Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

KELUARGA TN. YB PADA Ny. S DENGAN


HIPERTENSI

OLEH:

MIKAEL LANGKOLA

NIM: 1420121092

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia saat ini banyak penyakit diantaranya penyakit yang tidak


menular seperti hipertensi. Ilmu yang mengalami perkembangan dan teknologi
kedokteran, sudah teratasi sekarang penyakit-penyakit terdiagnosis dan terobati.
Kebanyakan penderita penyakit hipertensi tidak mengalami keluhan terasa begitu,
keluhan seseorang yang mengalami tidak diperhatikan, pusing biasanya keluhan
hipertensi. Sekarang penyakit hipertensi bisa terdeteksi secara dini teknologi
dengan adanya perkembangan ilmu (Asmardi, 2008).

Keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 80 mmHg itu merupakan Hipertensi. Menurut Muttaqin A, 2009
Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah.

Hipertensi dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai peringatan bagi


korban termasuk yang mematikan. Gejala-gejala hipertensi adalah rasa berat di
tengkuk atau sakit kepala, vertilago, penglihatan kabur, mudah lelah, jantung
berdebar, telinga berdenging, dan mimisan (Kemenkes RI, 2013).

Penderita hipertensi secara satatistik terus meningkat dari waktu ke waktu.


Gaya hidup modern adalah faktor yang berperan dalam hipertensi.

Makanan lemak yang dipilih, aktifitas kebiasaan yang tidak sehat, merokok,
minum kopi dan gaya hidup. Penyakit dari gaya hidup dapat menjadi akibat
modren serta penyebab sebagai penyakit non infeksi (Anindya, 2009).
Menurut Riskesdas, 2013 Tingginya angka kejadian hipertensi yang terus
meningkat dan akan menyebabkan komplikasi. Penatalaksanaan hipertensi yang
tidak dilakukan dengan baik dapat menyebabkan komplikasi. Apabila tidak
ditangani hipertensi dengan cepat akan menimbulkan komplikasi yaitu stroke,
gagal jantung, gagal ginjal kronik dan retinopati (Nuraini, 2015).

Menurut data WHO diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4
persen orang mengidap hipertensi di seluruh dunia, 29,2 persen kemungkinan
akan meningkat ditahun 2025. Menurut Yonata, 2016 Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan sisanya berada di negara
berkembang, termasuk indonesia.

Kasus Hipertensi dalam 2 tahun terakhir di Puskesmas Gulai Bancah terus


meningkat. Tahun 2018 hipertensi di wilayah Puskesmas

Gulai Bancah 418 orang, dari wawancara yang dilakukan pada petugas Puskesmas
Gulai Bancah didapatkan bahwa penderita hipertensi banyak yang tidak rutin
mengontrol tekanan darah, memiliki kebiasaan merokok, pola hidup yang tidak
sehat.

Kondisi tersebut diatas jika tidak diatasi maka akan memicu terjadi
hipertensi dan berlanjut pada komplikasi seperti gagal jantung, stroke, kerusakan
pada ginjal dan kebutaan (Widyanto, 2014).

Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota yang menderita


hipertensi yang menuntut pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis yang lebih
besar dari keluarga. Selanjutnya perawat juga memliki peran yang penting
terhadap hipertensi yang diderita keluarga. Peran perawat dalam keluarga
tersebut dapat berupa : Advokat Keluarga,

Pemberi Pelayanan, Pendidik Kesehatan, Penemu Kasus, Peneliti, Fasilitator,


Konselor, dan Memodifikasi atau Mengubah Lingkungan (Widyanto, 2014).

Oleh karena itu penulis melakukan “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan


Anggota Keluarga Yang Mengalami Hipertensi Di

Puskesmas Gulai Bancah Tahun 2019”.


Manfaat pendidikan kesehatan bagi keluarga antara lain meningkatkan
pengetahuan keluarga tentang sakitnya hingga pada akhirnya akan meningkatkan
kemandirian keluarga (Sutrisno, 2013). Peran keluarga sangat penting, disfungsi
apapun yang terjadi pada keluarga akan berdampak ada satu atau lebih anggota
keluarga secara keseluruhan keluarga, bila ada satu orang yang sakit akan
berpengaruh pada keluarga secara keseluruhan. Adanya hubungan kuat antara
keluarga dan status kesehatan setiap anggota keluarga, sangat memerlukan peran
keluarga pada saat menghadapi masalah yang terjadi pada keluarga.
A. Rumusan Masalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga dengan masalah utama Hipertensi”.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Keluarga dengan DX. Hipertensi
2. Tujian Khusus
a. Mengetahui laporan pendahuluan Asuhan Keperawatan keluarga dengan DX
Hipertensi
b. Mengetahui tentang penyakit Hipertensi
c. Mengetahui Asuhan Keperawatan keluarga seperti apa yang dapat
diterapkan.
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan laporan ini, penulis membahas mengenai Asuhan Keperawatan
Keluarga dengan Obesitas pada pasien lansia di Wilaya kerja Puskesmas Kamur.
D. Metode penulisan Laporan pendahuluan menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus menggunakan tehnik:
1. Wawancara
2. Pemeriksan fisik
3. Studi kepustakaan
E. Sistematika penulisan
BAB 1 : Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,
metode penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari konsep keluarga dan askep
BAB III : Tinjauan Kasus meliputi pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan
evaluasi
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga
Konsep merupakan penyusunan utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah
dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau
gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau symbol. Konsep
dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai
macam karakteristik. Konsep keluarga adalah abstraksi atau ide – ide secara teori
tentang keluarga. ( Harmoko, 2012 ).
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka
sebagai bagian dari keluarga. Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan Depkes RI (1998 dalam
Effendy, 1998).
Sayekti (1994 dalam Suprajitno 2004) berpendapat bahwa keluarga adalah
suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang
berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri
atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Menurut WHO ( 1969 ), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
Menurut Bergess ( 1962 ) keluarga terdiri atas kelompok orang yang
mempunya ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil adopsi,
anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan komunikasi
dalam peran social, serta mempunyai kebiasaan/ kebudayaan yang berasal dari
masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri.
Menurut Departemen Kesehatan RI ( 1998 ), keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan
2. Tujuan dasar keluarga

a. Mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi


kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyliapkan peran masyarakat.
b. Membentuk anggota keluarga sebagai anggota masyarakat yang sehat
biopsikososial spiritual
c. Memenuhi kewajiban – kewajiban sebagai anggota masyarakat
d. Memperhatikan secara total segi –segi kehidupan anggotanya
e. Membentuk identitas dan konsep dari individu – individu yang menjadi
anggotanya.
3. Tingkat Perkembangan Keluarga
Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami tahap-tahap
perkembangan yang berturut-turut. Adapun delapan tahap siklus kehidupan
keluarga menurut Friedman (1998) antara lain:
1. Tahap I :
keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap pernikahan)
Tugasnya adalah :
Membangun perkawinan yang saling memuaskan
Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)
2. Tahap II :
keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur
30 tahun) Tugasnya adalah :
Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga
Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orang tua dan kakek dan nenek.
3. Tahap III :
keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6 bulan)
Tugasnya adalah :
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang bermain,
privasi, keamanan.
Mensosialisasikan anak.
Mengintegrasikan anak yang sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-
anak yang lain.
Mempertahankan hubungan yang sehat dalam (hubungan perkawinan dan
hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan
komunitas).
4. Tahap IV :
keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur hingga 13 tahun)
Tugasnya adalah :
Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
5. Tahap V :
Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 20 tahun)
Tugasnya :
Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri.
Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak- anak.
6. Tahap VI :
keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampai terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugasnya :
Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
yang didapatkan melalui perkawinan anak - anak.
Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan suami maupun istri.
7. Tahap VII :
Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan)
Tugasnya :
Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan
Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orang tua, lansia dan anak-anak
8. Tahap VIII :
keluarga dalam masa pensiunan dan lansia
Tugasnya :
Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
Mempertahankan hubungan perkawinan
Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi
Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka
4. TIPE/BENTUK

1. Tradisional
a. Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri ( tanpa anak ) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dan anak sudah
memisahkan diri
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karier /
pendidikan yang terjadi pada wanita.

e. Exstende Family
Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara
misalnya, nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
f. The single – perent family ( keluarga duda atau janda )
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua ( ayah dan ibu ) dengan anak, hal
ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
( menyalahi hokum pernikahan )
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pecan ( week –
end )
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
i. Kin – network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang – barang dan pelayanan
yang sama, misalnya : dapur, kamar mandi, televise, telepon, dll
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone / single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan ( separasi ), seperti : perceraian, atau ditinggal
mati.

2. Non – tradisional
a. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua ( terutama ibu ) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
b. The stepparent family
Keluarga dengan orangb tua tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga ( dengan anaknya ) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabitingfamily
Keluarga yang hidup bersama berganti – ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alas an tertentu
f. Group marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat – alat rumah tangga
bersasssma, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
g. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan / nilai – nilai, hidup berdekatan
satu sama lain dan saling menggunakan barang – barang rumah tangga
bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
h. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga / saudara
dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatuhkan kembali keluarga yang
aslinya.
i. Homeles family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan natau problem kesehatan mental.
j. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang – orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian,
tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
5. FUNGSI KELUARGA

Menurut Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004), mengemukakan ada 5 fungsi


keluarga yaitu:
1. Fungsi Afektif
Yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga, pelindung dan
dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga melakukan tugas-tugas
yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi
anggotanya dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya.
2. Fungsi Sosialisasi
Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin, norma
budaya prilaku melalui interaksi dalam keluarga selanjutnya individu mampu
berperan dalam masyarakat.
3. Fungsi reproduksi
Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan menambah sumber
daya manusia.
4. Fungsi Ekonomi
Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makan, pakaian,
perumahan dan lain-lain.
5. Fungsi Perawatan Keluarga
Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan asuhan
kesehatan/perawatan, kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan
atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga dan
individu.
Selain fungsi diatas ada beberapa fungsi keluarga yang lain menurut Effendy
(1998, dalam Setiadi, 2008), yang dapat dijalankan keluarga yaitu sebagai
berikut :
1 ). Fungsi biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2 ). Fungsi Psikologi
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3). Fungsi Sosiologi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membantu norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4 ). Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan lingkungan.
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimana
yang akan datang, misalnya : pendidikan anak-anak, jaminan hari tua
dan sebagainya.
5). Fungsi Pendidikan
b. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya.
c. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
d. Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangan
6. Tujuan dasar keluarga

a. Memperhatikan secara total segi – segi kehidupan anggotanya


b. Membentuk identitas dan konsep dari individu – individu yang menjadi
tumpuanmemberikan kebiutuhan setiap anggota keluarganya
c. Mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi
kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran masyarakat.
d. Membentuk anggota keluarga sebagai anggota masyarakat yang sehat
biopsikososial spiritual
e. Memenuhi kewajiban sebagai anggota masyarakat.
7. Keluarga sebagai sistem

Umpan
balik

masukan proses pengeluar


Lingkungan

Gambar : komponen dalam sistem keluarga

Gambar diatas dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Input ( Masukan ) terdiri atas : anggota keluarga, fungsi keluarga, aturan dari
keluarga ( masyarakat ) sekitar ( luas ), budaya, agama, dan sebagainya.
b. Throughput ( Proses ) merupakan proses yang terjadi dalam melaksanankan
fungsi keluarga.
c. Output ( Keluaran ) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk perilaku
keluarga yang terdiri atas perilaku social, perilaku kesehatan, perilaku sebagai
warga Negara, dan lain – lain.
d. Feedback ( umpan balik ) adalah pengontrolan dalam masukan dan proses
yang berasal dari keluaran.

8. Karakteristik keluarga sebagai sistem


Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik keluarga sebagai sistem
a. Pola komunikasi keluarga
Ada dua pola komunikasi dalam keluarga yaitu sistem terbuka dan sistem
tertutup.
1. Sistem terbuka
Pola komunikasi ini dilakukan secara langsung, jelas, spesifik, tulus,
jujur, dan tanpa hambatan
2. Sistem tertutup
Pola komunikasi tertutup adalah komunikasi tidak langsung, tidak
jelas, tidak spesifik, tidak selaras, saling menyalahkan, kacau dan
membingungkan
b. Aturan keluarga
1. Sistem terbuka memiliki hasil yang jelas menggunakan cara
bermusyawara dalam memecahkan masalah, tidak ketinggalan
zaman, dan cepat dalam menemukan solusi maslah.
2. Sistem tertutup ditentukan tanpa bermusyawara dan memiliki sedikit
masukan atau pendapat sehingga pemecahan masalah sulit teratasi
9. Struktur keluarga
Struktur keluarga menurut Friedman dalam ( Handoko,2012, adalah sebagai
berikut :
a. Struktur komunikasi
Komunikasi berjalan dengan baik apabila dilakukan dengan jujur, jelas, dan
tidak saling bersih keras dengan pendapat sendiri tanpa mendengarkan
pendapat orang lain, begitu pula lawan bicara juga menentang pendapat
yang lain
b. Struktur peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi social yang diberikan.
Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi status
adalah posisi individu dalam masyarakat missal status sebagai istri/suami
c. Struktur kekuatan
Kemampuan individu untuk mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah
perilaku orang lain. Hak ( Legitimate Power ), ditiru ( Referent Power ), ke
ahlian ( Exper Power ), hadia ( Reward Power ), paksa ( coercive Power ),
dan efektif power. ( Harmoko, 2012 )
d. Struktur dan norma
1. Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak
dapat mempersatukan anggota keluarga
2. Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.
3. Budaya, kumpulan dari perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
10. Tugas keluarga
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing – masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing – masing .
d. Sosialisasi antara para anggotanya
e. Pemeliharaan antara keterlibatan anggota keluarga
f. Pengaturan jumlah anggota keluarga
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
11. Pelaksanaan keluarga pra sejahtera dan kleuarga sejahtera
a. Keluarga pra – sejahtera
 Keluarga belum dapat memenuhi kebutuhan dasar
 Kebutuhan dasar yaitu : sandang, pangan, dan papan
 Variable : keluarga tidak dapat memenuhi syarat sebagai keluarga
sejahtera I
b. Keluarga sejahtera I
Keluarga sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar yaitu makan,
minum dalam hal sandang, pangan, dan papan
Pelayanan kesehatan yang sangat mendasar
Variable seluruh anggota keluarga makan 2x sehari/ lebih
Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda untuk
dirumah, bekerja, sekolah, dan bepergian.
Sebagian luas lantai rumah bukan dari tanah
Bila anggota keluarga sakit, dibawah kesarana/ petugas kesehatan.
c. Keluarga sejahtera II
Anggota keluarga telah memenuhin kebutuhan dasar tapi belum
dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya.
Variablenya
1. Keluarga sejahtera I ditambah dengan tiap tahun anggota
keluarga mendapat satu stel pakaian baru
2. Luas lantai rumah minimal 8 m² perhunian rumah
3. Minimal satu anggota keluarga mempunyai penghasilan tetap
4. Umur 6 tahun keatas bisa membaca
5. Melakukan ibadah secara teratur oleh setiap anggota keluarga
6. Dalam satu bulan terakhir ini dalam keadaan sehat
d. Keluarga sejahtera III
Sejahtera adalah keadaan dalam istilah umum, sejahtera menunjukan
kekeadaan yang baik, kondisi manusia dimana orang – orangnya dalam
keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.
1. Jika keluarga mampu memenuhi kebutuhan pengembangan, tetapi
belum aktif menyumbang
2. Variable :
a) Sejahtera II
b) Keluarga mengetahui kegunaan KB
c) Penghasilan keluarga dapat ditabung sebagian
d) Keluarga makan bersama satu kali sehari
e) Keluarga ikut kegiatan lingkungan secara bersama – sama
f) Mengadakan rekreasi keluar rumah minimal tiga bulan sekali
g) Memperoleh berita melalui surat kabar dan atau radio
h) Anggota keluarga mampu memberikan sarana transportasi
sesuai kondis daerahnya.
e. Keluarga sejahtera III plus
1. Variable keluarga sejahtera III
2. Keluarga dan anggota keluarga secara teratur memberikan
sumbangan bagi kegiatan social masyarakat dalam bentuk materi
3. Keluarga aktif sebagai pengurus kumpulan atau yayasan tertentu
B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian hipertensi

Menurut Bruner dan Suddarth, 2002 Hipertensi adalah tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolic 90 mmHg.

Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis
di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).

Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah


suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari
kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).

2. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor Risiko Hipertensi Dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:

1) Faktor risiko yang tidak dapat diubah

Faktor risiko yang melekat pada penderita hipertensi dan tidak dapat diubah,
antara lain : umur, jenis kelamin, dan genetik.

2) Faktor risiko yang dapat diubah

Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi
antara lain merokok, diet rendah serat, konsumsi garam berlebih, kurang aktifitas
fisik, berat badan berlebih/kegemukan, konsumsi alkohol, dan stress.

3 Tanda Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala hipertensi :

1) Dapat ditemukan tanpa tanda dan gejala

2) Pandangan kabur

3) Pusing

4) Peningkatan tekanan darah

5) Lelah pendarahan hidung

6) Muka merah
7) Sakit kepala

8) Tengkuk terasa pegal

4 Patofisiologi atau Woc

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di


pusat vasomotor, pada medulla dari otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdormen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepeneprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap vasokonstriksi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin, yang merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II. Suatu vasokonstriktor yang dapat
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks

adrenal. Hormon yang menyebabkan retensi natrium yang

menyebabkan peningkatan intravaskuler. Semua faktor yang cenderung mencetuskan


keadaan hipertensi.
WOC

Faktor predisposisi

Tidak dapat diubah : Dapat diubah :

Usia, Jenis, kelamin Gaya hidup, obesitas dan stress

Beban kerja jantung Aktivitas syaraf

Arteri tidak mengembang Rangsangan saraf Dan Hormon Denyut Epinefrin dan norepinefrin

Penyumbatan Pembuluh Jantung

darah Perubahan situasi(stress )

vasokontriksi k e ti d a k m a m p u a n mengenal masalah

Penurunan koping
keluarga
Gangguan sirkulasi Informasi kurang

Otak Hambatan pemeliharaan

Suplai O 2

Resisten pembuluh Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan

Resiko gangguan
Darah otak
Perfusi cerebral

Nyeri kepala

modifikasi terapi perawatan di rumah


Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidakefektifan manajemen terapetik keluarga Yang sakit
5. Komplikasi

Komplikasi menurut Tambayong (2000) yang mungkin terjadi pada

hipertensi adalah sebagai berikut :

1) Payah jantung (gagal jantung)

2) Pendarahan otak (stroke)

3) Hipertensi maligna : kelainan retina, ginjal dan cerabrol

4) Hipertensi ensefalopati : komplikasi hipertensi maligma dengan gangguan otak.


5) Infark miokardium

6) Gagal ginjala

6. Penatalaksanaan Hipertensi

1) Penatalaksanaan medis

Tujuan penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dengan
mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.

Modifikasi gaya hidup

Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan nonfarmakologi yang dapat mengurangi hipertensi adalah
sebagai berikut :

1) Teknik-teknik mengurangi stres


2) Penurunan berat badan

3) Pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau

4) Olahraga/latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi)


5) Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi
2) Penatalaksanaan keperawatan

Obat-obat anti hipertensi dapat dipakai sebagai obat tunggal atau campur dengan obat lain, obat-obat ini
diklasifikasikan menjadi lima kategori, yaitu :

1) Diuretik

2) Menekan simpatetik (simpatolitik)

3) Vasodilator arteriol yang bekerja langsung

7. Pencegah Hipertensi

1) Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alcohol.

2) Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat mengurangi ketegangan
pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan, dapat membakar lemak yang berlebihan.
3) Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di kurangi)
4) Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling sedikit 7 kali dalam
seminggu.
5) Memperbanyak minum air putih, minum 8-10 gelas/ hari.

6) Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorang yang memiliki riwayat
penderita hipertensi.
7) Menjalani gaya hidup yang wajar mempelajari cara yang tepat untuk mengendalikan stress. (Bambang
Sadewo, 2004)

C. ` Askep Teoritis

1. Pengkajian Keluarga

a) Data Umum :

1. Komposisi keluarga

Komposisi keluarga berkenaan dengan siapa anggota keluarga yang diidentifikasi sebagai bagian dari
keluarga mereka. Identifikasi tidak hanya meliputi penghuni rumah, tetapi keluarga besar lainnya atau
anggota keluarga fiktif yang merupakan bagian dari “suatu keluarga”, tetapi tidak hidup dalam satu rumah
tangga. Dengan memperoleh data tentang komposisi keluarga lebih memungkinkan anggota keluarga
mengetahui minat terhadap keluarga secara keseluruhan dari pada hanya memperoleh data klien individu.
2. Genogram

Genogram keluarga adalah suatu diagram yang menggambarkan konstelasi atau pohon keluarga.
Genogram ini merupakan suatu alat pengkajian informatif yang digunakan untuk mengetahui keluarga dan
riwayat keluarga serta sumbernya.

3. Tipe keluarga

Tipe keluarga didasari oleh anggota keluarga yang berada dalam satu atap. Tipe keluarga dapat di lihat dari
komponen dan genogram dalam keluarga

4. Latar belakang budaya

Pengkajian kebudayaan klien (individu dan keluarga) merupakan hal penting dari pengkajian dalam
pemberian asuhan yang sesuai dengan kebudayaan. Pengkajian kebudayaan “memerlukan penerimaan
terhadap realitas ganda, suatu pemahaman tentang perbedaan dan keterbukaan, kepekaan, dan sikap ingin
tahu”.

Latar belakang budaya dapat dikaitkan dengan anggota keluarga dengan hipertensi misalnya dengan pola
makan orang Sumatera

Barat/ orang minang suka makan makanan yang bersantan.

5. Area pengkajian etnik dan agama


Bagi kebanyakan keluarga, pengkajian kebudayaan dan etnik secara lengkap merupakan hal yang tidak
mungkin dilakukan, namun pengkajian latar belakang etnik keluarga dan tingkat yang mereka identifikasi
dengan kebudayaan lain atau kebudayaan tradisional mereka yang dominan, merupakan informasi dasar
yang diperlukan dalam tiap pengkajian keluarga. Masalah yang komplek, latar belakang etnik atau
pasangan dapat berbeda, dan jika berbeda maka, penting untuk mengkaji bagaimana perbedaan ini diatasi
dan bagaimana perbedaan tersebut memengaruhi kehidupan keluarga.

Informasi tentang keyakinan agama keluarga dan praktiknya sangat berhubungan erat dengan etnisitas
sehingga harus juga dimasukkan sebagai dari pengkajian. Keyakinan beragama sering memengaruhi
konsepsi keluarga tentang sehat-sakit dan bagaimana anggota keluarga yang sakit ditangani.

6. Bahasa

Bahasa yang digunakan secara ekslusif atau sering di rumah, kemampuan anggota keluarga berbahasa, dan
bahasa apa yang digunakan di luar rumah.

7. Status sosial ekonomi

Satus ekonomi keluarga adalah suatu komponen kelas sosial yang menunjukkan tingkat dan sumber
penghasilan keluarga. Penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara umum
diperoleh dari anggota keluarga yang bekerja atau dari sumber penghasilan sendiri seperti uang pensiun
dan tunjangan, sebagian penghasilan lain yang diperoleh dari dinas sosial atau asuransi bagi orang yang
tidak bekerja umumnya kecil, tidak stabil atau hampir tidak maupun.
8. Aktifitas rekereasi atau waktu luang keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama unuk mengunjungi tempat
rekreasi tertentu namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan

aktivitas rekreasi.

b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala
mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3. Riwayat keluarga inti :

Riwayat keluarga inti pada tahap ini yang dikaji adalah hubungan keluarga inti, dan apa latar belakang
sebelum menjalani sebuah keluarga.
4. Riwayat keluarga sebelumnya :

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

Pada anggota keluarga hipertensi dapat diturunkan dari anggota keluarga sebelumnya atau dari orang
tua.

c) Data Lingkungan

1. Karakteristik rumah :

Bagian ini berfokus pada karakteristik tertentu dari lingkungan rumah keluarga, yang dapat
memengaruhi kesehatan keluarga. Bagian pertama menggambarkan aspek perumahan keluarga dalam
hal struktur, keamanan, dan bahaya kesehatan lain. Bagian kedua menjelaskan tentang sumber di
rumah yang berhubungan dengan kesehatan anggota keluarga. Bagian ketiga berfokus pada lingkungan
yang meningkatkan jumlah keluarga dan faktor lingkungan yang memengaruhi kesehatan anggota
keluarga.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas :

Keluarga sehat adalah keluarga yang aktif dan mencari cara dengan inisiatif sendiri untuk berhubungan
dengan berbagai kelompok komunitas. Keluarga yang berfungsi dengan cara yang sehat memersepsikan
diri mereka sendiri sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar. Bagian dari koping yang berhasil
adalah kemampuan mereka untuk memastikan kepatuhan dari lingkungan atau mempertahankan
keluarga yang ramah lingkungan, berarti bahwa di dalam komunitas keluarga mampu mencari,
menerima dan/atau menerima sumber yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan makanan, pelayanan,
dan informasi.

3. Mobilitas geografis keluarga :

Lingkungan dan komunitas yang lebih luas yang ditempati keluarga, memiliki pengaruh nyata terhadap
kesehatan keluarga.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :

Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang
ada sejauh mana interaksinya dengan masyarakat.

5. Sistem pendukung keluarga :


Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-
fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencangkup fasilitas fisik, fasilitas
psikologi atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat.

Pada anggota hipertensi perlu adanya dukungan dari anggota keluarga karena penyakit hipertensi
bersifat menahun

d) Struktur keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga :

Pola komunkasi keluarga merupakan karakteristik, pola interaksi sirkular yang bersinambung yang
menghasilkan arti transaksi antara anggota keluarga. Pola komunikasi melalui interaksi yang dapat
memenuhi kebutuhan afektif keluarga. Kemampuan anggota keluarga untuk mengenal dan merespon
pesan nonverbal merupakan aspek penting pada keluarga yang sehat.

Pola komunikasi yang tidak sehat dapat memicu terjadinya stress pada anggota keluarga yang beresiko
terhadap hipertensi terutama pada anggota keluarga yang berusia dewasa sampai lanjut usia.

2. Struktur Peran Keluarga :

Sebuah peran didefenisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara relatif homogen dibatasi secara
normatif dan diharapkan dari seorang yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan
pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu
di dalam situasi tertentu agar memenuhi pengharapan diri atau orang lain terhadap mereka.

Adanya anggota keluarga yang hipertensi memerlukan peran informal keluarga dalam merawat anggota
keluarga sekaligus sebagai sistem dukungan bagi anggota keluarga.

3. Nilai dan Norma Keluarga :


Nilai keluarga didefenisikan sebagai suatu sistem ide, perilaku, dan keyakinan tentang nilai suatu hal
atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat anggota keluarga dalam kebudayaan
sehari-hari atau kebudayaan umum.

Norma keluarga adalah pola perilaku yang dianggap benar oleh masyarakat, sebagai sesuatu yang
berdasarkan pada sistem nilai keluarga. Norma menentukan perilaku peran bagi setiap posisi di dalam
keluarga dan masyarakat serta menetapkan bagaimana mempertahankan atau menjaga hubungan
timbal balik, dan bagaimana perilaku peran dapat berubah dengan perubahan usia.

4. Struktur kekuatan keluarga :

Dukungan pada anggota keluarga hipertensi diperlukan bagi anggota keluarga seperti mengingatkan
atau menghindari faktor resiko, dan mengingatkan untuk melakukan kontrol.

e) Fungsi keluarga

1. Fungsi Afektif :

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun keberlanjutan unit keluarga itu
sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Memelihara
saling asuh antara suami dan istri, perkembangan hubungan yang akrab, keseimbangan saling
menghormati,

pertalian dan identifikasi, perhatian/dukungan suami dan keluarga terdekat.


2. Fungsi Sosialisasi :

Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat. Fungsi
sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga yang ditujukan
untuk mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran orang dewasa.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan :

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah
fungsi keluarga yang paling relevan bagi keluarga.

Pada anggota keluarga dengan hipertensi dapat ditemukan pola makan yang tidak sehat, adanya
merokok pada anggota keluarga, tidak melakukan aktifitas fisik.

Lima tugas kesehatan keluarga :

1) Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan keluarga yang tidak boleh di abaikan, karena
kesehatan berperan penting dalam keluarga

2) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga


Peran ini merupakan upaya keluarga untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga

Adapun klarifikasi nya adalah :

1. Apakah masalah dirasakan oleh keluarga

2. Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang di hadapi salah satu anggota
keluarga
3. Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang di lakukan terhadap salah satu anggota
keluarganya
4. Apakah kepala keluarga percaya pada petugas kesehatan

5. Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk

menjangkau fasilitas kesehatan

3) Memberikan perawatan pada keluarga yang sakit

Pemberian secara fisik merupakan beban paling berat yang di rasakan keluarga, menyatakan bahwa
keluarga memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah keperawatan keluarga,

Untuk mengetahui yang dapat di kaji yaitu :


1. Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien

2. Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentang perawatan yang di perlukan
pasien
3. Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin

kesehatan keluarga

1. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang di miliki di sekitar lingkungan rumah


2. Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan manfaat nya
3. Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan
5) Menggunakan pelayanan kesehatan

Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam

memanfaatkan sarana kesehatan yang perlu di kaji tentang :

1. Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat di jangkau keluarga


2. Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan

3. Kepercayaan keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang ada


4. Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga

4. Fungsi Reproduksi :

Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas antara generasi keluarga dan
masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat.

5. Fungsi Ekonomi :

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial, ruang, dan
materi serta alokasi yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan. Suatu pengkajian sumber
ekonomi untuk mengalokasikan sumber yang sesuai guna memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, papan, pangan, dan perawatan kesehatan yang adekuat

f) Stress dan koping keluarga

a. Stresor jangka pendek dan jangka panjang

1. Jangka pendek (<6 bulan) stresor jangka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 Bulan. Pada anggota keluarga dengan
hipertensi dapat ditemui adanya stress dan juga penyakit ini sendiri dapat menimbulkan stress pada
anggota keluarga.
2. Jangka panjang (>6 bulan).

Stresor jangka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu lebih dari 6

Bulan

Pada anggota keluarga dengan hipertensi dapat ditemui adanya stress dan juga penyakit ini sendiri
dapat menimbulkan stress pada anggota keluarga

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi dan stressor Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
keluarga berespon
terhadap situasi /stressor.

Pada anggota keluarga hipertensi dapat ditemui kemampuan negatif terhadap atau respon terhadap
stress. Misalnya marah yang tidak beraturan.

c. Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

d. Strategi adaptasi disfungsional


Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di gunakan bila menghadapi permasalahan.

Pada anggota keluarga hipertensi dapat ditemui kemampuan negatif terhadap atau respon terhadap
stress. Misalnya marah yang tidak beraturan.

g) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di gunakan pada pemeriksaan fisik
tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik klinik.

Pada anggota keluarga dengan hipertensi dapat ditemui peningkatan tekanan darah, jantung bedebar-
debar, penglihatan buram, nyeri di daerah dada, dan sulit bernafas.

h) Harapan keluarga terhadap perawat

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dapat dirumuskan setelah pengkajian riwayat perkembangan keluarga dan hubungan
yang jelas pada kebutuhan serta perhatian perkembangan keluarga terbaru secara menyeluruh. Akan tetapi,
penggunaan diagnosis keperawatan SDKI terkait dengan perkembangan, dapat salah memberi arahan pada
perawat keluarga, bahwa diagnosis yang diidentifikasi dalam sistem klasifikasi ini diarahkan pada individu,
bukan pada keluarga.

Contoh diagnosa yang sering muncul pada hipertensi :


1. Nyeri akut ( D. 0077 )

2. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif ( D.0115

3. Intoleransi aktifitas ( D. 0056 )

4. Deficit pengetahuan ( D.0111 )

5. Resiko perfusi perifer tidak efektif ( D.0015 )

PRIORITAS MASALAH

NO KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN

1 Sifat masalah 1
Aktual : 3
Resiko : 2
Potensial : 1
2 Kemungkinan 2
masalah dapat
diubah Mudah :
2
Sebagian : 1
Tidak dapat : 0
3 Kemungkinan 1
masalah
dapat
dicegah Tinggi : 3
Cukup : 2
Rendah : 1
4 Menonjolnya 1
masalah Segera :
2
Tidak segera : 1
Tidak dirasakan
:0
Total skor

3.3.Rencana Keperawatan

Salah satu tujuan keperawatan keluarga adalah membantu keluarga dan anggota keluarga untuk memenuhi tugas

perkembangan keluarga dan individu.

Menguasai suatu tugas perkembangan keluarga memungkinkan keluarga untuk meningkatkan satu tugas
perkembangan keluarga ke tugas perkembangan keluarga berikutnya.
NO DATA DIAGNOSA NIC

1 Domain 1 : promosi Keluarga mampu mengenal Keluarga


kesehatan Level 1 mampu
Kelas 2 : manajemen Domain IV : pengetahuan tentang mengenal
kesehatan (00080) kesehatan dan perilaku Level 1
ketidakefektifan Hasil yang menggambarkan sikap, Domain III :
manajemen kesehatan pemahaman, dan tindakan dengan perilaku
keluarga menghormati kesehatan dan Memberikan
penyakitnya dukungan
Level 2 fungsi
Kelas S : pengetahuan tentang psikososial dan
kesehatan memfasilitasi
Hasil yang menggambarkan perubahan
pemahaman individu dalam gaya
mengaplikasikan informasi hidup Level 2
untuk Kelas S :
pendidikan
pasien
Intervensi
untuk
memfasilitasi
keluarga
untuk
belajar
Level 3
Intervensi :
meningkatkan, mempertahankan dan (5515) peningkatan kesadaran
memelihara kesehatan kesehatan
Level 3 Hasil : (5602) pengajaran proses penyakit
(1803) pengetahuan : proses penyakit

Keluarga mampu mengambil


keputusan Keluarga mampu mengambil
Domain IV : pengetahuan tentang keputusan
kesehatan dan perilaku Kelas Q Domain III : Perilaku
: perilaku kesehatan Kelas P : terapi kognitif
Hasil menggambarkan tindakan individu Intervensi yang dilakukan untuk
dalam meningkatkan atau memperkuat atau meningkatkan
memperbaiki kesehatan Hasil : fungsi kognitif yang diharapkan atau
(1606) partisipasi dalam merubah tugas kognitif yang tidak
keputusan perawatan kesehatan diharapkan
Kelas R : kepercayaan tentang kesehatan Intervensi :
Hasil yang menggambarkan ide dan (5540) peningkatan kesiapan
persepsi individu yang pembelajaran
mempengaruhi perilaku kesehatan Hasil Kelas R : bantuan koping
: Intervensi untuk membantu
(1700) kepercayaan mengenal orang lain untuk membangun
kesehatan kekuatan diri, untuk beradaptasi
pada perubahan
fungsi atau menerima tingkatan
fungsi yang lebih tinggi
Keluarga mampu merawat Intervensi :
anggota keluarga (5250) dukungan pengambilan
Domain III : kesehatan psikososial Hasil keputusan
yang menggambarkan fungsi psikologis
dan sosial Keluarga mampu merawat
Kelas M : kesejahteraan psikologis anggota keluarga Domain
Hasil yang menggambarkan kesehatan III : perilaku
emosi dan persepsi Kelas O : terapi perilaku
individu terkait diri Hasil : Intervensi yang dilakukan untuk
(1211) tingkat kecemasan memperkuat atau meningkatkan
(1201) harapan perilaku yang diharapkan atau
Kelas O : kontrol diri merubah perilaku yang tidak
Hasil yang menggambarkan diharapakan Intervensi :
kemampuan untuk mengekang (4350) manajemen perilaku
perilaku yang mungkin secara emosi (4360) modifikasi perilaku
atau fisik bisa membahayakan diri atau Kelas S : pendidikan pasien Untuk
orang lain Hasil : memfasilitasi pembelajaran
(1411) kontrol diri terhadap Intervensi :
gangguan makan (5616) pengajaran : peresepan
obat-obatan
Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan
Level 1
Domain IV : pengetahuan tentang
kesehatan dan perilaku
Kelas T : kontrol risiko dan Keluarga mampu memodifikasi
keamanan lingkungan
Hasil yang menggambarkan status Level 1
keamanan individu dan tindakan untuk Domain IV : keagamaan
menghindari, membatasi, Perawatan yang mendukung
mengontrol ancaman kesehatan yang perlindungan terhadap ancaman
telah teridentifikasi Hasil :
Kelas V : manajemen risiko
(1904) kontrol risiko : penggunaan obat
Intervensi yang dilakukan untuk
menurunkan risiko dan memantau
Keluarga mampu
risiko yang secara terus-
memanfaatkan fasilitas kesehatan
Level 1 menerus sepanjang waktu Intervensi
Domain VII : kesehatan komunitas :
(6480) manajemen lingkungan
Hasil yang menggambarkan kesehatan,
kesejahteraan, dan fungsi dari
Keluarga mampu memanfaatkan
komunitas atau
fasilitas
populasi kesehatan
Level 2 Level 1
Kelas CC : Perlindungan kesehatan Domain VII : komunitas
komunitas Perawatan yang mendukung
Hasil yang menggambarkan struktur dan kesehatan komunitas
program komunitas Level 2
untuk menghilangkan atau menurunkan Kelas D : manajemen risiko
risiko kesehatan dan peningkatan komunitas
resistensi terhadap
Intervensi yang membantu
ancaman kesehatan
mendeteksi atau mencegah risiko
kesehatan pada seluruh
Level 3 Hasil : komunitas
(2807) keefektifan skrining kesehatan Intervensi :
komunitas. (6520) skrining kesehatan
3.3. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk

membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih

baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

Keluarga dengan hipertensi dapat dilakukan penyuluhan yang bertujuan untuk mengetahui

tentang perawatan kesehatan untuk klien dan untuk menginformasikan klien tentang status

kesehatannya.

4.4 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi berdasarkan seberapa efektif intervensi yang dilakukan keluarga, perawat, dan

lainnya. Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil pada sistem keluarga dan anggota keluarga

dari pada intervensi yang diimplementasikan.

Keluarga dengan hipertensi sudah paham apa itu hipertensi, penyebab, faktor resiko,

makanan yang baik untuk dikonsumsi dan kontrol yang baik untuk hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai