KEKERASAN
Mata Kuliah :
Jiwa 2
Dosen Pengampu :
Amar Akbar S. Ke.,Ns.M. Kes.
Disusun Oleh:
Mata Kuliah :
Jiwa 2
Dosen Pengampu :
Amar Akbar S. Ke.,Ns.M. Kes.
Disusun Oleh:
Pengesahan laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan (Askep) praktik klinik Puskesmas,
yang disusun oleh,
Nama : Nur Solikhati Yana
Nim : 201901093
Telah melaksanakan praktik klinik di Puskesmas KEDUNDUNG pada:
Tanggal : 9 Maret 2022
Desa : Gunung Anyar Rt 2/Rw 6
Adapun rincian asuhan keperawatan terangkum dalam laporan ini.
Kepala Puskesmas
Mata Kuliah :
Jiwa 2
Dosen Pengampu :
Amar Akbar S. Ke.,Ns.M. Kes.
Disusun Oleh:
MOJOKERTO
Mata Kuliah :
Jiwa 2
Dosen Pengampu :
Amar Akbar S. Ke.,Ns.M. Kes.
Disusun Oleh:
Pengesahan laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan (Askep) praktik klinik Puskesmas,
yang disusun oleh,
Nama : Ratih Calista M.Y.P
Nim : 201901091
Telah melaksanakan praktik klinik di Puskesmas KEDUNDUNG pada:
Tanggal : 9 Maret 2022
Desa : Gunung Anyar Rt 1/Rw 6
Adapun rincian asuhan keperawatan terangkum dalam laporan ini.
Kepala Puskesmas
I.1 DEFINISI
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus / rangsangan dari
luar (Stuart, 2007).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contohnya klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang.
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa, yang sering diidentikkan dengan skizofrenia.
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptive individu yang berada dalam
rentang respon Neurobiologi (Stuart dan Laria, 2001).
1) Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) yang menyebabkan halusinasi :
a) Faktor perkembangan
Perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya control dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mendiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b) Faktor sosiokultural
Seseorang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya diri pada lingkungannya.
c) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka dalam tubuh akan dihasilkan zat yang
bersifat halusinogenik neurokimia yang dapat menyebabkan stress
berkepanjangan menyebabkan teraktifitasnya neurotransmitter otak.
Abnormalitas perkembangan system saraf :
i. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia.
ii. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamine neirotrasnmitter yang
berlebihan dan masalah pada system reseptor dopamine dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
iii. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia.
d) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif, yang berpengaruh pada ketidakmampuan klien
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih
kesenagan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
Keterangan gambar : berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal
jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
I.6 PATHWAY
Kerusakan komunikasi
HDR
Koping maladaptif
Stress psikologi
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Ditulis identitas lengkap seprti nama, usia dalam tahun, jenis kelamin (L untuk
laki-laki dan P untuk prempuan dengan mencoret salah satu), Nomer Rekam Medik
(CM) dan diagnosa medisnya. Hal ini dapat dilihat pada rekam medik (CM) atau
wawancara langsung dengan klien bila memungkinkan.
B. Alasan Masuk
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa
tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang
dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan.
C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres (faktor
pencetus/penyebab utama timbulnya gangguan jiwa).
Faktor predisposisi yang harus dikaji meliputi terjadinya gangguan jiwa di
masa lalu, pengobatan/perawatan yang telah dilaksanakan, adanya trauma masa lalu,
faktor genetik dan silsilah orang tuanya dan pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan.
Sedangkan stresor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan dan memerlukan energi ekstra untuk
mengatasinya (faktor yang memperberat/memperparah terjadinya gangguan jiwa).
D. Pemeriksaan/Keadaan Fisik
Pengkajian/pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ tubuh
(dengan cara observasi, auskultasi, palpasi, perkusi dan hasil pengukuran).
E. Psikososial
1) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Klien dengan halusinasi mengenai gambaran dirinya ialah perilaku
yang tidak terorganisir, bicara/tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
menutup telinga, menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, ketakukan kepada
sesuatu yang tidak jelas, sering meludah, mengaruk-garuk permukaan kulit.
b) Identitas diri
Klien dengan halusinasi biasanya identitas dirinya ialah moral yang
kurang karena marah-marah tanpa sebab.
c) Fungsi peran
Fungsi peran pada klien halusinasi terganggu karena adanya perilaku
bicara/tertawa sendiri, menutup telinga dan ketakukan pada sesuatu yang
tidak jelas.
d) Ideal diri
Klien dengan halusinasi jika kenyataannya tidaksesuai dengan yang
diharapkan maka ia cenderung menunjukkan amarahnya, serta untuk
pengkajian halusinasi mengenai ideal diri harus dilakukan pengkajian yang
berhubungan dengan harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal,
posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
e) Harga diri
Harga diri yang dimiliki klien halusinasi ialah harga diri rendah
karena penyebab awal halusinasi ialah hilangnya kepercayaan diri, tidak bisa
mengambil keputusan, rentan terhadap stress, merasa tidak diterima di
lingkungannya, kesepian.
3) Hubungan social
Hubungan sosial pada halusinasi terganggu karena adanya rangsangan
suara dari luar yang tidak jelas asalnya, selanjutnya dalam pengkajian dilakukan
observasi mengenai adanya hubungann kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam
berinteraksi dengan orang lain.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan.
F. Status Mental
Pengkajian pada aspek mental dapat dilakukan pada penampilan, pembicaraan,
aktivitas motorik, afek emosi.
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak rapi,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
kemampuan klien dalam berpakaian kurang, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologis klien (deficit perawatan
diri).
2) Pembicaraan
Klien dengan halusinasi bicaranya berbelit-belit (tidak langsung pada
intinya) dan kembali pada awal pembicaraan.
3) Aktivitas motorik
Mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga, menunjuk-nunjuk
ke arah tertentu, menggaruk-garuk permukaan kulit, sering meludah, menutup
hidung.
4) Afek dan emosi
Cenderung menarik diri, emosi berlebihan, perilaku tidak biasa (melebihi
batas kewajaran) dan tidak terorganisir.
5) Interaksi selama wawancara
Klien halusinasi selama interaksi wawancara biasanya bicara berbelit-belit.
6) Persepsi sensori
Klien dengan halusinasi biasanya mendengar suara-suara atau kegaduhan,
mendengar suara yang mengajak berbicara, mendengar suara yang menyuruhnya
melakukan sesuatu yang berbahaya, menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, ketakutan
kepada sesuatu yang tidak jelas, menghidu seperti mencium bau-bauan tertentu,
menutup hidung, menutup telinga, sering meludah, muntah. Halusinasi biasanya
muncul setiap hari, tidak tentu waktunya.
7) Proses piker
Tangensial; klien bicara berbelit-belit. Non realistic; pemikiran yang tidak
logis/tidak masuk akal. Obsesif; pikiran yang selalu muncul/kokoh/persisten,
walaupun klien berusaha menghilangkannya, tidak diketahui/tidak wajar.
Depresionalisasi; isi pikiran yang berupa perasaan yang aneh/asing terhadap
dirinya sendiri, orang lain/lingkungan sekitarnya.
8) Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat, dan orang
9) Memori (daya ingat)
Klien dengan halusinasi masih dapat mengingat kejadian jangka pendek
maupun jangka panjang.
10) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi klien halusinasi mudah beralih dari satu objek ke objek
lainnya.
11) Kemampuan penilaian/Mengambil keputusan
Klien halusinasi tidak mampu mengambil keputusan yang konstruktif dan
adaptif.
12) Daya tilik diri
Menginkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emos) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/klien menyangkal keadan penyakitnya.
VI. EVALUASI
1. Pada klien:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab halusinasi.
c. Klien dapat dapat mengontrol halusinasi.
d. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain saat halusinasi muncul.
2. Pada keluarga:
a. Keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secara terapeutik.
b. Keluarga mampu mengurangi penyebab halusinasi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Ermawati, D. d. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans
Info Media.
Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka.