1.1 Definisi Gerontik/Lansia Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang terkadang mengalami masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan deoxyribonucleic acid (DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari lansia yang mengalami gangguan kesehatan hidup hanya ditemani oleh seseorang yang mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai macam masalah baik secara fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomi (Nies & McEwen, 2013; Tamheer dan Noorkasiani, 2013). 1.2 Konsep Penuaan Proses menua (aging) merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas termasuk infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses penuaan dapat dipandang sebagai proses berkelanjutan yang terjadi sejak masa kehamilan sampai masa kematian (Annette, 2006). 1.2.1 Teori Cross-Link Agent Hipotesis teori cross-link agent bahwa beberapa protein dengan usia tertentu semakin meningkat pindah silangnya. Teori ini dibuat berdasarkan fakta bahwa dengan bertambah tua, protein manusia yaitu DNA dan molekul lainnya akan saling melekat, saling memilin (cross-link). Hal tersebut mengakibatkan protein yang sudah rusak tidak dapat dicerna oleh enzim protease, sehingga mengurangi elastisitas protein dan molekul. Akibatnya pada kulit bisa terjadi kerutan, pada ginjal fungsi penyaring berkurang, dan pada mata mengalami katarak atau kekeruhan lensa mata (Meiner, 2004). 1.2.2 Teori Wear and Tear (dipakai dan rusak) Merupakan teori yang mengatakan bahwa organ tubuh akan mengalami malfungsi yang disebabkan oleh akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi yang dapat merusak DNA. Kerusakan sintesis DNA ini mendorong malfungsi molekuler hingga akhirnya kerusakan pada organ dan sistem tubuh. Teori ini menyebutkan radikal bebas sebagai salah satu contoh dari sampah metabolik tersebut. Namun ada beberapa radikal bebas yang berhasil lolos dari proses perusakan dan berakumulasi didalam struktur biologis sehingga kerusakan organ terjadi (Stanley & Beare, 2006). 2. KONSEP PENYAKIT 2.1 Definisi Hipertensi Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal secara terus menerus lebih dari satu periode, yaitu dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Aspiani, 2014). 2.2 Etiologi Hipertensi Menurut Aspiani (2014) menyatakan bahwa penyebab hipertensi terbagi menjadi dua golongan: 1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya, faktor yang mempengaruhi yaitu: 1. Genetik Individu yang mempunyai riwayat penyakit keluarga denganhipertensi beresiko tinggi untuk mengalami penyakit ini. 2. Jenis kelamin dan usia Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi mengalami hipertensi. Lebih banyak terjadi kepada laki-laki. 3. Diet Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi. 4. Berat badan Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah. 5. Gaya hidup Faktor ini dapat dilakukan dengan pola hidup sehat seperti menghindari faktor pemicu hipertensi diantaranya yaitu merokok, sering mengkonsumsi alkohol. 2. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder terjadi karena penyebab yang jelas, salah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadi akibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis. 2.3 Faktor Resiko Hipertensi Faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) yaitu: 1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah adalah riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, dan etnis. 2. Faktor resiko yang dapat diubah: a. Diabetes mellitus Hipertensi telah terbukti terjadi dua kali lipat pada klien diabetes karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar. b. Stress Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan respon stress. c. Obesitas Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. d. Penyalahgunaan obat Merokok sigaret, mengkonsumsi banyak alkohol, dan beberapa penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin dalam rokok digaret serta obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung. 2.4 Manifestasi Klinis Tanda dan gejala hipertensi menurut Aspiani (2014) menyatakan bahwa gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi tidak sama setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut: 1. Sakit kepala 2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk 3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling berasa ingin jatuh 4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat 5. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut Brunner dan Suddarth (2014) klien hipertensi mengalami
nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari vasokontriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan vasculer cerebral. Keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampai tengkuk pada klien hipertensi.
2.5 Patofisiologi (Tambahkan Patofisiologi/ WOC)
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010). 2.6 Komplikasi Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati, dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi menurut Aspiani (2014) yaitu: 1. Stroke, terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi. 2. Infark miokard, dapat terjadi bila arteri koroner yang tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. 3. Gagal jantung, dapat disebabkan oleh beban jantung yang meningkat dan otot jantung akan mengendor yang mengakibatkan berkurangnya elastisitas disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan di paru-paru yang menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung. 4. Kerusakan ginjal, merusak sistem penyaringan dalam ginjal yang mengakibatkan ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh 2.7 Pencegahan Menurut Irwan (2016), penatalaksanaan hipertensi sebagai berikut: 1. Non medikamentosa Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka pengendalian faktor risiko, yaitu: a. Turunkan berat badan pada obesitas b. Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HTC) c. Hentikan konsumsi alkohol d. Hentikan merokok dan olahraga teratur e. Pola makan yang sehat f. Istirahat cukup dan hindari stress g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet hipertensi
Penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi
diharapkan lebih hati-hati terhadap makanan yang dapat memicu timbulnya hipertensi, antara lain:
a. Semua makanan termasuk buah dan sayur diolah dengan
menggunakan garam dapur/soda, biskuit, daging asap, ham, bacon, dendeng, abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin, asinan, acar, dan lainnya. b. Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya. c. Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, kecap, terasi, magi, tomat kecap, petis, taoco, dan lainnya. 2. Medikamentosa Meliputi hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan pengobatan non medikamentosa selama 2-4 minggu. Medikamentosa hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut: a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari b. Propanolol 2 x 20-40 mg sehari c. Methyldopa d. MgSO4 e. Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari f. Nifidepin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg g. Tensigard 3 x 1 tablet h. Amlodipine 1 x 5-10 mg i. Ditiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.
Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi
berkala dinaikkan sampai tercapai respon yang diinginkan. Lebih tua usia penderita, penggunaan obat harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang sampai berat dapat diobati dengan kombinasi HCT + propanolol, atau HCT + kaptopril bila obat tunggal tidak efektif. Pada hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi diatas, ditambahkan metildopa 2 x 125-250 mg. Penderita hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada penyulit/hipertensi emergensi segera rujuk ke RS.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Standar Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keluarga (SDKI) Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Observasi (D.0055) tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan selama 1 x 24 jam dan kemampuan diharapkan hasil: menerima informasi 1. Keluhan sulit tidur Terapeutik menurun 1. Sediakan materi dan 2. Keluhan sering media pengaturan terjaga menurun aktivitas dan istirahat 3. Keluhan tidak puas 2. Jadwalkan pemberian tidur menurun pendidikan kesehatan 4. Keluhan pola tidur sesuai kesepakatan berubah menurun 3. Berikan kesempatan 5. Keluhan istirahat kepada pasien dan tidak cukup menurun keluarga untuk 6. Kemampuan bertanya beraktivitas menurun Edukasi 1. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik / olahraga secara rutin 2. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok 3. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat 4. Anjurkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (misal kelelahan, sesak napas saat aktivitas) 5. Ajarkan cara mengdientifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan Inkontinensia urin Setelah dilakukan Observasi fungsional (D.0044) tindakan keperawatan 1 x 1. Identifikasi 24 jam diharapkan: kemampuan klien dan 1. Kemampuan ke toilet keluarga menerima meningkat informasi 2. Verbalisasi keinginan Terapeutik melakukan perawatan 1. Persiapkan materi dan diri meningkat alat peraga latihan 3. Minat melakukan berkemih perawatan diri 2. Tentukan waktu yang meningkat tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan klien dan keluarga Edukasi 1. Jelaskan penyebab dan kendala-kendala dalam berkemih 2. Ajarkan metode komunikasi yang digunakan untuk mengekspresikan kebutuhan toileting, pola toileting, dan kemampuan berkemih 3. Jelaskan hal-hal yang harus dilakukan untuk mendorong eliminasi normal, pemantauan jatuh, dan keamanan lingkungan toilet 4. Demonstrasikan cara latihan berkemih 5. Anjurkan mendemonstrasikan latihan berkemih Setelah dilakukan Observasi tindakan keperawatan 1 x 1. Identifikasi kesiapan 24 jam diharapkan: dan kemampuan 1. Melakukan tindakan menerima informasi untuk mengurangi Terapeutik faktor resiko meningkat 1. Sediakan materi dan 2. Menerapkan program media pendidikan perawatan meningkat kesehatan 3. Aktivitas hidup sehari- 2. Jadwalkan pendidikan hari efektif memenui kesehatan sesuai tujuan kesehatan kesepakatan Perilaku kesehatan meningkat 3. Berikan kesempatan cenderung beresiko 4. Verbalisasi kesulitan untuk bertanya (D.0099) Edukasi dalam menjalani program 1. Jelaskan faktor resiko perawatan/pengobatan yang dapat menurun mempengaruhi kesehatan 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatan perilaku hidup bersih dan sehat