Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Trancultural Nursing
Di tatanan praktek pelayanan keperawatan baik klinik maupun
komunitas banyak berbagai fenomena yang terjadi sehingga menuntut
pengembangan yang adaptif dan fleksibel untuk bisa diterapkan di
berbagai situasi dan kondisi. Untuk melakukan hal tersebut, perlu teori dan
model yang sesuai dengan berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan
masyarakat. Perubahan yang terjadi, antara lain: perubahan sosial, budaya
dan sistem nilai yang terjadi pada masyarakat.
Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah untuk
membentuk kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Leininger
mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur yang universal. Perbedaan
kultur tersebut dapat menjadi sumber informasi dalam melaksanakan
keperawatan. Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of
knowledge yang kuat, dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam
praktek keperawatan. Transcultural nursing ini berasal dari disiplin ilmu
antropologi yang dikembangkan ke dalam konteks keperawatan. Konsep
keperawatan transkultural ini didasari oleh pemahaman tentang adanya
perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger
beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman
budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien.
Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya
cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana
perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan
kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan klien, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami
disorientasi pada klien.

B. Pengertian Transcultural Nursing


Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu
ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya
atau keutuhan budaya kepada manusia.

C. Konsep Trancultural Nursing


Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang
difokuskan pada prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk

4
5

mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat dan perilaku sakit


secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.

1. Konsep Utama Transcultural Nursing


a. Care
Perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien untuk
meningkatkan kondisi klien.
b. Caring
Tindakan mendukung, berbentuk aksi atau tindakan.
c. Culture
Perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang
kepercayaan dan budaya klien.
d. Cultural care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/
kepercayaan.
e. Nilai kultur
Keputusan/kelayakan untuk bertindak.
f. Perbedaan kultur
Berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat
mengenai keperawatan.
g. Cultural care university
Hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya.
h. Etnosentris
Keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang
lain.
i. Cultural imposion

Kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan


kepada klien.
2. Paradigma Trancultural Nursing
Leininger mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap
empat konsep sentral keperawatan yaitu: manusia, sehat, lingkungan dan
keperawatan.

a. Manusia / klien

Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk


mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada.

b. Kesehatan

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam


6

mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit.

c. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang


mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan
yaitu fisik, sosial dan simbolik.

d. Keperawatan

Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan


kepada klien dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari sakit.
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan klien sesuai dengan budaya
klien.
D. Keperawatan Transkultural Leininger’s Teory
Teori ini di gagas pertama kali oleh madeleine Leininger yang di
inspirasi oleh pengalaman dirinya sewaktu bekerja sebagai perawat
spesialis anak di Midwestern United States pada tahun 1950. Saat itu ia
melihat adanya perbedaan perilaku di antara anak yang berasal dari budaya
yang berbeda. Fenomena ini membuat leininger menelaah kembali profesi
keperawatan. Ia mengidentifikasi bahwa pengetahuan perawat untuk
memahami budaya anak dalam layanan keperawatan ternyata masih
kurang.
Pada tahun 1960, leinger pertama kali menggunakan kata
transcultural nursing, ethnonursing, dancross-cultural nursing. Akhirnya,
pada tahun 1985, leininger memublikasikan teory nya untuk pertama kali,
sedangkan ide-ide dan teoriny sudah di presentasikan pada tahun 1988.
Teory leininger kemudian di sebut sebagai cultural care dieversity and
universality. tetapi para ahli lebih sering menyebutnya transcultural
nursing theory atau teori keperawatan transkultural.
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam
keperawatan yang berfokus pada study komparatif dan analisis tentang
budaya dan sub budaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku
caring, layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan tentang sehat sakit,
serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of
knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik
keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal. Teori
keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan
dalam memahami budaya klien.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien,
7

baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah


terjadinya culture shock maupun culture imposition. Cultural shock terjadi
saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara
efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture
imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara
diam-diam maupun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya,
keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pada individu,
keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa
budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.
Teory keperawatan transkultural matahari terbit, sehinnga di sebut
juga sebagai sunrise model matahari terbit (sunrise model ) ini
melambangkan esensi keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan
bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu,
keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang
dimensi dan budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan
yang sempit.
Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut menurut Leininger di
pengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup,
faktor sosial dan kekerabatan.
Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah
menjebatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam
dengan sistem perawatan prosfesional melalui asuhan keperawatan.
Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh leininger.oleh karena
itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan
keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan
dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan
tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap
memperhatikan tiga perinsip asuhan keperawatan, yaitu :
1. Culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu
individu menentukan tingkan kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan.
2. Culture care accommodation/negatiation, yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi, ataumemperhatikan fenomena budaya,yang merefleksikan
cara-cara untuk beradaptasi,atau bernegosiasi atau mempertimbangkan
kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau klien.
3. Culture care repatterning/restructuring,yaitu prinsip merekonstruksi
atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan
pola hidup klien kearah lebih baik.
E. Konsep dalam Transkultural
1. Budaya
8

Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang


dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
2. Nilai budaya
Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
3. Perbedaan budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi
pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi.
4. Etnosentris
Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah
persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya
adalah yang terbaik.
5. Etnis
Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya
yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6. Ras
Adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia.
7. Etnografi
Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.
8. Care
Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

9. Caring
Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau
kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia
10. Cultural Care
9

Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui


nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup,
hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11. Cultural Imposition
Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain.
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya
terhadap empat konsep sentral keperawatan, yaitu :
1. Manusia
2. Sehat
3. Lingkungan dan
4. Keperawatan

F. Proses Keperawatan Transkultural

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam


menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam
bentuk matahari terbit (Sunrise Model).

1. Pengkajian

Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise


Model” yaitu :

a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

e. Faktor ekonomi (economical factors)

f. Faktor pendidikan (educational factors)

g. Faktor tekhnologi

2. Diagnosa keperawatan

Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam


10

asuhan keperawatan transkultural yaitu :

a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,

b. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan

c. Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai


yang diyakini.

3. Perencanaan keperawatan

a. Cultural care preservation/maintenance

1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang


proses melahirkan dan perawatan bayi

2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan


klien

3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural care accomodation/negotiation

1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

3)Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana


kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan
standar etik.

c. Cultural care repartening/reconstruction

1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang


diberikan dan melaksanakannya.

2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya


kelompok

3) Gunakan pihak ketiga bila perlu.

4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan


yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga.

5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.


G. Aplikasi Transcultural Nursing dalam Asuhan Keperawatan

Terlaksananya asuhan keperawatan transkultural sangat ditentukan


oleh pemahaman pengetahuan perawat pelaksana tentang teori asuhan
keperawatan transkultural, karena pengetahuan yang dimiliki tersebut akan
11

mengklarifikasi fenomena, mengarahkan dan menjawab fenomena yang


dijumpai pada diri klien dan keluarganya.

1. Pengkajian

a. Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk


memenuhi kebutuhan dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang
budayanya.

b. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “


Leininger’s Sunrise models” dalam teori keperawatan transkultural
Leininger yaitu :

1) faktor teknologi

2) faktor agama dan falsafah hidup

3) faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan

4) faktor nilai-nilai budayan dan gaya hidup

5) faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku

6) faktor ekonomi

7) faktor pendidikan

2. Diagnosa keperawatan

Respon klien yang ditegakkan oleh perawat dengan cara


mengidentifikasi budaya yang mendukung kesehatan, budaya yang menurut
klien pantang untuk dilanggar, dan budaya yang bertentangan dengan
kesehatannya. Terdapat tiga diagnosa keperawatan transkultural yang sering
ditegakkan yaitu:

a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur

b. Gangguan interksi sosial berhubungan dengan disorientasi sosiokultural

c. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai


yang

diyakini

3. Perencanaan

Perencanaan dan implementasi keperawatan transkultural menawarkan

tiga strategi sebagai pedoman Leininger (1984) ; Andrew & Boyle, 1995
yaitu :
12

a.Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural care


preservation/maintenance)

b.Bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,


mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural care
accommodation/negotiations)

c.Apabila budaya klien kurang mendukung kesehatan mengubah dan


mengganti budaya klien dan keluarganya (Cultural care
repartening/recontruction).

Apabila budaya klien bertentangan dengan kesehatan, perawat perlu

melakukan 3 hal dibawah ini:

a. Cultural care preservation/maintenance

1) Identifikasi perbedaan konsep

2) Bersikap tenang

3) Mendiskusikan kesenjangan budaya

b. Cultural care accomodation/negotiation

1) Gunakan bahasa yang mudah

2) Libatkan keluarga

3) Lakukan negosiasi

c. Cultual care repartening/reconstruction

1) Beri kesempatan

2) Tentukan tingkat perbedaan

3) Gunakan pihak ketiga

4) Terjemahkan terminologi

5) Berikan informasi

4. Implementasi

Bila budaya klien dengan perawat berbeda maka perawat dan klien
mencoba memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu
proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang pada
akhirnya akan memperkaya budaya mereka, sehingga akan terjadi tenggang
rasa terhadap budaya masing-masing.
13

Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
tidak percaya pada klien yang akan mengakibatkan hubungan perawat- klien
yang bersifat terapeutik terganggu.

5. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap


keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

Anda mungkin juga menyukai