Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA Tn. W DENGAN HIPERTENSI

Dosen Pembimbing :

Ns. Luh Gde Nita Sri Wahyuningsih, S.Kep.,M.Kep

OLEH :

Ni Kadek Ari Indriyanti

1914201026

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

INSTITUSI TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DENPASAR

2023
1. Latar Belakang
Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keikatan peraturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluraga (Friedman & marlin, 2010). Keluarga mempunyai peranan
serta fungsi penting dalam rangka meningkatan derajat kesehatan dan penurunan resiko
penyakit didalam kehidupan masyarakat karena keluarga merupakan unit terkecil yang ada
di dalam masyarakat. Bila muncul permasalah teruatama masalah kesehatan pada salah satu
anggota keluarga akan mempengaruhi anggota keluarga yang lainnya. Pemberdayaan
keluarga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam
peningkatan pengetahuan serta dukungan keluarga dalam penatalaksanaan hipertensi pada
anggota keluarga. Keluarga menjadi support system dalam kehidupan pasien hipertensi,
agar keadaan yang dialami tidak semakin memburuk dan terhindar dari komplikasi akibat
hipertensi. Jadi dukungan keluarga diperlukan oleh pasien hipertensi yang membutuhkan
perawatan dengan waktu yang lama dan terus-menerus. Dukungan keluarga sangat
mempengaruhi kualitas kesehatan anggota keluarga serta keberhasilan asuhan keperawatan
keluarga. Perawat sebagai tim medis mempunyai peran dalam mengubah persepsi dan
mengurangi resiko komplikasi penyakit lainya dengan menjadi edukator (membantu
mendidik serta memberikan informasi) kesehatan dan prosedur asuhan keperawatan yang
harus dilakukan guna memulihkan dan menjaga kesehatan. Adanya pengetahuan yang
efektif mampu membantu penderita hipertensi untuk melakukan pola hidup sehat dan rutin
mengkonsumsi obat secara rutin agar terhindar dari komplikasi lainya.
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang dapat mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kematian (mortalitas). Hipertensi berarti tekanan darah didalam pembuluhpembuluh
darah sangat tinggi yang merupakan pengangkut darah dari jantung yang memompa darah
keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh (Dwi Sapta Aryantiningsih & Silaen, 2018).
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama
dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg.4,5 Hipertensi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya
tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal,
penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan 2 anak ginjal (adrenal). Hipertensi
seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi (Yonata, 2016). Dampak dari
hipertensi membuat penderita akan mengalami gejala seperti nyeri ditengkuk, pusing,
gangguan pola tidur serta dapat terjadi komplikasi apabila tekanan darah tinggi tidak
mendapatkan pengobatan dan penatalaksanaan dengan baik karena kurangnya tingkat
pengetahuan, akibatnya dalam jangka panjang dapat terjadi kerusakan arteri di dalam
tubuh. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ jantung yang mengakibatkan gagal
jantung, penyakit hipertensi diklaim sebagai salah satu faktor risiko munculnya stroke.
Komplikasi pada organ ginjal mampu mengakibatkan gagal ginjal sehingga ginjal tidak
dapat berfungsi secara efektif kembali (Anshari, 2020)

2. Tinjauan Teori
A. Konsep Dasar Keluarga
1) Pengertian Keluarga
Keluarga adalah yang terdiri dari atas individu yang bergabung bersama oleh
ikatan penikahan, darah, atau adopsi dan tinggal didalam satu rumah tangga yang sama
(Friedman, 2010). Wall, (1986) dalam Friedman (2010), keluarga adalah sebuah
kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang
memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum
atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga mereka
menganggap dirinya sebagai keluarga. UU No. 10 Tahun 1992, mengemukakan
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak
atau suami istri, atau ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya. BKKBN
(1999) dalam Sudiharto (2012), keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan
seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
dua atau lebih individu yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat karena adanya
hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi, memiliki kedekatan emosional, dan
berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau
mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,
sosial setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama.
2) Ciri-ciri Keluarga
Menurut Setiadi (2008), ciri – ciri keluarga yaitu:
1) Adanya ikatan tali perkawinan yang sah.
2) Memiliki hubungan darah, adopsi.
3) Adanya ikatan batin.
4) Mempunyai tanggung jawab masing – masing.
5) Adanya pengambilan keputusan.
6) Kerjasama.
7) Melakukan interaksi.
8) Tinggal bersama dalam satu atap (serumah)
3) Struktur Keluarga
Ada empat struktur keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah struktur peran, struktur
nilai keluarga, proses komunikasi dan struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan.
a. Struktur peran.
Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah
posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu
system sosial.
b. Struktur nilai keluarga
Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan keyakinan tentang nilai suatu
hal atau konsep yan secara sadar maupun tidak sadar mengikat anggota keuarga
dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.
c. Proses komunikasi
Proses komunikasi ada dua yaitu proses komunikasi fungsional dan proses
komunikasi disfungsonal.
d. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan.
Kekuasaan keluarga sebagai karakteristik system keluarga adalah kemampuan atau
potensial, actual dari individu anggota keluarga yang lain. Terdapat 5 unit berbeda
yang dapat dianalisis dalam karakteristik kekuasaan keluarga yaitu : kekuasaan
pernikahan (pasangan orang dewasa), kekuasaan orang tua, anak, saudara kandung
dan kekerabatan. Sedangkan pengambil keputusan adalah teknik interaksi yang
digunakan anggota keluarga dalam upaya mereka untuk memperoleh kendali dan
bernegosiasi atau proses pembuatan keputusan.
Menurut menurut Padila (2012), struktur keluarga menggambarkan bagaimana
keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Ada beberapa strukturkeluarga
yang ada di Indonesia diantaranya adalah:

a. Patrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c. Matriloka Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ayah.
e. Keluarga kawin Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri
4) Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam
Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

B. Konsep Dasar Masalah


1) Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg, tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Penyakit darah tinggi atau
hipertensi adalah suatu keadaan dimana peredaran darah meningkat secara kronis.
Hal tersebut di karenakan jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi yang di butuhkan di dalam tubuh
(Irianto, 2014).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya masalah kardiovaskular.
Apabila tidak di tangani dengan baik dan tepat dapat mengakibatkan stroke, gagal
jantung, gagal ginjal, dimensia, infark miokard, gangguan penglihatan dan
hipertensi (Andrian, 2016).
2) Etiologi
Dari seluruh kasus hipertensi 90% diantaranya merupakan kasus hipertensi
primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
primer yaitu seperti berikut ini : (Udjianti, 2013).
a) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b) Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause tinggi untuk mengalami
hipertensi.
c) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.
d) Berat badan(obesitas)
Berat badan > 25% diatas ideal dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
e) Gaya hidup
Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.
Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui, berikut ini beberapa
kondisi yang menjadi penyebab hipertensi sekunder (Udjianti, 2013).
a) Penggunaan kontrasepsi hormonal. Obat kontrasepsi yang berisi esterogen
dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated
volume expansion.
b) Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal. Ini merupakan penyebab utama
hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan atau lebih arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan
oleh aterosklorosis atau fibrous displasia (pertumbuhan abnormal jaringan
fibrus).
c) Gangguan endokrin.
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi
sekunder.
d) Coaretation aorta (penyempitan pembuluh darah aorta).
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta torasik atau abdominal. Penyempitan penghambat aliran
darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan darah di atas
area kontriksi.
e) Kehamilan.
Naiknya tekanan darah saat hamil ternyata dipengaruhi oleh hormon estrogen
pada tubuh. Saat hamil kadar hormon estrogen di dalam tubuh memang akan
menurun dengan signifikan. Hal ini ternyata biasa menyebabkan sel-sel
endotel rusak dan akhirnya menyebabkan munculnya plak pada pembuluh
darah. Adanya plak ini akan menghambat sirkulasi darah dan pada akhirnya
memicu tekanan darah tinggi.
f) Merokok.
Merokok dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah karena membuat
tekanan darah langsung meningkat setelah hisapan pertama, meningkatkan
kadar tekanan darah sistolik 4 milimeter air raksa (mmHg). Kandungan
nikotin pada rokok memicu syaraf untuk melepaskan zat kimia yang dapat
menyempitkan pembuluh darah sekaligus meningkatkan tekanan darah.
3) Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat Vasomotor pada Medulla di otak. Dari pusat Vasomotor ini bermula jaras
Saraf Simpatis, yang berlanjut kebawah ke Korda Spinalis dan keluar dari
Kolumna Medulla Spinalis ke Ganglia Simpatis di Toraks dan Abdomen.
Rangsangan pusat Vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang begerak
kebawah melalui sistern Saraf Simpatis ke Ganglia Simpatis. Pada titik ini, Neuron
pre-ganglion melepaskan Asetilkolin, yang akan merangsang serabut Saraf Pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya Norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
Vasokonstiktor. Klien dengan Hipertensi sangat sensitif terhadap Norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada
saat bersamaan ketika sistem Saraf Simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar Adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas Vasokonstriksi. Medulla Adrenal menyekresi Epinefrin, yang
menyebabkan Vasokonstriksi. Korteks Adrenal menyekresi Kortisol dan Steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon Vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke Ginjal,
menyebabkan pelepasan Renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan
Angiotensin I yang kemudian diubah menjadi Angiotensin II, Vasokonstriktor
kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi Aldosteron oleh Korteks Adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus Ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan Hipertensi (Brunner and Suddarth, 2002
dalam Aspiani,2016).
4) Manifestasi Klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan
yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku,
penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala
umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama
pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab
sekunder hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien. Perbedaan
hipertensi esensial dan sekunder evaluasi jenis hipertensi dibutuhkan untuk
mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan
peningkatan berat badan, faktor gaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan
penderita bepergian dan makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas
aktivitas fisik, atau usia tua pada pasien dengan riwayat keluarga dengan
hipertensi kemungkinan besar mengarah ke hipertensi esensial. Labilitas tekanan
darah, mendengkur, prostatisme, kram otot, kelemahan, penurunan berat badan,
palpitasi, intoleransi panas, edema, gangguan berkemih, riwayat perbaikan
koarktasio, obesitas sentral, wajah membulat, mudah memar, penggunaan obat-
obatan atau zat terlarang, dan tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga
mengarah pada hipertensi sekunder (Adrian, 2019). Manifestasi klinis hipertensi
secara umum dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah.
b) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyak pasien yang mencari pertolongn medis
(Manuntung, 2018).
5) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Nur arif dan kusuma, 2015)
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagubilita, anemia.
b. BUN /kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
2. CT scan
Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. EKG
Dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP
Mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.
5. Rontgen
Menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung
6) Penatalaksanaan Medis
Menurut Triyatno (2014) penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu secara
nonfarmakologis dan farmakologi.
a. Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan terapi tanpa menggunakan obat, terapi
non farmakologi diantaranya memodifikasi gaya hidup dimana termasuk
pengelolaan stress dan kecemasan merupakan langkah awal yang harus
dilakukan. Penanganan non farmakologis yaitu menciptakan keadaan rileks,
mengurangi stress dan menurunkan kecemasan. Terapi non farmakologi
diberikan untuk semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan
darah dan mengendalikan faktor resiko serta penyakit lainnya.
b. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat-obatan yang
dalam kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien hipertensi
seperti : angiotensin receptor blocker (ARBs), beta blocker, calcium chanel
dan lainnya. Penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap
kompleks karena tekanan darah cenderung tidak stabil.

3. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1) Data umum
a) Identitas
Melakukan pengkajian kepada kepala keluarga meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, alamat dan tanggal
pengkajian.
b) Genogram
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan)
mempertinggi resiko terkena hipertensi. Jika kedua orang tua kita mempunyai
hipertensi, kemungkinan kita mendapatkan penyakit hipertensi sebanyak
60%. Komposisi keluarga terdiri dari genogram 3 generasi. Komposisi
keluarga menyatakan anggota keluarga yang diidentifikasi sebagai bagian
dari keluarga mereka. Friedman dalam bukunya mengatakan bahwa
komposisi tidak hanya terdiri dari penghuni rumah, tetapi juaga keluarga
besar lainnya atau keluarga fiktif yang menjadi bagian dari keluarga tersebut
tetapi tidak tinggal dalam rumah tangga yang sama. Pada komposisi keluarga,
pencatatan dimulai dari anggota keluarga yang sudah dewasa kemudian
diikuti anak sesuai dengan urutan usia dari yang tertua, bila terdapat orang
lain yang menjadi bagian dari keluarga tersebut dimasukan dalam bagian
akhir dari komposisi keluarga
c) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe/jenis keluarga beserta kendala atau masalah-
masalah yang terjadi pada keluarga tersebut. Tipe keluarga didasari oleh
anggota keluarga yang berada dalam satu rumah. Tipe keluarga dapat dilihat
dari komposisi dan genogram dalam keluarga.
d) Latar belakang sosial budaya
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa tersebut terkait dengan kesehatan. Latar belakang kultur keluarga
merupakan hal yang penting untuk memahami perilaku sistem nilai dan fungsi
keluarga, karena budaya mempengaruhi dan membatasi tindakantindakan
individual maupun keluarga. Perbedaan budaya menjadikan akar miskinnya
komunikasi antar individu dalam keluarga.
e) Agama
Mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang didapat
mempengaruhi kesehatan. Pengkajian meliputi perbedaan keyakinan dalam
keluarga, seberapa aktif keluarga dalam melakukan ibadah keagamaan,
kepercayaan dan nilai-nilai agama yang menjadi fokus dalam kehidupan
keluarga
f) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. Status ekonomi
ditentukan oleh jumlah penghasilan yang diperoleh keluarga. Perlu juga
diketahui siapa yang menjadi pencari nafkah dalam keluarga, dana tambahan
ataupun bantuan yang diterima oleh keluarga, bagaimana keluaraga
mengaturnya secara finansial. Selain itu juga perawat perlu mengetahui
sejauhmana pendapatan tersebut memadai serta sumber-sumber apa yang
dimiliki oleh keluarga terutama yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan seperti asuransi kesehatan dan lain-lain
g) Aktifitas Rekreasi
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-
sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton
televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga untuk melakukan rekreasi
secara bersama baik di luar dan dalam rumah, juga tentang kuantitas yang
dilakukan. Jika aktivitas rekreasi ini tidak dilakukan oleh suatu rumah tangga,
maka yang terjadi stress, dimana stress tersebut dapat memicu terjadinya
hipertensi (Prasetyorini, 2012)
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Bagian ini menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan
kendala yang dihadapi oleh keluarga. Pada saat perkembangan yang belum
terpenuhi ini dapat mengakibatkan kondisi pasien mengalami stress sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah pasien.
c. Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan tentang riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di
keluarga, riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan.
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masingmasing anggota keluarga, perhatian
terhadap pencegahan penyakit (imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang
bisa digunakan serta riwayat perkembangan dan kejadiankejadian atau
pengalaman penting yang berhubungan dengan kesehatan (perceraian,
kematian, kehilangan)
3) Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Karaktersitik rumah identifikasikan dengan melihat luar rumah, tipe rumah,
jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah, jenis septic
tank, jarak septic tank dengan sumber air, denah rumah (Gusti, 2013).
b. Karakteristik lingkungan
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat,
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk
setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan (Padilla, 2012
c. Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan dengan apakah keluarga hidup menetap dalam satu tempat atau
mempunyai kebiasaan berpindah-pindah (Padilla, 2012)
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul dan
berinteraksi dengan masyarakat lingkungan tempat tinggal (Padilla, 2012)
e. Sistem Pendukung
Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan
masyarakat serta jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga
untuk menigkatkan upaya kesehatan (Padilla,2012).
4) Struktur keluarga
Menjelaskan mengenai pola komunikasi antar keluarga, struktur kekuatan
keluarga yang berisi kemampuan keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk merubah prilaku, struktur peran yang menjelaskan peran formal
dan informal dari masing-masing anggota keluarga serta nilai dan norma budaya
yang menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus.
5) Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap
ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga
dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma
tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan menanamkan
nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk
keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat
tinggal. Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya
yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui
proses pengambilan keputusan.
e. Fungsi Perawatan
Kesehatan Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
6) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang
digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.
a) Kepala : Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
b) Rambut : Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
c) Mata : Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata tidak
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan
d) Telinga : Normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran
e) Hidung : Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan
f) Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
g) Thoraks : Umumnya normal, bentuk dada simetris, tidak ada suara nafas
abnormal.
h) Hepar : Biasanya tidak ada pembesaran hepar
i) Abdomen :Tidak terjadi keabnormalan
j) Ekstremitas : Biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
7) Koping Keluarga
1. Stress dan Koping Keluarga Stressor jaangka pendek dan panjang:
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
b) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
a) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
b) Strategi adaptasi fungsional yang digunakan bila menghadapi
permasalah.
8) Analisa Data
Analisis data adalah proses pengolahan data dengan tujuan untuk menemukan
informasi yang berguna yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan
untuk solusi suatu permasalahan. Analisa data bertujuan untuk mengetahui
masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat
menggunakan typologi masalah dalam family health care.
9) Rumusan Masalah
a) Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga.
b) Perilaku Kesehatan cenderung beresiko.
c) Ketidakmampuan koping keluarga.
d) Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga.
10) Skoring
Menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan sistem skoring
berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai berikut:
No. Kriteria Skala Bobot Skoring Rasional
1. Sifat Masalah 1
- Aktual 3
- Resiko 2
- Potensial 1
2. Kemungkinan Masalah
dapat diubah 2
- Mudah 2
- Sebagian 1
- Tidak Dapat 0
3. Potensial Masalah
untuk dicegah 1
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
4. Menonjolnya Masalah
Segera 1
- Masalah berat harus 2
segera ditangani
- Ada masalah, tapi 1
tak perlu segera
ditangani
- Tidak dirasakan 0

Total

Skoring:
1. Tentukan skor untuk tiap kriteria.
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 = ?
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi 5 sama dengan seluruh
bobot.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke sistem
keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan. Diagnosa
keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan
perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk
menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman. Kategori diagnosa
keperawatan keluarga menurut North American Nursing Association (NANDA) dalam
Kholifah & Widagdo (2016) adalah:
1. Diagnosa keperawatan actual
Diagnosis keperawatan aktual dirumuskan apabila masalah keperawatan sudah
terjadi pada keluarga. Tanda dan gejala dari masalah keperawatan sudah dapat
ditemukan oleh perawat berdasarkan hasil pengkajian keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan promosi kesehatan
Diagnosis keperawatan ini adalah diagnosa promosi kesehatan yang dapat
digunakan di seluruh status kesehatan. Kategori diagnosa keperawatan
keluarga ini diangkat ketika kondisi klien dan keluarga sudah baik dan
mengarah pada kemajuan.
3. Diagnosa keperawatan risiko
Diagnosis keperawatan ketiga adalah diagnosis keperawatan risiko, yaitu
menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupan yang mungkin berkembang dalam kerentanan individu, keluarga,
dan komunitas. Hal ini didukung oleh faktor-faktor risiko yang berkontribusi
pada peningkatan kerentanan.
4. Diagnosa keperawatan sejahtera
Diagnosis keperawatan keluarga yang terakhir adalah diagnosis keperawatan
sejahtera. Diagnosis ini menggambarkan respon manusia terhadap level
kesejahteraan individu, keluarga, dan komunitas, yang telah memiliki kesiapan
meningkatkan status kesehatan mereka. Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada keluarga dengan masalah hipertensi adalah :
a. Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga.
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko.
c. Ketidakmampuan koping keluarga.
d. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga.
C. Intervensi

Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana Tindakan


No.
Keperawatan Tupan Tupen Kriteria Standar

1 Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan 1. Setelah diberikan perawatan Verbal - Keluarga mampu - Memvalidasi keadaan
pemeliharaan keperawatan keluarga selama 3 kali kunjungan menjelaskan keluarga saat ini.
kesehatan. selama 3 kali kunjungan selama 30 menit dalam pengertian, - Mendiskusikan bersama
selama 90 menit dalam interval waktu 1 minggu penyebab, tanda keluarga tentang
interval waktu 1 minggu diharapkan keluarga mampu dan gejala pengertian hipertensi,
diharapkan mampu memahami mengenai upaya hipertensi. mampu menyebutkan 2
meningkatkan upaya pemeliharaan kesehatan. penyebab dan tanda
pemeliharaan kesehatan gejala dari hipertensi
keluarga.

2. Setelah diberikan perawatan - Keluarga mampu - Mendiskusikan bersama


selama 1 kali kunjungan Verbal dan menyebutkan cara keluarga tentang cara
selama 30 menit dalam Afektif pencegahan dan pencegahan dan
interval waktu 1 minggu perawatan pada perawatan pada klien
diharapkan keluarga mampu klien hipertensi. hipertensi.
memutuskan upaya - Keluarga mampu
menjelaskan
pemeliharaan kesehatan bahaya atau - Mendiskusikan bahaya
kesehatan dengan tepat. komplikasi dari atau komplikasi dari
penyakit penyakit hipertensi.
hipertensi. - Berdiskusi bersama
- Keluarga mampu keluarga untuk
mengambil memutuskan cara
keputusan untuk merawat anggota
merawat anggota keluarga dengan
keluarga yang hipertensi.
hipertensi. - Berikan reinforcement
positif pada keluarga
atas keputusan yang
telah diambil.

3. Setelah dirawat selama 2 kali Verbal dan - Keluarga mampu - Diskusikan dengan
kunjungan selama 60 menit Psikomotor menentukan pola keluarga tentang pola
dalam interval waktu 1 makan hidup sehat makan yang sehat
minggu diharapkan keluarga (pola makan diet meliputi pengertian,
mampu merawat anggota rendah garam tujuan, dan manfaat
keluarga yang hipertensi. tinggi protein mengkonsumsi
dilakukan minimal makanan sehat.
2 minggu sekali).
4. Setelah dirawat selama 1 kali Verbal dan - Keluarga mengerti - Ajarkan cara modifikasi
kunjungan selama 60 menit Afektif dan mampu lingkungan untuk
dalam interval waktu 1 menjelaskan mencegah dan
minggu diharapkan keluarga secara lisan mengatasi penyakit
mampu memodifikasi tentang pengaruh
lingkungan untuk upaya lingkungan
pemeliharaan kesehatan. terhadap proses
penyakit
hipertensi.

5. Setelah dirawat selama 1 kali Verbal dan - Jelaskan kepada


- Keluarga mengerti
kunjungan selama 30 menit Afektif keluarga kemana
dan dapat
dalam interval waktu 1 mereka dapat meminta
menjelaskan
minggu diharapkan keluarga pertolongan untuk
secara lisan
mampu menggunakan perawatan dan
kemana mereka
fasilitas pelayanan kesehatan pengobatan hipertensi.
harus meminta
secara tepat. - Motivasi keluarga untuk
pertolongan untuk
melakukan apa yang
perawatan dan
telah dijelaskan.
pengobatan
- Berikan reinforcement
penyakit
positif terhadap usaha
hipertensi.
yang telah keluarga
lakukan.
2 Perilaku kesehatan Setelah diberikan asuhan 1. Setelah dirawat selama 3 kali Kognitif - Keluarga mampu - Mendiskusikan bersama
cenderung keperawatan keluarga kunjungan selama 30 menit menjelaskan keluarga tentang
berisiko. selama 3 kali kunjungan dalam interval waktu 1 minggu perilaku kesehatan perilaku kesehatan
selama 90 menit dalam diharapkan keluarga mampu cenderung cenderung berisko
interval waktu 1 minggu mengenal perilaku kesehatan berisiko. - Berikan motivasi
diharapkan mengubah cenderung berisiko. - Keluarga kepada keluarga untuk
perilaku cenderung mengetahui menjelaskan kembali
berisiko. penyebab dan perilaku kesehatan
akibat dari cenderung berisiko,
perilaku kesehatan penyebab, dan akibat
cenderung berisko, dari perilaku cenderung
seperti gaya hidup berisiko
yang tidak sehat.

2. Setelah dirawat selama 1 kali Verbal - Keluarga mampu - Mendiskusikan bersama


kunjungan selama 30 menit menyebutkan cara keluarga tentang cara
dalam interval waktu 1 minggu pencegahan agar pencegahan serta
diharapkan keluarga mampu tidak menjadi bahaya perilaku
mengambil keputusan. perilaku kesehatan cenderung
cenderung berisiko.
berisiko: menjaga - Memberikan
gaya hidup, reinforcement positif
minghindari pada keluarga atas
merokok dan keputusan yang telah
alkohol, menjaga diambil.
pola makan dan
olahraga teratur
- Keluarga mampu
memutuskan untuk
merawat anggota
yang memiliki
perilaku
cenderung berisiko

3. Setelah dirawat selama 2 kali Psikomotor - Menghindari - Berikan motivasi klien


kunjungan selama 60 menit stress, makan agar menghindari
dalam interval waktu 1 minggu sesuai diet, hal hal yang dapat
diharapkan keluarga mampu melakukan mengakibatkan resiko
merawat anggota keluarga yang olahraga dan terjadinya hipertensi.
menderita hipertensi. istirahat yang
teratur untuk
mengurangi
hipertensi.
4. Setelah dirawat selama 1 kali Verbal dan - Keluarga mampu - Anjurkan cara
kunjungan selama 60 menit Afektif dan mengerti memodifikasi
dalam interval waktu 1 minggu menjelaskan lingkungan untuk
diharapkan keluarga mampu tentang engaruh mencegah hipertensi
memodifikasi lingkungan yang lingkungan dan mengatasi penyakit
dapat menunjang perbaikan atau terhadap hipertensi khususnya
penyembuhan dan pencegahan kenyaman pada dalam menciptakan
terhadap penyakit hipertensi. anggota keluarga lingkungan yang
yang hipertensi. nyaman.
3 Ketidakmampuan Setelah diberikan asuhan 1. Setelah diberikan perawatan Verbal - Keluarga dan klien - Kaji pemahaman proses
koping keluarga keperawatan keluarga selama 1 kali kunjungan selama dapat penyakit.
selama 1 kali kunjungan 30 menit dalam interval waktu 1 mengidentifikasi - Kaji alasan mengkritik
selama 30 menit dalam minggu diharapkan keluarga peran, dampak diri sendiri dan anggota
interval waktu 1 minggu mampu memahami dukungan positif dari keluarga.
diharapkan koping keluarga koping keluarga. dukungan koping - Kaji kesalahpahaman
meningkat. keluarga yang terjadi.

2. Setelah diberikan perawatan Verbal - Keluarga dapat - Fasilitasi dalam


selama 1 kali kunjungan selama memilih dukungan memperoleh informasi
30 menit dalam interval waktu 1 yang akan yang dibutuhkan.
minggu diharapkan keluarga diberikan kepada
mampu mengambil keputusan anggota keluarga
dalam meningkatkan dukungan yang - Hindari pengambilan
koping keluarga membutuhkan. keputusan saat berada
dibawah tekanan

3. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Antar anggota - Ajarkan cara


selama 1 kali kunjungan selama keluarga tidak memecahkan masalah
30 menit dalam interval waktu 1 terjadi perilaku secara konstruktif.
minggu diharapkan keluarga bermusuhan, - Anjurkan penggunaan
mampu memberikan perawatan mengabaikan, sumber spiritual (doa,
anggota keluarga yang sakit serta dapat sembahyang sesuai
dengan dukungan koping berkomitmen pada agama keluarga).
keluarga perawatan. - Latih penggunakan
teknik relaksasi.

4. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga - Jelaskan dan yakinkan


selama 1 kali kunjungan selama menggunakan keluarga tentang
30 menit dalam interval waktu 1 fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan
minggu diharapkan keluarga untuk mendukung yang ada.
mampu memanfaatkan fasilitas dan memotivasi - Anjurkan keluarga
kesehatan yang ada dalam anggota keluarga untuk memanfaatkan
yang sakit agar
meningkatkan dukungan koping mendapatkan pelayanan kesehatan
keluarga. perawatan. yang ada (puskesmas).

5. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Terciptanya - Gunakan pendekatan


selama 1 kali kunjungan selama lingkungan yang yang tenang dan
30 menit dalam interval waktu 1 harmonis untuk meyakinkan.
minggu diharapkan keluarga meningkatkan - Kurangi rangsangan
mampu memodifikasi dukungan dan lingkungan yang
lingkungan untuk mendukung motivasi koping mengancam
peningkatan koping keluarga. keluarga. (pembicaraan/suasana
yang memicu konflik).
4 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan 1. Setelah diberikan perawatan 1 Verbal - Keluarga dan klien - Berikan penkes tentang
manajemen keperawatan keluarga 2 kali kali kunjungan selama 30 menit bisa melakukan hipertensi dan teknik
kesehatan kunjungan selama 30 menit dalam interval waktu 1 minggu terapi non-farmakologis/terapi
keluarga dalam interval waktu 1 diharapkan keluarga mampu komplementer komplementer dengan
minggu diharapkan meningkatkan pengetahuan untuk menurunkan menggunakan
manajemen kesehatan keluarga mengenai hipertensi. tekanan perendaman kaki
keluarga pasien meningkat. darah/membuat menggunakan air hangat
badan rileks dalam pencegahan dan
seperti merendam mengatasi masalah. -
dengan air hangat Berikan penjelasan
atau minum jus terkait pengobatan
mentimun. non farmakologis
- Keluarga dan klien mengenai hipertensi
mampu
menyebutkan
penatalaksanaan
nonfarmakologis
hipertensi selain
rutin minum obat.

2. Setelah diberikan perawatan 1x Psikomotor - Keluarga dan klien - Identifikasi faktor


kunjungan selama 30 menit mampu mengatahu internal dan eksternal
dalam interval waktu 1 minggu apakah faktor- yang dapat
diharapkan keluarga mampu faktor yang dapat meningkatkan atau
meningkatkan pasien untuk memperberat atau mengurangi motivasi
hidup sehat dan memanajemen meringankan untuk perilaku sehat.
hipertensi dengan baik. motivasi klien
untuk hidup lebih
sehat seperti
dukungan
keluarga, stressor.
3. Setelah diberikan perawatan Verbal - Keluarga mampu - Jelaskan pentingnya
selama 1 kali kunjungan selama mengambil mengungkapkan
30 menit dalam interval waktu 1 keputusan dalam keluhan yang dirasakan.
minggu diharapkan keluarga manajemen - Berikan kesempatan
mampu mengambil keputusan kesehatan anggota untuk bertanya.
kesehatan tentang hipertensi. keluarga.

- Keluarga
4. Setelah diberikan perawatan Verbal - Jelaskan dan yakinkan
menggunakan
selama 1 kali kunjungan selama keluarga tentang
fasilitas kesehatan
30 menit dalam interval waktu 1 pelayanan kesehatan
untuk melakukan
minggu diharapkan keluarga yang ada. - Anjurkan
pengobatan dan
mampu memanfaatkan fasilitas keluarga untuk
control
kesehatan untuk meningkatkan memanfaatkan
kesehatan anggota yang sakit pelayanan kesehatan
dan seluruh anggota keluarga. yang ada.
5. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Tercipta - Ciptakan suasana yang
selama 1 kali kunjungan selama lingkungan aman, bersih dan sehat.
30 menit dalam interval waktu 1 mendukung - Gunakan pendekatan
minggu diharapkan keluarga anggota keluarga yang tenang dan
mampu memodifikasi aman. meyakinkan
lingkungan untuk mendukung
peningkatan kesehatan
keluarga.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2013). Pada
tahap ini perawat akan mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan
berdasarkan hasil pengkajian dan penegakkan diagnosis yang diharapkan dapat
mencapai tujuan dan hasil sesuai yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan
status kesehatan klien. Penerapan implementasi keperawatan yang dilakukan perawat
harus berdasarkan intervensi berbasis bukti atau telah ada penelitian yang dilakukan
terkait intervensi tersebut. Hal ini dilakukan agar menjamin bahwa intervensi yang
diberikan aman dan efektif (Miller, 2012). Dalam tahap implementasi perawat juga
harus kritis dalam menilai dan mengevaluasi respon pasien terhadap
pengimplementasian intervensi yang diberikan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dari prsoes keperawatan. Tahap ini sangat
penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien (Perry
& Potter, 2013). Hal yang perlu diingat bahwa evaluasi merupakan proses kontinue
yang terjadi saat perawat melakukan kontak dengan klien. Selama proses evaluasi
perawat membuat keputusan-keputusan klinis dan secara terus-menerus mengarah
kembali ke asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan adalah membantu klien
menyelesaikan masalah kesehatan actual, mencegah terjadinya masalah risiko, dan
mempertahankan status kesehatan sejahtera. Proses evaluasi menentukan keefektifan
asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi dilaksanakan dengan SOAP:
S: Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A: Analisa ulang antara data subjektif dan data objektif untuk menyimpulkan apa
masih muncul masalah baru atau data yang kontraindikasi dengan masalah yang ada.
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
4. WOC

Faktor Predisposisi: Usia, Jenis Kelamin, Merokok, Stress, Kurang Olahraga, Faktor Genetik, Alkohol, Konsentrasi Garam, Obesitas

Hipertensi
Kecenderungan
keluarga yang
mengarah ke perilaku
TD meningkat >130/80mmHg, sakit kepala, pusing, rasa
yang buruk CVP meningkat
berat ditengkuk, lelah dan lemah

Gagal mencapai Nadi perifer teraba


Kurangnya Informasi
Kurang pengetahuan tentang praktik kesehatan pengendalian yang optimal lemah
dasar (minum obat, cek tensi, diet)
CRT >3 detik
Mengurangi perubahan status
Tidak menunjukkan minat pada perbaikan kesehatan
Penurunan Curah
perilaku sehat (tidak mentaati diet)
Jantung
Perilaku Kesehatan
Pola perilaku kurang mencari bantuan Cenderung Beresiko
kesehatan
Tidak memahami masalah kesehatan
yang diderita oleh anggota keluarga
Mengabaikan hubungan
Ketidakmampuan bertanggung jawab untuk memenuhi praktik kesehatan dengan keluarga
(mentaati diet, tidak merokok, makanan berlemak)
Aktivitas keluarga untuk mengatasi
Gangguan individualisme masalah kesehatan tidak tepat
Ketidakefektifan Pemeliharaan
Kesehatan
Melakukan rutinitas tanpa mempedulikan Ketidakefektifan Manajemen
kebutuhan klien (interaksi/sosialisasi) Kesehatan Keluarga
Hubungan keluarga terganggu
Kesulitan dengan program
pengobatan yang sudah
dijadwalkan
Mengabaikan program
pengobatan

Aktivitas sehari-hari dapat


terganggu Interaksi berkurang

Ketidakefektifan Ketidakmampuan Koping


Manajemen Kesehatan Keluarga
Keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. Zaidin. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.


Andriano, T. (2021). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Muara Rapak.
Ardiansyah. (2012). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Pasien
Penderita Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam Malik. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Arifin, Muhammad Hafis Bin Mohd, at all (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Petang I Kabupaten Badung Tahun 2016.E-Jurnal Medika, Vol.5 No.7.
Ashidiqie, M. L. I. I. (2020). Peran Keluarga Dalam Mencegah Corona Virus Disease 2019.
SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(8), 911-922.
Belleh, T. (2021). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Keluarga
Tn. NN Dengan Masalah Defisit Pengetahuan Di Desa Noelbaki Dusun Dendeng.
Poltekkes Kemenkes Kupang).
Cahyamulat, Tri. (2018). Studi Kasus Pada Keluarga Ny ”H” Dengan Anggota Keluarga Yang
Mengalami Gangguan Kesehatan Tb Paru Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate
Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 7(1), 136-158.
Dewi, W. K. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Kasus
Hipertensi. 1-122.
Fajri, Y. S. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Pada Lansia Tahap
Awal di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang.
Fitriayani, Yosi., dkk. 2020. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Esensial
Di Desa Kemingking Dalam Kabupaten Muaro Jambi. Vol. 6. No. 1. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi.
Khairunnisa, A. (2019). Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi di Ruang Angsoka
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai