiliki struktur yang sama

dengan perikardium viseral.

Miokardium, merupakan lapisan tegah yang terdiri atas otot yang

berperan dalam menentukan kontraksi.

Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan

endotel yang melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katup jantung.

1) Katup Jantung

Katup jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah

searah melalui bilik jantung.Ada dua jenis katup, yaitu katup

atrioventrikuler dan katup semilunar.

a) Katup atrioventrikuler, memisahkan antara atrium dan ventrikel.

Katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing

atrium ke ventrikel saat diastole ventrikel dan mencegah aliran

balik ke atrium saat sistole ventrikel. Katup atrioventrikuler ada


27

dua, yaitu katup trikuspidalis dan katup bikuspidalis. Katup

trikuspidalis memiliki dua buah daun katup yang terletak antara

atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup bikuspidalis atau katup

mitral memiliki dua buah daun katup dan terletak antara atrium

kiri dan ventrikel kiri.

b) Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta

dari ventrikel. Katup semilunar yang membatasi ventrikel kanan

dan arteri pulmonalis disebut katup semilunar pulmonal. Katup

yang membatasi ventrikel kiri dan aorta disebut katup

semilunaraorta. Adanya katup ini memungkinkan darah mengalir

dari masing-masing ventrikel ke arteripulmonalis atau aorta

selama sistoleventrikel dan mencegah aliran balik ke ventrikel

sewaktu diastoleventrikel.

Katup tersebut membuka dan menutup secara pasif,

menanggapiperubahan tekanan dan volume dalam bilik jantung

dan pembuluh darah.Septumatrial adalah bagian yang

memisahkan antara atrium kiri dan kanan sedangkan

septumventrikel adalah bagian yang memisahkan ventrikel kiri dan

kanan.Dalam keadaan normal tidak terjadi percampuran darah

antara kedua atrium, kecuali pada masa janin, dan tidak terjadi

percampuran darah antara kedua ventrikel pada jantung

sehat.Semua ruang dikelilingi oleh jaringan ikat.

2) Ruangan Jantung

Jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri,

ventrikel kiri dan ventrikel kanan.Atrium terletak diatas ventrikel dan


28

saling berdampingan.Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu

arah .Antara rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.

a) Atrium Kanan

(1) Memiliki dinding yang tipis

(2) Atrium kanan berpungsi sebagai penampungan darah yang

rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir

melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta sinus

koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Dari atrium kanan

kemudian darah dipompa ke ventrikel kanan.

(3) Antara vena kava dan atrium jantung dipisahkan oleh lipatan

katup atau pipa otot yang rudimeter. Oleh sebab itu, bila

terjadi peningkatan tekanan atrium kanan akibat bendungan

darah dibagian kanan jantung akan dibalikkan kembali kedalam

vena sirkulasi sistemik.80% aliran balik vena kedalam atrium

kanan mengalir secara pasif kedalam ventrikel kanan melalui

katup trikuspidalis.20% mengisi ventrikel dengan kontraksi

atrium. Pengisian ventrikel secara aktif ini dinamakan

atrialkick. Hilangnya atrialkickpada disritmia dapat mengurangi

pengisian ventrikel sehingga mengurangi curah ventrikel.

b) Ventrikel Kanan

(1) Berbentuk bulan sabit yang unik.

(2) Berguna dalam menghasilkan kontraksi bertekanan rendah

yang cukup untuk mengalirkan darah kedalam arteri

pulmonalis.
29

(3) Tebal dinding ventrikel kanan hanya 1/3 dari tebal dinding

ventrikel kiri karena beban kerja ventrikel kanan lebih ringan

daripada ventrikel kiri.

(4) Saat ventrikel kanan berkontraksi, katup trikuspidalis

menutup, dan darah dipompa ke paru melalui

arteripulmonalis. Pada pertemuan arteri besar dan ventrikel

kanan, terdapat katup semilunarispulmonalis. Ketiga daunnya

didorong dan membuka saat ventrikel kanan berkontraksi

dan memompa darah ke arteripulmonalis. Ketika ventrikel

kanan relaksasi, darah kembali mengisi daun katup dan

menutup katup semilunarispulmonalis untuk mencegah aliran

balik darah ke ventrikel kanan.

(5) Sirkulasi pulmonal merupakan sistem aliran darah

bertekanan rendah, dengan resistensi jauh lebih kecil

terhadap aliran darah dari ventrikel kanan, dibandingkan

tekanan tinggi sirkulasi sistemik terhadap aliran darah dari

ventrikel kiri.

c) Atrium Kiri

(1) Atrium kiri menerima darah yang sudah teroksigenasi dari

paru melalui keempat vena pulmonalis. Darah ini kemudian

mengalir ke ventrikel kiri melalui katup mitralis. Katup

mitralis mencegah aliran balik darah ventrikelkiri ke atrium

kiri saat atrium kiri berkontraksi.

(2) Antara vena pulmonalis dan atrium kiri tak ada katup sejati,

karena itu perubahan tekanan dari atrium kiri mudah sekali


30

membalik retrograd kedalam pembuluh paru. Peningkatan

tekanan atrium kiri yang akut akan menyebabkan bendungan

paru.

(3) Atrium kiri berdinding tipis dan bertekanan rendah.

d) Ventrikel Kiri

(1) Memiliki dinding yang lebih tebal daripada dinding ventrikel

kanan, sehingga ventrikel kiri berkontraksi lebih kuat.

(2) Ventrikel kiri memompa darah ke seluruh tubuh melalui

aorta, arteri terbesar tubuh. Pada pertemuan aorta dan

ventrikel kiri terdapat katup semilunarisaorta. Katup ini

membuka karena kontraksi ventrikel kiri, yang juga menutup

katup mitralis. Katup semilunarisaorta menutup saat

ventrikel kiri relaksasi, untuk mencegah aliran balik darah

aorta ke ventrikel kiri. Ketika katup atrioventrikularis

menutup, katup ini mencegah aliran balik darah ke atrium

kiri.

(3) Ventrikel kiri yang harus harus menghasilkan tekanan yang

cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemik dan

mempertahankan aliran darah ke jaringan perifer.

(4) Ventrikel kiri mempunyai otot tebal dan bentuknya

menyerupai lingkaran, mempermudah pembentukan tekanan

yang tinggi selama ventrikel berkontraksi. Bahkan sekat

pembatas kedua ventrikel (septum interventrikularis) juga

membantu memperkuat tahanan yang ditimbulkan oleh

seluruh ventrikel pada kontraksi.


31

(5) Pada kontraksi, tekanan ventrikel kiri meningkat sekitar 5x

lebih tinggi daripada tekanan ventrikel kanan, bila ada

hubungan abnormal antara kedua ventrikel maka darah akan

mengalir dari kiri ke kanan melalui robekan tersebut

akibatnya jumlah aliran darah dari ventrikel kiri melalui katup

aorta kedalam aorta kan berkurang.

3) Pembuluh Darah

Pembuluh darah merupakan jalan bagi darah yang mengalir dari

jantung menuju ke jaringan tubuh, atau sebaliknya.

a) Arteri

Dinding aorta dan arteri besar mengandung banyak jaringan

elastis dan sebagian otot polos.Ventrikel kiri memopa darah

masuk ke dalam aorta dengan tekanan tinggi. Dorongan darah

secara mendadak ini meregangkan dinding arteri yang elastis

tersebut, selama ventrikel beristirahat maka kembalinya dinding

yang elastis tersebut pada keadaan semula, akan memompa

darah kedepan, keseluruh sistem sirkulasi. Di daerah perifer,

cabang sistem arteri membagi darah kedalam pembuluh yang

lebih kecil.

Jaringan arterial terisi sekitar 15% dari volume total

darah.Oleh sebab itu, sistem arteri dianggap sebagai sirkuit yang

memiliki volume yang rendah tetapi tekanan tinggi.Karena sifat isi

dan tekanan ini maka cabang arterial disebut sirkuit resistensi.


32

b) Arteriola

Dinding arteriola terutama terdiri atas otot polos dengan

sedikit serabut elastis.Dinding berotot ini sangat peka dan dapat

berdilatasi atau berkontraksi untuk mengatur aliran darah ke

jaringan kapiler.Sebagai akibat dari kemampuan otot pembuluh

darah untuk mengubah diameter dengan cukup bermakna, maka

arteriola menjadi tempat resistensi utama aliran darah dari

seluruh percabangan arteri. Akibatnya tekanan pada kapiler akan

turun mendadak dan aliran berubah dari berdenyut menjadi aliran

yang tenang sehingga memudahkan pertukaran nutrien pada

tingkat kapiler. Pada persambungan antara arteriola dan kapiler

terdapat sfingterprekapiler.

c) Kapiler

Dinding pembuluh darah kapiler sangat tipis terdiri atas satu lapis

sel endotel.Melalui membran yang tipis dan semipermeabel,

nutrisi dan metaolit berdifusi dari daerah dengan konsentrasi

tinggi menuju kedaerah dengan konsentrasi rendah. Dengan

demikian, O2 dan nutrisi akan meninggalkan pembuluh darah dan

masuk keruang interstisial dan sel. CO 2dan metabolit berdifusi

kearah yang berlawanan.

d) Venula

Venula berfungsi sebagai saluran pengumpul dengan dinding

otot yang relatif lemah namun peka.Pada pertemuan antara

kapiler dan venula terdapat sfingter postkapiler.


33

e) Vena

Vena merupakan saluran berdinding relatif tipis dan berfungsi

menyalurkan darah dari jaringan kapiler melalui sistem vena,

masuk ke atrium kanan.Pembuluh vena dapat menampung darah

dalam jumlah yang cukup banyak dengan tekanan yang relatif

rendah.Karena sifat aliran vena yang bertekanan rendah-

bervolume tinggi, maka sistem vena disebut sistem kapitas.Sekitar

65% dari volume darah terdapat dalam sistem vena, tetapi

kapasitas jaringan vena dapat diubah.Venokonstriksi dapat

menurunkan kapasitas jaringan vena, memaksa darah bergerak

maju menuju jantung sehingga memperbesar aliran balik vena.

Aliran darah dari kapiler ke jantung dipengaruhi oleh dua

faktor, yaitu tekanan vena oleh otot rangka dan perubahan

tekanan rongga dada dan perut selama pernafasan.Sistem vena

berahir pada vena kava superior dan `vena kava inferior.

b. Fisiologi

Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskuler adalah suatu

sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini

juga menolong stabilitas suhu dan pH tubuh (bagian dari homeostasis).

Ada dua jenis sistem peredaran darah,yaitu sistem peredaran darah

terbuka,dan sistem peredaran darah tertutup. Sistem peredaran darah,

yang merupakan juga bagian dari kinerja jantung dan jaringan pembuluh

darah (sistem kardiovaskuler) dibentuk. Sistem ini menjamin kelangsungan


34

hidup organisme, di dukung oleh metablisme setiap sel dalam tubuh dan

mempertahankan sifat kimia dan fisiologi cairan tubuh .

Pembuluh darah pada peredaran darah kecil, terdiri atas :

1) Arteri pulmonaris, merupakan pembuluh darah yang keluar dari

ventrikel dekstra menuju ke paru-paru. Mempunyai 2 cabang yaitu

dekstra dan sinistra untuk paru-paru kanan dan kiri yang banyak

mengandung karbon dioksida di dalam daranya.

2) Vena pulmonaris, merupakan vena pendek yang membawa darah dari

paru-paru masuk ke jantung bagian antrium sinistra. Didalamnya berisi

darah yang banyak mengandung oksigen.

Pembuluh darah pada peredaran darah besar, yaitu : aorta,

merupakan pembuluh darah arteri yang besar yang keluar dari jantung

bagian ventrikel sinistra melalui aorta asendens lalu membelok ke belakang

melalui radiks pulmonalis sinistra, turun sepanjang kolumna vertebralis

menebus diafragma lalu menurun ke bagian perut. Jalannya arteri terbagi

atas 3 (tiga) bagian:

1) Aorta asendens, aorta yang naik ke atas dengan panjangnya kurang

lebih 5 cm, cabangnya arteri koronaria masuk ke jantung

2) Arkus aorta, yaitu bagian aorta yang melengkung arah kekiri , di depan

trakea sedikit ke bawah sampai vena torakalis IV, cabang-cabangnya:

arteri brakia sefalika atau arteri anomonia, arteri subklavia sinistra dan

arteri karotis komunis sinistra.

3) Aorta desendens, bagian aorta yang menurun dari vertebra torakalis IV

sampai vertebra lumbalis IV.Letaknya :


35

a) Aorta torakalis

Dimulai dari vertebra torakalis IV sampai menebus

diafragma. Percabangannya sampai pada dinding toraks dan alat-

alat viseral yang berada di dalam rongga toraks.

b) Aorta abdominalis.

Pada vertebra torakalis XII terbagi 2: arteri iliaka komunis

dekstra dan arteri iliaka komunis sinistra.

Jantung dapat bergerak mengembang dan menguncup,

yang disebabkan karena adanya syaraf otonom. Rangsangan ini

diterima oleh jantung pada simpul syaraf yang terdapat pada

atrium dekstra dekat vena kava yang disebut nodus sino atrial.

Selama gerakan jantung, dapat terdengar dua macam

suara yang disebabkan oleh katubyang menutup. Bunyi pertama

disebabkan menutupnya katub aorta dan arteri pulmonal setelah

kontriksi dari ventrikel.Bunyi yang pertama panjang dan yang

kedua pendek dan tajam. Dalam keadaan normal, jantung tidak

membuat bunyi lebih keras tetapi bila arus darah cepat atau kaku

ada kelainan pada katub maka terdapat bunyi bising.

Dalam kerjanya jantung menurutsyaifuddin(2011) mempunyai 3

periode :

1) Periode Konstriksi ( periode systole ) yaitu suatu keadaan

dimana jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup.

Katub Bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup Valvula

semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonalis


36

terbuka sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir dari

arteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan kanan,

sedangkan darah dari dari venterikel sinistra mengalir ke

aorta kemudian diedarakan ke seluruh tubuh .

2) Periode dilatasi ( periode diastole ) yaitu suatu keadaan

dimana jantung mengembang, katub bikus dan trikuspidalis

terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra masuk ke

ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke

ventrikel dekstra.

3) Periode Istirahat, yaitu waktu antara periode konstriksi dan

dilatasi dimana jantung berhenti kira – kira 1/ 10 detik.

3. Etiologi

Dikutip dari Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, adapun klasifikasi

hipertensi terbagi menjadi :

a. Berdasarkan penyebab

1) Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahuin walaupun

dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang

bergerak dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita

hipertensi.

2) Hipertensi sekunder/ hipertensi non esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya, sekitar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormon atau

pemakaian obat tertentu.


37

b. Hipertensi pada kehamilan

Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada

saat kehamilan yaitu :

1) Preeklampsia atau disebut juga hipertensi yang diakibatkan

kehamilan/keracunan kehamilan. Preeklampsi adalah penyakit yang

timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteunuria

yang timbul karena kehamilan.

2) Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu

mengandung janin.

3) Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan

preeklampsia dengan hipertensi kronik.

4) Hipertensi gastasional atau hipertensi yang sesaat.

Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas.

Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh

kelainannpembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet,

tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor krturunan, dan lain

sebagainya.

4. Klasifikasi

Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal

adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/90 mmHg

dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan tersebut tidak membedakan usai,

jenis kelamin, sedangkan batasan hipetensi dengan mempehatikan

perbedaan usia dan jenis kelamin, diajukan oleh kaplan sebagai berikut :

a. Pria, usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada

waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90.


38

b. Pria, usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya

diatas 145/95 mmHg

c. Pada wanita tekanan darah diatas atau sama dengan 160/95 mmHg

dinyatakan hipertensi

Batasan lain berdasarkan peninggian tekanan sistolik. Peninggian

tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peninggian tekanan diastolik disebut

hipertensi sistolik atau disebut hipertensi sistolik terisolasi (isolated systolic

hypertension). Kriteria hipertensi sistolik terisolasi adalahbila peninggian

tekanan sitolik > dari 2 kali tekanan diastolik dikurangi 15 mmHg tanpa diikuti

oleh peninggian tekanan diastolik, atau tekanan sistolik lebih dari 2 kali

tekanan diastolik, bila tekanan diastolik tidak melebihi 90 mmHg (Sidabutar,

et al 1991).

The Joint National Committe On Detection, Evaluation, And

Treatment of High Blood Presure, 1984, membagi tekanan sistolik sebagai

berikut.

Tabel 2.1Klasifikasi Tekanan Sistolik (dikutip oleh Soeparman, 1991).

Tekanan Darah (mmHg) Kateogori

<140 Tekanan darah normal

140-159 Hipertensi terisolasi borderline

>160 Hipertensi sistolik terisolasi


Hipertensi sistolik terisolasi umumnya dijumpai pada usia lanju dan

bila dijumpai pada masa abdolesen atau dewasa muda, hal imi lebih banyak

dihubungkan dengan sirkulasi hiperkinetik, dan diramalkan bahwa tekanan

diastolik juga akan meningkat.


39

Berdasarkan tingginya tekanan diastolik, dahulu hipertensi

diklasifikasikan dalam 3 golongan, sebagai berikut :

a. Hipertensi ringan bila tekanan diastolik 90-110 mmHg

b. Hipertensi sedang bila tekanan diastolik 110-130 mmHg

c. Hiperensi berat bila tekanan diastolik diatas 130 mmHg

The Joint National Commite on Detection, Evaluation, dan Treatment

of High Blood Presure, 1984, membagi hipertensi berdasarkan tekanan

diastolik sebagai berikut.

Tabel 2.2Klasifikasi Hipertensi berdasarkan Tekanan Diastolik (dikutip oleh


Soeparman, 1991).

Tekanan Darah Diastolik (mmHg) Kategori

< 85 Tekanan darah normal

85-89 Tekanan darah normal tinggi


90-104` Hipertensi ringan
105=114 Hipertensi sedang
>115 Hipertensi berat

Batasan lain yang memperlihatkan tekanan sistolik dan diastolik pada

penderita yang sama dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3Klasifikasi Hipertensi berdasar Tekanan Sistolik dan Diastolik (dikutip


oleh Soeparman, 1991).

Tekanan Tekanan Sistolik (mmHg)


Diastolik
<140 140-159 >160
40

Hipertensi sist.
Hipertensi sist.
<85 TD Normal terisolasi
Terisolasi
borderline

85-89 TD Normal tinggi    

90-104   Hipertensi ringan  

105-114   Hipertensi sedang  

>115   Hipertensi berat  

Batasan diatas diperuntukkan pada individu dewasa diatas umur 18

tahun. Dikatakan hipertensi apabila pada dua kali kunjungan yang berbeda

waktu, didapatkan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih, atau apabila

tekanan sistolik pada beberapa kali pengukuran didapatkan nilai yang

menetap diatas 140 mmHg. Pengukuran yang pertama kali belum dapat

memastika adanya hipertensi, akan tetapi dapat merupakan petunjuk untuk

dilakukan observasi lebih lanjut(Sidabutar, et al 1991).

5. Pathofisiologidan Clinical Pathway

a. Pathofisiologi

Menurut Brunner & Suddart dikutip dari Aspiani (2014).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor pada medula diotak. dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf sympatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis

dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia sympati di toraks dan

abdomen. rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang begerak kebawah melalui system saraf sympatis ke ganglia simpatis.

pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
41

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana

dengan dilepaskannya norefinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah. berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstiktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norefinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut

bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang,mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi. medula

adrenamensekresi efinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.


42

b. Clinical Pathway

Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok, stress,


kurang olahraga, genetic, alcohol, konsentrasi garam, Informasi yang minim Difisit pengetahuan
obesitas

Kerusakan vaskuler pembuluh darah HIPERTENSI Perubahan situasi

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah Informasi minim Defisit Pengetahuan Ansietas

Vasokonstriksi Retensi pembuluh darah otak Nyeri Kepala

Suplai O2 ke otak Resiko Ketidak Efektifan


Gangguan sirkulasi Otak
Perfusi Jaringan Otak

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vaskokonstriksi pembuluh darah ginjal Spasme ateriol Sistemik Koroner

Blood flow darah Resiko Cidera Vasokonstriksi Iskemia miokard

Respon RAA Afterload


Penurunan Curah Jantung Nyeri Akut
Merangsang aldosteron
Kelebihan Volume Cairan Fatigue
43

Retensi Na
Edema Intoleransi aktivitas

Gambar 2.2 Clinical Pathway HipertensiNanda Nic-Noc (Nurarif, 2015)


6. Tanda dan Gejala

Seperti perdarahan, eksuddat, penyempitan pembuluh darah, dan

pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Keterlibatan

pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik

transien (transient ischemic attack, tia) yang bermanifestasi sebagai

paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam

pengelihatan (Smeltzer, 2002) dalamAspiani (2014)

Menurut Brruner& Suddart(2002) dalamAspiani (2014), Gejala

umum yang di timbulkan akibat Hipertensi tidak sama pada setiap orang,

bahkan terkadang timbul tanpa gejala. secara umum gejala yang di kelukan

oleh penderita hipertensi seperti berikut:

1. Sakit kepala

2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

5. Telinga berdering

6. Mual muntah

7. Pemeriksaan Penunjang

MenurutSodoyo et al, 2006 data penunjang untuk pasien hipertensi

antara lain :

a. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darahdapat

menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan

oleh hipertensi.

b. Glukosa darahuntuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.


45

c. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serumMembantu memperkirakan

risiko kardiovaskuler di masa depan.

d. EKGuntuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.

e. Hemoglobin/hematokrit Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan

dari sel-sel terhadap volume cairan (Viskositas) dan dapat

mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas,

anemia.

f. BUN/kreatinin memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

g. Glukosa hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan

hipertensi).

h. Kalium serum hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron

utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.

i. Kalsium serumPeningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan

hipertensi.

j. Kolesterol dan trigliserida serumPeningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak atero

matosa (efek kardiovaskuler).

k. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi

dan hipertensi.

l. Kadar aldosteron urin/serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer

(penyebab).

m. Urinalisa darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal

dan/atau adanya diabetes.


46

n. Asam urat hiperurisemia telah menjadi komplikasi sebagai faktor risiko

terjadinya hipertensi.

o. Foto dada dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup,

deposit pada dan atau takik aorta, pembesaran jantung.

p. CT Scan Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama.

8. Penatalaksanaan

Tujuan deteksi dan penatalaksaan hipertensi adalah menurunkan

resiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang

berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan

sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg dan

mengontrol faktor resiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya

hidup saja, atau dengan obat antihipertensi (Mansjoer, 2009).

a. Pengaturan Diet

Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat

dan atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung

dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.

Beberapa diet yang dianjurkan:

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan

darah pada klayan hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi

garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin

sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah

asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara

sampai 5-6 gram garam perhari.

2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi

mekanismenya belum jelas, pemberian kalium secara intravena


47

dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh

oksidanitrat pada dinding vascular.

3) Diet kaya buah dan sayur

4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung

coroner.

b. Penurunan Berat Badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara

menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan

dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume secukup. Pada

beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan

kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri.Jadi, penurunan berat

badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan

darah.Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat

dianjurkan.Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan

perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat

badan yang terjual bebas mengandung simpatomimetik, sehngga dapt

meningkatkan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal

jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.

c. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda

bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki

keadaan jantung.Olahraga isotonic dapat juga meningkatkan fungsi

endotel, vasodilatasiperifier, dan mngurangi katekolamin

plasma.Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu

minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah.Olahraga


48

meningkatkan kadarHigh Destity Lipoprotein (HDL), yang dapat

mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

d. Memperbaiki Gaya Hidup yang Kurang Sehat

Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting

untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok

diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat

meningkatkan kerja jantung.

Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita

hipertensi adalah sebagai berikut(Mansjoer, 2011) :

1) Terapi oksigen

2) Pemantauan hemodinamik

3) Pemantauan jantung

4) Obat-obatan:

a) Diuretik: Chlorthalidon, hidromox, Lasix, Aldactone,

DyrniumDiuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk

mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal

meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretik

(tiazid) juga dapat menurunkan total peripheral resistance.

b) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos

jantung atau arteri dengan mengintervensi influks kalsium

yang dibutuhkan untuk kontraksi. Sebagaian penyekat

saluran kalsium bersifat lebih sfesifik untuk saluran lambat

kalsium otot jantung; sebagian yang lain lebih spesifik untuk

saluran kalsium otot polos vaskular. Dengan demikian,


49

berbagai penyekat kalsium memiliki kemampuan yang

berbeda-beda dalam menurunkan kecepatan denyut jantung,

volume secukup, dan total peripheral resistance.

c) Penghambat enzim mengubah angiotensin II atau inhibitor

berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan

menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah

angiotensin I menjadi angiotensin II. Kondisi ini menurunkan

darah secara langsung dengan menurunkan total peripheral

resistance, dan secara tidak langsung menurunkan sekresi

aldosterone, yang ahirnya meningkatakan pengeluaran

natrium pada urine keudian menurunkan volume plasma dan

curah jantung. Inhibitor juga menurunkan tekanan darah

dengan efek bradikinin yang memanjang, yang normalnya

memecah enzim. Inhibitor dikontraindikasi untuk kehamilan.

d) Antagonis (penyekat) respetor beta (β-blocker), terutama

penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung

untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.

e) Antagonis reseptor alfa (α-blocker) menghambat reseptor

alfa di otot polos vascular yang secara normal berespons

terhadap rangsangan saraf simpatis dengan vasokonstriksi.

Hal ini akan menurunkan total peripheral resistance.

f) Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk

menurunkan total peripheral resistance. Misalnya, natrium,

nitroprusida, nikardipin, hidralazin, nitrogliserin, dll.


50

g) Hipertensigestasional dan preeklamsia-eklamsia membaik

setelah bayi lahir.

9. Komplikasi

Menurut Mansjoer (2009) komplikasi pada hipertensi adalah

a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragiakibat tekanan darah tinggi di

otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak

yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi

kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi

dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi

berkurang. Arteri otak yag mengalami arterosklerosis dapat melemah

sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerotik

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila

terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melewati

pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,

kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan

dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian

juga, hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu

hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksi

jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.

c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapilerglomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus,

aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan

dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya

membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga


51

tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema,

yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.

d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi

maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan

yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di sleuruh

susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi

koma serta kematian.

e. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamasi. Bayi yang lahir mungkin

memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang

tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika

ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan


52

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga dengan penyakit hipertensi

Proses keperawatan merupakan suatu metode pemecahan masalah dalam

perawatan. Dengan kemajuan tekhnologi dan perkembangan ilmu pengetahuan yang

semakin meningkat maka tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan

yang diberikan bukan semata-mata bersifat rutin yang hanya berdasarkan atas

kebiasaan-kebiasaan dan berorientasi pada tugas-tugas saja tetapi memberikan suatu

pelayanan perawatan berdasarkan masalah keperawatan yang dihadapinya. Dengan

adanya proses perawatan ini memberikan arah bagi tenaga perawatan sehingga

kekeliruan atau kesalahan dalam pelaksanaan tugas-tugas keperawatan dapat dihindari

serta mutu pelayanan perawatan dapat ditingkatkan. Proses keperawatan adalah suatu

pendekatan atau cara yang teratur, terarah dan sistematis dalam mengidentifikasikan

masalah-masalah pasien, membuat rencana perawatan, melaksanakan rencana dan

menilai daya guna dalam memecahkan masalah yang telah diindetifikasi sebelumnya.

Secara terperinci proses perawatan terdiri dari 5 langkah yaitu pengkajian, penentuan

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, dimana masing–masing

langkah saling berkaitan dan berkesinambungan satu dengan yang lain (Nursalam,

2008).

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan dalam

praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota keluarga,

pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan,

berpedoman pada standar keperawatan, berlandaskan pada etika dan etiket

keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan

(Padila, 2012).
53

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan

data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan

keperawatan seorang klien (Nursalam, 2008).

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana

seorang perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang

dibinanya. Tahapan ini merupakan proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan keluarga (Padila, 2012).

Sedangkan informasi tentang potensi keluarga menurut Hidayat

(2007) dapat diperoleh dari pengambilan keputusan dalam keluarga,

biasanya adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang orangtua.

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara :

a. Wawancara

Wawancara berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik

aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dan

sebagainya.

b. Observasi

Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan,

karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya

yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan,

keberhasilan dan sebagainya.

c. Studi Dokumentasi
54

Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan dewasa,

diantaranya melalui kartu menuju sehat, kartu keluarga dan catatan-

catatan kesehatan lain.

d. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah

kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik misalnya

kehamilan dan tanda-tanda penyakit.

Langkah-langkah proses keperawatan meliputi:

a. Data Umum

1) Identitas

Yang perlu dikaji nama di kartu keluarga (KK) dan anggota

keluarga yang sakit, umur, alamat dan nomer telpon jika ada,

pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga

yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir atau

umur, hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari

masing-masing anggota keluarga, dan genogram (genogram

keluarga dalam tiga generasi).

Tabel 2.4 Komposisi Keluarga

No Nama L/P Hub. Dg KK Umur Pendidikan Pekerjaan Status Kesehatan


1
2
3
4
5

Genogram:
55

Gambar 2.3 Contoh Genogram

2) Tipe keluarga

Menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah

yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut

3) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik)

Mengkaji asal suku bangsa keluarga , serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan

4) Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

a) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta

kepercyaan yang dapat memengaruhi kesehatan seperti :

(1) Apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam

keyakinan beragamanya.

(2) Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama

atau organisasi keagamaan.

(3) Agama yang dianut oleh keluarga.

(4) Kepercayaan-keprcayaan dan nilai-nilai keagamaan yang

dianut dalam kehidupan keluarga, terutama dalam hal

kesehatan.

5) Status sosial ekonomi keluarga


56

a) Anggota keluarga yang mencari nafkah

b) Penghasilan dari seluruh anggota keluarga dalam bulan

c) Upaya lain dalam memenuhi kebutuhan keluarga

d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi,dll)

e) Jumlah pengeluaran tiap bulan

6) Aktivitas rekreasi keluarga

Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga

tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk

mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan

mendengarkan radio juga merupakan aktifitas, rekreasi, selain itu

perlu dikaji pula penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan saat ini (ditentukan dengan anak tertua)

2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi

3) Riwayat kesehatan keluarga inti

Bagian riwayat keluarga inti ini, tidak hanya dikaji tentatang

riwayat kesehatan masing-masing anggota kelurga, melainkan

lebih luas lagi. Apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat

penyakit yang beresiko menurun, bagaimana pencegahan

penyakait dengan imunisasi, fasilitas kesehatan apa saja yang

pernah di akses, riwayat penyakiat yang pernah diderita, serta

riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian atau pengalaman

penting yang berhubungan dengan kesehatan.

4) Riayat kesehatan keluarga sebelumnya


57

Riwayat kelurga besar dari pihak suami dan istri juga dibutuhkan.

Hal ini dikarenakan ada penyakit yang bersifat genetic atau

berpotensi menurun kepada anak cucu. Jika hal ini dapat dideteksi

lebih awal, dapat dilakukan berbagai pencegahan atau antisipasi.

c. Pengkajian Lingkungan

Lingkungan di mana kita berada sangat memengaruhi keluarga dalam

hal kesehatan. Menciptakan lingkungan positif akan memberika

dampak baik bagi setiap anggota keluarga. Dalam hal ini,

beberapadatalin lingkungan yang diperlukan untuk Kajlan proses

keperawatan keluarga adalah:

1) Karakteristik rumah.

Sebuah rumah bisa memengaruhi kesehatan penghuni. Oleh sebab

itu, perawat membutuhkan data karekteristik rumah yang dihuni

sebuah keluarga dengan melihat luas bangunan rumah ( 2,5 m x

2,5 m = untuk 1 orang penghuni) apakah penghuni sesuai atau

penghuni tidak sesuai dengan tipe rumah, jumlah ruangan dan

fungsinya, sirkulasi udara dan sinar matahari yang masuk,

pendingian udara (AC) atau kipas angin, pencahayaan, banyaknya

jendela, tata letak perabotan, penempatan septic tank beserta

kapasitas dan jenisnya, jarak sumber air dengan septic tank,

konsumsi makanan olahan dan air minum keluarga, dan lain

sebagainya. Selain karakteristik yang dapat dilihat tersebut,

lingkungan rumah juga termasuk di dalamnya adalah bagaimana

karakteristik anggota keluarganya. Dengan demikian data ini akan

dipakai sebagai pijakan utama untuk melihat lingkungan keluarga


58

yang lebih luas, kaitannya sebagai bagian dari kehidupan

masyarakat.

2) Penyediaan sumber air

Perawat keluarga membutuhkan data penyediaan sumber air, jenis

sumber air ( PDAM/ledeng, mata air, sumur gali/kompa, air

hujan/penampung air hujan (PAH), sungai/kali, kondisi sarana air

bersih memenuhi syarat/tidak memenuhi syarat, jarak sarana air

bersih dengan sumber pencemaran (peresapan jamban atau septic

tank) dan pemanfaatan sumber air bersih di keluarga.

3) Sarana tempat mandi

Perawat membutuhkan data kondisi tempat mandi dan air mandi

kelurga memenuhi syarat/tidak dan apa bila menggunakan bak

mandi kondisinya apakah bersih, kotor dan ada jentik/tidak ada

jentik karena dapat mempengaruhi kesehatan pemiliknya.

4) Pembuangan sampah

Lokasi pembungan sampah keluarga dapat mempengaruhi

kesehatan dan lingkungan, oleh sebab itu perawat membutuhkan

data kebisaan tempat keluarga membuangan sampah seperti di

kebun, sawah, lading, lubang sampah, bak sampah, sungi/kali dan

pantai.

5) SPAL (sarana pembuanga air limbah)

Sarana pembuangan air limbah mempengaruhi kesehatan dan

lingkungan, oleh sebab itu perawat membutuhkan data kondisi

sarana pembuangan air limbah apakah memenuhi syarat atau tidak.

6) Kandang
59

Kondisi kandang yang di miliki bisa mempengaruhi kesehatan

penghuninya oleh sebab itu perawat membutuhkan data,

karakteristik kandang, jarak kandang dengan rumah, kebersihan

kandang dan jenis hewan peliharaan seperti (kerbau, sapai,

kambing, kuda,unggas).

d. Data kebiasaan sehari-hari anggota keluarga (terutama yang

bermasalah)

Kebiasaan sehari-hari anggota keluarga terutama yang bermasalah

seperti cara pengolahan air minum (dimasak dan dinginkan, dimasak

dan dicampur air mentah, tidak dimasak, dan air siap saji atau air

mineral), kebiasaan merokok, kebiasaan minum-minuman keras,

kebiasaan keluarga mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.

kebiasan tempat buang air besar masing-masing anggota keluarga

seperti ( jamban, kebun/sawah/lading, pekarangan rumah, sungai/kali,

pantai, sembarang tempat)

1) Karakteristik tetangga dan RT-RW

Setelah dari dalam rumah, data yang harus dicari selanjutnya

adalah lingkungan di sekitar rumah. perawat perlu mencari tahu

lingkungan fisik, keblasaan, kesepakatan atau aturan penduduk

Setempat, dan budaya yang memengaruhi kesehatan.

2) Mobilitas geografis keluarga

Salah satu dari perkembangan keluarga adalah mobilitas

geografis. Apakah klien beserta keluarganya sering berpindah

tempat tinggal? paling minimal berpindah dari rumah orang tua

menuju rumah sendiri. Atau jika merantau, dimana saja iya


60

pernah kontrak rumah atau sebagai pegawai sering ditugaskan di

berbagai kota mana saja seorang perawat sangat membutuhkan

data ini.

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyrakat

Selain interaksi dengan tetangga dan lingkup RT-RW, tentu Seap

inividu atau keluarga memiiki pergaulannya sendiri, baik

dikomunitas hobi, kantor, sekolah, maupun hanya temen main-

main interkasi juga bisa di gunakan untuk melacak jejak dari mana

penyakit yang di dapatkan oleh klien. Apakah ia mendapatkan

penyakit dari pergaulannya di luar atau bukan, hal ini sangat

mungkin terjadi.

4) Sistem pendukung keluarga

Setiap keluarga tentu menyedikan barebagai fasilitas berupa

perabot bagi anggota kelurganya. Fasilitas-fasilitas inilah yang

perlu dikaji sistem pendukung keluarga. Akan tetapi, dalam proses

keperawatan kesehatan kelurga, tidak hanya data itu saja yang

dibutuhkan, melainkan juga berapa anggota keluarga yang sehat

sehingga bisa membantu yang sakit. Selain fasilitas, data sistem

pendukung ini membutuhkan fasilitas psikologis atau dukungan

dari anggota kelurga dan fasilitas sosial atau dukungan dari

masyarakat setempat.

e. Struktur Keluarga

1) Pola / cara komunikasi keluarga

Perawat diharuskan untuk melakukan observsi terhadap seluruh

anggota keluarga dalam berhubungan satu sama lain. Komunikasi


61

yang berjalan baik mudah diketahuai dari anggota keluarga yang

menjadi pendengar yang baik, pola komunikasi yang tepat,

penyampaian pesan yanga jelas keterlibatan perasaan dalam

berintraksi.

2) Struktur kekuatan keluarga

Kekuatan kelurga di ukur dari peran dominan anggota keluarga.

Oleh sebab itu, seorang perawat membutuhkan data tentang

siapa yang dominan dalam mengambil keputusan untuk keluarga,

mengelola anggaran, tempat tinggal, tempata kerja, mendidik

anak dan lain sebagainya.

3) Struktur peran (peran anggota keluarga)

Setiap anggota keluarga memeiliki perannya masing-masing. Tidak

ada satupun anggota keluarga yang terlepas dari perannya, baik

dari orang tua maupun anak-anak.

4) Nilai dan norma keluarga

Nilai norma yang dianut keluarga dan kelompok, apakah sesuai

dengan norma atau nilai yang dianut, seberapa penting nilai atau

norma yang dianut.

f. Fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif

Bagaimana pola kebutuhan keluarga dan responnya, bagaimana

sensitivitas antar anggota keluarga, bagaimana keluarga

menanamkan perasaan kebersamaan dengan anggota kelurga,

apakah pasangan suami-istri mampu menggambarkan kebutuhan


62

persoalan lain dan anggota yang lain dan bagaimana hubungan

interaksi keluarga dengan lingkungan.

2) Fungsi sosialisai

Bagaimana kerukunan hidup dalam berkeluarga, interaksi dan

hubungan dalam keluarga, anggota keluarga yang dominan dalam

pengambilan keputusan, kegiatan keluarga diwaktu senggang,

partisipasi dalam kegiatan sosial, kemampuan keluarga mengenal

masalah kesehatan, kemampuan keluarga mengambil keputusan

tindakan kesehatan yang tepat, kemampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit, kemampuan keluarga memelihara

lingkungan yang sehat, dan kemampuan keluarga menggunakan

fasilitas kesehatan di masyarakat.

3) Fungsi reproduksi

Berapa jumlah anak dalam keluarga, bagaimana keluarga

merencanakan jumlah anak dan metode apa yang digunakan

keluarga dalam pengendalian jumlah anak.

4) Fungsi ekonomi

Upaya keluarga dalam pemenuhan sandang pangan dan

pemanfaatan sumber di masyarakat.

g. Stres Dan Koping Keluarga

Patokan dari stresor dari koping keluarga ini adalah 6 bulan. Stresor

yang dialami keluarga tetapi bisa ditangani dalam jangka waktu kurang

dari 6 bulan dinamakan stresor jangka pendek. Akan tetapi jika

sebaleknya, stresor tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama dari

6 bulan untuk penyelesaiannya, maka disebut sebagai steresor jangka


63

panjang.Dalam tahap ini, perawat harus mengetahui bagaiman

keluarga menghadapi dan merespon steresor, dan strategi apa yang

digunakan untuk menghadapi dan menyelesaikannya.

h. Keadaan Gizi Keluarga

Bagaimana cara keluarga memenuhi asupan nutrisi makan pada

keluarga dan keluarga yang sakit.

i. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah

kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik, misalnya

kehamilan, kelainan organ tubuh dan tanda-tanda penyakit.

Pada klien dengan hipertensi yang perlu diperhatikan pada

pemeriksaan fisiknya yaitu :

1) Keadaan Umum :

Meliputi keadaan umum, kesadaran dan kesiapan diri.

2) Kesadaran :

Kesadaran dapat dinilai dengan GCS

3) Tanda tanda Vital :

Biasanyan pada penderita hipertensi terjadi :

(1) Tekanan darah meningkatmelebihi 140/90 mmHg

(2) Nadi meningkat

(3) Respirasi bisa normal bisa meningkat

(4) Suhu bisa normal bisa meningkat

4) System Raespirasi
64

Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan sangat mendukung

untuk mengetahui masalah pada klien dengan gangguan sistem

kardiovaskuler. Pemeriksaan ini meliputi :

(1) Inspeksi bnetuk dada

Untuk melihat seberapa berat gangguan sistem kardiovaskuler.

Bentuk dada yang biasa ditemukan adalah:

Bentuk dada thoraks phfisis (panjang dan gepeng)

(1) Bentuk dada thoraks en bateau (thoraks dada burung)

(2) Bentuk dada thoraks emsisematous (dada berbentuk

seperti tong)

(3) Bentuk dada thoraks pektus ekskavatus (dada cekung ke

dalam)

(4) Gerakan pernapasan : kaji kesimetrisan gerakan

pernapasan klien

(2) Palpasi rongga dada

Tujuannya :

(1) Melihat adanya kelainan pada dinding thoraks

(2) Menyatakan adanya tanda penyakit paru dengan

pemeriksaan sebagai berikut :

(3) Gerakan dinding thoraks saat inspirasi dan ekspirasi

(4) Getaran suara : getaran yang terasa oleh tangan

pemeriksa yang diletakkan pada dada klien saat klien

mengucapkan kata –kata.

(3) Perkusi
65

Teknik yang dilakukan adalah pemeriksa meletakkan

falang terakhir dan sebagaian falang kedua jari tengah pada

tempat yang hendak diperkusi. Ketukan ujung jari tengah

tangan kanan pada jari kiri tersebut dan lakukan gerakan

bersumbu pada pergelangan tangan. Posisi klien duduk atau

berdiri.

(4) Auskultasi Suara napas normal

(1) Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada trakhea

seperti meniup pipa besi, suara napas lebih keras dan

pendek saat inspirasi.

(2) Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronkhi, yaitu di

sternum atas (torakal 3 – 4)

(3) Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara napas saat

inspirasi dan ekspirasi sama.

5) Sistem Cardiovascular

a) Inspeksi

(1) Inspeksi adanya parut pascapembedahan jantung. Posisi

parut dapat memberikan petunujuk mengenai lesi katup

yang telah dioperasi

(2) Denyut apeks : posisinya yang normal adalah pada

interkostal kiri ke – 5 berjarak 1 cm medial dari garis

midklavikula.

b) Palpasi

Tujuannya adalah mendeteksi kelainan yang tampak saat

inspeksi. Teknik yang dilakukan adalah sebagai berikut :


66

(1) Palpasi dilakukan dengan menggunakan telapak tangan,

kemudian dilanjutkan dengan tekanan yang sedikit keras.

(2) Pemeriksa berdiri di kanan klien, minta klien duduk

kemudian berbaring telentang. Pemeriksa meletakkan

tangan di prekordium, samping sternum dan lakukan

palpasi denyut apeks.

(3) Berikan tekanan yang lebih keras pada telapak tangan.

Kemudian tangan ditekan lebih keras untuk menilai

kekuatan denyut apeks.

(4) Lanjutkan dengan melakukan palpasi denyut apeks

menggunakan ujung jari telunjuk dan tengah. Palpasi

daerah prekordial di samping sternum.

(5) Kaji denyut nadi arteri, tarikan dan getaran denyutan.

c) Perkusi

Pemeriksaan perkusi pada jantung biasanya jarang

dilakukan jika pemeriksaan foto rontgen toraks telah

dilakukan. Tetapi pemeriksaan perkusi ini tetap bermanfaat

untuk menentukan adanya kardiomegali, efusi perikardium,

dan aneurisma aorta. Foto rontgen toraks akan menunjukkan

daerah redup sebagai petunjuk bahwa jantung melebar.

Daerah redup jantung akan mengecil pada emfisema.

d) Auskultasi

(1) Katup Pulmonal

Terdengar lebih jelas pada interkosta ke – 2 dan ke – 3 kiri

sternum
67

(2) Katup aorta

Terdengar lebih jelas pada sternum, lebih rendah dan

lebih medial daripada katup pulmonal

(3) Katup mitral

Terdengar lebih jelas pada sternum, dekat batas atas

sendi antara interkosta ke – 4 dan sternum

(4) Katup trikuspidalis

(5) Terdengar lebih jelas pada sternum, sesuai garis

penghubung proyeksi katup mitral dengan sendi antara

sternum dengan interkosta ke – 5 kanan.

(6) Auskultasi jantung

6) Sistem persarafan

a) Pemeriksaan kepala dan leher

Pemeriksaan kepala sebagai bagian pengkajian kardiovaskuler

difokuskan untuk mengkaji bibir dan cuping telinga untuk

mengetahui adanya sianosis perifer.

b) Pemeriksaan raut muka

(1) Bentuk muka : bulat, lonjong dan sebagainya

(2) Ekspresi wajah tampak sesak, gelisah, kesakitan

(3) Tes saraf dengan menyeringai, mengerutkan dahi

untuk memeriksa fungsi saraf VII

c) Pemeriksaan bibir

(1) Biru (sianosis) pada penyakit jantung bawaan dan

lainnya

(2) Pucat (anemia)


68

d) Pemeriksaan mata

(1) Konjungtiva

Pucat (anemia), ptekie (perdarahan di bawah kulit atau

selaput lendir) pada endokarditis bacterial

(2) Sklera

Kuning (ikterus) pada gagal jantung kanan, penyakit hati

dan lainnya.

(3) Kornea

Arkus senilis (garis melingkar putih atau abu – abu di tepi

kornea) berhubungan dengan peningkatan kolesterol atau

penyakit jantung koroner.

(4) Funduskopi

Yaitu pemeriksaan fundus mata menggunakan

opthalmoskop untuk menilai kondisi pembuluh darah

retina khususnya pada klien hipertensi.

(5) Pemeriksaan neurosensory

Ditujukan terhadap adanya keluhan pusing, berdenyut

selama tidur, bangun, duduk atau istirahat dan nyeri dada

yang timbulnya mendadak. Pengkajian meliputi wajah

meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih,

meregang, menggeliat, menarik diri dan kehilangan

kontak mata.

7) Sistem Perkemihan

Output urine merupakan indiktor fungsi jantung yang

penting. Penurunan haluaran urine merupakan temuan signifikan


69

yang harus dikaji lebih lanjut untuk menentukan apakah penurunan

tersebut merupakan penurunan produksi urine (yang terjadi bila

perfusi ginjal menurun) atau karena ketidakmampuan klien untuk

buang air kecil. Daerah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya

massa oval dan diperkusi terhadap adanya pekak yang

menunjukkan kandungkemih yang penuh (distensi kandung kemih).

8) Sistem Pencernaan

Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau

pada masuk rumah sakit dan yang terpenting adalah perubahan

pola makan setelah sakit. Kaji penurunan turgor kulit, kulit kering

atau berkeringat, muntah dan perubahan berat badan.

9) Sistem Muskuloskeletal

Pengkajian yang mungkin dilakukan adalah sebagai

berikut :

a) Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut dan

berdebar

b) Keluhan sulit tidur (karena adanya ortopnea, dispnea

nokturnal paroksimal, nokturia dan keringat pada malam

hari)

c) Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa

jam klien tisur dalam 24 jam dan apakah klien mengalami

sulit tidur dan bagaimana perubahannya setelah klien

mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler. Perlu

diketahui, klien dengan IMA sering terbangun dan susah

tidur karena nyeri dada dan sesak napas.


70

d) Aktivitas : kaji aktivitas klien di rumah atau di rumah sakit.

Apakah ada kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan

aktivitas. Aktivitas klien biasanya berubah karena klien

merasa sesak napas saat beraktivitas.

j. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas dan fasilitas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status

kesehatan atau masalah aktual atau potensial. Perawat memakai proses

keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintesis data klinis dan

menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan

atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya

(Nursalam, 2008).

Respon aktual atau potensial pasien didapatkan data dasar

pengkajian dan catatan medis pasien, yang semuanya dikumpulkan

selama pengkajian. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan

intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan (Wartonah. 2006).

Dilihat dari status kesehatan klien, menurut Tarwoto & Wartonah

(2006), diagnosa dapat dibedakan menjadi aktual :

a. Aktual : diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinik

yang harus di validasi perawat karena adanya batasan karakteristik

mayor.

b. Resiko : diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis

individu lebih rentan mengalami masalah.


71

c. Potensial : diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klien

kearah yang lebih positif (kekuatan klien).

d. Kemungkinan : diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi

klinis individu yang memerlukan data tambahan sebagai faktor

pendukung yang lebih akurat.

e. Syndrome : diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan

aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu

kejadian atau situasi tertentu.

Langakah-langkah dalam diagnosa keperawatan meliputi:

a. Analisa Data

Analiasa data adalah kemampuan dalam mengembangkan

kemampuan berfikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan (Somantri,2009).

Tabel 2.5Analisa Data

DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH/DIAGNOSA


Data Subjekti :
- Klien mengatakan pusing
1. Mengenal masalah kesehatan
dan leher terasa tegang
keluarga.
- Klien mengatakan tidak
2. Memutuskan tindakan
selera makan
kesehatan yang tepat bagi
- Klien mengatajkan susah
keluarga
tidur
3. Merawat keluarga yang
- Klien mengatakan kedua
mengalami gangguan
kakinya susah digerakkan
kesehatan
Data Objekti :
4. Memodifikasi lingkungan
- Klien tampak meringis
keluarga untuk menjamin
kesakitan, kondisi badan
kesehatan keluarga.
lemah
5. Memanfaatkan fasilitas
TD : 170/100 mmHg
pelayanan kesehatan di
Nadi : 90 x/menit
sekitranya bagi keluarga.
RR :
Suhu :37
- Klayan tampak lemah,
makanan yang disajikan
habis 1/3 porsi
- Klayan tampak pucat, mata
cekung, tidur malam kurang
72

lebih dua jam klayan susah


tidur siang.
- Aktivitas klayan di bantu
oleh keluarga dan perawat

b. Penerapan Proiritas

Dalam berbagai kasus, sekala proiritas selalau dibutuhkan untuk

meminimalisir resiko, memkasimalkan perawatan dan pengobatan,

serta untuk pengambilan keputusan yang tepat. Sekala proiritas ini

diproleh dari berbagai data yang telah didapatkan di depan, untuk

kemudian diolah dan pada akhirnya skala proiritas ini akan membantu

dalam pemetaan penangana pada pasien, baik untuk perawat maupun

keluarga.

1) Kriteria sifat masalah

Menetukan sifat masalah ini berangakat dari tiga poin pokok,

yaitu tidak/kurang sehat, ancaman kesehatan, dan keadaan

sejahtera.

a) Tidak atau kurang sehat merupakan kondisi dimana anggota

keluarga terserang suatu penyakit. Hal ini mengacu pada

kondisi sebelum terkena penyakit dan perkembangan atau

pertumbuhan yang tidak sesuai dengan kondisi sementaranya.

b) Anacama kesehatan merupakan kondisi yang memungkinkan

anggota keluarga terserang penyakit atau ancaman kondisi

potensi yang ideal tentang kesehatan. Ancaman ini bisa

berlaku dari penyakit yang ringan hingga yang paling berat.

Sumber dari penyakit ini biasanya dari konsumsi, pola hidup,

dan gaya hidup sehari-hari.


73

c) Keadaan sejahtera suatu keluarga bisa menjadi penentu suatu

masalah. Kondisi akan mengacu pada tersedianya fasilitas

kesehatan, kondumsi, pola hidup dan gaya hidup yang

diterapkan oleh keluarga.

2) Kriteria kemungkinan masalah dapat diubah

Kriteria ini mengacu pada tingkat penangana kasus pada pasien.

Tingkat penanganan terdiri dari tiga bagian, yaitu mudah,

sebagian, dan tidak ada kemungkinan untuk diubah. Sebaiknya,

yang mudah terlebih dahulu ditangani sebelum melakukan

penanganan yang lain.

3) Kriteria potensi pencegahan masalah

Potensi ini juga mengacu pada tingkatan yaitu tinggi, cukup, dan

rendah. Berbedanya tingkatan ditentukan oleh berbagai faktor,

kemungkinan yang paling dekata adalah tingkat pendidikan atau

perolehan informasi tentang kesehatan, kondisi kesejahteraan

keluarga, perhatian kelurga, fasilitas rumah, dan lain sebagainya.

4) Kriteria masalah yang menonjol

Masalah yang menonjol biasanya mudah terlihat ketika

menangani pasien. Namun hal ini tetap memerlukan pemeriksaan

terlebih dahulu agar tindakan yang dilakukan tepat. Proiritas yang

harus ditangani berdasarkan: masalah yang benar-benar harus

segera ditangani, ada masalah tetapi tidak harus segera ditangani,

ada masalah tetapi tidak dirasakan.

Bailon dan Maglaya (1978) telah merumuskan skala proiritas

sebagai berikut:
74

Tabel 2.6Skala Prioritas Keperawatan Keluarga

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1 Sifat Masalah : 1
Skala : Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Skala :Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 potensi masalah untuk di cegah 1
skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala :Masalah berat harus segera di 2
tangani
Ada masalah tapi tidak perlu di 1
tangani
Masalah tidak dirasakan 0
Total Nilai

Menurut Padila (2012), rumus untuk menghitung skala prioritas :

skor
x bobot
Angka Tertinggi

Skoring :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria

2) Skor dibagi dengan angka dan dikalikan dengan bobot

3) Jumlah skor untuk semua criteria

4) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

Dengan adanya proiritas, kita akan mengetahui tingkat

kedaruratan pasien yang membutuhkan penanganan cepat atau


75

lambat, masing-masing kriteria memberikan sumbangan masukan atas

penangana.

c. Rumusan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien dengan diagnosa

medis Hipertensi adalah:

1) Nyeri akut berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit

2) Intoleransi aktivitasberhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

3) Resiko ketidakefektifan perpusi jaringan otak berhubungan dengan

ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga mengenl masalah.

3. Perncanaan Keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang

diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah

menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi (Nursalam, 2008).

Langkah-langkah dalam perencanaan tindakan keperawatan menurut

Nursalam (2008), adalah sebagai berikut :

a. Menentukan prioritas masalah

Untuk menentukan prioritas diagnosa keperawatan perlu melihat atau

menunjuk pada hierarki kebutuhan dasar manusia Maslow, berdasarkan


76

masalah yang nyata atau potensial dan berdasarkan keinginan klien.

Dimana masalah perlu diprioritaskan, karena tidak mungkin mengatasi

semua masalah pada saat bersama.

b. Menentukan kriteria hasil

Kriteria hasil digunakan untuk menukar hasil yang dicapai setelah

menjalani perawatan dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan

kriteria hasil yang ditetapkan maka dapat mengevaluasi tindakan

keperawatan yang telah dilakukan terhadap klien.

Pedoman yang digunakan menulis kriteria hasil berdasarkan “SMART”

S : Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan

arti ganda)

M : Measurable (tujuan keperawatan harus dapat diukur,

khususnya tentang prilaku klien dapat dilihat, didengar,

diraba, dirasakan dan dibau)

A : Achievable (tujuan harus dapat dicapai)

R : Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan

secara ilmiah)

T : Time (tujuan keperawatan)

c. Merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan

Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu

klien dalam mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan dilaksanakan

berdasarkan komponen penyebab dari diagnosa keperawatan. Oleh

karena itu rencana mendefinisikan suatu aktifitas yang diperlukan untuk

membatasi faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan.


77

Tabel : 2.7 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Salah Satu Anggota

Keluarga MenderitaHipertensi(Nurarif, 2015)

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


(Nursing Outcome (Nursing Intervension
Classification) Classification)
(1) (2) (3) (4)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manejemen nyeri
dengan ketidak mampuan kunjungan rumah sebanyak
keluarga merawat anggota …. kali kunjungan rumah 1. Kaji nyeri secara
keluarga yang sakit diharapkan nyeri teratasi. komprehensif
Kriteria hasil : 2. Observasi tanda-tanda vital
- Klien mampu 3. Ajarkan/demonstrasikan
mengontrol nyeri (tahu teknik manajemen nyeri
penyebab nyeri, mampu (teknik relaksasi)
menggunakan teknik 4. Ajarkan/demonstrasikan
nonfarmakologi untuk teknik manajemen nyeri
mengurangi nyeri, (distraksi)
mencari bantuan) 5. Anjurkan/demonstrasikan
- Melaporkan bahwa pada klien dan keluarga
nyeri berkurang dengan kompres hangat pada kepala
manajemen nyeri. bagian belakang.
- Menyatakan rasa 6. Anjurkan klien untuk
nyaman setelah nyeri meningkatkan istrahat.
berkurang. 7. Beri lingkungan yang nyaman
untuk mengurangi nyeri.
8. Beri informasi pada klien dan
keluarga tentang nyeri dan
perawatan yang diberikan.

2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan ManajemenEnergi(EnergyManag


berhubungan dengan kunjungan rumah sebanyak ement)
ketidak mampuan …. kali kunjungan rumah 1) Tentukan keterbatasan klien
keluarga merawat diharapkan keluarga terhadap aktivitas
anggota keluarga yang mengetahui proses 2) Tentukan penyebab lain
sakit penyakit. Kriteria hasil : kelelahan
- Klien dapat menentukan 3) Monitor respon
aktivitas yang sesuai cardiorespiratory terhadap
dengan peningkatan aktivitas (misalnya :
(1) (2) (3) (4)

nadi, TD dan frekwensi takhikardi, disritmia,


nafas ; dyspneu, diaporesis, pucat,
mempertahankan irama tekanan hemodinamik dan
dalam batas normal frekwensi pernafasan)
- Mempertahankan 4) Dorong untuk melalukan
warna dan kehangatan periode istirahat dan aktivitas
kulit dengan activitas 5) Ajarkan klien dan keluarga
- Melaporkan tehnik untuk memenuhi
peningkatan aktivitas kebutuhan sehari-hari yang
harian dapat meminimalkan
penggunaan oksigen
6) Instruksikan klien atau
78

keluarga untuk mengenal


tanda dan gejala kelelahan
yang memerlukan
pengurangan aktivitas
7) Bantu klien atau keluarga
untuk menentukan tujuan
aktivitas yang realistis
8) Bantu klien untuk
mengidentifikasi akvititas
yang lebih disukai
9) Dorong klien untuk memilih
aktivitas yang sesuai dengan
daya tahan tubuh
10) Evaluasi program
peningkatan tingkat aktivitas

3. Resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan Periperal Sensation


perpusi jaringan otak kunjungan rumah sebanyak Managmenen
berhubungan dengan …. kali kunjungan rumah (manajemen sensasi perifer)
ketidak mampuan diharapkan keluarga 1) Monitor adanya kemerahan
keluarga merawat mengetahui proses tertentu yang hanya peka
anggota keluarga yang penyakit. Kriteria hasil : terhadap
sakit. 1) Tekanan systole dan panas/dingin/tumpul.
diastole dalam rentan 2) Monitor adanya persentase
3) Imstruksikan keluarga untuk
yang diharapkan.
mengobservasi kulit jika ada
2) Tidak ada ortostatik
isi atau laserasi
hipertensi 4) Gunakan sarung tangan untuk
3) Tidak ada tanda-tanda proteksi
peningkatan tekanan 5) Batasi gerakan pada kepala,
intrakranial (tidak lebih leher, dan punggung
dari 15 mmHg) 6) Monitor kemampuan bab
7) Kolaborasi pemberian
analgetik
8) Diskusikan mengenai
penyebab perubahan sensasi.

4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Teaching : disease proses


berhubungan dengan kunjungan rumah sebanyak 1. Kaji pengetahuan klien dan
ketidak mampuan …. kali kunjungan rumah keluarga tentang hipertensi
keluarga mengenl diharapkan keluarga 2. jelaskan pengertian hipertensi
masalah. mengetahui proses 3. minta keluarga untuk
penyakit. Kriteria hasil : mengulangi pengertian
- Klien dan keluarga
.(1) (2) (3) (4)

menyatakan Hipertensi
pemahaman tentang 4. Diskusikan dengan keluarga
penyakitkondisi, dan tentang keputusan untuk
program pengobatan. merawat anggota kelaurga
- Klien dan keluarga sakit
mampu melaksanakan 5. Diskusikan dengan keluarga
prosedur yang cara merawat anggota
dijelaskan secara benar. keluarga yang sakit.
- Klien dan keluarga 6. Jelaskan makanan yang harus
79

mampu menjelaskan dikonsumsi dan dihindari


kembali apa yang penderita hipertensi.
dijelaskan perawat. 7. Didkusikan penyebeb dan
- Klien dan keluarga komplikasi hipertensi
mengetahui komplikasi 8. minta keluarga menyebutkan
hipertensi penyebab hipertensi,
mengidentifikasi apakah
penyebeb hipertensi yang
diderita oleh keluarga.
9. Mengkaji penetahuan
keluarga tentang gejala
hipertensi
10. Meminta keluarga
menjelaskan kembali tanda
dan gejala hipertensi..

4. Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan adalah tindakan yang diberikan oleh

perawat kepada pasien sesuai dengan rencana tindakan, meliputi tindakan

keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif.Implementasi atau

pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana tindakan yang telah

disesuakan dengan diagnosa keperawatan yang telah di rumuskan.

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan

disusun dan ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Ada tiga tahap dalam

tindakan keperawatan, yaitu : persiapan, perencanaan dan dokumentasi

(Nursalam, 2008).

5. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi merupakan tahapan akhir pada proses keperawatan.

Evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria yang

dibuat pada tahap intervensi (Dongoes, Marillyn, 2001).


80

Tahap evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen, yaitu

kriteria hasil, keefektifan tahap-tahap proses keperawatan dan perbaikan

rencana asuhan keperawatan. Kerangka pembuatan kriteria hasil dibuat

dalam bentuk SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning).

Adapun penjelasan lebih lanjut antara lain sebagai berikut:

S (Subyektif) : keluhan-keluhan klien (apa saja yang dikatakan

klien, keluarga klien dan orang terdekat klien)

O (Obyektif) : segala sesuatu yang dapat dilihat, dibau, diukur

dan diraba oleh perawat

A (Analisis) : suatu kesimpulan yang dirumuskan oleh perawat

tentang kondisi klien

P (Planing) : rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah klien selanjutnya.


81

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari studi literatur yang dilakukan terhadap beberapa jurnal, diketahui

bahwa pola makan dengan pemilihan makanan yang kurang tepat sangat

berpengaruh terhadap penyakit hipertensi yang terjadi. Pola makan yang dapat

mengakibatkan hipertensi adalah sering mengkonsumsi makanan yang

mengandung tinggi natrium dan tinggi lemak Selain pola makan, stress juga

berpengaruh terhadap hipertensi. Stress dapat mengakibatkan tekanan darah

naik. Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka dapat mengakibatkan

hipertensi.

B.SARAN

Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi adalah memperbaiki

pola makan menjadi lebih baik, seperti mengkonsumsi makanan seimbang, rutin

mengkonsumsi buah dan sayur dan minum air putih sesuai kebutuhan dalam

sehari. Selain pola makan, hal yang dapat dilakukan adalah mengendalikan pikiran

agar dapat terhindar dari stress. Salah satu yang dapat dilakukan untuk

mengendalikan pikiran adalah selalu berpikir positif dan rutin melakukan yoga

atau meditasi untuk mengurangi tingkat stress.


82

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, KomangAyuHenny.(2010). AplikasiPraktisAsuhanKeperawatan
.KeluargaCetakan 1. Jakarta: SagungSeto

Ali, Zaidin. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya


Medika.

Arum, Yuniar Tri Gesela, (2019). Hipertensi pada Penduduk Usia Produktif (15-
64 Tahun) dikutip dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia (jumat
06-02-20 pukul 16:00 WITA).

Aspiani, Reny Y. (2014). Buku AjarAsuhan Keperawatan Gangguan


Kardiovaskular, Aplikasi NANDA NIC-NOC.Jakarta:EGC

Darmojo, Boedhi. (2009). Buku Ajar Geriatri Edisi 3.Jakarta :Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Departement of Helath and Human Services, Public Helath Service, National


Institution of Helath.(1984).The Report of The Joint National Commite on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Preasure.U.S: NIH
Publication

Dinas Kesehatan Provinsi NTB. (2018) . https://www.depkes.go.id./


Profil_kesehatan_provinsi_NTB_2018 (Diakses Rabu 08 Januari 2020
pukul 20:32).

Effendy, Nasrul (1998). Dasar-DasarKeperawatanKesehatanMasyarakat.Edisi 2.


Jakarta: EGC.
83

Effendiy, Nasrul (2008).Dasar-DasarKeperawatanKesehatanMasyarakat.


Jakarta: EGC

Gray, Henry. (2010). Perawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC

Hidayat. (2001). Proses keperawatan pada pasien dengan gangguan system


krdiovaskuler. EGC. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI ,(2018).


http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/hari-hipertensi-dunia-
2019-know-your-number-kendalikan-tekanan-darahmu-dengan-cerdik,
( Diakses Rabu 29 Januari 2020 pukul 19:00 WITA ).

Masjoer, Arif. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5,Jakarta : 227-
229.

Nurarif, Amin huda. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa


medis nanda nic-noc jilid 3. Jogjakarta : Mediation Jogja

Nursalam, (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2009). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan.Jakarta :Salemba


Media

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: NuhaMedika

Pusat Data dan Informasi Kemenkes Ri,(2013). infodatin-


hipertensi.pdfhttps://www.kemkes.go.id(diakses sabtu 08-februari 2020
pukul 20:00 WITA)

Ridwan, Amiruddin. (2009). Patologis: konsep klinis Proses-Proses penyakit.


Edisi 6. Jakarta:EGC.
84

Rufaida, Kamilla. (2014). Sistem kardiovaskuler. http://www.academi.edu.


Diakses jam 09.00 tanggal 14 Desember 2019.

Setiawati, santundanAgus Citra Dermawan. (2008), Asuhan keperawatan


keluarga. Jakarta: Trans Info Median

Setiadi. (2008). Konsepdan proses keperawatankeluarga. YogyakartaGraha ilmu

Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam.Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Sudiharto, (2007).AsuhanKeperawatanKeluargaDenganPendekatanKeperawatan
Transcultural, Jakarta EGC.

Suriadi. (2009). Buku Pegangan Praktik Klinik Asuhan Keperawatan. Jakarta

Suprajitno.(2004).Asuhan Keperawatan keluargaAplikasi Dan Praktik.Jakarta:


EGC

Syaifuddin, (2011). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Perwat Edisi 4. Buku


Kedokteran Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai