Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.

P KHUSUSNYA
PADA NY. D DENGAN PENYAKIT HIPERURISEMIA DI RT.008/020
KELURAHAN MANGUN JAYA KECAMATAN TAMBUN SELATAN

DOSEN PEMBIMBING : IGNATIUS WARSINO, SKM,MPd,M.Kes

Disusun oleh :

RUTHFI DHAMAYANTI

1834107

TINGKAT 3B

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKes RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, karunia

dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA TN. P KHUSUSNYA PADA NY. D

DENGAN PENYAKIT ASAM URAT DI RT.008/RW.020 KELURAHAN MANGUN JAYA

KECAMATAN TAMBUN SELATAN “ ini dengan baik. Makalah ini dibuat guna memenuhi

tugas dari mata kuliah Keperawatan Keluarga. Ucapan terima kasih tidak lupa saya sampaikan

kepada semua pihak yang telah membantu sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Saya menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan makalah ini, sehingga

akan menjadi suatu kehormatan besar bagi saya apabila mendapatkan kritikan dan saran yang

membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Demikian akhir kata dari saya, semoga makalah

ini bermanfaat bagi semua pihak dan menambah wawasan bagi pembaca.

Bekasi , 04 Februari 2021


DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................................1

B. TUJUAN PENULISAN ..............................................................................2

C. RUANG LINGKUP....................................................................................3

D. METODE PENULISAN.............................................................................4

E. SISTEMATIKA PENULISAN...................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORI LANSIA.........................................................................5

B. KONSEP KATARAK................................................................................10

C. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA MODEL FRIEDMAN........17

BAB III TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN...........................................................................................40

B. PENAPISAN MASALAH........................................................................ 54

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN ...............................................................56

D. INTERVENSI ........................................................................................... 56

E. IMPLEMENTASI & EVALUASI.............................................................56

BAB IV PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN...........................................................................................78
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ...............................................................79

C. INTERVENSI............................................................................................80

D. IMPLEMENTASI......................................................................................82

E. EVALUASI................................................................................................83

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN..........................................................................................85

B. SARAN ......................................................................................................86

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode

penulisan dan sistematika penulisan.

A. Latar belakang

Pembangunan manusia seutuhnya bermula pada saat pembuahan, dan berlangsung

sepanjang masa hidupnya, tidak dapat dilepaskan dari aspek kehidupan keluarga, dimana

manusia itu hidup dan dibesarkan. Pembangunan seluruh masyarakat sangat tergantung

pada pembangunan keluarga yang menjadi inti dari masyarakat tersebut. Dalam

pembangunan nasional keluarga mempunyai nilai strategis karena menjadi inti dalam

pembangunan serta menjadi tumpuan pembangunan manusia seutuhnya. Karena nilainya

yang startegis maka keluarga harus memperoleh pembinaan dalam berbagai aspek

kehidupan termasuk aspek kesehatannya.

Kesehatan keluarga sebagai salah satu unsur dasar kesejahteraan keluarga dan akan

memperkokoh ketahanan nasional. Dalam upaya memperbaiki tingkat sosial ekonomi

masyarakat, kesehatan keluarga merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi, oleh

karena itu keluarga yang sehat menghasilkan anak-anak yang akan tumbuh dan

berkembang menjadi insan pembangunan yang sehat. pembinaan kesehatan ditujukan

kepada upaya untuk menumbuhkan perubahan sikap dan prilaku yang selanjutnya akan

meningkatkan kemampuan dan kemandirian keluarga dalam memelihara dan memperbaiki

status kesehatan serta mengatasi masalah kesehatannya melalui hubungan masyarakat dan

bimbingan tenaga profesional. Sasaran utama pembinaan kesehatan keluarga adalah

keluarga rawan, yang salah satunya adalah keluarga yang mengalami asma.

Asam urat merupakan suatu penyakit yang diakibatkan tingginya kadar purin didalam

darah, kondisi beberapa tahun terakhir ini semakin banyak orang yang dinyatakan

menderita penyakit tersebut. Penyakit asam urat cenderung diderita pada usia yang

semakin muda. Penderita paling banyak pada golongan usia 30-50 tahun yang tergolong

usia produktif (Krisnatuti & Rina, 2006).


Berdasarkan survey World Health Organization (WHO) tahun 2013 Indonesia merupakan

Negara terbesar ke 4 didunia yang penduduknya menderita asam urat, prevalensi penyakit

asam urat di Indonesia sebesar 81% . adapun berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) ada 3 provinsi dengan prevalensi penyakit asam urat tertinggi adalah Nusa

Tenggara Timur (NTT) sebesar 33,1%, Jawa Barat sebesar 32,1%, Bali sebesar 30,0%

Adapun Sulawesi Tenggara berada pada urutan ke-14 sebesar 20,8%.

Hasil penelitian dalam studi yang berkembang di Asia menyimpulkan bahwa kejadian

peningkatan kadar asam urat dipengaruhi akibat gaya hidup dan diet yang dibawa oleh

kemakmuran yang meningkat (Alexander, 2010). Asupan diet vegetarian seimbang dengan

protein hewani dan konten purin disertai asupan cairan yang cukup dengan buah-buahan

dan sayuran setelah diteliti dapat mengurangi risiko terserang asam urat dibandingkan

dengan orang yang memakan segala jenis makanan (Roswitha, 2003).

Banyak hal yang dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap diet, diantaranya

umur seseorang, jenis kelamin, kepribadian, kondisi kesehatan, pengalaman terhadap

kesehatan, lingkungan dan pelayanan yang diterima dari fasilitas kesehatan. Lingkungan

sangat berperan dalam kepatuhan klien menjalankan diet, jika lingkungan mendukung

penderita asam urat akan patuh terhadap diet nya. Seseorang yang menginginkan dirinya

dalam kondisi sehat mempunyai keinginan selalu patuh terhadap anjuran petugas

pelayanan kesehatan (Suharto, 2000).

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik dan ingin mengetahui bagaimana cara

memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan asam urat dengan menggunakan metode

pendekatan proses asuhan keperawatan keluarga.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan makalah ini diharapkan penulis mendapatkan pengalaman

nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan asam urat dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah penulis mampu:

a. Melakukan pengkajian pada keluarga dengan asam urat

b. Menganalisa pengkajian pada keluarga dengan asam urat

c. Dapat menyusun rencana keperawatan keluaga dengan asam urat

d. Menerapkan rencana keperawatan kesehatan keluarga dalam bentuk tindakan

keperawatan.

e. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada keluarga.

f. Mengidentifikasi kesenjangan antara teori dengan kasus nyata.

g. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat dalam memberikan asuhan.

keperawatan keluarga serta cara penyelesaiannya.

h. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan pada keluarga dengan

asam urat.

C. Ruang Lingkup

Penulisan makalah ini merupakan pembahasan dari pemberian asuhan keperawatan pada

keluarga Bpk.P khususnya Ibu.D dengan asam urat di RT 001/RW 004 Kelurahan Kukusan

Kecamatan Beji, Depok yang dilaksanakan mulai tanggal 8-12 Maret 2021.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif yaitu

metode studi kasus, dimana penulis mengambil data pada salah satu keluarga yang ada di

wilayah RT 001/RW 004 Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji . Dalam pengumpulan data

metode yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan pengukuran terhadap seluruh

anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Selain itu juga penulis menggunakan

studi kepustakaan dengan mempelajari literatur yang melandasi asuhan keperawatan yang

diberikan pada keluarga.

E. Sistematika Penulisan

Penyusunan makalah ini terdiri dari lima Bab, yang disusun secara sistematis sebagai

berikut : Bab satu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode

penulisan dan sistematka penulisan. Bab dua tinjauan teori asuhan keperawatan keluarga

dengan masalah asma yang terdiri dari konsep keluarga dan asuhan keperawatan keluarga.
Bab tiga tinjauan kasus asuhan keperawatan keluarga dengan masalah asma yang terdiri

dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab empat

pembahasan menguraikan tentang kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada. Sesuai

dengan langkah-langkah proses keperawatan. Bab lima penutup yang terdiri dari

kesimpulan dan saran


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Masalah Kesehatan

1. Pengertian

Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang

nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,

pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).

Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam urat

yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005;407).

Jadi, Gout atau sering disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolik dimana

tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat

yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.

2. Patofisiologi

a. Etiologi

Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan

kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada

penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik

dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.

Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :

1) Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan

asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.

2) Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,

hipertensi,gangguan ginjal yang akan menyebabkan :

3) Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.

4) Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asamurat

seperti:aspirin,diuretic,levodopa,diazoksid,asam nikotinat,aseta zolamid

dan etambutol.

5) Pembentukan asam urat yang berlebih

6) Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.


7) Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih

karana penyakit lain, seperti leukimia.

8) Kurang asam urat melalui ginjal

9) Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distalginjal

yang sehat. Penyabab tidak diketahui.Gout sekunder renal disebabkan oleh

karena kerusakan ginjal,misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal

kronik.

b. Perjalanan penyakit

Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan

berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat

adalah produk akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin

menjadi asam urat dapat diterangkan sebagai berikut: Sintesis purin melibatkan

dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage pathway).

1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui

prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah

melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat,

asam guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian

mekanisme yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang

mempercepat reaksi yaitu: 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan

amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme

inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang terbentuk, yang fungsinya

untuk mencegah pembentukan yang berlebihan.

2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa

purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini

tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas

(adenin, guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk

membentuk prekursor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis

oleh dua enzim: hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan

adenin fosforibosiltransferase (APRT).


Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara

bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian

kecil asam urat yang diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan

dikeluarkan melalui urin.

c. Klasifikasi

Gout terbagi atas 2 yaitu :

1) Gout primer, dimana menyerang laki-laki usia degenerative,

dimanameningkatnya produksi asam urat akibat pecahan purin yang

disintesis dalam jumlah yang berlebihan didalam hati. Merupakan akibat

langsung dari pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat

penurunan ekresi asam urat yaitu hiperurisemia karena gangguan

metabolisme purin atau gangguan ekresi asam urat urin karena sebab

genetik. Salah satu sebabnya karena kelainan genetik yang dapat

diidentifikasi, adanya kekurangan enzim HGPRT (hypoxantin guanine

phosphoribosyle tranferase) atau kenaikan aktifitas enzim PRPP

(phosphoribosyle pyrophosphate ), kasus ini yang dapat diidentifikasi hanya

1 % saja

2) Gout sekunder, terjadi pada penyakit yang mengalami kelebihan

pemecahan purin menyebabkan meningkatnya sintesis asam urat.

Contohnya pada pasien leukemia Disebabkan karena pembentukan asam

urat yang berlebihan atau ekresi asam urat yang berkurang akibar proses

penyakit lain atau pemakaian obat tertentu. merupakan hasil berbagai

penyakit yang penyebabnya jelas diketahui akan menyebabkan

hiperurisemia karena produksi yang berlebihan atau penurunan ekskresi

asam urat di urin

d. Tanda dan Gejala Asam urat

Menurut Widyanto (2014) Serangan gout pertama biasanya hanya

mengenahi satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari. Gejalnya


menghilangnya secara bertahap, dimana sendi kembali berfungsi dan tidak

timbul gejala sampai terjadi serangan berikutnya. Namun gout cenderung akan

semakin memburuk, dan serangan yang tidak diobati akan berlangsung lebih

lama, lebih sering terjadi, dan mengenahi beberapa sendi. Sendi yang terkena

dapat mengalami kerusakan yang permanen. Serangan lazimnya di kaki

(monoartritis). Namun, 3-14 % serangan dapat terjadi pada banyak sendi

(poliartritis). Pada serangan ulangan biasanya poliartritis, dengan urutan sendi

yang terkena adalah 7 ibu jari kaki (podogra), sendi tarsal kaki, pergelangan

kaki, sendi kaki belakang, pergelangan tangan, lutut, dan siku.

Nyeri hebat dirasakan oleh penderita pada satu atau beberapa sendi. Sering

kali serangan terjadi pada malam hari. Biasanya hari sebelumnya penderita

tampak segar bugar tanpa gejala atau keluhan. Tiba- tiba pada tengah malem

menjelang pagi terbangun karena adanya rasa sakit yang hebat dan nyeri yang

semakin memburuk dan tak tertahankan.Sendi yang terserang membengkak dan

kulit diatasnya tampak merah atau keunguan, kencang dan licin, serta terasa

hangat. Menyentuh kulit diatas sendi yang terkena dapat menimbulkan nyeri

yang luar biasa. Rasa nyeri ini akan berlangsung beberapa hari sampai sekitar

satu minggu, lalu menghilang. Kristal dapat terbentuk di sendisendi perifer

karena persendian tersebut lebih dingin dibandingkan persendian ditubuh

lainnya, oleh karena itu asam urat cenderung membeku pada suhu dingin. Gout

jarang terjadi pada tulang belakang, tulang panggul maupun bahu (Widyanto,

2014).

Gejala lain dari arthritis gout akut adalah demam, menggigil, tidak enak

badan,dan denyut jantung cepat. Serangan gout cenderung lebih berat pada

penderita yang berusia muda dibawah 30 tahun. Biasannya pada laki-laki gout

timbul pada usia pertengahan, sedangkan pada wanita gout muncul pada saat

pascamenopause. Gout bisa menahun dan berat, yang menyebabkan terjadinnya

kelainan bentuk sendi.

e. Komplikasi
Abiyoga (2016), menyatakan bahwa Komplikasi yang muncul akibat gout

arthritis (pirai) antara lain:

a. Gout kronik bertophus

Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi) disekitar

sendi yang sering meradang.Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat

di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi, sinovial, bursa atau

tendon. Tofi bisa juga ditemukan di jaringan lunak dan otot jantung, katub

mitral jantung, retina mata, pangkal tenggorokan.

b. Nefropati gout kronik

Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia.terjadi akibat

dari pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada jaringan

ginjal bisa terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan merusak glomerulus.

c. Nefrolitiasis asam urat (batu ginjal)

Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa

menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.

Air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu seperti

kalsium, asam urat, sistin dan mineral struvit (campuran magnesium,

ammonium, fosfat).

d. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang.

3. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin,

mencegah serangan berulang dan pencegahan komplikasi.

1) Medikasi

a. Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0 – 3,0

mg ( dalam Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.

b. Terapi farmakologi ( analgetik dan antipiretik )

c. Colchines ( oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal

asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.

d. Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi ( NSAID ) untuk nyeri dan inflamasi.
e. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk

mencegah serangan.

f. Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan menghambat

akumulasi asam urat.

g. Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat menggunakan

probenezid 0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone ( Anturane ) pada pasien yang

tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat

dengan Allopurinol 100 mg 2x/hari.

2) Perawatan

a. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang mengandung

purin yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden, kerang, ikan

herring, kacang – kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo.

b. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus

benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan

berat badan.

c. Anjurkan asupa tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan

ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan

meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin.

d. Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak.

e. Anjurkan pasien untuk banyak minum.

f. Hindari penggunaan alkohol.

B. Asuhan Keperawatan keluarga

1. Konsep keluarga

a. Pengertian

Ada beberapa pengertian tentang keluarga diantaranya adalah menurut

Friedman (1998), dikutip oleh Achjar (2010), Keluarga merupakan sekumpulan

orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari individu-individu yang


ada didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk

mencapai tujuan bersama. Menurut Duval (1972), dikutip oleh Zaidin Ali

(2010), keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan

budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional

serta sosial individu yang ada didalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler

dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai

tujuan umum. Sedangkan menurut Standhope & Lancaster (1996), dikutip oleh

Tantut Sutanto (2012), keluarga adalah salahsatu elemen terkecil dari

masyarakat, keberadaan keluarga di masyarakat akan menentukan

perkembangan masyarakat.

Dari ketiga pengertian dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan

orang yang terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah terdiri dari ayah,

ibu, anak, serta nenek, kakek, paman, keponakan yang tinggal bersama dalam

satu atap (serumah) dengan peran masing-masing serta keterikatan emosional.

Pengertian asuhan keperawatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau

kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai

sarana atau penyalur. Bailon dan Maglaya (1978), dikutip oleh Andarmoyo

(2012). Sedangkan menurut Friedman (1989), dikutip oleh Friedman, Bowden

dan Jones (2010), keperawatan keluarga adalah area spesialisasi yang melintasi

berbagai area spesialisasi keperawatan lainnya.

b. Tipe atau jenis keluarga

Friedman (1998), membagi tipe keluarga menjadi dua yaitu tipe keluarga

tradisional dan tipe keluarga non tradisional. Tipe keluarga tradisional, terdiri

dari :
1) Nuclear family atau keluarga inti, yaitu keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu,

dan Anak-anak.

2) Extended family atau keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan

keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalny kakek, nenek, bibi

atau paman.

3) Dyad family yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

4) The childless family adalah keluarga tanpa anak karena terlambat menikah

dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena

mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.

5) Single parent atau suatu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dan anak,

kondisi ini dapat disebabkab oleh perceraian atau kematian.

6) Single adult yaitu rumah tangga yang terdiri dari dan seoarng yang dewasa.

7) Keluarga usia lanjut yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang berusia

lanjut.

8) Commuter family adalah kedua orangtua bekerja di kota yang berbeda,

tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orangtua yang

bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat

“weekends” atau pada waktu-waktu tertentu.

9) Multigenerational family adalah keluarga dengan beberapa generasi atau

kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

10) Kin-network family adalah beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu

rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan

pelayanan yang sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon, dan

lain-lain.

11) Blended family, yaitu suatu rumah tangga yang membawa anak dalam

perkawinan sebelumnya.

Sedangkan tipe keluarga non tradisional, terdiri dari :


1) The unmarried teenage mother yaitu keluarga yang terdiri dari orangtua

(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

2) The stepparent family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commune family yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang

tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber

dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak melalui

aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.

4) The nonmarital heterosexsual cohabiting family yaitu keluarga yang hidup

bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

5) Gay and lesbian family yaitu seseorang yang mempunyai persamaan sex

hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.

6) Cohabitating family yaitu orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan

perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

7) Group marriage family yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan

alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa saling menikah satu

dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan

anaknya.

8) Group network family yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-

nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-

barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggungjawab

membesarkan anaknya.

9) Foster family yaitu keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga/ saudara di dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak

tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga

yang aslinya.

10) Homeless family yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai

perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan

dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.


11) Gang yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktifdari orang-orang muda

yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian

tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

c. Struktur keluarga

Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perlu

memahami struktur keluarga. Menurut Friedman (1998), membagi struktur

keluarga menjadi empat yaitu:

1) Pola dan proses komunikasi dikatakan berfungsi apabila jujur, terbuka,

melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan. Komunikasi

dalam keluarga dikaitkan tidak berfungsi apabila tertutup, gosip negatif,

tidak terfokus pada suatu hal dan selalu mengulang issue dan pendapat

sendiri.

2) Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan

posisi sosial yang diberikan baik peran formal maupun informal.

3) Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengendalikan atau

mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif yang

terdiri dari 20 legitimate power / authority, refrent power, expert power,

reward power, coersive power dan affektif power.

4) Nilai keluarga dan norma. Nilai keluarga adalah sistem, ide – ide, sikap dan

keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu.

Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan

sosial tertentu.

d. Fungsi keluarga

Menurut Friedman dalam Padila (2012) ada lima fungsi dasar keluarga

diantaranya adalah:

1) Fungsi Afektif (the affective function)

Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan

basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif 1tampak melalui


keluarga yang bahagia. Dalam fungsi ini anggota keluarga mengembangkan

gambaran diri yang positif, perasaan memiliki dan dimiliki, perasaan yang

berarti, dan merupakan sumber kasih sayang. Fungsi afektif merupakan

sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga.

2) Fungsi Sosialisasi (the socialization function)

Sosialisasi merujuk pada proses perkembangan dan perubahan yang dialami

oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi dan belajar berperan

dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu melakukan

sosialisasi. Dalam fungsi ini anggota keluarga belajar disiplin, norma,

budaya serta perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga,

sehingga individu mampu berperan dalam masyarakat.

3) Fungsi Reproduksi (the reproductive function)

Dalam fungsi ini keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan meningkatkan sumber daya manusia.

4) Fungsi Ekonomi (the economic function)

Fungsi ini menjelaskan untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti

makanan, pakaian, dan perumahan, maka keluarga memerlukan sumber

keuangan.

5) Fungsi Perawatan Keluarga/Pemeliharaan Kesehatan (the health care

function)

Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain keluarga

menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi

melakukan asuhan kesehatan kepada anggotanya baik untuk mencegah

terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga

menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan,

memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga profesional. Kemampuan ini

sangat mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga.


Keluarga dalam melaksanakan perannya mempunyai berbagai fungsi. Menurut

Efendi (1998), fungsi keluarga terdiri dari :

1) Fungsi biologis yaitu untuk meneruskan keturunan, memelihara dan

membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga,

memelihara dan merawat anggota keluarga.

2) Fungsi psikologis yaitu memberikan rasa aman dan kasih sayang,

memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina kedewasaan

kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas anggota keluarga.

3) Fungsi sosialisasi yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-

norma, tingkah laku sesuai tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-

nilai budaya keluarga.

4) Fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi

kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-

anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

5) Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan

bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan

dewasa dimasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai

orang dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat

perkembangannya.

e. Tahap-tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga

Dalam kehidupan keluarga, setiap keluarga mempunyai tahapan perkembangan

sesuai dengan perkembangan anggota keluarga. Masing – masing tahapan

perkembangan keluarga mempunyai tugas yang harus diselesaikan. Menurut

Duvall dan Miller dikutip oleh Friedman (1998), yaitu :


1) Keluarga pemula (Begginning family) : perkawinan dan sepasang insan

yang menandai dimulainya keluarga baru. Tugas yaitu menciptakan sebuah

perkawinan yang saling memuaskan, menhubungkan jaringan kekeluargaan

yang harmonis, dan keluarga berencana.

2) Keluarga yang sedang mengasuh anak (Child Bearing) : dimulai dengan

kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Tugas keluarga sesuai

tahap ini adalah membantu keluarga muda sebagai unit yang mantap

(mengintegrasikan bayi baru kedalam sebuah keluarga), rekonsiliasi tugas-

tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga,

mempertahankan hubungan perkawainan yang memuaskan, memperluas

persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran

orang tua dan kakek nenek.

3) Keluarga dengan anak usia pra sekolah : ketika anak pertama berusia 2 ½

tahun dan berakir anak berusia 5 tahun. Tugas yaitu memenuhi anggota

keluarga seperti rumah, keamanaan, mensosialisasikan anak, privasi dalam

bermain. Mempertahankan hubungan yang sehat dengan keluarga

(hubungan orang tua dan anak)

4) Keluarga dengan anak usia sekolah : Tahap ini dimulai ketika anak berusia

6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar, berakhir pada usia 13 tahun dan

awal dari usia remaja. Tugas yaitu mengambangkan hubungan dengan

teman sebaya dan kegiatan diluar rumah akan memainkan peranan yang

lebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah tersebut, memenuhi

kebutuhan fisik anggota keluarga, mensosialisasikan anak dalam

meningkatkan prestasi sekolah.

5) Keluarga dengan anak remaja : tahap ini dimulai ketika anak pertama

melewati usia 13 tahun, tahap ke lima dari siklus kehidupan keluarga

dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 – 7 tahun. Tugas yaitu

menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi


dewasa dan semakin mandiri, berkomunikasi secara terbuka antara orang

tua dengan anak – anak. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

6) Keluarga melepaskan anak usia dewasa muda : permulaan dan fase

kehidupan keluarga ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang

tua dan berakhir dengan “ rumah kosong “ ketika anak meninggalkan

rumah. Dilanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan, memperluas siklus keluarga dengan memasukan

anggota keluarga baru lewat perkawinan dan menerima nilai – nilai gaya

hidup dari paswangan itu sendiri, membantu orang tua lanjut usia yang sakit

– sakitan baik suami maupun istri.

7) Orang tua usia pertengahan : dimana tahap ke tujuh dari siklus kehidupan

keluarga, tahap usia pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak

terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian

salah satu pasangan. Tahap ini dimulai biasanya ketika orang tua memasuki

usia 45 – 55 tahun dan berakhir pada saat salah seorang pasangan pensiun

biasanya 16 – 18 tahun kemudian. Tugas yaitu menyediakan lingkungan

yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang

memuaskan dan penuh arti dengan para lansia dan anak – anak,

memperkokoh hubungan perkawinan.

8) Keluarga dalam masa pensiun dan lansia : tahap terakhir dalam siklus

keluarga dimulai dari salah satu anggota keluarga memasuki masa pensiun,

berlangsung hingga salah satu dari pasangan meninggal.Tugas yaitu

memelihara pengaturan 25 kehidupan yang memuaskan, mempertahankan

ikatan keluarga antara generasi, menyesuaikan diri terhadap kehilangan

pasangan.

2. Konsep proses keperawatan keluarga

Proses keperawatan salah satu pemdekatan yang digunakan untuk menyelasaikan

masalah keperawatan keluarga. Langkah – langkah proses keperawatan meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.


a. Pengkajian

Data yang perlu dikaji pada keluarga menurut Friedmen (1998), sebagai berikut

1) Data dasar keluraga meliputi nama kepala keluarga, usia, pendidikan,

pekerjaan, alamat, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, agama,

status sosial ekonomi,aktifitas rekreasi, riwayat dan tahap perkembangan

keluarga, riwayat keluarga inti dan riwayat keluarga sebelumnya.

2) Lingkungan meliputi perumahan, denah rumah, pengelolaan sampah,

sumber air, jamban keluarga, pembuangan air limbah, fasilitas sosial dan

fasilitas kesehatan, karakteristik tetangga dan komunitas, mobilitas

geografis keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung

keluarga sebelumnya.

3) Pola dan proses komunikasi keluarga yang meliputi : hubungan antar

keluarga, fungsi komunikasi dalam keluarga, kemampuan setiap anggota

keluarga menjadi pendengar, kejelasan dalam penyampaian, perasaan

terhadap komunikasi dan interaksi, cara keluarga dalam menyampaikan

pesan.

4) Struktur kekuatan keluarga, hal yang perlu dikaji meliputi : siapa yamg

mengambil keputusan, yang mengatur anggaran belanja, tempat tinggal,

disiplin dan aktivitas anak, dan cara prngambilan keputusan.

5) Struktur peran keluarga meliputi peran baik peran secara formal atau peran

yang tidak formal.

6) Nilai – nilai keluarga yang meliputi : nilai kebudayaan yang dianut

keluarga, dan bagaimana nilai tersebut mempengaruhi keluarga.

7) Funsi afektif, data yang harus dikaji adalah bagaiman repon keluarga

terhadap kebutuhan anggota keluarga.

8) Fungsi sosialisasi, bagaimana keluarga membesarkan anak, yang

bertanggung jawab dalam membesarkan anak, bagaiman anak dihargai,

masalah – masalah keluarga dalam membesarkan anak.


9) Fungsi perawatan kesehatan (penjajakan tahap dua) berkaitan dengan lima

tugas keluarga, hal yang perlu dikaji adalah :

a) Kemampuan keluarga mengenal masalah, data yang perlu dikaji adalah

sejauh mana keluarga mengetahui fakta – fakta dari masalah kesehatan,

yang meliputi pengertian, tanda dan gejala faktor penyebab dan yang

mempengaruhi serta persepasi keluarga terhadap masalah.

b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan

kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah kemampuan keluarga

mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah

kesehatan dirasakan oleh keluarga, apakah keluarga dapat menjangkau

fasilitas kesehatan yang ada dan apakah keluarga mendapat informasi

yang salah terhadap tindakan menghadapi masalah.

c) Kemampuan keluarga mengatasi masalah kesehatan, data yang perlu

dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang keadaan penyakitnya (sifat,

penyebaran, komplikasi, prognosa dan cara perawatan), pengetahuan

tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan,

pengetahuan keluarga tentang sumber – sumber yang ada dalam

keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan

atau finansial, fasilitas fisik dan psikososial), bagaimana sikap keluarga

yang sakit.

d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat, data

yang perlu dikaji adalah : pengetahuan keluarga tentang sumber –

sumber yang dimiliki keluarga, bagaimana keluarga melihat keuntungan

atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pengetahuan keluarga,

pentingnya hygiene sanitasi, pengetahuan keluarga tentang upaya

pencegahaan penyakit, bagaimana sikap atau pandangan keluarga

terhadap hygiene sanitasi dan kekompakan antar keluarga.

e) Kemampuan keluarga keluarga menggunakan fasilitas kesehatan, data

yang harus dikaji adalah pemahaman keluarga tentang keuntungan –


keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat

kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan, apakah keluarga

mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan,

dan apakah petugas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

10) Stress dan stategi koping, meliputi stessor jangka pendek dan panjang,

kemampuan keluarga berespon terhadap masalah, stategi koping yang

digunakan dan strategi koping disfungsional.

b. Diagnosa Keperawatan

Setelah data dikumpulkan selanjutnyta dianalisa untuk menentukan diagnosa

keperawatan. Menurut Suprajitno (2004), dan modifikasi Fakultas Ilmu

Keperawatan (2000), bahwa tipologi diagnosa keperawatan keluarga ada tiga,

yaitu :

1) Aktual yaitu masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan

memelurkan bantuan yang cepat.

2) Risiko (ancaman kesehatan) adalah masalah kesehatan yang belum terjadi

tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan

cepat apabila tida segera mendapat bantuan perawat.

3) Potensial (keadaan sejahtera atau “ wellness “) yaitu dimana keluarga dalam

keadaan sejahtera sehingga sumber penunjang kesehatan yang

memungkinkan dapat ditingkatkan.

Etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga kategori sakit berdasarkan

gambaran kemampuan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga (mengenal

masalah, mengambil keputusan, merawat, memodifikasi lingkungan dan

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan), berdasarkan hasil pengkajian

tahap dua, Jika terjadi terganggu lebih dari satu tugas, maka dapat digunakan

tugas ke tiga, jika terganggu dominan satu tugas maka gunakan tugas yang

dominan.

c. Penapisan Masalah
Dalam memberikan asuhan keperawatan kemungkinan ditemukan lebih dari

satu diagnosa keperawatan.Untuk itu perawat harus memprioritaskan masalah

keperawatan tersebut. Kriteria yang digunakan untuk menentukan prioritas

masah keperawatan keluarga sebagai berikut :

Kriteria Skor Bobot

Sifat masalah

Skala : - Tidak/ kurang sehat/ actual 3 1

- Ancaman kesehatan/ resiko 2

- Keadaan sejahtera/ potensial 1

Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala : - Mudah 2 2

- Sebagian 1

- Tidak dapat diubah 0

Potensial masalah yang dapat dicegah

Skala : - Tinggi 3 1

- Sedang 2

- Rendah 1

Menonjolnya masalah

Skala :- Masalah berat, harus segera diatasi 2 1

- Ada masalah tetapi tidak perlu 1

ditangani

- Masalah tidak dirasakan 0

Cara penghitungan skor :

Tentukan skore untuk setiap kriteria kemudian dilakukan perhitungan dengan

cara skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot lalu

dijumlahkan hasil perhitungan skor untuk seluruh kriteria.

Empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas.


1) Sifat masalah : tidak / kurang sehat, amcaman kesehatan dan kesejahteraan

kurang / tidak sehat bobot tinggi karena memerlukan tindakan yang segera

dan biasanya dirasakan oleh keluarga. Sejahtera bobot tonggi karena

memerlukan faktor kebudayaan dapat memberikan dukungan bagi keluarga

untuk mengatasi masalah dengan baik.

2) Kemungkinan masalah dapat diubah : kemungkinan berhasil yang dapat

mengurangi atau mencegah masalah jika diintervensi. Faktor – faktor yang

dapat diperhatikan : Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat

dilakukan untuk menangani masalah, sumber daya keluarga : dalam bentuk

fisik, keuangan dan tenaga, sumber daya perawatan dalam bentuk

pengetahuan, ketrampilan dan waktu, sumber daya masyarakat : dalam

bentuk fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat dan dukungan sosial

masyarakat.

3) Potensi masalah dapat di cegah : sifat dan beratnya masalah yang akan

timbul yang dapat dikurangi atau dicegah. Faktor – faktor yang perlu

diperhatikan dalam potensi masalah dapat dicegah. Kepelikan masalah :

berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, prognosa makin sedikit

kemungkinan untuk merubah / mencegah sehingga makikn kecil potensi

masalah yang akan timbul. Lamanya masalah kaitanya dengan jangka

waktu terjadinya masalah tersebut. Biasanya lamanya masalah mempunyai

dukungan langsung dengan potensi masalah bila dicegah. Adanya

kelompok “ high risk “ atau kelompok yang peka atau rawan, adanya

kelompok tersebut pada keluarga akan menambah potensi masalah bila di

cegah.

4) Menonjolnya masalah merupakan cara keluarga, melihat dan menilai

masalah tentang beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk

diatasi. Hal yang perlu diperhatikan perawat perlu menilai persepsi atau

bagaimana keluarga melihat masalah. Jika keluarga menyadari masalah dan

merasa perlu ditangani segera mendapat skore tertinggi..


d. Perencanaan

Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang

direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah

keperawatan yang telah teridentifikasi. Rencana keperawatan yang berkualitas

dapat menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan serta mengatasi masalah

keperawatan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan rencana

keperawatan keluarga yaitu :

1) Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa data secara menyeluruh

tentang masalah atau situasi keluarga.

2) Rencana yang baik harus realistik artinya dapat dilaksanakan dan

menghasilkan apa yang diharapkan.

3) Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi

kesehatan. Misalnya, jika instansi kesehatan yang bersangkutan tidak

memungkinkan pemberian pelayanan secara cuma – cuma, maka perawat

harus mempertimbangkan hal tersebut dalam membuat rencana

keperawatan dan tindakan keperawatan.

4) Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga, hal ini sesuai dengan

prinsip bahwa perawat bekerja bersam keluarga dan bukan untuk keluarga.

5) Rencana keperawatan sebaiknya dibuat tertulis. Hal ini berguna bagi

perawata maupun tim kesehatan lainnya, serta dapat membantu dalam

mengevaluasi perkembangan masalah keluarga.

Perencanaan asuhan keperawatan keluarga mempunyai tujuan yaitu :

1) Sebagai alat komunikasi antara perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada keluarga.

2) Meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan pada

keluarga.
3) Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil sebagai pedoman bagi setiap

perawat dalam melakukan tindakan kepada keluarga serta melakukan

evaluasi.

Menurut Wright dan Leahey, (1984) dikutip oleh Friedman (1998) ada dua

tingkatan intervensi yaitu : intervensi tingkat dasar dan intervensi tingkat lanjut.

Intervensi tingkat dasar adalah intervensi yang bersifatt suportif dan mendidik

(edukatif yang langsung ke arah sasaran). Sedangkan intervebsi tingkat lanjut

adalah sejumlah intervensi terapi keluarga yang bersifat psikososial dan tidak

langsung, Friedman (1970) mengklasifikasikan intervensi keperawatan sebagai

berikut :

1) Suplemental, perawat berlaku sebagai pemberi pelayanan perawatan

langsung dengan mengintervensi bidang – bidang yang tidak dapat

dilakukan keluarga.

2) Fasilitatif, perawat keluarga memfasilitasi pemanfaatan pelayanan yang

dibutuhkan keluarga seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial,

transportasi dan pelayanaan kesehatan dirumah.

3) Perkembangan, tujuan perawatan diarahkan kepada kemandirian keluarga

dan membantu keluarga memanfaatkan sumber – sumber perawatan

kesehatan pribadi seperti sisten dukungan sosial internal maupun eksternal.

Wright dan leahey, dukutip oleh Friedman (1984) menggolongkan intervensi

keperawatan dalm tingkatan fungsi keluarga yaitu :

1) Kognitif, intervensi diarahkan pada fungsi keluarga yang terdiri dari

tindakan perawat memberikan informasi dan gagasan baru tentang suatu

keadaan atau pengalaman.

2) Afektif yang dirancang untuk mengubah emosi dari anggota keluarga,

sehingga keluarga dapat menyelesaikan masalah lebih efektif, misalnya

membantu mengurangi kecemasan dalam merawat anak anak yang sakit

3) Perilaku, strategi perawatan yang diarahkan membantu anggota keluarga

berinteraksi/ bertingkah laku satu sama lain. Misalnya mengajar keluarga


untuk berkomunikasi secara lebih fungsional seperti mendengar satu sama

lain tanpa menginterupsi.

Langkah pertama dalam perencanaan keperawatan adalah perumusan tujuan

yang berorientasi pada klien. Penyususnan tujuan bersama keluarga menjadi

penentu perencanan yang efektif. Salah satu premis utama dalm keperawatan

keluarga adalah bahwa keluarga mempunyai tanggung jawab akhir dalam

mengatur kehidupannya dan perawat harus menghormati keyakinan keluarga

tersebut (Carey, 1998).

Ada dua macam tujuan yaitu tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan

jangka panjang (Goal) adalah tujuan umum yang merupakan hasil akhir yang

diharapkan dapat dicapai oleh keluarga melalui semua usaha. Tujuan jangka

panjang (sasaran) ditentukan oleh perawat bersama dengan keluarga

berhubungan dengan masalah keperawatan keluarga.

Sedangkan tujuan jangka pendek atau objektif merupakan pernyataan spesifik

tentang hasil tindakan keperawatan yang sifatnya spesifik, dapat diukur, dapat

dicapai, realistik serta ada batasan waktu. Tujuan jangka pendek penting untuk

memotivasi dan memberikan kepercayaan kepada keluarga, serat membimbing

keluarga kearah pencapaian tujuan yang konprehensif. Dalam penyusunan

tujuan sangat diperlukan kerjasama dengan keluarga dalam membedakan

masalah-masalah yang perlu diselesaikan dengan intervensi keperawatan.

Setelah tujuan ditetapkan dilanjutkan dengan pendekatan dan tindakan

keperawatan yang akan dilakukan. Dalam melakukan tindakan keperawatan

sangat bergantung pada masalah keperawatan dan sumber-sumber yang tersedia

untuk menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah tindakan keperawatan yang

dilakuakn keluaraga untuk mengatasi penuyebab masalah keperawatan :

1) Perluas dasar pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi

2) Bantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dan situasi yang ada
3) Hubungan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang telah

ditentukan.

4) Kembangkan sikap positif dalam menghadapi masalah

Untuk membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam

rangka memutuskan masalah, tindakan yang dapat dilakukan adalah :

1) Diskusikan dengan keluarga tentang konsekuensi yang akan timbul jika

tidak melakukan tindakan.

2) Perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif kemungkinan yang dapat

diambil serta sumber-sumber yang diperlukan alternatif tersebut.

3) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat dan masing – masing

alternatif tindakan.

Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan perawatan

terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan tindakan antara

lain:

1) Demontrasikan tindakan yang diperlukan

2) Manfaatkan fasilitas sarana yang ada dirumah

3) Hindari hal-hal yang merintangi keberhasilan keluarga dalam merujuk klien

atau mencari pertolongan kepada tim kesehatan yang ada.

Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan lingkungan

yang menunjang kesehatan, perawat dapat melakukan tindakan antara lain :

1) Bantu keluarga mancari cara untuk menghindari adanya ancaman dan

perkembangan kepribadian anggota keluarg

2) Bantu keluarga dalam memperbaiki fasilitas fisik yang ada

3) Hindari ancaman psikologis dalam keluarga denagn cara memperbaiki pola

komunikasi keluarga, memperjelas peran masing-masing anggota keluarga.

4) Kembangkan kesanggupan keluarga dalam rangka pemenuhan kebutuhan

psikososial.
Untuk membantu keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,

maka perawat dapat harus mempunyai pengetahuan yang luas dan tepat tentang

sumber daya yang ada di amsyarakat dan cara memanfaatkannya. Seperti

instansi kesehatan, program peningkatan kesehatan dan organisasi – organisasi

di masyarakat. Setelah perencanaan disusun dilanjutkan dengan langkah yang

terakhir yaitu menentukan kriteria dan standar evaluasi.

e. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga merupakan salah satu

tahapan proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapat kesempatan

untuk meningkatkan minat keluarga dan mengadakan perbaikan kearah

perilaku yang sehat. Perawat harus memperhatikan ketidakmampuan, kesulitan

dan kebingungan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan yang ada.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga (keuangan), tingkat pendidikan

keluarga, adat istiadat yang berlaku. Disamping itu, termasuk respon dan

penerimaan keluarga, sarana dan pra sarana yang ada pada keluarga, didasarkan

pada rencana asuhan keperawatan keluarga yang telah disusun.

Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ini ada beberapa faktor

penghambat, baik dari keluarga maupun dari petugas itu sendiri. Faktor

penghambat dari keluarga, yaitu keluarga kurang mampu memperoleh

informasi, keluarga mendapatkan informasi yang tidak lengkap, sehingga

melihat masalah secara sebagian, keluarga tidak dapat mengkaitkan informasi

dengan situasi yang sedang dihadapi, keluarga tidak mau menghadapi situasi,

anggota keluarga tidak mau menghadapi tekanan sosial dan keluarga, ingin

mempertahankan suatu pola tingkah laku, keluarga gagal mengaitkan tindakan

dengan sasaran keluarga, tidak percaya dengan tindakan yang diusulkan oleh

perawat.
Sedangkan faktor penghambat dari petugas yaitu perawat cenderung

menggunakan satu pola pendekatan (perawat kaku), petugas kurang

memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor – faktor sosial budaya,

petugas kurang mampu mengambil tindakan dan menggunakan bermacam

tehnik dalam mengatasi masalah yang rumit.

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dalam

menentukan sejauh mana tujuan keperawatan telah tercapai. Pada umumnya

terdapat dua jenis evaluasi, yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif.

Evaluasi kuantitatif adalah kuantitas atau jumlah kegiatan yang telah dilakukan.

Sedangkan evaluasi kualitatif difokuskan pada salah satu dari tiga dimensi yaitu

dimensi struktur atau sumber, terkait dengan tenaga manusia atau bahan –

bahan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan. Dimensi proses, dan

dimensi hasil tindakan yang kita lakukan. Dari ketiga dimensi ini untuk melihat

keberhasilan tindakan yang telah dilakukan dapat dilihat dari dimensi yang

terakhir yaitu dimensi hasil.

Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dan

tindakan keperawatan telah tecapai adalah sebagi berikut :

1) Observasi langsung, metode ini adalah metode yang paling valid untuk

menentukan adanya perubahan, yaitu bila interpretasi yang subjektif dan

pangamat dapat dikuarangi dan menggunakan instrumen yang tepat dan

petunjuk tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.

2) Memeriksa laporan, laporan mengenai test dignostik yang menunjukan

perubahan dalam status kesehatan pasien dapat diperoleh dan kartu

penderita.

3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang lebih

rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang

berperan penting.
4) Latihan simulasi, latihan stimulasi ini berguna menentukan perkembangan

kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan,

menanggapi masalah dan menganalisa masalah.


BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan asuhan keperawatan keluarga dengan asam urat
yang diberikan asuhan selama kunjungan 6 hari mulai dari tanggal 1 Maret sampai 6 maret 2021.
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, pendekatan yang digunakan adalah proses
keperawatan keluarga yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, penapisan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 1 Maret 2021 pada salah satu keluarga dan diperoleh data
sebagai berikut :
1. Data Dasar Keluarga
a. Nama kepala keluarga Tn.P usia 26 tahun, pendidikan terakhir S1, pekerjaan
Karyawan Swasta dan alamat Jl. Blambangan V RT 008/020 Kelurahan Mangun Jaya,
Kecamatan Tambun Selatan, Kab Bekasi
b. Komposisi Keluarga
NO Nama Kelamin Hub. Dg. KK Umur Pendidikan Pekerjaan
1. Ny. D P Istri 26 Tahun S1 IRT
1. An.B L Anak 4 bulan Belum Belum
Sekolah Sekolah

c. Genogram
Orang Tua Tn P Orang Tua Ny.D

X 53 53 47
53

33 20 7 7
24 53 53 53
53

26 26

4bl

Keterangan :
= Perempuan = Meninggal
= Laki-laki = Tinggal Serumah
= klien
d. Tipe Keluarga Tn.P adalah Keluarga Inti yang terdiri dari Ayah, Ibu dan anak yang

hidup bersama dalam satu rumah.

e. Suku Bangsa Tn. P dan Ny. D berasal dari Betawi, tidak ada pantangan atau suku yang

mengikat dalam keluarga, tidak ada pantangan yang bertentangan dengan kesehatan

keluarga Tn. P dan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.

f. Seluruh keluarga Tn. P beragama islam, dalam pelaksanaan kegiatan beribadah sesuai

agama yang dianut yaitu solat 5 waktu dan berdoa. Agama dijadikan sebagai dasar

keyakinan oleh keluarga Tn. P dalam membina hubungan yang baik dengan sesama.

g. Status social ekonomi : Tn.p bekerja sebagai karyawan swasta, memiliki penghasilan

diatas dari Rp.2.000.000/bulan. Penghasilan keluarga mencukupi untuk sehari-hari.

Keluarga memiliki tabungan. Anggota keluarga yang membantu keuangan keluarga

adalah Tn.P dan orangtua dan yang mengelola keuangan dalam keluarga Ny.D

h. Aktivitas reaksi keluarga, keluarga Tn.p rekreasi tidak tentu waktunya karena kondisi

pendemi. Penggunaan waktu senggang dilakukan untuk nonton TV.

i. Tahap perkembangan keluarga saat ini, keluarga dengan anak balita

j. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi tidak ada

k. Riwayat keluarga inti saat ini keluarga mengatakan ada anggota keluarga yang sakit

yaitu Ny. D mengeluh mengatakan nyeri pada kaki ,sulit berjalan lama karena lututnya

pegal. saat ini Ny. D sedang menderita penyakit asam urat, sedangkan saat ini anggota

keluarga yang lainnya dalam keadaan sehat.

l. Riwayat keluarga sebelumnya, Ny. D adalah anak pertama dari 5 bersaudara. Ny. D

saat ini sedang menderita asam urat. Keempat adik Ny. D dalam keadaan sehat

2. Lingkungan

a. Perumahan, jenis rumah permanen, rumah mikik pribadi, atap rumah menggunakan

genteng, ventilasi rumah ada, >10% luas lantai, cahaya matahari dapat masuk kerumah

pada siang hari, penerangan dengan listrik, kondisi rumah bersih.

b. Pengelolaan sampah, keluarga tidak mempunyai tempat pembuangan sampah dan,

cara pengelolaan dikumpulkan dan sampah diambil oleh petugas.


c. Sumber air, sumber air yang digunakan oleh keluarga adalah PAM, sumber air minum

yang digunakan adalah air isi ulang.

d. Jamban keluarga, keluarga mempunyai WC sendiri, jenis Wc yang dipakai adalah WC

jongkok, dan jarak antara sumber air dengan tempat penampungan tinja < 10 meter.

e. Pembuangan limbah, keluarga tidak mempunyai tempat pembungan limbah sendiri

biasanya keluarga membuang di selokan rumah.kondisi selokan rumah hitam kotor.

f. Fasilitas social dan fasilitas kesehatan, Perkumpulan sosial dan kegiatan masyarakat

yang dilakukan adalah ta’lim, arisan, fasilitas kesehatan di masyarakat ialah

puskesmas, keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik, jarak yang

ditempuh oleh keluarga untuk ke puskesmas ± 10 menit dengan menggunakan sepeda

motor.

g. Denah Rumah

TOILET DAPUR

R.
TIDUR
T

R. TAMU
R.
TIDUR

TERAS B

JALAN RAYA
h. Karakteristik keluarga dan komunitas, RT 008/020 mempunyai penduduk yang padat

jarak antara antara rumah dan tetangga berdempetan, komunikasi antar tetangga baik.

i. Monilitas geografis keluarga, keluarga sudah tinggal dirumah ± 2 tahun dan sampai

saat ini tidak ada rencana keluarga untuk pindah, karena keluarga sudah merasa

nyaman dengan lingkungan rumah seperti ini.

j. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, Tn. P dan Ny. D jarang

mengikuti kegiatan masyarakat karena keadaan pandemic dan sering sakit di bagian

kaki.

k. Sistem pendukung keluarga, keluarga Tn. P bila salah satu anggota keluarga ada yang

sakit keluarga menganjurkan untuk membeli obat di apotik terdekat dan berobat ke

puskemas. Dalam keluarga tidak ada konflik.

3. Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi keluarga, keluarga selalu berkomunikasi dengan keluarga lain

b. Struktur kekuatan keluarga Tn. P yang mengambil keputusan adalah Tn.P. Bila ada

masalah dalam keluarga maka diselesaikan secara musyawarah.

c. Struktur peran pada keluarga Tn. P tidak ada konflik antar keluarga masingmasing,

Tn. P sebagai kepala keluarga, sedangkan Ny. D sebagai ibu rumah tangga dan

merawat anak-anaknya.

d. Nilai dan norma budaya dalam keluarga tidak ada nilai dan norma yang bertentangan

dengan kesehatan.

4. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif Tn. P berusaha memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga, saling

membantu jika ada anggota keluarga yang mengalami kesulitan, saling menghargai,

memperhatikan dan percaya antara satu sama lainnya.

b. Fungsi sosialisasi seluruh anggota keluarga berinteraksi dengan baik, dengan ekonomi

yang kurang mencukupi, saat ini keluarga rukun tidak ada masalah, keluarga selalu

menegur atau manasehati bila ada keluarga yang membuat kesalahan agar tidak

mengulangi kembali.

c. Fungsi reproduksi Ny. D memiliki 1 anak laki-laki dan belum bersekolah


5. Stress dan koping keluarga

a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang

Stressor jangka pendek yaitu rasa nyeri pada kaki yang dialami Ny. D dan

berkeinginan agar penyakit Ny.D segera sembuh, sedangkan

Stressor jangka panjang yaitu penyakit Ny. D memikirkan apakah penyakitnya dapat

sembuh.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah

Keluarga mengatakan bila ada masalah selalu dibicarakan bersama untuk dicari jalan

keluarnya.dengan cara musyawarah

c. Strategi koping yang digunakan

Keluarga mengatakan bila ada masalah selalu dibicarakan bersama mencari jalan

keluar.

d. Strategi adaptasi disfungsional

Dari hasil pengkajian tidak di dapatkan adanya cara-cara keluarga mengatasi masalah

secara maladaftif.

6. Pemeriksaan fisik

1) Tn. P : tidak terkaji karena pada saat saya kaji Tn N tidak ada dirumah lagi kerja.

2) Ny. D : (26 tahun) TTV, TD : 120/80 mmHg N: 86 x/menit RR: 20 x/menit S: 36o C,

TB: 153 cm, BB: 48 kg. Kepala simetris, bentuk kepala bulat, ukuran sedang, dan kulit

kepala tidak ada luka. Mata simetris, sklera anikterik, konjungtiva ananemis dan tidak

ada kelainan pada mata. Telinga +/+, pendngaran baik, dan telinga simetris. Hidung

simetris, tidak ada kelianan dan tidak ada sumbatan. Mulut bersih, tidak ada stomatitis,

tidak ada caries gigi, sikat gigi 2x/hari pagi dan sore saat mandi. Leher tidak ada

pembesaran kelenjar getah bening. Dada simetris, tidak ada retraksi pada dinding dada,

tidak ada suara tambahan. Abdomen tidak ada kelainan, bising usus 13 x/menit.

Ekstremitas baik. Eliminasi BAK 8 x/hari, BAB 1 x/hari, (sebelum makan ) dan tidak

ada keluhan. Kulit tidak gatal dan tidak ada luka. Kesimpulan : sehat.

3) An. B: tidak terkaji


7. Harapan keluarga terhadap Asuhan Keperawatan

Keluarga berharap agar permasalahan kesehatan yang ada didalam keluarga dapat teratasi,

keluarga juga berharap mampu menyekolahkan anaknya sampai lulus kuliah.

8. Fungsi Perawatan Kesehatan (Penjajagan II)

1) Mengenal masalah kesehatan

Ny D mengatakan belum begitu paham mengenai penyakitnya yang dideritanya , baik

itu mengenaik pengertian , penyebab , tanda dan gejala , pencegahan dan

perawatannya. Keluarga menagatakan bahwa dirinya belajar banyak dari pengalaman

serta pengobatan pengobatan yang pernah dilakukan.

2) Mengambil keputusan

Keluarga mengatakan mereka belum paham mengenai penyakitnya , akan tetapi

apabila sakit datang mereka segera pergi ke puskesmas atau dokter.

3) Merawat anggota keluarga

Keluarga mengatakan apabila sakitnya kambuh keluarga langsung beristirahat yang

cukup dan minum vitamin yang tersedia di rumah.Dan khususnya untuk Ny. D jika

punya keluhan tidak membaik langsung diantar ke puskesmas begitu pun yang lainnya.

4) Memelihara lingkungan

Keluarga Tn.P menyadari pentingnya kebersihan lingkungan ,oleh sebab itu keluarga

selalu menjaga kebersihan rumahnya dnegan membersihkan lingkungan rumah ,

seperti menyapu,mengepel dan menguras bak mandi agar tidak terjadi sumber

penyakit.

5) Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Keluarga Tn N menagtakan sudah mengetahui fasilias pelayanan kesehatan. Selama

ini keluarga mendapatkan pelayan yang baik oleh puskesmas keluarga juga percaya

dengan informasi yang diberikan oleh puskesmas.

9. Analisa Data

Data Fokus Diagnosa Keperawatan


DS: Ketidakefektifan pemeliharaan

1. Ny. D mengatakan nyeri dibagian kaki dan kesehatan pada keluarga Tn. P

merasa pegal-pegal khususnya Ny. D dengan

2. Ny. D mengatakan sudah kurang lebih 1 Hiperurisemia

bulan tidak kontrol dan tidak minum obat

3. Ny. D mengatakan mengetahui tentang

perawatan pada asam urat yang diderita

4. Ny. D mengatakan terakhir hasil asam urat

8,0 mg/dL

5. Ny. D mengatalan kadang kadang makan

jeroan

DO :

1. TTV TD : 120/80 mmHg

N : 85x/menit

RR: 20x/menit

S : 36oC

DS: Perilaku kesehatan cenderung

1. Ny.D mengatakan sering jarang mencuci beresiko pada keluarga Tn. P

tangan saat habis keluar rumah /

beraktifitas

2. Ny.D belum paham tentang resiko jika

jarang mencuci tangan

3. keluarga belum begitu paham cuci tangan

dengan baik dan benar

DO :

2. TTV TD : 120/80 mmHg

N : 85x/menit

RR: 20x/menit
S : 36oC

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Tn. P khususnya Ny. D dengan

Hiperurisemia

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada keluarga Tn. P

C. PENAPISAN MASALAH

Setelah diagnose keperawatan teridentifikasi dilanjutkan dengan penapisan untuk menentukan

prioritas masalah

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Tn. P khususnya Ny. D dengan

Asam Urat

NO Kriteria Perhitungan Pembenaran

1. Sifat masalah 3/3x1 =1 Ny. D usia 26 tahun , pada saat

Aktual (3) ini Ny.D memiliki riwayat

Asam Urat belum begitu

mengetahui bagaimana

penyebab , gejala dan

pengobatan dirumah apabila

tidak bisa ke fasilitas kesehatan

terdekat dan Hasil tanda-tanda

vital TD : 120/80mmHg N :

85x/menit RR : 20 x/menit S :

36oC Asam Urat : 8,0 mg/dL

2. Kemungkinan 2/2x2 = 2 Pengetahuan keluarga dapat

masalah dapat ditingkatkan, kemauan

diubah : mudah keluarga ada, perawat bersedia

membantu, fasilitas kesehatan

tersedia dan mudah dijangkau.


3. Potensi masalah 2/3x1 = 2/3 Masalah sudah terjadi namun

untuk dicegah : dapat dicegah , Ny.D mau

cukup melakukan pola makan yang

sehat dan menghindari makan

makanan yang membuat asam

urat terjadi

4. Menonjolnya 2/2x1 = 2 Ny.D mengatakan menyadari

masalah : akan penyakitnya dan

dirasakan dan merasakan efeknya Ny.D

perlu segera merasa penyakitnya harus

ditangani segera ditangani .

Total skor : 4 2/3

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada keluarga Tn. P

No Kriteria Perhitungan Pembenaran

Sifat masalah 3/3x1 = 1 Ny. D mengatakan belum

Aktual Memahami tentang mencuci

tangan yang baik dan benar ,dan

belum paham tentang resiko

jika jarang mencuci tangan

keluarga belum begitu paham

cuci tangan dengan baik dan

benar untuk TD : 120/80mmHg,

N:85x/menit, RR:20x/menit

S : 36oC

Kemungkinan 2/2x2 = 2 Pengetahuan keluarga dapat

masalah dapat ditingkatkan, keluarga mau

diubah : mudah mengetahui masalahnya jika


tidak mencuci tangan tidak

segera di atasi dengan benar.

Potensi masalah 2/3x1 = 2/3 Masalah belum terjadi namun

untuk dicegah : keadaan dapat lebih berat dapat

Cukup dicegah apabila anggota

keluarga mau memodifikasi

lingkungan.

Menonjolnya 1/2x1 = 1/2 Ny.D merasakan ada masalah

masalah : Ada Untuk mencuci tangan tetapi

masalah tetapi tidak harus segera ditangani

tidak harus karena belum begitu

segera ditangani merasakanya

Total Skor : 3 3/5

Setelah dilakukan penapisan maka prioritas diagnose keperawatan pada keluarga Tn. P dan

Ny. M sebagai berikut :

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Tn. P khususnya Ny. D dengan

Asam Urat. Skor 4 2/3

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada keluarga Tn. P. skor 3 3/5

D. PERENCANAAN

Setelah penapisan dilanjutkan perencanaan keperawatan untuk masih-masing diagnose

keperawatan sebagai berikut:

DX. 1 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Tn. P khususnya Ny. D dengan

Asam Urat.

Tujuan Umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 hari diharapkan Ny.D

mampu mengetahui apa itu penyakitnya, penyebab tanda gejala , pencegahan, perawatan dan

bagaimana mengatasi pada saat nyeri.


Tujuan Khusus : setelah dilakukan kunjungan 3 kali pertemuan masing-masing 30 menit

diharapkan keluarga mampu :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga Ny.D

Kriteria hasil : Mampu menegtahui masalah keluarga Ny.D

2. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Kriteria hasil : dapat menegatahui apa itu penyebab , gejala , pencegahan dan perawatan

dan pengobatan dan juga olahraga yang tepat untuk diabetes

3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit :

Kriteria hasil : Kelaurga mengerti cara berolahraga senam kaki diabetes dirumah

4. Mempertahankan / mencipatkan suasana rumah yang sehat :

Kriteria hasil : keluarga Ny.D mampu menjaga pola kesehatannya dan berolahraga rutin

5. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat :

Kriteria hasil : Keluarga Tn P mampu datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk

mengontrol kesehatannya masing masing.

1. Mengenal masalah Asam urat dengan cara menyebutkan pengertian, penyebab, tanda

dan gejala serta mampu mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala penyakit asam

urat yang dialami Ny. D

Kriteria Hasil : Respon Verbal

Standar : Pengetahuan dan pemahaman keluarga meningkat dari skala 2 (pengetahuan

terbatas) menjadi skala 4 (pengetahuan baik) tentang :

a. Pengertian asam urat

b. Penyebab asam urat

c. Tanda dan Gejala asam urat

d. Pencegahan asam urat

e. Perawatan asam urat

f. Kompres air hangat


PERENCANAAN

a. Diskusikan bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, dan tanda-tanda Asam

urat dengan menggunakan lembar balik

b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali penjelasan mengenai pengertian,

penyebab, tanda dan gejala asam urat

c. Motivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala asam urat yang

dialami Ny. D

d. Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga.

e. Ajarkan keluarga bagaimana cara perwatan bagi penderita asam urat

f. Ajarkan pada keluarga teknik relaksasi progresif, kompres hangat pada bangian kaki

g. Ajarkan keluarga bagaimana cara mengkaji skala nyeri untuk pencegahan dini.

Pelaksanaan tanggal 02 Maret 2021 pukul 09.00

a. Mendiskusikan bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala

penyakit Asam Urat dengan menggunakan Power Point. Respon : keluarga dapat

menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit Asam Urat.

b. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali tentang pengertian, penyebab, tanda

dan gejala penyakit Asam Urat. Respon : keluarga mengatakan asam urat adalah

terdapat purin tinggi dalam darah. Menyebutkan 3 dari 6 penyebab asam urat : factor

usia,makan makanan yang mengandung purin tinggi, obesitas, dm, kurang olahraga,

alcohol .menyebutkan 3 dari 3 tanda dan gejala asam urat :nyeri sendi,sulit tidur,sendi

mudah bengkak dan kemerahan.Ungkapan keluarga tentang penyebab dan tanda gelaja

asam urat.

c. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab serta tanda dan gejala yang

dialami Ny. N. Respon : keluarga mengatakan Asam Urat yang dialaminya disebabkan

karena faktor pola makan, tanda dan gejala yang dialaminya yaitu nyeri di pergelangan

kaki dan kadang sulit berjalan .

d. Memberikan reinforcement atas kemampuan keluarga dengan mengatakan “bagus ibu

“sudah dapat menyebutkan dengan benar. Respon keluarga : keluarga tampak

tersenyum
Evaluasi pada tanggal 02 Maret 2021

S : keluarga mengatakan asam urat adalah terdapat purin tinggi dalam darah. Menyebutkan

3 dari 6 penyebab asam urat : factor usia,makan makanan yang mengandung purin tinggi,

obesitas, dm, kurang olahraga, alcohol .menyebutkan 3 dari 3 tanda dan gejala asam urat

:nyeri sendi,sulit tidur,sendi mudah bengkak dan kemerahan.Ungkapan keluarga tentang

penyebab dan tanda gelaja asam urat..

O : keluarga antusias untuk bertanya dan tersenyum, Ny. D dapat menyebutan pengertian,

penyebab, tanda dan gejala Hipertensi yang dialaminya, Ny. D dan keluarga tampak

kooperatif.

A : TUK 1 tercapai

P : Pertahankan TUK 1 lanjutkan tindakan keperawatan ke TUK 2.

2. Mengambil keputusan untuk mengatasi Asam Urat dengan cara menyebutkan akibat

Asam Urat, memutuskan untuk mengatasi Asam Urat

Kriteria : Respon Verbal

Standar : Klien dapat menyebutkan akibat dari asam urat yaitu nyeri di bagian kaki dan

menghambat aktivitas. Ungkapkan keluarga untuk mengatasi Asam Urat pada Ny. D dan

menanyakan apa yang harus keluarga lakukan.

Perencanaan :

a. Diskusikan bersama keluarga tentang akibat asam urat dengan menggunakan lembar

balik.

b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali penjelasan mengenai akibat Asam Urat

c. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan untuk mengatasi Asam Urat yang

dialami Ny. D

d. Berikan reinforcement positif atas kemampuan keluarga.

Pelaksanaan pada tanggal 02 Maret 2021

a. Mendiskusikan bersama keluarga tentang akibat Hiperurisemia menggunakan Power

Point dan lembar balik. Respon : keluarga menyimak dan memperhatikan saat diberikan

penjelasan
b. Memotovasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang sudah dijelaskan tentang

akibat Hiperurisemia. Respon : keluarga menyebutkan akibat Hiperurisemia yaitu nyeri

di sendi dan, menghambat aktivitas.

c. Memotivasi keluarga untuk mengambil keputusan dengan cara menanyakan apa yang

harus dilakukan keluarga untuk mengatasi Hiperurisemia. Respon : keluarga menyimak

penjelasan yang diberikan. Ny. D mengatakan takut akibat dari Hiperurisemia yang

akan menimpa Ny. D dan akan lebih sering kontrol.

d. Memberikan reinforcement atas kemampuan keluarga dengan mengatakan “bagus

bapak” sudah dapat menyebutkan dengan benar. Respon keluarga : keluarga tampak

tersenyum.

Evaluasi pada tanggal 02 maret 2021

S : keluarga mengatakan paham dan mengerti akibat dari Hiperurisemia. Keluarga

mengatakan akibat Hiperurisemia yaitu nyeri sendi dan menghambat aktivitas. Keluarga

mengatakan takut akibat dari hiperurisemia dan Ny. D akan sering kontrol ke puskesmas.

O : keluarga tampak antusias saat menjawab pertanyaan yang diajukan dan menyimak

penjelasan yang diberikan, keluarga dapat mengulangi kembali akibat dari Hiperurisemia

apabila tidak segera ditangani dan mampu mengambil keputusan untuk mengatasi

Hiperurisemia.

A : TUK 2 Tercapai

P : Pertahankan TUK 2 lanjutkan tindakan keperawatan ke TUK 3.

3. Mampu memodifikasi lingkungan untuk mengatasi Asam Urat dan memanfaatkan

fasilitas kesehatan

Kriteria : perilaku patuh

Standar : Keluarga mampu memodifikasi perilaku diet dari skala 2 (jarang melakukan)

menjadi skala 4 (sering melakukan)

a. Cara pencegahan asam urat

b. Menganjurkan keluarga ke fasilitas kesehatan terdekat untuk sering kontrol


Perencanaan :

a. Diskusikan bersama keluarga tentang cara pencegahan penyakit Asam Urat dan

menganjurkan keluarga untuk ke fasilitas kesehatan terdekat

b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali.

Pelaksanaan 04 maret 2021 pukul 10.00 WIB

a. Mendiskusikan bersama keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat digunakan dan

manfaat dari fasilitas kesehatan.

b. Memotivasi keluarga untuk menjelaskan kemabali tentang fasilitas kesehatan yang

dapat digunakan dan manfaat dari fasilitas kesehatan. Respon : keluarga dapat

menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu : puskesmas, dokter,

klinik, Rumah sakit.

c. Memberikan reinforcement atas usaha yang dilakukan keluarga. Ny. D tampak

tersenyum

Evaluasi tanggal 04 Maret 2021

S : Ny. D mengatakan tentang fasilitas kesehatan yang dapat digunakan dan manfaat dari

fasilitas kesehatan.

O : Ny. D dapat menyebutkan kembali tentang fasilitas kesehatan yang dapat digunakan

dan manfaat dari fasilitas kesehatan.

A : TUK 5 tercapai sebagian

P : Pertahankan rencana keperawatan TUK 5 dengan bekerjasama dengan petugas

kesehatan.

DX. 2 Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada keluarga Tn. P

Tujuan Umum : Setelah dilakukan pembinaan dalam waktu 3 hari diharapkan mampu

memahami keuntungan mencuci tangan dan memahami cuci tangan yang benar pada keluarga

Tn N khususnya Ny. D dapat berkurang

Tujuan Khusus : Setelah dilakukan kunjungan 3 kali pertemuan selama masing – masing 30

menit diharapkan keluarga mampu :


1. Mengenal tentang cuci tangan yang baik dan benar

Kriteria hasil : Mampu menegtahui tentang cuci tangan yang baik dan benar

2. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Kriteria hasil : dapat menegatahui apa itu penyebab , pencegahan dari cuci tangan

3. Memberikan perawatancuci tangan :

Kriteria hasil : Keluarga mengerti cara mencuci tangan

4. Mempertahankan / mencipatkan suasana rumah yang sehat :

Kriteria hasil : keluarga Ny D mampu menjaga pola kesehatannya dan berolahraga rutin

dan mencuci tangan dengan benar

5. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat :

Kriteria hasil : Ny D mampu datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mengontrol

kesehatannya masing masing.


BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini, penulis akan membahas mengenai kesenjangan – kesenjangan yang ada, serta faktor –

faktor pendukung dan penghambat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yamg

dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

A. PENGKAJIAN

Pada tahap pengkajian dalam teori ditemukan tanda dan gejala asam urat yaitu nyeri sendi

yang terkena adalah 7 ibu jari kaki (podogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki

belakang, pergelangan tangan, lutut, dan siku. Gejala lain demam, menggigil, tidak enak

badan,dan denyut jantung cepat.

Tetapi dalam kasus tidak ditemukan adanya demam, menggigil, denyut jantung cepat karena

asam urat yang diderita Ny. D termasuk dalam kriteria sedang, saat pengkajian Ny.D hanya

mengatakn nyeri di bagian pergelangan kakinya. Dalam pengkajian keluarga secara teori data

yang perlu dikaji meliputi data dasar keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga,

stres dan koping, harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga dan funsi

perawatan keluarga. Terkait dengan masalah asam urat yang dihadapi keluarga diperoleh data

bahwa keluarga belum dapat melaksanakan 5 tugas keluarga secara optimal yang ditunjukan

dengan data bahwa keluarga Ny. D belum mampu dalam mengenal, mengambil keputusan

tentang tindakan yang tepat mengenai penyakitnya, keluarga belum tahu akibat dari asam urat,

keluarga belum dapat mengambil keputusan dalam mengatasi masalah asam urat, keluarga

belum tahu tentang cara perawatan asam urat. Namun keluarga sudah mampu memodifikasi

lingkungan dan keluarga sudah dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan bila sakit.

Faktor penghambat dari pengkajian tidak ditemukan. Sedangkan faktor pendukung keluarga

dalam melakukan pengkajian yaitu keluarga sangat kooperatif dan mau bekerja sama dengan

baik sehingga pengkajian dapat berlangsung dengan baik dan data yang didapat akurat sesuai

dengan kondisi dan keadaan saat itu.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan secara teori berdasarkan tipologi keperawatan keluarga yaitu diagnosa

keperawatan aktual (defisit atau gangguan kesehatan), risiko (ancaman kesehatan) dan

potensial (keadaan sejahtera atau wellness), yaitu keadaan dimana keluarga dalam keadaan

sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Pada kasus dari hasil pengkajian

pada keluarga Ny. D terdapat dua tipologi diagnosa keperawatan yaitu Ketidak efektifan

menegement kesehatan,dan perilaku kesehatan cenderung beresiko Sedangkan penulis tidak

menemukan diagnosa potensial, karena dalam waktu yang singkat penulis lebih memfokuskan

pada masalah yang dirasakan keluarga saat ini.

Dalam merumuskan diagnosa keperawatan keluarga, penulis tidak menemukan hambatan

Sedangkan faktor penunjangnya adalah kelurga sangat kooperatif pada saat memberikan

informasi tentang kesehatan keluarga, sehingga diagnosa keperawatan terindentifikasi sesuai

data hasil pengkajian.

C. PERENCANAAN

Langkah-langkah perencanaan keperawatan secara teori adalah menemukan prioritas,

menetapkan sasaran dan tujuan, menyusun rencana tindakan, serta menetapkan kriteria dan

standar evaluasi. Dalam menyusun masalah berdasarkan prioritas secara teori menggunakan

empat kriteria penapisan., yaitu sifat masalah, potensi masalah dapat di ubah, potensi masalah

dapat di cegah, dan menonjolnya masalah. Pada kasus penapisan menggunakan kriteria sesuai

dengan teori, namun skor disesuaikan dengan kondisi keluarga. Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam menyusun rencana tindakan keperawatan adalah harus sesuai dengan

tujuan, rencana keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis.

Friedman (1998), mengemukakan bahwa intervensi keperawatan diklasifikasikan menjadi

supplemental, fasilitatif, dan perkembangan. Sedangkan Wright dan Leahay (1984),

menggolongkan intervensi keperawatan pada tiga tingkatan fungsi yaitu fungsi koognitif,

afektif, dan perilaku. Pada kasus perencanaan mengacu pada teori, tetapi tidak semua dapat

direncanakan sesuai teori. Untuk intervensi sesuai dengan tindakan fungsi, perawat hanya

dapat merencanakan untuk meningkatkan fungsi kognitif dengan memberikan informasi

kepada keluarga terkait masalah yang di hadapi keluarga. Sedangkan untuk afektif dan
perilaku tidak direncanakan, karena dalam waktu tiga hari asuhan, kemampuan tersebut tidak

dapat dicapai karena membutuhkan intervensi yang terus menerus dan berkesinambungan.

Dalam penyusunan perencanaan penulis tidak mengalami hambatan karena penulis mengacu

pada teori dan memperhatikan sumberdaya keluarga. Sedangkan faktor pendukung adanya

kerja sama antara anggota keluarga dalam menyusun rencana tindakan.

D. PELAKSANAAN

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap proses keperawatan keluargas dimana perawat dapat

meningkatkan pengetahuan dan minat keluarga dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

Pelaksanaan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan minat dan mengadakan perbaikan

kearah perilaku yang sehat dengan memperhatikan ketidakmampuan, kesulitan, kebingungan

keluarga dalam mengahadapi masalah kesehatan.

Dalam melaksanakan tindakan disesuaikan dengan kesediaan kelurga dengan memperhatikan

sumber daya yang ada pada keluarga, pada pelaksanaan tindakan tidak mengalami kesulitan

dalam pencapaian tujuan yang ditentukan bersama. Pada tahap ini penulis banyak memberikan

pengetahuan tentang hal – hal yang dibutuhkan keluarga saat ini.

Untuk membantu keluarga dalam melaksanakan fungsi keperawatan untuk mengatasi masalah

asam urat dan asam urat yang dihadapi keluarga, tindakan yang dilakukan adalah

mendiskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi, memotifasi keluarga untuk

melakukan tindakan yang telah didiskusikan, mendemonstrasikan tindakan keperawatan yang

akan dilakukan oleh keluarga dan memberikan penghargaan terhadap upaya yang telah

dilakukan keluarga. Selain itu juga dalam melakukan tindakan, penulis meperhatikan faktor

penghambat dari perawat maupun dari keluarga. Dalam melaksanakan tindakan penulis tidak

mengalami hambatan karena keluarga menyimak dengan baik informasi yang telah diberikan.

E. EVALUASI

Evaluasi dilakukan untuk melihat keberhasilan dari tindakan yang dilakukan pada keluarga.

Metode yang digunakan pada evaluasi adalah observasi langsung, wawancara dan

latihan,stimulasi tindakan untuk mengatasi tentang masalah yang dihadapi. Secara teori
evaluasi dibagi dua yaitu evaluasi kuantitaif (dilihat dari jumlah kegiatan), dan evaluasi

kualitatif yaitu evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yaitu dimensi struktur/sumber,

evaluasi proses dan evaluasi hasil. Terkait dengan evaluasi struktur / sumber difokuskan pada

tenaga manusia atau bahan yang diperlukan dalam pelaksanan kegiatan. Evaluasi proses

terkait dengan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan sedangkan, evalasi hasil yang

terkait dengan bertambahnya kesanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas

keluarga. Pada kasus evaluasi yang digunakan adalah evaluasi proses dan hasil, untuk

mengukur tingkat kemampuan keluarga dalam melaksanakan lima tugas keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan. Dalam evaluasi metode yang digunakan adalah dengan cara

observasi langsung upaya yang dilakukan, wawancara untuk mengetahui tingkat pengetahuan

keluarga tentang masalah yang dihadapi dan latihan simulasi untuk melatih ketrampilan

keluarga dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

Dari dua diagnosa keperawatan yang ditemukan pada keluarga untuk masalah pertama yaitu

asam urat, keluarga sudah mampu melaksanakan lima tugas keluarga, meskipun belum

optimal. Diharapkan setelah keluarga dapat melaksanakan fungsi keperawatan kesehatan,

keluarga akan mandiri dalam mengatasi masalahnya. Pada diagnosa keperawatan keluarga

yang pertama yaitu TUK 1, 2 tercapai TUK 3, 4 tercapai sebagian. Sedangkan evaluasi pada

diagnosa keperawatan keluarga yang kedua yaitu TUK 1, 2 tercapai TUK 3, 4 tercapai

sebagian. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga semua kegiatan yang telah

dilaksanakan didokumentasikan.
BAB V

PENUTUP

Setelah memberikan asuhan dan membandingkan dengan teori, maka penulis dapat mengambil

kesimpilan dan memberikan saran dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga Tn. P

Khususnya Ny. D dengan Asam Urat di Jl.Blambangan V Rt 008/ 020, Mangun Jaya , Tambun

Selatan, Kab Bekasi.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan antara teori dan kasus, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian dilakukan sesuai teori namun hasil yang di peroleh sesuai dengan kondisi

keluarga. Dari penjajakan pertama teridentifikasi keluarga mengalami masalah Asam Urat.

Sedangkan pada pengkajian lima tugas keluarga dalam mengatasi masalah keluarga

menjalankan semua tugas tersebut. Factor penghambat dalam pengkajian tidak ditemukan.

Sedangkan factor penunjangnya adalah keluarga sangat kooperatif

2. Diagnose yang ditemukan pada kasus mengacu pada diagnose secara teori yaitu diagnose

actual dan diagnose resiko. Sedangkan diagnose potensial tidak ditemukan. Factor

penghmabat dalam memberikan asuhan tidak ada karena data yang ditemukan dapat

dianalisa untuk mengidentifikasi masalah keluarga.

3. Pada perencanaan yang direncanakan adalah meningkakan pengetahuan keluarga sesuai

dengan waktu pemberian asuhan kepreawatan. Dalam perencanaan penulis tidak

menemukan hambatan, karena perencanaan disusun bersama keluarga dengan

memperhatikan sumber daya keluarga

4. Pada pelaksanaan semua rencana yang dibuat dapat dilaksanakan sesuai dengan

kemampuan keluarga untuk mengatasi masalah yang ditemukan. Pada pelaksanaan yang

ditemukan hambatan baik dari perawatan maupun keluarga.

5. Pada evaluasi dari semua diagnosa keperawatan yang ditemukan, tidak seluruhnya tujuan

tercapai khususnya untuk TUK 3 dan 4 . Untuk tujuan yang belum tercapai didelegasikan

pada petugas puskesmas.


B. Saran

Untuk meningkatkan asuhan keperawatan keluarga Tn.P khususnya Ny. D yang mengalami

masalah kesehatan hipertensi maka penulis memberikan syarat sebagai berikut :

1. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, setiap perawat tetap memperhatikan respon dari

keluarga dan memberikan umpan balik yang positif supaya apa yang di sampaikan dapat

dipahami dan diterima oleh keluarga.

2. untuk keluarga Tn. P diharapkan dapat melakukan keperawatan pada keluarga yang

mengalami masalah sesuai dengan informasi kesehatan yang telah diberikan..

3. Untuk petugas puskesmas khususnya penanggunag jawab puskesmas agar menindak lanjuti

masalah kesehatan yang belum teratasi, dan memotivasi keluarga untuk memanfaatkan

fasilitas kesehatan dan tetap memberikan dukungan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alexander,2010 Developments in The Scientific and Clinical Understanding of Gout Artritis.

Bruuey & Suddarjh, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.

Darmojo, Boedhi dan Martono, H.Hadi. (1999). Olah Raga dan Kebugaran Pada Lanjut Usia. Buku

Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit Universitas Indonesia.

Krisnatuti dan Rina. (2006). Perencanaan Menu Untuk Penderita Gangguan Asam Urat,edisi 12

Jakarta: Penebar swadaya.

LeMone, P, & Burke. (2001). Medical Surgical Nursing : Critical Thinking In Client Care. (4thed).

Pearson Prentice Hall: New Jersey

Mansjoer Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.

Moeleak, A. Faried (1990) Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Depkes RI

Mubaraq, Chayatin, Santoso. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Jakarta:

salemba Medika

Nugroho Taufan.(2012). Luka Bakar dan Artritis Rhemathoid. Yogyakarta: Numed

Setiawati, Santun dan Agus Citra Dermawan.2008. Penuntun Praktik Asuhan Keluarga. Edisi 2.

Jakarta: Trans Info Medika

Anda mungkin juga menyukai