PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2. Tujuan khusus
Mengidentifikasi efektifitas perencanaan tindakan keperawatan
pendidikan kesehatan terapi Diet DASH dalam “Asuhan Keperawatan
Keluarga dengan Hipertensi dalam Penerapan Terapi Diet DASH "
2. Penulis:
Laporan kasus ini dapat diaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi dalam penerapan diet
DASH di desa Mekar wilayah Kerja Puskesmas Soropia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
ikatan tertentu untuk saling berbagi pengalaman dan melakukan
pendekatan emosional, serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Berbeda halnya dengan Padila
(2012), keluarga adalah suatu arena berlangsungnya interaksi kepribadian
atau sebagai sosial terkecil yang terdiri dari seperangkat komponen yang
sangat tergantung dan dipengaruhi oleh struktur internal dan system-
sistem lain.
Sudiharto (2007), mendefinisikan keluarga adalah unit pelayanan
kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan
komunitas. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota
keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga lain. Dari beberapa
pengertian keluarga disimpulkan keluarga adalah dua orang atau lebih
yang hidup bersama dan diikat oleh suatu ikatan pernikahan yang sah
untuk berbagi pengalaman satu sama lain dan mampu memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani pasangan.
2. Tipe keluarga
Berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai keluarga tradisional dan
non tradisional adalah sebagai berikut.
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya
keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga
dengan orang tua campuran atau orang tua tiri (Padila,2012).
2) Keluarga adopsi
Adopsi merupakan sebuah cara lain untuk membentuk keluarga.
Dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orang
tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan saling
menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak
orang tua adopsi mampu member asuhan dan kasih sayangnya
pada anak adopsinya sementara anak adopsi diberi sebuah
keluarga yang sangat menginginkan mereka (Friedman,2010).
3) Keluarga besar
Keluarga dengan pasangan yang berbagai pengaturan rumah
tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak/adik,
dan keluarga dekat lainnya. Anak-anak kemudian dibesarkan
oleh generasi dan memiliki pilihan model pada prilaku yang akan
membentuk pola prilaku mereka (Friedman,2010).
4) Keluarga orang tua tunggal
Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu atau ayah
sebagai kepala keluarg. Keluarga orang tua tunggal tradisional
adalah keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang
bercerai, ditelantarkan, atau berpisah. Keluarga orang tua tunggal
nontradisional adalah keluarga yang kepala keluarganya tidak
menikah (Friedman,2010).
5) Dewasa lajang dan tinggal sendiri
Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari
beberapa bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini
tidak terdiri atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman-
teman. Hewan peliharaan juga dapat menjadi anggota keluarga
yang penting (Friedman,2010).
6) Keluarga orang tua tiri
Keluargayang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang
kompleksdan penuh dengan strees. Banyak penyesuaian yang
perlu dilakukan dan sering kali individu yang berada atau
subkelompok keluhan yang baru terbentuk ini beradaptasi
dengan kecepatan yang tidak sama (Friedman,2010).
7) Keluarga binuklir
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak
merupakan anggota dari sebuah system keluarga yang terdiri atas
dua rumah tangga inti, maternal dan paternal dengan keragaman
dalam hal tingkat kerja sama dan waktu yang dihabiskan dalam
setiap rumah tangga (Friedman,2010).
3. Fungsi keluarga
Menurut Friedman (2010), lima fungsi keluarga menjadi saling
berhubungan erat pada saat mengkaji dan melakukan intervensi
dengan keluarga. Lima fungsi itu adalah:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan
maupun berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi
afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling
penting. Manfaat fungsi afektif didalam anggota keluarga
dijumpai paling kuat diantara keluarga kelas menengah dan
kelas atas, karena pada keluarga tersebut mempunyai lebih
banyak pilihan. Sedangkan pada keluarga kelas bawah, fungsi
afektif sering terhiraukan.
b. Fungsi sosialisasi dan status social
Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan
lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
masyarakat menurut Lislie dan Korman (1989 dalam
Friedman,2010).
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang
menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan
kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan
praktik kesehatan (yang mempengaruhi status kesehatan
anggota keluarga secara individual) adalah fungsi keluarga
yang paling relevan bagi perawat keluarga (Friedman,2010).
Kurangnya pengetahuan keluarga dalam pemenuhhan
kebutuhan nutrisi pada anggota keluarga yang mengalami
hipertensi terutama pada asupan natrium menyebabkan
peningkatan penderita hipertensi.
d. Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin
kontinuitas antar-generasi keluarga masyarakat menurut Lislie
dan Korman (1989 dalam Friedman,2010).
e. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber
daya yang cukup financial, ruang dan materi sertaalokasinya
yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan. Pendapatan
keluarga yang terlalu rendah menyebabkan keluarga tidak
mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga keluarga
mengalami kesenjangan nutrisi (Friedman,2010).
B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan
diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum,
sesorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih
dari 140/90 mmHg. Elizabeth j. Corwin, 2009 (dikutip dari Medikal
Bedah). Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih
dari 80 mmHg. Arif Muttaqin, 2009. (dikutip dari Medikal Bedah).
2. Etiologi
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin
penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses
labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan 50-an dan
secara bertahap “ menetap “ pada suatu saat dapat juga terjadi
mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang
menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan cepat. Penyebab
hipertensi primer atau esensial adalah gangguan emosi, obesitas,
konsumsi alkohol yang berlebihan, pola makan tidak seimbang,
kopi, obat – obatan, faktor keturunan (Brunner & Suddart, 2015).
Sedangkan menurut Robbins (2007), beberpa faktor yang berperan
dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik
dan pengaruh lingkungan seperti, stress, kegemukan, merokok,
aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah
besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan
penyebab tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit
parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan
kehamilan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut
Wijaya& Putri (2013), penyebab hipertensi sekunder diantaranya
berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal,
kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi
insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti
kontasepsi oral.
3. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer
(periphral resistance). Tekanan darah membutuhkan aliran darah
melalui pembuluh darah yang ditentukar oleh kekuatan pompa jantung
(cardiac output) dan tahanan perifer. Sedangkan cardiac output dan
tahanan perifer dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berinteraksi
yaitu natrium, sttress, obesitas, genetik, dan faktor risiko hipertensi
lainnya.
Menurut Anies 2006 (dikutip dari trend desease) peningkatan
tekanan darah melalui mekanisme :
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan darah lebih
banyak cairan setiap detiknya.
b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat meningkatkan tekanan
darah.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Ardiansyah (2012). Sebagian manifestasi klinis timbul setelah
penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun. Gejalanya
berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah interakranium.
b. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai
dampak dari hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan
saraf pusat.
d. Nokturia (sering berkemih dimalam hari) karena adanya
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomelurus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Ardiansyah (2012). Terapi obat pada
penderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat berkut :
a. Terapi Farmakologi
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg per hari dengan dosis
tunggal pada pagi hari (pada hipertensi dalam kehamilan, hanya
digunakan bila disertai hemokonsentrasi/udem paru).
2) Reserpin 0,1 - 0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.
3) Propanolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat
dinaikkan 20 mg dua kali sehari (kontraindikasi untuk penderita
asma).
4) Kaptopril 12,5-25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari
(kontraindikasi pada kehamilan selama janin hidup dan untuk
penderita asma).
C. Diet DASH
DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang didirikan oleh
National Health, Lung, and Blood Institute menyarankan untuk mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung kalium, kalsium, magnesium, rendah lemak,
dan tinggi serat. Contoh makanan yang disarankan DASH untuk diet penyakit
hipertensi adalah serealia dan produknya, sayur, buah, susu rendah lemak, dan
olahannya, daging dan ikan, serta kacang-kacangan dan umbi-umbian. Diet yang
disarankan DASH ini merekomendasikan untuk lebih banyak mengkonsumsi
sayur dan buah, dari aspek gizi, buah dan sayur banyak mengandung mineral
penting, seperti kalium, magnesium, dan serat yang mampu menjaga tekanan
darah tetap stabil. Dengan cukup mengkonsumsi kalium, konsentrasi ion Na+
dalam tubuh dapat dikontrol secara hati-hati (Julianti 2005). Pola makan yang
sesuai merupakan suatu penatalaksanaan yang perlu diperhatikan oleh penderita
hipertensi, hal tersebut akan sangat membantu mengendalikan tekanan darah.
Oleh karena itu terapi diet dapat dilakukan untuk menormalkan hipetensi.
Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan.
1. Kurangi konsumsi natrium (Na)
Batasi penggunaan garam dalam masakan, jangan lebih bahkan lebih baik
kurang dari 1 sendok teh (tidak lebih dari 2.400 mg/hari). Kandungan
natrium yang terlalu tinggi dikeluarkan melalui urin bersama kalium
dalam jumlah besar. Kondisi ini bukan sesuatu yang baik bagi jantung.
Pasalnya, kalium sangat diperlukan jantung untuk aktivitasnya. Semakin
lama, kehilangan kalium dalam jumlah besar memperberat kerja jantung
yang pada akhirnya terjadi peningkatan tekanan darah. Selain itu, natrium
yang berlebihan menimbulkan pengendapan kalsium dalam persendian
dan tulang belakang serta menarik dan menahan air dalam tubuh.
2. Kurangi konsumsi energi dalam bentuk karbohidrat dan lemak
Konsumsi kalori dalam bentuk karbohidrat dan lemak akan meningkatkan
aktivitas sistem saraf simpatik yang akhirnya akan menyebabkan
hipertensi. Peningkatan tekanan darah terutama terjadi jika fleksibilitas
pembuluh darah menurun akibat adanya aterosklerosis, yaitu penumpukan
lemak dan kolesterol pada pembuluh darah hal ini juga yang memicu
terjadinya penyakit jantung dan obesitas. Dari total energi yang
dibutuhkan, penuhi 50%--65% dari karbohidrat dan kurang dari 30% dari
lemak.
3. Batasi konsumsi pangan hewani dan tingkatan konsumsi pangan nabati
Selain memiliki kandungan lemak tinggi, umumnya panganan hewani
juga memiliki kandungan natrium tinggi.
4. Tingkatkan konsumsi bahan makan yang banyak mengandung mineral
kalium (K) dan kalsium (Ca)
Tabel 2.1 Penurunan tekanan darah berdasarkan modifikasi gaya hidup
yang berkaitan dengan diet
Perubahan Rekomendasi Estimasi Penurunan
Gaya Hidup Tekanan
Darah Sistole
Penurunan Dipertahankan BB normal 50-20 mmHg/10 kg
berat badan (IMT=18,5 – 24,9 kg/m2) penurunan berat
badan
Perencanaan Konsumsi Banyak sayuran, 18 – 14 mmHg
makan DASH buah dan hasil olahan susu
rendah lemak, dan
mengurangi asupan lemak
jenuh dan kolesterol
Mengurangi Asupan Natrium khlorida 2 – 8 mmHg
asupan natrium antara 1500 – 2400 mg
natrium atau 3,8 – 6 gram
NaCl per hari
Meningkatkan Meningkatkan asupan kalium 4 – 9 mmHg
asupan kalium Sampai Sampai 120 gram
mm.mol/hari (4,7 perhari)
Membatasi Bagi yang minum alkohol 2 – 4 mmHg
asupan alkohol
1. Pengkajian
Proses pengakajian keluarga ditandai dengan pengumpulan
informasi terus menerus dan keputusan professional yang mengandung arti
terhadap informasi yang dikumpulkan. Pengumpulan data keluarga berasal
dari berbagai sumber : wawancara, observasi rumah keluarga dan
fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga. Pengkajian
keluarga dengan anggota keluarga hipertensi Format pengkajian keluarga
model Friedman yang diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama
Hipertensi menurut Friedman (2010), meliputi :
a. Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian
pendidikan diketahui bahwa pendidikan atau pengetahuan
berpengaruh pada kemampuan dalam mengatur pola makan dan
pentingnya diet pada penderita hipertensi. Sedangkan pekerjaan
yang terlalu sibuk dapat mengakibatkan kurangnya perhatian bagi
penderita hipertensi (Raihan, 2014).
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga yang
mengalami hipertensi.
3) Suku bangsa
Identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan. Biasanya keluarga dengan penderita hipertensi
mempunyai budaya tidak terlalu memperhatikan menu makanan
bagi penderita.
4) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya. Pada
pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status
sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.
Dampak dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang tidak
bisa mencukupi kebutuhan nutrisi keluarga (Padila, 2012).
Biasanya keluarga dengan hipertensi tidak mengenal tingkatan
ekonomi semua kalangan berpotensi mengalami kejadian tersebut.
c. Pengkajian Lingkungan
Karakteristik rumah
karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah, jumlah
ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan, tanda cat yang sudah mengelupas, serta
dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010). Kondisi lingkungan yang
tidak stabil dan jauh dari prilaku hidup bersih dan sehat dapat menimbulkan
stress berkepanjangan yang merupakan salah satu faktor terjadinya
hipertensi.
d. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling
mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa
empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010). Ketidak
mampuan keluarga melakukan fungsi afektif membawa pengaruh
besar terhadap anggota keluarga yang mengalami hipertensi.
2. Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta
memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010).
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
di gunakan pada pemeriksaan fisik head to toe untuk pemeriksaan fisik
untuk Hipertensi adalah sebagai berikut:
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda-tanda vital. Biasanya penderita hipertensi
mempunyai berat badan diatas normal atau obesitas dan tanda-tanda
vital diatas normal sistole >140 mmHg dan diastole >90 mmHg.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada vena
jagularis, kebershan telinga, adakah gangguan pendengaran,
kebersihan mulut dan gigi. Identifikasi apakah ada sensasi nyeri dan
pusing.
3) Sistem integumen
Elastisitas kulit, adanya edema, adanya lipatan kulit trisep untuk
penderita dipertensi dengan peningkatan berat badan (Alimul
Aziz,2012).
4) Sistem pernafasan
Pada system pernafasan penderita hipertensi didapatkan sering
didapatkan keluhan sesak nafas saat ktivitas, riwayat merokok,batuk
dengan atau tanpa sputum.
5) Sistem Kardiovaskular
Pada sistem kardiovaskular didapatkan tekanan darah meningkat, nadi
meningkat, denyut jantung meningkat, disritmia, pengisian kapiler
lambat (>2 detik).
6) Sistem Gastrointestinal
Riwayat mengkonsumsi makanan tinggi lemak atau kolesterol, tinggi
garam, dan tinggi kalori. Selain itu, juga melaporkan mual, muntah,
perubahan berat badan, dan riwayat pemakaian deuretik. Temuan fisik
meliputi berat badan diatasnormal atau obesitas, edema, kongesti
vena, distensi vena jagularis, dan glikosuria (Wajan Juni,2011).
7) Sistem Urinary
Riwayat penyakit ginjal (obstruksi atau infeksi). Temuan fisik:
produksi urine <50 ml/jam atau oliguri.
8) Sistem Muskuluskletal
Melaporkan angina, nyeri intermiten pada paha-claudication (indikasi
arteriosklerosis pada ekstremitas bawah), sakit kepala hebat di
oksipital, nyeri atau teraba massa diabdomen.
9) Sistem Neurolgis
Melaporkan serangan pusing/pening, sakit kepala berdenyut
disubokspital, episode mati rasa, atau kelumpuhan salah satu sisi
badan.
a. Diagnosa Keperawatan
Kurang pengetahuan diet DASH: ketiadaan atau defisiensi informasi
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Batasan karakteristik;
ketidak akuratan mengikuti perintah, kurang pengetahuan, apatis,
pengungkapan masalah. Faktor yang berhubungan; keterbatasan
kognitif, kurang informasi, tidak familier dengan sumber informasi.
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak enam kali empat puluh lima
menit, keluarga mampu mengenal, memutuskan dan merawat
anggota keluarga dengan kurang pengetahuan tentang diet DASH.
2) Tujuan Khusus
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 45 menit,
keluarga mampu:
3) Rencana
a) Kaji, Pengetahuan keluarga, diskusikan bersama keluarga
tentang pengertian diet DASH, jelaskan kepada keluarga
tentang tujuan diet DASH, jelaskan dampak yang ditimbulkan
akibat kurang pengetahuan, beri kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya, bantu keluarga untuk mengulangi apa yang
telah dijelaskan, beri pujian atas perilaku yang benar.
b) Mengambil keputusan untuk mengatasi hipertensi pada anggota
keluarga.
Evaluasi:
Respon verbal, keluarga mampu mengambil keputusan.
Standar , keluarga mengatakan keputusan dalam mengatasi
keluarga yang mengalami hipertensi.
Intervensi:
Kaji pengetahuan keluarga, jelaskan pada keluarga mengenai
tindakan yang harus dilakukan saat anggota keluarga mengalami
hipertensi, bimbing dan motivasi keluarga untuk mengambil
keputusan dalam menangani masalah hipertensi, berikan pujian
atas keputusan yang diambil untuk mengatasi masalah hipertensi
pada anggota keluarga.
c) Merawat anggota keluarga yang hipertensi dengan
mendemonstrasikan cara penerapan diet DASH untuk penderita
hipertensi.
Evaluasi:
Respon verbal; keluarga mampu mendemonstrasikan cara
mengatur menu makanan bagi penderita hipertensi Intervensi:
Kaji pengetahuan keluarga, jelaskan pada keluarga cara
mengatur menu diet pada anggota keluarga yang mengalami
hipertensi: menyajikan makanan yang sesuai terapi diet DASH,
beri pujian kepada keluarga atas keberhasilan keluarga mengatur
diet pada anggota keluarga yang mengalami hipertensi.
Menurut Packer, Boldy, Grahan, Melling, Parsons dan Osborn (2011) manfaat
manajemen diri yaitu, Manajemen diri mendukung partisipasi aktif pasien terhadap
pengobatan, meminimalkan dampak penyakit kronik pada fungsi dan status kesehatan
serta kolaborasi pasien dengan tenaga kesehatan. Selain itu menurut Balduino,
Mantovani, Lacerda dan Meier (2013), tujuan manajemen diri hipertensi adalah
memperoleh informasi untuk berhenti merokok, mengontrol berat badan, melakukan
aktivitas fisik secara teratur, nutrisi yang tepat, mengurangi garam dan memonitor
tekanan darah. Manajemen diri pada pasien hipertensi mendorong individu sadar
terhadap perilaku mereka ke depan terhadap status kesehatan untuk mengkaji adanya
potensi yang berbahaya.
Metode belajar yang dapat digunakan mencakup konseling face to face pada
individu dan keluarga atau kelompok, edukasi dan demonstrasi menggunakan
booklet, workshop, dan follow up melalui telepon. Materi disampaikan dalam bentuk
tertulis seperti booklet, handout, manual, buku kerja atau videotape. Tempat
pelaksanaan mencakup edukasi pada orang dewasa, komunitas, rumah sakit,
perawatan primer, pusat rehabilitasi, rumah, sekolah, pusat perawatan tersier dan
jaringan kerja (Barlow et al, 2002).
b) Latihan Aerobik
Latihan anaerobik adalah latihan intensitas tinggi, aktivitas berat seperti mengangkat
beban atau berlari. Hal ini dilakukan untuk membangun kekuatan, meningkatkan
kecepatan dan mengurangi lemak tubuh. Pasien punya peluang untuk melakukan
bermacam latihan dengan sering setiap hari. Membawa belanjaan atau berlari
mengejar bus merupakan latihan anaerobik. Interval latihan pada latihan anaerobik
besar. Interval latihan dapat dilakukan dengan banyak tipe latihan (sebagai contoh
berlari, bersepeda, berenang, atau mengangkat beban). Interval dapat dilakukan
melalui peningkatan kecepatan untuk waktu jangka pendek (contoh, antara 10-60
detik) kemudian mengambil periode pemulihan yang lambat setidaknya 3 kali
sepanjang interval. Untuk interval latihan dapat mengulangi saat tidak sedang
bekerja. Sebagai contoh, berlari selama 30 detik kemudian berjalan selama 2 menit,
berlari 30 detik, berjalan selama 2 menit dan selanjutnya. Salah satu manfaat dari
latihan anaerobik yaitu meningkatkan metabolisme tubuh hampir 18 jam setelah
aktivitas berakhir. Ini berarti dapat membakar kalori pada tingkat yang lebih cepat
setelah selesai latihan. Ini dapat membantu menurunkan berat badan. Sebaiknya
latihan anaerobik hanya meningkatkan tingkat metabolisme tubuh untuk 2 jam.
c) Waktu pelaksanaan
Ada 3 cara untuk mengukur latihan yaitu frekuensi, durasi, dan intensitas.
1. Frekuensi : adalah seberapa sering latihan. Latihan aerobik dapat
dicoba paling sedikit 3 kali seminggu. Terlalu banyak latihan aerobik
dapat menyebabkan overtraining dan cedera berlebihan. Latihan
dilakukan selama 2 atau 3 kali seminggu.
2. Durasi : adalah berapa lama latihan. Tujuannya adalah setiap latihan
dilakukan 30-60 menit. Pasien mungkin perlu melakukannya secara
bertahap.
3. Intensitas : adalah seberapa keras bekerja ketika melakukan latihan.
Ketika melakukan latihan aerobik, harus menjaga kondisi jantung.
Untuk meyakinkan hasil dari latihan, perlu mengecek denyut nadi
selama latihan.
Pasien perlu mengatur target denyut jantung untuk diri sendiri untuk
meyakinkan bahwa latihan cukup keras tidak membahayakan jantung,
namun cukup mudah sehingga dapat melakukan latihan dengan aman.
Tujuan latihan aerobik adalah memelihara target denyut jantung selama latihan
selama 20 menit. Pasien dapat juga menggunakan target denyut jantung untuk
memeriksa perkembangan setiap waktu. Untuk latihan anaerobik, menggunakan
monitor denyut jantung selama interval istirahat ke monitor pemulihan. Pasien akan
melakukan lari cepat, istirahat, kemudian melakukan lari cepat lainnya sekali sampai
memasuki zona pemulihan. Setelah beberapa minggu latihan, dapat melanjutkan
meningkatkan level fitness melalui peningkatan frekuensi, durasi atau intensitas
latihan (NIHNH, 2016).
Penelitian oleh Song dan Nam (2015) tentang efektifitas intervensi
manajemen diri risiko stroke pada orang dewasa dengan prehipertensi menunjukkan
adanya aktivitas fisik yang teratur dan dipertahankan dari waktu ke waktu setelah
mendapatkan intervensi. Penelitian tentang hasil dari program manajemen diri
penyakit kronis terhadap status kesehatan, perilaku sehat dan perawatan kesehatan
didapatkan peningkatan pada latihan aerobik (Brady et al, 2013).
Penelitian Katzmarzyk dan Lee (2012) di USA tentang perilaku sedentari dan
harapan hidup dalam menghilangkan penyebab langsung melalui tabel analisis yang
menggunakan cut off points < 3 jam, 3-5, 9 jam,≥ 6 jam, menunjukkan bahwa
pengurangan aktivitas sedentari sampai dengan < 3 jam per hari dapat meningkatkan
umur harapan hidup sebesar 2 tahun.
Aktivitas fisik yang rendah merupakan faktor risiko yang paling umum untuk
kondisi jangka panjang, dengan 95% dari populasi orang dewasa tidak melakukan
aktivitas fisik yang disarankan minimal 30 menit dengan intensitas sedang dalam lima
hari atau lebih dalam seminggu (Davies, 2011). Aktivitas fisik yang mengangkat
beban sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan tekanan darah secara
mendadak sebagai respon vagal yang terjadi selama kontraksi otot isometrik ketika
mengangkat beban (Black & Hawks, 2014).
2. Nafas Dalam
Dengan fokus penuh, napas bersih, bernapas dalam sederhana namun kuat
teknik relaksasi. Mudah dipelajari, dapat dipraktekkan hampir di mana saja, dan
menyediakan cara cepat untuk mengecek tingkat stres bernapas adalah landasan
dari banyak praktik relaksasi lainnya, juga dapat dikombinasikan dengan elemen
santai lain seperti aromaterapi dan musik. Hal ini hanya memerlukan beberapa
menit dan tempat untuk berbaring. Kunci untuk bernapas dalam adalah bernapas
dalam dari perut, mendapatkan udara segar sebanyak mungkin dalam paru-paru.
Ketika mengambil napas dalam dari perut, bukan napas dangkal dari bagian atas
dada, menghirup lebih banyak oksigen. Semakin banyak oksigen yang
didapatkan, mengurangi ketegangan, sesak napas, dan cemas.
c. Diet Sehat
Perbedaan individu yang hidup di masa transisi ke modern akan diikuti
dengan perubahan perilaku dan berpengaruh pada kesehatan. Perilaku tersebut dapat
terlihat dari kebiasaan konsumsi makanan cepat saji (junk food) yang sarat dengan
resiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Triwibowo & Pusphandani, 2015).
Intake sodium yang berlebihan responnya dianggap dalam menginisiasi hipertensi
pada beberapa pasien (Lewis, Heikemper & Shannon, 2000). Natrium dan kalsium
dapat berpengaruh pada tekanan darah. Natrium bersifat menahan air sehingga
menambah beban darah yang masuk ke jantung dan berakibat pada kenaikan tekanan
darah. Sedangkan kalsium bersifat menguatkan kerja jantung. Kalium dan
magnesium berpengaruh dalam membantu menurunkan tekanan darah. Kalium
bersifat mendorong keluar natrium yang berlebihan sehingga mengurangi beban
jantung dan menurunkan tekanan darah. Sementara magnesium mengurangi kekuatan
otot jantung (Hartono & Hartono, 2014). Diet yang saat ini dikembangkan dan
direkomendasikan oleh JNC untuk pasien hipertensi dikenal dengan DASH (Dietary
approaches to stop hypertension) (NIHNH, 2010). Prinsip diet DASH yaitu
menurunkan masukan sodium, kolesterol, lemak, dan gula dan meningkatkan
masukan buah-buahan, sayuran dan produk harian rendah lemak untuk membantu
manajemen hipertensi (Wahyuningsih, 2013). Selain diet DASH tersebut pasien
hipertensi dapat menurunkan tekanan darah dengan beralih dari diet kaya protein
hewani menjadi diet yang kaya akan protein nabati (Hartono & Hartono, 2014).
Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam pengaturan diet pada penderita
hipertensi adalah pertama, membatasi jumlah garam sesuai dengan kesehatan pasien
dan jenis makanan dalam daftar diet. Garam yang dikonsumsi yang dimaksud adalah
garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari
hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam
dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼- ½
sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
Anjuran diet sesuai dengan kandungan garam/natrium, yakni : Diet rendah
garam I (200-400 mg Na), untuk hipertensi berat, dengan edema, asites, pada
pengolahan masakannya tidak menambahkan garam dapur ; Diet rendah garam II
(600-800 mg Na), untuk hipertensi tidak terlalu berat, edema, asites, pada pengolahan
masakannya boleh ditambahkan ½ sdt garam dapur (2 gram); Diet rendah garam III
(1000-1200 mg Na) untuk hipertensi ringan, pada pengolahan masakannya boleh
ditambah dengan 1 sdt garam dapur (4 gram).
Kedua, menghindari atau membatasi makanan yang berkadar lemak jenuh
tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih), makanan yang diolah dengan
menggunakan garam natrium (biskuit, krackers, keripik dan makanan kering yang
asin), makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink), makanan yang diawetkan (dendeng, asinan
sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang), susu full
cream, mentega, margarin, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi
kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam), bumbu-
bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu
penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium, serta minum
alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape. Konsumsi
kafein terutama yang didapat dari konsumsi kopi. Kafein memiliki pengaruh
meningkatkan tekanan darah dengan mengaktifkan sistem saraf simpatik yang
meningkatkan vasokontriksi (Uiterwaal et al, 2007).
Ketiga, meningkatkan pemasukan kalium. Konsumsi kalium dapat menurunkan
tekanan darah (bila asupan natrium tinggi), karena kalium berfungsi sebagai diuretik
(merangsang pengeluaran urin) sehingga pengeluaran natrium cairan meningkat serta
kalium menghambat pengeluaran renin sehingga mengubah sistem renin angiotensin.
Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium
akibat dari rendah natrium. Kandungan kalium dalam bahan makanan pada umumnya
dapat di temukan dalam buah-buahan dengan mengkonsumsi porsi ukuran sedang (50
gram) dari apel (159 mg kalium) jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium),
pisang (451 mg kalium), kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas
(406 mg kalium). Meningkatkan magnesium. Magnesium berfungsi sebagai
vasodilator pada koroner dan arteri peripheral. Hipomagnesemia (keadaan rendah
magnesium) banyak terjadi pada hipertensi, sehingga membutuhkan dosis
antihipertensi lebih tinggi untuk mengontrol tekanan darah.
Hasil penelitian Appel, Brands, Daniels, Karanja, Elmer, Sacks, et al (2006) di
dapatkan bahwa diet DASH menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 7,1 mmHg
pada orang yang tidak hipertensi dan 11,5 mmHg pada orang dengan hipertensi. Pola
diet DASH yaitu mengkonsumsi diet kaya buah dan sayuran (8-10 sajian/hari),
produk harian rendah lemak (2-3 sajian/hari), dan mengurangi lemak jenuh dan
kolesterol. Batasan garam yang di rekomendasikan yaitu 2400 mg/hari atau 6
gram/hari dan masukan kalium 4,7 gram/hari. Hasil penelitian Lau (2015) bertujuan
untuk menganalisa dampak pada individu, edukasi diet dengan penerapan budaya diet
DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) selama 4 minggu pada perubahan
perilaku diet, pengetahuan tentang hipertensi, dan kepercayaan diri untuk manajemen
hipertensi pada orang Hispanik Amerika yang berbatasan dengan Mexico didapatkan
terjadi peningkatan pada skor median pada berat badan, tekanan darah sistolik dan
diastolik, REAP-S (untuk menilai masukan diet pada perawatan primer, yang
meliputi kemauan untuk mengubah kebiasaan diet) pada periode 2 minggu dan 4
minggu setelah intervensi pemberian edukasi pada pasien.
D. Tekanan Darah
Dalam pengukuran tekanan darah terdapat 2 (dua) istilah yang perlu diketahui
dalam menentukan hipertensi. Pertama, tekanan darah sistolik yaitu tekanan darah
yang terukur oleh alat tensimeter ketika jantung menguncup sehingga mencapai
angka tertinggi. Kedua, tekanan darah diastolik yaitu tekanan yang terukur saat
jantung mengembang sehingga angkanya terendah. Pada pasien hipertensi tekanan
darah dari hasil pengukuran dapat menunjukkan kenaikan tekanan darah sistolik di
atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg (Hartono & Hartono,
2014).
Tekanan darah arteri dapat diukur baik secara langsung maupun tidak
langsung. Metode langsung menggunakan insersi kateter arteri dan metode tidak
langsungpaling umum menggunakan sphigmomanometer dan stetoskop (Potter &
Perry, 2009). Pengukuran dilakukan pada posisi duduk di kursi setelah pasien
istirahat selama 5 menit, kaki dilantai dan lengan pada posisi setinggi jantung. Pada
saat pengukuran pasien dalam kondisi tenang dan tidak berbicara. Ukuran dan
peletakan manset (panjang 12-13 cm, lebar 35 cm untuk standar orang dewasa).
Pengukuran diulang satu kali, dengan sela antara 1-5 menit, pengukuran tambahan
dilakukan jika hasil kedua pengukuran sebelumnya sangat berbeda. Manset dipasang
melingkari lengan bagian atas (3 cm diatas lengan atas dan lebarnya minimal 40%
dari lingkar lengan) dengan kontrol manometer, dipompa hingga kira-kira 30 mmHg
sampai pulsasi radialis yang teraba menghilang. Kemudian stetoskop diletakkan
diatas arteri brakhialis pada lipat siku, disisi bawah manset, dan tekanan manset
kemudian diturunkan secara perlahan-lahan (2-4 mmHg/detik). Bunyi pertama yang
terdengar yang sinkron dengan nadi (bunyi ketukan yang jelas; fase 1 korotkoff
dinamakan tekanan darah sistolik). Secara normal bunyi ini awalnya lemah (fase 2)
sebelum menjadi lebih keras (fase 3), kemudian menjadi redup pada fase 4, dan
seluruhnya menghilang pada fase 5. Fase 5 ini disebut dinamakan tekanan darah
sistolik (CHEP 2005 dalam RNAO, 2009).
E. Hipertensi
Menurut JNC 8 (2015), Hipertensi (HTN) dikenal sebagai tekanan darah
tinggi yang mempengaruhi jutaan orang. Tekanan darah tinggi didefinisikan sebagai
tekanan darah pada ambang≥140 / 90 mmHg. Hipertensi juga dikenal sebagai tekanan
darah tinggi, yang didefinisikan sebagai meningkatnya tekanan darah arteri. Apabila
tekanan darah sistolik pada atau di atas 140 mmHg atau tekanan darah diastolik pada
atau di atas 90 mmHg menunjukkan Hipertensi (White, Duncan & Baumle, 2013).
Menurut HSA (2005) dalam RNAO (2009) Tekanan darah adalah pengukuran
tekanan atau kekuatan darah terhadap dinding pembuluh darah. Tekanan diukur
dalam milimeter air raksa (mmHg). Sedangkan Hipertensi atau tekanan darah tinggi
itu sendiri merupakan suatu kondisi medis di mana tekanan darah secara konsisten di
atas kisaran normal. Didefinisikan sebagai Hipertensi jika pernah didiagnosis
menderita hipertensi/penyakit tekanan darah tinggi oleh tenaga kesehatan
(dokter/perawat/bidan) atau belum pernah didiagnosis menderita hipertensi tetapi saat
diwawancara sedang minum obat medis untuk tekanan darah tinggi (minum obat
sendiri) (Riskesdas, 2013).
Hipertensi primer, idiopatik atau esensial adalah tekanan darah tinggi
persisten atau patologis yang tidak ditemukan penyebab spesifiknya. Sedangkan,
Hipertensi sekunder adalah Hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Sekitar 5
sampai 10% dari kasus tekanan darah tinggi disebabkan oleh masalah medis seperti
jantung atau penyakit ginjal, atau sebagai efek samping dari obat-obatan (HSA, 2005
dalam RNAO (2009). Hipertensi maligna cepat berkembang, elevasi tekanan darah
berat (diastolik 120 mmHg). Terdapat kerusakan arteriol dalam organ-organ penting.
Peradangan arteri di mata merupakan temuan penting. Hal ini paling umum
ditemukan pada laki-laki ras kulit hitam yang berusia lebih muda dari 40 tahun.
Penyebab lain hipertensi adalah penyakit ginjal yang mengganggu aliran darah ke
ginjal yang menyebabkan pengeluaran enzim yang disebut renin. renin yang
dihasilkan berinteraksi dengan plasma (White, Duncan & Baumle, 2013).
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 8 (2015)
TDS (mmHg) TDD (mmHg) Klasifikasi JNC 8
< 120 < 80 Normal
120-139 80-89 Pre Hipertensi
140-159 90-99 Hipertensi derajat I
> 160 >100 Hipertensi derajat II
Menurut JNC 8, (2015) Sebagian besar pasien dengan tekanan darah tinggi,
Penyebabnya tidak diketahui. Hipertensi diklasifikasikan sebagai Hipertensi primer
atau esensial. Sebagian kecil pasien memiliki penyebab spesifik dari tekanan darah
tinggi, yang diklasifikasikan sebagai Hipertensi sekunder. Lebih dari 90% pasien
dengan tekanan darah tinggi memiliki Hipertensi primer. Hipertensi Primer tidak
dapat disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan dengan terapi yang tepat (termasuk
modifikasi gaya hidup dan obat). Faktor genetik mungkin memainkan peran penting
dalam pengembangan Hipertensi primer. Bentuk tekanan darah tinggi ini cenderung
berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun. Kurang dari 10% pasien dengan
tekanan darah tinggi mengalami Hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder disebabkan
oleh kondisi medis yang mendasari atau medikasi. Kontrol terhadap kondisi medis
yang mendasari atau menghilangkan penyebab medikasi, akan menurunkan tekanan
darah sehingga menghilangkan Hipertensi sekunder. Penyebab paling umum dari
Hipertensi sekunder dikaitkan dengan gangguan ginjal seperti penyakit ginjal kronis
(CKD) atau penyakit renovaskular. Bentuk tekanan darah tinggi ini cenderung
muncul secara tiba-tiba dan sering menyebabkan tekanan darah tinggi dari Hipertensi
primer.
Menurut JNC 8, (2015) Berbagai faktor meningkatkan risiko seseorang untuk
mengembangkan Hipertensi. Faktor risiko meliputi kondisi kesehatan, gaya hidup,
dan riwayat keluarga. Beberapa faktor risiko, seperti riwayat keluarga, usia, jenis
kelamin, ras dan obesitas tidak dapat dikendalikan. Namun, ada faktor-faktor risiko
seperti aktivitas fisik dan diet yang dapat dikendalikan untuk mengurangi
kemungkinan pasien mengembangkan Hipertensi. Menurut RNAO (2009) tentang
Manajemen keperawatan pada Hipertensi, faktor-faktor gaya hidup yang
mempengaruhi tekanan darah yaitu : Diet, Berat Badan, Latihan, Konsumsi Alkohol,
Merokok dan Stress.
Hipertensi dikenal sebagai "Silent Killer" karena biasanya tidak memiliki
tanda-tanda peringatan atau gejala, dan banyak orang tidak tahu bahwa mereka
memiliki Hipertensi. Bahkan ketika tingkat tekanan darah yang sangat tinggi,
kebanyakan orang tidak memiliki tanda-tanda atau gejala. Sejumlah kecil orang
mungkin mengalami gejala seperti sakit kepala, muntah, pusing, dan sering mimisan.
Gejala ini biasanya tidak terjadi sampai tingkat tekanan darah telah mencapai tahap
yang berat atau mengancam jiwa. Satu-satunya cara untuk mengetahui secara pasti
jika seseorang memiliki Hipertensi adalah memeriksakan tekanan darah ke dokter
atau perawatan kesehatan profesional lainnya (JNC 8, 2015).
Hipertensi merupakan faktor risiko yang sangat penting dalam pencegahan
kematian dini di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan dapat meningkatkan risiko pada
penyakit Jantung dan stroke iskemik, penyakit vaskuler perifer, dan penyakit jantung
lainnya,seperti gagal jantung, anurisme aorta, aterosklerosis difus, penyakit ginjal
kronik dan emboli paru. Hipertensi juga merupakan faktor risiko terjadinya gangguan
kognitif dan demensia. Komplikasi lainnya seperti retinopati Hipertensi dan nefropati
Hipertensi (Smeltzer & Bare, 2010).
Modifikasi gaya hidup harus diterapkan pada semua pasien hipertensi antara
terapi definitif dan terapi tambahan. Modifikasi gaya hidup diarahkan untuk
menurunkan tekanan darah dan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Modifikasi gaya hidup seperti aktivitas fisik, diet garam, konsumsi alkohol dan
kafein, merokok dan stres. Modifikasi perilaku biasanya diteruskan sampai 1 tahun
sebelum terapi obat digunakan. Faktor-faktor yang mungkin mempercepat keputusan
terapi obat dini terkait hipertensi derajat 2 dan derajat 3. Adanya faktor risiko,
gangguan organ target, gangguan jantung klinis, atau gangguan serebrovaskular dan
diabetes (RNAO, 2009).
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi >140 mmHg untuk
tekanan sistolik dan >90 mmHg untuk tekanan diastolik. Terdapat beberapa faktor
resiko yang menyebabkan hipertensi, usia, riwayat hipertensi dalam keluarga,
obesitas, nutrisi yang tidak seimbang, pola hidup yang tidak sehat dan jarang
berolahraga. Makanan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap
kestabilan tekanan darah. Kandungan zat gizi seperti lemak dan natrium memiliki
kaitan yang erat dengan munculnya hipertensi (Julianti, 2005).
Manajemen diri adalah edukasi kelompok interdisiplin berbasis pada prinsip
pembelajaran orang dewasa, pengobatan individu dan teori manajemen kasus
(Barlow, Wright, Sheasby, Turner & Hainsworth, 2002). Salah satu program
edukasi manajemen diri hipertensi yaitu program manajemen diri penyakit kronis
yang merupakan edukasi berbasis komunitas. Manajemen diri ini efektif digunakan
dalam memodifikasi perilaku untuk meminimalkan hasil yang tidak diinginkan,
menyesuaikan kehidupan kerja dan sosial pasien untuk mengakomodasi gejala dan
keterbatasan fungsi dan berhubungan dengan konsekuensi emosional (Lorig et al,
2001).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka diberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi tenaga kesehatan diharapkan studi kasus ini dapat digunakan sebagai
tambahan informasi dalam mengembangkan program pada tenaga kesehatan
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan dengan pemberian asuhan keperawatan keluarga dapat menambah
pengetahuan tentang penatalaksanaan pada masyarakat yang mengalami
hipertensi dan lebih meningkatkan lagi fungsi perawatan pada anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat memperoleh data yang lebih akurat
dalam proses pengkajian berkaitan dengan kurang pengetahuan pada
penatalaksanaan hipertensi pada keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh :