Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PERILAKU

KEKERASAN

Mata Kuliah :

Jiwa 2

Dosen Pengampu :
Amar Akbar S. Ke.,Ns.M. Kes.

Disusun Oleh:

NUR SOLIKHATI YANA (201901093)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2021/2022
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ‘TN.K’’ DENGAN RIWAYAT PERLAKU

KEKERASAN DI GUNUNG ANYAR RT 2/RW 6 WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KEDUNDUNG KOTA MOJOKERTO

Mata Kuliah :

Jiwa 2

Dosen Pengampu :
Amar Akbar S. Ke.,Ns.M. Kes.

Disusun Oleh:

NUR SOLIKHATI YANA (201901093)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Pengesahan laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan (Askep) praktik klinik Puskesmas,
yang disusun oleh,
Nama : Nur Solikhati Yana
Nim : 201901093
Telah melaksanakan praktik klinik di Puskesmas KEDUNDUNG pada:
Tanggal : 9 Maret 2022
Desa : Gunung Anyar Rt 2/Rw 6
Adapun rincian asuhan keperawatan terangkum dalam laporan ini.

Mojokerto, 15 Maret 2022


Mahasiswa

Nur Solikhati Yana


NIM. 201901093

Preceptor Akademik Preceptor Puskesmas

Amar Akbar S.kep,.Ns.M.kes Tino Dora Agustina. S.kep.Ners


NIP. 19830827 200501 2 006

Kepala Puskesmas

drg. Heti Nira Purnaningsih


NIP. 19760614 200604 2 006
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HALUSINASI

Mata Kuliah :

Jiwa 2

Dosen Pengampu :
Amar Akbar S. Ke.,Ns.M. Kes.

Disusun Oleh:

RATIH CALISTA M.Y.P (201901091)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2021/2022
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ‘TN.O’’ DENGAN HALUSINASI DI

GUNUNG ANYAR RT 1/RW 6 WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNDUNG KOTA

MOJOKERTO

Mata Kuliah :

Jiwa 2

Dosen Pengampu :
Amar Akbar S. Ke.,Ns.M. Kes.

Disusun Oleh:

RATIH CALISTA M.Y.P (201901091)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Pengesahan laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan (Askep) praktik klinik Puskesmas,
yang disusun oleh,
Nama : Ratih Calista M.Y.P
Nim : 201901091
Telah melaksanakan praktik klinik di Puskesmas KEDUNDUNG pada:
Tanggal : 9 Maret 2022
Desa : Gunung Anyar Rt 1/Rw 6
Adapun rincian asuhan keperawatan terangkum dalam laporan ini.

Mojokerto, 15 Maret 2022


Mahasiswa

Ratih Calista M.Y.P


NIM. 201901070

Preceptor Akademik Preceptor Puskesmas

Amar Akbar S.kep,.Ns.M.kes Tino Dora Agustina. S.kep.Ners


NIP. 19830827 200501 2 006

Kepala Puskesmas

drg. Heti Nira Purnaningsih


NIP. 19760614 200604 2 006
LAPORAN PENDAHULUAN

I.1 DEFINISI

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus / rangsangan dari
luar (Stuart, 2007).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contohnya klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang.
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa, yang sering diidentikkan dengan skizofrenia.
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptive individu yang berada dalam
rentang respon Neurobiologi (Stuart dan Laria, 2001).

Jenis halusinasi sebagai berikut :


a) Pendengaran
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata – kata yang
jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua
oaring yang mengalami halusinasi.
b) Penglihatan
Stimulus berupa visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks.
c) Penghidung
Membaui bau – bauan tertentu seperti bau darah, urine, dan feses yang
umumnya bau – bauan yang tidak menyenangkan.
d) Pengecap
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, atau feses.
e) Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah.
f) Chenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena tau arteri, pencernaan
makan atau pembentukan urine.
g) Kinestetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
I.2 ETIOLOGI

1) Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) yang menyebabkan halusinasi :
a) Faktor perkembangan
Perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya control dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mendiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b) Faktor sosiokultural
Seseorang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya diri pada lingkungannya.
c) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka dalam tubuh akan dihasilkan zat yang
bersifat halusinogenik neurokimia yang dapat menyebabkan stress
berkepanjangan menyebabkan teraktifitasnya neurotransmitter otak.
Abnormalitas perkembangan system saraf :
i. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia.
ii. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamine neirotrasnmitter yang
berlebihan dan masalah pada system reseptor dopamine dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
iii. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia.
d) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif, yang berpengaruh pada ketidakmampuan klien
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih
kesenagan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.

e) Faktor genetic dan pola asuh


Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.
2) Faktor presipitasi
Menurut stuart (2007), faktor presipitasi terjadi gangguan halusinasi :
a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
untuk menanggapi stimulus ysng diterima oleh otak.
b) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c) Sumber koping
Mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

I.3 TANDA DAN GEJALA

1. Berbicara, tertawa dan tersenyum sendiri


2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3. Berhenti berbicara sesaat ditengah – tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
4. Disorientasi
5. Tidak mampu atau kurang konsentrasi
6. Cepat berubah pikiran
7. Alur pikir kacau

I.4 RENTANG RESPON

Rentang Respon Neurologis menurut Stuart dan Laria, 2001:


Respon Adaptif Respon Psikososial Respon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang – kadang 1. Waham


2. Persepsi akurat proses pikir 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten terganggu 3. Kerusakan proses
dengan pengalaman 2. Ilusi emosi
4. Perilaku cocok 3. Emosi berlebihan Perilaku tidak
terorganisasi
5. Hubungan social 4. Perilaku yang tidak
harmonis biasa 4. Respon adaptif adalah
5. Menarik diri respon yang dapat

Keterangan gambar : berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal
jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.

1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.


2. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
4. Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
a) Respon psikososial :
1. Proses pikir terganggu adalah proses piker yang menimbulkan gangguan.
2. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3. Emosi berlebihan atau berkurang.
4. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
5. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
b) Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma social budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptive meliputi:
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
social.
2. Halusinasi merupakan definisian persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5. Isolasi social adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negatif mengancam.

I.5 FASE – FASE HALUSINASI

Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien

Fase I: Klien mengalami ansietas, kesepian, - Tersenyum, tertawa yang


Comforting rasa bersalah dan takut, mecoba tidak sesuai.
Ansietas sedang untuk berfokus pada pikiran yang - Menggerakkan bibir tanpa
Halusinasi- menyenangkan untuk meredakan suara.
Menyenangkan ansietas. - Pergerakan mata yang cepat.
“Menyenangkan” Individu mengenali bahwa pikiran - Respon verbal yang lambat.
dan pengalaman sensori dalam - Diam, dipenuhi rasa yang
kendali kesadaran jika ansietas dapat mengasyikkan.
ditangani (non psikotik).
Fase II: Pengalaman sensori menjijikkan dan - Meningkatkan tanda-tanda
Condemning menakutkan klien lepas kendali dan sistem saraf otonom akibat
Ansietas berat mungkin mencoba untuk mengambil ansietas (Nadi, RR, TD)
Halusinasi jarak dirinya dengan sumber yang meningkat.
menjadi dipersepsikan. Klien mungkin - Penyempitan kemampuan
menjijikkan. mengalami dipermalukan oleh untuk konsentrasi.
“Menyalahkan” pengalaman sensori dan menarik diri - Asyik dengan pengalaman
dari orang lain. Psikotik Ringan. sensori dan kehilangan
kemampuan membedakan
halusinasi dan realita.
Fase III: Klien berhenti atau menghentikan - Lebih cenderung mengikuti
Controlling perlawanan terhadap halusinasi dan petunjuk halusinasinya.
Ansietas berat menyerah pada halusinasi tersebut. - Kesulitan berhubungan
pengalaman Isi halusinasi menjadi menarik, klien dengan orang lain.
sensori menjadi mungkin mengalami pengalaman - Rentang perhatian hanya
berkuasa kesepian jika sensori halusinasi dalam beberapa menit atau
“Mengendalikan” berhenti. Psikotik. detik.
- Gejala fisik Ansietas berat,
berkeringat, tremor, tidak
mampu mengikuti petunjuk.
Fase IV: Pengalaman sensori menjadi - Perilaku terror akibat panik.
Conquering panic mengancam jika klien mengikuti - Potensial suicide atau
umumnya perintah halusinasi. Halusinasi homicide
menjadi melebur berakhir dari beberapa jam atau hari - Aktivitas fisik merefleksikan
dalam jika tidak ada intervensi terapeutik. isi halusinasi seperti
halusinasinya. Psikotik Berat. kekerasan, agitasi, menarik
diri, katatonia.
- Tidak mampu merespon
terhadap perintah yang
kompleks.
- Tidak mampu merespon > 1
orang.

I.6 PATHWAY

Kerusakan komunikasi

Bicara, tersenyum, tertawa sendiri, konsentrasi mudah


berubah, kekacauan arus pikir Resiko mencederai diri, orang lain
dan lingkungan
Perubahan proses pikir
arus, bentuk, isi

Mendengar bisikan yang menyuruh


untuk membunuh / dibunuh
Mempengaruhi neurotransmitter otak

Perubahan persepsi sensori :


Stimulus SSO, internal meningkat, eksternal menurun Halusinasi

Tidak peduli dengan lingkungan sekitar

Merangsang keluarnya zat


Fokus pada diri sendiri Halusinogen

HDR

Koping maladaptif

Stress psikologi
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

A. Identitas Klien
Ditulis identitas lengkap seprti nama, usia dalam tahun, jenis kelamin (L untuk
laki-laki dan P untuk prempuan dengan mencoret salah satu), Nomer Rekam Medik
(CM) dan diagnosa medisnya. Hal ini dapat dilihat pada rekam medik (CM) atau
wawancara langsung dengan klien bila memungkinkan.
B. Alasan Masuk
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa
tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang
dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan.
C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres (faktor
pencetus/penyebab utama timbulnya gangguan jiwa).
Faktor predisposisi yang harus dikaji meliputi terjadinya gangguan jiwa di
masa lalu, pengobatan/perawatan yang telah dilaksanakan, adanya trauma masa lalu,
faktor genetik dan silsilah orang tuanya dan pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan.
Sedangkan stresor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan dan memerlukan energi ekstra untuk
mengatasinya (faktor yang memperberat/memperparah terjadinya gangguan jiwa).
D. Pemeriksaan/Keadaan Fisik
Pengkajian/pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ tubuh
(dengan cara observasi, auskultasi, palpasi, perkusi dan hasil pengukuran).
E. Psikososial
1) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Klien dengan halusinasi mengenai gambaran dirinya ialah perilaku
yang tidak terorganisir, bicara/tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
menutup telinga, menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, ketakukan kepada
sesuatu yang tidak jelas, sering meludah, mengaruk-garuk permukaan kulit.
b) Identitas diri
Klien dengan halusinasi biasanya identitas dirinya ialah moral yang
kurang karena marah-marah tanpa sebab.
c) Fungsi peran
Fungsi peran pada klien halusinasi terganggu karena adanya perilaku
bicara/tertawa sendiri, menutup telinga dan ketakukan pada sesuatu yang
tidak jelas.
d) Ideal diri
Klien dengan halusinasi jika kenyataannya tidaksesuai dengan yang
diharapkan maka ia cenderung menunjukkan amarahnya, serta untuk
pengkajian halusinasi mengenai ideal diri harus dilakukan pengkajian yang
berhubungan dengan harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal,
posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
e) Harga diri
Harga diri yang dimiliki klien halusinasi ialah harga diri rendah
karena penyebab awal halusinasi ialah hilangnya kepercayaan diri, tidak bisa
mengambil keputusan, rentan terhadap stress, merasa tidak diterima di
lingkungannya, kesepian.
3) Hubungan social
Hubungan sosial pada halusinasi terganggu karena adanya rangsangan
suara dari luar yang tidak jelas asalnya, selanjutnya dalam pengkajian dilakukan
observasi mengenai adanya hubungann kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam
berinteraksi dengan orang lain.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan.
F. Status Mental
Pengkajian pada aspek mental dapat dilakukan pada penampilan, pembicaraan,
aktivitas motorik, afek emosi.
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak rapi,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
kemampuan klien dalam berpakaian kurang, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologis klien (deficit perawatan
diri).
2) Pembicaraan
Klien dengan halusinasi bicaranya berbelit-belit (tidak langsung pada
intinya) dan kembali pada awal pembicaraan.
3) Aktivitas motorik
Mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga, menunjuk-nunjuk
ke arah tertentu, menggaruk-garuk permukaan kulit, sering meludah, menutup
hidung.
4) Afek dan emosi
Cenderung menarik diri, emosi berlebihan, perilaku tidak biasa (melebihi
batas kewajaran) dan tidak terorganisir.
5) Interaksi selama wawancara
Klien halusinasi selama interaksi wawancara biasanya bicara berbelit-belit.
6) Persepsi sensori
Klien dengan halusinasi biasanya mendengar suara-suara atau kegaduhan,
mendengar suara yang mengajak berbicara, mendengar suara yang menyuruhnya
melakukan sesuatu yang berbahaya, menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, ketakutan
kepada sesuatu yang tidak jelas, menghidu seperti mencium bau-bauan tertentu,
menutup hidung, menutup telinga, sering meludah, muntah. Halusinasi biasanya
muncul setiap hari, tidak tentu waktunya.
7) Proses piker
Tangensial; klien bicara berbelit-belit. Non realistic; pemikiran yang tidak
logis/tidak masuk akal. Obsesif; pikiran yang selalu muncul/kokoh/persisten,
walaupun klien berusaha menghilangkannya, tidak diketahui/tidak wajar.
Depresionalisasi; isi pikiran yang berupa perasaan yang aneh/asing terhadap
dirinya sendiri, orang lain/lingkungan sekitarnya.
8) Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat, dan orang
9) Memori (daya ingat)
Klien dengan halusinasi masih dapat mengingat kejadian jangka pendek
maupun jangka panjang.
10) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi klien halusinasi mudah beralih dari satu objek ke objek
lainnya.
11) Kemampuan penilaian/Mengambil keputusan
Klien halusinasi tidak mampu mengambil keputusan yang konstruktif dan
adaptif.
12) Daya tilik diri
Menginkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emos) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/klien menyangkal keadan penyakitnya.

II. POHON MASALAH


III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan dari pengkajian (Carpenito,


1983). Penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial dari individu, keluarga atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupannya.
Menurut NANDA (American Nursing Diagnosis Assosiation melalui konferensi ke-
10) diagnosa keperawatan ada 3 tipe yaitu:
1) Aktual
a. Dengan label : Perubahan, Intoleransi, Gangguan, Kerusakan
b. Tanpa label : Ketidakpatuhan, Ansietas
2) Risiko
3) Sejahtera
IV. PERENCANAAN
Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Perubahan Tujuan 1. Klien mampu membina 1. Bina hubungan saling percaya dengan 1. Hubungan saling percaya
sensori Umum: hubungan saling percaya menggunakan prinsip komunikasi terapeutik : merupakan langkah awal
perseptual: Klien tidak
dengan perawat, dengan a) Sapa klien dengan ramah baik verbal menentukan keberhasilan
halusinasi menciderai
pendengaran diri sendiri kriteria hasil: maupun non verbal rencana selanjutnya.
atau orang a) Membalas sapaan perawat b) Perkenalkan diri dengan sopan 2. Untuk mengurangi kontak klien
lain ataupun
b) Ekspresi wajah bersahabat c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama dengan halusinasinya dengan
lingkungan.
TUK 1: dan senang panggilan kesukaan klien mengenal halusinasi akan
Klien dapat c) Ada kontak mata d) Jelaskan maksud dan tujuan interaksi membantu mengurangi dan
membina
d) Mau berjabat tangan e) Berikan perhatian pada klien, perhatikan menghilangkan halusinasi.
hubungan
saling e) Mau menyebutkan nama kebutuhan dasarnya
percaya f) Klien mau duduk 2. Beri kesempatan klien untuk
dengan berdampingan dengan mengungkapkan perasaannya
perawat.
perawat 3. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
g) Klien mau mengutarakan
masalah yang dihadapi
TUK 2: Klien mampu mengenali 1.Adakan kontak sering dan singkat secara 1. Mengetahui apakah halusinasi
Klien dapat halusinasinya dengan kriteria bertahap datang dan menentukan
mengenali hasil:
2.Tanyakan apa yang didengar dari tindakan yang tepat atas
halusinasinya a) Klien dapat menyebutkan
waktu, timbulnya halusinasi
b) Klien dapat mengidentifikasi halusinasinya halusinasinya.
kapan frekuensi situasi saat 3.Tanyakan kapan halusinasinya datang 2. Mengenalkan pada klien
terjadi halusinasi 4.Tanyakan isi halusinasinya terhadap halusinasinya dan
c) Klien dapat mengungkapkan 5.Bantu klien mengenalkan halusinasinya : mengidentifikasi faktor
perasaannya. a) Jika menemukan klien sedang pencetus halusinasinya.
berhalusinasi, tanyakan apakah ada suara 3. Menentukan tindakan yang
yang didengar sesuai bagi klien untuk
b) Jika klien menjawab ada, laanjutkan apa mengontrol halusinasinya
yang dikatakan
c) Katakan bahwa perawat percaya klien
mendengar suara itu, namun perawat
sendiri tidak
d) Katakan bahwa klien lain juga ada yang
seperti klien
e) Katakan bahwa perawat akan membantu
klien
6. Diskusikan dengan klien:
a) Situasi yang menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
b) Waktu, frekuensi terjadinya halusinasi
7. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan
jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih,
senang) beri kesempatan mengungkapkan
perasaannya
TUK 3 : 1. Klien dapat mengidentifikasi 1. Identifikasi bersama klien tindakan yang
Klien dapat tindakan yang dilakukan untuk biasa dilakukan bila terjadi halusinasi
mengontrol
mengendalikan halusinasinya 2. Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan
halusinasinya
. 2. Klien dapat menunjukkan cara klien, jika bermanfaat beri pujian
baru untuk mengontrol 3. Diskusikan cara baik memutus atau
halusinasi. mengontrol halusinasi
a) Katakan ‘saya tidak mau dengar kamu
(pada saat halusinasi terjadi)
b) Temui orang lain (perawat atau teman
atau anggota keluarga) untuk bercakap-
cakap atau mengatakan halusinasi yang
didengar
c) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d) Meminta keluarga atau teman atau
perawat untuk menyapa klien jika
tampak berbicara sendiri, melamun atau
kegiatan yang tidak terkontrol
4. Bantu klien memilih dan melatih cara
memutus halusinasi secara bertahap
5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang
dilatih. evaluasi hasilnya dan beri pujian jika
berhasil.
6. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas
kelompok. jenis orientasi realita atau
stimulasi persepsi
TUK 4 : 1. Klien dapat memilih cara 1.Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga 1. Membantu klien menentukan
Klien dapat mengatasi halusinasi jika mengalami halusinasi. cara mengontrol halusinasi.
dukungan
2. Klien melaksanakan cara yang 2.Diskusikan dengan keluarga (pada saat 2. Periode berlangsungnya
dari keluarga
untuk telah dipilih untuk memutus keluarga berkunjung atau kunjungan rumah) halusinasinya:
mengontrol halusinasinya a) Gejala halusinasi yang dialami klien a) Memberi support kepada
halusinasinya
3. Klien dapat mengikuti terapi b) Cara yang dapat dilakuakan klien dan klien
aktivitas kelompok. keluarga untuk memutus halusinasi b) Menambah pengetahuan
c) Cara merawat anggota keluarga yang klien untuk melakukan
mengalami halusinasi di rumah: beri tindakan pencegahan
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan halusinasi
bersama, bepergian bersama. 3. Membantu klien untuk
d) Beri informasi wakto follow up atau beradaptasi dengan cara
kapan perlu mendapat bantuan halusinasi alternatife yang ada.
tidak terkontrol dan resiko menciderai 4. Memberi motivasi agar cara
orang lain. diulang.
3.Diskusikan dengan keluarga dan klien tentang
jenis, dosis, frekuensi dan manfaat obat
4.Pastikan klien minum obat sesuai dengan
program dokter
TUK 5: 1. Keluarga dapat membina 1.Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang 1. Partisipasi klien dalam kegiatan
Klien dapat hubungan saling percaya manfaat dan efek samping obat tersebut membantu klien
menggunaka
dengan perawat 2.Diskusikan akibat berhenti obat tanpa beraktivitas sehingga halusinasi
n obat
dengan benar 2. Keluarga dapat menyebutkan konsultasi tidak muncul.
untuk pengertian, tanda, tindakan 3.Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 2. Meningkatkan pengetahuan
mengendalik
untuk mengalihkan halusinasi 5 benar keluarga tentang obat
an
halusinasinya 3. Klien dan keluarga dapat 3. Membantu mempercepat
menyebutkan manfaat, dosis penyembuhan dan memastikan
dan efek samping obat. Klien obat sudah diminum oleh klien.
minum obat secara teratur 4. Meningkatkan pengetahuan
4. Klien dapat informasi tentang tentang manfaat dan efek
manfaat dan efek samping samping obat.Mengetahui
obat reaksi setelah minum obat.
5. Klien dapat memahami akibat Ketepatan prinsip 5 benar
berhenti minum obat tanpa minum obat membantu
konsultasi penyembuhan dan menghindari
6. Klien dapat menyebutkan kesalahan minum obat serta
prinsip 5 benar penggunaan membantu tercapainya standar.
obat.
V. IMPLEMENTASI SP
Diagnosa
Keperawat Pasien Keluarga
an
Gangguan SP 1: SP 1:
Persepsi 1. Mengenal halusinasi: 1. Mengidentifikasi masalah
Sensori: 1) Isi keluarga dalam merawat
Halusinasi 2) Frekuensi pasien
Pendengara 3) Waktu terjadi 2. Menjelaskan proses
n 4) Situasi pencetus terjadinya halusinasi
5) Perasaan saat terjadi 3. Menjelaskan cara merawat
halusinasi pasien
2. Latihan mengontrol halusinasi 4. Bermain peran cara merawat
dengan cara: 5. RTL keluarga/jadwal
1) Menghardik keluarga untuk merawat
2) Memasukkan dalam pasien
jadwal kegiatan pasien
SP 2: SP 2:
1. Evaluasi kegiatan yang lalu 1. Evaluasi kemampuan
(SP 1) keluarga (SP 1)
2. Melatih berbicara dengan 2. Latih keluarga merawat
orang lain saat halusinasi pasien
muncul 3. RTL keluarga/jadwal
3. Masukkan jadwal keluarga untuk merawat
pasien
SP 3: SP 3:
1. Evaluasi kegiatan yang lalu 1. Evaluasi kemampuan
(SP 2) keluarga (SP 2)
2. Melatih kegiatan agar 2. Latih keluarga merawat
halusinasi tidak muncul pasien
3. Masukkan jadwal 3. RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
SP 4: SP 4:
1. Evaluasi jadwal pasien yang 1. Evaluasi jadwal pasien yang
lalu (SP 1, 2, 3) lalu (SP 1, 2, 3)
2. Menanyakan pengobatan 2. Menanyakan pengobatan
sebelumnya sebelumnya
3. Menjelaskan tentang 3. Menjelaskan tentang
pengobatan pengobatan
4. Melatih pasien minum obat (5 4. Melatih pasien minum obat
benar) (5 benar)
5. Masukkan jadwal 5. Masukkan jadwal

VI. EVALUASI
1. Pada klien:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab halusinasi.
c. Klien dapat dapat mengontrol halusinasi.
d. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain saat halusinasi muncul.
2. Pada keluarga:
a. Keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secara terapeutik.
b. Keluarga mampu mengurangi penyebab halusinasi klien.
DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, B. d. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Ermawati, D. d. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans
Info Media.

Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Iyus, Y. (2011). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.

Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka.

Marry, T. C. (1998). Diagnosa Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai