Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH

UTAMA STROKE PADA Ny L

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANTUR


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3

1. ARIZONA DIAN RUSTANDI NIM 2020089 6. FISKA NOVA REZA NIM 2020098
2. AGEDARU SUBANGKIT NIM 2020085 7. JAZILATUN NI’MAH NIM 2020101
3. ASIH RAHMAWATI NIM 2020090 8. NUR FIJANATUR NIM 2020106
4. BETA SURYA PANGESTU NIM 2020091 9. PURJIATI YULIASTUTIK NIM 2020107
5. DEVID HENDREYAN Y NIM 2020093 10. SRI HIDAYATI NIM 2020111

SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JALUR

1
MALANG 2021

1
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………… 3
A. Latar Berlakang ………………………………………………………….. 3
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………… 5
C. Tujuan ……………………………………………………………………. 5
D. Manfaat …………………………………………………………………… 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….. 7
A. Konsep Keluarga …………………………………………………………. 7
B. Konsep Stroke ………………………………………………………… 10
C. Asuha Keperawatan pada pasien Stroke ……………………………………
20
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA……………………………….
26
A. Pengkajian keluarga ………………………………………………………
26
B. Analisa data ………………………………………………………………
33
C. Diagnosa keperawatan …………………………………………………….
35
D. Perencanaan keperawatan ………………………………………………..
36
E. Rencana keperawatan …………………………………………………….
40
F. Implementasi …………………………………………………………….
52
G. Evluasi…………………………………………………………………….
53
BAB 4 PENUTUP……………………………………………………………………
58
A. Kesimpulan …………………………………………………………………
58
B. Saran ……………………………………………………………………….
58
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… .
59

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian Kesehatan


tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga, disingkat PIS-PK. Pada
program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah satu cara puskesmas
meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan meningkatkan akses yankes di
wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan pendekatan keluarga salah satunya adalah
untuk meningkatkan akses keluarga pada pelayanan kesehatan yang komprehensif
dan bermutu. PIS-PK dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga,
mengutamakan upaya promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis
masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan siklus
kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan penyakit
menular dan tidak menular yang salah satunya adalah penyakit Stroke
(Sarkomo,2016).

Penyakit stroke termasuk penyakit pembuluh darah otak (Cerebrovaskuler) yang


ditandai dengan kematian jaringan otak (Infark Serebral) yang disebabkan berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak sehingga mengakibatkan serangkaian reaksi biokimia yang
dapat merusak atau mematikan sel-sel otak. Apabila tidak ditangani secara tepat, penyakit
ini dapat berakibat fatal seperti bentuknya dapat berupa lumpuh sebelah (Hemiplegia),
berkurangnya kekuatan sebelah anggota tubuh (hemiparesis), gangguan bicara, serta
gangguan rasa (sensasi )di kulit wajah, lengan dan tungkai dan berujung pada kematian
(Utami, 2010. h 2).
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung
dan kanker. Menurut Riskesdas tahun 2007, hasilnya adalah penyakit stroke merupakan
pembunuh utama di kalangan penduduk perkotaan (RisKesDas 2007, diunduh pada tanggal
11 Februari 2016). Menurut yayasan Stroke Indonesia, terdapat kecenderungan
meningkatnya jumlah penyandang stroke Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Diperkirakan
ada 500.000 penduduk Indonesia yang terkena stroke setiap tahunnya dari jumlah tersebut,
sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan

5
sampai sedang, dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang
mengharuskan penderita terus menerus berbaring di kasur.
Kecenderungan penyakit stroke mulai menyerang generasi muda yang masih
produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat
mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. (Utami, 2010. h 1). Rata-rata umur
klien yang menderita stroke antara umur 20-44 tahun adalah 198 penderita. Berarti stroke
sudah tidak lagi menyerang hanya pada lansi tetapi pada usia muda juga, kemungkinan ini
terjadi karena pola makan, pola hidup sehat, dan kurang olahraga. Oleh karena itu perlu
dilakukan tindakan pencegahan untuk mencegah akibat lanjut stroke adalah hipoksia
serebral, penurunan aliran darah serebral, dan embolisme serebral (Smeltzer & Bare 2001,
h.2137).
Pada masalah kesehatan diatas peran perawat sangat dibutuhkan dalam keluarga
khususnya yang mengalami penyakit stroke. Peran perawat dapat memberikan penyuluhan
mengenai penyakit stroke seperti pengertian, penyebab, tanda gejala, akibat lanjutnya.
Perawat juga dapat berperan sebagai konsultan keluarga untuk mengambil keputusan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Perawat juga dapat mengajarkan cara
perawatan pasien stroke dirumah dengan cara mengajarkan kepada keluarga cara latihan
rentang gerak sendi atau ROM (Range Of Motions), menganjurkan klien untuk diit stroke
yaitu membatasi konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol
tinggi, olahraga secara teratur, seta menghindari stress, merokok, minuman alkohol atau
obat-obatan terlarang, perawat juga dapat menjelaskan kepada keluarga cara memodifikasi
lingkungan yang nyaman bagi penderita stroke.
Perawat dapat memotivasi keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada dan terjangkau. Berdasarkan hal tersebut, maka kelompok mengambil judul
makalah “Asuhan Keperawatan Keluarga yang Mengalami Stroke”

B. RumusanMasalah

Bagaimanakah gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan


masalah utama Stroke pada keluarga Ny. L di wilayah kerja Puskesmas
Bantur

C. Tujuan StudiKasus

1. TujuanUmum

Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga


dengan masalah utama Stroke pada keluarga Ny. L di wilayah kerja Puskesmas Bantur

5
2. TujuanKhusus

a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian,diagnosa


keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kasus asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah utama Stroke pada keluarga Ny. L di
wilayah kerja Puskesmas Bantur

b. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah

utama Stroke pada keluarga Ny. L di wilayah kerja Puskesmas Bantur.

c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan


keperawatan keluarga dengan masalah utama Stroke pada keluarga Ny. L di
wilayah kerja Puskesmas Bantur

5
D. Manfaat StudiKasus

Studi kasus ini diharapkan memberi manfaat bagi :

1. Masyarakat

Membudayakan pengelolaan pasien Stroke pada tatanan keluarga.

2. TenagaKesehatan

Sebagai wawasan dan masukan bagi tenaga kesehatan untuk


meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya tim program
kunjungan rumah (home care) atau Pelayanan
Keperawatan Kesehatan Masyarakat(Perkesmas).

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan
menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga
yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang
erat antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai
lembaga atau unit layanan perlu diperhitungkan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah


ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal
dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta salingketergantungan.

2. FungsiKeluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. FungsiAfektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektiftampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh
keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010)
:

1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling


menerima, saling mendukung antar anggotakeluarga.

2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan


mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akantercapai.

7
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidupbaru.

7
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah,
ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat
Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya
keluarga.

c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk
keluarga adalah meneruskan keturunan.

d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempattinggal.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan


Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan,
yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang
sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan.

3. Tahap-Tahap PerkembanganKeluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga
dibagi menjadi 8 :

a. Keluarga Baru (Berganning Family)


Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang
memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan
keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan
menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan
dan menjadiorangtua).

b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (childbearing)

8
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu
adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab,
bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
konseling KB post partum 6 minggu.

8
c. Keluarga dengan anak prasekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.

d. Keluarga dengan anak sekolah (6- 13tahun)


Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga
seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong
anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas
anak.

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20tahun)


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap
remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem
peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan anak dewasa


Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri
dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada
dalam keluarganya.

g. Keluarga usia pertengahan (middle agefamily)


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak
waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai,
memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.

h. Keluarga lanjut usia


Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap masa
pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan,
dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.

4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut:


a. Keluarga mampu mengenal masalahkesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukantindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yangsakit
9
d. Keluarga mampumenciptakan lingkungan yang
dapat meningkatkankesehatan

e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat


di lingkungansetempat

9
B. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian Stroke
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal
2131)
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat,
berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan
atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan
serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara
mendadak.
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
1.Stroke Non Hemoragik

Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai
dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri
kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke
non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik
(Wanhari, 2008).

10
2. Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya
perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah
penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi,
pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari, 2008).
2. Klasifikasi Stroke
Klasifikasi stroke non hemoragik menurut Tarwoto, dkk (2007, hal. 69) stroke non
hemoragik dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu
1. TIA (Trans Ischemic Attack).
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan
gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
2. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defisit).
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1
minggu dan maksimal 3 minggu.
3. Stroke in Volution (progresif).
Perkembangan stroke terjadi perlahan – lahan sampai akut, munculnya gejala
makin memburuk, proses progresif berjalan dalam beberapa jam atau beberapa
hari.
4. Stroke komplit
neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent, dari sejak awal serangan
dan sedikit tidak ada perbaikan.

1) Etiologi Stroke
Menurut Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131. Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis yaitu bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak atau leher
2. Embolisme cerebral yaitu bekuan darah atau material lain lain yang di bawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain.
3. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
4. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak,
yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir,
memori, bicara, atau sensasi.
Sedangkan faktor resiko pada stroke yaitu:
10
1. Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke,
penyakit kardiovaskuler (arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium,
penyakit jantung kongestif)
Yang dapat diubah: hipertensi, Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis
terakselerasi), merokok, obesitas, kolesterol tinggi, penyalahgunaan alkohol dan
obat, kontrasepsi oral, dan peningkatan hematocrit (resiko infark serebral

10
2) Manifestasi Klinis Stroke
Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm. 2133-2134) menjelaskan ada enam
tanda dan gejala dari stroke non hemoragik yang mana tergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat
dan jumlah aliran darah kolateral. Adapun gejala Stroke non hemoragik adalah:
1. Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukan kerusakan pada neuron atas pada sisi yang belawanan dari otak.
Disfungsi neuron paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi
tubuh) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan dan hemiparises (kelemahan
salah satu sisi tubuh)
2. Kehilangan komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah
bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi
bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:
a. Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti
yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab menghasilkan
bicara.
b. Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif.
c. Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya.
3. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang
paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang atau objek ditempat
kehilangan penglihatan
4. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan kemampuan
untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh.
5. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada lobus frontal,
mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual mungkin terganggu.
Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam
pemahaman, lupa dan kurang motivasi.
6. Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontenensia
urinarius karena kerusakan kontrol motorik

3) Patofisiologi
Stroke adalah penyakit gangguan peredaran darah ke otak, disebabkan oleh
karena penyumbatan yang dapat mengakibatkan terputusnya aliran darah ke otak
sehingga menghentikan suplay oksigen, glukosa dan nutrisi lainya kedalam sel otak
25
yang mengalami serangan pada gejala – gejala yang dapat pulih, seperti kehilangan
kesadaran, jika kekurangan oksigen berlanjut lebih dari beberapa menit dapat
meyebabkan nekrosis mikroskopis neuron – neuron, area nekrotik disebut area yang
mengalami infark. (Arif Muttaqin, 2008, halaman. 131)
Mekanisme iskemik (non-hemoragik) terjadi karena adanya oklusi atau
sumbatan di Pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau
keseluruhan terhenti. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya stroke, yang disebut
stroke iskemik.
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke
adalah stroke Iskemik. Penyumbatan dapat terjadi karena penumpukan timbunan
lemak yang mengandung koleserol (plak) dalam pembuluh darah besar (ateri
karotis) atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah kecil.
Plak menyebabkan dinding dalam arteri menebal dan kasar sehingga aliran
darah tidak lancar, mirip aliran air yang terhalang oleh batu. Darah yang kental akan
tertahan dan menggumpal (trombosis), sehingga alirannya menjadi semakin lambat.
Akibatnya otak akan mengalami kekurangan pasokan oksigen. Jika kelambatan
pasokan ini berlarut, sel-sel jaringan otak akan mati. Tidak heran ketika bangun
tidur, korban stroke akan merasa sebelah badannya kesemutan. Jika berlajut akan
menyebabkan kelumpuhan.
Penyumbatan aliran darah biasanya diawali dari luka kecil dalam pembuluh
darah yang disebabkan oleh situasi tekanan darah tinggi, merokok atau arena
konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak. Seringkali daerah yang terluka
kemudian tertutup oleh endapan yang kaya kolesterol (plak). Gumpalan plak inilah
yang menyumbat dan mempersempit jalanya aliran darah yang berfungsi mengantar
pasokan oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak. Stroke iskemik ini dibagi menjadi
2 jenis, yaitu :
a. Stroke Trombotik
Pada stroke trombotik didapati oklusi ditempat arteri serebral yang bertrombus.
Trombosis merupakan bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher
dan penyebab stroke yang paling sering. Arteriosclerosis serebral dan
perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis serebral.
Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang tidak
umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan
beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi
25
secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia
pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam
atau hari. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan
intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberal menjadi tipis dan berserabut,
sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan
berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik
tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat-tempat yang
melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat-tempat khusus tersebut.
Pembuluh-pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin
jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan
basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar.
Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan
dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim,
adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbatan
fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal
di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
b. Stroke Embolik
Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah. Penderita embolisme biasanya
lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan emboli serebral
berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi
sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Setiap bagian otak dapat
mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya akan menyumbat bagian-bagian
yang sempit. Tempat yang paling sering terserang embolus sereberal adalah
arteria serebral media, terutama bagian atas.

4) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut Arif Muttaqin (2008, hlm. 139) yaitu:
a. CT Scan (Computer Tomografi Scan)
Pembidaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil
pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat
di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.
b. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri adanya titik okulasi atau raftur.
25
c. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya perdarahan seperti ada thrombosis,
emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia
otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial.
Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan
adanya proses inflamasi.
d. Magnatik resonan imaging (MRI)
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik dan malformasi
arteriovena
e. Ultrasonografi Dopler :
Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
f. Sinar X-Ray Kepala :
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan
dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis
serebral.
g. Elektro Encephalografi (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Lumbal pungsi, pemeriksaan likuor merah biasanya di jumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal sewaktu hari – hari pertama.
b. Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg didalam serum.

5) Penatalaksaan
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi:
1. Pengobatan Konservatif
Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk. (2001, hlm. 2137) pengobatan konservatif
meliputi:
a. Diuretika: Untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat
maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
b. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi dari tempat
lain dalam kardiovaskuler.
25
c. Anti trombosit: dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat
penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
2. Pengobatan pembedahan
Menurut Arif Muttaqin, (2008, hlm. 142) tujuan utama adalah memperbaiki aliran
darah serebral :
a. Endosteroktomi karotis (lihat pada gambar 2.7)membentuk kembali arteri
karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh klien TIA

6) Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral dan
luasnya area cidera (Suzzane C. Smelzzer, dkk, 2001, hlm. 2137)
1. Hipoksia serebral
Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit
pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi
jaringan. Oleh karena itu diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat
ke otak
2. Penurunan aliran darah serebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin
penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan
hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah
serebral dan potensi meluasnya area cedera.
3. Embolisme Serebral
Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibralsi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran
darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Distritmia
dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian thrombus lokal.
Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

25
C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE
1. Pengkajian

Menurut Suprajitno pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat


mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya.

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar


diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat

diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan
sederhana

Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan


cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan

dianalisa

1)      Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan  tipe keluarga.
2)      Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga

a.       Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh Keluarga. Untuk

penderita stroke biasanya mengkonsumsi makanan yang bayak menandung garam, zat
pengawet, serta emosi yang tinggi.

b.      Pemanfaatan fasilitas kesehatan


Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang

penting dalam penggelolaan penyakit stroke fase rehabilitasi terutama ahli fisiotherapi
c.       Pengobatan tradisional

Karena penderita stroke memiliki kecenderungan tensi tinggi, keluarga bisa memanfaatkan
pengobatan tradisional dengan minum air ketimun yang dijus sehari dua kali pagi dan sore.

3)      Status Sosial Ekonomi


a.       Pendidikan

25
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal hipertensi beserta
pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil

keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.


b.      Pekerjaan dan Penghasilan

Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan
pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan

karena hipertensi. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan


keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak

seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.


4)      Tingkat perkembangandan riwayat keluarga

Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan

dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi
berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan.

5)      Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan darah. Serangan

hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olah raga
(Friedman, 1998:9).

6)      Data Lingkungan
a.       Karakteristik rumah

Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan
fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada penderita

stroke fase rehabilitasi.


b.      Karakteristik Lingkungan

Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan


lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada hipertensi

7)      Struktur Keluarga
a.       Pola komunikasi

Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah


berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman

25
usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut
mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang

tinggi.
b.      Struktur Kekuasaan

Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan


yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan

darah pasien stroke.


c.         Struktur peran

Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran


yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik

dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan
harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga.

8)      Fungsi Keluarga
a.       Fungsi afektif

         Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita hipertensi,


maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu

keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya
partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).

b.      Fungsi sosialisasi      .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita stroke dalam

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada
anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini

mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.


c.        Fungsi kesehatan

Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.

9)      Pola istirahat tidur


Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah yang

belum terselesaikan.
10)  Pemeriksaan fisik anggota keluarga

25
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga
dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota keluarga.

Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan.


11)  Koping keluarga

Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak
efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan.

A. Diagnosa Keperawatan Keluarga


Perumusan masalah keperawatan keluarga berdasarkan data yang didapatkan pada
pengkajian yaitu dengan masalah keselamatan aktivitas : pasca stroke. Komponen
diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda
(sign).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2012, h.173), diagnosa keperawatan keluarga yang
berhubungan dengan masalah keselamatan dan keamanan :
a. Gangguan kebutuhan keselamatan dan keamanan : resiko cedera
b. Resiko akibat lanjut dari stroke
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit stroke

4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN IMPLEMENTASI KELUARGA


1) Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan khusus, didasarkan
pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada
penyebab atau etiologi. Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga meliputi
kegiatan, yang tujuannya didasarkan pada 5 tugas keluarga di bidang kesehatan.
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah stroke
1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang stroke
2) Jelaskan pada keluarga mengenai pengertian tentang stroke
3) Kaji pengetahuan keluarga tentang penyebab stroke
4) Jelaskan pada kelurga tentang penyebab stroke
5) Kaji pengetahuan keluarga tentang tanda dan gejala stroke
6) Jelaskan pada kelurga tentang tanda dan gejala stroke
7) Tanyakan kembali mengenai pengertian, penyebab dan tanda gejala stroke pada
keluarga
25
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam mengatasi masalah stroke
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang akibat lanjut dari hambatan mobilitas fisik
pada stroke
2) Jelaskan tentang akibat lanjut dari hambatan mobilitas fisik pada stroke
3) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan
4) Tanyakan kembali tentang hal yang telah didiskusikan
5) Beri reinforcement positif atas keinginan keluarga memutuskan untuk merawat
keluarga yang mengalami hambatan mobilitas fisik pada stroke
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah hambatan
mobilitas fisik pada stroke
1) Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien dengan hambatan
mobilitas fisik pada stroke
2) Diskusikan dengan keluarga tentang latihan ROM
3) Demonstrasikan pada keluarga latihan ROM
4) Beri kesempatan pada keluarga untuk melakukan ROM secara mandiri
5) Beri reinforcement positif atas usaha keluarga melakukan ROM
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk penderita stroke :
1) Berikan penjelasan cara menciptakan lingkungan dan suasana yang aman
nyaman untuk penderita stroke
2) Tanyakan kembali tentang penjelasan yang telah disampaikan
3) Beri reinforcement positif atas usaha keluarga memodifikasi lingkungan
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat
1) Jelaskan pada keluarga tentang tempat pelayanan kesehatan yang dapat
digunakan untuk merujuk anggota keluarga dengan masalah stroke
2) Motivasi keluarga agar dapat menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat agar tidak terjadi stroke berulang
3) Beri reinforcement positif atas keinginan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan
2) Implementasi Keperawatan Keluarga dengan Stroke
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program.
Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga, memandirikan
keluarga. Implementasi yang dilakukan untuk klien dengan stroke yaitu :
a. Mendiskusikan pengertian, penyebab dan tanda gejala stroke dengan keluarga
b. Mendiskusikan akibat lanjut dari hambatan mobilitas fisik penderita stroke
c. Memberikan penjelasan mengenai ROM
25
d. Mendemonstrasikan ROM
e. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mendemonstrasikan ROM
f. Memberikan penjelasan cara menciptakan lingkungan dan suasana yang aman
nyaman bagi penderita stroke
g. Memberikan pujian atas kemampuan keluarga menyebutkan manfaat pelayanan
kesehatan
h. Memotivasi keluarga agar dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada di masyarakat

B. Evaluasi Keperawatan Keluarga dengan Stroke


Hasil yang diharapkan setelah dilakukannya tindakan keperawatan pada keluarga
dengan masalah stroke, yaitu keluarga diharapkan mampu untuk :
a. Mengenal masalah stroke yang dialami oleh anggota keluarga
b. Memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang mengalami stroke
c. Merawat anggota keluarga yang mengalami stroke
d. Memodifikasi lingkungan yang aman dan nyaman untuk penderita stroke
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk anggota keluarga yang mengalami
stroke

25
\
BAB III
ASUKAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. Pengkajian keluarga
1. Data Umum

a. NamaKK : Tn. Z

b. Usia :60 Tahun

c. :SLTP
Pendidikan

d. Pekerjaan :WIRASWASTA

e. Alamat : RT 36/RW 06 Desa Bantur

f. KomposisiKeluarga

N Nama Jenis Hub.Dg Um Pendi


o kelamin ur
. keluarga dikan
1. Ny.L P Istri 60Th SD
Genogram

26
1. Tipe keluarga : Nuclear Family
2. Suku bangsa : Jawa
3. A g a m a : Islam
4. Status sosial ekonomi keluarga : Menengah kebawah
5. Aktifitas rekreasi keluarga : Jarang berekreasi
II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga :
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap VIII keluarga dengan usia lanjut.
2. Tahap perkembangan keluarga keluarga yang belum terpenuhi : -
3. Riwayat keluarga inti : Ny L memiliki penyakit stroke, dan Tn Z memiliki penyakit hipertensi
Riwayat kesehatan keluarga inti:
Tn. Z menderita Sebagai KK menderita Hipertensi, jarang kontrol
ke puskesmas dan tidak minum obat. tidak mempunyai masalah
dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar yang lain.

Ny L Sebagai pasien menderita stroke sejak 3 tahun yang lalu tidak


pernah kontrol ke fasilitas kesehatan.Tidak mempunyai masalah
dengan istirahat,makan maupun kebutuhan dasar lainnya

III. Lingkungan :
1. Karakteristik rumah :
a. Luas bangunan dan bagian-bagiannya : Luas Bangunan 100 meter persegi dengan
halaman, ruang tamu, dapur, kamar mandi, ruang makan, dan 2 kamar tidur.
b. Tipe bangunan : Permanen
c. Ventilasi rumah : Baik
d. Kebersihan ruang : Baik
e. Sumber air : PDAM
2. Denah rumah :
Kamar Dapur
Tidur 2
Kamar Ruang
Tidur 1 Tamu

3. Karakteristik tetangga dan komunitasnya : Hubungan antar tetangga baik dan saling
membantu.
4. Mobilitas geografis keluarga : Jarang kemana-mana
5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : Perkumpulan yang di ikuti ada acara
tahlil seminggu sekali
6. Sistem pendukung keluarga : saling mendukung antar anggota keluarga.

33
IV. Struktur Keluarga :
1. Pola komunikasi keluarga : Sehari-hari anggota keluarga berkomunikasi dengan Bahasa Jawa.
Komunikasi yang terjalin terbuka.
2. Struktur kekuatan keluarga : Kepala Keluarga menderita hipertensi, sedangkan pengambil
keputusan dalam keluarga adalan Tn Z
3. Struktur peran ( formal dan informal ) : Formal : Tn Z sebagai kepala keluarga, Ny L sebagai
Istri.
4. Nilai dan normal keluarga : tidak ada norma khusus yang dianut oleh keluarga

V. Fungsi Keluarga :
1. Fungsi ekonomi : Tn. Z Bekerja sebagai kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
2. Fungsi mendapatkan status sosial : Baik
3. Fungsi pendidikan: pendidikan untuk anak sebatas sampai SMP dan langsung merantau kerja
Dapat dipenuhi, Fungsi sosialisasi : Keluarga mampu bersosialisasi dengan baik.
4. Fungsi perawatan kesehatan :
a. Mengenal masalah kesehatan : kurang mengenali masalah kesehatan ditandai dengan
tidak mau memeriksakan istrinya yang sakit stroke .
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan : kurang baik dalam mengambil
keputusan. Ditandai dengan keengganan untuk memeriksakan sakit stroke dari istrinya
ke fasilitas kesehatan.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yg sakit : tidak baik..
d. Kemampuan memelihara/ memodifikasi lingkungan (rumah) yg sehat : Baik, ditandai
dengan rumah yang memenuhi rumah sehat.
e. Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan : tidak mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
5. Fungsi religius : Berjalan dengan baik.
6. Fungsi rekreasi : Berjalan dengan baik.
7. Fungsi Reproduksi : Ny L memiliki 2 orang anak yang sudah menikah, Ny L sudah lama
Menopause.
8. Fungsi afektif : Hubungan antar keluarga baik.

VI. Stres Dan Koping Keluarga :


1. Stressor jangka pendek dan panjang : Jangka Pendek : Sakit yang diderita.
Jangka Panjang: Khawatir akan kondisi kesehatannya
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor : berunding dengan anggota keluarga
bila ada masalah
3. Strategi koping yang digunakan : Musyawarah antar anggota keluarga..
4. Srategi adaptasi disfungsional : Memilih untuk istirahat. Terkadang dalam ada percecokan
dalam keluarga tetapi tidak sampai menjurus ke kekerasan.

33
33
34
VII. Pemeriksaan Fisik :
Nama Anggota Keluarga
No. Aspek yang Dikaji
Bpk. Z Ibu L.
1. FISIK:
a. Kondisi umum Baik Baik
b. TTV 150/90mmhg 180/90mmhg
80x/Menit 85x/Menit
18x/menit 18x/menit
36.2 C 36.2 C

c. Kepala & leher Tidak ada benjolan, Tidak ada benjolan,


Jejas, Nyeri tekan atau Jejas, Nyeri tekan atau
kelainan lain. kelainan lain

d. Thoraks Tidak ada benjolan, Tidak ada benjolan,


Jejas, Nyeri tekan atau Jejas, Nyeri tekan atau
kelainan lain kelainan lain

e. Abdomen simetris, tidak tampak simetris, tidak tampak


adanya benjolan, adanya benjolan,
terdengar suara tympani, terdengar suara tympani,
tidak ada nyeri tekan tidak ada nyeri tekan

f. Ekstremitas Tidak ada odem, gerakan Tidak ada odem, gerakan


aktif aktif, mengeluh lemas
saat digerakkan bagian
kiri
g. Genetalia tidak terkaji
h. Dll. tidak terkaji
2. Mental Dalam kondisi baik Dalam kondisi baik
3. Emosional Mampu mengendalikan Mampu mengendalikan
emosional dengan baik emosional dengan baik
4. Sosial Bersosialisasi dengan Bersosialisasi dengan
baik baik
5. Spiritual Kegiatan beribadah Kegiatan beribadah
berjalan dengan baik berjalan dengan baik

VIII. Harapan keluarga : Kesehatan anggota dapat terkontrol dengan baik.

37
37
ANALISIS DATA
No. Data Masalah Penyebab
1. DS: Ketidakpatuhan Ketidakadekuatan
Tn Z mengatakan tidak pemahaman
memeriksakan istrinya ke fasilitas
kesehatan
DO :
Ny L menunjukkan gestur
penolakan saat di KIE kontrol rutin
150/90mmhg
85x/Menit
18x/menit
36.2 C

2. DS : Manajemen Konflik pengambilan


Tn Z mengatakan dalam mengatasi kesehatan keluarga keputusan
sakit dari istrinya membawanya ke tidak efektif
pengobatan alternatif
DO:
Terdapat Stok obat herbal
alternative
150/90mmhg
85x/Menit
18x/menit
36.2 C
Aktifitas keluaga untuk mengatasi
masalah kesehatan tidak tepat.
3. DS : Defisit pengetahuan Kurang Terpapar
Tn Z mengatakan tidak mampu informasi
dalam biaya untuk membawa
istrinya berobat ke RS dan tidak
tahu cara mengurus BPJS
DO:
Menunjukkan perilaku tidak sesuai
anjuran
Menunjukkan persepsi keliru
terhadap masalah

37
PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakpatuhan b/d ketidakadekuatan informasi
2. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b/d konflik pengambilan keputusan
3. Defisiti pengetahuan b/d kurang terpapar informasi

PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN


No. Dx. Kriteria Skor Pembenaran
Ketidakpatuhan
b/d a. Sifat masalah Ancaman 3 x 1= 1 Klien tidak mau ke yankes
ketidakadekuatan Kesehatan 3

informasi
Manajemen b. Kemungkinan masalah dapat 1 x 2= 1 Klien minum alternatif

kesehatan keluarga diubah Sebagian 2

tidak efektif b/d


konflik
c. Potensi masalah untuk 3 x 1= 1 Klien tidak mampu secara
pengambilan
dicegah Cukup 3 finansial
keputusan

d. Menonjolnnya masalah Harus 2 x 1= 1


Segera Ditangani 2 Stroke yang tidak ditangan
dengan baik akan
mengalami perburukan
TOTAL SKOR 4
Manajemen a. Sifat masalah Ancaman 3 x 1= 1 Klien tidak ke yenkes
kesehatan keluarga Kesehatan 3 karena Tidak ada biaya
tidak efektif b/d
konflik b. Kemungkinan masalah dapat 2 x 2= 1

pengambilan diubah Tidak Dapat 2 Klien juga tidak tahu cara

keputusan mengurus BPJS.


c. Potensi masalah untuk 2 x 1= 0.6
dicegah Tinggi 3 Klien takut dengan covid

d. Menonjolnnya masalah Harus 2 x 1= 1 dikhawatirkan terjadi


Segera Ditangani 2 perburukan kondisi

TOTAL SKOR 3.6


Defisiti
pengetahuan b/d a. Sifat masalah Ancaman 3 x 1= 1 Klien mendapat info dari
kurang terpapar Kesehatan 3 tetangga seputar covid
37
informasi 0 x 2= 0 yang salah
b. Kemungkinan masalah dapat 2
diubah Mudah Klien menolak anjuran
3 x 1= 1 nakes
c. Potensi masalah untuk 3
dicegah Tinggi Klien nunggu parah baru
2 x 1= 1 ke yankes
d. Menonjolnnya masalah Harus 2
Segera Ditangani Dikhawatirkan terjadi
kegawatan
TOTAL SKOR 3

37
PERENCANAAN
No. Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi
Dx. Kriteria Standar
1. Dalam 3 kali Standar Verbalisasi Intervensi Utama:
kunjungan masalah Luaran: kemauan Dukungan kepatuhan program
ketidakpatuhan Tingkat mematuhi pengobatan
teratasi Kepatuhan program 1. Identifikasi kepatuhan
perawatan menjalani program
meningkat Skor pengobatan
5 2. Buat komitmen
menjalankan program
Verbalisasasi pengobatan dengan baik
mengikuti 3. Informasikan program
anjurna pengobatan yang harus
meningkat skor dijalani
5 4. Informasikan manfaat
jika teratur menjalani
program pengobatan
5. Memberikan pelatihan
rehabilitasi mandiri
dirumah
2. Dalam 3 kali Standar Kemampuan Intervensi Utama
kunjungan masalah Luaran : menjelaskan Edukasi Kesehatan
manajemen Manajemen masalah 1. Identifikasi kesiapan dan
kesehatan keluarga kesehatan kesehatan yang kemampuan menerima
tidak efektif teratasi kelaurga dialami informasi
meningkat skor 2. Sediakan materi dan
5 media pendidikan
kesehatan
Aktifitas 3. Berikan kesempatan
keluarga bertanya
mengatasai 4. Ajarkan perilaku hidup
masalah bersih dan sehat
kesehatan tepat 5. Memberikan
meningkat pendampingan dan
pengawasan serta tata
cara perawatan keluarga
dengan stroke
3 Dalam 3 kali Standar luaran Perilaku sesuai Intervensi Utama:
kunjungan masalah : anjuran Edukasi kesehatan
defisit pengetahuan Tingkat meningkat skor 1. Identifikasi kesiapan dan
teratasi Pengetahuan 5 kemampuan menerima
Perilaku sesuai informasi
pengetahuan 2. Sediakan materi dan
meningkat skor media pendidikan
5 kesehatan
3. Berikan kesempatan
bertanya
4. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
5. Memberikan
pendampingan dan
pengawasan serta tata
cara perawatan keluarga
dengan stroke

37
IMPLEMENTASI
Tgl. &
Waktu No. Dx Implementasi TTD
6/12/2021 1. Intervensi Utama:
Dukungan kepatuhan program pengobatan
1. Mengidentifikasi kepatuhan menjalani program
pengobatan (klien tidak patuh)
2. Membuat komitmen menjalankan program
pengobatan dengan baik
3. Meningnformasikan program pengobatan yang
harus dijalani
4. Menginformasikan manfaat jika teratur
menjalani program pengobatan
5. Memberikan pelatihan rehabilitasi mandiri
dirumah
6/12/2021 2. Intervensi Utama
Edukasi Kesehatan
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
2. Menyediakan materi dan media pendidikan
kesehatan dan edukasi dalam pengurusan BPJS
PBI
3. Memberikan kesempatan bertanya perihal
pengobatan stroke dan pengurusan BPJS PBI
4. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
5. Memberikan pendampingan dan pengawasan
serta tata cara perawatan keluarga dengan
stroke
6/12/2021 3. Intervensi Utama:
Edukasi kesehatan
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
2. Menyediakan materi dan media pendidikan
kesehatan dan edukasi dalam pengurusan BPJS
PBI
3. Memberikan kesempatan bertanya bertanya
perihal pengobatan stroke dan pengurusan
BPJS PBI
4. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
5. Memberikan pendampingan dan pengawasan

37
serta tata cara perawatan keluarga dengan
stroke

37
Tgl. &
Waktu No. Dx Implementasi TTD
6/12/2021 1. Intervensi Utama:
Dukungan kepatuhan program pengobatan
1. Mengidentifikasi kepatuhan menjalani program
pengobatan
2. Membuat komitmen menjalankan program
pengobatan dengan baik
3. Menin nformasikan program pengobatan yang
harus dijalani
4. Menginformasikan manfaat jika teratur
menjalani program pengobatan
5. Memberikan pelatihan rehabilitasi mandiri
dirumah
6/12/2021 2. Intervensi Utama
Edukasi Kesehatan
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
2. Menyediakan materi dan media pendidikan
kesehatan dan bantuan pengurusan BPJS
3. Memberikan kesempatan bertanya
4. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
5. Memberikan pendampingan dan pengawasan
serta tata cara perawatan keluarga dengan
stroke
6/12/2021 3. Intervensi Utama:
Edukasi kesehatan
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
2. Menyediakan materi dan media pendidikan
kesehatan dan Bantuan pengurusan BPJS
3. Memberikan kesempatan bertanya
4. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
5. Memberikan pendampingan dan pengawasan
serta tata cara perawatan keluarga dengan
stroke

37
Tgl. &
Waktu No. Dx Implementasi TTD
7/12/2021 1. Intervensi Utama:
Jam 08.00 Dukungan kepatuhan program pengobatan
1. Mengidentifikasi kepatuhan menjalani program
pengobatan
2. Membuat komitmen menjalankan program
pengobatan dengan baik
3. Menin nformasikan program pengobatan yang
harus dijalani
4. Menginformasikan manfaat jika teratur
menjalani program pengobatan
5. Memberikan pelatihan rehabilitasi mandiri
dirumah
7/12/2021 2. Intervensi Utama
Jam 09.00 Edukasi Kesehatan
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
2. Menyediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
3. Memberikan kesempatan bertanya
4. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
5. Memberikan pendampingan dan pengawasan
serta tata cara perawatan keluarga dengan
stroke
7/12/2021 3. Intervensi Utama :
Jam 10.00 Edukasi kesehatan
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
2. Menyediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
3. Memberikan kesempatan bertanya
4. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
5. Memberikan pendampingan dan pengawasan
serta tata cara perawatan keluarga dengan
stroke

37
EVALUASI
Tgl. & No. Dx. Evaluasi
Waktu
10/12/2021 1 S : klien mengatakan kalau tidak bisa mendapat bantuan BPJS yang
Jam 08.00 gratis tidak akan mampu membawa istri periksa ke rumah sakit, Tn Z
juga meminta pendampingan dan petunjuk
O:
Verbalisasai klien menolak anjuran
Verbalisasi klien menolak mematuhi program perawatan
A: Ketidakpatuhan b/d ketidakadekuatan informasi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
10/12/2021 2 S : klien tetap mengambil keputusan untuk tidak ke layanan kesetahan
Jam 09.00 sampai bisa memiliki jaminan BPJS PBI dan akan patuh terhadap
terapi rehabilitasi yang diberikan petugas selama belum bisa berobat
ke Rumah sakit
O:
Ketidakmampuan menjelaskan masalah kesehatan yang dialami
Aktifitas keluarga mengatasai masalah kesehatan tidak tepat
A: Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b/d konflik
pengambilan keputusan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
10/12/2021 3. S : klien mengatakan mendapat omongan dari tetangga kalau periksa
Jam 10.00 ke rumah sakit mahal dan kalau memakai BPJS Obatnya berbeda
O:
Perilaku tidak sesuai anjuran
Perilaku sesuai pengetahuan tidak ada perkembangan
A: defisit pengetahuan b/d kurang terapapar informasi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

37
Tgl. & No. Dx. Evaluasi
Waktu
10/12/2021 1 S : klien mulai memahami cara pengurusan BPJS PBI dan bersedia ke
Jam 08.00 RS kalau sudah jadi BPJSnya dan sementara mau mengkonsumsi obat
gratis yang diberikan oleh petugas
O:
Verbalisasai klien menolak anjuran
Verbalisasi klien menolak mematuhi program perawatan
A: Ketidakpatuhan b/d ketidakadekuatan informasi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
10/12/2021 2. S : Klien akan ke rumah sakit sesegera mungkin dan patuh dengan
Jam 09.00 pengobatan
O:
Ketidakmampuan menjelaskan masalah kesehatan yang dialami
Aktifitas keluarga mengatasai masalah kesehatan tidak tepat
A: Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b/d konflik
pengambilan keputusan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
10/12/2021 3. S : klien mengatakan sudah yakin BPJS akan sangat membantu
Jam 10.00 O:
Perilaku tidak sesuai anjuran
Perilaku sesuai pengetahuan tidak ada perkembangan
A: defisit pengetahuan b/d kurang terapapar informasi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

37
Tgl. & No. Dx. Evaluasi
Waktu
12/12/2021 1 S : klien mulai memahami cara pengurusan BPJS PBI dan bersedia ke
RS kalau sudah jadi BPJSnya dan sementara mau mengkonsumsi obat
gratis yang diberikan oleh petugas
O:
Verbalisasai klien menolak anjuran
Verbalisasi klien menolak mematuhi program perawatan
A: Ketidakpatuhan b/d ketidakadekuatan informasi belum teratasi
P : Hentikan intervensi, tetapi pendampingan tetap berlanjut
12/12/2021 1. S : Klien akan ke rumah sakit sesegera mungkin dan patuh dengan
pengobatan
O:
Ketidakmampuan menjelaskan masalah kesehatan yang dialami
Aktifitas keluarga mengatasai masalah kesehatan tidak tepat
A: Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b/d konflik
pengambilan keputusan belum teratasi
P : Hentikan intervensi, tetapi pendampingan tetap berlanjut
12/12/2021 2. S : klien mengatakan sudah yakin BPJS akan sangat membantu
O:
Perilaku tidak sesuai anjuran
Perilaku sesuai pengetahuan tidak ada perkembangan
A: defisit pengetahuan b/d kurang terapapar informasi belum teratasi
P : Hentikan intervensi, tetapi pendampingan tetap berlanjut

37
57
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kasus keluarga Ny. L telah dilakukan asuhan keperawatan keluarga


yang

dimulai dari pengkajian sampai tahapevaluasi.

2. Pendokumentasian asuhan keperawatan keluarga Ny. L dilakukan bersama

sama keluarga Ny. L melalui proses yang dimulai dari pengkajian sampai
tahap evaluasi dengan diawali penulisan tanggal, jam dan diakhiri nama
dan tandatangan.

3. Faktor pendukung keluarga kooperatif sedangkan faktor penghambat


adalah

kesibukan keluarga yang harus bekerja.

B. Saran

1. Keluarga

Diharapkan keluarga dapat menerapkan pendidikan kesehatan yang


telah diberikan antara lain senam hipertensi secara teratur.

3. Puskesmas
Diharapkan pihak puskesmas dapat menindaklanjuti asuhan keperawatan
yang diberikan dan diintegrasikan dengan program kunjungan rumah (home
care) atau Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat(Perkesmas).

58
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori,
dan Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC.
Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta:
Salemba Medika.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I cetakan II. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I cetakan III (
Revisi). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
RI, P. K., & Pusdatin Kemenkes RI. (2020). Situasi dan Analisis Diabetes.
Jakarta: Kemenkes RI.
Riskesda. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

59
60

Anda mungkin juga menyukai