Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK

KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN

KASUS PENYAKIT HIPERTENSI

Oleh :

............................

NIM
...............

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR

T.A 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

1. KONSEP DASAR GERONTIK


1.1 Definisi Gerontik/Lansia
Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih
yang terkadang mengalami masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit
melainkan suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan
deoxyribonucleic acid (DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan
fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari lansia yang mengalami
gangguan kesehatan hidup hanya ditemani oleh seseorang yang
mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara
individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai macam
masalah baik secara fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomi (Nies &
McEwen, 2013; Tamheer dan Noorkasiani, 2013).
1.2 Konsep Penuaan
Proses menua (aging) merupakan suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas termasuk infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Proses penuaan dapat dipandang sebagai proses berkelanjutan
yang terjadi sejak masa kehamilan sampai masa kematian (Annette, 2006).
1.2.1 Teori Cross-Link Agent
Hipotesis teori cross-link agent bahwa beberapa protein dengan usia
tertentu semakin meningkat pindah silangnya. Teori ini dibuat berdasarkan
fakta bahwa dengan bertambah tua, protein manusia yaitu DNA dan molekul
lainnya akan saling melekat, saling memilin (cross-link). Hal tersebut
mengakibatkan protein yang sudah rusak tidak dapat dicerna oleh enzim
protease, sehingga mengurangi elastisitas protein dan molekul. Akibatnya
pada kulit bisa terjadi kerutan, pada ginjal fungsi penyaring berkurang, dan
pada mata mengalami katarak atau kekeruhan lensa mata (Meiner, 2004).
1.2.2 Teori Wear and Tear (dipakai dan rusak)
Merupakan teori yang mengatakan bahwa organ tubuh akan
mengalami malfungsi yang disebabkan oleh akumulasi sampah metabolik
atau zat nutrisi yang dapat merusak DNA. Kerusakan sintesis DNA ini
mendorong malfungsi molekuler hingga akhirnya kerusakan pada organ dan
sistem tubuh. Teori ini menyebutkan radikal bebas sebagai salah satu contoh
dari sampah metabolik tersebut. Namun ada beberapa radikal bebas yang
berhasil lolos dari proses perusakan dan berakumulasi didalam struktur
biologis sehingga kerusakan organ terjadi (Stanley & Beare, 2006).
2. KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal secara terus menerus lebih dari
satu periode, yaitu dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg (Aspiani, 2014).
2.2 Etiologi Hipertensi
Menurut Aspiani (2014) menyatakan bahwa penyebab hipertensi
terbagi menjadi dua golongan:
1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya,
faktor yang mempengaruhi yaitu:
1. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat penyakit keluarga denganhipertensi
beresiko tinggi untuk mengalami penyakit ini.
2. Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi
mengalami hipertensi. Lebih banyak terjadi kepada laki-laki.
3. Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.
4. Berat badan
Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya
peningkatan tekanan darah.
5. Gaya hidup
Faktor ini dapat dilakukan dengan pola hidup sehat seperti menghindari
faktor pemicu hipertensi diantaranya yaitu merokok, sering
mengkonsumsi alkohol.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi karena penyebab yang jelas, salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadi
akibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau
akibat aterosklerosis.
2.3 Faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat
diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) yaitu:
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah adalah riwayat keluarga, usia, jenis
kelamin, dan etnis.
2. Faktor resiko yang dapat diubah:
a. Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi dua kali lipat pada klien diabetes
karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan menyebabkan
hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar.
b. Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan
persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan
banyak stressor dan respon stress.
c. Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya
jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan
dengan pengembangan hipertensi.
d. Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengkonsumsi banyak alkohol, dan beberapa
penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi.
Pada dosis tertentu nikotin dalam rokok digaret serta obat seperti
kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung.
2.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipertensi menurut Aspiani (2014) menyatakan
bahwa gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi tidak sama setiap
orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala
yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling berasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera

Menurut Brunner dan Suddarth (2014) klien hipertensi mengalami


nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah
akibat dari vasokontriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan
tekanan vasculer cerebral. Keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala
sampai tengkuk pada klien hipertensi.

2.5 Patofisiologi (Tambahkan Patofisiologi/ WOC)


Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung)
diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut
jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom
dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,
pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi
vaskular (Udjianti, 2010).
2.6 Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati, dalam jangka panjang
akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang
mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi menurut Aspiani
(2014) yaitu:
1. Stroke, terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di
otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
terpajan tekanan darah tinggi.
2. Infark miokard, dapat terjadi bila arteri koroner yang tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus yang
bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah.
3. Gagal jantung, dapat disebabkan oleh beban jantung yang meningkat dan
otot jantung akan mengendor yang mengakibatkan berkurangnya
elastisitas disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi
memompa, banyak cairan tertahan di paru-paru yang menyebabkan sesak
nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
4. Kerusakan ginjal, merusak sistem penyaringan dalam ginjal yang
mengakibatkan ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan
tubuh masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh
2.7 Pencegahan
Menurut Irwan (2016), penatalaksanaan hipertensi sebagai berikut:
1. Non medikamentosa
Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka
pengendalian faktor risiko, yaitu:
a. Turunkan berat badan pada obesitas
b. Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HTC)
c. Hentikan konsumsi alkohol
d. Hentikan merokok dan olahraga teratur
e. Pola makan yang sehat
f. Istirahat cukup dan hindari stress
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet
hipertensi

Penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi


diharapkan lebih hati-hati terhadap makanan yang dapat memicu timbulnya
hipertensi, antara lain:

a. Semua makanan termasuk buah dan sayur diolah dengan


menggunakan garam dapur/soda, biskuit, daging asap, ham, bacon,
dendeng, abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin, asinan, acar, dan
lainnya.
b. Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya.
c. Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, kecap,
terasi, magi, tomat kecap, petis, taoco, dan lainnya.
2. Medikamentosa
Meliputi hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan
pengobatan non medikamentosa selama 2-4 minggu. Medikamentosa
hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut:
a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari
b. Propanolol 2 x 20-40 mg sehari
c. Methyldopa
d. MgSO4
e. Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
f. Nifidepin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg
g. Tensigard 3 x 1 tablet
h. Amlodipine 1 x 5-10 mg
i. Ditiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.

Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi


berkala dinaikkan sampai tercapai respon yang diinginkan. Lebih tua usia
penderita, penggunaan obat harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang
sampai berat dapat diobati dengan kombinasi HCT + propanolol, atau HCT
+ kaptopril bila obat tunggal tidak efektif. Pada hipertensi berat yang tidak
sembuh dengan kombinasi diatas, ditambahkan metildopa 2 x 125-250 mg.
Penderita hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila
ada penyulit/hipertensi emergensi segera rujuk ke RS.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Standar Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)


Keluarga (SDKI)
Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Observasi
(D.0055) tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan
selama 1 x 24 jam dan kemampuan
diharapkan hasil: menerima informasi
1. Keluhan sulit tidur Terapeutik
menurun 1. Sediakan materi dan
2. Keluhan sering media pengaturan
terjaga menurun aktivitas dan istirahat
3. Keluhan tidak puas 2. Jadwalkan pemberian
tidur menurun pendidikan kesehatan
4. Keluhan pola tidur sesuai kesepakatan
berubah menurun 3. Berikan kesempatan
5. Keluhan istirahat kepada pasien dan
tidak cukup menurun keluarga untuk
6. Kemampuan bertanya
beraktivitas menurun Edukasi
1. Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas
fisik / olahraga secara
rutin
2. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok
3. Anjurkan menyusun
jadwal aktivitas dan
istirahat
4. Anjurkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
(misal kelelahan, sesak
napas saat aktivitas)
5. Ajarkan cara
mengdientifikasi target
dan jenis aktivitas
sesuai kemampuan
Inkontinensia urin Setelah dilakukan Observasi
fungsional (D.0044) tindakan keperawatan 1 x 1. Identifikasi
24 jam diharapkan: kemampuan klien dan
1. Kemampuan ke toilet keluarga menerima
meningkat informasi
2. Verbalisasi keinginan Terapeutik
melakukan perawatan 1. Persiapkan materi dan
diri meningkat alat peraga latihan
3. Minat melakukan berkemih
perawatan diri 2. Tentukan waktu yang
meningkat tepat untuk
memberikan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
dengan klien dan
keluarga
Edukasi
1. Jelaskan penyebab
dan kendala-kendala
dalam berkemih
2. Ajarkan metode
komunikasi yang
digunakan untuk
mengekspresikan
kebutuhan toileting,
pola toileting, dan
kemampuan berkemih
3. Jelaskan hal-hal yang
harus dilakukan untuk
mendorong eliminasi
normal, pemantauan
jatuh, dan keamanan
lingkungan toilet
4. Demonstrasikan cara
latihan berkemih
5. Anjurkan
mendemonstrasikan
latihan berkemih
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1 x 1. Identifikasi kesiapan
24 jam diharapkan: dan kemampuan
1. Melakukan tindakan menerima informasi
untuk mengurangi Terapeutik
faktor resiko meningkat 1. Sediakan materi dan
2. Menerapkan program media pendidikan
perawatan meningkat kesehatan
3. Aktivitas hidup sehari- 2. Jadwalkan pendidikan
hari efektif memenui kesehatan sesuai
tujuan kesehatan kesepakatan
Perilaku kesehatan
meningkat 3. Berikan kesempatan
cenderung beresiko
4. Verbalisasi kesulitan untuk bertanya
(D.0099) Edukasi
dalam menjalani
program 1. Jelaskan faktor resiko
perawatan/pengobatan yang dapat
menurun mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat

Anda mungkin juga menyukai