Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU


KELUARGA PENDERITA GASTRITIS DI DESA PRINGGABAYA
LOMBOK TIMUR

DISUSUN
OLEH : KELOMPOK 12

1. HASANAH (022STYC19)
2. HUMAENI (026STYC19)
3. MOH. KIN ALFARIZI (044STYC19)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHAP PROFESI
MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahhiwabarokatuh
Alhamdulillah, Penyusun panjatkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT,
karena dengan Rahmat dan RidhoNya lah penyusun dapat menyelesaikan
tugas Asuhan Keperawatan Keluarga.
Dalam penyusunan tugas ini, penyusun mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas
ini. Tidak lupa penyusun sampaikan banyak terima kasih kepada Dosen
pengampu Heri Bahtiar., S.Kep., Ns., MPH yang telah ikut serta dalam
memberikan tugas dan bimbingan dalam penyusunan Asuhan Keperawatan
Keluarga.
Semoga ALLAH SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam meyelesaiakan Asuhan
Keperawatan Keluarga ini. Penyusun berharap Asuhan Keperawatan Kelurga
ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.
Wassalamualaikum warohmatullahhiwabarokatuh

Mataram, 14 April 2022

( Kelompok 12)
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………iii
BAB I PENDAUHULUAN……………………………………………………..1
1.1. Latar
Belakang………………………………………………………....1
1.2. Tujuan………………………………………………………………
….3
BAB II TINAJAUAN PUSTAKA……………………………………………...4
A. Konsep dasar keluarga………………………………………………….4
B. Konsep dasar teori gastritis ……………………………………………………5

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN…………………...27


DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...54
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan sangat penting bagi tubuh kita. Tubuh kita membutuhkan asupan
nutrisi berupa karbohidrat, lemak, protein dan senyawa-senyawa gizi penting
lainnya. Asupan makanan ini harus didukung dengan pola makan yang sesuai.
Pola makan yang teratur sangat penting bagi kesehatan tubuh kita, sedangkan pola
makan yang tidak teratur dapat menyebabkan gangguan di sistem pencernaan.
Permasalahan dalam sistem pencernaan tidak boleh dibiarkan. Ada berbagai
gangguan sistem pencernaan atau penyakit yang mungkin terjadi dan sering
dibiarkan oleh banyak orang, salah satunya adalah penyakit Gastritis atau biasa
kita sebut penyakit maag. (Sulastri, 2012)
Penyakiut Gastritis atau maag merupakan penyakit yang sangat kita kenal
dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit ini sering ditandai dengan nyeri ulu hati,
mual, muntah, cepat kenyang, nyeri perut dan lain sebagainya. Penyakit maag
sangat mengganggu karena sering kambuh akibat pengobatan yang tidak tuntas.
Sebenarnya kunci pengobatan penyakit maag adalah dapat mengatur agar
produksi asam lambung terkontrol kembali sehingga tidak berlebihan yaitu
dengan menghilangkan stres dan makan teratur. (Wijoyo, 2009). Keperawatan
keluarga merupakan tingkat keperawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang
dirawat, dengan sehat sebagai tujuan dan perawatan sebagai penyalur. Sasaran
keperawatan keluarga yaitu individu, family atau keluarga dn community atau
masyarakat. Prinsip utama dalam perawatan kesehatan masyarakat
mengatakan bahwa keluarga adalah unit atau kesatuan dari pelayanan
kesehatan.
Penyakit Gastritis yang cukup besar di masyarakat dapat menyebabkan
gangguan pada kehidupan mulai dari perorangan hingga masyarakat luas,
sehingga diperlukan fungsi perawatan keluarga dan perawat dalam meningkatkan
status kesehatan di dalam keluarga. Fungsi perawatan keluargaitu mengenal
masalah gastritis dalam keluarga, mengambil keputusan dalam keluarga untuk
untuk mengatasi atau mencegah terjadinya komplikasi akibat Gastritis, merawat
anggota keluarga dengan Gastritis, memodifikasi lingkungan yang ada dan
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. (Wijoyo. 2010)
Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi. Dari penelitian dan
pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia
angka kejadian Gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai
91,6 % yaitu di kota Medan, lalu dibeberapa kota lainnya seperti Surabaya 31, 2
%, Denpasar 46 %, Jakarta 50 %, Bandung 32,5 %, Palembang 35,3 %, Aceh 31,7
% dan Pontianak 31,2 %. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang
sehat (Gustin, 2011).
Di Kabupaten Kolaka penyakit Gastritis menempati urutan ke 2 dari 10
penyakit terbesar dengan jumlah pasien sebesar 7.596 orang (Dinas Kesehatan
Kolaka 2016) dan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Kecamatan Wundulako
didapatkan kasus penyakit Gastritis sebanyak 1061 orang tahun 2016 dan
meningkat tahun 2017 sebanyak 1382 orang dan menempati urutan ke 2 dari 10
penyakit terbesar dan di Kelurahan Ngapa penyakit Gastritis sebanyak 173 orang
pada tahun 2017. (Puskesmas Wundulako, 2017).
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu
berhubungan dengan kita. keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa
setiap individu merupakan bagiannya dani keluarga juga semua dapat
diekspresikan tanpa hambatan yang berarti.
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat
dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan
individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan perawat harus
memperhatikan nilai-nilai dan budaya keluarga sehingga dapat menerima.
Keluarga merupakan suatu kumpulan yang memiliki hubungan darah,
ikatan perkawinan,dan adopsi serta tinggal dalam satu rumah tangga, saling
berinteraksi satu sama lain dan saling ketergantungan. Dalam keluarga
biasanya terdiri dari orang tua yaitu ayah dan ibunya, serta anak-anaknya, dan
masing-masing individu memiliki perannya masing-masing.
1.2 Tujuan
A. Tujuan umum
Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah mahasiswa dapat
menyusun Asuhan Kepererawatan Keluarga.
B. Tujuan khusus
Tujuan yang ingin di capai adalah :
1. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan
2. Mampu merumuskan diagnosis keperawatan
3. Mampu menyusun intervensi keperawatan
4. Mampu melakukan evaluasi keperawatan
5. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Dep Kes R.I (1988) dalam Komang (2012) mengungkapkan
bahwa keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapaorang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawh satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Stuart (1991) dalam Komang (2012) menerangkan keluarga meliputi 5
sifat, yaitu :
a. Keluarga merupakan unit suatu sistem
b. Setiap anggota keluarga dapat atau tidak dapat saling berhubungan
atau dapat dan tidak selalu tinggal dalam satu atap.
c. Keluarga dapat mempunyai anak ataupn tidak mempunyai anak.
d. Terdapat komitmen dan saling melengkapi antar anggota keluarga.
e. Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap
perlindungan, kebutuhan hidup dan sosialisasi antar anggota
keluarga.
Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton dalam Setiadi (2008)
menyebutkan bahwa ciri – ciri keluarga adalah :
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomen clatur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota–
anggotanya berkaitan denga kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah
tangga.
Sedangkan menurut Friedman (1998) dalam Komang (2012),
mendefinisikan keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari individu- individu yang ada di dalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai
tujuan bersama.
2. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe
keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran
serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu
mengetahui berbagai tipe keluarga.
Tipe-tipe keluarga menurut Maclin (1988) dalam Komang (2012) :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga hanya dengan
satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah atau
ditingalkan.
3) Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa
anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendirian.
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau
bekerja.
6) Jaringan keluarga besar : terdiri dari dua keluarga inti atau lebih
atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan
dalam daerah geografis.
b. Keluarga non Tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tiak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anak saja)
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai
anak
3) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjens kelamin
sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
4) Pasangan komuni adalah rumah tangga yang terdiri lebih dari
satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang
sama.
3. Struktur Keluarga
Suprajitno (2012), menyatakan tentang struktur keluarga, gambaran
keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya, dan
empat elemen struktur keluarga, yaitu :
a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing
anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan
masyarakat atau peran formal dan informal.
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan
dengan kesehatan.
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan
anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan
keluarga inti.
Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk
mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.

4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) Setiawati& Dermawan


(2005) dalam Komang (2012) merupakan hasil atau konsekuensi dari
struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga.
Ada beberapa fungsi keluarga yang diungkapkan oleh, yaitu :
a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi biologis adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi
f. Fungsi psikologis adalah fungsi untuk memberikan rasa aman,
memberikan perhatian diantara anggota keluarga dan membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan
identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan adalah fungsi keluarga dalam memberikan
pengetahuan, ketrampilan, membentuk perlaku anak,
mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa ,mendidik anak
sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
5. Tahapan dan tugas perkembangan keluarga
Komang (2012), menuturkan perawat keluarga perlu mengetahui
tentang tahapan dan tugas perkembangan keluarga, untuk memberikan
pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi
kesehatan keluarga serta memmberikan dukungan pada keluarga untuk
kemajuan darisatu tahap ke tahap berikutnya.
Duvall & Miler (1985) ; Carter & Mc Goldrick (1988), dalam
Komang (2012) menjelaskan bahwa tugas dan tahap perkembagan
keluarga yaitu:
a) Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru. Tugas perkembangan
keluarga pemula antara lain membina hubungan harmonis dan
kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling
memuaska, membina hubungan dengan orang lain dengan
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,
merenanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.
b) Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai
umur 30 bulan). Pada tahap ini tugas keluarga yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memperluas perahabatan dengan
keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua, kakek dan
nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar
masing-masing pasangan.
c) Tahap III, Keluarga dengan anak pra sekolah (anak pertama berumur
2-6 tahun). Tugas perkembangn pada keluaga ini yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman. Membantu anak untuk
bersosialisasi.Beradaptasi dengan anak baru lahir, sementara
kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi. Mempertahankan
hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan
anak.Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.Kegiatan dan
waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
d) Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah.
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah )
dan berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini
biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga
sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak
memiliki minat sendiri. Demikian pula orang tua mempunyai
aktivitas yang berbeda dengan anak. Tugas perkembangan keluarga
membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
Mempertahankan keintiman pasangan. Memenuhi kebutuhan
dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan
untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.Pada tahap ini anak
perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak
untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
e) Tahap V, Keluarga dengan anak remaja (anak tertuaberumur 13-20
tahun). Tugas perkembangan keluarga ini adalah memberikan
kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab. Mempertahankan
hubungan yang intim dengan keluarga. Mempertahankan komunikasi
yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan. Perubahan sistem peran dan peraturan
untuk tumbuh kembang keluarga. merupakan tahap paling sulit
karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk
bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
f) Tahap VI, Keluarga dengan anak dewasa dimulai pada saat anak
pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir
meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak
dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua. Tugas perkembangan keluarga di tahap ini adalah
memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar, mempertahankan
keintiman pasangan, membantu orang tua memasuki masa tua,
Membantu anak untuk mandiri di masyarakat, Penataan kembali
peran dan kegiatan rumah tangga.
g) Tahap VII, Keluarga usia pertengahan dimana tahap ini dimulai pada
saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggaal. Tugas perkembangan
keluarga tahap ini yaitu mempertahankan kesehatan.
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak, meningkatkan keakraban pasangan, fokus
mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang,
olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
h) Tahap VIII, Keluarga usia lanjut, diimulai saat pensiun sanpai
dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya meninggal.
Tugas perkembangan di tahap ini antara lain mempertahankan
suasana rumah yang menyenangkan, Adaptasi dengan perubahan
kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan,
mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat,
mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat,
melakukan life review, Mempertahankan penataan yang memuaskan
merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini.Tugas keluarga
Sesuai dengan fungsi kesehatan, keluarga mempunyai tugas
dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Komang
(2012) menerangkan lima tugas keluarga adalah :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah


kesehatan,termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap
tingkat keparahan penyakit,pengertian, tanda gejala,faktor
penyebab dan persepsi keluarga terhadapmasalah yang dialami
keluarga.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk


sejauh mana mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah,bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga
menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi.
Bagaimana sistem pengambilan keputusan yang dilakukan
keluarga terhadap angota keluarga yang sakit.

c. Ketidakmamuan keluarga merawat anggota keluarga yang


sakit,seperti bagaimana keluarga mengetahui kadaan sakitnya,
sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-
sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap
yang sakit.

d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti


pentingnya hygine sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan
penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan
lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota
keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang
berdampak terhadap yang sakit.

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan


kesehatan seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, keuntungan keluarga
terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah peayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang
kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
B. Konsep dasar penyakit gastritis
1. Anatomi fisiologis
Gaster atau lambung Ventrikulum atau maag atau lambung
atau gaster merupakan saluran makanan yang paling dapat
mengembang lebih besar terutama pada epigastrium Bagian
gaster atau ventrikulum ini terdiri atas:
 Osteum kardiak adalah bagian akhir esofagus yang masuk ke
dalam lambung
 Fundus fentrikuli adalah bagia yang menonjol ke atas
terletak disebelah kiri osteum kardiak biasanya terisi gas
 Korpus ventrikuli adalah badan lambung setinggi osteum
kardiak lekukan pada bagian bawah kurvatura minor.
 Kurvatura minor terletak disebelah kanan lambung dari
osteum kardiak sampai pilorus
 Kurvatura mayor terletak disebelah kiri osteum kardiak
melalui fundusventrikuli menuju kekanana sampai pilorus
inferior
 Antrium pilorus adalah bagian lambung berbentuk seperti
tabung mempunyai otot tebal yang membentuk sfingter
pilorus
Fungsi gaster antara lain :
 Tempat berkumpulnya makanan, menghancurkan , dan
menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung dan getah
lambung
 Mempersiapkan makanan untuk dicerna oleh usus dengan
semua makan dicairkan dan dicampurkan dengan asam
hidroklorida.
 Mengubah protein menjadi pepton oleh pepsin
 Membekukan susu dan kasein yang dikeluarkan oleh renin.
2. Definisi
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus dan
lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis
superfisial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi, & Huda,
2015).
Gastritis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa
lambung. Peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan
lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang
menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran
pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang timbulnya
inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2011).
3. Klasifikasi
Menurut jenisnya gastritis dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat
kimia misalnya obatobatan dan alkohol, makanan yang
pedas, panas maupun asam. Seseorang yang mengalami stres
akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus
Vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida
(HCl) dalam lambung. Adanya HCl di dalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Gastritis
akut sering disebabkan oleh diet yang tidak benar, makan
yang terlalu banyak dan terlalu cepat atau makan makanan
yang pedas (Nurhayati, 2010). Gastritis akut adalah
inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar
merupakan penyakit ringan dan sembuh sempurna. Salah
satu bentuk gastritis yang manifestasi klinisnya adalah:
1) Gastritis akut erosive, disebut erosive apabila kerusakan
yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muscolaris (otot-otot pelapisan lambung)
2) Gastritis akut hemoragic, disebut hemoragic karena pada
penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung
yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa
lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang
berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada
beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa
lambung tersebut.
b. Gastritis kronik
Gastritis kronik karena adanya infeksi bakteri
helicobacteri pylori, apalagi jika ditemukan ulkus pada
pemeriksaan penunjang. Penyebabnya tidak jelas, sering
bersifat multi faktor dengan perjalanan klinis yang
bervariasi. Gastritis kronik ditandai oleh atrofi progresif
epitel kelenjar disertai dengan kehilangan sel pametal dan
chief cell. Akibatnya produksi asam klorida, pepsin dan
faktor intrinsik menurun. Dinding lambung menjadi tipis dan
mukosa mempunyai permukaan yang rata. Bentuk gastritis
ini sering dihubungkan dengan anemia peenisiosa, tukak
lambung dan kanker (Nurhayati, 2010).
Menurut Muttaqin (2011), gastritis kronis adalah
suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat menahun.
Gastritis kronis diklasifikasikan dengan tiga perbedaan
yaitu:
1) Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan,
edema, serta perdarahan dan erosi mukosa.
2) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh
lapisan mukosa pada perkembangannya dihubungkan
dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia
pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari
penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.
3) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya
nodul- nodul pada mukosa lambung yang bersifat
ireguler, tipis, dan hemoragik
4. Etiologi
Beberapa hal yang menyebabkan seseorang terkena
gastritis:
a. Adanya stres dan tekanan emosional yang berlebihan pada
seseorang
b. Adanya peningkatan asam lambung
c. Mukosa (selaput lendir) lambung tidak tahan terhadap asam
lambung dan pepsin yang berlebihan karena menurunnya
kemampuan fungsi mukosa lambung tersebut. (Aminudin,
2013)
d. Pola makan
1) Waktu makan yang tidak teratur. Sering kali dalam
sehari orang harus melakukan kegiatan yang sangat
padat. Saat tiba waktu makan, jangan sepelekan saat
perut anda mengirimkan sinyal-sinyal lapar. Jadwal
makan yangtidak teratur membuat lambung sulit
beradaptasi dan produksi asam berlebihan. Jika kondisi
ini berlangsung secara terus menerus maka lama
kelamaan akan mengiritasi dinding mukosa pada
lambung, lalu timbul rasa perih dan mual. Apabila hal
ini sering terjadi, dapat menderita gastritis (Chasanah,
2010)
2) Jumlah makanan yang terlalu banyak atau terlalu
sedikit. Seseorang harus memenuhi kebutuhan makanan
yang diperlukan oleh tubuh. Ketika seseorang makan
terlalu sedikit padahal kegiatan yang harus dilakukan
sangat banyak, tentu saja memengaruhi proses
pencernaan dalam lambung. Menunda makan, biasanya
ada keinginan untuk makan sangat banyak sebagai
pelampiasan rasa lapar yang tertunda. Hal itu membuat
kerja lambung sangat berat dan produksi asam lambung
meningkat (Chasanah, 2010).
3) Terlalu sering mengonsumsi makanan yang sulit
dicerna. Asam lambung meningkat jika mengonsumsi
makanan yang sulit dicerna. Hal tersebut bisa menjadi
pemicu terjadinya gastritis (Chasanah, 2010).
4) Sering terlambat makan (Chasanah, 2010)
5) Terlalu banyak makanan yang pedas, asam, minuman
beralkohol obat-obatan tertentu dengan dosis tinggi
seperti aspirin dan golongan anti inflamasi non steroid
(AINS) yang biasa dikonsumsi untuk menghilangkan
rasa sakit/nyeri dan rematik/radang persendian
(Aminudin, 2013)
e. Infeksi bakteri/ virus terutama Helicobacter pylori, anemia,
penyakit ginjal, diabetes, serta kandungan yang mengiritasi,
seperti obat-obatan, akohol, rokokdan sebagainya
(Aminudin, 2013).
f. Jam tidur yang tidak teratur. Aktivitas yang sangat padat
membuat jadwal istirahat kacau. Kurang istirahat dan
jadwal tidur yang tidak teratur dapat mengganggu kerja
lambung (Chasanah, 2010).
g. Melakukan pekerjaan melebihi kemampuan fisik maupun
psikis Melakukan pekerjaan yang melebihi kemampuan
dapat menimbulkan stres. Saat mengalami stres maka akan
terjadi perubahan hormonal dalam tubuh. Perubahan itu
merangsang sel-sel didalam lambung memproduksi asam
secara berlebihan.
h. Asam yang berlebihan menimbulkan perih, nyeri, dan
kembung. Pada jangka waktu yang lama, dapat
menyebabkan luka pada dinding lambung Perokok:
kandungan dari rokok seperti fenol, metanol, kadmium,
aseton, dan lain-lain yang dapat berdampak terhadap erosi
dan mukosa lambung (Nurhayati, 2010).
5. Faktor-faktor Risiko Gastritis
a. Pola makan
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah
terserang penyakit gastritis. Pada sat perut harus diisi, tapi
dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung
akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul
rasa nyeri (Okviani, 2011).
b. Terlambat makan
Secara alami lambung akan terus memproduksi asalambung
setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam
sesudah makan biasanya dalam darah telah banyak terserap
dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada
saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang
telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang
diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat
mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di
sekitar epigastrium (Okviani, 2011)
c. Makanan pedas
Mengonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan
merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus
kontraksi. Hal ini mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu
hati yang disertai dengan mual muntah. Gejala tersebut
membuat penderita makin berkurang nafsu makannya. Bila
kebiasaan mengonsumsi makanan pedas kurang lebih 1x
dalam 1 minggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus
menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang
disebut dengan gastritis (Okviani, 2011)
d. Kopi
Kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan
dan senyawa kimia, termasuk lemak, karbohidrat, asam
amino, asam nabati yang disebut dengan fenol, vitamin dan
mineral. Kafein di dalam kopi bisa mempercepat proses
terbentuknya asam lambung dan dapat mengiritasi lambung
(Rahma, 2013)
e. Rokok
Rokok dapat meningkatkan sekresi asam lambung sehingga
dapat mengakibatkan iritasi mukosa lambung (Inayah, 2010).
Rahma (2013) Rokok mengandung ± 4000 bahan kimia, asap
yang terkandung dalam rokok mengandung berbagai macam
zat yang sangat reaktif terhadap lambung. Nikotin dan
kadmium adalah dua zat yang sangat reaktif yang dapat
mengakibatkan luka pada lambung. Ketika seseorang
merokok, nikotin akan mengerutkan dan melukai pembuluh
darah pada dinding lambung. Nikotin juga memperlambat
mekanisme kerja sel pelindung dalam mengeluarkan sekresi
getah yang berguna untuk melindungi dinding dari serangan
asam lambung. Jika sel pelindung tidak mampu lagi
menjalankan fungsinya dengan baik, maka akan timbul gejala
dari penyakit gastritis.
f. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Mengonsumsi obat-obat tertentu dapat menyebabkan
gastritis, obat anti inflamsi non steroid (OAINS) merupakan
jenis obat yang memiliki efek menyebabkan gastritis. Obat
anti inflamasi non steroid bersifat analgesik, antipiretik, dan
anti-inflamasi (Rahma, 2013).
g. Alkohol
Konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit akan merangsang
produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang,
dan mual. Hal tersebut merupakan gejala dari penyakit
gastritis. Sedangkan dalam jumlah yang banyak, alkohol
dapat merusak mukosa lambung (Rahma, 2013).
h. Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan
peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada
manusia. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana
bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan
penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat
memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
bakteri ini. Infeksi H. Pylori ini sekarang diketahui sebagai
penyebab utama terjadinya ulkus peptikum dan penyebab
tersering terjadinya gastritis (Okviani, 2011).
i. Stres fisik
Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar
atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis, ulkus serta
perdarahan pada lambung. Hal ini disebabkan oleh penurunan
aliran darah termasuk pada saluran pencernaan sehingga
menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan fungsi sel
epitel lambung (Priyoto, 2015).
j. Stres psikis
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stres
misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa.
Kadar asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi
mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan lama-kelamaan
dapat menyebabkan terjadinya gastritis (Okviani, 2011).
k. Usia
Usia tua memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita
gastritis dibandingkan dengan usia muda. Hal ini
menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia
mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih
cenderung memiliki infeksi H. Pylori atau gangguan
autoimun daripada orang yang lebih muda. Sebaliknya jika
mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan pola
hidup yang tidak sehat dan pola makan yang tidak teratur
(Okviani 2011)
l. Pendidikan
Kurang pengetahuan tentang diet dan poses penyakit gastritis
dapat menyebabkan risiko terjadinya gastritis dan
kekambuhan penyakit gastritis (Priyoto, 2015)
m. Faktor budaya dan sosial ekonomi
Latar belakang etnis, nilai-nilai kepercayaan, dan faktor
budaya lainnya sangat mempengaruhi dalam memilih,
menyiapkan dan mengonsumsi makanan dan minuman
(Priyoto, 2015)
n. Faktor lingkungan
Lingkungan rumah yang bising atau padat penghuni
mempengaruhi konsumsi makanan dan kemampuan
menikmati makanan.
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari gastritis menurut Nurhayati (2010):
a. Nyeri ulu hati
Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses
peradangan yang terjadi akibat dari adanya iritasi pada
mukosa lambung.
b. Anoreksia, Nausea dan Vomitus
Ketiga tanda ini sangat umum ditemukan. Hal ini terjadi
karena adanya peningkatan kadar asam lambung di dalam
tubuh khususnya pada organ lambung.
c. Melena dan Hematemesis
Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses
perdarahan yang berawal dari adanya iritasi dan erosi pada
mukosa lambung. Tanda dan gejala dari gastritis menurut
Okviani (2011) dan Aminudin (2013):
1) Rasa terbakar dilambung dan akan menjadi semakin
parah ketika sedang makan
2) Mual dan sering muntah
3) Pusing
4) Keringat dingin
5) Nadi cepat
6) Kadang berat badan menurun
7) Nafsu makan menurun secara drastis, wajah pucat, suhu
badan naik
8) Merasa lambung sangat penuh ketika habis makan
9) Sering sendawa ketika keadaan lapar
10) Sulit untuk tidur karena gangguan rasa sakit pada daerah
perut
7. Patofisiologi
Bila terdapat ketidakseimbangan faktor ofensif (penyerang)
dan faktor defensif (pertahanan) pada mukosa gastroduodenal,
yakni peningkatan faktor dan atau penurunan kapasitas defensif
mukosa. Faktor ofensif tersebut meliputi asam lambung, pepsin,
asam empedu, enzim pankreas, infeksi Helicobacter pylori yang
16 bersifat gram-negatif, OAINS (obat anti inflamasi non
steroid), alkohol, dan radikal bebas. Sedangkan sistem
pertahanan atau faktor defensif mukosa gastroduodenal terdiri
dari 3 lapis yakni elemen preepitelial, epitelial, dan subepitelial
(Priyoto, 2015). Penggunaan aspirin, alkohol, memakan
makanan yang berbumbu secara berlebihan atau dalam jumlah
yang besar dapat mengurangi daya tahan mukosa, ditambah
dengan keadaan stres yang dapat menyebabkan sekresi asam
lambung berlebihan (Nurhayati, 2010).
8. Pathway

9. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Rahayuningsih. D. (2011) pemeriksaan penunjang pada
pasien dengan gastritis, meliputi :
a. Darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.
b. Pemeriksaan serum vitamain B12, bertujuan untuk
mengetahui adanya defisiensi B12.
c. Analisa feses, bertujuan untuk mengetahui adanya darah
dalam feses
d. Analisa gaster, bertujuan untuk mengetahui kandungan HCl
lambung.
e. Acholohidria menunjukkan adanya gastritis atropi.
f. Tes antibody serum, bertujuan mengetahui adanya antibodi
sel parietal dan faktor intrinsik lambung terhadap
Helicobacter pylori.
g. Endoscopy, biopsy, dan pemeriksaan urine biasanya
dilakukan bila ada kecurigaan berkembangnya ulkus
peptikum.
h. Sitologi, bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel
lambung.
10. Penatalaksanaan
a. Berkonsultasi ke dokter, dokter akan memberi obat sesuai
keluhan dan penyebab. Umumnya gastritis yang disebabkan
oleh infeksi diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan
dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi
gastritis (Nurhayati, 2010).
b. Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan:
1) Pemeriksaan darah, tes ini digunakan untuk memeriksa
adanya antibody H. Pylori dalam darah. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi
akibat pendarahan lambung akibat gastritis (Nurhayati,
2010). Hasil test yang positif menunjukkan bahwa
seseorang pernah mengalami kontak dengan bakteri H.
Pylori dalam hidupnya tetapi keadaan tersebut bukan
berarti seseorang telah terinfeksi H. Pylori (Okviani,
2011)
2) Pemeriksaan feses, tes ini memeriksa apakah H. Pylori
dalam feses atau tidak (Nurhayati, 2010). Hasil tes yang
positif menunjukkan orang tersebut terinfeksi H. Pylori.
Biasanya dokter juga menguji adanya darah dalam tinja
yang menandakan adanya perdarahan dalam lambung
karena gastritis (Okviana,2011).
3) Endoskopi saluran cerna bagian atas, dengan tes ini
dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar
X (Nurhayati, 2010).
4) Rontgen saluran cerna bagian atas, tes ini akan melihat
adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya (Nurhayati, 2010). Agar dapat dilihat dengan
jelas biasanya penderita diinjeksi terlebih dahulu dengan
bubur barium (Okviani, 2011).
c. Pengobatan non-farmakologi (Pemberian Terapi Relaksasi
Benson Untuk Mengatasi Gangguan Rasa Nyaman)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Novitasari Ike, dkk
(2014), yang berjudul “Pengaruh Terapi Relaksasi Benson
Terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja” dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebelum kunjungan tingkat stres
ringan sebanyak 10 orang (71.4 %), tingkat stres sedang
sebanyak 4 orang (28.6%), sedangkan sesudah kunjungan
tingkat stres ringan sebanyak 6 orang (42.9%), tingkat stres
sedang sebanyak 7 orang (50.0%), dan tingkat stres berat
sebanyak 1 orang (7.1%). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Wahyu (2018), yang berjudul “Efektifitas
Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Nyeri Pasien Pasca
Sectio Caesarea” dengan hasil pengamatan penelitian terhadap
nyeri pasca section caesarea, diketahui sebelum diberikan terapi
Relaksasi Benson sebagian besar responden memiliki nyeri
sedang sebanyak 18 orang (81,8 %) dan sesudah diberikan nyeri
sedang sebanyak 4 orang (18,4%). Secara garis besar terdapat
perubahan nyeri pada pasien saat sebelum dan sesudah diberikan
teknik Relaksasi Benson. Terlihat ada perubahan katagori nyeri
yang berarti setelah dilakukan teknik Relaksasi Benson, dengan
kata lain Relaksasi Benson dapat mengurangi nyeri pada pasien
pasca section caesarea. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Franciska, dkk (2018), yang berjudul “Pengaruh Teknik
Relaksasi Benson Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pada
Lanjut Usia” diketahui bahwa pemenuhan kebutuhan tidur
sebelum dilakukan teknik Relaksasi Benson sebagian besar
dikategorikan kurang, sebanyak 10 orang (47,62%) dan sesudah
dilakukan teknik Relaksasi Benson sebagian besar dikategorikan
baik sebanyak 18 orang (85,72%). Hasil penelitian
menunjukkan pengaruh teknik Relaksasi Benson terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur pada lanjut usia di di Pos Pelayanan
posyandu Lansia Srikandi Wilayah Pilang Kelurahan
Sumbersari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang didapatkan
nilai signifikan = 0,011 < α (0,05) yang berarti data dinyatakan
signifikan dan menerima H1. Artinya ada pengaruh teknik
Relaksasi Benson terhadap pemenuhan kebutuhan tidur pada
lanjut usia di posyandu Lansia Srikandi Wilayah Pilang
Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.
11. Komplikasi
a. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut:
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan
kedaruratan medis, terkadang perdarahan yang terjadi
cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
2) Ulkus, jika prosesnya hebat
3) Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah
hebat.
b. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan
penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12
menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu
dan penyempitan daerah antrumpylorus.
12. Pencegahan dan Pengobatan
Menurut Chasanah (2010) dan Aminudin (2013) berikut ini
merupakan tips agar penyakit gastritis tidak menghampiri. Bagi
penderita gastritis dapat menerapkannya supaya gastritis tidak
sering kambuh.
a. Biasakan makan dengan teratur.
Lambung selesai mencerna makanan selama 4 jam.
Kebiasaan makan tidak teratur akan menebabkan sebagian
makanan tidak dicerna dengan sempurna oleh lambung.
Makanan yang tidak dicerna ini bisa membusuk dan
menyebabkan kembung.
b. Kunyah makanan dengan baik.
Enzim ptialin dapat melakukan tugasnya dengan sempurna
jika mengunyah makanan dengan baik. Jangan menelan
makanan dengan tegesa-gesa atau mengunyah makanan
sambil berbicara agar udara yang masuk ke dalam rongga
mulut tidak berlebihan
c. Berpikir dengan rileks
Berpikir positif dan rileks dapat mengurangi stres. Jika stres
system pencernaan tidak berfungsi optimal. Cobalah untuk
selalu tenang dalam menjalani hidup anda.
d. Banyak minum air putih
e. Jangan makan terlalu banyak.
Jika makanan dalam lambung terlalu banyak dan melebihi
kemampuan enzim untuk mencernanya, makanan tidak
dapat tercerna dengan sempurna. Makanan ini akan masuk
ke usus halus sehingga menyebabkan salah cerna, terjadi
fermentasi dan menimbulkan gas.
f. Jangan berbaring setelah makan.
Berbaring setelah makan dapat menimbulkan
gastroesophageal reflux, yaitu kondisi makanan yang sudah
dalam keadaan asam kembali masuk ke kerongkongan
sehingga menimbulkan rasa tidak enak. Jadi harus berhenti
makan minimal 2 jam sebelum tidur
g. Kurangi konsumsi makanan yang pedas dan asam.
Hindari makanan yang pedas atau asam karena akan
meningkatkan produksi asam lambung. Jangan
menggunakan bumbu yang kuat, misalnya cabai, merica dan
cuka
h. Jangan makan makanan yang terlalu panas dan minum
minuman yang terlalu dingin.
Makanan yang terlalu panas dan minuman yang terlalu
dingin akan
menyebakan iritasi pada lapisan dinding lambung. Jika
terjadi berulang-ulang, lambung akan rusak dan pencernaan
akan terganggu. Pilihlah makanan yang hangat, yang
suhunya mendekati suhu tubuh.
i. Hindari merokok dan minuman yang mengandung kafein.
Getah tembakau yang tertelan dapat menimbulkan iritasi
pada dinding lambung. Kafein akan merangsang produksi
asam secara berlebihan dalam lambung. Kopi dan teh
mengandung kafein. Bagi penderita gastritis, sebaiknya tidak
mengkonsumsi kopi dan teh.
j. Hindari minuman beralkohol.
Minuman beralkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan
mukosa dalam lambung serta dapat mengakibatkan
peradangan dan perdarahan.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis
besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:
1. Data umum
a. Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan
dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri atas
nama, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan
kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota
keluarga, genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi)
b. Tipe keluarga, menjelaskan tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
c. Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku
bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
terkait dengan kesehatan.
1) Latar belakang etnik keluarga atau anggota keluarga
2) Tempat tinggal keluarga bagaimana (uraikan bagian dari sebuah
lingkungan yang secara etnik bersifat homogeny).
3) Kegiatan-kegiatan social budaya, rekreasi, dan pendidika.
Apakah kegiatan-kegiatan ini dalam kelompok kultur atau
budaya keluarga.
4) Kebiasan-kebiasan doet berbusana, baik tradisional maupun
modern.
5) Bahasa yang digunakan dalam keluarga(rumah).
6) Penggunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan praktisi.
Apakah keluarga mengunjungi praktik, terlibat dalam praktik-
praktik pelayanan kesehatan tradisional, atau mempunyai
kepercayaan tradisional dalam bidang kesehatan.
d. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti:
1) Apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam keyakinan
beragamanya.
2) Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama atau
organisasi keagamaan.
3) Agama yang dianut oleh keluarga.
4) Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang
dianut dalam kehidupan keluarga, terutama dalam hal kesehatan.
e. Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga
ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain status sosial ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barangbarang yang dimilki oleh keluarga seperti:
1) Jumlah pendapatan perbulan
2) Sumber-sumber pendapatan perbulan
3) Jumlah pengeluaran perbulan
4) Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga
5) Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya.
f. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak
hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi, selain itu
perlu dikaji pula oenggunaan waktu luang atau senggang keluarga.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga berdasarkan
tahap kehidupan keluarga. Menurut Duvall, tahap perkembangan
keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji
sejauh mana keluarga melaksanakan tugas tahapan perkembangan
keluarga. Sedangkan riwayat keluarga adalah mengkaji riwayat
kesehatan keluarga inti dari riwayat kesehatan keluarga:
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua
dari keluarga inti.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang beum terpenuhi oleh keluarga
serta kendalanya.
c. Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga
inti, meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masingmasing anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan
keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.
d. Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang tua (seperti
apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat
dengan orang tua dari kedua orang tua.
3. Pengkajian lingkungan
a. karakteristik rumah
1) Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar,
kontrak, atau lainnya). Apakah keluarga memiliki sendiri atau
menyewa rumah untuk tempat tinggal.
2) Gambaran kondisi rumah meliputi bagian interior dan eksterior.
Interior rumah meliputi: jumlah kamar dan tipe kamar (kamar
tamu, kamar tidur), penggunaan-penggunaan kamar tersebut dan
bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan
kecukupan perabot, penerangan, ventilasi, lantai, tangga rumah.
Susunan dan kondisi bangunan tempat tinggal. Termasuk
perasan perasaan subjektif keluarga terhadap rumah tinggalnya,
apakah keluarga nenganggap rumahnya memandai bagi mereka.
3) Dapur, suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, apakah
ada fasilitas pengaman bahaya kebakaran.
4) Kamar mandi, sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun
dan handuk.
5) Kamar tidur, bagaimana pengaturan kamar tidur. Apakah
memadai bagi anggota keluarga dengan pertimbangan usia
mereka, hubungan, dan kebutuhan-kebutuhan khusus mereka
lainnya.
6) Kebersiahn dan sanitasi rumah, apakah banyak serangga-
serangga kecil (khususnya didalam), dan masalah-masalah
sanitasi yang disebabkan akibat binatang-binatang peliharaan.
7) Pengaturan privasi. Bagaimana dengan perasaan keluarga
terhadap pengaturan privasi rumah mereka memadai atua tidak.
Termasuk bahaya-bahaya terhadap keamanan rumah atau
lingkungan.
8) Perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan
rumah mereka.
b. karakteristik lingkungan dan komintas tempat tinggal
1) Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa
2) Tipe tempat tinggal (hunian, industry, campuran hunian dan
industry kecil agraris).
3) Sanitasi jalan dan rumah. Bagaimana kebersihannya, cara
penangan sampah, dan lainnya.
4) Adakah jenis-jenis industri di lingkungan rumah (kebisingan,
polusi air, dan udara).
5) Karakteristik demografi di lingkungan komunitas tersebut.
6) Kelas sosial dan karakteristik etnik penghuni.
7) Lembaga pelayanan kesehatan dan sosial, apa yang ada dalam
lingkungan dan komunitas (klinik, rumah sakit, penanganan
keadaan gawat darurat, kesejahteraan, konseling, pekerjaan).
8) Kemudian pendidikan di lingkungan komunitas apakah mudah
di akses dan bagaimana kondisinya.
9) Fasilitas-fasilitas rekreasi yang di miliki di komunitas tersebut.
10) Fasilitas-fasilitas ekonomi, warung, toko, apotik, pasar, wartel,
dan lainnya.
11) Transportasi umum. Bagaimana pelayanan dan fasilitas tersebut
dapat di akses (jarak, kecocokan, jam pemberangkatan, dan
lainnya). Untuk keluarga/komunitas.
12) Kejadian tingkat kejahatan di lingkungan dan komunitas, apakah
ada masalah yang serius seperti tidak aman dan ancaman yang
serius.
c. Mobilitas geografis keluarga
mobilitas geografis keluarga yang di tentukan, lama keluarga
tinggal di daerah ini, atau apakah sering mempunyai kebiasaan
berpindahpindah tempat tinggal.
d. Perkumpulan keluarga dan interkasi dengan masyarakat.
Menjelaskan yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
e. sistem pendukung keluarga meliputi:
1) Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimilki
keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas
fisik, psikologis.
2) Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau
dukungan masyarakat setempat, lembaga pemerintah, maupun
swasta/LSM.
3) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimilki keluarga.
4. Struktur keluarga
a. Pola-pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antaranggota keluarga, termasuk
pesan yang disampaikan, bahasa yang digunakan, komunikasi secara
langsung atau tidak, pesan emosional (positif atau negative),
frekuensi, dan kualitas komunikasi yang berlangsung. Adakah hal-
hal yang tertentu dalam keluarga untuk didiskusikan.
b. struktur kekuatan keluarga
1) Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat, yang
memutuskan dalam penggunaan keuangan, pengambil keputusan
dalam pekerjaan atau tempat tinggal, serta siapa yang
memutuskan kegiatan dan kedisiplinan anak-anak.
2) Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam
membuat keputusan.
c. Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga, baik secara formal maupun informal.
1) Peran formal, posisi dan peran formal pada setiap anggota
keluarga (gambarkan bagaimana setiap keluarga melakukan
peran masing-masing) dan apakah ada konflik peran dalam
keluarga.
2) Peran informal, adakah peran informal dalam keluarga, siapa
yang memainkan peran tersebut, berapa kali dan bagaimana
peran tersebut dilaksanakan secara konsisten.
d. Struktur nilai atau norma keluarga
menjelaskan mengenai nilai norma yang di anut keluarga dengan
kelompok atau komunitas. Apakah sesuai dengan nilai norma yang
dianut, seberapa penting nilai yang dianut, apakah nilai yang dianut
secara sadar atau tidak, apakah konflik nilai yang menonjol dalam
keluarga, bagaimana kelas sosial keluarga, bagaimana kelas social
keluarga, bagaimana latar belakang budaya yang mempengaruhi
nilainilai keluarga, serta bagaimana nilai-nilai keluarga
mempengaruhi status kesehatan keluarga.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Mengkaji gambaran diri anggota keluarga. Perasaan memiliki dan
dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya, kehangatan pada keluarga, serta keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana
anggota keluarga belajar displin, norma atau budaya dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan
perlindungan terhadap anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga
mengenai konsep sehat sakit. Kesanggupan keluarga melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1) Mengenal masalah kesehatan
Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari masalah
kesehatan meliputi: pengerian, tanda dan gejala, penyebab, serta
yang mempengaruhi persepsi keluarga terhadap masalah
2) Mengambil keputusan
Mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,
bagaimana masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang
dialami, takut akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap
negatif terhadap masalah kesehatan, dapatkah menjangkau
fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap tenaga
kesehatan, serta mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya,
mengetahui sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan; mengetahui sumber-sumber yang ada dalam
keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, keuangan,
fasilitas fisik, psikososial). Mengetahui keberadaan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap
yang sakit.
4) Memelihara lingkungan
Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber yang
dimiliki, keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan,
mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan
antaranggota keluarga pada praktik lingkungan. Apakah saat ini
keluarga terpapar polusi udara, air, atau kebisingan dari
lingkungan tempat tinggalnya, apa yang dilakukan keluarga
untuk mencegah penyakit, siapa orang yang berperan membuat
keputusan terkait masalah kesehatan keluarga, serta bagaimana
pengetahuan keluarga cara perawatan anggota keluarga yang
sakit
5) Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
Apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas
kesehatan, dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh
keluarga.
6) Fungsi reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah
anggota keluarga, serta metode apa yang digunakan keluarga
dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
7) Fungsi ekonomi
8) Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan. Bagaimana keluarga memanfaatkan sumber
yang ada di masyarakat guna meningkatkan status kesehatan
keluarga.
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek, yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan
b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang saat ini dialami yang
memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
c. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi atau stressor,
mengkaji sejauh mana keluarga berespons terhadap situasi atau
stressor.
d. Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan.
e. Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional
yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik di klinik.
8. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga atau masyarkat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan
tindakan tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakannya.
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil penghasilan terhadap
msalaah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungn keluarga, struktur
keluarga, fungsi-fungsi keluaraga, kping keluarga, bsik yang bersifat actual,
risiko maupun sejahtera diman perawat memiliki kewenangan dan tanggung
jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan
keluraga, berdasarkan kemampuaan, dan sumber daya keluarga .
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnose keperawatan meliputi
problem atau masalah, etiologi atau penyebab, dan sign atau tanda yang
selanjutnya dikenal dengan PES: problem atau masalah (P), etiology atau
penyebab (E), sign atau tanda (S).
Tipology dari diagnosis keperawatan:
1. Diagnosis actual (terjadi atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala
dari gangguan kesehatan, di mana masalah kesehatan yang di alami oleh
keluarga memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan cepat. Pada
diagnosis keperawatan aktual, factor yang berhubungan merupakan
etiologi, atau factor penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan
status kesehatan. Sedangkan factor tersebut dapat dikelompokkan ke
dalam empat kategori, yaitu:
a. patofisiologi ( biologi atau psikologi)
b. tindakan yang berhubungan
c. situasional (lingkungan, personal)
d. maturasional

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari


diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya:
a. ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan kesalahan
persepsi)
b. ketidakmauan (siakp dan motivasi)
c. ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur
atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik financial,
fasilitas, sistem pendukung, lingkungan fisik, dan psikologis).
2. Diagnosis risiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan,
tetapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila tidak segera
mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan.
Faktor-faktor risiko untuk diagnosis risiko dan risiko tinggi
memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien
atau kelompok. Faktor ini memebedakan klien atau kelompok risiko
tinggi dari yang lainnya pada populasi yang sama yang mempunyai
risiko.
3. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness)
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan. Diagnosis keperawatan sejahtera tidak
mencakup factor faktor yang berhubungan. Perawat dapat
memperkirakan kemampuan atau potensi keluarga dapat ditingkatkan kea
rah yang lebih baik.

C. Scoring prioritas

No Kriteria Skor bobot


1 Sifat masalah
Skala 1
a. Skala: Tidak/kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahtra 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala 2
a. Mudah 2
b. Sebagian 1
c. Rendah 0

3
Potensial masalah untk dicegah
Skala 3 1
a. Tinggi 2
b. Cukup 1
c. Rendah

4 1
Menonjolnya masalah
Skala 2
a. Masalah berat harus segera ditangani 1
b. Ada masalah, tapi tidak perlu harus
Segera ditangani 9
c. Masalah tidak dirasakan

Total

Penetapan Skoring Prioritas Diagnosa Perawatan

Skor yang diperoleh


_______________________ x Bobot
Skor Tertinggi

D. Perencenaan keperawatan
Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana asuahan keperawatan
keluarga.
1. menentukan sasaran atau goal
Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala
upaya. Prinsip yang paling penting adalah bahwa sasaran harus
ditentukan bersama keluarga. Jika keluarga mengerti dan menerima
sasaran tersebut.
2. menentukan tujuan dan objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih
terperinci, berisi tentang hasil yang di harapakan dari tindakan perawtan
yang akan dilakukan. Cirri tujuan atau objektif yang baik adalah spesifik,
dapat diukur, dapat dicapai, realistis, dan ada batasan waktu.
3. menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
Tindakan keperawatan yang dipilh sangat bergantung pada sifat
masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah.
Dalam perawatan kesehatan keluarga tindakan keperawatan yang
dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan sebab-sebab
yang mengakibatkan timbulnya ketidaksanggupan keluarga dalam
melaksanakan tugas-tugas kesehatan.
E. Iplementasi keperawatan
Iplementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, sebagai
tempat untuk menuangkan rencana asuhan ke dalam tindakan. Setelah
rencana di kembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat
melakukan intervensi keperawatan yang spesifik, yang mencakup tindakan
perawat dan tindakan dokter.(Bulechek & McCloskey, 1995 dalam Setyowati,
2017)
F. Evaluasi tindakan keperawatan
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang
direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien,
keluarga dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya ikut serta
dalam menentukan(Potter & perry 2005).:
a. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
b. Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan
(Wilkinson, 2014)
Pada dasarnya tindakan evaluatif adalah sama dengan tindakan
pengkajian, tetapi di lakukan pada saat perawatan, dimana di sini juga
akan di susun keputusan tentang status klien dan kemajuan klien( poter &
perry, 2005). Maksud dari pengkajian adalah untuk mengidentifikasi apa
yang harus di lakukan jika terdapat suatu masalah. Sedangkan maksud
dari evaluasi adalah menentukan apakah masalah yang di ketahuai telah
teratasi, memburuk atau sebaliknya telah mengalami perubahan ( poter &
perry, 2005 Setyowati, 2017). Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
a. Evaluasi ahir (sumatif)
Evaluasi sumatif menjelaskan perkembangan kondisi dengan
menilai apakah hasil yang di harapkan telah tercapai. Perawat
menggunakan pendokumentasian dari pengkajian dan kriteria hasil
yang di harapkan sebagai dasar untuk menulis evaluasi sumatif.Tipe
evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara
paripurna.Format yang dipakai adalah format SOAP.
b. Evaluasi berjalan (formatif)
Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat
terhadap respons klien segera setelah tindakan atau bisa juga di sebut
sebagai evaluasi berjalan. Biasanya di gunakan dalam catatan
keperawatan, atau respon hasil ketika melaksanakan iplementasi
(deswani, 2009 dalam Setyowati, 2017).

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU


KELUARGA PENDERITA GASTRITIS DI DESA PRINGGABAYA
LOMBOK TIMUR
A. PENGKAJIAN KELUARGA
1. Data Umum
a. Kepala Keluarga (KK) : Tn. M
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 28 Tahun
d. Alamat dan Telepon : Pringgabaya, Lombok Barat
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan KK : Petani
g. Pendidikan KK : SLTP/ Sederajat
h. Komposisi Keluarga : :

Status Imunisasi Penyak


it/
Hub Kel. KK

Pendidikan

Hepatiti
Jenis Kel.

Polio DPT Keluha


Umur

No. Nama

Campak
s n
BCG

1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1. Ny. H P Istri 23 th SMP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tidak
ada
2. An. Z L Anak 6 th - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tidak
ada

i. Genogram
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= menikah
---------- = tinggal serumah
= Klien

j. Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn. M adalah keluarga inti yaitu dalam satu keluarga terdiri
dari ayah, ibu dan anak
k. Suku bangsa
Keluarga Tn. M berasal dari suku Sasak. Dalam kehidupan sehari-hari
keluarga lebih cenderung mengikuti kebiasaan adat sasak, adat kebiasaan
yang merugikan kesehatan tidak ada. Bahasa yang digunakan sehari-hari
adalah bahasa sasak.
l. Agama
Seluruh anggota Keluarg Tn.M menganut agama Islam dan taat menjalankan
sholat lima waktu. Ny.H sering mengikuti pengajian yang 40 ada di
lingkungannya serta berdoa agar Tn. Mdapat sembuh dari penyakit yang
dideritanya.
m. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga Tn.M memiliki penghasilan dari hasil bertani, sumber
pendapatan yang diperoleh hanya dari Tn.M.
n. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton
TV bersama di rumah, sedangkan rekreasi di luar rumah kadang-kadang
menonton pasar malam yang dilaksanakan di lapangan kecamatan
2. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga pada saat ini
Pada saat ini keluarga Tn.M sedang berada pada tahap perkembangan
keluarga dengan anak pra sekolah
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Keluarga mengatakan sudah melaksanakan tugas-tugas perkembangan
keluarga anak usia pra sekolah dimana keluarga sudah mengajarkan
sosialisasi dengan lingkungan di sekitar rumah, yang perlu diperhatikan lagi
adalah fasilitas untuk stimulasi di rumah untuk bermain agar anak dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik.
c. Riwayat Keluarga Inti
Tn. M mengatakan nyeri ulu hati bila terlambat makan, pusing, mual dan
muntah. Kalau sakit paling beli obat sendiri. Biasa merokok, sehari 1
bungkus, setiap pagi minum kopi dan makan sehari 2 kali. Tn. Mtampak
meringis menahan sakit, skala nyeri 6
Ny. H mengatakan, tidak ada penyakit kronis dan belum pernah diopname
di rumah sakit karena penyakit tertentu, paling sakit ringan. Saat ini Ny H
hamil 7 bulan untuk anak kedua. Telah Imunisasi TT satu kali.
An. Z Sebelumnya tidak pernah menderita penyakit yang serius. Paling
pilek, kadang batuk, pernah diare tetapi tidak sampai di opname di rumah
sakit. Status imunisasi lengkap.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti Asma, DM, pada kedua orang
tua Tn. M dan Ny. H, tetapi kedua orang tua pernah menderita hipertensi
3. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah yang ditinggali keluarga Tn. M adalah rumah milik sendiri
dengan luas 7 m x 8 m, lantai semen dan keadaan rumah tampak tidak
rapih. Di dalam rumah terdapat 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang
keluarga, dan 1 ruang dapur. Pencahayaan dan ventilasi rumah kurang
baik, jendela berdebu, barang-barang berserakan di ruang tamu, jendela
kamar jarang di buka sehingga siang hari tampak gelap. Kamar mandi
dan jamban dengan keadaan kurang bersih, sumber air keluarga berasal
dari PAM yang tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna, sumber
penerangan memakai lampu listrik.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga tinggal di lingkungan yang berada di desa dengan jumlah
penduduknya sedikit. Masih banyak pepohonan di depan rumah,
umumnya tetangga adalah suku sasak, tidak ada kesulitan dalam
kehidupan sehari-hari. Hubungan dengan tetangga baik, keluarga juga
ikut aktif dalam kegiatan pengajian, kegiatan lingkungan, sedangkan
anaknya juga bersosialisasi dengan teman-teman di sekitar rumah.
Sebagian besar tetangga masih ada hubungan saudara Tn. M.
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga sudah lama tinggal dilingkungan komunitas dan Tn. M paling
sering keluar rumah saat bekerja, pagi jam 07.00 pagi sudah berangkat
ke kebun dan pulang jam 17.00 sore, sedangkan anak-anak keluar rumah
jika bermain dengan teman sebayanya.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga aktif berinteraksi dengan masyarakat disekitar. Tn.M termasuk
masyarakat yang disegani disekitar lingkungan. Keluarga juga aktif
berkumpul dengan keluarga besar sekali setahun ketika lebaran Idul
Fitri.
e. Sistem pendukung keluarga
Keharmonisan keluarga menjadi pendukung utama keluarga, dukungan
dari keluarga besar jika ada masalah, terutama sumber keuangan, dimana
keluarga sering diberi subsidi oleh orang tua suami.
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Keluarga menggunakan bahasa Sasak dalam berkomunikasi. Tn. M
berbicara lembut dengan istri maupun anak-anaknya dan begitupun
sebaliknya.
b. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga Tn. M yang berperan dalam mengambil keputusan.
Setiap keputusan yang diambil oleh Tn. M sebagai kepala keluarga
selalu dimusyawarakan dengan Ny. H dan anggota keluarga yang lain.
c. Struktur peran
Masing-masing anggota keluarga melaksanakan perannya masing-
masing Tn M mencari nafkah dan juga membantu mendidik anak. Ny.
H mendidik anak, memelihara rumah dan membantu suami dalam hal
mencari nafkah.
d. Nilai dan norma keluarga
Nilai yang dianut dalam keluarga adalah keterbukaan dan harus
melaksanakan ibadah sesuai dengan waktunya. Ketika ada anggota yang
sakit keluarga hanya membeli obat di warung atau di toko obat atau
mencari dukun. Bila belum sembuh di bawa ke puskesmas.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga telah menjalankan fungsi kasih sayang dengan baik, kebutuhan
anak-anak lebih diutamakan.
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga aktif bersosialisasi dengan tetangga, begitu juga dengan anak nya.
c. Fungsi Reproduksi
Saat ini Ny.H sedang hamil 7 bulan, anak kedua. Ny.H mengatakan semoga
anaknya yang lahir nanti laki-laki.
d. Fungsi Ekonomi
Kepala keluarga bekerja sebagai petani dan dalam memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari Tn.M menjual hasil kebunnya berupa kelapa, coklat sayur,
dan tomat.
e. Fungsi perawatan keluarga
Tn. M saat ini sedang sakit, yaitu nyeri ulu hati dengan skala nyeri 6, mual,
muntah dan pusing.Tn. M jarang sarapan pagi, dan makan siang biasanya
jam 15.00, makan malam jam 21.00 wita . Tn. M mengatakan bila sudah
merokok dan minum kopi perut terasa kenyang.
1) Kemampuian mengenal masalah kesehatan
Ny. H mengatakan bahwa Tn. M sering kambuh maagnya, dan bila
kambuh maagnya Ny. H membeli obat di warung.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang
tepat . Ketika ada anggota keluarga yang sakit terutama Tn. M tidak
langsung di bawa ke puskesmas untuk berobat, nanti kalau tidak
sembuh baru di bawa ke puskesmas
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Dalam merawat Tn. M anggota keluarga hanya memberikan obat yang
di beli di warung seperti obat Promag. Keluarga tidak mengetahui
kenapa Tn. M sering sakit ulu hati
4) Kemampuan kelurga memodifikasi lingkungan yang sehat
Keluarga jarang membersihkan rumahnya, jendela berdebu dan jarang
di buka, pakaian digantung di dinding rumah.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat
Keluarga jarang menggunakan fasilitas kesehatan seperti puskesmas
ataupun puskesmas pembantu, walaupun jarak puskesmas dengan
rumah tidak terlalu jauh.
6. Stress dan koping keluarga
1. Stersor jangka pendek dan jangka panjang
a. Stressor jangka pendek
Tn. M mengatakan sering mengeluh sakit ulu hati.
b. Stresor jangka panjang
Tn. M merasa khawatir bila maagnya sering kambuh dan takut
opname di rumah sakit, karena membutuhkan biaya yang banyak
1. Respon Keluarga terhadap stersor dan mekanisme koping
a. Respon keluarga terhadap stresor
Keluarga hanya berpasrah pada Tuhan bila ada anggota keluarga yang
sakit.
b. Strategi koping yang digunakan
Anggota keluarga selalu bermusyawarah bila ada masalah.
2. Strategi adaptasi disfungsional
Tidak ada strategi adaptasi disfungsional seperti marah, setiap ada masalah
dicari pemecahannya dan didiskusikan bersama keluarga
7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Nama inisial


Tn “M” Ny “H” An “Z”
1 Kepala
a. terdapat benjolan - - -
b. rambut tampak bersih + + +
c. kepala syimetris + + +
2 Region mata
a. mata tampak simetris + + +
b. konjungtiva anemi - - -
c. pupil isokor + + +
3 Region leher
a. tonsillitis - - -
b. adanya pembesaran - - -
kelenjar
4 Region dada
a. dada syimetris + + +
b. jantung S1 S2 + + +
c. auskultasi dada resonant - - -
5 Region perut
a. bising usus + + +
b. nyeri tekan - - -
c. integritas kulit Well Well well
6 Extremitias
a. bergerak bebas + - +
b. tampak syimetris + - +
c. nyeri sendi - + -
d. kram pada persendian - + -
e. CRT <2 detik + + +
7 TTV
a. TD 120/80 100/70 -
mmHg mmHg
b. Nadi 80 x/mnt 76 x/mnt 82x/mnt
c. RR 18 20 x/mnt 20 x/mnt
x/mnt
d. Suhu 36,5 °C 36,2°C 37,0°C

8. Harapan keluarga
Harapan keluarga kiranya Tn. M cepat sembuh, dan bila berobat di puskesmas
selalu dilayani dengan baik.

DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


A. Analisis dan sintesis data
No Data Masalah Penyebab
1 Data subjektif ketidakmampuan Nyeri akut
Tn. M mengatakan nyeri ulu hati keluarga dalam
bila terlambat makan, pusing, mual mengenal masalah
dan muntah.

Data objektif
a. Tampak meringis
b. Skala nyeri 6
c. Terdapat obar promag

2 Data subjektif ketidakmampuan Resiko


Tn. M mengatakan jarang sarapan keluarga merawat Ketidakseimbangan
pagi, cukup kopi dan rokok sudah anggota keluarga nutrisi kurang
terasa kenyang yang sakit dari kebutuhan
Data objektif tubuh
a. sakit ulu hati, mual dan muntah
b. tampak lemah

B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut pada keluarga Tn.M khususnya Tn.M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Tn.M
khususnya Tn. M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit

C. Skoring Prioritas Masalah


1) Nyeri akut pada keluarga Tn.M khususnya Tn.M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah.
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah : 3/3 X 1 = 1 Tn. M sakit maag dan
Aktual memerlukan tindakan
segera untuk mencegah
komplikasi

2 Kemungkinan 2/2 X 1 = 2 Fasilitas kesehatan


masalah diubah : (puskesmas) dapat
Mudah dijangkau dengan
mudah sehingga
keluarga dapat
memanfaatkan

3 Potensial masalah 2/3 X 1 = 2/3 Gastritis atau maag


untuk dicegah : dapat diobati dan
Cukup dicegah bila keluarga
mengetahui.

4 Menonjolnya 1/2 X 1 = ½ Ada masalah, namun


masalah : keluarga menganggap
Ada, tetapi tidak tidak perlu segera
harus segera diatasi ditangani

Total 4 1/6

2) Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada


keluarga Tn.M khususnya Tn.M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

No Kriteria Skor Pembenaran


1 Sifat masalah : 2/3 X 1 = 2/3 Masalah bersifat
ancaman ancaman karena belum
terjadi

2 Kemungkinan masalah 2/2 X 1 = 1 Masalah dapat diubah


diubah : dengan mudah dengan
Mudah cara memberikan
penyuluhan tentang
penyakit yang dialami Tn.
M.

3 Potensial masalah untuk 2/3 X 1 = 2/3 Masalah belum berat


dicegah : tetapi bila dibiarkan dapat
Cukup menjadi aktual.
4 Menonjolnya masalah : 1/2 X 1 = ½ Ada masalah namun
Ada, tetapi tidak harus keluarga menganggap
segera diatasi tidak perlu segera
ditangani

Total 2 5/6
INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/tanggal DX Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Kamis 07 I Setelah dilakukan kunjungan 1. Diskusikan dengan keluarga tentang 1. Memberikan pemahaman
April 2022 rumah 2 kali, keluarga mampu pengertian, proses penyakit dan kepada keluarga tentang
mengenal masalah kesehatan tanda gejala penyakit Gastritis atau penyakit Gastritis atau maag
Gastritis dengan kriteria hasil maag.
1. Keluarga Mampu 2. Jelaskan kepada keluarga tentang 2. memberikan pemahaman
menyebutkan defenisi faktor penyebab penyakit Gastritis kepada keluarga tentang
Gastritis atau maag atau maag menggunakan media dan faktor penyebab penyakit
2. Keluarga mampu cara yang tepat Gastritis atau maag
menyebutkan penyebab dari 3. Diskusikan tentang perubahan gaya 3. memberikan gambaran
Gastritis hidup yang mungkin di perlukan tentang upaya yang bisa
3. Keluarga mau menyebutkan untuk mencegah komplikasi di masa dilakukan untuk mencegah
tanda dan gejala Gastritis yang akan datang kekambuhan
4. diskusikan pilihan terapi 4. dengan terapi yang di ajarkan
keperawatan penanganan awal keluarga akan mampu
gejala penyakit Gastritis atau maag merawat keluarga dengan
Gastritis atau maag
Kamis 07 II Setelah dilakukan kunjungan 1. kaji pengetahuan keluarga tentang 1. Gali pengetahuan keluarga
April 2022 rumah 2 kali, keluarga mampu lingkungan sehat tentang diet makanan gastritits
mengenal, memutuskan dan 2. Diskusikan bersama keluarga
merawat anggota keluarga dengan 2. berikan edukasi kepada keluarga tentang pengertian diet
ketidakseimbangan nutrisi : kurang tentang hubungan kondisi 3. Jelaskan kepada keluarga
dari kebutuhan tubuh dengan penerangan rumah dengan kejadian penyebab kurang nafsu makan
kriteria hasil resiko jatuh pada pasien lansia 4. Jelaskan dampak yang
1. Keluarga mampu menjelaskan ditimbulkan akibat salah diet
tentang penting - nya diet 3. berikan edukasi tentang kriteria 5. Beri kesempatan pada keluarga
makanan Gastritis penataan lingkunga rumah yang untuk bertanya
2. Keluarga mampu memutuskan sehat 6. Bantu keluarga untuk
masalah kurang nafsu makan mengulangi apa yang telah
3. Keluarga mampumemberikan dijelaskan
diet sesuai anjuran 7. Beri pujian atas prilaku yang
benar
IPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ tanggal DX Iplementasi Respon hasil TTD
Sabtu 09 April I 1. Mendiskusikan bersama keluarga tentang 1. keluarga tampak mengerti apa yang
2022 pengertian, proses dan tanda/gejala penyakit di sampaikan oleh perawat
Gastritis atau maag 2. keluarga mampu menjelaskan
2. Menjelaskan pada keluarga tentang apa itu kembali Gastritis atau maag
gastritis atau maag, penyebabnya, tanda dan 3. keluarga tampak antusias dan
gejalanya bersedia untuk mempraktikan gaya
3. mendiskusikan bersama keluarga tentang hidup untuk mencegah kekambuhan
perubahan gaya hidup seperti pola makan dan penyakit Gastritis atau maag
aktifitas berat dapat menyebabkan
kekambuhan penyakit Gastritis atau maag

Sabtu 09 April II 1. mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang 1. keluarga tidak mengerti tentang
2022 lingkungan sehat lingkungan sehat
2. memberikan edukasi kepada keluarga tentang 2. keluarga mengerti dengan apa yang
hubungan kebersihan lingkungan terhadap di jelaskan perawat
kesehatan 3. keluarga tampak mengerti dengan
3. memberikan penjelasan tentang ciri-ciri apa yang di jelaskan oleh perawat
lingkungan rumah yang sehat
EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tanggal DX Evaluasi SOAP Paraf
Minggu 10 I S : Keluarga mampu menjelaskan tentang
April 2022 pengertian, penyebab, dan tanda/gejala
penyakit gastritis atau maag

O: keluarga sudah menerapkan gaya hidup


yang tepat untuk mencegah kekambuhan
gastritis atau maag

A: masalah teratasi

P: memberikan apresiasi kepada keluarga


atas keberhasilan dan menganjurkan
keluarga untuk tetap melaksanakan apa yang
sudah di ajarkan
Minggu 10 II S: keluarga mampu menjelaskan tentang
April 2022 pentingnya lingkungan yang sehat, namun
keluarga mengakui sulit untuk menciptakan
lingkungan yang sehat

O: keluarga blum mampu untuk menata


lingkungan menjadi lingkungan yang sehat.

A: masalah belum teratasi

P: Berikan suport dan semangat kepada


keluarga agar bisa menciptakan lingkungan
yang sehat

DOKUMENTASI

1
2
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo (2012).Keperawatan Keluarga : Konsep Teori, Proses dan


Praktik Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu
Dinas Kesehatan Kolaka (2016), Profil kesehatan kabupaten Kolaka, Kolaka
Gustin, R.K (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis
pada pasien yang berobat jalan di Puskesmas Gulai Gancah Kota Bukit Tinggi
tahun 2011.
Hirlan (2009), Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid2 edisi ketiga, Jakarta, FKUI
Inayah (2004). Asuhan keperawatan pada klien gangguan sistem pencernaan jilid
I edisi I, Jakarta, Salemaba Medika
Jhonson, (2010). Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga.
Yogyakarta : Nuha Medika
Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta.
Misnadiarly (2009). Mengenal penyakit organ cerna gastritis, dispepsia atau
maag, Jakarta, Pustaka Populer OBDA
Muslihin, (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Padila, (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika
Puskesmas Wundulako (2017), Profil Puskesmas Kecamatan Wundulako,
Wundulako

Anda mungkin juga menyukai