Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

“Teori Dasar Keperawatan Keluarga”

DISUSUN OLEH :

Nurmaulida Rahmah Mustamin (R011191141) Dodi (R011191119)

Khairunnisa Halid (R011191071) Putri Arum Indaswari

Nur Islamiyatul Qadar (R011191005) (R011191087)

Andi Nur Rizqi Ramadhani Syam (R011191015) Andi Fitri Khadija (R011191031)

Abdiram Permatasari (R011191013) Jantiara Datulalong

Nurazizah (R011191035) (R011191117)

Astina (R011191115) Sulfitra subekti (R011191063)

Azizah Tul Hawaizah (R011191147) Nur Inaayah Azzahra

Sitti Hajariani (R011191027) (R011191079)

Hilwa Ramadhani (R011191041) Kamlia Ramadhani

(R011191061)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah
dilimpahkan sehingga Kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Keperawatan
Keluarga yang berjudul ”Teori Dasar Keperawatan Keluarga”

Makalah ini membahas tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan teori yang
mendasari Keperawatan Keluarga, mulai dari definisi atau pengertian, tujuan, sasaran, peran
dan fungsi, termasuk teori dan model-model keperawatan keluarga, serta Penerapan Konsep dan
Proses keperawatan keluarga itu sendiri.

Pembahasan yang ada dalam makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi
atau pengetahuan tentang teori-teori yang mendasari Adanya Keperawatan Keluarga.

Namun tidak lepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada
dan tangan terbuka Saya membuka selebar-lebarnya bagi para pembaca untuk memberi saran
dan kritik yang membangun sehingga Saya dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini, dapat memberikan ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas serta bermanfaat bagi para pembaca.

Makassar, 17 Agustus 2021

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 1


BAB I ..................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 3
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 3

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 3

C. TUJUAN .................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 5


A. Konsep Keperawatan Keluarga ................................................................................... 5

B. Teori Keperawatan Keluarga ...................................................................................... 9

C. Model Keperawatan Keluarga………………………………………………………...10

D. Penerapan Model dan Teori dalam Keperawatan Keluarga…………………………..11

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 23


A. Kesimpulan .............................................................................................................. 23

B. Saran ........................................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 24

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan Keluarga secara historis mempunyai hubungan dengan keperawatan
komunitas, hasil inilah yang sering membingungkan, apakah itu keperawatan kesehatan
masyarakat, keperawatan komunitas atau keperawatan keluarga, singkatnya keperawatan
keluarga tidak bisa dipisahkan dari keperawatan komunitas beserta keperawatan gerontik.
Keperawatan Keluarga merupakan bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri
dari keterampilan berbagai bidang keperawatan. Praktik keperawatan keluarga
didefinisikan sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan
kepada keluarga dan angota-anggotanya dalam situasi sehat-sakit. Penekanan praktik
keperawatan keluarga adalah berorientasi kepada kesehatan, bersifat holistik, sistemik
dan intraksional, menggunakan kekuatan keluarga.n
Salah satu aspek penting perawatan adalah penekanannya pada unit keluarga.
Keluarga, bersama dengan individu, kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien
keperawatan. Secara empiris, kami menyadari bahwa kesehatan para anggota keluarga
dan kualitas kesehatan keluarga, mempunyai hubungan yang sangat erat.
Perawatan keluarga yang komperhensip merupakan suatu proses yangrumit,
sehingga memerluka suatu pendekatan yang logis dan sistematis untuk bekerja dengan
keluarga dan anggota keluarga. Pendekatan ini disebut proses keperawatan, prose
keperwatan merupakan inti dan sari dari keperawatan. Proses adalah suatu aksi gerak
yang dilakukan dengan sengaja dan sadar dari satu titik ke titik yang lain mampu
mencapai tujuan. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan menuju pencapaian
tujuan. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan suatu proses pemecahan masalah
yang sistematis, yang digunakan ketika bekerja dengan individu, keluarga, kelompok atau
komunitas.
Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan,
perawatan diri (self-care), pendidikan kesehatan, dan konseling keluarga serta upaya-
upaya yang berarti dapat mengurangi risiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya
dari lingkungan.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dari keperawatan Keluarga?
2. Teori dan model apa saja yang ada dalam Keperawatan Kelurga?
3. Bagaimanakah penerapan dari teori dan model dalam Keperawtan Keluarga?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Konsep dari Keperawatan Keluarga
2. Untuk mengetahui tentang macam-macam teori dan model dalam Keperawatan
Keluarga
3. Untuk mengetahui tentang langkah atau cara penerapan dari teori dan model
dalam Keperawatan Keluarga

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Keperawatan Keluarga

1. Definisi
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan keluarga
dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes,
2010). Pengertian lain dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan (Depkes RI,
2010).
Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan
keperawatan di masyarakat yang menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus
pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi, dengan memobilisasi sumber pelayanan kesehatan yang
tersedia di keluarga dan sumber- sumber dari profesi lain, termasuk pemberi pelayanan
kesehatan dan sektor lain di komunitas (Depkes RI, 2010).

2. Tujuan
Tujuan keperawatan keluarga ada dua macam, yaitu tujuan umum dan khusus.
Tujuan umum dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya. Tujuan khusus dari keperawatan keluarga adalah
keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan keluarga dan mampu
menangani masalah kesehatannya, seperti :
1. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.
2. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah kesehatan anggota
keluarga.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan yang kondusif.

5
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan dan perawatan
anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

3. Sasaran
Sasaran keperawatan keluarga (Departemen Kesehatan RI, 2010 dalam Siregar
dkk, 2020) :
a. Keluarga sehat
Keluarga sehat adalah apabila anggota keluarga dalam keadaan sehat
namun memerlukan antisipasi terkait dengan siklus perkembangan manusia dan
tahapan tumbuh kembang keluarga, dimana fokus intervensi keperawatan
terutama pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan
Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan adalah apabila satu atau lebih
anggota keluarga memerlukan perhatian khusus. Keluarga resiko tinggi termasuk
keluarga yang memiliki kebutuhan untuk beradaptasi dengan siklus
perkembangan anggota keluarga dan keluarga dengan faktor risiko penurunan
status kesehatan, misalnya bayi BBLR, balita gizi buruk/ gizi kurang, bayi/ balita
yang belum di imunisasi, bumil anemia, bumil multipara atau usia lebih dari 36
tahun, lansia lebih dari 70 tahun atau dengan masalah kesehatan, dan remaja
dengan penyalahgunaan narkoba.
c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
Keluarga yang memerlukan tindak lanjut adalah apabila keluarga
mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut pelayanan
keperawatan misalnya klien pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit
degeneratif, tindakan pembedahan, dan penyakit terminal.

4. Peran Perawat Keluarga

Menurut Friedman dkk, 2013 peran perawat di keluarga adalah sebagai berikut :
a. Pelaksana
Peran perawat sebagai pelaksana adalah memberikan pelayanan
keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, mulai pengkajian sampai

6
evaluasi. Pelayanan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan
bersifat promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif.
b. Pendidik
Peran perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi kebutuhan,
menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan, dan melaksanakan
pendidikan kesehatan agar keluarga dapat berperilaku sehat secara mandiri.
c. Konselor
Peran perawat sebagai konselor adalah memberikan konseling atau
bimbingan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman yang lalu untuk membentu mengatasi masalah
kesehatan keluarga
d. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan kerja sama
dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian masalah kesehatan di
keluarga. Selain peran perawat keluarga di atas, ada juga peran perawat keluarga
dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier, sebagai berikut:
1. Pencegahan Primer
Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai peran yang
penting dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit dan memelihara
hidup sehat.
2. Pencegahan sekunder
Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini
terjadinya penyakit pada kelompok risiko, diagnosis, dan penanganan
segera yang dapat dilakukan oleh perawat. Penemuan kasus baru
merupakan upaya pencegahan sekunder, sehingga segera dapat dilakukan
tindakan. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah mengendalikan
perkembangan penyakit dan mencegah kecacatan lebih lanjut. Peran
perawat adalah merujuk semua anggota keluarga untuk skrining,
melakukan pemeriksaan, dan mengkaji riwayat kesehatan.

7
3. Pencegahan tersier
Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini bertujuan
mengurangi luasnya dan keparahan masalah kesehatan, sehingga dapat
meminimalkan ketidakmampuan dan memulihkan atau memelihara fungsi
tubuh. Fokus utama adalah rehabilitasi. Rehabilitasi meliputi pemulihan
terhadap individu yang cacat akibat penyakit dan luka, sehingga mereka
dapat berguna pada tingkat yang paling tinggi secara fisik, sosial,
emosional.

5. Fungsi
Dalam menjalankan tugasnya, fungsi perawat terdiri atas tiga, yaitu:
a. Fungsi Independen
Fungsi independen perawat adalah fungsi mandiri atau tidak bergantung pada
orang lain. Dalam fungsi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter.
Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari
tindakan yang diambil. Contoh tindakan perawat dalam menjalankan fungsi
independen adalah:
1. Pengkajian seluruh sejarah kesehatan pasien/keluarganya dan menguji secara fisik
untuk menentukan status kesehatan.
2. Mengidentifikasi tindakan keperawatan yang mungkin dilakukan untuk
memelihara atau memperbaiki kesehatan.
3. Membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
4. Mendorong untuk berperilaku secara wajar.
b. Fungsi Interdependen
Fungsi interdependen perawat adalah fungsi yang dilakukan dalam kelompok
yang bersifat saling berkegantungan antara tim satu dengan yang lainnya. Tindakan
perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan lain.
Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lainnya berkolaborasi
mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya tergabung dalam sebuah tim

8
yang dipimpin oleh seorang dokter. Sebagai sesama tenaga kesehatan, masing-masing
tenaga kesehatan mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien sesuai dengan bidang ilmunya. Dalam kolaborasi ini, pasien menjadi
fokus upaya pelayanan kesehatan. Contohnya, untuk menangani ibu hamil yang
menderita diabetes, perawat bersama tenaga gizi berkolaborasi membuat rencana
untuk menentukan kebutuhan makanan yang diperlukan bagi ibu dan perkembangan
janin. Ahli gizi memberikan kontribusi dalam perencanaan makanan dan perawat
mengajarkan pasien memilih makan seharihari. Dalam fungsi ini, perawat
bertanggung jawab secara bersama-sama dengan tenaga kesehatan lain terhadap
kegagalan pelayanan kesehatan terutama untuk bidang keperawatannya.
c. Fungsi Dependen
Fungsi dependen perawat adalah melaksanakan tindakan atas instruksi perawat
atau tim kesehatan lain sebagai pelimpahan tugas yang diberikan. Dalam fungsi ini
misalnya, perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan pelayanan medik.
Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan khusus
yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan
infus, pemberian obat, dan melakukan suntikan. Oleh karena itu, setiap kegagalan
tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter. Setiap tindakan perawat yang
berdasarkan perintah dokter, dengan menghormati hak pasien tidak termasuk dalam
tanggung jawab perawat.

B. Teori Keperawatan Keluarga

1. Neuman
Konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah konsep “Health care
system” yaitu model konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan yang ditujukan
kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara
fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan adalah komunitas. Serta
Betty Neuman mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep
holistic dan pendekatan system terbuka.

9
2. Orem
Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan
menolong keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari Orem tentang Self Care
Deficit of Nursing. Dari teori ini oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori yaitu :
a. Self Care (Perawatan Diri)
Teori self care berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang sesuai dengan
kebutuhan. Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang dilakukan oleh seorang
perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan keberadaannya,
keadaan kesehatan dan kesempurnaan. Orem mengemukakan tiga kategori / persyaratan
self care yaitu : persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan persyaratan
kesehatan.
b. Self Care Deficit (Defisit Perawatan Diri)
Defisit perawat diri terjadi bila tindakan perawatan diri tidak adekuat dalam
memenuhi kebutuhan perawatan diri yang disadari. Teori defisit perawatan diri Orem
menjelaskan bukan hanya saat keperawatan dibutuhkan saja, melainkan cara membantu
orang lain dengan menerapkan lima metode bantuan, yakni melakukan untuk, memandu,
mengajarkan, mendukung dan menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kemampuan individu untuk memenuhi tuntutan akan perawatan diri saat ini atau di masa
yang akan datang.
c. Nursing system (Sistem Keperawatan)
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan "Self Care" pasien dapat dipenuhi
oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan / direncanakan
berdasarkan kebutuhan "Self Care" dan kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas
"Self Care".

C. Model Keperawatan Keluarga

1. Neuman
Model konsep oleh Betty Neuman menekankan penurunan stres melalui
penguatan garis pertahanan diri dengan menggunakan empat intervensi, yaitu :

10
a. Intervensi Promotif
Pendidikan kesehatan dan mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar
yang dapat dilakukan oleh klien di rumah maupun di komunitas dengan tujuan
meningkatkan kesehatan.
b. Intervensi Preventif
Dilakukan dengan kegiatan seperti deteksi dini dan pemberian konseling.
c. Intervensi Kuratif
Intervensi ini dilakukan saat garis pertahanan terganggu.
d. Intervensi Rehabilitatif
Dilakukan apabila garis pertahanan resisten terganggu.

2. Orem
Model keperawatan Orem ini merupakan asuhan keperawatan yang dibutuhkan
jika orang tersebut tidak dapat melaksanakan perawatan diri dengan optimal dalam
mempertahankan kehidupannya, memelihara kesehatan, upaya pulih dari sakit, serta
mengatasi efek dari penyakit yang didapatkan (Siregar, et al., 2020).

D. Penerapan Model dan Teori dalam Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan keluarga merupakan suatu tahapan dimana
perawat mengambil informasi dengan pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data
dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan keluarga yang dibinanya.
Metode yang dapat digunakan perawat dalam melakukan pengkajian keluarga
diantaranya wawancara, observasi fasilitas dan keadaan rumah, pemeriksaan fisik dari
anggota keluarga, measurement dari data sekunder (kartu keluarga, hasil lab, papsmear,
dan sebagainya).
Beberapa aspek yang dikaji dalam keluarga seperti data sosial budaya, data
lingkungan, struktur dan fungsi keluarga serta status kesehatan anggota keluarga
merupakan suatu stressor dalam sistem keluarga yang memerlukan suatu mekanisme

11
adaptasi. Model sistem adaptasi dari Neuman dapat digunakan dalam menilai terhadap
stressor yang dihadapi oleh keluarga tersebut. Stressor yang dihadapi oleh keluarga akan
melewati 3 garis pertahanan dalam sistem keluarga yaitu garis pertahanan fleksibel,
garis pertahanan normal, dan garis pertahanan resisten. Ketiga garis pertahanan tersebut
terkait dengan komponen dalam keluarga dan anggota keluarga seperti
fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual. Garis pertahanan
tersebut melindungi struktur dasar dari keluarga.
Komponen pengkajian keluarga Friedman terdiri dari 6 (Enam) kategori
pertanyaan yaitu data pengenalan keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga,
data lingkungan, struktur keluarga (struktur peran, nilai, komunikasi, kekuatan), fungsi
keluarga (Fungsi afektif, sosialisasi, pelayanan kesehatan, ekonomi, reproduksi), dan
koping keluarga.
1. Data pengenalan keluarga adalah nama kepala keluarga, alamat lengkap,
komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya, identitas agama, status
kelas sosial, rekreasi keluarga.
2. Pengkajian tahap perkembangan dan sejarah keluarga yaitu tahap perkembangan
keluarga saat ini, diisi berdasarkan umur anak pertama, tahap perkembangan yang
belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya dari kedua
orang tua termasuk riwayat kesehatan.
3. Data lingkungan adalah karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan
komunitas, data ini terdiri dari tipe penduduk, apakah termasuk penduduk
pedesaan atau perkotaan, tipe hunian rumah sebagian besar tetangga, sanitasi
jalan, pengangkutan sampah. Karakteristik demografi tetangga dan komunitas
meliputi kelas sosial, etnis, pekerjaan, bahasa sehari-hari. Data selanjutnya adalah
mobilitas geografis keluarga, seperti berapa lama keluarga tinggal di tempat
tersebut, adakah riwayat pindah rumah, dari mana pindahnya. Kemudian
ditanyakan juga perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat,
penggunaan pelayanan di komunitas, dan keikutsertaan keluarga di komunitas.
Data berikutnya adalah sistem pendukung keluarga, seperti siapa yang memberi
bantuan, dukungan, dan konseling di keluarga, apakah teman, tetangga, kelompok

12
sosial, pegawai, atau majikan, apakah ada hubungan keluarga dengan pelayanan
kesehatan dan agensi.
4. Data struktur keluarga adalah pola komunikasi, meliputi penggunaan komunikasi
antar anggota keluarga, bagaimana anggota keluarga menjadi pendengar, jelas
dalam menyampaikan pendapat dan perasaannya selama berkomunikasi dan
berinteraksi. Data berikutnya adalah struktur kekuatan keluarga, terdiri dari
data siapa yang membuat keputusan dalam keluarga, seberapa penting
keputusan yang diambil. Selanjutnya adalah data struktur peran, meliputi data
peran formal dan peran informal dalam keluarga meliputi peran dan posisi
setiap anggota keluarga, tidak ada konflik dalam peran, bagaimana perasaan
dalam menjalankan perannya, apakah peran dapat berlaku fleksibel. Data
selanjutnya adalah nilai-nilai keluarga, seperti nilai kebudayaan yang dianut
keluarga, nilai inti keluarga seperti siapa yang berperan dalam mencari nafkah,
kemajuan dan penguasaan lingkungan.
5. Fungsi keluarga
 Fungsi afektif, pengkajian dilakukan pada pola kebutuhan keluarga dan
responnya; apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan individu lain dalam
keluarga, apakah anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain,
bagaimana mereka saling mendukung satu sama lainnya.
 Fungsi sosialisasi. Data yang dikumpulkan adalah bagaimana keluarga
menanamkan disiplin, penghargaan dan hukuman bagi anggota keluarga,
bagaimana keluarga melatih otonomi dan ketergantungan, memberi dan
menerima cinta, latihan perilaku yang sesuai usia.
 Fungsi perawatan kesehatan, data yang dikaji terdiri dari keyakinan dan nilai
perilaku keluarga untuk kesehatan, Bagaimana keluarga menanamkan nilai
kesehatan terhadap anggota keluarga, konsistensi keluarga dalam melaksanakan
nilai kesehatan keluarga. Pengkajian data pada fungsi perawatan kesehatan
difokuskan pada data tugas keluarga dibidang kesehatan. Tugas kesehatan
keluarga menurut Friedman ada 5 (Lima) yaitu :
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat

13
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
d) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat
e) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan
1) Fungsi ekonomi, meliputi data bagaimana keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
2) Fungsi reproduksi, data yang dikumpulkan adalah fungsi untuk
mempertahankan kelangsungan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
6. Data koping keluarga. meliputi data tentang stressor yang dialami keluarga
berkaitan dengan ekonomi dan sosialnya, apakah keluarga dapat memastikan
lama dan kekuatan stressor yang dialami, apakah keluarga dapat mengatasi
stressor dan ketegangan sehari-hari. Apakah keluarga mampu bertindak
berdasarkan penilaian yang objektif dan realistis terhadap situasi yang
menyebabkan stres.

2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan memiliki tujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan.

Ketidakmampuan koping keluarga


Perilaku orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang membatasi
kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi
klien. Diagnosis ini dapat terjadi karena adanya;

1. Hubungan keluarga ambivalen (kurang menyenangkan)


2. Pola koping yang berbeda diantara klien dan orang terdekat.

14
3. Resistensi keluarga terhadap perawatan/pengobatan yang kompleks
4. Ketidakmampuan orang terdekat mengungkapkan perasaan
Gejala dan tanda yang ditimbulkan:

1. Merasa diabaikan
2. Merasa tertekan
3. Tidak memenuhi kebutuhan anggota keluarga
4. Tidak toleran
5. Mengabaikan anggota keluarga
6. Agresi
7. Agitasi
8. Perilaku menolak
9. Perilaku bermusuhan
10. Ketergantungan anggota keluarga meningkat

Penurunan Koping Keluarga


Ketidakadekuatan atau ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman, bantuan dan
motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang dibutuhkan klien
untuk mengelola atau mengatasi masalah kesehatannya. Penyebab masalah ini muncul
adalah;

1. Disorganisasi keluarga
2. Perubahan peran keluarga
3. Kurangnya saling mendukung
4. Orang terdekat kurang terpapar informasi
5. Orang terdekat terlalu fokus pada kondisi di luar keluarga
Gejala dan tanda yang ditimbulkan

1. Mengeluh tentang respons orang terdekat pada masalah kesehatan


2. Orang terdekat menarik diri dari klien
3. Terbatasnya komunikasi orang terdekat dengan klien.
4. Bantuan dari orang terdekat menunjukkan hasil yang tidak memuaskan.

15
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
Pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk
memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga. Masalah ini dapat disebabkan oleh:

1. Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan


2. Kompleksitas program perawatan/pengobatan
3. Konflik pengambilan keputusan
4. Kesulitas ekonomi
5. Konflik keluarga/banyak tuntutan
Gejala dan tanda yang ditimbulkan

1. Tidak memahami masalah kesehatan yang diderita


2. Kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan
3. Penyakit anggota keluarga semakin memberat
4. Keluarga gagal mengurangi faktor risiko

Gangguan proses keluarga


Perubahan dalam hubungan atau fungsi keluarga yang dapat disebabkan adanya

1. Perubahan status kesehatan anggota keluarga


2. Perubahan finansial keluarga
3. Krisis perkembangan
4. Perubahan peran keluarga
5. Peralihan pengambilan keputusan dalam keluarga
Gejala dan tanda yang ditimbulkan

1. Keluarga tidak mampu mengungkapkan perasaan secara leluasa


2. Keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik/emosional/spiritual anggota
keluarga
3. Keluarga tidak mampu mencari atau menerima bantuan secara tepat

16
Ketegangan Peran Pemberi Asuhan
Kesulitan dalam melakukan peran pemberi asuhan dalam keluarga. Keadaan ini
dapat disebabkan adanya:

1. Beratnya/kronisnya penyakit penerima asuhan


2. Pemberi asuhan kurang mendapatkan waktu istirahat dan reaksi
3. Ketidakadekuatan lingkungan fisik dalam pemberian asuhan
4. Keluarga atau pemberi asuhan jauh dari kerabat lain
5. Kompleksitas dan jumlah aktivitas pemberi asuhan
Gejala dan tanda

1. Khawatir klien akan kembali dirawat di rumah sakit


2. Khawatir tentang kelanjutan perawatan klien
3. Khawatir tentang ketidakmampuan pemberi asuhan dalam merawat klien.

Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga


Pola adaptasi anggota keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara
efektif dan menunjukkan keinginan serta kesiapan yang dialami klien secara efektif dan
menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan kesehatan keluarga klien.
Diagnosis ini termasuk dalam jenis positif (potensial), dapat diangkat jika keluarga
menyatakan

1. Anggota keluarga menetapkan tujuan untuk meningkatkan gaya hidup sehat


2. Anggota keluarga menetapkan sasaran untuk meningkatkan kesehatan

Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua


Pola pemberian lingkungan bagi anak atau anggota keluarga yang cukup untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan serta dapat ditingkatkan. Diagnosis ini
dapat ditegakan, bila;

1. Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan peran menjadi orang tua


2. Tampak adanya dukungan emosi dan pengertian pada anak atau anggota keluarga

17
Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga
Pola fungsi keluarga yang cukup untuk mendukung kesejahteraan anggota
keluarga dan dapat ditingkatkan. Diagnosis ini dapat ditegakan jika ditemukan gejala dan
tanda;

1. Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan dinamika keluarga


2. Menunjukkan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik, sosial dan
psikologis anggota keluarga
3. Menunjukkan aktivitas untuk mendukung keselamatan dan pertumbuhan anggota
keluarga
4. Peran keluarga fleksibel dan tepat dengan tahap perkembangan
5. Terlihat adanya respek dengan anggota keluarga

Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua


Terjadinya proses interaktif antar anggota keluarga (suami-istri, anggota keluarga
dan bayi) yang ditunjukkan dengan perkembangan bayi yang optimal. Diagnosis ini dapat
ditegakan jika ditemukan tanda

1. Bounding attachment optimal


2. Perilaku positif menjadi orang tua
3. Saling berinteraksi dalam merawat bayi
4. Melakukan stimulasi visual, taktil atau pendengaran terhadap bayi.

Risiko Gangguan Perlengketan


Berisiko mengalami gangguan interaksi antara orang tua atau orang terdekat
dengan bayi/anak yang dapat mempengaruhi proses asah, asih dan asuh. Keadaan ini
dapat terjadi dengan faktor risiko:

1. Khawatir menjalankan peran sebagai orang tua


2. Perpisahan antara ibu dan bayi/anak akibat hospitalisasi
3. Penghalang fisik (mis. inkubator, baby warmer)
4. Ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan bayi/anak
18
5. Perawatan dalam ruang isolasi
6. Prematuritas
7. Konflik hubungan antara orang tua dan anak
8. Perilaku bayi tidak terkoordinasi

Risiko Proses Pengasuhan Tidak Efektif


Berisiko mengalami proses kehamilan, persalinan, dan setelah melahirkan
termasuk perawatan bayi baru lahir yang tidak sesuai dengan konteks norma dan harapan.
Diagnosis ini dapat diangkat jika ditemukan faktor risiko:

1. Kekerasan dalam rumah tangga


2. Kehamilan tidak diinginkan/direncanakan
3. Kurang terpapar informasi tentang proses persalinan/pengasuhan
4. Ketidak berdayaan maternal
5. Distres psikologis
6. Ketidaknyamanan selama persalinan
7. Akses pelayanan kesehatan sulit dijangkau
8. Ketidaksesuaian kondisi bayi dengan harapan
9. Ketidakamanan lingkungan untuk bayi

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
ditentukan oleh perawat bersama-sama sasaran yaitu keluarga untuk dilaksanakan,
sehingga masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi dapat
diselesaikan.
1. Menetapkan Prioritas Masalah Keperawatan
Menetapkan prioritas masalah atau diagnosa keperawatan keluarga adalah
dengan menggunakan Skala menyusun prioritas dari Bailon dan Maglaya, 1978 :

19
2. Menetapkan Tujuan Keperawatan
Tujuan keperawatan harus mewakili status yang diinginkan yang dapat
dicapai atau dipertahankan melalui program intervensi keperawatan (mandiri)
(Carpenito, 1988). Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang
diharapkan dari tindakan keperawatan yang terdiri dari jangka panjang dan jangka
pendek.
Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir yang
diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah keperawatan
(penyelesaian satu diagnosa atau masalah) dan biasanya berorientasi pada
perubahan perilaku seperti pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang diharapkan dari setiap akhir
kegiatan yang dilakukan pada waktu tertentu disesuaikan dengan penjabaran
jangka panjang. Pada tujuan juga perlu ditentukan rencana evaluasi yang
merupakan kriteria (tanda/indikator yang mengukur pencapaian tujuan dan tolak
ukur dari kegiatan tertentu) dan standar tingkat penampilan sesuai tolak ukur yang
ada.
3. Menyusun Rencana Tindakan Keperawatan keluarga
Rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan langkah dalam
menyusun alternatif-alternatif dan mengidentifikasi sumber-sumber kekuatan dari
keluarga (kemampuan perawatan mandiri, sumber pendukung/bantuan yang bisa

20
dimanfaatkan) yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga.
Dalam setiap rencana keperawatan perawat keluarga menetapkan aktivitas untuk
setiap tujuan keperawatan. Perawat keluarga merencanakan apa kegiatan yang
akan dilakukan, kapan, bagaimana melakukan, siapa yang melakukan, dan berapa
banyak yang akan dilakukan.

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan tindakan keperawatan yang sudah ditentukan
sebelumnya. Adapun prinsip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara
lain:
a. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat.
b. Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas masalah.
c. Kekuatan-kekuatan keluarga berupa finansial, motivasi, dan sumber-sumber
pendukung lainnya jangan diabaikan.
d. Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga janganlah terlupakan
dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan
tanggung jawab profesi

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan informasi yang sistematis berkenaan dengan program kerja dan efektifitas
dari serangkaian program yang digunakan terakhir program kegiatan, karakteristik dan
hasil yang telah dicapai. (Patton, 1986 dalam Halvie, 1998).
Evaluasi digunakan untuk mengetahui seberapa tujuan yang ditetapkan telah
tercapai dan apakah intervensi yang dilakukan efektif untuk keluarga setempat sesuai
dengan kondisi dan situasi keluarga. Program evaluasi dilaksanakan untuk memastikan
apakah hasil program sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan. dalam
menilai hasil asuhan yang dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai berupa
respon keluarga terhadap tindakan yang dilakukan dengan indikator yang ditetapkan.
Hasil asuhan keperawatan dapat diukur melalui:(1) Keadaan fisik, (2)
Sikap/psikologis, (3) Pengetahuan atau kelakukan belajar, dan (4) Perilaku kesehatan.

21
Hasil evaluasi keperawatan keluarga akan menentukan apakah keluarga sudah
dapat dilepas dari pembinaan/asuhan pada tingkat kemandirian yang diinginkan, atau
masih perlu tindak lanjut. Bila kunjungan berkelanjutan maka perlu dibuat cacatan
perkembangannya. Jika tujuan tidak tercapai maka perlu dilihat: (1) Apakah tujuan
realistis, (2) Apakah tindakan sudah tepat, dan (3) Bagaimana faktor lingkungan yang
tidak dapat diatasi.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan keluarga
dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Keluarga
sebagai titik sentral pelayanan kesehatan. Keluarga yang sehat akan mempunyai anggota
yang sehat dan mewujudkan masyarakat yang sehat. Askep yang diberikan berdasarkan
pada masalah kesehatan dari setiap anggota keluarga. Agar pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat diterima oleh kelurga, maka diharapkan para perawat harus mengerti dan
memahami tipe dan struktur keluarga, tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan
fungsinya, perlu pemehaman setiap tahap dan tugas perkembangan.

B. Saran
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan diagnosis keperawatan :
1. Berorientasi kepada klie, keluarga dan masyarakat
2. Bersifat aktual dan potensial
3. Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan
4. Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, serta faktor-
faktor penyebab timbulnya masalah tersebut

23
DAFTAR PUSTAKA

Burhanto. (2019). Modul Praktik Laboratorium Keperawatan Keluarga.


Samarinda: Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Harefa, E. I. J. (2019). Penerapan Konsep Dasar Proses Keperawatan


Keluarga. https://doi.org/10.31227/osf.io/xq75b

Kholifah, S.N., & Wahyu, W. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Keluarga dan
Komunitas. Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Manurung, J. (2009). Hubungan Karakteristik Perawat Dan Pasien Dengan Tindakan Medik
Perawat Di Kota Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Mertajaya, I., Sitorus, E., Leniwita, H., Lumbanbatu, A. M., & Anggraini, Y. (2019). Modul I
Perkuliahan Keperawatan Keluarga Konsep Keperawatan Keluarga. Jakarta: Universitas
Kristen Indonesia.
Mubarak, Wahid, Iqbal SKM. (2005). Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jakarta: CV. Sagung
Seto.
Siregar, D., Manurung, E. I., Sihombing, R. M., Pakpahan, M., Sitanggang, Y. F., Rumerung, C.
L., ... & Triwahyuni, P. (2020). Keperawatan Keluarga. Yayasan Kita Menulis.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik
((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

24

Anda mungkin juga menyukai