Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS 3

“ ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN CVA ”

Dosen pembimbing : Devin Priharninuk, S,.Kep.,Ns

Disusun oleh kelompok 6 :

1. Ahmad afiffudin (7315024)

2. Aldi farisal fitrah (7315034)

3. Ikhwan hamid (7315039)

4. Hidayatul mustafida (7315047)

5. Rizki ma’rifatun anisa (7315023)

6. Ria astriani (7315051)

7. Nur haqiqatul jannah (7315054)

8. Inayatul karimah (7315060)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

STROKE 2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Keluarga dengan Psien Stroke”.

Dalam penyusunan makalah ini kami telah mendapatkan bantuan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan beribu terima kasih kepada:

1. Rektor UNIPDU Jombang : Bapak Prof. Dr. H. Ahmad zahro, MA

2. Dekan FIK : Bapak H. Andi Yudianto, S.Kep. Ns, M.Kes

3. Ka. Prodi S1 Keperawatan : Bapak Mukhamad Rajin, S.kep Ns. M.kes

4. Dosen Keperawatan Komuntas 3 : Ibu Devin Priharninuk, S.Kep.,Ns.

5. Orang tua, dosen, dan teman-teman atas do’a dan dorongannya.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menunjang dalam proses belajar. Penulis
pun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari pembaca makalah ini.
Akhirnya penulis memohon petunjuk dan perlindungan kepada Allah SWT, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jombang, 31 Maret 2018

Penulis

STROKE 1
DAFTAR ISI

(di halaman baru)

STROKE 2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Stroke merupakan penyakit urutan kedua secra global dan dapat menyebabkan
kematian serta kecacatan serius. Stroke biasanya diderita oleh orang yang berusia 40
tahun ke atas, tapi tidak bisa dipungkiri, stroke dapat juga menyerang anak muda.
Penyebab dari stroke bermacam - macam, bisa karena penggumpalan darah,
tersumbatnya aliran darah yang mengalir ke otak, dan masih banyak penyebab
lainnya. (Rudd, A, 2010)
Seseorang yang terserang stroke, akan mengalami berbagai macam gangguan,
seperti gangguan berbicara, menelan, bahkan juga bisa mengalami depresi. Berbagai
macam gangguan ini bisa diatasi dan pasien pun bisa pulih kembali, jika diberikan
penanganan dan perawatan secara intensif dengan melibatakan semua pihak seperti
dokter, perawat, ahli terapi, ahli gizi, dan pihak-pihak terkait lainnya. Selain itu,
peran keluarga dalam mendukung pasien untuk kembali pulih sangant penting.
(Hananta, 2011)
Sepertinya, tidak ada yang tidak mengenal stroke. Penyakit ini disebut salah
satu penykit yang mematikan dan menyebabkan kecacatan serius. Secara global,
stroke menduduki urutan kedua sebagai penyakit mematikan selain jantung dan
kanker. Pada umumnya, stroke menyerang orang-orang berusia diatas 40 tahun,
namun tidak bisa dipungkiri penyakit ini dapat juga menyerang semua usia, termasuk
anak- anak penyebab terjadinya stroke beragam, ada yang dikarenakan pembuluh
darah pecah, pembuluh darah yang tersumbat, dan masih banayk lagi penyebab
stroke. Tekanan darah yang terlalu tinggi juga merupakan salah satu penyebabnya.
Untuk itu amatlah penting menjaga tekanan darah dalam keadaan normal. Di samping
itu pola makan dan gaya hidup sehat juga perlu diperhatikan. (Hananta, 2010)
Orang yang menderita stroke pasti mengalami perubahaan dalam hidupnya,
walaupun telah mendapatkan pemulihan secara lengkap. Stroke tidak hanya
mempengaruhi fisik penderitanya, tetapi juga hubungannya dengan teman, kelurga,
dan karir. Bahkan, national healt service (NHS) inggris menghabiskan dana 4% dari
total anggaran untuk menyediakan perawatan bagi penderita stroke. (Irianto, 2014)
Berdasarkan data WHO (World Healt Organisation) (2010), setiap tahunnya
terdapat 15 juta orang diseluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan
jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan

STROKE 3
yang permanen. Penyakit stroke yang telah masalah kesehatan yang menjadi
penyebab terbanyak di dunia.
Berdasarkan hasil Riskesdes tahun 2013, prevalinsi penyakit stroke di
indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang
terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah pada
kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar (0,2%). Prevalensi stroke berdasarkan jenis
kelamin lebih banyak laki-laki (7,15%) di bandingkan dengan perempuan (5,7%).
Di dalam keluarga yang tercermin dalam masalah kesehatan keluarga yang
ada memiliki kaitan yang erat dengan tugas keluarga khususnya dalam bidang
kesehatan. Hal ini dimulai dengan pengenalan masalah kesehatan, merawat keluarga
yang mengalami gangguan dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
sehingga dalam masalah ini dukungan dari keluarga dengan asuhan keperawatan
keluarga sangat penting karena mendukung keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan.
Untuk meminimalisir terjadinya stroke dilakukan penanganan secara
komperehensif dan keikutsertaan klien serta keluarga sangat berpengaruh dalam
upaya dukungan dari keluarga dengan asuhan keperawatan keluarga.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan keluarga yang terdapat pada keluarga yang
mengalami penyakit stroke ?
1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan
keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
b. Tujuan Khusus
1. Apa definisi dari dari stroke ?
2. Bagaimana klasifikasi dari stroke ?
3. Bagaimana etiologi dari stroke ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari stroke ?
5. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari stroke ?
6. Bagiamana komplikasi dari stroke ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari stroke ?
8. Bagiamana pemeriksaan penunjang dari stroke ?
9. Bagaimana pencegahan dari stroke ?

STROKE 4
10. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada pasien stroke ?
1.4 Manfaat Penulisan
1. Praktek keperawatan
Memberikan informasi bagi semua perawat agar dapat mengimpelementasikan
ilmu keperawatan dalam komunitas keluarga.
2. Tenaga kesehatan
Memberikan informasi tentang penyakit stroke sehingga tenaga kesehatan dapat
melakukan tindakan yang dapat menekan angka kejadian stroke melalui
pencegahan stroke.
3. Keluarga
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan
dalam keluarga
4. Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh pada saat perkuliahan
kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
b. Untuk membina pengalaman belajar mengenai masalah kesehatan dan
penyelesainnya.

STROKE 5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep keluarga


2.1.1 Definisi keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi,2008).
Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya
masing-masing, menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon dan (
Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008).

2.1.2 Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam
yaitu :

a. Tipe Keluarga Tradisional

Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari


ayah, ibu dan anak-anak.

Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah


dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.

Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.

“Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.

“Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah)

b. Tipe keluarga

1 Tipe Keluarga Tradisional

STROKE 6
a. Keluarga inti ( Nuclear family ), adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak
b. Keluarga besar ( extended family ) adalah keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara misalnya nenek, keponakan, kakek, saudara
sepupu, paman, bibi, dan sebagainya
c. Keluarga dyad adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak
d. Single parent adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah atau ibu) dengan anak (kandung/angkat). Bisa disebabkan
karena perceraian atau kematian
e. Single adult adlaha suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
yang dewas (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal
kost untuk bekerja atau kuliah)
2 Tipe keluarga non tradisional
a. Unmarriedteenage mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua terutama ibu dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family yaitu
keluarga dengan orang tua tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
asilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama
d. The non marital heteroxexual
cohibiliting family
Keluarga yang hidup bersama dengan berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan
e. Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami istro (marital-partners)
f. Cohibiliting couple
g. Group marriage family
h. Group network family

STROKE 7
i. Foster family
j. Homeless family
k. Gang
2.1.3 Struktur keluarga

Dalam (Setiadi,2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,


diantarannya adalah :

 Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara


sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.

 Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak


saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ibu.

 Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama


keluarga sedarah istri.

 Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama


keluarga sedarah suami.

 Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi


pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.1.4 Tahap perkembangan keluarga

Menurut Duval (1985) dalam (setiadi,2008), membagi keluarga dalam 8 tahap


perkembangan, yaitu:
f. Keluarga baru (bergainning family)

Pasangan baru menikah yang belun mempunyai anak. Tugas


perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.

STROKE 8
6) Memahami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua).
g. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua
dinyatakan 17% tidak brmaslahah selebihnya bermasalah dalam hal :
1) Suami merasas diabaikan
2) Peningkatan perselisihan dan argument
3) Interupsi dalam jadwal continue
4) Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan
kegiatan)
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua
terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan)
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak
5) Konseling KB post partum 6 minggu
6) Menata ruang untuk anak
7) Biaya/ dana chld bearing
8) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
h. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak
pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir. Anak yang lain juga terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Merencanakan keegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang
anak.

STROKE 9
i. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas.
2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan
anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasu biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga .
j. Keluarga dengan anak usia remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang
seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang
yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi)
2) Memlihara komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Memepersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
k. Keluarga dengan anak dewasa ( anak I meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menrima kepergian anknya, menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek
dan nenek.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
4) Memepersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6) Berperan suami istri, kakek dan nenek

STROKE 10
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.
l. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah
minat social dan waktu santai
2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua
3) Keakraban dengan pasangan
4) Memelihara hubungan / kontak dengan anak dan keluarga
5) Persiapan masa tua / pension
m. Keluarga lanjut usia
1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian
3) Mempertahankan keakraban pasangan dengan saling merawat
4) Melakukan life review masa lalu

2.1.5 Tugas kesehatan keluarga

Tugas kesehatan menurut friedman (1998), dalam (murwani, 2007) yaitu:


2. Mengenal masalah kesehatan.
3. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
4. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
5. Mempertahankan/menciptakan suasana rumah sehat.
6. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
masyarakat.

STROKE 11
2.2 Konsep Stroke
2.2.1 Definisi Stroke
Cedera vaskuler serebral (CVA) yang sering disebut stroke atau serangan
otak, adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak.
Individu yang terutama berisiko mengalami CVA adalah lansia dengan hipertensi,
diabetes, hiperkolesterolemia, atau penyakit jantung pada CVA, hipoksia cerebral
yang menyebabkan cedera dan kematian sel neuron terjadi,. Inflamasi, yang
ditandai dengan pelepasan sitokin proinflamasi, produksi radikal bebas oksigen,
dan pembengkakan serta edema ruang interstisial, terjadi pada kerusakan sel dan
menyebabkan situasi yang memburuk. Demikian pula, asidosis terjadi akibat
hipoksia dan mencederai otak lebih lanjut mellaui aktivasi saluran ion neuron
yang mendeteksi asam. Pada akhirnya, kerusakan otak terjadi setelah CVA,
biasanya memuncak 24 sampai 72 jam setelah kematian sel neuron (Rudd, 2010).
Penyakit serebro vaskuler mengacu pada setiap gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui
sistem suplai arteri otak. Istilah stroke biasa digunakan secara spesifik untuk
menjelaskan infark serebrum. Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang
dapat menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Rudd, 2010).
Secara umum gangguan pembuluh darah otak atau stroke merupakan
gangguan sirkulasi serebral. Merupakan suatu gangguan neurologik vokal yang
dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi pada pembuluh darah serebral,
misalnya trombosis, embolis, ruptura dinding pembuluh atau penyakit vaskular
dasar, misalnya arteroklerosis, arteritis, trauma, anuerisme dan kelainan
perkembangan (Arum, 2015).
Stroke adalah Gangguan fungsi otak yang terjadi dengan cepat dan
berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan suplai darah ke otak dalm
jaringan otak, kekurangan aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia
yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak. (Irianto, 2014) sedangkan
Stroke menurut (Arum, 2015) merupakan Penyakit gangguan fungsional otak,
berupa kelumpuhan saraf, yang diakibatkan oleh gangguan aliran darah pada salah
satu bagian otak.
Stroke adalah keadaan yang terjadi saat otak rusak akibat aliran darah
terganggu. Hal ini terjadi karena penyumbatan arteri oleh gumpalan darah karena

STROKE 12
adanya gumpalan kolestrol dan homoragi atau pendarahan didalam otak serta
permukaan otak (Irianto, 2014).
Stroke adalah kondisi otak yang mengalami kerusakan karena aliran atau
suplai darah keotak terhambat oleh adanya sumbatan (iskemik stroke) atau
pendarahan (hemoragik stroke) (Suswono, 2010)

STROKE 13
2.2.2 Klasifikasi
Ada 2 klasifikasi umum CVA yaitu non hemoragik dan hemoragik. CVA non
hemoragik terjadi akibat penyumbatan aliran darah arteri yang lama ke bagian
otak. CVA hemoragik terjadi akibat perdarahan dalam otak.
a. Stroke Non Hemoragik

Penyumbatan arteri yang menyebabkan stroke iskemik dapat terjadi akibat


trombus (bekuan darah di arteri cerebril) atau embolus (bekuan darah yang
berjalan ke otak dari tempat lain di tubuh).

Stroke non hemoragik ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu:


1. Stroke trombotik : proses terbentuknya trombus yang membuat
penggumpalan.
2. Stroke embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
b. Stroke Hemoragik

STROKE 14
Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah sehingga
menyebabkan iskemia (penurunan aliran) dan hipoksia di sebelah hilir. Penyebab
stroke hemoragik adalah hipertensi, pecahnya aneurisma, atau malformasi
arteriovenosa (hubungan yang abnormal). Hemoragi dalam otak secara signifikan
meningkatkan tekanan intrakranial, yang memperburuk cedera otak yang
dihasilkannya.
Stroke hemoragik ada 2 jenis yaitu:
1. Hemoragik intra cerebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak
2. Hemoragik subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
2.2.3 Etiologi
Stroke adalah gangguan persarafan yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah ke otak yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai
dengan daerah lokal otak yang tergangu. Stroke terjadi dari adanya sumbatan pada
arteri sehingga menyebabkan penurunan suplai oksigen pada jaringan otak hingga
menimbulkan nekrosis. Stroke disebabkan karena adanya sumbatan yang berupa
trombus atau embolus ( gumpalan yang berasal dari pembuluh otak) faktor lain
yang berpengaruh dalam denyut jantung yang ireguler yang merupakan tanda
adanya sumbatan dijantung yang dapat keluar menuju otak. Adanya penimbunan
lemak pada pembuluh darah otak akan meningkatkan resiko pada pembuluh
darah sistemik. (Irianto, 2014)
2.2.4 Manifestasi Klinis
Menurut (Setyanegara, 2010) Manifestasi Klinis dari stroke adalah sebagai
berikut :
- Merasakan lemah dan mati rasa atau bebal pada bagian wajah, tangan, atau
kaki terutama salah satu bagian tubuh.
- Tiba- tiba merasakan kebingungan secara mendadak, gangguan berbicara atau
sulit berbicara, gangguan pemahaman atau sulit mengerti.
- Mengalami masalah melihat suatu benda dengan kedua mata. Penglihatan tiba
— tiba kabur seperti ada tirai yang menutupi kedua mata.
- Mengalami masalah saat berjalan, terasa pusing, dan kehilangan seimbangan
serta koordinasi.
- Mengalami sakit kepala yang sangat berat tanpa diketahui penyebab yang
jelas.

STROKE 15
- Perut mengalami rasa mual, panas, dan muntah - muntah terlalu sering.
- Pingsan mendadak, tiba - tiba mengalami kehilangan kesadaran.
Menurut data gejala dan tanda klinis dari gejala stroke adalah
- Gangguan motorik sebesar 90,5 %
- Nyeri kepala 39,8%
- Disatria 35,2%
- Gangguan sensorik
- Muntah
- Disfagia
- Vertigo
- Tidak sadar
- Kejang
- Gangguan visual.
- Gangguan keseimbangan.
- Bruit / stenosis karotis.
- Migrain.
Dari data diatas gejala stroke yang paling terlihat secara jelas yaitu adanya
gangguan motorik. Walaupun kadangkala ditemukan stroke tanpa gangguan
motorik ini. (Yuwono, 2017).
2.2.5 Patofisiologi
Gangguan pasukan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja didalam arteri-
arteri yang membentuk sirkulus willysy: arteria karotis interna dan sistem
vertebrobasilar atau semua cabang-cabang. Secara umum, apabila aliran darah
kejaringan otak terputus selama 5-10 menit, akan terjadi infark atau kematian
jaringan. (Corwin, 2009)
Oklusi disuatu arteri tidak selalu menyebabkan infark didaerah otak yang
diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya adalah mungkin terdapat sirkulasi
polateral yang menandai peristiwa tersebut. Proses patologig yang mendasari
mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi didalam pembuluh darah
yang memperdarai otak. Patologinya dapat berupa :
1. Keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri contohnya arterosklerosis dan
trombosis, robeknya dinding pembuluh atau peradangan.
2. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah,misalnya syok atau
hiperkositas darah.

STROKE 16
3. Gangguan aliran darah akibat pembekuan atau embolus infeksi yang berasal
dari jantung atau pembuluh ekstrak karnium.
4. Ruptur vaskuler didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
Stroke mungkin didahului oleh serangan siskemik transien (TIA) yang serupa
dengan angeia pada serangan jantung. TIA adalah serangan defisit neurologik
yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak vokal yang cenderung membaik
dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi tetapi biasanya dalam 24
jam. Setelah itu biasanya normal kembali. Serangan ini menimbulkan beragam
gejala tergantung pada lokasi jaringan otak yang terkena,dan disebabkan oleh
gangguan vaskular yang sama dengan menyebabkan stroke. Tindakan yang
penting untuk mencegah stroke,fibrilasi atrium pemeriksaan klinis misalnya
hitung darah lengkap (HDL), panel metabolik dasar, faktor pembekuan,
elektrokardiogram (EKG),dan pemeriksaan dokler karotis (non invasif). Stroke
ringan biasanya penyebabnyaa adalah stenosis aterosklerotik sebuah arteri
karotis. Pasien yang jelas memperlihatkan bising karotis disisi yang terkena
menjalani pemeriksaan dopler karotis dan angioglasi. Pemeriksaan —
pemeriksaan ini sangat penting untuk mendiagnosis lesi yang dapat diperbaiki
secara bedah. Bahkan tanpa terdengar bruit, prosedur-prosedur diagnostik tetap
harus dilakukan apabila terdapat gejala defisit disirkulasi karotis (anterior),
terutama apabila disertai emboli pada arteriol retina.(Price,2015).

STROKE 17
2.2.6 Komplikasi
a. Dini (0 - 48 jam pertama)
- Edema serebri. Defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan TIK, herniasi, dan akhirnya menimbulkan
kematian.
- Infark miokard, penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
b. Jangka pendek (1-14 hari).
- Pneumonia akibat immobilisasi lama.
- Infark miokard.
- Emboli paru, cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke , sering kali terjadi
pada saat penderita mulai mobilisasi.
c. Jangka panjang (> 14 hari)
Stroke rekuren.
- Infark miokard.
- Gangguan vaskuler lain : penyakit vaskuler perifer. (Rudd, A, 2010)
2.2.7 Penatalaksanaan
a) Pengobatan
Untuk penangan stroke iskemik obat obat yang biasa diberikan adalah :
- Aktivator plasminogen (tissue plasminogen activator / tPA)
Obat ini dapat melarutkan gumpalan darah yang menyumbat pembuluh
darh, melalui enzim p;lasmin yang mencerna fibrin (komponen pembekuan
darah). Hal ini disebabkan kandungan terllarut tidak hanya fibrin yang
menyumbat pembuluh darah, tetapi juga fibrin cadangan yang ada dalam
pembuluh darah. Oleh karena itu pemberian tPA perlu dahulu didiskusikan
diantara dokter dan perawat. Selain itu tPA hanya bermanfaat jika diberikan
sebelum 3 jam dimulainya gejala stroke. Pasien juga harus menjalani
pemeriksaan lain, seperti CT Scan, MRI, jumlah trombosit, dan tidak sedang
meminum obat pembekuan darah.
- Sedangkan pada stroke hemoragik, tindakan medis yang diambil pertama
adalah menghentikan pendarahan dengan obat - obatan (seperti nimodipin,
amino cproic acid dan traehmidacd / dengan bedah). Tujuan terapi bedah
pada stroke hemoragik adalah mengeluarkan darah yang tercurah ke otak
yang dapat merusak saraf jaringan otak.

STROKE 18
Obat obat untuk penderita stroke hemoragik biasanya adalah:
1. Nemodipin
Obat ini mencegah penyempitan pembuluh darah pada stroke dengan
pendarahan subarakhoid
2. amino cproic acid
obat ini melawan aktifator plasminogen, merupakan kebalikan tPA.
Pendarahan subarakhoid dapat berkurang 13 — 20 % dengan terapi
obat ini.
3. Tranexamid acid
Obat ini menghambat pembetukan plasama, dapat mencegah
terjadinya pendarahan ulang.
b) Aspirin untuk terapi stroke
Aspirin atau asam asetil salisilat selain berfungsi sebagai analgetik,
juga diguanakan sebagai antiplatelet untuk terapi stroke. Aspirin bekerja untuk
menghambatan pembetukan tromboksan. Tromboksan merupakan senyawa
yang berperan dalam pembekuan darah. Dengan dihambatanya tromboksan,
terjadi penghambatan pembekuan darah. Hambatan dalam proses pembekuan
darah diharapkan dapat melancarkan aliran darah menuju otakynag tersumbat
untuk terapi penyakit stroke, aspirin diberikan dalam dosis rendah. Hal ini
disebabkan pada dosis tinggi, aspirin berisiko menyebabakn terrjadinya
pendarahan yang tentunya kana memperparah kondisi pasien.
c) Rehabilitasi
Rehabilitasi harus segera dilakukan setelah terjadi serangan stroke.
Apabila mengabaikan rehabilitasi, proses pemulihan akan berlangsung lebih
lama misalnya, tamgan mengalami kelumpuhan, akan memicu sakit pada
pundak karena posisi tangan yang salah atau seseorang tidak sengaja menarik
tangan saat mengangkat tubuh. Disamping itu, jika terlalu lama berbaring
akan mengakibatkan kemmapuan untuk duduk kembali akan tertunda . dan
mengalaimi penggumpalan drah di kaki atau luka karena tekanan yang
disebabkan terlalu lama dalam satu posisi saja. Untuk itu, Rehabilitasi perlu
dilakukan setelah terkena stroke baik aspek fisik atau sikologis. Karena selama
terjadi stroke pasien merasa gelisah mengalami beberapa gangguan, seperti
kesakitan, tempat tidur tidak nyaman, kepanasan / kedinginan, mungkin juga
mengalami kram di kakai yang lumpuh. Rehabilitasi ini bertujuan untuk

STROKE 19
menstimulasi otak agar dapat bekerja kembali dan membuat berbagai koneksi
baru diantara sel sel otak yang sehat. Pasien yang mendapat perawatan
rehabilitasi akan ditangani dokter, perawat.
d) Fisioterapi
Aspek terpenting dalam pemulihan setelah mengalami stroke adalah
memestikan pasien dapat bergerak kembali. Pada bagian fisoterapi, spesial
yang banyak dilibatkan dalam memberikan terapi setelah mengalami stroke
adalah bagian fisioterapi disini akan membantu pasien dalam memulihkan
fungsi otot sehingga dapar bergerak kembali secara normal. Apabila
ditemukan kasus dimana kekuatan otot sulit kembal, fisioterapis akan
membantu pasien dengan tongkat atau alat bantu.
Lamanya sesi terapi tergantung toleransi pasien pada waktu terapi, tetapi
pasien memiliki semangat yang luar biasa untuk pulih, bisa saja sesi terapi
ditambah beberapa menit karena ini memberikan keuntungan lebih. Kemudian
program pemulihan dapat berkurang frekuensinya menjadi 2/3 kali seminggu
dan pasien dapat melakukan olahraga sendiri pada selang waktu diantaranya.
Peran fisioterapis sangat penting bagi pasien yang telah mengalami serangan
stroke. Oleh karenanya, bila fisioterapis memberikan saran, terimalah saran itu
dengan sabar, walaupun mampu pulih lebih cepat, tapi hal ini bisa saja akan
berpengaruh pada kualitas pergerakan. (Suswono, 2010)
2.2.8 Pemeriksaan penunjang
Menurut (Corwin, 2009) Pemeriksaan penunjang dari stroke antara lain :
a. Pemeriksaan laboratorium.
- Pemeriksaan darah lengkap, berupa jumlah sel darah merah dan putih,
trombosit, dan lain - lain. Hasil pemeriksaan ini akan memberikan
informasi kesehatan pasien.
- Tes darah okagulasi, yang terdiri atas empat tes, yaitu:
 Prothrombin time
 Partial thromboplastin time (PTT),
 International normalized ratio (INR),
 Agregasi trombosit.
Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa cepat darah menggumpal
dan menyebabkan pendarahan atau pembekuan darah.
- Tes kimia darah

STROKE 20
Tes ini digunakan untuk melihat kadar gula darah, kolestrol, asam urat,
dan lain-lain yang merupakan pencetus stroke.
- Tes lipid darah
Tes ini dilakukan untuk mengetahui kadar kolestrol baik (HDL) dan
kadar kolestrol jahat (LDL), trigliserida, dan total kolestrol. Faktor
kolestrol ini dianggap sebagai faktor yang berperan penting dalam kasus
- kasus stroke dan penyakit jantung.
- Tes darah dalam situasi tertentu
Kasus stroke yang tidak diketahui penyebabnya memerlukan tes ini. Tes
ini terutama diperlukan pada penderita yang berusia muda atau anak -
anak. Tes ini meliputi homosistein darah, kultur drah, enzim kardiak, dan
lupus koagulasi.
b. Pemeriksaan dengan pemindaan.
Pemeriksaan ini dilakukan pada otak dan kepala, biasanya menggunakan CT
scan dan MRI atau alat pemindaan lain, seperti SPECT (Single Photon
Emmision) PET (Positron Emission Tomography) Cerebral Angioplasty, USG
(Carotid Ultrasoumd), Echocardium dan EKG.
- CT scan
Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokterbahli radiologi. Biasanya,
pemeriksaan ini dilakukan atas perintah dokter saraf atau bedah saraf.
Pada dasarnya, CT Scan menggunakan sinar X untuk mengambil gambar
otak dan kepala. Karena tulang lebih banyak menyerap sinar X, saat
pemindaan biasanya menghasilkan warna putih. Sedangkan, cairan otak
menghasilkan warna hitam. Pada kasus stroke iskemik, warna otak akan
lebih banyak hitam, sedangkan pada stroke hemoragik akan lebih banyak
menghasilkan warna putih.
- MRI
Alat ini menghasilkan lebih akurat daripada CT scan karena mampu
mendeteksi berbagai kelainan otak dan pembuluh darah otak yang sangat
kecil dan tidak mungkin dijangkau oleh CT Scan.
- SPECT
Alat ini menggunakan isotop dengan sinar gamma, dari jenis radio isotop
xenon 133. Alat ini digunakan untuk mendeteksi wilayah otak yang

STROKE 21
terganggu dan dapat mendeteksi jenis serangan (dalam waktu empat jam
setelah serangan).
- PET
Alat ini digunakan untuk memantau gangguan fisiologi, seperti
metabolisme gula dalam otak. Alat yang satu ini tidak begitu populer
karena selain harganya yang cukup tinggi, alat ini membutuhkan waktu
yang yang lama sehingga membuat pasien mengeluh.
- Cerebral Angiography.
Alat yang biasanya digunakan sesudah pemeriksaan mengunaakn CT
Scan ini digunakan untuk mendeteksi abnormalitas di dalam pembuluh
darah otak (menyempit atau tersumbat, atau adanya aneurisma maupun
AVM dan mengetahui tingkat penyempitan dan penyumbatan).
- Carotid Ultrasound (USG)
Bentuknya mirip dengan USG yang dipakai untuk mendeteksi janin
dalam perut. Alat ini digunakan untuk penyumbatan pembuluh darah di
leher pasien yang sudah terkena stroke ketika dilakukan pemindaian
awal, penyempitan pembuluh darah akibat menumpuknya kolestrol,
penggumpalan darah, dan aliran darah bisa dideteksi dengan alat ini.
- EKG (elektrocardiogram)
Alat ini digunakan untuk memantau denyut jantun. Alat ini juga bisa
memberikan gambaran irama denyut jantung yang bisa memicu serangn
stroke, juga bisa digunakan sebagai alat evaluasi stroke.
2.2.9 Pencegahan
Menurut (Setyanegara, 2010) Pencegahan stroke sebagai berikut :
a. Gaya hidup.
b. Menghindari minuman yang beralkohol.
c. Banyak mengonsumsi sayuran dan buah.
d. Mencari sumber protein yang rendah lemak.
e. Mengurangi konsumsi garam.
f. Memperbanyak makanan yang berserat.
g. Kurangi lemak atau berkolesterol tinggi.
h. Lebih banyak bergerak / olahraga.
i. Rutin memeriksa tekanan darah.
j. Memperbaiki gula dan lemak.

STROKE 22
k. Mengonsumsi makanan yang mengandung potasium.
l. Memantau berta badan.

STROKE 23
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya
(Murwani, 2008). Hal-hal yang dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data umum Pengkajia terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga
6) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
7) Tipe suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
8) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
9) Status sosial ekonomi keluarga
Status ekonomi sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial
ekonomi keluarga ditentuka pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan
oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
10) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan
menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga Yang perlu dikaji pada tahap
perkembangan adalah :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

STROKE 24
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga
inti
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.
3) Riwayat keluarga Inti.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada inti, yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit ( imunisasi ), sumber
pelayanan kesehatan yang bisa digunakan serta riwayat perkembangan dan
kejadian-kejadian atau pengalaman penting yang berhubungan dengan
kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan
istri.
c. Data lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah dididentifikasikan dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan
perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber
air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/ kesepakatan
penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
3) Mobiltas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga
interaksinya dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga

STROKE 25
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan. Fasilitas mencakup, fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau
dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar
anggota keluarga.
2) Struktur kekeuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal. Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai
nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan denga
kesehatan.
e. Fungsi-fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga, dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan
perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga di dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan

STROKE 26
lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan, dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi. Hal yang perlu dikaji megenai fungsi reproduksi keluarga
adalah:
a) Berapa jumlah anak
b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah
anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga
adalah :
a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
f) Stres dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang
a) Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
b) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stresor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi / stresor.
3) Strategi koping yang digunakan.
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila meghadapi
permasalahan.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan.
g) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik.
h) Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

STROKE 27
3.2 Penerapan prioritas masalah Skala untuk menentukan prioritas
Skala untuk menentukan prioritas
Asuhan Keperawatan Keluarga
(Bailon dan Maglaya, 1978 dalam Murwani, 2008)
No Kriteria Bobot
1 Sifat masalah Skala :
Tidak/ kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2 1
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat
dirubah Skala :
Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah Skala :
Masalah berat harus segera 2
ditangani Ada masalah tetapi tidak 1 1
perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :
a) Tentukan skore untuk setiap kriteria
b) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

Skore
X Bobot
Angka kematian
c) Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria
3.3 Prioritas diagnosa keperawatan

STROKE 28
Dengan melihat kriteria yang pertama, yaitu sifatnya masalah, bobot yang
lebih berat diberikan pada tidak / kurang sehat karena pertama memerlukan tindakan
segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.
Untuk kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah perawat perlu
memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah.
b) Sumber daya keluarga : dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
c) Sumber daya perawat : dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.
d) Sumber daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat,
dan sokongan masyarakat.
Untuk kriteria ketiga, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan ialah :
a) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu maslah itu ada.
b) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah.
c) Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah. Untuk kriteria keempat, yaitu menonjolnya
masalah perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah
kesehatan tersebut. Nilai skore yang tinggi yang terlebih dahulu dilakukan
intervensi keperawatan keluarga (Murwani, 2008).
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai, keluarga, atau masyarakat
yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa data secara
cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat
bertanggungjawab untuk melaksanakannya (Mubarak, 2007).
3.4 Tahapan tindakan keperawatan keluarga
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal berikut ini (Murwani,
2007):
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah-masalah
kesehatan dengan cara :
1) Memberikan informasi
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

STROKE 29
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan
cara:
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan
cara :
1) Mendemonstrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkuan
menjadi sehat, dengan cara :
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan
cara :
1) Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kegiatan
evaluasi meliputi mengkaji kemampuan status kesehatan keluarga, membandingkan
respon keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah
dan kemajuan percapaian tujuan keperawatan. Bila hasil evaluasi tidak / berhasil
sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga
evaluasi yang dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu
pula direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga (Murwani, 2008).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional menurut Murwani
(2008) :
S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjectif setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.

STROKE 30
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosis.
P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada
tahapan evaluasi.

STROKE 31
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CVA
4.1 Pengkajian
Dari pengkajian tersebut ditemukan data umum kepala keluarga Tn. S yang berumur
59 tahun pendidikan terakhir SLTA dan bekerja sebagai pekerja swasta. Sedangkan
istrinya bernama Ny. N berumur 57 tahun, pendidikan terakhir MTs dan bekerja sebagia
ibu rumah tangga. Ny. Y mempunyai riwayat penyakit gastritis. Tn.S tinggal serumah
dengan anak bungsunya yaitu di Ds. Plemahan Kec. Sumobito Kab. Jombang. Tn.S
memiliki 3 orang anak, anak pertama Sdr. N sudah menikah dan mempunyai rumah
sendiri dan sudah mempunyai seorang anak, anak kedua bernama Sdr. A sudah menikah
dan sudah mempunyai rumah sendiri dan sudah memiliki anak, sedangkan anak yang
ketiga bernama Sdr. N yang masih tinggal serumah, berusia 20 tahun dan masih menjadi
seorang pelajar. Sdr. N memiliki riwayat hipotensi. Tipe keluarga Tn.S adalah keluarga
inti karena terdiri dari suami, istri dan anak. Keluarga Tn.S bersuku Jawa, beragama
islam dan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa jawa. Setelah Tn.S
mengalami sakit, Tn.S tidak bekerja melainkan anak dan istrinya. Istri Tn.S bekerja
sebagai guru di TPQ samping rumahnya sedangkan anak bungsu Tn.S selain sebagai
pelajar dia juga bekerja sebagi guru les di rumahnya. Tetapi mereka tidak pernah
mengeluh akan ekonomi dan biaya kebutuhan sehari-hari mereka karena selain mereka
bekerja ada juga anak pertama dan kedua dari Tn.S juga andil dan berperan aktif dalam
membantu pengobatan ayahnya.

4.2 Tahap dan riwayat perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga Tn.S adalah keluarga tahap ke-VII yaitu keluarga
terdiri dari keluarga pertengahan (pension, tanpa jabatan) pada tahap ini masalah keluarga
yang dialami adalah orang tua sudah mengalami sakit-sakitan dan kondisi fisik mulai
menurun. Pada tahap perkembangan keluarga ini, keluarga sudah menjalankan tugas
perkembangan keluarga dengan baik yang mana keluarga menjalin hubungan yang penuh
arti dengan orang tua. Tn.S memiliki riwayat penyakit stroke sejak tanggal 15 september
2016 yang awalnya adalah terjadi kesemutan pas waktu tidur setelah itu paginya dibawah
ke PKU terdekat untuk diperiksa dan terdiagnosa penyakit stroke non hemorragik, setelah
itu dilakukan pengobatn selama beberapa bulan dan akhirnya sembuh. Setelah itu pada
bulan September 2017 Tn.S jatuh dan karena penolongan yang terlambat untuk dibawah
kerumah sakit akhirnya semkain memperburuk keadaan Tn.S sehingga ketika di Rumah
sakit didiagnosa oleh dokter terkena stroke hemorraghi karena pembuluh darah Tn. S

STROKE 32
pecah dan setelah itu Tn S pernah mengalami koma selama 3 bulan dan setelah siuman
dan pulang dari rumah sakit Tn.S mengalami kelumpuhan sehingga tidak bisa
menggerakkan tubuhnya sama sekali. Setelah serangan stroke yang kedua dilakukan
terapi setiap seminggu sekali disamping itu juga ketika di rumah Tn S dilatih oleh
keluarga untuk mobilisasi sedikit demi sedikit sehingga lama kelamaan Tn. Sudah mulai
untuk menggerakkan anggota tubuhnya dan sedikit demi sedikit sudah mulai berjalan tapi
tidak terlalu jauh karena kalau dipaksakan Tn S mengalami kelelahan tapi bicara Tn. S
masih pelo. Selain dilakukan terapi, Tn. S juga diberi obat-obatan khusus dari dokter dan
keluarga juga pernah pernah membelikan obat herbal untuk pengobatan Tn. S. Hasil
pemeriksaan terakhir didapatkan Tekanan Darah 220 mmHg. Apabila ada anggota
keluarga ada yang sakit segera berobat di pelayanan kesehatan terdekat atau petugas
kesehatan lainnya. Dan orang tua dari Tn.S tidak memiliki riwayat penyakit ataupun
penyakit menular lainnya tetapi saudara dari Tn. S sendiri pernah mengalami penyakit
stroke tersebut.
4.3 Struktur keluarga
 Pola komunikasi dari keluarga Tn. S komunikasi berjalan baik. Dari anggota keluarga
saling terbuka tetapi dari Tn.s sendiri lebih bersifat tertutup jika ada masalah.
 Peran dalam keluarga : Tidak ada masalah karena dalam keluarga tersebut sudah
menjalankan sesuai perannya masing-masing
 Nilai/ norma keluarga : Tidak ada konflik nilai dalam anggota keluarga karena
mereka sudah ada aturan khusus dalam anggota keluarga
 Pengambilan keputusan dalam keluarga : sebelum Tn. S mengalami sakit,
pengambilan keputusan dalam anggota keluarga diambil oleh kepala keluarga tetapi
ketika Tn. S sakit, pengambilan keputusan ini di serahkan pada istrinya dan anak
tertua keluarga tersebut.
4.4 Fungsi keluarga

 Fungsi afektif : Fungsi afektif Keluarga ini berfungsi dengan baik. Dimana pada
anggota keluarga saling menyayangi, mengasihi antar anggota keluarganya.

 Fungsi sosial : Fungsi sosial berfungsi dengan baik dimana Tn.S ini mengajarkan
anak-anaknya untuk hidup ber masyarakat

 Fungsi ekonomi : Fungsi ekonomi dalam keluarga ini berfungsi dengan baik dan tidak
ada masalah karena selain dari penghasilan yang didapat dari istri dan anak bungsu
Tn.S untuk pemenuhan kebuthuan sehari-harinya juga dibantu oleh anak pertama dan

STROKE 33
kedua begitupun juga saudara dari Tn S sendiri ikut andil dalam pengobatan dari Tn.S

4.5 Pola koping keluarga

Mekanisme koping :
Stresor yang di hadapi keluarga : stressor yang dihadapi keluarga Tn.S saat ini adalah
masalah ekonomi karena pengeluaran juga semakin banyak
4.6 Data penunjang Keluarga

Rumah dan sanitasi lingkungan :


 Kondisi rumah : tipe rumah permanen, lantai keramik, rumah ini milik sendiri,
 Fasilitas rumah : baik, jendela setiap hari dibuka, pencahayaan rumah baik,
saluran buang limbah tertutup
 Air bersih : sumber air bersih berasal dari sumur, dan kualitas airnya bersih,
pengurasan air setiap seminggu sekali
 Jenis jamban : menggunakan leher angsa
 Jarak septic tank : jarak setick tank dengan sumber air 18 meter
 Tempat sampah : tidak memiliki tempat sampah karena sampah langsung
diambili oleh petugas kebersihan desa tersebut
PHBS di rumah tangga :
 Menggunakan air bersih untuk makan dan minum : ya
Keluarga Tn. S selalu menggunakan air bersih untuk makan dan minum
 Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri : ya
Keluarga Tn. S selalu menggunakan air bersih untuk kebersihan diri mereka
 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun : ya
Keluarga Tn. S selalu menggunakan air bersih dan sabun untuk mencuci tangan
 Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya : ya
Keluarga Tn. S tidak memiliki tempat sampah pribadi melainkan tempat sampah
umum yang tiap harinya diambil oleh petugas desa

 Menjaga lingkungan rumah tampak bersih : tidak

Dari halamandepan rumah memang nampak bersih tapi ketika didalmnya banyak
barang-barang yang tidak tertata rapi

 Mengkonsumsi lauk dan pauk setiap hari : ya

STROKE 34
Keluarga Tn. S mengonsumsi lauk dan pauk setiap hari supaya kebutuhan gizi
tetap terpenuhi
 Makan buah dan sayur setiap hari : tidak
Keluarga Tn.S mengkonsumsi buah dan sayur setiap 2 hari sekali
 Melakukan aktivitas fisik setiap hari : tidak
 Merokok, minum alcohol : tidak
4.7 Kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan kesehatan anggota keluarga
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggota keluarganya yang menderita sakit :
Ada . setiap anggota keluarga Tn.S memiliki perhatian khusus pada setiap anggota
keluarga yang sakit, mereka selalu memberikan dukungan kepada anggotanya yang
sakit
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehataan yang dialami anggota dalam
keluarganya? Tidak. Karena sebelumnya dari Tn S sendiri tidak pernah cerita akan
masalah yang dihadapinya
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehataan yang dialami anggota
dalam keluarganya? Tidak. Karena dari anggota keluarganya sendiri juga belum
mengetahui tentang maslah kesehatan yang dialami oleh Tn.S
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dam gejala masalah kesehataan yang dialami
anggota dalam keluarganya?
Tidak. Karena sebelumnya dari Tn S sendiri tidak pernah cerita akan masalah yang
dihadapinya dan tiba-tiba saat bangun tidur anggota tubuhnya sulit digerakkan.
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehataan yang dialami anggota dalam
keluarganya? Tidak.karena awalnya anggota keluarga tidak mengetahui penyakit
yang dialami Tn. S tetapi setelah mengetahui penyakit yang dideritanya anggota
keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan Tn S jika tidak dilakukan pengobatan
lebih lanjut dan penanganan yang lebih tepat.
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang
dialami anggota keluarganya ?
Tenaga Kesehatan, karna saat mengalami serangan stroke yang pertama dari pihak
keluarga langsung membawanya ke pelayanan kesehatan terdekat. Disamping itu juga
setelah mengetahui penyakit yang diderita oleh Tn S keluarga tidak hanya mencari
informasi tentang masalah kesehatan tersebut melainkan juga mencari informasi dari
tetangga sekitar.
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya :

STROKE 35
Perlu berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Supaya mendapatkan penanganan
kesehatan yang lebih tepat.
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota
keluarganya secara aktif : (Bagaimana bentuk tindakan/upaya peningkatan kesehatan)
Ya. Karena dari anggota keluarga melakukan terapi untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dialami Tn S.
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya : Ya. Karena setelah di bawa ke dokter menyarankan untuk
dilakukan terapi.
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah
kesehatan yang dialaminya ? Ya. Cara yang dilakukan anggota keluarga dalam
perawatan masalah kesehatan Tn S yaitu dilakukan mobilisasi.
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarga ? Ya. Yaitu dengan cara menjaga pola makan dan menganjurkan
untuk tidak terlalu berpikir pada masalah yang dapat menganggu kesehatannya.
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan : tidak.
Karena tidak mengetahui cara apa yang digunakan untuk memodifikasi lingkungan
yang tepat.
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya ?
Ya. Karena dari anggota keluarga mendapatkan informasi dari tetangga sekitar untuk
memberikan Tn S buah mengkudu untuk dijadikan sebagai pengobatan penyakitnya.
Selain itu juga memanfaatkan pelayanan kesehatan di polindes.

KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria:
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesui rencana Kemandirian II : Jika memenuhi Kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar Kemandirian III : Jika memenihi Kriteria 1 s.d 6
4. Manfaatkan faskes sesuai anjuran Kemandirian IV : Jika memenuhi Kriteria 1 s.d
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran 7
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif

STROKE 36
Kategori :
Kemandorian I Kemandirian II
Kemandirian III Kemandirian IV √

STROKE 37
Lampiran pengkajian individu

anggota keluarga 1 2 3 4 5 sistem pencernaan : 1 2 3 4 5


nyeri spesifik : intake cairan kurang
Kaki, seranga
lutut. n
Punggun
g dan
Lokasi siku mual / muntah
Tipe Linu-linu nyeri perut
Durasi muntah darah
Intensitas Flatus
status mental : 1 2 3 4 5 distensi abdomen
Bingung Colostomy
Cemas Diare
disorientasi konstipasi
menarik diri bising usus
sistem integumen : 1 2 3 4 5 terpasang sonde
cianosis sistem persyarafan : 1 2 3 4 5
akral dingin nyeri kepala
diaporesis pusing
Jaundice Tremor
luka reflek pupil anisokor
mukosa mulut paralisis lengan kiri/ lengan
kering kanan/ kaki kiri/ kaki kanan
CRT > 2 detik anestesi daerah perifer
sistem pernapasan : 1 2 3 4 5 riwayat pengobatan 1 2 3 4 5

Stridor alergi obat


Neuro-
Bion,
Wheezing jenis obat yang dikonsumsi Kapitri-
oplin
2,5
Ronchi
akumulasi sputum PEMERIKSAAN PENUNJANG
sistem perkemihan : 1 2 3 4 5
disuria Pemeriksaan Laboratorium 1 2 3 4 5
hematuria Gula Darah
frekuensi Asam urat
retensi Cholesterol
inkontinensia Hb
sistem
muskuloskeletal : 1 2 3 4 5
tonus otot kering
Paralisis
hemiparesis
ROM
gangguan
keseimbangan

STROKE 38
4.8 Analisa data

No Data Etiologi Masalah


keperawatan
keluarga
1 DO : Kesemutan pada saat tidur Ketidakefektifan
diakibatkan akibat dari pemeliharaan
- TTV : 220/ 140 mmHg
penimbunan lemak yang kesehatan
- N : 88 x/menit
banyak
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 oC
- Konjungtiva normal
- CRT < 2 detik
Ds : Tn. S mengatakan
mengalami nyeri dibagian lutut,
punggung, siku, sering makan
makanan yang berlemak , makan
tidak teratur
2 DO : Kurangnya informasi Kurangnya
ataupun pengetahuan pengetahuan tentang
- Konjungtiva normal
tentang penyakit yang penyakit
- Turgor kulit > 2 detik
dialami anggota keluarga
DS : anak Tn. S mengatakan tidak
mengetahui penyebab penyakit
yang dialami oleh ayahnya
3. DO : pasien terlihat cemas, Px lebih menutup diri akan Hambatan interaksi
bingung masalahnya sosial
DS : anak Tn S mengatakan kalau
Tn S selalu memendam masalah
pribadinya jika tidak ditanya dari
pihak keluarga maka si px tidak
menjawab karena sifat dari
beliaunya sendiri merupakan sifat
yang tertutup, sehingga banyak
masalah yang dipendam sendiri
4. DO : bak mandi terlihat kotor, Kurang menjaga kebersihan Perilaku kesehatan
gelap dan kurang pencahayaan lingkungan rumah cenderung berisiko

selain itu kebersihan dalam rumah


kurang seperti perabotan rumah
yang tidak tertata rapi dan juga
lantainya masih terlihat kotor.
DS : keluarga mengatakan jarang

STROKE 39
mengurus bak mandi

STROKE 40
4.9 Prioritas Masalah
A. Skoring
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b/d pola hidup yang kurang sehat

NO KRITERIA SKOR BOBOT PERHITUNGAN


1 Sifat masalah
- Resiko 2 1 3
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah
- Sebagian
2 2 4

3 Potensi masalah untuk


dicegah
- Cukup 2 1 3
4 Menonjolnya masalah
- Masalah
dirasakan dan 2 1 3
harus segera
ditangani
Jumlah Total 13

2. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b/d anggota keluarga tidak mengetahui


penyebab penyakit yang dialami pasien.

NO KRITERIA SKOR BOBOT PERHITUNGAN


1 Sifat masalah
- resiko 2 1 3
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah
- Sebagian 1 2 3

3 Potensi masalah untuk


dicegah

STROKE 41
- Rendah 1 1 2
4 Menonjolnya masalah
- Masalah
dirasakan dan 2 1 3
harus segera
ditangani

Jumlah Total 11

3. Hambatan interaksi sosial b/d keluarga mengatakan pasien lebih menutup diri
dari masalah yang dialami.

NO KRITERIA SKOR BOBOT PERHITUNGAN


1 Sifat masalah
- Aktual 3 1 4
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah
- Sebagian 1 2 3

3 Potensi masalah untuk


dicegah
- 1 1 2
4 Menonjolnya masalah
- Masalah dirasakan
dan harus segera 2 1 3
ditangani

Jumlah Total 12

4. Perilaku kesehatan cenderung berisiko b/d Kurang menjaga kebersihan lingkungan


rumah

NO KRITERIA SKOR BOBOT PERHITUNGAN


1 Sifat masalah

STROKE 42
- Resiko 2 1 3
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah
- Sebagian
1 2 3

3 Potensi masalah untuk


dicegah
- Rendah 1 1 2
4 Menonjolnya masalah
- Masalah
dirasakan dan 2 1 3
harus segera
ditangani
Jumlah Total 11

PRIORITAS DIAGNOSA KOMUNITAS


Berdasarkan scoring di atas, maka prioritas diagnosa keperawatan komunitas di
adalah sebagai berikut:

No.
Jumla
Priorita Diagnosa Komunitas
h
s

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b/d makan yang tidak teratur 13

2. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b/d anggota keluarga tidak 11


mengetahui penyebab penyakit yang dialami pasien.
3. Hambatan interaksi sosial b/d keluarga mengatakan pasien lebih 12
menutup diri dari masalah yang dialami

4. Perilaku kesehatan cenderung berisiko b/d Kurang menjaga kebersihan 11


lingkungan rumah

STROKE 43
4.10 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

NOC NIC
Diagnosa

Ketidak Efektifan Keseimbangan gaya hidup Bantuan perawatan diri


Pemeliharaan Kesehatan
1. Mengnali kebutuhan 1. Monitor kemampuan
Definisi : ketidakmampuan untuk perawatan secara
mengidentifikasi, mengelola menyeimbangkan mandiri
dan/atau mencari bantuan aktivitas-aktivitas 2. Memberikan
untuk mempertahankan hidup (5) lingkungan yang baik
kesehatan. 2. Mencari informasi dengan memastikan
tentang strategi untuk lingkungan yang
aktivitas hidup (5) hangat, santai,
Batasan karakteristik : 3. Membatasi aktivitas tertutup dan bersih

1. Ketidakmampuan yang berkontribusi 3. Berikan bantuan

bertangguang jawab untuk perasaan sampai mampu

untuk memenuhi terbebani (4) melakukan

preaktek kesehatan 4. Menggunakan perawatan diri

ddasar manajemen waktu sendiri

2. Kurang dukungan dalam rutinitas harian 4. Dorong pasien untuk

sosial (5) melakukan aktivitas

3. Kurang pengaetahuan 5. Ikuti dalam aktivitas normal sehari-hari

tentang prakteik yang dapat memenuhi sampai batas

kesehatan dasar kebutuhan psikologis kemampuan

4. Pola perilaku kurang (5) 5. Dorong kemandirian

mencari bantuan 6. Memodifikasi pasien , tapi bantu

kesehatan tanggung jawab peran ketika pasien tidak

5. Tidak menujukan dalam keluarga jika mampu

minat pada perbaikan diperlukan (4) melakukannya

perilaku sehat 7. Ikut dalam aktivitas 6. Ajarkan keluarga

6. Tidak menujukan yang meningkatkan untuk mendukung

perilaku adaptif pengembangan diri kemandirian dengan

terhadap perubahan (5) membantu hanya

lingkunagn ketika pasien tak

STROKE 44
Faktor yang berhubungan : mampu melakukan
7. Ciptakan rutinitas
1. Gangguan fungsi
aktivitas perawatan
kognitif
diri
2. Gangguan persepsi
3. Hambatan
pengambilan
keputusan
4. Keterampilan
komunikasi tidak
efektif

2. Hambatan interaksi social


Definisi : insufisiensi atau kelebihan kuantitas atau ketidakefektifan kualitas pertukaran
social

Batasan Karakteristik :
 Ketidaknyamanan dalam situasi social

 Disfungi interaksi dengan orang lain

 Laporan keluarga tentang perubahan interaksi (mis, gaya, pola)

 Ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan rasa keterikatan social yang memuaskan


(mis.,rasa memiliki, perhatian, minat, berbagi cerita)

 Ketidakmampuan menerima rasa keterikatan social yang memuaskan (mis, rasa


memiliki, perhatian, minta, berbagi cerita)

 Penggunaan perilaku interaksi social yang tidak efektif

Faktor Yang Berhubungan :


 Ketiadaan orang terdekat

STROKE 45
 Kendala komunikasi

 Deficit tentang cara meningkatkan kebersamaan (mis, pengetahuan, keterampilan)

 Gangguan proses piker

 Kendala lingkungan

 Hambatan mobilitas fisik

 Gangguan konsep diri

 Ketidak sesuaian sosiokultural

 Isolasi terapeutik

NOC :
Self esteem, situational
Communication impaired verbal

Kriteria Hasil :
1. Lingkungan yang suportif yang bercirikan hubungan dan tujuan anggota keluarga (5)

2. Menggunakan aktivitas yang menenangkan, menarik, dan menyenangkan untuk


meningkatkan Kesejahteraan, interaksi sosial dengan orang, kelompok, atau
organisasi (5)

3. Memahami dampak dari perilaku diri pada interaksi sosial (5)

4. Mendapatkan/ meningkatkan keterampilan interaksi sosial, kerjasama, ketulusan dan


saling memahami (5)

5. Mengungkapkan keinginan untuk berhungan dengan orang lain (5)

6. Perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial anak sesuai dengan usianya. (5)

NIC :
-Socialization Enhancement :
1. Buat interaksi terjadwal

2. Dorong pasien ke kelompok atau program keterampilan interpersonal yang membantu


meningkatkan pemahaman tentang pertukaran informasi atau sosialisasi, jìka perlu

3. Identifikasi perubahan perilaku tertentu

4. Berikan umpan balik positif jika pasien berinteraksi dengan orang lain

STROKE 46
5. Fasilitas pasien dalam memberi masukan dan membuat perencanaan

6. Anjurkan bersikap jujur dan apa adanya dalam berintraksi dengan orang lain

7. Anjurkan menghargai orang lain

8. Bantu pasien meningkatkan kesadaran tentang kekuatan dan keterbatasan dalam


berkomunikasi dengan orang lain

9. Gunakan teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan dan teknik


berkomunikasi

10. Minta dan harapkan adanya komunikasi verbal

-Self-Esteem Enhancement
-Family Process Maintenance
-Complex Relationship Building
3. Defisiensi Pengetahuan
Definisi:
Ketiadaan atau defisisensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu
Batasan Karakteristik :
· Perilaku Hiperbola
· Ketidakakuratan mengikuti perintah
· Ketidakakuratan melakukan tes
· Perilaku tidak tepat (hysteria, bermusuhan, agitasi, apatis,)
· Pengungkapan masalah
Factor yang berhubungan :
· Keterbatasan kognitif
· Salah interpretasi informasi
· Kurang pajanan
· Kurang minat dalam belajar
· Kurang dapat mengingat
· Tidak familier dengan informasi
NOC
· Knowledge : Disease Process
· Knowledge : Health Hehavior
Kriteria Hasil :

STROKE 47
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis, dan program pengobatan (5)

2. Pasien dan keluarga mampu melaksakan prosedur yang dijelaskan secara


benar (5)

3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan


perawat/tim kesehatan lainnya (5)

NIC:
Teaching : Disease Proses
· Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
· Jelaskan patofisiologidari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
· Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
· Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
· Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
· Hindari jaminan yang kosong
· Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
· Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi
dimasa yang akan datang dan ata proses pengontrolan penyakit
· Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
· Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
· Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas local, dengan cara yang tepat
· Intruksikan pasien mengenal tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat

4.11 Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan satu kali pertemuan penulis
menemukan kemajuan-kemajuan yang dialami klien. Artinya tindakan yang diberikan
berefek positif terhadap pasien sesuai dengan tujuan umum dan tujuan khusus yang
diharapkan.

STROKE 48
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Cedera vaskuler serebral (CVA) yang sering disebut stroke atau serangan otak, adalah
cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Individu yang terutama
berisiko mengalami CVA adalah lansia dengan hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia,
atau penyakit jantung pada CVA, hipoksia cerebral yang menyebabkan cedera dan
kematian sel neuron terjadi,. Inflamasi, yang ditandai dengan pelepasan sitokin
proinflamasi, produksi radikal bebas oksigen, dan pembengkakan serta edema ruang
interstisial, terjadi pada kerusakan sel dan menyebabkan situasi yang memburuk.
Demikian pula, asidosis terjadi akibat hipoksia dan mencederai otak lebih lanjut mellaui
aktivasi saluran ion neuron yang mendeteksi asam. Pada akhirnya, kerusakan otak terjadi
setelah CVA, biasanya memuncak 24 sampai 72 jam setelah kematian sel neuron. (Rudd
A, 2010)
Stroke dibagi menjadi dua yaitu stroke hemorragik dan stroke non hemorraghik.
Penyebab dari stroke itu sendiri adalah Stroke terjadi dari adanya sumbatan pada arteri
sehingga menyebabkan penurunan suplai oksigen pada jaringan otak hingga
menimbulkan nekrosis.sedangkan untuk penatalaksanaan dari stroke itu sendiri bisa
dilakukan pengobatan, rehabilitasi ataupun fisioterapi.
5.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini, penyusun mengharapkan agar para pembaca dapat
memahami materi mengenai Asuhan Keperawatan keluarga pada Pasien dengan stroke.
Sehingga pembaca mampu mengambil manfaat dari makalah ini untuk di aplikasikan
dalam kehidupan demi memenuhi kebutuhan dasar akan kesehatan individu. Selain itu,
kami mengharap kritik dan saran dari para pembaca. Agar penyusunan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik lagi.

STROKE 49
DAFTAR PUSTAKA

Arum, S. P. (2015). Stroke Kenali, Cegah & Mengobati. Jogjakarta: Notebook.

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.

Hananta, I., & Herry Freitage. (2011). Deteksi Dini Dan Pencegahan Tujuh Penyakit
Penyebab Mati Muda. YOGYAKARTA: Med Press.

Irianto, K. (2014). Epidiemologi Penyakit Menular Dan Tidak Menular. Bandung: Alvabeta.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2012). Nursing Outcomes
Classificatin (NOC). United State Of America: ISBN.

Price, S. A (2015). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Rudd , A. (2010). STROKE . Depok: Penebar Plus.

Suswono, W. (2010). Stroke dan Penanganannya. Jogjakarta: Katahati.

Satyanegara. (2010). Ilmu Bedah Saraf Edisi IV. Tangerang: Gramedika Pustaka Utama.

H. Edi Yuwono, S.Kep.Ns.,S.Pd. (2017). Materi Kuliah "Askep Klien Dengan Stroke".
Jombang
Bulechek et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Jakarta : Moco Media

STROKE 50

Anda mungkin juga menyukai