Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn.

N DENGAN SALAH

SATU ANGGOTA KELUARGA MENGALAMI ( HIPERTENSI)

DI DESA DOPANG DUSUN RANJOK UTARA KEC. GUNUNG SARI

Disusun Oleh :

NURSINAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segalah rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas keperawatan keluarga “Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Keperawatan Keluarga Hipertensi”. ini disusun
untuk memenuhi tugas keperawatan keluarga.

Dalam pembuatan makalah ini penulis mengalami kesulitan. Namun berkat dorongan,
dukungan serta semangat dari orang terdekat dan berbagai pihak sehingga penulis mampu
menyelesaikannya dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih. Dengan segala kekurangan Askep ini penulis sangat membutuhkan saran dan
kritikan.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat baik itu bagi penulis pribadi,
dunia keperawatan, dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Kurang lebihnya
mohon maaf wabillahitaufik walhidayah wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Mataram, November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN .........................................................................I

KATA PENGANTAR .........................................................................................II

DAFTAR ISI ........................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................2
C. Tujuan .........................................................................................................3
D. Manfaat ................ ......................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Keluarga.........................................................................................8

B. Tipe atau Bentuk Keluarga..........................................................................8

C. Struktur Keluarga ................................................................... …………...11

D. Fungsi Keluarga ........................................................................................12

E. Konsep Dasar Hipertensi............................................................................13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian...................................................................................................22

B. Diagnosa.....................................................................................................32

C. Intervensi ...................................................................................................36

D. Implementasi...............................................................................................37

E. Evaluasi.......................................................................................................39

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................50

B. Saran...........................................................................................................50
BAB I
PENDAHUAN

A. Latar Belakang

Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian Kesehatan

tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga, disingkat PIS-PK. Pada

program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah satu cara puskesmas

meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan meningkatkan akses yankes di

wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan pendekatan keluarga salah satunya adalah

untuk meningkatkan akses keluarga pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan

bermutu. PIS-PK dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga,

mengutamakan upaya promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis

masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan siklus

kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan penyakit

menular dan tidak menular yang salah satunya adalah penyakit hipertensi (Sarkomo,

2016).

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi

secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik

90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan

peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih

cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh

(Koes Irianto, 2014). Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang

berusia 18 tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2

orang dengan penderita hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang hipertensi. Oleh

karena itu sering ditemukan penderita hipertensi pada tahap lanjut dengan komplikasi

seperti serangan jantung, stroke.


Di Indonesia data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau

sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun 2014

menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di

Indonesia dengan prosentasi sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung.

Pelayanan kesehatan pada penyakit hipertensi di tingkat keluarga dilaksanakan dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan

kepada keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan yang bertujuan agar pelayanan kesehatan

yang dilaksanakan bisa efektif dan komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan

pada semua tatanan puskesmas (Koes Irianto, 2014).

Berdasarkan catatan dan laporan dari Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas

Mergangsan Kota Yogyakarta yang pelayanannya mencakup beberapa kelurahan

menunjukkan bahwa hipertensi masuk dalam daftar 10 besar penyakit terbanyak urutan

nomor satu tahun 2017. Pada tahun 2017 didapatkan data total penderita hipertensi

sejumlah 3.453 orang yang semuanya adalah hipertensi dan pada tahun 2018 dari bulan

Januari sampai Juni terdapat 1.775 kunjungan dengan diagnosa hipertensi. Untuk itulah

perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan keluarga dengan hipertensi yang salah

satunya adalah keluarga Tn. N. Dari latar belakang di atas, perlu dilakukan upaya

pelayanan kesehatan dengan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. N.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam keluarga

adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga dengan kasus Hipertensi ?”

C. Tujuan Studi Kasus

a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi di.

b. Tujuan Khusus

1)Mengkaji keluarga dengan Hipertensi.

2) Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga dengan Hipertensi.

3) Menyusun perencanaan keperawatan keluarga dengan Hipertensi.

4) Melaksanakan intervensi keperawatan keluarga dengan Hipertensi.

5) Mengevaluasi keluarga dengan Hipertensi.

D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini diharapkan memberi manfaat bagi penderita Hipertensi:

a. Bagi Penulis

Menambah informasi dan menambah wawasan penulis dalam melakukan

studi kasus dan mengaplikasikan ilmu tentang asuhan keperawatan keluarga

dengan Hipertensi.

b. Bagi Keluarga

Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada keluarga dengan asuhan keperawatan dengan Hipertensi di dalam

keluarga.

c. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan.

Dapat memberikan masukan dalam pelayanan kesehatan yaitu dengan

memberikan dan mengajarkan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

pada keluarga dan terutama untuk pasien sebagai salah satu cara untuk

meningkatkan koping keluarga dan pasien serta dapat menjadikan peran


keluarga untuk ikut aktif berpartisipasi dalam mengimplementasikan

strategi pelaksaan dalam asuhan keperawatan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Keluarga

Keluarga adalah suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan hukum dan

undang-undang perkawinan yang sah hidup bersama dalam keterikatan aturan dari keluarga.

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang

bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional serta sosial dari keluarga (Friedman, 2013).

B. Tipe atau Bentuk Kelurga

Menurut Friedman, Bowden dan Jones (2010) dalam Susanto (2012) ada dua tipe

keluarga yaitu :

1. Tradisional

a) The Nuclear Family

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.

b) The Dyad Family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam

satu rumah.

c) Keluarga Usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak sudah

memisahkan diri.

d) The Childless Family.

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah untuk mendapatkan anak

terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan

yang terjadi pada wanita.


e) The Extended Family.

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah

seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek nenek) dan

keponakan.

f) Commuter Family

Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut

sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul

dengan anggota keluarga pada saat akhir pekan atau pada waktu-waktu tertentu.

g) The Single Parent Family

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.

h) Multigenerational Family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal

bersama dalam satu rumah.

i) Kin-network Family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan

saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh : Dapur,

kamar mandi, telepon dan lain-lain.

j) Blended Family

Duda atau janda karena perceraian yang menikah kembali dan membesarkan anak

dari hasil perkawinan atau hasil perkawinan sebelumnya.

k) The Single Adult Family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau

perpisahan (separasi) seperti : perceraian atau ditinggal mati.


2. Non tradisional

a. The Unmarried Teenage Mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan

tanpa nikah.

b. The Step-parent Family

Keluarga dengan orang tua tiri.

c. Commune Family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara

yang hidup bersama dalam satu rumah. Sosialisasi anak dengan aktivitas

kelompok/membesarkan anak bersama.

d. The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

e. Gay and Lesbian Family

Seseorang yang mempunyai persamaan orientasi seksual hidup bersama

sebagaimana marital partners

f. Cohabitating Family

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa

alasan tertentu.

g. Group Network Family

Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain

dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan

bertanggung jawab membesarkan anaknya.

h. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara sementara

waktu, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk

menyatukan kembali keluarga aslinya.

C. Struktur Keluarga

Menurut Friedman (2010) dalam Harmoko (2012) menyatakan struktur keluarga

antara lain :

1. Struktur Peran Keluarga

Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang

individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi

harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain yang menyangkut peran-

peran tersebut.

2. Sistem Nilai dalam Keluarga

Nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap dan kepercayaan

tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar

mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya yang lazim.

3. Pola dan Proses Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk menciptakan dan

mengungkapkan pengertian dalam keluarga.

4. Strukur Kekuasaan dalam Keluarga

Kekuasaan keluarga sebagai sebuah karakteristik dari sistem keluarga adalah

kemampuan, baik potensial maupun aktual dari seorang individu untuk mengubah

tingkah laku anggota keluarga.


D. Fungsi Keluarga

Menurut Allender & Spardley (2001) dalam Susanto (2012), fungsi keluarga adalah :

1) Affection

a. Menciptakan suasana persaudaraan/menjaga perasaan.

b. Mengembangkan kehidupan seksual dan kebutuhan seksual.

c. Menambah anggota baru.

2) Security and Acceptance

a. Mempertahankan kebutuhan fisik

b. Menerima individu sebagai anggota.

3) Identity and Satisfaction

a. Mempertahankan motivasi.

b. Mengembangkan peran dan self-image.

4) Affiliation and companionship

a. Mengembangkan pola komunikasi.

b. Mempertahankan hubungan yang harmonis.

5) Sosialization

a. Mengenal kultur (nilai dan perilaku).

b. Aturan/pedoman hubungan internal dan eksternal.

c. Melepas anggota.

6) Controls

a. Mempertahankan kontrol sosial.

b. Adanya pembagian kerja.

c. Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada.


A. Konsep Dasar Teori Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan

darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu periode,

dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani,

2014).

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut (Aspiani,

2014) :

a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak

diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2014).

1) Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk

mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat

keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.

2) Jenis kelamin dan usia

Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk mengalami

hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah.

meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari

pada perempuan.

3) Diet

Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika garam
yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan

cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang

tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh

pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya

peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah

meningkat.

4) Berat badan

Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam keadaan normal atau

ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan

tekanan darah atau hipertensi.

5) Gaya hidup

Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehatdengan

menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan

jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok

dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering,

atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika

memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan darah

pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari

komplikasi yang bisa terjadi.

a. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh hipertensi sekunder

adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat

bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah
ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin, dan

pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung meningkatkan tekanan darahdan

secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat

dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena diangkat,tekanan darah

akan kembalike normal (Aspiani, 2014).

3. Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung)

dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara

stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan

oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam

mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume

cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di

vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada saraf simpatis, yang

berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang

bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh

darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah (Padila, 2013).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat

sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut

bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga
memegang peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis,

sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin,

sodium, dan air (Syamsudin, 2011).

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah

(Padila, 2013).

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan pelepasan

rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung

mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2013).

4. Tanda dan Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan gejala umum

yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang,

bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh

penderita hipertensi sebagai berikut:

a. Sakit kepala

b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera


Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami nyeri kepala

sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari vasokonstriksi

pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut

akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien hipertensi.

5. Klasifikasi Hipertensi

Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik

kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang yang

dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik

lebih dari 90 mmHg.

Tabel 1
Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Sebagai Patokan
dan Diagnosis Hipertensi (mmHg)
Kategori Tekanan darah
Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg <80 mmHg

Prehipertensi 120-129 mmHg <80 mmHg

Hipertensi stage I 130-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi stage II ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg


(Sumber : American Heart Association, Hypertension Highlights 2018 : Guideline For
The Prevention, Detection, Evaluation And Management Of High Blood Pressure In
Adults 2013)

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan hipertensi

sekunder (Aspiani, 2014). Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah yang tidak

diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi primer. Beberapa

faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis

kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan
darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan

tiroid. Dari 10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya

hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume

intravaskular, luka bakar dan stres (Aspiani, 2014).

6. Komplikasi

Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka panjang

akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah

dari arteri tersebut.

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani,

2014)

a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi.

b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat

menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus yang bisa

memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi

ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi

iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat

menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia,

hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.

c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita hipertensi,

beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang

elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa,

banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi

ini disebut gagal jantung.


d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem

penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak

dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan dalam

tubuh.

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam

mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup untuk

menurunkan tekanan darah yaitu : (Aspiani, 2014)

b. Pengaturan diet

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien

hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem

renin- angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan

natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.

2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum jelas.

Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya

dimediasi oleh oksidanitat pada dinding vaskular.

3) Diet kaya buah sayur.

4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

c. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan

mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan

voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan


dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan

adalah hal yangs angat efektif untuk

menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan.

Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian

khusus karenan umumnya obat penurunan penurunan berat badan yang terjual bebas

mengandung simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah,

memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.

d. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung.. olahraga isotonik dapat

juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan mengurangi katekolamin

plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat

dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang

dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

e. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok dan tidak

mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka oanjang hipertensi

karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat

meningkatkan kerja jantung.

f. Penatalaksanaan Farmakologis

1) Terapi oksigen

2) Pemantauan hemodinamik

3) Pemantauan jantung

4) Obat-obatan :

Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic bekerja

melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan


mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretik

(tiazid) juga dapat menurunkan TPR.

Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor ACE berfungsi

untuk menurunkan angiostenin II dengan menghambat enzim yang diperlukan

untuk mengubah angiostenin I menjadi angiostenin II. Kondisi ini menurunkan

darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung

dengan menurunakan sekresi aldosterne, yang akhirnya meningkatkan

pengeluaran natrium
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


1. Identitas kepala keluarga:

Nam : Tn. N Pendidikan : SD


a
: 57 thn Pekerjaan : Buruh
Umur
: Islam Alamat : Ranjok Utara
Agama
Suku : Sasak Nomor Telpon :

2. Komposisi keluarga :

No Nama L/P Umur Hubungan Perkerjaan Pendidikan

Keluarga

1. Tn.N L 57thn Suami Buruh SD

2. Ny. S P 55 thn Istri Irt/Dagang SD

3. An. I P 19 thn Anak Pramuniaga SMA


3. Genogram :

: Laki – laki

: Perempuan

: Meninggal

: Anggota keluarga yang sakit

4. Type Keluarga:
a) Jenis type keluarga:
Tipe keluarga Tn. N adalah keluarga inti yaitu dalam satu keluarga terdiri dari ayah,
ibu dan anak .
b). Masalah yang terjadi dg type tersebut:
Dalam keluarga Tn.N jarang masalah untuk timbul meskipun dalam satu rumah
ditempati oleh istri dan anak.

5. Suku Bangsa:
a) Asal suku bangsa:
keluarga Tn.A berasal dari suku sasak

b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan:


Tidak ada budaya yang mempengaruhi kesehatan yang dapat memperburuk tidak ada
budaya seperti itu di daerah tempat tinggal Tn.N

6. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan:


Agama dan kepercayaan yang dianut oleh Tn.N dengan keluarga semua berjalan lurus
dengan kesehatan yang berlaku di masyarakat.

7. Status Sosial Ekonomi Keluarga:

a) Anggota keluarga yang mencari nafkah:


Pada keluarga Tn.n yang mencari nafkah di bantú oleh istrinya sebagai pedagang dan
anaknya sebagai pramuniaga

b) Penghasilan: penghasil keluarga Tn.N sekitar ≥1.000.000 setiap bulannya dikarena Tn.N,
di bantu oleh istri dan anaknya.
c) Upaya lain:
Tn.N memiliki usaha lain yang dibantu oleh istrinya sebagai pedagang dipasar.

d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)


Pada keluarga Tn.N memiliki perabot dan transportasi seperti perabotan tempat tidur,
lemari ,serta perabot di dalam kamar serta perabotan didapur,untuk transportasi keluarga
Tn.N memiliki 1 sepeda motor sebagai alat transportasi.

e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan:


Untuk setiap bulannya keluarga Tn.N memiliki pengeluaran sebesar kurang lebih
Rp.500.000 untuk kebutuhan hidup sehari hari seperti makan,berbelanja kebutuhan pokok
dan kebutuhan sekunder lainnya seperti membeli baju,celana dan lain-lain.

8. Aktivitas Rekreasi Keluarga:


Selama ini Tn.N mengatakan keluarganya untuk rekreasi lebih sering untuk berkumpul
bersama keluarga

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


A. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua):
Tahap perkembangan Remaja umur 19 tahun dan didalam rumah Tn.N sendiri yang
merupakan pasien dengan hipertensi
B. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya:
Untuk Tn.N pada tahap perkembangan pada keluarganya yaitu tahap perkembangan.
C. Riwayat kesehatan keluarga inti:
1. Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
Tn. N sebagai Kepala Keluarga sering merasakan nyeri pada bagian tengkuk dan sa
dan kepala terasa seperti ditusuk tususk karna nyeri, nyeri dirasakan terus menerus
dengan skala nyeri 5, sehingga mengganggu aktivitasnya serta kelelahan dan
mempunyai riwayat hipertensi sejak 4 th yang lalu, dulu rutin Kontrol kepuskesmas
1 bulan sekali untuk cek lab dan mengambil obat rutin sekarang Tn.N hampir tidak
pernah mengontrol lagi ke Puskesmas, tidak mempunyai masalah dengan istirahat,
makan maupun kebutuhan dasar lainnya mempunyai penyakit hipertensi pada saat
melakukan pengkajian :

TD : 160/100mmhg S : 36,5 celcius

N : 90 x/m R : 20 x/m

2. .Riwayat penyakit keturunan:


Tn.N mempunyai riwayat masalah kesehatan yang yaitu hipertensi tidak ada
masalah istirahat, makan maupun kebutuhan dasar yang lain
3. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga

No Nama umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan yang


. kesehatan BCG/polio/DPT/ kesehatan telah dilakukan
HB/Campak

1. Tn.N 57 - Sakit Lengkap Tidak ada Tidak ada


2. Ny.S 55 - Baik Lengkap Tidak ada Tidak ada

3. Anak.I 19 - Baik Lengkap Tidak ada Tidak ada

4. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan: Keluarga Tn.N bisanya berobat

ke pelayanan kesehatan terdekat yaitu puskesmas dan perawat Desa.

D. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (Apakah ada yang sakit sebelumnya? Siapa

yang sakit dan apa penyakitnya? Ceritakan riwayat pengobatannya!): Tn.N memiliki

riwayat hipertensi 4 tahun yang lalu dan orang tuanya memiliki penyakit yang sama

terhadap Tn.N dulu sering berobat dan mengkonsumsi obat penurun darah tinggi

sekarang Tn.N sudah putus obat dan jarang mengontrol.

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

A. Karakteristik Rumah

1. Luas Rumah : Luas bangunan rumah yang ditempati sekitar 7 m x12 m

2. Tipe Rumah : Rumah Batu semi permanen

3. Kepemilikan : Milik sendiri

4. Jumlah dan ratio kamar/ruangan: terdiri atas 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang

dapur , 1 kamar mandi, 1 ruang makan, 1 teras samping rumah dan teras depan

rumah.

5. Ventilasi/jendela (jumlahnya): Memiliki 4 Penerangan atau ventilasi cukup.

Khusus penerangan dan ventilasi di setiap ruangan dan sangat memadai sehingga

sirkulasi udara lancar.


6. Pemanfaatan ruangan : Ruang tamu ketika ada tamu datang,ruang keluarga tempat

ngumpul bareng keluarga,kamar tidur tempat tidur,dapur tempat makan dan

masak,kamar mandi tempat BAB,BAK,mandi.

7. Septic tank : Ada letak >10 meter

8. Sumber air minum : Air sumur

9. Ada Kamar mandi/WC : Ada

10. Sampah dan limbah RT (Bagaimana cara membuang/mengolahnya?) : Sampahnya

di bakar

11. Kebersihan lingkungan : keadaan lingkungan bersih

12. Dena Rumah

Kamar tidur Ruang


tamu

Teras Ruang Kamar


sampin keluarga tidur
g
rumah Dapur

Ruang
makan
Kamar tidur

Kamar
mandi
Kandang

B. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :


1. Kebiasaan : Keluarga Tn. N hidup di lingkungan pedesaan. Sebagian besar dari

tetangga di lingkungan tempat tinggal keluarga Tn.N adalah penduduk asli

yang merupakan pekerjaan mayoritasnya adalah Buruh dan petani

2. Aturan/kesepakatan : Keadaan lingkungan bersih, baik di dalam rumah maupun

halaman rumah

3. Budaya : Budaya masyarakat di tempat tinggal Tn. K adalah gotong royong

atau kebersamaan baik dalam kerja bakti atau lainnya.

C. Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga Tn.N sudah menempati rumah yang ditempatinya sejak berumah tangga
sampai sekarang, tempat tinggalnya berdampingan dengan tetangga lainnya.
D. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga termasuk anggota keluarga yang aktif dalam mengikuti kegiatan
masyarakat, dengan keluarga di lingkungan sekitar saling berinteraksi dengan baik.
Dan Tn.N yang menderita Hipertensi juga seorang yang aktif dalam masyarakat.
E. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Tn.N ada 3 orang terdiri atas suami, istri, dan 1 orang anak.

IV. STRUKTUR KELUARGA


A. Pola/cara Komunikasi Keluarga : Dalam keluarga Tn.N mengatakan biasa
berkomunikasi dengan bahasa sasak dan jarang menggunakan bahasa Indonesia,dapat
berkomunikasi dengan baik tidak ada hambatan dalam berkomunikasi.
B. Struktur Kekuatan Keluarga : Dalam menggontrol perilaku anaknya saat ini adalah
Tn.N dengan memberikan nasehat bila anak-anaknya berperilaku kurang baik.yang
berperan mengambil keputusan dalam setiap masalah adalah Tn.N dan Ny.S
C. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga) :
 Tn. N sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab dalam mengatur rumah
tangganya orang yang di hormati dan sebagai pengambil keputusan menjadi
suami dan ayah.
 Ny. S sebagai istri, ibu bagi anaknya dan bertanggung jawab kepada anak dan
mengurus keperluan dapur.
 Ank I. Sebagai anak yang bertanggung jawab untuk membahagiakan keluarga
terutama kedua orang tuanya
D. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga Tn.N menyesuaikan dengan nilai dalam
agama islam yang dianutnya ( menjalankan sholat 5 waktu ) serta norma masyarakat di
sekitarnya.
V. FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi afektif (terkait kasih saying dalam keluarga dan penanaman sikap) : keluarga
cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan rumah tangga.
B. Fungsi sosialisasi
1. Kerukunan Hidup Dalam Keluarga : keluarga selalu mengajarkan dan
menanamkan perilaku social yang baik.
2. Interaksi Dan Hubungan Dalam Keluarga : interaksi sama masyarakat sangat
baik serta mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat.
3. Anggota Keluarga Yang Dominan Dalam Pengambilan Keputusan : kepala
keluarga atau Tn.N.
4. Kegiatan keluarga waktu senggang : Berkumpul besama
5. Partisipasi dalam kegiatan sosial : Baik
C. Fungsi Perawatan Kesehatan
1. Pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan
keluarganya : Keluarga menyatakan Tn.N menderita hipertensi,dan keluarga
kurang pengetahuan tentang aturan tindakan dan pengetahuan hipertensi.
2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat :
keluarga Tn.N mengatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit biasanya
dibelikan obat di apotik terlebih dahulu,jika tidak ada perubahan kondisi dari
anggota keluarga yang lain untuh bersabar serta menyerakan semua kepada
allah S.W.T
3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit : kurang baik
4. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat : sangat baik
5. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat : baik

D. . Fungsi Reproduksi
1. Perencanaan jumlah anak : Tn.N mengatakan tidak ingin memiliki anak lagi
karena sudah tua/ berumur
2. Akseptor : Ny.S sudah tidak memakai aseptor dan sudah memasuki
menopause
3. Keterangan lain : dikarenakan sudah berumur dan tidak memungkinkan untuk
mempunyai anak lagi
E. Fungsi ekonomi
1. Upaya pemenuhan sandang pangan : Tn.N mampu memenuhi kebutuhan sandang,
pangan
2. Pemanfaatan sumber di masyarakat : keluarga Tn.N mampu memanfaatkan
sumber yang ada di masyarakat
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
a. Penyebab stres jangka pendek : Keluarga Tn.N biasanya stres dalam masalah cara
merawat Tn.N yang menderita hipertensi
b. Penyebab stres jangka panjang : Stresor yang dirasakan oleh keluarga Tn.N adalah
penyakit Hipertensi yang diderita oleh Tn.N
c. Respon keluarga terhadap Penyebab stres: dengan cara berdiskusi dengan keluarga
d. Strategi koping (Strategi pemecahan masalah yang dihadapi keluarga): dalam
menghadapi suatu permasalahan,dengan memusyawarahkan untuk menggambil
keputusan.
e. Strategi adaptasi disfungsional (Strategi menghadapi masalah secara negative
seperti menyangkal masalah, menggunakan kekuasaan, dll): Keluarga selalu
menggunakan pendekatan yang adaptif dan edukatif dengan keluarga memberikan
support system untuk kesembuhan Tn.N
VII. KEADAAN GIZI KELUARGA
A. Pemenuhan gizi : pemenuhan gizi Tn.N dan keluarga adalah terpenuhi dengan baik
B. Upaya lainnya : adalah dengan selalu mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan
keluarga Tn.N rajin berolahraga, diet hipertensi dan makanan pantangan.
VIII. HARAPAN KELUARGA
A. Terhadap masalah kesehatannya : harapan keluarga agar lebih baik dari sebelumnya
B. Terhadap petugas kesehatan yang ada : Harapan yang diinginkan keluarga Keluarga
berharap pada petugas kesehatan agar meningkatkan mutu pelayanan dan membantu
masalah Tn.N.

IX. PEMERIKSAAN FISIK

Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, terutama yang diidentifikasi sebagai
klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan keluarga.

N Nama Anggota Keluarga


o Variabel
Tn.N Ny.S Ank.I

1. Riwayat Hipertensi Tidak ada Tidak ada


penyakit saat
ini

2. Keluhan yang Sakit kepala, mual – Tidak ada Tidak ada


dirasakan mual dan nyeri pada
bagian tengkuk

3. Tanda & gejala Nyeri pada bagian Tidak ada Tidak ada
tengkuk, vertigo, sakit
kepala, kelelahan dan
mual –mual

4. Riwayat riwayat penyakit Tidak ada Tidak ada


penyakit sebelumnya hipertensi
sebelumnya

5. Tanda-tanda TD : 160/100 mmHg TD : 110/ 80 TD : 110/80


vital mmHg
N : 90 x/menit mmhg
N : 89 x/menit N: 95x/menit
RR : 20x/menit
RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit
S : 36,5 °c
S : 36,6 °c S : 36,5˚C

6. Sistem BJ I dan II : tunggal, BJ I dan II : BJ I dan II :


cardiovaskuler intensitas kuat, tidak tunggal, intensitas tunggal, intensitas
ada bunyi jantung kuat, tidak ada kuat, tidak ada
tambahan bunyi jantung bunyi jantung
tambahan tambahan

7. Sistem Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada


respirasi simetris, vesikuler, simetris, vesikuler, simetris,
sonor seluruh lapang sonor seluruh vesikuler, sonor
paru, Ronkhi lapang paru, seluruh lapang
(-)Stridor (-) Ronkhi (-)Stridor paru, Ronkhi
Wheezing (-) tidak (-) Wheezing (-) (-)Stridor (-)
ada otot bantu tidak ada otot Wheezing (-)
pernapasan bantu pernapasan tidak ada otot
bantu pernapasan

8. Sistem GI. Mulut : Stomatitis Mulut : Stomatitis Mulut :


Trac tidak ada, tidak ada tidak ada, tidak Stomatitis tidak
karang gigi, gigi ada karang gigi, ada, tidak ada
masih lengkap dan gigi masih lengkap karang gigi, gigi
utuh dan utuh masih lengkap
Leher & Leher & dan utuh
Tenggorokan : Tenggorokan : Leher &
Kesulitan menelan Kesulitan menelan Tenggorokan :
tidak ada, tidak ada
tidak ada, tidak Kesulitan
pembesaran kelenjar
menelan tidak
tiroid dan tidak ada ada pembesaran
ada, tidak ada
pembesaran kelenjar
kelenjar tiroid dan pembesaran
limfe
kelenjar tiroid dan
tidak ada
tidak ada
pembesaran pembesaran
kelenjar limfe
kelenjar limfe

9. Sistem Terdapat nyeri di Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri


persyarafan bagian belakang atau permasalahan atau
kepala (tengkuk) di sistem permasalahan di
persyarafan sistem
persyarafan

10 Sistem Tidak ada Tidak ada Tidak ada


. muskuloskeleta permasalahan di permasalahan di permasalahan di
l
sisttem sisttem sisttem
muskuloskletal muskuloskletal muskuloskletal

11 Sistem Tidak ada benjolan di Tidak ada benjolan Tidak ada


. genetalia daerah genetalia, di daerah benjolan di
daerah vagina bersih genetalia, daerah daerah genetalia,
vagina bersih daerah vagina
bersih

X. TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN


No Daftar Masalah Kesehatan

1 Ancaman Resiko tinggi terjadi komplikasi Hipertensi

Keluarga memiliki kebiasaan kurang baik dalam


2 Kurang/ Tidak sehat memelihara kesehatan lingkungan

3 Defisit Kurang pengetahuan tentang perawatan Hipertensi


XI. Diagnosa Keperawatan

Tabel Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 Data Subyektif : Ketidakmampuan keluarga Gangguan rasa nyaman


merawat anggota keluarga (Nyeri)
 Tn.N mengatakan
yang sakit
merasakan nyeri pada
bagian tengkuk dan sakit
kepala terasa seperti
ditusuk tusuk, nyeri
dirasakan terus menerus
dengan skala nyeri 5,
sehingga mengganggu
aktivitasnyaserta
kelelahan

Data Obyektif :

 Tn.N tampak lemah


 Keadaan Umum :
TD : 160/100 mmHg
N : 90x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,5˚C

2 Data Subyektif : Ketidakmampuan keluarga Defisit pengetahuan


mengenal masalah kesehatan keluarga terhadap
 Tn.N dan keluarga
hipertensi hipertensi
mengatakan tidak begitu
paham tentang penyakit
Hipertensi (pengertian,
tanda dan gejala, serta
komplikasi).
 Tn.N mengatakan tidak
mengetahui bahwa
Hipertensi adalah
penyakit keturunan.
 Tn.N dan keluarga
mengatakan tidak tahu
secara rinci cara merawat
keluarga dengan
Hipertensi di rumah.
Data Obyektif :

 Tn. N dan keluarga


tampak bingung serta
tidak dapat menjawab
sebagian pertanyaan
tentang penyakit
Hipertensi
 Keadaan Umum :
TD : 160/100 mmHg
N : 90x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,5 ˚C
3 Data Subyektif : Kurangnya keterampilan Risiko tinggi
keluarga dalam merawat komplikasi
 Tn.N mengatakan jarang
anggota keluarga dengan
memeriksakan tekanan
penyakit hipertensi.
darahnya
 Tn.N mengatakan
menderita hipertensi
semenjak 4 tahun yang
lalu
 Tn.N mengatakan sering
merasa nyeri pada bagian
tengkuk, kelelahan dan
muka merah
Data Obyektif :

 Tn.N tampak kelelahan


dan lemah
 Keadaan Umum :
TD : 160/100 mmHg
N :90x/menit
RR :24x/menit
S : 36,5 ˚C

XII. Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
2. Defisit pengetahuan keluarga terhadap hipertensi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
3. Risiko tinggi komplikasi berhubungan dengan kurangnya keterampilan keluarga
dalam merawat anggota keluarga dengan hipertensi.

XIII. Skoring Prioritas Masalah


Skoring Diagnosis Keperawatan Keluarga

No. Kriteria Skor Bobot

1. Sifat masalah 3 1

Skala:tidak/kurang sehat 2

Ancaman kesehatan 1

Keadaan sejahtera

2. Kemungkinan masalah dapat 2 2


diubah
1
Skala:muda
0
Sebagian
Tidak dapat

3. Potensi masalah untuk dicegah 3 1

Skala: tinggi 2

Sebagian 1

Rendah

4. Menonjolnya masalah 2 1

Skala: masalah berat,harus segera 1


ditangani
0
Ada masalah ,tetapi tidak perlu
ditangani

Masalah tidak dirasakan

XIV. Prioritas diagnose keperawatan keluarga


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


.

1. a. Sifat 3 3 3/3 x 1 = 1 Tn.N mengatakan


masalah : merasakan nyeri pada
tidak / kurang bagian tengkuk dan sakit
sehat kepala serta kelelahan.

b. kemungkinan 2 2 2/2 x 2 = 2 Harapan keluarga adalah


masalah dapat ingin agar Tn.N cepat
diubah : sembuh dan tidak sakit-
dengan mudah sakitan lagi
Karena disini keluarga
mau dan ingin merawat
Tn.N tetapi tidak mampu
dan tidak tahu cara
merawatnya.

c. potensial 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Keluarga mengatakan


masalah untuk belum tahu cara
dicegah : mencegah terjadinya
Cukup hipertensi agar Tn.N
tidak sering kambuh
penyakitnya.
d. menonjolnya 2 1 2/2 x 1 = 1 Klien dan keluarga mau
masalah : bekerjasama dengan
masalah berat, tenaga medis dalam
harus pencegahan dan
ditangani perawatan Hipertensi

Total Skoringnya 4 2/3


adalah :

2. Defisit pengetahuan keluarga terhadap hipertensi berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

No Kriteria Skala Bobo Skoring Pembenaran


. t

1. a. Sifat masalah : 3 3 3/3 x 1 = 1 Klien dan keluarga kurang


tidak / kurang mengetahui tentang
sehat penyakit hipertensi terutama
cara perawatan anggota
keluarga dengan hipertensi.

b. kemungkinan 2 2 2/2 x 2 = 2 Sumber daya keluarga ada


masalah dapat (pendidikan, kemauan
diubah : dengan menerima perubahan).
mudah Keluarga mempunyai
motivasi tinggi untuk
merawat responden agar
kondisi kesehatannya
membaik

c. potensial masalah 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah dapat dicegah


untuk dicegah : dengan paparan informasi
Tinggi dari tenaga kesehatan dan
sumber lain seperti buku
dan jurnal kesehatan.

d. menonjolnya 2 1 2/2 x 1 = 1 Klien dan keluarga mau


masalah : bekerjasama dengan tenaga
masalah berat, medis dalam pencegahan
harus ditangani dan perawatan hipertensi.

Total Skoringnya 5
adalah :

3. Risiko tinggi komplikasi berhubungan dengan kurangnya keterampilan


keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan hipertensi.

No. Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

2. a. Sifat masalah : 3 1 3/3 x 1 = 1  Tn.N


tidak / kurang mengatakan
sehat jarang
memeriksak
an tekanan
darahnya
 Tn.N
mengatakan
menderita
hipertensi
semenjak 4
tahun yang
lalu
 Tn.N
mengatakan
sering
merasa
nyeri pada
bagian
tengkuk,
kelelahan..

b. Kemungkinan 2 2 2/2 x 2 = 2 Sumber daya


masalah : keluarga ada
Mudah (pendidikan,
kemauan menerima
perubahan).
Keluarga
mempunyai
motivasi tinggi
untuk merawat
responden agar
kondisi
kesehatannya
membaik.

c. Potensial 2 3 2/3 x 1 = 2/3 Masalah untuk


masalah untuk dicegah cukup
dicegah : dengan melibatkan
Cukup langsung keluarga,
perawat dan juga
kemauan klien
untuk mencegah

terjadinya
komplikasi.
d. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 = 1 Karena jika tidak
masalah : segera ditangani
masalah berat, penyakit hipertensi
harus segera bisa menyebabkan
ditangani komplikasi menjadi
penyakit lainnya
seperti DM, dan
penyakit jantung
keluarga kurang
mampu mengenal
cara merawat
anggota keluarga
yang sakit.

Total Skoringnya 4 2/3


adalah :

Berdasarkan rumusan prioritas di atas, maka dapat diketahui prioritas


permasalahan pada Tn.N adalah sebagai berikut :

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


merawat anggota keluarga yang sakit
2. Defisit pengetahuan keluarga terhadap hipertensi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
3. Risiko tinggi komplikasi berhubungan dengan kurangnya keterampilan
keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kasus keluarga Tn.N telah dilakukan asuhan keperawatan keluarga

yang dimulai dari pengkajian sampai tahap evaluasi.

2. Pendokumentasian asuhan keperawatan keluarga Tn. N dilakukan

bersama-sama keluarga Tn.N melalui proses yang dimulai dari

pengkajian sampai tahap evaluasi dengan diawali penulisan tanggal,

jam dan diakhiri nama dan tanda tangan.

B. Saran
1. Untuk Perawat
Saran yang perlu di sampaikan kepada perawat, yaitu harus
mendokumentasikan setiap tindakan yang telah di lakukan. Serta
menambah ilmu pengetahuan tentang berbagai macam penyakit, dalam
khususnya hipertensi agar perawat dapat melakukan implementasi sesuai
dengan kebutuhan klien.
2. Untuk Penulis
Kami memahami segala kekurangan yang ada pada assuhan keperawatan
ini sehingga sangat mengharapkan kritik dan masukan yang
membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016).


Hubungan Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Ibu di
Puskesmas Ranomut Kota Manado.
Gusti. (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM.
Koes Rianto. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.
Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Takalar
Sulawesi selatan: Pustaka As-Salam
Wahit Iqbal Mubarak, dkk (2009) Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan
Aplikasinya. Jakarta : Penerbit : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai