DI SUSUN OLEH :
KARTIKA PERTIWI
176 STYC20
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas karya yang berjudul
Konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi. Karya ini dibuat supaya
menyelesaikan tugas keperawatan keluarga.
Pada kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas
bantuannya dalam penyusunan makalah ini, yang kami harapkan dapat bermanfaat
bagi semua pembaca.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu demi kesempurnaan makalah ini, segala kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cara hidup sehat merupakan syarat fisiologis yang diperlukan untuk mempertahankan
hidup dan melindungi tubuh dari berbagai penyakit. Hipertensi yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah di atas batas normal merupakan salah satu penyakit yang
sering dikaitkan dengan gaya hidup tidak sehat. Hipertensi dapat menyebabkan
kesuraman dan kematian yang sangat besar. Ada dua kategori hipertensi berdasarkan
alasannya, yaitu hipertensi esensial yang tidak memiliki penyebab yang jelas dan
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor keturunan, iklim, dan kecenderungan hidup
yang tidak sehat, dan hipertensi tambahan yang disebabkan oleh penyakit ginjal atau
penggunaan hormon. kontrasepsi.
Jika tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat memicu sejumlah penyakit serius
seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal. Akibatnya, mengendalikan
hipertensi memerlukan pengawasan pada tanda-tanda vital, membatasi aktivitas fisik,
cukup tidur, dan mengikuti diet sehat rendah garam, gula, dan lemak, berhenti merokok,
mengurangi konsumsi alkohol, dan mengelola stres. Dukungan dari lingkungan keluarga
juga sangat penting dalam menuntaskan hipertensi kompleks yang dilakukan para
eksekutif, sehingga pengobatan yang berhasil dan kesejahteraan keluarga dapat terlaksana
dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana
asuhan keperawatan keluarga terhadap klien yang menderita hipertensi?
1.3 Tujuan
1.1.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih baik tentang perawatan keperawatan keluarga yang diberikan
kepada pasien yang menderita hipertensi.
1.2.1 Tujuan khusus
1. Menentukan faktor risiko yang berkontribusi terhadap hipertensi dalam keluarga
klien.
2. Mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang hipertensi dan pentingnya menjaga
gaya hidup sehat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Pengertian
2. Keluarga adalah sistem sosial, kumpulan dari beberapa komponen yang saling
berinteraksi
Menurut Friedman, Bowden, & Jones tahun 2013 (dalam Susanto, 2012):
1. Tradisional
1) (keluarga inti)
2) Keluarga angka dua
3) Keluarga usila
4) Keluarga tanpa anak
5) Keluarga besar
6) Keluarga orang tua tunggal
7) Keluarga komuter
8) Keluarga multigenerasi
9) Keluarga kerabat jaringan
10) Keluarga campuran
11) Orang dewasa lajang yg tinggal sendiri keluarga dewasa tunggal
2. Non Tradisional
9) Keluarga asuh
10) Keluarga tunawisma
1. Sebagai kepala keluarga, ayah memberikan rasa aman kepada setiap anggota
keluarga dan berperan sebagai anggota kelompok sosial tertentu sekaligus
sebagai pencari nafkah, pendidik, dan pelindung/pelindung.
2. Selain menjadi ibu rumah tangga, pengasuh, pendidik, dan wali keluarga, ibu ibu
juga memberikan tambahan penghasilan bagi keluarga dan termasuk dalam
kelompok sosial tertentu.
Perbandingan antara volume darah yang dipompa oleh jantung dengan tahanan
pembuluh darah di daerah perifer disebut tekanan darah. Sebaliknya, hipertensi
yang juga dikenal dengan tekanan darah tinggi terjadi ketika tekanan darah
seseorang meningkat di atas normal, mencapai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Wijoyo, 2011).
Suatu kondisi yang dikenal sebagai hipertensi adalah kondisi di mana tekanan
darah seseorang naik di atas tingkat normal, yang menyebabkan peningkatan
morbiditas dan mortalitas. Stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan
ginjal semuanya meningkat dengan tekanan pembuluh darah yang tidak normal
(Rusdi et al., 2009).
2.2.2 Penyebab
Menurut Ritu Jain (2011), perubahan yang dialami lansia merupakan akar dari
hipertensi mereka.
kerusakan pada jantung, ginjal, otak, dan mata dapat menyebabkan gangguan
penglihatan. Ini dapat terjadi pada penderita hipertensi berat dari sering sekali.
koma bahkan tidak sadarkan diri akibat pembengkakan otak. Ensefalopati
hipertensif adalah nama dari kondisi ini, yang memerlukan perawatan segera.
Menurut Edward K. Chung (2013), tanda dan gejala berikut berhubungan dengan
hipertensi:
Tidak ada gejala
Kecuali saat dokter mengukur tekanan arteri saat pemeriksaan, tidak ada
gejala khusus yang bisa menandakan peningkatan tekanan darah. Akibatnya,
hipertensi arteri tidak dapat didiagnosis tanpa pengukuran tekanan arteri.
Gejala umum
Sering dikatakan bahwa gejala umum yang sering terjadi bersamaan dengan
hipertensi
2.2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengatur kontraksi dan perluasan pembuluh darah
dikendalikan di pusat vasomotor, yaitu di medula otak. Pusat-pusat vasomotor ini
adalah titik awal jalur saraf simpatis yang mengarah ke sumsum tulang belakang
dan keluar dari ganglia simpatik di dada dan perut. Pusat vasomotor menerima
rangsangan melalui impuls yang turun melalui sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglionik melepaskan asetilkolin, yang
menyebabkan serabut saraf postganglionik melakukan perjalanan ke pembuluh
darah, di mana pelepasan norepinefrin menyebabkan pembuluh menyempit.
Respon pembuluh darah terhadap rangsangan penyempitan pembuluh darah
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kecemasan dan ketakutan.
Tidak ada alasan mengapa orang dengan tekanan darah tinggi sangat sensitif
terhadap norepinefrin tidak diketahui. Kelenjar adrenal juga distimulasi ketika
sistem saraf simpatis merespons rangsangan emosional dengan menyebabkan
peningkatan aktivitas penyempitan pembuluh darah. Epinefrin, yang menyebabkan
pembuluh darah menyempit, diproduksi oleh medula adrenal. Kortisol dan steroid
lainnya disekresikan oleh korteks adrenal, , yang dapat mengintensifkan reaksi
pengencangan pembuluh darah.
Renin dilepaskan akibat aliran darah ke ginjal menurun akibat penyempitan
pembuluh darah. Renin merangsang perkembangan angiotensin I yang kemudian
diubah sepenuhnya menjadi angiotensin II, yang merupakan vasokonstriktor kuat
dan merangsang pelepasan aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini membuat
tubulus ginjal menyimpan natrium dan air, yang membuat ukuran pembuluh darah
membesar.
Keadaan hipertensi biasanya dipicu oleh semua faktor ini. Dalam konteks
gerontologi, perubahan tekanan darah pada usia lanjut disebabkan oleh perubahan
struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer. Perubahan ini
termasuk aterosklerosis, penurunan elastisitas jaringan ikat, dan penurunan
relaksasi otot polos pembuluh darah. Ini mempersulit pembuluh darah untuk
meregang dan berkontraksi.
Akibatnya, aorta dan arteri besar menjadi kurang mampu mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung, menyebabkan penurunan curah jantung
dan peningkatan resistensi perifer.
Pada usia lanjut, perlu diperhatikan kemungkinan adanya "hipertensi palsu"
yang disebabkan oleh kekakuan arteri brakialis sehingga tidak bisa dikompresi
2.2.4 Komplikasi
tidak dikelola dengan baik adalah yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
1. Penilaian : Istirahat/Aktivitas
3. Integritas ego
Tanda: Ada berat badan yang tidak ideal normal atau obesitas,
adanya pembengkakan.
4. Neurosensorial
5. Nyeri y Sakit
7. Organización y ejecución