Anda di halaman 1dari 165

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

J DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN: ASMA BRONKHIAL DI RUANG
CUT NYAK DIEN RSUD ARJAWINANGUN
KABUPATEN CIREBON

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

SOKA RESKA DENA


NIM. P2.06.20.2.17.031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
CIREBON
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN: ASMA BRONKHIAL DI RUANG
CUT NYAK DIEN RSUD ARJAWINANGUN
KABUPATEN CIREBON

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
Pada Program Studi Keperawatan
Cirebon

Oleh:

SOKA RESKA DENA


NIM. P2.06.20.2.17.031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
CIREBON
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAPASAN: ASMA BRONKHIAL DI RUANG CUT
NYAK DIEN RSUD ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON

PENYUSUN : SOKA RESKA DENA


NIM. P2.06.20.2.17.031

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui

Oleh Pembimbing untuk diujikan

Cirebon, 08 Mei 2020

Pembimbing

Utama Pendamping

Edi Ruhmadi, S.Kep, M.Kes H. Aman Budi, SPd, APP,M.Kes


NIP. 197012071993031001 NIP. 195608051980031005

Mengetahui :
Ketua Program Studi D III Keperawatan
Cirebon

Edi Ruhmadi, S.Kep, M.Kes


NIP. 197012071993031001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAPASAN: ASMA BRONKHIAL DI RUANG CUT
NYAK DIEN RSUD ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON

PENYUSUN : SOKA RESKA DENA


NIM. P2.06.20.2.17.031

Karya Tulis Ilmiah ini telah diujikan dan dipertanggungjawabkan

Pada tanggal 11 Mei 2020

Penguji

Ketua Anggota Anggota

Edi Ruhmadi, S.Kep, M.Kes H.Aman Budi S., SPd, APP, M.Kes Agus Nurdin, SKp, M.Kep
NIP. 197012071993031001 NIP. 195608051980031005 NIP. 197205142002121001

Mengetahui : Disahkan oleh :


Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Program Studi D III Keperawatan
Tasikmalaya Cirebon

Dudi Hartono, S.Kep, Ns, M.Kep Edi Ruhmadi, S.Kep, M.Kes


NIP. 197105121992031002 NIP. 197012071993031001

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SOKA RESKA DENA


NIM : P2.06.20.2.17.031
Program Studi : Program Studi Keperawatan Cirebon
Judul Karya Tulis : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN: ASMA BRONKHIAL
DI RUANG CUT NYAK DIEN RSUD ARJAWINANGUN
KABUPATEN CIREBON

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya susun ini
benar- benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Cirebon, 08 Mei 2020


Yang Membuat Pernyataan

SOKA RESKA DENA


NIM. P2.06.20.2.17.031

iv
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN CIREBON

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Gangguan Sistem Pernapasan: Asma


Bronkhial Di Ruang Cut Nyak Dien RSUD Arjawinangun Kabupaten
Cirebon.

Soka Reska Dena1, Edi Ruhmadi2, Aman Budi Santoso 3

ABSTRAK
Asma bronkhial merupakan penyakit kronis pada sistem pernapasan karena
adanya reaksi berlebihan jalan napas terhadap iritan atau stimuli lain sehingga
menyebabkan penyempitan jalan napas yang bersifat reversible, klien akan
mengalami dispnea, batuk, dada terasa berat, dan mengi. Asma tidak dapat
disembuhkan, namun dapat dilakukan upaya pencegahan agar tidak terjadi
kekambuhan. Berdasarkan data di Ruang Cut Nyak Dien RSUD Arjawinangun
Kabupaten Cirebon yang merupakan tempat pengambilan studi kasus ini, jumlah
penderita asma pada tahun 2018 sebanyak 86 kasus dengan presentase 7,7% dan
menempati urutan ke-5. Hal ini melatarbelakangi penulis untuk mengangkat
kasus asma bronkhial sebagai karya tulis ilmah. Tujuannya agar penulis
memperoleh pengalaman nyata di lapangan dalam melakukan asuhan
keperawatan secara komprehensif pada klien dengan asma bronkhial. Jenis
penelitian yang dilaksanakan adalah studi kasus. Hasil studi kasus data
pengkajian pada Tn. J didapatkan yaitu klien mengeluh sesak napas disertai
batuk dengan sputum yang sulit dikeluarkan. Diagnosa yang ditegakkan yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan napas, ketidakefektifan pola napas, intoleransi
aktivitas, dan defisit pengetahuan. Intervensi dan implementasi yang digunakan
yaitu pengukuran tanda-tanda vital, pemberian posisi semi fowler, monitor suara
napas, kaji penggunaan otot bantu pernapasan dan usaha napas, kolaboratif
pemberian bronkodilator, dan penyuluhan kesehatan mengenai asma. Evaluasi
yang didapatkan, beberapa diagnosa hanya teratasi sebagian dan terdapat satu
diagnosa yang teratasi. Saran untuk klien dan keluarga, hendaknya mengetahui
pertolongan pertama saat terjadi serangan asma mendadak saat di rumah yaitu
dengan cara tradisional inhalasi uap sederhana dan pengolesan penghangat pada
bagian titik tubuh tertentu, serta tidak lupa untuk selalu memeriksakan kesehatan
secara rutin di pelayanan kesehatan terdekat.

Kata Kunci : asma bronkhial, asuhan keperawatan, sistem pernapasan, dispnea,


mengi.
xviii + V BAB + 119 pages + 11 tabel + 5 gambar + 2 bagan + 7 lampiran
Daftar Pustaka: 14 buku + 1 jurnal + 5 website.

1. Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Cirebon Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya


2. Pembimbing I Program Studi DIII Keperawatan Cirebon Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
3. Pembimbing II Program Studi DIII Keperawatan Cirebon Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

v
MINISTRY OF HEALTH REPUBLIC OF INDONESIA
HEALTH POLYTECHNIC OF TASIKMALAYA
DEPARTEMENT OF NURSING

Nursing Care To Mr. J With Respiratory System Disorder: Asthma Bronchiale


In Cut Nyak Dien Room Arjawinangun Regional Hospital Cirebon.

Soka Reska Dena1, Edi Ruhmadi2, Aman Budi Santoso3

ABSTRACT
Asthma bronchial is a chronic disease of the respiratory system because
hypersensitive airway to irritants or other stimuli, then the airway constriction,
but the condition reversible. Client will be dyspnea, cough, chest feels heavy,
and wheezing. Asthma can’t be cured, but some efforts to prevent asthma
bronchial can be done. Based on data in the Cut Nyak Dien room at RSUD
Arjawinangun Cirebon district which is the place of taking this case study, the
number of asthma sufferers in 2018 was 86 cases with a percentage of 7,7%.
This is the background of the writer to raise the case of asthma bronchial as a
scientific paper. The purpose is that the writer gets a real experience in the
hospital to do comprehensively nursing care to clients with asthma bronchial.
The type of research carried out is a case study. The results of the case study
form assessment on Mr. J were obtained that the client complains of dyspnea
and coughing with sputum that cannot be excreted. The diagnosis are
ineffectiveness of the airway clearance, ineffectiveness of breathing patterns,
activity intolerance, and the deficit of knowledge. Interventions and
implementations used are measurement of vital signs, position of semi fowler,
monitor of breath sound, the use of bibs for breathing and breath effort,
collaboration of giving bronchodilators, and health education. The results of
evaluation are some diagnosis partially resolved, although there is one
diagnosis that is resolved. Recommended for Mr. J and family to understand
about the first aid when an asthma attack accurs in the home with traditional
way, there are simple steam inhalation, give the point of body with essential oil,
and don’t forget to routine health screening in the nearest health center or
hospital.

Key Words: asma bronchial, nursing care, respiratory system, dyspnea,


wheezing.
xix + V CHAPTER + 119 pages + 11 table + 5 images + 2 chart + 7 attachments
References: 14 books + 1 journal + 5 website

1. Student Departement Of Nursing Health Polytechnic Of Tasikmalaya


2. Teacher I Departement Of Nursing Health Polytechnic Of Tasikmalaya
3. Teacher II Departement Of Nursing Health Polytechnic Of Tasikmalaya

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn.J dengan Gangguan Sistem

Pernapasan: Asma Bronkhial di Ruang Cut Nyak Dien RSUD Arjawinangun Kabupaten

Cirebon”.

Dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, banyak pihak yang telah

memberikan banyak masukkan, arahan, bimbingan, serta motivasi kepada penulis. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis untuk mengucapkan banyak terimakasih

kepada yang terhormat:

1. Hj. Ani Radiati R, S.Pd, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

2. Dr. H. Bambang Sumardi, MM, MARS Direktur RSUD Arjawinangun Kabupaten

Cirebon.

3. Dudi Hartono, S.Kep, Ners, M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Tasikmalaya.

4. Edi Ruhmadi, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Program Studi Keperawatan Cirebon dan

selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan serta masukan selama

bimbingan.

5. H. Aman Budi Santoso, S.Pd, APP, M.Kes selaku pembimbing II yang telah

memberikan arahan serta masukan selama bimbingan.

6. Seluruh dosen dan staff pengelola Program Studi Keperawatan Cirebon Poltekkes

Kemenkes Tasikmalaya.

vii
7. Kedua Orangtua, Adik, dan seluruh saudara yang selalu mendo’akan, mendukung,

memotivasi, dan selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan pendidikan

selama 6 (enam) semester di Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Wilayah Cirebon.

8. Seluruh pihak Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun Kabupaten Cirebon yang

telah ikut andil dalam proses pembuatan Karya tulis Ilmiah ini. Terutama CI dan

Kepala Ruangan beserta para staff tenaga kesehatan, khususnya pada bidang

keperawatan.

9. Rekan-rekan mahasiswa DIII Keperawatan yang sama-sama berjuang menempuh

pendidikan di Politeknik Kesehatan Tasikmalaya khususnya Wilayah Cirebon

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis

terima sebagai motivasi untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Besar harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh mahasiswa Program Studi

Keperawatan Cirebon.

Cirebon, 08 Mei 2020

Penulis

viii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM............................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................... iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xv
DAFTAR ISTILAH ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 4
1.3 Manfaat ........................................................................................................ 5
1.3.1 Manfaat Teoritis................................................................................. 5
1.3.2 Manfaat Praktis .................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Asma Bronkhial..................................................................... 6
2.1.1 Definisi .............................................................................................. 6
2.1.2 Etiologi .............................................................................................. 7
2.1.3 Anatomi dan Fisiologi ........................................................................ 8
2.1.4 Klasifikasi........................................................................................ 22
2.1.5 Patofisiologi ..................................................................................... 24
2.1.6 Manifestasi Klinis ............................................................................ 27
2.1.7 Komplikasi ...................................................................................... 27
2.1.8 Dampak Asma Bronkhial terhadap Kebutuhan Dasar Manusia ......... 28
2.1.9 Penatalaksanaan ............................................................................... 31
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................................... 35
2.2.1 Pengkajian ........................................................................................ 35
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 45
2.2.3 Intervensi Keperawatan .................................................................... 49
2.2.4 Implementasi Keperawatan............................................................... 57
2.2.4 Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 57

ix
BAB III METODE KARYA TULIS ILMIAH
3.1 Desain KTI ................................................................................................ 60
3.2 Subyek KTI................................................................................................ 60
3.3 Batasan Istilah ............................................................................................ 61
3.4 Lokasi dan Waktu ...................................................................................... 61
3.4.1 Lokasi .............................................................................................. 61
3.4.2 Waktu .............................................................................................. 62
3.5 Prosedur Penulisan KTI.............................................................................. 62
3.6 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 63
3.7 Instrumen Pengumpulan Data..................................................................... 63
3.8 Keabsahan Data ......................................................................................... 63
3.2 Analisa Data .............................................................................................. 64
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil KTI/ TA ............................................................................................ 65
4.1.1 Gambaran Lokasi Studi Kasus .......................................................... 65
4.1.2 Pengkajian ........................................................................................ 66
4.1.3 Diagnosis Keperawatan .................................................................... 83
4.1.4 Intervensi Keperawatan .................................................................... 85
4.1.5 Implementasi Keperawatan............................................................... 89
4.1.1 Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 99
4.2 Pembahasan ............................................................................................. 106
4.2.1 Pengantar Bab ................................................................................ 106
4.2.2 Interpretasi dan Hasil Diskusi ......................................................... 107
4.2.3 Keterbatasan KTI/ TA .................................................................... 114
4.2.4 Implikasi untuk Keperawatan ......................................................... 115
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 117
5.2 Saran........................................................................................................ 119
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 121
LAMPIRAN ................................................................................................. 123

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Keparahan Asma Bronkhial ................................ 23

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan .................................................................... 50

Tabel 3.1 Batasan Istilah .................................................................................. 61

Tabel 4.1 Activity Daily Living......................................................................... 70

Tabel 4.2 Pengkajian Nervus Cranial Tn. J ....................................................... 74

Tabel 4.3 Hasil Laboratorium Tn. J .................................................................. 78

Tabel 4.4 Analisa Data ..................................................................................... 80

Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 83

Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan .................................................................... 85

Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan............................................................... 89

Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 99

xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Anatomi sistem pernapasan ............................................................. 8

Gambar 2.2 Anatomi bronkus .......................................................................... 10

Gambar 2.3 Anatomi paru-paru (pulmo) ......................................................... 14

Gambar 2.4 Mekanisme inspirasi dan ekspirasi ................................................ 16

Gambar 2.5 Kondisi Bronkus Normal dan Penderita Asma .............................. 24

xii
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Perjalanan Penyakit Asma Bronkhial .................................................26

Bagan 4.1 Genogram Keluarga Tn. J ..................................................................69

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Sebelum Penelitian Studi Kasus

Lampiran 2 Jadwal Kegiatan

Lampiran 3 Instrumen Studi Kasus

Lampiran 4 Persetujuan menjadi pasrtisipan (Informed Consent)

Lampiran 5 Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 6 Lembar Konsul Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup

xiv
DAFTAR SINGKATAN

Ditjen : Direktorat Jenderal

Yankes : Pelayanan Kesehatan

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

WHO : World Health Organization

UU : Undang- Undang

RI : Republik Indonesia

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

TUM : Tujuan Umum

TUK : Tujuan Khusus

DS : Data Subjektif

DO : Data Objektif

Tn : Tuan

Ny : Nyonya

IGD : Instalasi Gawat Darurat

AGD : Analisa Gas Darah

APE : Arus Puncak Ekspirasi

CO2 : Carbon Dioxide

O2 : Oxygen

SpO2 : Saturasi Oksigen

N : Nadi

TD : Tekanan Darah

RR : Respiratory Rate

xv
S : Suhu

CRT : Capilary Refil Time

JVP : Jugular Venous Pressure

RL : Ringer Laktat

EKG : Elektrokardiografi

SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

SGPT : Serum Glutamic Pyruvate Transaminase

mmHg : Milimeter Merkuri Hydrargyrum

HFA : Hydrofluoroalkane

GINA : Global Initiative for Asthma

GCS : Glasgow Coma Scale

HCO3 : Bikarbonat

KVP : Kapasitas Vital Paksa

PaO2 : Partial Pressure of Oxygen

PCO2 : Partial Pressure of Carbon Dioxide

pH : Power of Hydrogen

VEP : Volume Ekspirasi Paksa

xvi
DAFTAR ISTILAH

Ekspirasi : Menghembuskan napas atau mengeluarkan


karbon dioksida

Hiperkapnia : Keadaan tekanan parsial karbon dioksida yang


tidak normal dalam darah

Hipokapnia : Kadar karbon dioksida darah arteri lebih rendah


dari normal

Hipoksemia : Kekurangan oksigen (O2) di dalam darah

Inflamasi : Peradangan

Inspirasi : Oksigen yang berada diluar tubuh dihirup


melalui organ pernapasan

Dyspnea : Sesak napas

Fluktuatif : Hilang dan timbul

Mucus : Lendir

Nocturnal Paroxymul Dyspnea : Sesak napas atau kesulitan bernapas yang terjadi
pada malam hari.

Obstruksi : Adanya sumbatan benda asing

Prevalensi : Jumlah orang dalam populasi yang mengalami


penyakit

Restriksi : Penyempitan pada jalan napas

Stimuli : Rangsangan

Wheezing : Suara pernapasan frekuensi tinggi nyaring yang


terdengar di akhir respirasi

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 adalah

keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu karena

dengan keadaan tubuh yang sehat maka produktivitas seseorang akan semakin

tinggi. Memiliki tubuh yang sehat tentunya harus memahami perlunya

pemeliharaan kesehatan yang tepat oleh setiap individu agar terciptanya derajat

kesehatan suatu masyarakat. Oleh karena itu, perlunya pencegahan untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian baik dari penyakit menular,

maupun penyakit tidak menular seperti salah satunya yaitu asma bronkhial.

Asma termasuk dalam 14 besar penyakit yang menyebabkan disabilitas di

dunia (Ditjen Yankes Kemenkes RI, 2018). Penyakit asma bersifat fluktuatif

(hilang dan timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala dan tidak mengganggu

aktivitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan

dapat menimbulkan kematian. Faktor umur dan jenis kelamin berpengaruh

terhadap kerentanan, dimana kelompok umur dewasa lanjut dan perempuan

memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap kekambuhan asma bronkhial.

Oleh karena itu, pencegahan harus segera dilakukan sedini mungkin, karena

sebagian besar tidak mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit tidak

1
2

menular. Manfaat yang akan dirasakan oleh klien jika melakukan pencegahan

kekambuhan asma bronkhial terhindar dari sesak napas sehingga dapat

melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik dan bisa mengikuti kegiatan-

kegiatan di masyarakat (Husna, 2014).

Penyakit asma saat ini masih menunjukkan prevalensi yang tinggi.

Berdasarkan data dari WHO (2019) sekitar 235 juta orang saat ini menderita

asma, sedangkan menurut Global Initiative for Asthma (GINA) pada tahun

2019 sekitar 300 juta orang menderita asma dan terdapat 250 ribu kematian

akibat asma setiap tahunnya. Buruknya kualitas udara dan berubahnya pola

hidup masyarakat diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penderita

asma. Berdasarkan data dari berbagai negara menunjukan bahwa prevalensi

penyakit asma berkisar antara 1-18% (GINA, 2020).

Prevalensi asma di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 2,4% dengan

jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032 jiwa. Terdapat enam belas

Provinsi yang mempunyai prevalensi penyakit asma yang melebihi angka

nasional, tiga teratas dari enam belas Provinsi tersebut adalah DI Yogyakarta

(4,5%), Kalimantan Timur (4%), dan Bali (3,9%) (Kemenkes RI, 2018).

Prevalensi penyakit asma di Jawa Barat pada tahun 2018 yaitu sebesar

3,5% dengan kelompok usia terbanyak yang menderita asma yaitu 75 tahun ke

atas sebanyak 5,1%. Sedangkan, usia dewasa muda 25-34 tahun dengan

presentase 2,2% dan dewasa tua 35-44 tahun sebanyak 2,3% (Riskesdas, 2018).
3

Prevalensi penderita penyakit asma di Kota Cirebon untuk semua

golongan umur berdasarkan gejala dari hasil riset kesehatan tahun 2018 yaitu

sebesar 3,4% (Riskesdas, 2018). Sedangkan, menurut distribusi kasus

berdasarkan sepuluh besar masalah medis di Ruang Cut Nyak Dien RSUD

Arjawinangun pada tahun 2019, penyakit asma menempati urutan ke-5 dengan

jumlah 86 kasus (7,7%).

Berdasarkan latar belakang di atas, peran perawat dalam pelayanan

kesehatan yaitu sebagai pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan

secara komprehensif. Oleh karena itu, penulis ingin memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan kasus asma bronkhial secara komprehensif dan

didokumentasikan sebagai tugas akhir, dengan judul “Asuhan Keperawatan

pada Tn.J dengan Gangguan Sistem Pernapasan: Asma Bronkhial di Ruang Cut

Nyak Dien RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disimpulkan bahwa

rumusan masalah adalah “Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn.J dengan

gangguan sistem pernapasan: asma bronkhial di ruang cut nyak dien RSUD

Arjawinangun Kabupaten Cirebon?”


4

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada Tn.J

dengan asma bronkhial melalui pendekatan bio-psiko-sosio-spiritual di

Ruang Cut Nyak Dien Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun

Kabupaten Cirebon.

1.3.2 Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan diharapkan penulis dapat:

1.3.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.J dengan gangguan

sistem pernapasan: asma bronkhial.

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.J dengan gangguan

sistem pernapasan: asma bronkhial.

1.3.2.3 Menentukan intervensi keperawatan pada Tn.J dengan gangguan

sistem pernapasan: asma bronkhial.

1.3.2.4 Melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn.J dengan

gangguan sistem pernapasan: asma bronkhial.

1.3.2.5 Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn.J dengan gangguan

sistem pernapasan: asma bronkhial.

1.3.2.6 Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada Tn.J

dengan gangguan sistem pernapasan: asma bronkhial.

1.3.2.7 Melakukan analisis kesenjangan antara teori dan situasi nyata

dalam melakukan asuhan keperawatan pada Tn.J dengan

gangguan sistem pernapasan: asma bronkhial.


5

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman nyata di

lapangan mengenai asuhan keperawatan pada Tn.J dengan gangguan

sistem pernapasan: asma bronkhial.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Penulis

Penulis dapat menambah pengalaman, wawasan dan

keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada

Tn.J dengan gangguan sistem pernapasan asma bronkhial.

1.4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Menambah referensi dan informasi bagi instansi pendidikan

dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan terkait

pelaksanaan asuhan keperawatan khususnya pada sistem

pernapasan: asma bronkhial.

1.4.2.3 Bagi Klien

Memberikan asuhan keperawatan guna meningkatkan

semangat dan kualitas hidup khususnya pada Tn.J dengan asma

bronkhial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Asma Bronkhial

2.1.1 Definisi

Menurut Kowalak (2012) asma bronkhial adalah gangguan

inflamasi pada jalan napas yang ditandai oleh obstruksi aliran udara

napas dan respons jalan napas yang berlebihan terhadap berbagai

bentuk rangsangan.

Menurut LeMone (2016) asma bronkhial adalah gangguan

inflamasi kronik pada jalan napas dan menyebabkan peningkatan

responsivitas jalan napas terhadap stimuli yang multipel. Obstruksi

aliran udara yang menyebar yang terjadi selama episode akut biasanya

kembali baik secara spontan maupun dengan terapi.

Asma bronkhial adalah penyakit obstruksi jalan napas yang

ditandai oleh penyempitan jalan napas. Penyempitan jalan napas akan

mengakibatkan klien mengalami dispnea, batuk, dan mengi (Puspasari,

2019).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik

kesimpulan asma bronkhial adalah penyakit kronis karena adanya reaksi

berlebihan jalan napas terhadap iritan atau stimuli lain sehingga

menyebabkan restriksi dan obstruksi jalan napas, yang akan

mengakibatkan klien mengalami dispnea, batuk, dan mengi.

6
7

2.1.2 Etiologi

Faktor risiko terkuat terjadinya asma bronkhial adalah kombinasi

predisposisi genetic dengan paparan lingkungan terhadap zat dan

partikel yang dihirup yang dapat memicu reaksi alergi atau

mengganggu saluran napas seperti:

2.1.2.1 Faktor genetik

2.1.2.2 Allergen dalam ruangan (misalnya tungau debu rumah di

tempat tidur, karpet, boneka, polusi dan bulu binatang

peliharaan)

2.1.2.3 Allergen luar ruangan (seperti serbuk sari dan jamur)

2.1.2.4 Asap tembakau

2.1.2.5 Zat aditif pangan yang mengandung sulfit

2.1.2.6 Perubahan suhu dan kelembapan

2.1.2.7 Kecemasan

2.1.2.8 Stress emosi: hormon dapat mempengaruhi pertukaran gas

2.1.2.9 Olahraga terlalu berat: meningkatkan kerja pernapasan,

membuat pertukaran gas menjadi lebih sulit

(Kowalak, 2012 & Puspasari, 2019)


8

2.1.3 Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1
Anatomi Sistem Pernapasan

Sumber: https://pustakasehatku.co.id

2.1.3.1 Anatomi Sistem Pernapasan

a. Hidung

Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi

sebagai alat pernapasan (respirasi) dan indra penciuman

(pembau). Bentuk dan struktur hidung menyerupai piramid

atau kerucut dengan alasnya pada prosesus palatinus osis

maksilaris dan pars horizontal osis palatum. Dalam keadaan

normal, udara masuk dalam sistem pernapasan, melalui

rongga hidung. Vestibulum rongga hidung berisi serabut-

serabut halus. Epitel vestibulum berisi rambut-rambut halus


9

untuk mencegah masuknya benda-benda asing yang

mengganggu proses pernapasan. Fungsi hidung antara lain

menghangatkan, melembapkan, dan menyaring udara yang

masuk serta sebagai indera penciuman (Syaifuddin, 2016).

b. Faring

Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput

kedudukannya tegak lurus antara basis kranii dan vertebrae

servikalis VI. Faring terdiri dari nasofaring, orofaring, dan

laringofaring. Jalan untuk masuknya udara dan makanan

namun tidak secara bersamaan yaitu pada bagian orofaring

(Syaifuddin, 2016).

c. Laring

Laring atau pangkal tenggorok merupakan jalinan

tulang rawan yang dilengkapi dengan otot, membrane,

jaringan ikat, dan ligamentum. Sebelah atas pintu masuk

laring membentuk tepi epiglottis, lipatan dari epiglottis

aritenoid dan pita interaritenoid, dan sebelah tepi bawah

kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita suara asli kiri dan

kanan membatasi daerah epiglottis. Bagian atas disebut

supraglotis dan bagian bawah disebut subglotis (Syaifuddin,

2016).
10

d. Trakea

Trakea (batang tenggorok) adalah tabung berbentuk

pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh tulang- tulang

rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara

vertebrae servikalis VI sampai ke tepi bawah kartilago

krikoidea vertebra torakalis V. Panjangnya sekitar 13 cm

dan diameter 2,5 cm, dilapisi oleh otot polos, mempunyai

dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok- balok hialin

yang mempertahankan trakea tetap terbuka.

e. Bronkus

Gambar 2.2
Anatomi Bronkus

Sumber: https://materibelajar.co.id

Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari

trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian vertebrae torakalis


11

IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea

dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan

berjalan ke bawah ke arah tampuk paru.

1) Bagian- Bagian Bronkus

a) Bronkus prinsipalis dekstra

Panjangnya sekitar 2,5 cm masuk ke hilus

pulmonalis paru kanan, mempercabangkan bronkus

lubaris superior. Pada saat masuk ke hilus

bercabang tiga menjadi bronkus lobaris medius,

bronkus lobaris inferior, dan bronkus lobaris

superior, di bawahnya A.pulmonalis dekstra

(Syaifuddin, 2016).

b) Bronkus prinsipalis sinistra

Lebih sempit, panjang, dan lebih horizontal

dibandingkan bronkus dekstra, panjangnya sekitar

5 cm, berjalan ke bawah aorta dan di depan

esophagus, masuk ke hilus pulmonalis kiri,

bercabang menjadi dua (bronkus lobaris superior

dan bronkus lobaris inferior) (Syaifuddin, 2016).

2) Bronkiolus Pulmonaris

Pada proses perjalanannya udara ke paru-paru

bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan beranting

banyak sekali. Saluran yang besar mempertahankan


12

struktur serupa dengan yang dari trakea, mempunyai

dinding fibrosa berotot yang mengandung bahan tulang

rawan dan dilapisi epithelium bersilia. Makin kecil

salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan

akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan

silia.

3) Bronkiolus Pulmonaris dan Alveoli

Bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar

udara karena fungsi utamanya adalah penghantar udara

ke tempat pertukaran gas paru-paru. Setelah bronkiolus

terminalis, terdapat asinus yang merupakan unit

fungsional paru-paru yaitu temoat pertukaran gas.

Bronkiolus respiratorius berhubungan langsung

dengan suatu alveoli dan menuju sepanjang area

alveoli-alveoli lainnya yang biasa disebut dengan

duktus alveolaris. Akhir dari saluran tersebut adalah

sakus alveoli, yang menghubungkan masing-masing

alveoli menjadi gabungan alveoli.

4) Resistensi Bronkus

Persarafan otot polos bronkus mempengaruhi

resistensi bronkus. Resistensi yang bisa meningkat

ketika otot polos bronkus berkonstriksi ini

mengakibatkan penurunan aliran udara ke dalam paru.


13

Dengan demikian, ketika saluran udara mengalami

penyempitan atau kontriksi, resistensi terhadap aliran

udara semakin meningkat, sistem saraf otonom yang

berpengaruh terhadap resistensi bronkus ini adalah

sistem simpatik dan parasimpatis (Puspasari, 2019).

5) Persarafan Bronkus

Peningkatan resistensi dan pengurangan aliran

udara merupakan akibat dari menyempitnya jalan napas

karena rangsangan parasimpatis yang disalurkan ke otot

polos bronkus melalui saraf vagus. Di sisi lain,

relaksasi atau dilatasi bronkus dapat menurunkan

resistensi dan meningkatkan aliran udara (Puspasari,

2019).

f. Alveolus

Alveolus adalah struktur anatomi yang memiliki bentuk

berongga. Letak alveolus berada pada parenkim paru-paru

yang merupakan ujung dari saluran pernapasan, dimana

kedua sisinya merupakan tempat pertukaran udara dengan

darah. Sebuah alveolus dapat mencapai diameter sekitar

200-300 mikrometer, sehingga keberadaannya membuat

paru-paru menjadi semakin luas.


14

Alveolus merupakan gelembung-gelembung yang berisi

udara dalam paru-paru dengan jumlah sekitar 300 juta buah

yang dikelilingi oleh kapiler-kapiler, bentuk jamak dari

alveolus adalah alveoli (Syaifuddin, 2016).

g. Paru- Paru (Pulmo)

Gambar 2.3
Anatomi Paru- Paru (Pulmo)

Sumber: https://www.gurupendidikan.co.id

Pulmo (paru) adalah salah satu organ sistem pernapasan

yang berada di dalam kantong yang dibentuk oleh pleura

parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru sangat lunak,

elastic, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan

terapung di dalam air. Paru berwarna biru keabu- abuan dan

berbintik- bintik karena partikel- partikel debu yang masuk

termakan oleh fagosit.


15

Masing- masing paru mempunyai apeks yang tumpul

menjorok ke atas, masuk ke leher kira-kira 2,5 cm di atas

klavikula. Apeks pulmo berbentuk bundar dan menonjol

kea rah dasar yang lebar, melewati aperture torasis superior

2,5-4 cm di atas ujung sterna iga I. Basis pulmo adalah

bagian yang berada di atas permukaan cembung diafragma.

Oleh karena itu, kubah diafragma lebih menonjol ke atas,

maka bagian kanan lebih tinggi dari paru kiri.

Pada paru kiri terdapat suatu insisura yaitu insisura

obliges. Insisura ini membagi paru kiri atas dua lobus yaitu

lobus superior (bagian yang terletak di atas dan di depan

insisura) dan lobus inferior (bagian paru yang terletak di

belakang dan bawah insisura). Pada paru kanan terdapat dua

insisura yaitu insisura obliqua dan insisura interlobularis

sekunder.

h. Pleura

Pleura adalah suatu membrane serosa yang halus,

membentuk suatu kantong tempat paru berada. Ada dua

buah, kiri dan kanan yang masing- masing tidak

berhubungan.

1) Lapisan pleura

a) Lapisan permukaan disebut permukaan parietalis:

lapisan pleura yang langsung berhubungan dengan


16

paru dan memasuki fisura paru, memisahkan

lobus- lobus dari paru.

b) Lapisan dalam pleura viseralis: pleura yang

berhubungan dengan fasia endotorasika,

merupakan permukaan dalam dari dinding toraks.

2.1.3.2 Fisiologi Pernapasan

a. Mekanisme Pernapasan

Menurut Syaifuddin (2016) tekanan pada ruangan

antara paru dan dinding dada di bawah tekanan atmosfer.

Paru teregang dan berkembang pada waktu bayi baru lahir.

Gambar 2.4
Mekanisme Inspirasi dan Ekspirasi

Sumber: https://www.gurupendidikan.co.id
17

1) Inspirasi

Inspirasi adalah proses aktif kontraksi otot-otot

inspirasi yang menaikan volume intratoraks. Selama

bernapas tenang tekanan intrapleura kira-kira 2,5

mmHg (relative terhadap atmosfer). Pada permulaan

inspirasi menurun sampai -6 mmHg dan paru ditarik

kea rah posisi yang lebih mengembang, di jalan udara

menjadi sedikit negatif dan udara mengalir kedalam

paru. Akhir inspirasi recoil menarik dada kembali ke

posisi ekspirasi karena tekanan recoil paru dan dinding

dada seimbang. Tekanan dalam jalan pernapasan

seimbang menjadi sedikit positif, udara mengalir keluar

dari paru.

2) Ekspirasi

Pernapasan tenang bersifat pasif tidak ada otot-

otot yang menurunkan volume untuk toraks

berkontraksi, permulaan ekspirasi kontraksi ini

menimbulkan kerja yang menahan kekuatan recoil dan

melambatkan ekspirasi. Inspirasi yang kuat berusaha

mengurangi tekanan intrapleura sampai serendah 30

mmHg, ini menimbulkan pengembangan paru dengan

derajat yang lebih besar.


18

b. Volume dan Kapasitas Paru

Metoda yang sederhana untuk meneliti ventilasi paru

adalah dengan merekam volume pergerakan udara yang

masuk dan keluar paru menggunakan alat spirometri atau

spirogram yang dapat memperlihatkan perubahan dalam

volume paru pada berbagai keadaan pernapasan.

c. Volume Paru

Ada empat volume paru bila semua dijumlahkan sama

dengan volume maksimal paru yang mengembang, masing-

masing volume itu adalah:

1) Volume tidal: merupakan volume udara yang

diinspirasikan dan di ekspirasikan di setiap pernapasan

normal, jumlahnya kira- kira 500 ml.

2) Volume cadangan inspirasi: merupakan volume

tambahan udara yang dapat diinspirasikan di atas

volume tidal normal, biasanya 3.000 ml.

3) Volume cadangan ekspirasi: merupakan jumlah udara

yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi tidal

yang normal, jumlah lebih kurang 1.100 ml.

4) Volume sisa: volume udara yang masih tersisa di dalam

paru setelah kebanyakan ekspirasi kuat, volume ini

rata- rata 1.200 ml. Volume udara di dalam paru pada


19

tingkat yang sama dengan kapasitas sisa fungsional

kira- kira 2.300 ml.

d. Volume Respirasi Per Menit

Volume respirasi per menit adalah jumlah total udara

baru yang masuk ke dalam saluran pernapasan setiap menit,

sama dengan volume tidal kecepatan respirasi. Kecepatan

respirasi normal 12 kali per menit. Rata-rata volume

respirasi per menit sekitar 6 liter/menit.

Kecepatan respirasi kadang-kadang mencapai 40-50

kali per menit dan volume tidal dapat menjadi sama besar

dengan kapasitas vital, kira- kira 4.600 ml pada pria dewasa

muda. Laki-laki dewasa muda mempunyai kapasitas

pernapasan maksimum 100-200 liter/menit.

e. Kapasitas Paru

Pada peristiwa siklus paru perlu menyatukan dua

volume atau lebih. Kombinasi seperti ini disebut kapasitas

paru sebagai berikut:

1) Kapasitas inspirasi: sama dengan volume tidal,

ditambah dengan volume cadangan inspirasi, kira-kira

3.500 ml. Jumlah udara yang dapat dihirup oleh

seseorang mulai pada tigkat ekspirasi normal dan

mengembangkan parunya sampai jumlah maksimum.


20

2) Kapasitas sisa fungsional: sama dengan volume

cadangan ekspirasi ditambah volume sisa. Jumlah udara

udara yang tersisa di dalam paru pada akhir ekspirasi

normal kira-kira 2.400 ml.

3) Kapasitas vital: sama dengan volume cadangan

ditambah dengan volume tidal dan volume cadangan

ekspirasi. Jumlah udara maksimum yang dapat

dikeluarkan dari paru-paru setelah ia mengisinya

sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan

sebanyak-banyaknya kira-kira 4.600 ml.

4) Kapasitas total paru: adalah volume maksimum

pengembangan paru dengan usaha inspirasi yang

sebesar-besarnya kira-kira 5.800 ml.

f. Ventilasi Mekanis

Udara mengalir dari tekanan tinggi ke bagian tekanan

rendah. Namun demikian bila tidak ada aliran udara masuk

atau keluar dari paru tekanan alveolar dan atmosfer dalam

keadaan seimbang. Untuk memulai pernapasan aliran udara

dalam paru- paru harus dicetuskan oleh turunnya tekanan

dalam alveoli. Ventilasi mekanis melibatkan adanya

elatisitas, komplain, tekanan dan gravitasi.


21

g. Perfusi

Perfusi dipengaruhi oleh tekanan alveolar. Kapiler

pulmonal tertumpuk di antara perbatasan alveoli. Jika

tekanan alveolar cukup tinggi, kapiler akan tergencet.

Tergantung pada besarnya tekanan, beberapa kapiler dapat

benar-benar kolaps, sementara yang lainnya akan

menyempit.

h. Difusi Gas melalui Jaringan

Gas- gas pernapasan/ respirasi mempunyai daya larut

yang sangat tinggi dalam lemak, akibatnya juga sangat larut

dalam membran sel. Gas berdifusi melalui membran sel

dengan rintangan. Faktor- faktor yang menentukan

kecepatan difusi gas adalah ketebalan membran pernapasan,

luas permukaan membran pernapasan, koefisien difusi gas

dalam substansi membran, dan perbedaan tekanan antara

kedua sisi membran.

i. Transportasi Gas

Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke

jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah

(aliran darah). Masuknya O2 ke dalam sel darah yang

bergabung dengan hemoglobin kemudian akan membentuk

oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3% yang

ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel.


22

Oksigen jika disuplai ke sel-sel tubuh secara optimal,

diperlukan hemoglobin dalam jumlah dan fungsi yang

optimal untuk mengangkut dari sirkulasi yang efektif ke

jaringan-jaringan. Jumlah O2 yang dikirim setiap menitnya

sama dengan liter curah jantung semenit dikalikan dengan

jumlah milliliter O2 yang terkandung dalam 1L darah arteri

(Muttaqin, 2011).

2.1.4 Klasifikasi

Menurut Nurarif (2016), asma dibedakan menjadi dua jenis yaitu antara

lain:

2.1.4.1 Asma Bronkhial

Penderita asma bronkhial, hipersensitif dan hipereaktif

terhadap rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu

binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi. Gejala

kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma

bisa datang secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan

pertolongan secepatnya, risiko kematian bisa datang.

Menurut LeMone (2016) dan Puspasari (2019), asma

bronkhial dibagi menjadi beberapa derajat yaitu seperti pada

tabel dibawah ini.


23

Tabel 2.1
Klasifikasi Derajat Keparahan Asma Bronkhial

Derajat Asma Frekuensi Gejala Gejala Malam Faal Paru


(1) (2) (3) (4)
Intermitten ringan Tidak lebih dari Tidak lebih dari  Asimtomatis dan
dua kali seminggu dua kali dalam kecepatan aliran
 Tanpa gejala di sebulan ekspirasi puncak
luar serangan (peak expiratory
 Serangan singkat flow, PEF) normal
(beberapa jam antara serangan.
hingga hari)  VEP1 nilai prediksi
dengan intensitas APE nilai terbaik
beragam  Variabilitas APE
<20%
Persisten ringan  Lebih dari dua kali Tidak lebih dari  VEP1 nilai prediksi
dalam seminggu, dua kali sebulan APE nilai terbaik
tetapi kurang dari  Variabilitas APE
satu kali sehari 20-30%
 Eksaserbasi dapat
mempengaruhi
aktivitas dan tidur
Persisten sedang  Gejala setiap hari Tidak lebih dari  APE 60-80%
 Eksaserbasi satu kali dalam  VEP1 60-80% nilai
mengganggu seminggu prediksi APE 60-
aktivitas dan tidur 80% nilai terbaik
 Membutuhkan  Variabilitas APE
bronkodilator >30%
setiap hari
Persisten hebat/  Gejala terus Sering  APE 60%
berat menerus  VEP1 nilai prediksi
 Aktivitas fisik APE 60% nilai
terbatas terbaik
 Eksaserbasi sering  Variabilitas APE
>30%
LeMone (2016) & Puspasari (2019)

2.1.4.2 Asma Kardial

Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala

asma kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak

napas yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul

dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.


24

2.1.5 Patofisiologi
Pada asma, bronkhial jalan napas ada pada kondisi inflamasi

persisten. Respons inflamasi akut, selama sel inflamasi yang tinggal

berinteraksi dengan mediator inflamasi, sitokin, dan sel inflamasi yang

menginfiltrasi tambahan, dapat dipicu dengan berbagai faktor. Pemicu

yang umum untuk serangan asma akut, antara lain pajanan terhadap

allergen, infeksi saluran napas, latihan, iritan yang diinhalasi, dan

kekecewaan emosi (LeMone, 2016).

Gambar 2.5
Kondisi Bronkus Normal dan Penderita Asma

Sumber: https://www.documen.tips

Sel mast tersensitisasi di mukosa bronkhial melepaskan mediator

inflamasi, seperti histamine, prostaglandin, dan leukotrien. Sel

inflamasi yang tinggal dan yang menginfiltrasi juga menghasilkan

mediator inflamasi, seperti sitokinin, bradikinin, dan faktor

pertumbuhan. Mediator ini menstimulasi reseptor parasimpatis dan otot


25

polos bronkhial untuk menghasilkan bronkokonstriksi. Mereka juga

meningkatkan permeabilitas kapiler, yang memungkinkan plasma

keluar dan menyebabkan edema mukosa. Produksi mukus terstimulasi,

kelebihan mukus berkumpul di jalan napas yang menyempit.

Serangan lama oleh respons fase akhir, yang terjadi 4 hingga 12

jam setelah pajanan terhadap pemicu. Sel inflamasi seperti basofil dan

eosinofil diaktivasi, yang merusak epitel jalan napas, menghasilkan

edema mukosa, mengganggu bersihan mukosiler, dan menghasilkan

atau bronkokonstrksi, edema, dan inflamasi, serta sekresi mukus

mempersempit jalan napas. Resistensi jalan napas meningkatkan dan

membatasi aliran udara serta meningkatkan kerja napas.

Keterbatasan aliran udara ekspirasi menjerat udara distal ke jalan

napas yang sempit. Udara yang terjerat bercampur dengan udara yang

diinspirasi pada alveoli, mengurangi ketengangan oksigen dan

pertukaran gas melintasi membrane kapiler-alveolar. Alveoli yang

mengalami distensi menekan kapiler alveolar, mengurangi aliran darah

dan lebih lanjut memengaruhi pertukaran gas. Sebagai hasilnya terjadi

hipoksemia. Hipoksemia dan peningkatan volume paru akibat

penjeratan menstimulasi kecepatan pernapasan. Hiperventilasi

menyebabkan PaCo2 turun, menyebabkan alkalosis respiratorik

(LeMone, 2016).
Bagan 2.1

Perjalanan Penyakit Asma Bronkhial

Faktor Pencetus Antigen yang terikat Mengeluarkan zat Histamin berikan Otot polos mengalami Menyebabkan inflamasi,
IgE pada permukaan kimiawi sel dengan reseptor pengencangan dan
1. Allergen edema mukosa, sekresi
sel mast atau basofil histamin, parasimpatis mengalami bronkokontriksi
2. Stress mukus meningkat
lemah/ kalah kolinergik (bronkospasme)
3. Polusi Udara, dll

Konsentrasi O2 dalam
Bronkus semakin menyempit
karena adanya inflamasi dan darah menurun
mukus yang banyak

Keluhan psikososial, Klien mengalami sesak Tekanan partial O2 Suplai darah dan O2 ke Hipoksemia
kecemasan, napas, batuk berdahak, dialveoli menurun jantung berkurang
ketidaktahuan akan dan suara napas mengi/
prognosis penyakit. wheezing. kelemahan.

Penyempitan jalan napas Penurunan Cardiac Output Gangguan


Pertukaran Gas
Ansietas Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas
Peningkatan kerja TD menurun
otot pernapasan
Nafsu makan berkurang Mual dan
muntah Intoleransi
Kelemahan
Ketidakefektifan dan keletihan Aktivitas
Penggunaan otot
Ketidakseimbangan bantu pernapasan Pola Nafas
(Nurarif, 2016)
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh 26
27

2.1.6 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang ditemukan pada penderita asma bronkhial

diantaranya adalah sebagai berikut:

2.1.6.1 Batuk (dengan atau tanpa lendir) dan sering memburuk di

malam atau dini hari, membuat individu sulit tidur.

2.1.6.2 Produksi mucus kental, lengket, dan menempel dengan kuat

sehingga sulit dikeluarkan, membuat batuk produktif jarang

terjadi.

2.1.6.3 Mengi atau pernapasan berat dan riuh, suara siulan atau cuitan

yang terdengar saat menarik napas.

2.1.6.4 Sesak dada seperti terdapat sesuatu yang meremas atau

terdapat beban di atas dada.

2.1.6.5 Sesak napas atau merasa tidak dapat bernapas, atau tidak

mampu mengeluarkan udara dari paru.

2.1.6.6 Keletihan, ansietas, ketakutan, dan dispnea berat yang

mengikuti bicara hanya satu atau dua kata antara napas.

(Hurst, 2016 & LeMone, 2016)

2.1.7 Komplikasi

Berdasarkan Puspasari (2019) asma bronkhial yang tidak ditangani

dengan baik dapat memiliki efek buruk pada kualitas hidup seseorang.

Kondisi tersebut bisa mengakibatkan kelelahan, kinerja menurun,

masalah psikologis termasuk stress, kecemasan, dan depresi. Dalam


28

kasus yang jarang terjadi, asma bronkhial dapat menyebabkan sejumlah

komplikasi pernapasan serius, termasuk:

2.1.7.1 Pneumonia (infeksi paru-paru)

2.1.7.2 Kerusakan sebagian atau seluruh paru-paru

2.1.7.3 Gagal napas, di mana kadar oksigen dalam darah menjadi sangat

rendah atau kadar karbon dioksida menjadi sangat tinggi

2.1.7.4 Status asthmaticus (serangan asma berat yang tidak merespons

pengobatan).

2.1.7.5 Atelektasis, bocornya paru-paru di seluruh atau sebagian paru.

2.1.8 Dampak Asma Bronkhial terhadap Kebutuhan Dasar Manusia

Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan

Abraham Maslow menurut (Potter dan Perry Hidayat, 1997 dalam

Hidayat, 2012) dapat dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan

dasar manusia sebagai berikut:

2.1.8.1 Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar,

yaitu kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan (minuman),

nutrisi (makanan), istirahat dan tidur, dan kebutuhan seksual.

a. Oksigenasi

Penderita asma bronkhial mengalami penyempitan

dinding bronkus yang disebabkan oleh alergen dan faktor

pencetus lainnya. Sehingga, terjadi hipersensitivitas pada

bronkus yang menstimulasi IgE dengan melepaskan


29

histamine, histamine berikatan dengan reseptor bronkus

sehingga bronkus mengalami inflamasi dan

pembengkakkan yang dapat mengakibatkan klien

mengalami gangguan pola napas.

b. Nutrisi

Pada klien asma bronkhial akan terjadi gangguan

dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini karena

dispnea pada saat makan, terdapat mukus pada saluran

pernapasan yang mengakibatkan mual dan muntah, hal ini

dapat mengganggu keseimbangan nutrisi klien.

c. Pola istirahat dan tidur

Penderita asma bronkhial dapat ditemukan adanya

sesak napas dan suara napas wheezing yang dapat

mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien.

d. Aktivitas

Penderita asma bronkhial mengalami penyempitan

dinding bronkus. Saat beraktivitas terjadi peningkatan

metabolisme dan pemenuhan kebutuhan oksigen yang

mengakibatkan adanya peningkatan usaha dan frekuensi

pernapasan yang berpengaruh terhadap aktivitas dan

latihan klien.
30

2.1.8.2 Rasa Aman dan Perlindungan

Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi

perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.

a. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman

terhadap tubuh atau hidup. Pada klien dengan asma

bronkhial, klien akan merasa terancam dengan

penyakitnya dan mempengaruhi tubuh serta kelainan akan

sesak napas.

b. Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman

dari pengalaman yang baru dan asing. Klien dengan asma

bronkhial akan merasakan kekhawatiran terhadap

penyakitnya yang hanya bisa diatasi dengan menghindari

faktor pencetus dan terapi medis. Sehingga, muncul

perasaan tidak berdaya dan cemas akibat krisis situasional.

2.1.8.3 Rasa Cinta Memiliki dan Dimiliki

Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki,

antara lain memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan

kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh

kelompok sosial, dan sebagainya. Saat eksaserbasi asma

muncul maka dapat menghambat klien untuk menjalankan

kehidupannya secara normal. Klien dengan penyakit asma

bronkhial membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitar

agar dapat menghindari faktor pencetus asma.


31

2.1.8.4 Harga Diri

Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh

orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk

mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, dan

kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan

pengakuan dari orang lain.

Stressor dapat timbul pada penderita asma bronkhial.

Persepsi yang salah dapat menghambat respon kooperatif pada

diri klien sehingga harga diri klien terganggu.

2.1.8.5 Aktualisasi Diri

Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi

dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi

pada orang lain/ lingkungan serta mencapai potensi diri

sepenuhnya.

Intoleransi aktivitas pada penderita asma yang dirawat di

rumah sakit, dapat menyebabkan terbatasnya interaksi klien

dengan orang lain dan lingkungannya.

2.1.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan asma bronkhial bertujuan untuk meningkatkan dan

mempertahankan kualitas hidup agar penderitanya dapat hidup normal

tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari- hari. Adapun

penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:


32

2.1.9.1 Penatalaksanaan Medis

a. Obat pengontrol asma jangka panjang, umumnya

dikonsumsi setiap hari. Jenis pengobatan control jangka

panjang meliputi:

1) Inhalasi kortikosteroid. Obat antiinflamasi ini meliputi

fluticasone (Flonase, Flovent HFA), budesonide

(Pulmicort Flexhaler, Rhinocort), flunisolide (Aerospan

HFA), ciclesonide (Alvesco, Omnaris, Zatonna),

beklometason (Qnasl, Qvar), mometasone (Asmanex)

dan fluticasone furoate (Arnuity Ellipta). Tidak seperti

kortikosteroid oral, obat kortikosteroid ini memiliki

risiko efek samping yang relative rendah dan umumnya

aman untuk penggunaan jangka panjang.

2) Leukotrien modifier. Obat oral ini membantu

meringankan gejala asma hingga 24 jam. Dalam kasus

yang jarang terjadi, obat-obatan ini dikaitkan dengan

reaksi psikologis, seperti agitasi, agresi, halusinasi,

depresi, dan pemikiran bunuh diri.

3) Agonis beta long acting. Obat inhalasi meliputi

salmeterol (Severent) dan formoterol (Foradil,

Perforomist) yang berfungsi membuka saluran udara.

4) Inhaler kombinasi. Obat-obat ini mengandung agonis

beta long acting bersamaan dengan kortikosteroid.


33

Adapun yang termasuk jenis ini antara lain fluticasone-

salmeterol (Advair Diskus), budesonide-formoterol

(Symbicort).

5) Teofilin (Theo-24, Elixophyllin) adalah terapi oral rutin

yang membantu dilatasi bronkus (bronkodilator)

dengan merelaksasi otot-otot di sekitar saluran udara.

b. Obat emergency digunakan sesuai kebutuhan untuk

pemulihan gejala jangka pendek yang cepat selama

serangan asma. Jenis obat ini meliputi:

1) Bronkodilator kerja cepat (short acting), bertindak

dalam beberapa menit untuk segera mengurangi gejala

selama serangan asma. Obat yang termasuk golongan

ini antara lain albuterol (ProAir HFA, Ventilon HFA,

lainnya) dan levalbuterol (Xopenex). Obat ini

digunakan dengan inhaler genggam atau nebulizer

portable.

2) Ipratropium (Atrovent). Seperti bronkodilator lainnya,

ipratropium bekerja cepat untuk segera merelaksasikan

saluran napas.

3) Kortikosteroid oral dan intravena. Obat-obat ini

meredakan peradangan saluran napas yang disebabkan

oleh asma berat. Obat ini dapat menyebabkan efek

samping yang serius bila digunakan dalam jangka


34

panjang, jadi obat ini hanya digunakan secara jangka

pendek untuk mengobati gejala asma yang parah.

2.1.9.2 Penatalaksanaan Keperawatan

a. Edukasi

Perlu pemberian edukasi kepada klien dengan asma

bronkhial beserta keluarganya mengenai identifikasi dan

menghindari faktor pemicu terjadi serangan asma.

Pendidikan kesehatan mengenai penanganan klien jika

terjadi serangan di rumah dengan kondisi tidak ada obat dan

jauh dengan fasilitas pelayanan kesehatan yaitu dengan

menggunakan cara tradisional seperti inhalasi uap

sederhana.

b. Menilai dan monitor berat asma secara berkala

Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan

monitoring asma oleh penderita sendiri mutlak dilakukan

pada penatalaksanaan asma bronkhial.


35

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan ata dari berbagai

sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan

klien (Lyer et al., 1991 dalam Setiadi, 2012).

2.2.1.1 Anamnesis

a. Data Biografi

1) Biodata (Identitas klien dan penanggung jawab)

Pengkajian mengenai nama, umur, dan jenis

kelamin, alamat, status perkawinan, agama, suku,

pendidikan, pekerjaan, nomor registrasi, diagnosa

medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.

2) Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang paling

dirasakan klien pada saat perawat sedang melakukan

pengkajian (here and now).

Keluhan utama pada klien dengan asma bronkhial

biasanya meliputi sesak napas, bernapas terasa berat

pada dada, batuk berdahak, dan adanya keluhan sulit

untuk bernapas (Muttaqin, 2011).


36

3) Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien dengan serangan asma bronkhial datang

mencari pertolongan terutama dengan keluhan sesak

napas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti

dengan gejala-gejala lain seperti wheezing, penggunaan

otot bantu pernapasan, kelelahan, gangguan kesadaran,

sianosis, dan perubahan tekanan darah.

Pengkajian riwayat kesehatan sekarang tidak

terlepas dari metode PQRST untuk mengetahui tingkat

keparahan keluhan klien, adapun penjelasan dari

metode PQRST adalah sebagai berikut:

a) Paliatif dan Provokatif : Pada penderita asma

bronkhial sesak bertambah berat saat melakukan

aktivitas dan yang memperingan keluhan yaitu pada

saat berbaring dengan posisi semifowler atau duduk.

b) Quality : Pada penderita asma bronkhial keluhan

dirasakan hilang timbul, kualitas sesak yang

dirasakan pada umumnya sedang atau tergantung

berat penyakit.

c) Region dan Radiation : Pada klien asma bronkhial

keluhan sesak biasanya dirasakan di daerah dada dan

tidak menyebar ke daerah lain.


37

d) Severity Scale : Pengkajian untuk menerangkan

seberapa jauh keluhan yang diraskan klien secara

subjektif dan akan mempengaruhi kemampuan

fungsinya. Skala yang digunakan yaitu skala

menurut Numeric Rating Scale dengan skala 0-10.

e) Time : Pengkajian untuk mendeteksi berapa lama

keluhan berlangsung, kapan, dan apakah bertambah

buruk pada malam atau siang hari atau pada saat

melakukan aktivitas.

4) Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien dengan asma bronkhial perlu dikaji penyakit-

penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Misalnya:

apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan

penyakit apa, dan apakah pernah mengalami sakit yang

berat, riwayat operasi, pengobatan yang lalu dan

riwayat alergi serta reaksi alergi apa yang timbul

(Muttaqin, 2011).

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada klien asma bronkhial, perlu dikaji apakah

dalam keluarga ada anggota keluarga yang pernah

menderita penyakit yang sama dengan klien, biasanya

menggunakan genogram tiga generasi.


38

b. Data Biologis

1) Penampilan Umum

Klien dengan penyakit asma bronkhial status

kesadaran compos mentis, biasanya terlihat seperti

kelemahan disertai tanda-tanda vital yang tidak stabil.

2) Activity Daily Living

Meliputi pengkajian akan nutrisi, personal hygiene,

istirahat-tidur, dan aktivitas yang biasa klien lakukan di

rumah dan selama dirawat di rumah sakit.

c. Pengkajian Psiko- Sosio- Spiritual

Menurut Muttaqin (2011) pada klien dengan asma bronkhial

perlu dikaji mengenai:

1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Gejala asma bronkhial dapat membatasi manusia

untuk berperilaku hidup normal sehingga klien harus

mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang tidak

akan menimbulkan serangan asma.

2) Pola Hubungan dan Peran

Gejala asma bronkhial sangat membatasi klien

untuk menjalani kehidupannya secara normal. Klien

perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan

peran klien, baik di lingkungan rumah tangga,

masyarakat, ataupun lingkungan kerja serta perubahan


39

peran yang terjadi setelah klien mengalami serangan

asma.

3) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap

penyakitnya. Persepsi yang salah dapat menghambat

respons kooperatif pada diri klien. Cara memandang

diri yang salah juga akan menjadi stressor dalam

kehidupan klien. Semakin banyak stressor yang ada

pada kehidupan klien dengan asma bronkhial dapat

meningkatkan kemungkinan serangan berulang.

4) Pola Penanggulangan Stres

Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor

instrinsik pencetus serangan asma bronkhial. Oleh

karena itu, perlu dikaji penyebab terjadinya stress.

Frekuensi dan pengaruh stress terhadap kehidupan klien

serta cara penanggulangan terhadap stressor.

5) Pola Sensorik dan Kognitif

Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan

memengaruhi konsep diri klien dan akhirnya

memengaruhi jumlah stressor yang dialami klien

sehingga kemungkinan terjadi serangan asma berulang

pun akan semakin tinggi.


40

6) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Kedekatan klien pada sesuatu yang diyakininya di

dunia dipercaya dapat meningkatkan kekuatan jiwa

klien. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan

mendekatkan diri kepada-Nya merupakan metode

penanggulangan stress yang konstruktif.

2.2.1.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik pada klien dengan asma bronkhial

adalah sebagai berikut:

a. Sistem Persyarafan

Klien dengan asma bronkhial pemeriksaan kesadaran

menggunakan metode Glasgow Coma Scale (GCS),

biasanya memiliki tingkat kesadaran compos mentis.

Pengkajian fungsi saraf kranial juga perlu dilakukan

untuk mengetahui kondisi klien sepenuhnya. Adapun

pengkajian pada saraf kranial menurut Syaifuddin (2016)

yaitu sebagai berikut:

1) I (N. Olfaktorius) : Hidung, sebagai alat penciuman,

sifat saraf sensoris.

2) II (N. Optikus) : Bola mata, untuk penglihatan, sifat

saraf sensoris.

3) III (N. Okulomotorius) : Penggerak bola mata dan

mengangkat kelopak mata, sifat saraf motorik.


41

4) IV (N. Troklearis) : Mata, memutar mata dan

penggerak bola mata, sifat saraf motorik.

5) V (N. Trigeminus, N. Oftalmikus, N. Maksilaris, N.

Mandibularis) : Kulit kepala, dan kelopak mata atas,

rahang atas, palatum, dan hidung, rahang bawah dan

lidah, sifat saraf sensorik dan motorik.

6) VI (N. Abdusen) : Mata, penggoyang sisi mata, sifat

saraf motorik.

7) VII (N. Fasialis) : Otot lidah, penggerak sisi lidah dan

selaput lendir rongga mulut, sifat saraf sensorik dan

motorik.

8) VIII (N. Auditorius) : Telinga, rangsangan pendengar,

sifat saraf sensorik.

9) IX (N. Glosofaringeus) : Faring, tonsil, dan lidah,

rangsangan cita rasa, sifat saraf sensorik dan motorik.

10) X (N. Vagus) : Faring, laring, paru-paru, dan

esophagus, sifat saraf sensorik dan motorik.

11) XI (N. Aksesorius) : Leher dan otot leher, sifat saraf

motorik.

12) XII (N. Hipoglosus) : Lidah, cita rasa, dan otot lidah,

sifat saraf motorik.


42

b. Sistem Pernapasan

Pada klien asma bronkhial ditemukan adanya

peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, penggunaan

otot bantu pernapasan, adanya peningkatan diameter

anteroposterior, retraksi otot-otot interkostalis, pernapasan

cuping hidung, kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus

normal, didapatkan suara normal sampai hipersonor

sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah. Terdapat

suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi

lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali inspirasi, dengan

bunyi napas tambahan utama wheezing pada akhir

ekspirasi (Muttaqin, 2011).

c. Sistem Cardiovaskular

Klien dengan penyakit asma bronkhial tampak raut

wajah pucat, frekuensi nadi meningkat >100 x/menit,

tekanan darah dalam rentang sistolik 120-130 mmHg dan

diastolik 80-90 mmHg, serta CRT < 2 detik. Perkusi

redup pada area jantung dan terdengar bunyi jantung S 1

dan S2 dengan irama reguler.


43

d. Sistem Pencernaan

Pada klien dengan asma bronkhial biasanya

ditemukan mukosa bibir lembab, adanya nyeri tekan pada

abdomen dan tidak ada massa, perkusi terdengar timpani,

adanya bising usus hiperaktif yaitu >12 x/ menit.

e. Sistem Integumen

Pada klien asma bronkhial biasanya ditemukan

adanya permukaan kulit yang kasar, kering, turgor kulit

buruk, kulit teraba dingin, dan pucat.

f. Sistem Muskuloskeletal

Perlu dikaji adanya edema ekstremitas, tremor,

kelemahan dan kekuatan otot, serta tanda-tanda infeksi

pada ekstremitas karena dapat merangsang serangan asma.

g. Sistem Genitourinaria

Klien dengan penyakit asma bronkhial terkadang

dijumpai sering berkemih terutama pada klien asma berat

yang mengalami kecemasan. Pada klien dengan asma

ringan sampai sedang biasanya tidak ada nyeri tekan pada

kandung kemih.
44

2.2.1.3 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurarif (2016) dan Puspasari (2019) pemeriksaan

diagnostik pada klien dengan asma bronkhial adalah sebagai

berikut:

a. Spirometer: dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator

hirup (nebulizer/ inhaler), positif jika peningkatan

VEP/KVP >20%.

b. Analisa Gas Darah (AGD): terjadi pada asma berat pada

fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PCO2 turun)

kemudian fase lanjut hipokapnia dan hiperkapnia (PCO2

naik).

c. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow

rate meter.

d. Uji revisibilitas (dengan bronkodilator).

e. Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada atau tidaknya

hiperaktivitas bronkus.

f. Uji alergi (skin prick test) untuk menilai ada tidaknya

alergi.

g. Foto toraks untuk menyingkirkan penyakit selain asma.


45

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Suara, dkk (2010) diagnosa keperawatan adalah proses

menganalisis data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada

tahap pengkajian untuk menegakkan diagnose keperawatan. Diagnosa

keperawatan melibatkan proses berfikir kompleks tentang data yang

dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis, dan pemberi

pelayanan kesehatan yang lain.

Menurut Kozier (2010) diagnosa keperawatan memiliki tiga tipe

diagnosis keperawatan yaitu diagnosis aktual yaitu masalah klien yang

ada pada saat pengkajian keperawatan, diagnosis risiko yaitu penilaian

klinis tidak ada masalah tetapi terdapat faktor resiko bahwa masalah

mungkin muncul, serta diagnosis sejahtera respons kesiapan manusia

untuk peningkatan kondisi tubuh.

Adapun kemungkinan diagnosa dari penyakit asma bronkhial

adalah sebagai berikut:

2.2.2.1 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan

peningkatan produksi mukus dan bronkospasme.

a. Data Subjektif

1) Klien mengeluh sesak napas

2) Klien mengatakan sulit bernapas ketika berbaring

b. Data Objektif

1) Batuk tidak efektif

2) Sputum berlebih
46

3) Mengi atau wheezing

4) Gelisah

5) Frekuensi napas berubah

2.2.2.2 Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan retensi

karbon dioksida.

a. Data Subjektif

1) Klien mengatakan sesak naps

2) Klien mengeluh pusing

3) Klien mengatakan penglihatannya menjadi kabur

b. Data Objektif

1) PCO2 meningkat/ menurun

2) PO2 menurun

3) Takikardia

4) pH arteri meningkat/ menurun

5) Sianosis

6) Napas cuping hidung

7) Warna kulit abnormal (mis. pucat dan kebiruan)

2.2.2.3 Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan keletihan

otot pernapasan dan deformitas dinding dada.

a. Data Subjektif

1) Klien mengeluh sesak napas

2) Klien mengatakan sulit bernapas jika berbaring


47

b. Data Objektif

1) Penggunaan otot bantu pernapasan

2) Fase ekspirasi memanjang

3) Pola napas abnormal (mis. takipnea, bradipnea,

hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)

4) Ventilasi semenit menurun

5) Napas cuping hidung

6) Tekanan inspirasi dan ekspirasi menurun

2.2.2.4 Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

berhubungan dengan laju metabolik, dispnea saat makan,

dan kelemahan otot mengunyah.

a. Data Subjektif

1) Klien mengatakan cepat merasa kenyang setelah

makan

2) Klien mengeluh kram/ nyeri abdomen

3) Klien mengeluh nafsu makan menurun

b. Data Objektif

1) Berat badan menurun minimal 10% di bawah

rentang ideal

2) Bising usus hiperaktif

3) Otot pengunyah dan penelan lemah

4) Membran mukosa pucat


48

2.2.2.5 Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan

status kesehatan.

a. Data Subjektif

1) Klien mengeluh pusing

2) Klien mengatakan merasa khawatir dengan akibat

dari kondisi yang dihadapi

3) Klien mengatakan sulit berkonsentrasi

b. Data Objektif

1) Tampak gelisah dan tegang

2) Sulit tidur

3) Tremor

4) Wajah tampak pucat

5) Frekuensi nadi dan napas meningkat

6) Tekanan darah meningkat

2.2.2.6 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

(hipoksia) kelemahan.

a. Data Subjektif

1) Klien mengeluh lelah dan merasa lemah

2) Klien merasa lemah

3) Klien mengeluh sesak napas setelah beraktivitas


49

b. Data Objektif

1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi

istirahat

2) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

3) Sianosis

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik

yang diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan perawat.

Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang

diharapkan (Suara, dkk, 2010).


Tabel 2.2

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


(1) (2) (3) (4) (5)
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan TUM 1. Kaji tanda-tanda vital. 1. Tanda-tanda vital yang tidak stabil
Napas berhubungan dengan Jalan napas paten dengan suara napas dapat mengindikasikan adanya
spasme jalan napas, jalan napas bersih. penurunan kondisi tubuh klien.
alergi, peningkatan produksi
mukus, dan bronkospasme. TUK 2. Auskultasi suara napas. Catat suara 2. Beberapa derajat bronkospasme terjadi
DS: Setelah dilakukan tindakan napas tambahan seperti mengi, dengan obstruksi jalan napas dan dapat
 Klien mengeluh sesak napas keperawatan selama 3x24 jam krekels, atau ronkhi. ditandai atau tidak ditandai oleh suara
 Klien mengeluh kesulitan diharapkan ventilasi dan jalan nafas napas tambahan, seperti krekels yang
dalam berbicara paten, dengan kriteria hasil: menyebar dan basah (bronkitis), suara
 Klien mengeluh sesak napas 1. Batuk efektif dan suara napas yang lemah, disertai mengi saat ekspirasi
jika berbaring bersih, tidak ada sianosis dan (emfisema) atau tidak ada suara napas
DO: dispneu (mampu mengeluarkan (asma berat).
 Batuk tidak efektif sputum, mampu bernapas dengan
 Tidak mampu batuk mudah) 3. Takipnea biasanya terjadi hingga
 Sputum berlebih 2. Menunjukkan jalan napas yang 3. Kaji dan pantau frekuensi beberapa derajat dan mungkin
 Mengi atau wheezing paten (pasien tidak merasa pernapasan. Catat rasio inspirasi terdengar jelas selama stress, atau
tercekik, irama napas, frekuensi dengan ekspirasi. selama proses infeksi akut yang terjadi
 Gelisah
pernapasan dalam rentang normal bersamaan. Pernapasan mungkin
 Sianosis
yaitu 16-24x/menit) dangkal dan cepat, dengan ekspirasi
 Bunyi napas menurun
3. Mampu mengidentifikasi dan 4. Catat adanya dispnea dan derajat memanjang jika dibandingkan dengan
 Frekuensi napas berubah mencegah faktor yang menghambat dispnea. Gunakan skala 0 sampai inspirasi.
jalan napas. 10 untuk menilai kesulitan
bernapas. 4. Disfungsi pernapasan beragam
bergantung pada proses yang
mendasari, misalnya, infeksi, reaksi
alergi, dan stadium kronisitas.
Menggunakan skala untuk menilai
dispnea membantu mengukur

50
(1) (2) (3) (4) (5)
perubahan dalam gawat napas.

5. Bantu klien mempertahankan 5. Peninggian kepala tempat tidur


posisi nyaman untuk memfasilitasi memfasilitasi fungsi pernapasan
pernapasan dengan meninggikan dengan menggunakan gravitasi.
kepala tempat tidur, bersandar pada Menopang lengan dan tungkai dengan
meja di atas tempat tidur, atau meja dan bantal membantu
duduk di tepi tempat tidur, posisi mengurangi keletihan otot dan dapat
semi fowler. membantu ekspansi dada.

6. Observasi batuk yang persisten, 6. Batuk dapat persisten, tetapi tidak


batuk kering, atau batuk basah. efektif, terutama pada klien usia lanjut
Bantu tindakan untuk dengan sakit yang akut atau lemah.
meningkatkan keefektifan upaya Batuk paling efektif dalam posisi tegak
batuk. Bantu batuk efektif. lurus.

7. Kolaborasi pemberian humidifikasi 7. Kelembapan membantu mengurangi


tambahan, seperti nebulizer dan viskositas sekresi, sehingga
humidifier ruangan aerosol. memfasiitasi ekspektorasi dan dapat
mengurangi atau mencegah
pembentukan sumbatan mukus yang
kental di bronkus.
2. Gangguan Pertukaran Gas TUM 1. Kaji tanda-tanda vital. 1. Tanda-tanda vital yang tidak stabil
berhubungan dengan Tingkat oksigen yang adekuat untuk dapat mengindikasikan adanya
ketidakseimbangan ventilasi- keperluan tubuh dapat dipertahankan. penurunan kondisi tubuh klien.
perfusi, perubahan membran
alveolus-kapiler. TUK 2. Tinggikan kepala tempat tidur dan 2. Penghantaran oksigen dapat
DS: Setelah dilakukan tindakan bantu klien mengambil posisi yang ditingkatkan dengan posisi tegak lurus
 Klien mengeluh pusing keperawatan selama 3x24 jam memudahkan kerja pernapasan. dan latihan pernapasan dilakukan
 Klien mengeluh sesak napas diharapkan gangguan pertukaran gas Anjurkan pernapasan dalam dan untuk mengurangi kolaps jalan napas,
 Klien mengatakan teratasi, dengan kriteria hasil: lambat. dispnea, dan kerja pernapasan.
penglihatan kabur 1. Peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat.

51
(1) (2) (3) (4) (5)
DO: 2. Batuk efektif dan suara nafas 3. Kaji dan pantau warna kulit dan 3. Membran mukosa pucat dan
 PCO2 meningkat/ menurun bersih, tidak ada sianosis dan membran mukosa secara rutin. perubahan warna kulit menjadi biru
PO2 menurun dispnea (mampu mengeluarkan (sianosis) menunjukkan adanya
 Takikardi sputum, mampu bernapas dengan
pertukaran gas.
 pH arteri meningkat/ mudah)
menurun 3. Tanda-Tanda Vital dalam batas
 Sianosis normal: 4. Anjurkan ekspektorasi sputum, 4. Sekresi yang kental, pekat, dan banyak
TD = 120/80 mmHg lakukan pengisapan jika merupakan sumber utama gangguan
 Gelisah pertukaran gas di jalan napas kecil.
 Napas cuping hidung N = 80-100x/menit diindikasikan.
RR = 16-24x/menit Perngisapan yang dalam diperlukan
 Nilai AGD abnormal ketika batuk tidak efektif untuk
S = 36,5⁰C-37,5⁰C
 Kulit pucat/ sianosis ekspektorasi sekresi.
4. Nilai AGD normal
pH = 7,35-7,45
5. Palpasi dada untuk mengetahui 5. Penurunan tremor getar menunjukkan
PO2 = 80-100 mmHg
adanya fremitus. penumpukan cairan atau udara yang
Sat.O2 = 95-100%
terperangkap.
PCO = 35-45 mmHg
HCO3 = 22-26 mEq/l
6. Kolaborasi pemberian oksigen 6. Digunakan untuk memperbaiki dan
tambahan via kanula nasal, masker, mencegah perburukan hipoksemia,
atau ventilator mekanis, dan titrasi meningkatkan kelangsungan hidup dan
sesuai indikasi berdasarkan hasil kualitas hidup.
gas darah arteri dan toleransi klien
3. Ketidakefektifan Pola Napas TUM 1. Kaji tanda-tanda vital. 1. Tanda-tanda vital yang tidak stabil
berhubungan dengan produksi Pola nafas kembali efektif. dapat mengindikasikan adanya
mukus bertambah, tekanan partial penurunan kondisi tubuh klien.
oksigen di alveoli menurun TUK
(penyempitan). Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji suara paru, frekuensi napas, 2. Mengetahui adanya suara napas
DS: keperawatan selama 3x24 jam kedalaman, dan usaha napas. tambahan dan adanya dispnea.
 Klien mengeluh sesak napas diharapkan pola nafas kembali efektif,
 Klien mengeluh kesulitan dengan kriteria hasil: 3. Posisikan klien semifowler. 3. Memaksimalkan potensial ventilasi.
bernapas saat berbarinng 1. Pola nafas efektif, bunyi nafas
terlentang normal atau bersih 4. Observasi pergerakan dada, 4. Melihat apakah ada obstruksi disalah
DO: 2. Tanda-Tanda Vital dalam batas simetris atau tidak, menggunakan satu bronkus atau adanya gangguan
 Penggunaan otot bantu normal: otot bantu pernapasan. ventilasi.
pernapasan

52
(1) (2) (3) (4) (5)
 Fase ekspirasi memanjang TD = 120/80 mmHg 5. Observasi adanya tanda 5. Mengetahui terjadinya napas pendek
Pola napas abnormal (mis. N = 80-100x/menit hipoventilasi. dan lambat.
Takipnea, bradipnea, RR = 16-24x/menit
hiperventilasi, kussmaul, S = 36,5⁰C-37,5⁰C 6. Kolaborasi dalam pemberian 6. Meningkatkan ventilasi dan asupan
cheyne stokes) 3. Batuk berkurang dan ekspansi paru oksigen. oksigen.
 Pernapasan pursed-lips mengembang
 Tekanan inspirasi dan
ekspirasi menurun
 Pernapasan cuping hidung
4. Ketidakseimbangan Nutrisi TUM 1. Kaji kebiasaan diet pasien dan 1. Klien dalam kondisi gawat napas
Kurang dari Kebutuhan Tubuh Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi. asupan makanan baru-baru ini. akut sering kali mengalami anoreksia
berhubungan dengan faktor Catat derajat kesulitan makan. karena dispnea, produksi sputum,
biologis (dispnea), ekek samping TUK Evaluasi berat badan dan ukuran dan efek medikasi.
medikasi, anoreksia mual atau Setelah dilakukan tindakan tubuh atau massa tubuh.
muntah, keletihan. keperawatan selama 3x24 jam
DS: diharapkan asupan nutrisi terpenuhi 2. Auskultasi bising usus. 2. Bising usus hipoaktif dapat
Klien mengatakan cepat serta menunjukkan berat badan ideal, menggambarkan penurunan motilitas
merasa kenyang setelah dengan kriteria hasil: lambung dan konstipasi (komplikasi
makan 1. Adanya peningkatan berat badan umum) yang berhubungan dengan
 Klien mengeluh kram/ nyeri Dengan berat badan ideal asupan cairan yang terbatas, pilihan
abdomen (TB-100)-(10%BB) makanan yang buruk, penurunan
 Klien mengeluh nafsu 2. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi aktivitas, dan hipoksemia.
makan menurun 3. Menunjukkan peningkatan fungsi
DO: 4. pengecapan dari menelan 3. Anjurkan periode istirahat 1 jam 3. Membantu mengurangi keletihan
 Berat badan menurun 5. Tidak terjadi penurunan berat sebelum dan setelah makan. Beri selama waktu makan, dan
minimal 10% di bawah badan makanan dengan porsi sedikit tapi memberikan kesempatan untuk
rentang ideal 6. IMT= sering. meningkatkan kalori total.
 Bising usus hiperaktif
 Otot pengunyah dan penelan
lemah 4. Hindari makanan penghasil gas dan 4. Dapat menimbulkan distensi
 Membran mukosa pucat minuman bersoda. abdomen yang menghambat
pernapasan abdomen dan gerakan
 Serum albumin turun
diafragma serta dapat meningkatkan
dispnea.

53
(1) (2) (3) (4) (5)
5. Hindari makanan ynag sangat 5. Suhu yang ekstrem dapat
panas atau dingin. mencetuskan atau memperburuk
spasme batuk.

6. Konsultasikan dengan ahli gizi atau 6. Metode pemberian makan dan


tim bantuan nutrisi untuk kebutuhan kalori ditentukan
memberikan makanan bergizi berdasarkan situasi individual dan
seimbang yang mudah dicerna kebutuhan spesifik untuk
melalui mulut, pemberian makanan memberikan zat gizi yang maksimal
tambahan. dengan upaya klien dan pengeluaran
energy yang minimal.
5. Ansietas berhubungan dengan TUM 1. Kaji tanda-tanda vital. 1. Tanda-tanda vital yang tidak stabil
ancaman terhadap atau perubahan Kecemasan yang dirasakan klien dapat dapat mengindikasikan adanya
status kesehatan. teratasi. penurunan kondisi tubuh klien.
DS:
 Klien mengeluh pusing TUK 2. Kaji dan dokumentasikan tingkat 2. Tingkat ansietas ringan, sedang, dan
 Klien mengatakan merasa Setelah dilakukan tindakan ansietas klien, termasuk reaksi berat mengindikasikan tindakan
khawatir dengan akibat dari keperawatan selama 3x24 jam fisik. selanjutnya yang akan dilakukan oleh
kondisi yang dihadapi diharapkan kecemasan klien berkurang, perawat kepala klien.
 Klien mengeluh nafsu dengan kriteria hasil:
makan berkurang 1. Tingkat ansietas berada dalam 3. Beri dorongan kepada klien untuk 3. Dorongan atau support dari orang-
 Klien mengatakan sulit derajat ringan sanpai sedang. mengungkapkan secara verbal orang terdekat klien akan merubah
berkonsentrasi 2. Menunjukkan pengendalian diri pikiran dan perasaan untuk pola piker klien untuk dapat
DO: terhadap ansietas yang dibuktikan mengeksternalisasikan ansietas. mengungkapkan secara verbal
 Tampak gelisah dan tegang oleh faktor: pikiran dan perasaannya.
Sulit tidur a. Merencanakan strategi koping
 Tremor untuk situasi penuh tekanan 4. Beri teknik relaksasi progresif dan 4. Teknik relaksasi progresif dan
 Wajah tampak pucat b. Mempertahankan performa imajinasi bimbing. imajinasi bimbing merupakan cara-
peran cara untuk mengurangi ansietas pada
 Frekuensi nadi dan napas
c. Memantau distorsi persepsi klien.
meningkat
sensori
 Tekanan darah meningkat
d. Memantau manifestasi perilaku 5. Beri penguatan positif ketika klien 5. Pujian dan support dari orang-orang
ansietas mampu meneruskan aktivitas di sekeliling klien akan membangun
e. Menggunakan teknik relaksasi sehari-hari dan aktivitas lainnya semangat dalam diri klien, sehingga
untuk meredakan ansietas meskipun mengalami ansietas. produktivitas akan meningkat.

54
(1) (2) (3) (4) (5)
3. Mengomunikasikan kebutuhan dan
perasaan secara cepat
4. Memiliki tanda-tanda vital dalam
batas normal, yaitu:
TD = 120/80 mmHg
N = 80-100x/menit
RR = 16-24x/menit
S = 36,5⁰C-37,5⁰C
6. Intoleransi aktivitas berhubungan TUM 1. Kaji tanda-tanda vital. 1. Tanda-tanda vital yang tidak stabil
dengan ketidakseimbangan antara Pasien dapat melakukan aktivitas dapat mengindikasikan adanya
suplai dan kebutuhan oksigen. sehari-hari secara mandiri. penurunan kondisi tubuh klien.
DS:
 Klien mengeluh lelah TUK 2. Monitor keparahan dispnea, serta 2. Aktivitas meningkatkan kebutuhan
 Klien merasa lemah Setelah dilakukan tindakan saturasi oksigen saat dan setelah oksigen, serta ketidakmampuan
 Klien merasa tidak nyaman keperawatan selama 3x24 jam beraktivitas. memenuhi kebutuhan diri.
setelah beraktivitas diharapkan aktivitas dapat ditoleransi
 Klien mengeluh sesak napas dan pasien dapat melakukan aktivitas 3. Catat adanya perubahan suara 3. Aktivitas yang berlebih akan
setelah beraktivitas sehari-hari, dengan kriteria hasil: nafas, irama dan frekuensi meningkatkan frekuensi pernapasan.
DO: 1. Berpartisipasi dalam aktivitas pernapasn.
fisik tanpa disertai peningkatan
 Frekuensi jantung tekanan darah, nadi dan respirasi 4. Kaji cara beraktivitas pasien dalam 4. Membantu dalam mengambil
meningkat >20% dari 2. Mampu melakukan aktivitas melakukan aktivitas intervensi selanjutnya
kondisi istirahat sehari-hari secara mandiri
 Tekanan darah berubah 3. Tanda-Tanda Vital dalam batas 5. Bantu pasien mengidentifikasi 5. Aktivitas yang berat dapat
>20% dari kondisi istirahat normal: aktivitas yang dilakukan meningkatkan frekuensi pernapasan
 Sianosis TD = 120/80 mmHg
 Gambaran EKG N = 80-100x/menit 6. Jadwalkan latihan aktif setelah 6. Fungsi paru akan maksimal saat
menunjukkan aritmia saat/ RR = 16-24x/menit terapi respirasi atau obat-obatan periode puncak dari obat-obatan dan
setelah aktivitas. S = 36,5⁰C-37,5⁰C (misalnya bronkodilator dalam efek obat
 Gambaran EKG 4. Mampu berpindah dengan atau inhaler dosis terstruktur)
menunjukkan iskemia tanpa bantuan alat
7. Bantu pasien menjadwalkan 7. Peningkatan perlahan aktivitas fisik
peningkatan aktivitas harian secara akan memperbaiki kondisi
perlahan pernapasan dan jantung, sehingga

55
(1) (2) (3) (4) (5)
memperbaiki toleransi aktivitas

8. Jelaskan pentingnya istirahat dalam 8. Tirah baring dipertahankan selama


rencana pengobatan dan perlunya fase akut untuk menurunkan
keseimbangan aktivitas dan kebutuhan metabolic, menghemat
istirahat energy untuk penyembuhan

56
57

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan

(Setiadi, 2012).

Fase implementasi terdiri dari dua bagian yaitu:

2.2.4.1 Tindakan Perawat (T)

Perawat melaksanakan tindakan keperawatan untuk setiap

intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan

kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat

tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan

tersebut.

2.2.4.2 Respon Klien (R)

Reaksi klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan oleh perawat. Standar professional mendukung

partisipasi klien dan keluarga, tingkat respon atau partisipasi

klien tergantung pada status kesehatannya.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis

dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah

ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan

pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.


58

Perawat memantau perkembangan klien menggunakan komponen

data subjektif, analisis, planning, implementasi, evaluasi, dan

reassessment (SOAPIER) untuk memudahkan dan mengevaluasi

perkembangan klien. Pengertian SOAPIER adalah sebagai berikut:

2.2.5.1 Data Subjektif (S)

Mendokumentasikan keluhan klien yang masih dirasakan

setelah dilakukan tindakan keperawatan. Klien menyampaikan

keluhan yang dirasakan kepada perawat secara verbal.

2.2.5.2 Data Objektif (O)

Data hasil pengukuran, pengamatan, dan observasi

langsung pada klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

2.2.5.3 Analisis (A)

Interpretasi dari data subjektif dan objektif. Masalah atau

diagnosa yang di teggakkan berdasarkan data atau informasi

yang dikumpulkan lalu disimpulkan.

2.2.5.4 Planning (P)

Menyusun perencanaan tindakan saat itu/ yang akan

datang untuk mengusahakan kondisi klien sebaik mungkin.

2.2.5.5 Implementasi (I)

Pelaksanaan rencana tindakan keperawatan untuk

mengatasi masalah keluhan atau mencapai tujuan pasien.


59

2.2.5.6 Evaluasi (E)

Tafsiran dari hasil tindakan yang telah diambil dan penting

untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan kepada klien.

2.2.5.7 Re-assesment (R)

Komponen evaluasi dapat menjadi petunjuk perlunya

perbaikan dari perubahan intervensi dan tindakan/

menunjukkan perubahan dari rencana awal/ kolaborasi/

rujukan.
60

BAB III

METODE KARYA TULIS ILMIAH

3.1 Desain KTI

Jenis Karya Tulis Ilmiah yang dilakukan adalah kualitatif dalam bentuk

studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan dan teknik

penyelesaian masalah pada Tn.J dengan gangguan sistem pernapasan: asma

bronkhial. Pendekatan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah

pendekatan asuhan keperawatan secara komprehensif yang meliputi bio-

psiko-sosio-spiritual yang mencakup pengkajian, diagnosis keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi keperawatan, dokumentasi, dan analisis

kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan.

3.2 Subyek KTI

Subyek Karya Tulis Ilmiah yang digunakan adalah individu bernama

Tn.J dengan kasus gangguan sistem pernapasan: asma bronkhial yang

dikelola secara rinci dan mendalam. Subyek karya tulis ilmiah yang diteliti

berjumlah satu kasus dengan masalah keperawatan yang komprehensif dan

holistik. Pengambilan subyek ditentukan atas karakteristik kasus yang

ditentukan dengan syarat klien bersedia menjadi kasus kelolaan minimal

selama 3 hari.

60
61

3.3 Batasan Istilah

Tabel 3.1
Batasan Istilah

No Istilah Definisi
1. Asuhan Keperawatan Rangkaian interaksi perawat dengan klien dan
lingkungannya untuk mencapai tujuan
pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien
dalam merawat dirinya.
2. Klien Klien adalah perseorangan, keluarga,
kelompok, atau masyarakat yang
menggunakan jasa Pelayanan Keperawatan.
3. Sistem Pernapasan Sistem pernapasan adalah suatu sistem yang
mempunyai peran dan fungsi menyediakan
oksigen (O2) diambil dari atmosfer dan
mengeluarkan karbon dioksida (CO2) dari sel-
sel menuju ke udara bebas.
4. Asma Bronkhial Asma adalah penyakit kronis yang menyerang
saluran pernapasan disebabkan oleh reaksi
berlebihan jalan napas terhadap iritan atau
stimuli lain sehingga menyebabkan obstruksi
jalan napas, yang akan mengakibatkan pasien
mengalami dispnea, batuk, dan mengi.

Sumber: UU RI No 38 Tahun 2014 & Muttaqin, 2011.

3.4 Lokasi dan Waktu

3.4.1 Lokasi

Lokasi yang digunakan sebagai pengambilan studi kasus adalah di

Ruang Cut Nyak Dien Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun yang

beralamat di Jalan By Pass Palimanan Jakarta KM.2 No.1,

Arjawinangun Kode Pos 45167, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat,

Indonesia.
62

3.4.2 Waktu

Penyusunan proposal karya tulis ilmiah dimulai pada tanggal 27

Januari 2020 s/d 28 Februari 2020. Selanjutnya, dilanjutkan dengan

pelaksanaan sidang proposal yang dimulai pada tanggal 02 Maret 2020

s/d 06 Maret 2020. Pelaksanaan pengambilan studi kasus dimulai

tanggal 16 Maret sampai dengan 04 April 2019. Penyusunan laporan

studi kasus dilaksanakan mulai tanggal 06 April 2020 s/d 08 Mei. Ujian

siding karya tulis ilmiah dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2020 s/d 15

Mei 2020 (Jadwal kegiatan terlampir).

3.5 Prosedur Penulisan KTI

Karya Tulis Ilmiah diawali dengan penyusunan dan pengajuan judul

karya tulis ilmiah dengan pendekatan laporan kasus asuhan keperawatan.

Setelah pengajuan judul disetujui oleh penguji proposal maka dilanjutkan

dengan penyusunan proposal karya tulis ilmiah disertai bimbingan minimal 8

sampai 12 kali hingga proposal disetujui oleh pembimbing. Selanjutnya,

dilaksanakan sidang proposal karya tulis ilmihah. Setelah sidang proposal

dilaksanakan, maka penyusunan karya tulis ilmiah dilanjutkan dengan

kegiatan asuhan keperawatan dan dokumentasinya. Data penelitian berupa

hasil pengukuran, observasi, wawancara terhadap kasus yang dijadikan

subyek karya tulis ilmiah.


63

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan karya tulis

ilmiah ini adalah sebagai berikut:

3.6.1 Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

penyakit keluarga, dll). Sumber data dari klien, keluarga, dan

perawat lainnya.

3.6.2 Observasi dan Pemeriksaan fisik (dengan pendekatan inspeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi/ IPPA) pada sistem tubuh klien.

3.6.3 Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan

kuesioner).

3.7 Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format DIII

Keperawatan dalam bentuk Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.

3.8 Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksudkan untuk memverifikasi kualitas data/

informasi yang diperoleh selama asuhan sehingga menghasilkan data dengan

validitas tinggi. Disamping integritas penulis, keabsahan data dilakukan

dengan memperpanjang waktu tindakan, sumber informasi tambahan

menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien Tn.J,

perawat dan keluarga Tn.J yang berkaitan dengan masalah yang dilaporkan.
64

3.9 Analisa Data

Analisis data menggunakan pendekatan analisis data kualitatif tidak

terstruktur yang disajikan dalam bentuk narasi. Analisis dilakukan sejak

penulis di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data

terkumpul. Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,

selanjutnya membandingkan dengan teori/ standar yang ada dan selanjutnya

dapat menjadi salah satu opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan

dengan cara menarasikan informasi yang diperoleh dari hasil interpretasi

wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah

karya tulis ilmiah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh

penulis dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya

diinterpretasikan oleh penulis dibandingkan teori/ standar yang ada sebagai

bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.


BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus

4.1.1 Gambaran Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah

Arjawinangun Kabupaten Cirebon yang beralamat di Jl. Palimanan-

Jakarta KM. 2 No. 1 Kode Pos 45162 Kabupaten Cirebon. Karya Tulis

Ilmiah dalam bentuk Studi Kasus ini dilaksanakan di Ruang Cut Nyak

Dien RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Ruang Cut Nyak Dien

adalah merupakan ruang perawatan penyakit dalam kelas III terdiri

dari 12 kamar perawatan biasa, dan 1 ruang isolasi. Dengan

pelaksanaannya melalui metode TIM dipimpin oleh Kepala ruang

kemudian terdapat Ketua TIM. Jumlah perawat 26 orang, yang terdiri

dari 1 Kepala Ruangan, 2 ketua tim dan 23 perawat pelaksana,

perawat pelaksana dibagi menjadi tim 1 dan tim 2. Model pelayanan

menggunakan sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional

secara komprehensif baik dari segi bio, psiko, sosial dan spiritual

melalui model asuhan keperawatan dengan pendekatan proses

keperawatan.

65
66

4.1.2 Pengkajian

4.1.2.1 Data Biografi

a. Identitas Klien

Nama : Tn. J

Umur : 54 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Desa Panongan Kabupaten

Cirebon

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)

Pekerjaan : Buruh Serabutan

No. Register : 651xxx

Diagnosa Medis : Asma Bronkhial

Tanggal Masuk : Sabtu, 21 Maret 2020

Tanggal Pengkajian : Senin, 23 Maret 2020

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. M

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)


67

Hubungan dengan klien : Istri

Alamat : Desa Panongan Kabupaten

Cirebon

4.1.2.2 Keluhan Utama

Klien mengeluh sesak napas

4.1.2.3 Riwayat Kesehatan Sekarang

Berdasarkan keterangan dari klien dan keluarga, pada

tanggal 21 Maret 2020 sekitar pukul 12.00 WIB saat berada

di rumah, Tn. J mengalami sesak napas yang hebat di area

dadanya sampai sulit untuk bernapas disertai batuk berdahak.

Mengetahui hal tersebut, keluarga Tn.J langsung

membawanya ke RSUD Arjawinangun menggunakan mobil

milik tetangganya. Sesampainya di rumah sakit, Tn. J lalu

dibawa ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan pada

pukul 17.30 WIB Tn. J dipindahkan ke ruangan Cut Nyak

Dien Kamar 6 B.

Pada tanggal Senin, 23 Maret 2020 pada pukul 09.00

WIB, dilakukan pengkajian kepada Tn. J. Saat ini, klien

mengeluh masih sesak napas, sesak dirasakan di area dadanya

dan tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain. Klien juga

sulit mengeluarkan dahaknya ketika dibatukkan. Menurut

klien, sesak bertambah berat pada jika klien terlalu lelah dan

juga jika ia berbaring dan terasa ringan jika klien dalam


68

posisi duduk. Tn. J mengatakan sesak napas yang

dirasakannya seperti tertimpa beban berat di bagian dada nya

dan sering dirasakannya belakangan ini. Tn. J sudah

merasakan keluhan sesak napas ini sejak 3 hari yang lalu dan

jika digambarkan dengan skala 1 sampai 10, sesak napas

yang dirasakannya berada pada skala 5.

4.1.2.4 Riwayat Kesehatan Dahulu

Tn. J sudah pernah dirawat di Rumah Sakit X pada bulan

Januari 2018 yang lalu dengan keluhan yang sama yaitu sesak

napas yang hebat sampai kesulitan bernapas. Klien tidak

mempunyai riwayat operasi. Tn. J sudah menderita penyakit

asma bronkhial sejak 6 tahun yang lalu dan mengkonsumsi

obat teofal serta inhaler setiap sesaknya dirasa kambuh. Tn. J

mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat

maupun makanan dan minuman, tetapi faktor pencetus asma

nya kambuh yaitu jika klien sedang stress dan kelelahan,

asma nya sering kambuh 2-3 kali dalam seminggu.

4.1.2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan bahwa penyakit yang ia punya saat ini

bukan merupakan keturunan dari kedua orangtuannya. Klien

juga mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit

keturunan seperti bronkhitis, emfisema, tuberculosis paru,

diabetes mellitus, ataupun hipertensi.


69

Bagan 4.1

Genogram Keluarga Tn. J

Keterangan:

P = Klien Tn. J = Ikatan perkawinan

= Laki-laki = Garis keturunan

= Perempuan = Meninggal

= Tinggal satu rumah

4.1.2.6 Data Biologis

a. Penampilan Umum

1) Keadaan Umum : Lemas

2) Tingkat Kesadaran : Compos mentis

Nilai GCS : 15
70

Eye (E) :4

Verbal (V) :5

Motorik (M) :6

3) Tanda- Tanda Vital

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 102x/menit

Respirasi : 28 x/menit

Suhu : 36,9⁰C

SpO2 : 98%

Tinggi Badan (TB) : 160 cm

Berat Badan (BB) : 57,5 kg

Indeks Massa Tubuh (IMT) : 22, 46

(Normal)

b. Activity Daily Living

Tabel 4.1
Tabel Activity Daily Living
No ADL Di Rumah Di RS
(1) (2) (3) (4)
1. Nutrisi:
a. Makan
1) Jenis menu Nasi, sayur, Bubur, sayur,
tahu, tempe, tahu, tempe,
sambal. buah-buahan.
2) Frekuensi 3 kali/ hari 3 kali/ hari
3) Porsi 1 porsi 1 porsi
4) Pantangan Tidak ada Tidak ada
5) Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. Minum
1) Jenis minuman Air putih Air putih
2) Frekuensi 4-6 kali/ hari 4-6 kali/ hari
71

(1) (2) (3) (4)


3) Jumlah ±2400 ml ±1500 ml
4) Pantangan Tidak ada Tidak ada
5) Keluhan Tidak ada Tidak ada
2. Istirahat dan Tidur
a. Malam
1) Berapa jam 6 jam 7 jam
2) Dari jam … s/d 23.00 s/d 05.00 22.00 s/d 05.00

3) Kesulitan Sesak napas Sesak napas
b. Siang
1) Berapa jam 2 jam 1 jam
2) Dari jam … s/d 13.00 s/d 15.00 12.30 s/d 13.30

3) Kesulitan Tidak ada Tidak ada
3. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi 4-6 kali/ hari 3-4 kali/ hari
2) Jumlah ±200 cc ±200 cc
3) Warna Kuning bening Kuning sedikit
pekat
4) Bau Khas urine Khas urine
5) Kesulitan Tidak ada Tidak ada
b. BAB
1) Frekuensi 1 kali/ hari 1 kali/ 3 hari
2) Konsistensi Lembek Lembek
3) Warna Kuning Kekuningan
kecokelatan
4) Bau Khas feses Khas feses
5) Kesulitan Tidak ada Tidak ada
4. Personal Hygiene
a. Mandi
1) Frekuensi 2 kali/ hari 1 kali/ hari
(diseka)
2) Sabun Pakai sabun -
3) Gosok gigi 2 kali/hari 1 kali/hari
b. Berpakaian
1) Ganti pakaian 2 kali/ hari 1 kali/ hari
72

(1) (2) (3) (4)


5. Mobilitas dan
Aktivitas
a. Aktivitas Berbaring, Berbaring,
jalan-jalan duduk, berjalan
keliling rumah, ke kamar mandi.
nonton tv,
mengobrol.
b. Kesulitan Tidak ada Lemas

c. Pengkajian Psiko- Sosio- Spiritual

1) Pola Persepsi dan Tatalaksana Hidup Sehat

Klien mengatakan penyakit yang dideritanya

adalah nikmat dari Allah SWT agar dapat hidup lebih

sehat serta dapat menghindari faktor yang

menyebabkan asmanya kambuh.

2) Pola Hubungan dan Peran

Klien mempunyai hubungan yang berjalan

dengan baik dengan keluarga, saudara maupun

tetangga. Tidak ada hambatan dalam kehidupan sosial

seperti interaksi dengan oranglain dan pekerjaannya

pun tidak memiliki hambatan karena penyakit asma

nya.
73

3) Konsep Diri

Klien mengatakan menyukai semua anggota

tubuhnya, dan klien adalah seorang suami dari satu

istri dan memiliki 2 orang anak, klien juga

mengatakan dirinya adalah kepala keluarga. Klien

memandang dirinya bahwa ia sudah mulai tua dan

berpendapat bahwa semakin tua seseorang maka

makin banyak penyakit juga yang akan di deritanya.

4) Pola Penanggulangan Stress

Berdasarkan keterangan klien, jika ia sedang

menghadapi masalah baik internal maupun eksternal,

Tn. J selalu pergi jalan-jalan sekeliling rumah dan

mengobrol dengan bapak-bapak sekitar desanya untuk

meredakan rasa kesal dan stress yang dirasakannya.

5) Pola Sensorik dan Kognitif

Tn. J menyadari bahwa penyakit yang di

deritanya tidak dapat disembuhkan namun dapat

dicegah, tetapi klien dan keluarga belum mengetahui

banyak mengenai penyakit asma bronkhial dan

bagaimana cara penanganannya jika asma kambuh

mendadak saat berada di rumah.


74

6) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Tn. J beragama Islam dan meyakini bahwa nasib,

hidup dan mati seseorang atas dasar kekuasaan Allah

SWT. Tn. J mengatakan bahwa sakit yang dideritanya

adalah cobaan dari Allah SWT, menerima dengan

ikhlas dan sering berdoa untuk segera diberikan

kesembuhan.

4.1.2.6 Pemeriksaan Fisik

a. Sistem Persyarafan

1) Status mental : Lemah

2) Refleks-refleks

a) Refleks Bisep Kanan/Kiri : (+/+)

b) Refleks Trisep Kanan/Kiri : (+/+)

c) Refleks Patella Kanan/Kiri : (+/+)

d) Refleks Babinski Kanan/Kiri: (-/-)

3) Nervus Cranial

Tabel 4.2
Pengkajian Nervus Cranial Tn. J
No Nervus Hasil Pemeriksaan
(1) (2) (3)
1. Nervus I Fungsi penciuman klien normal,
(Olfaktorius) klien mampu membedakan antara
bau minyak kayu putih dan
minyak wangi dengan jelas.
2. Nervus II Klien mampu melihat dengan baik
(Optikus) dengan mata kedua matanya, klien
dapat membaca tulisan dalam
kertas pada jarak 30 cm.
75

(1) (2) (3)


3. Nervus III Refleks pupil klien baik, pupil
(Okulomotorius) mengecil ketika cahaya didekatkan
dan pupil membesar ketika cahaya
dijauhkan.
4. Nervus IV Klien dapat mengangkat kedua
(Trochlear) kelopak mata nya secara normal,
klien dapat memutar dan
menggerakan kedua bola mata ke
arah atas, bawah, kanan, dan kiri.
5. Nervus V Klien mampu menutup mata dan
(Trigeminus) membuka rahangnya dengan baik,
klien juga mampu mengunyah
dengan baik.
6. Nervus VI Klien dapat menggerakan bola
(Abdusen) matanya ke arah kanan dan ke arah
kiri.
7. Nervus VII Klien dapat menggerakkan lidah
(Facialis) nya, klien dapat mengerutkan dahi
dan tersenyum, senyum klien
terlihat simetris antara bagian
kanan dan kiri.
8. Nervus VIII Pendengaran klien baik, klien
(Auditorius) dapat mendengar apa yang penulis
katakan secara normal.
9. Nervus IX Klien mampu menelan dengan
(Glosofaringeus) baik, dapat membedakan rasa
manis gula dan rasa asin garam.
10. Nervus X Klien mampu menjulurkan
(Vagus) lidahnya keluar dan dapat juga
digerakan, dan refleks menelan
klien baik.
11. Nervus XI Klien dapat menggerakan leher ke
(Aksesorius) arah kanan dan ke arah kiri, dan
dapat mengangkat kedua bahunya
dengan baik.
12. Nervus XII Klien mampu menjulurkan
(Hipoglosus) lidahnya dan pergerakan lidah
baik.
76

b. Sistem Pernapasan

Hidung tampak simetris kiri dan kanan, tidak

terdapat lesi atau benjolan pada hidung, tidak tampak

sekret pada lubang hidung, bentuk dada simetris antara

kiri dan kanan, terlihat adanya pernapasan cuping

hidung, peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan 28

x/menit, adanya penggunaan otot bantu pernapasan,

pergerakan dada teraba sama antara kanan dan kiri, tidak

terdapat nyeri tekan ataupun benjolan pada kedua lapang

dada. Terdapat bunyi sonor pada kedua lapang paru-paru

dan terdengar suara napas tambahan yaitu mengi atau

wheezing pada akhir ekspirasi.

c. Sistem Cardiovaskuler

Konjungtiva tidak anemis, bibir tidak sianosis, tidak

ada peningkatan tekanan vena jugularis (JVP), akral

teraba hangat, frekuensi nadi 102 x/menit, tekanan darah

110/70 mmHg, CRT < 2 detik, ditemukan suara redup

saat perkusi, terdengar bunyi jantung regular S1-S2,

tidak ada bunyi jantung tambahan, dan terdengar bunyi

S1 Lub dan S2 Dub.


77

d. Sistem Pencernaan

Mukosa bibir terlihat lembab, tidak kering dan tidak

ada sianosis, tidak ada stomatitis, keadaan gigi masih

lengkap, tidak ada lesi pada abdomen, tidak ada nyeri

tekan di keempat kuadran abdomen, tidak terdapat

pembesaran organ dalam abdomen, terdengar suara

timpani pada kuadran kiri atas dan pada kuadran kanan

atas pekak, tidak ada pembesaran hepar, terdengar bising

usus 11 x/menit.

e. Sistem Integumen

Warna kulit sawo matang, terdapat bekas luka pada

tangan kiri, kulit tidak pucat dan teraba hangat, kulit

teraba lembab tidak kasar maupun kering, tidak ada nyeri

tekan, turgor kulit baik, tidak ada edema, rambut tidak

mudah rontok.

f. Sistem Muskuloskeletal

Ekstremitas atas tidak terdapat lesi, tidak terdapat

kelainan bentuk pada struktur tulang dan otot, tangan kiri

terpasang infus RL 20 tetes/menit. Kekuatan otot

ekstremitas atas dan bawah cukup baik dan respon

pergerakan sendi klien baik.

Kekuatan otot 5 5

5 5
78

g. Sistem Genitourinaria

Klien mengatakan daerah genitelia dan sekitarnya

rajin dibersihkan dan tidak menggunakan alat bantu

buang air kecil maupun buang air besar. Saat dilakukan

palpasi tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih.

4.1.2.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Tanggal : Senin, 23 Maret 2020

Jam : 12:32:22 WIB

Tabel 4.3
Hasil Laboratorium Tn. J
Nama Test Hasil Satuan Nilai Metode
Rujukan
(1) (2) (3) (4) (5)
HEMATOLOGI
Darah Lengkap:
Hemoglobin 14,8 g/ dL 13,2 – 17,3 Flowcytometri
Leukosit H 11,4 103/ uL 3,8 – 10,6 Flowcytometri
Trombosit 348 103/ uL 150 – 440 Flowcytometri
Hematokrit 46,4 % 40 – 52 Flowcytometri
3
Eritrosit 5,7 10 / uL 4,4 – 5,9 Flowcytometri
MCV L 73,4 Fl 80 – 100 Flowcytometri
MCH L 22,9 Ρg 26 – 34 Flowcytometri
MCHC 32,6 g/ dL 32 – 36 Flowcytometri
RDW 13,3 % 11,5 – 14,5 Flowcytometri
MPV 7,2 Fl 7,0 – 11,0 Flowcytometri
Hitung Jenis (diff):
Segmen 76,2 % 28,0 – 78,0 Flowcytometri
Limfosit L 17,5 % 25 – 40 Flowcytometri
Monosit 2 % 2–8 Flowcytometri
Eosinofil 0,2 % 2–4 Flowcytometri
79

(1) (2) (3) (4) (5)


Basofil 0,1 % 0–1 Flowcytometri
Luc 0 % 3–6 -
KIMIA KLINIK
SGOT 22,5 U/L 11 – 33 -
SGPT 16,7 U/L 11 – 50 -
Glukosa sewaktu 97 mg/ dL 75 – 140 GHOD-PAP

b. Radiologi

Tanggal : Selasa, 24 Maret 2020

Foto Thorax:

- Cor : besar dan bentuk normal

- Pulmo : Tak tampak infiltrate atau nodul.

- Corakan bronkovaskular normal

- Diafragma kanan dan kiri normal.

- Sinus pleural kanan dan kiri tajam.

- Tulang-tulang tidak tampak kelainan.

Kesan: Cor dan pulmo tidak tampak kelainan.

c. Terapi Obat

1) Infus Cairan Ringer Laktat (RL) 20 tpm.

2) O2 nasal kanul 3 liter/ menit

3) Nebulizer + Meptin per 8 jam selama 15 menit

4) Aminofilin drip 5 mg/kg

5) Ambroxol 30 mg (3x1/hari)
80

d. Elektrokardiografi (EKG)

Tanggal : Senin, 23 Maret 2020

- Irama : Sinus

- Heart rate : 100x/ menit, regular

- Axis : Normal

- Gelombang P : Normal

- Interval PR : Normal (3 kotak kecil)

- QRS Complex : < 35mm

Kesimpulan : Irama sinus normal, axis normal.

4.1.2.8 Analisa Data

Tabel 4.4
Analisa Data
No Data Kemungkinan Etiologi Masalah
(1) (2) (3) (4)
1. Data Subjektif: Faktor pencetus : stress, Ketidakefektifan
- Klien mengeluh keletihan, udara dingin. bersihan jalan
sesak napas napas
- Klien mengatakan IgE lemah dan
sulit bernapas mengeluarkan mediator
ketika berbaring histamine.
Data Objektif:
- Batuk tidak efektif Permeabilitas kapiler
- Mukus yang sulit meningkat, edema
dikeluarkan mukosa
- Terdapat suara
napas tambahan Sekresi mucus berlebih
mengi atau dan kontraksi otot polos
wheezing meningkat
- Frekuensi napas
meningkat Restriksi dan obstruksi
28x/menit bronkus
81

(1) (2) (3) (4)

Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
2. Data Subjektif: Bronkospasme Ketidakefektifan
- Klien mengeluh Pola Napas
sesak napas dan Hipoksemia
bertambah berat
jika berbaring. Tekanan partial O2 di
Data Objektif: alveoli menurun
- Adanya
penggunaan otot Penyempitan jalan
bantu pernapasan napas
- Fase ekspirasi
memanjang Peningkatan kerja otot
- Takipnea pernapasan
- Pernapasan cuping
hidung Ketidakefektifan pola
napas
3. Data Subjektif: Hipoksemia Intoleransi
- Klien mengeluh Aktivitas
lelah Suplai darah dan O2 ke
- Klien merasa jantung berkurang
lemas
- Klien mengeluh Penurunan Cardiac
sesak napas setelah Output
beraktivitas cukup
banyak Tekanan darah menurun
Data Objektif:
- Klien tampak lesu Kelemahan dan
dan lemah keletihan
- Klien tampak
memerlukan Intoleransi aktivitas
bantuan untuk
pergi ke kamar
mandi.
- TD 110/70 mmHg
- Nadi 102 x/menit
- Respirasi 28
x/menit
82

(1) (2) (3) (4)


4. Data Subjektif: Kurang terpaparnya Defisit
- Klien dan keluarga informasi Pengetahuan
mengatakan tidak
banyak tahu Tidak familier dengan
mengenai penyakit sumber informasi yang
asma bronkhial. berkaitan dengan
- Klien dan keluarga penyakit
mengatakan tidak
mengetahui cara Sedikit informasi yang
perawatan asma di didapat
rumah jika
serangan asma Defisit pengetahuan
muncul mendadak.
Data Objektif:
- Klien dan keluarga
tidak dapat
menjawab dan
bingung saat
penulis
menanyakan
mengenai penyakit
asma dan
perawatannya di
rumah.
83

4.1.3 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.5
Diagnosa Keperawatan
No Tanggal Masalah Diagnosa Keperawatan Paraf
Timbul
(1) (2) (3) (4)
1. Senin, Ketidakefektifan bersihan jalan napas
23 Maret 2020 berhubungan dengan peningkatan produksi
mukus dan bronkospasme.
Data Subjektif:
- Klien mengeluh sesak napas
- Klien mengatakan sulit bernapas ketika
berbaring
Data Objektif:
- Batuk tidak efektif Soka RD
- Mukus yang sulit dikeluarkan
- Terdapat suara napas tambahan mengi
atau wheezing
- Frekuensi napas meningkat 28x/menit
2. Senin, Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan
23 Maret 2020 dengan keletihan otot pernapasan.
Data Subjektif:
- Klien mengeluh sesak napas
- Klien mengatakan sulit bernapas jika
berbaring
Data Objektif:
- Adanya penggunaan otot bantu
pernapasan Soka RD
- Fase ekspirasi memanjang
- Adanya peningkatan usaha napas 28
x/menit
- Pernapasan cuping hidung
3. Senin, Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan
23 Maret 2020 ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen serta kelemahan.
Data Subjektif:
- Klien mengeluh lelah
- Klien merasa lemas
- Klien mengeluh sesak napas jika terlalu Soka RD
lelah
84

(1) (2) (3) (4)


Data Objektif:
- Klien tampak lesu dan lemah
- Klien tampak bantuan untuk pergi ke
kamar mandi.
- TD 110/70 mmHg
- Nadi 102 x/menit
- Respirasi 28 x/menit
4. Senin, Defisit Pengetahuan berhubungan dengan
23 Maret 2020 kurang terpapar dan minimnya sumber
informasi tentang penyakit.
Data Subjektif:
- Klien dan keluarga mengatakan tidak
banyak tahu mengenai penyakit asma
bronkhial.
- Klien dan keluarga mengatakan tidak
mengetahui cara perawatan asma di
rumah jika serangan asma muncul Soka RD
mendadak.
Data Objektif:
- Klien dan keluarga tidak dapat
menjawab dan bingung saat penulis
menanyakan mengenai penyakit asma
dan perawatannya di rumah.
4.1.4 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.6
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan TUM 1. Kaji tanda-tanda vital dan pengkajian 1. Tanda-tanda vital yang tidak stabil dapat
Napas berhubungan dengan Jalan napas kembali paten dengan antropometri seperti berat badan dan tinggi mengindikasikan adanya penurunan kondisi
peningkatan produksi mukus dan suara napas bersih. badan dan indeks masa tubuh. tubuh klien.
bronkospasme.
DS: TUK 2. Auskultasi suara napas. Catat suara napas 2. Beberapa derajat bronkospasme terjadi
 Klien mengeluh sesak Setelah dilakukan tindakan tambahan seperti mengi, krekels, atau dengan obstruksi jalan napas dan dapat
napas keperawatan selama 3x24 jam ronkhi. ditandai atau tidak ditandai oleh suara napas
 Klien mengeluh sesak diharapkan ventilasi dan jalan nafas tambahan, seperti krekels yang menyebar
napas jika berbaring paten, dengan kriteria hasil: dan basah (bronkitis), suara lemah, disertai
DO: 1. Batuk efektif dan suara napas yang mengi saat ekspirasi (emfisema) atau tidak
 Batuk tidak efektif bersih, tidak ada sianosis dan ada suara napas (asma berat).
 Mukus yang sulit dispneu (mampu mengeluarkan
dikeluarkan sputum, mampu bernapas dengan 3. Kaji dan pantau frekuensi pernapasan. Catat 3. Takipnea biasanya terjadi hingga beberapa
 Adanya suara napas mudah) rasio inspirasi dengan ekspirasi. derajat dan mungkin terdengar jelas selama
tambahan mengi atau 2. Menunjukkan jalan napas yang stress, atau selama proses infeksi akut yang
wheezing paten (klien tidak merasa tercekik, terjadi bersamaan. Pernapasan mungkin
 Frekuensi napas meningkat irama napas, frekuensi pernapasan dangkal dan cepat, dengan ekspirasi
28 x/menit dalam rentang normal yaitu 16- memanjang jika dibandingkan dengan
24x/menit) inspirasi.
3. Mampu mengidentifikasi dan
mencegah faktor yang menghambat 4. Catat adanya dispnea dan derajat dispnea. 4. Disfungsi pernapasan beragam bergantung
jalan napas. Gunakan skala 0 sampai 10 untuk menilai pada proses yang mendasari, misalnya,
kesulitan bernapas. infeksi, reaksi alergi, dan stadium kronisitas.
Menggunakan skala untuk menilai dispnea
membantu mengukur perubahan dalam
gawat napas.

85
(1) (2) (3) (4) (5)
5. Bantu klien mempertahankan posisi nyaman 5. Peninggian kepala tempat tidur
untuk memfasilitasi pernapasan dengan memfasilitasi fungsi pernapasan dengan
meninggikan kepala tempat tidur, dan menggunakan gravitasi.
mengatur posisi semi fowler.

6. Observasi batuk yang persisten, batuk 6. Batuk dapat persisten, tetapi tidak efektif,
kering, atau batuk basah. Bantu tindakan terutama pada klien usia lanjut dengan sakit
untuk meningkatkan keefektifan upaya yang akut atau lemah. Batuk paling efektif
bernapas dengan batuk efektif. dalam posisi tegak lurus.

7. Kolaborasi pemberian humidifikasi 7. Kelembapan membantu mengurangi


tambahan, seperti nebulizer. viskositas sekresi, sehingga memfasiitasi
ekspektorasi dan dapat mengurangi atau
mencegah pembentukan sumbatan mukus
yang kental di bronkus.
2. Ketidakefektifan Pola Napas TUM 1. Kaji tanda-tanda vital. 1. Tanda-tanda vital yang tidak stabil dapat
berhubungan dengan keletihan Pola nafas kembali efektif. mengindikasikan adanya penurunan kondisi
otot pernapasan. tubuh klien.
DS: TUK
- Klien mengeluh sesak napas Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji suara paru, frekuensi napas, 2. Mengetahui adanya suara napas tambahan
dan bertambah berat jika keperawatan selama 3x24 jam kedalaman, dan usaha napas. dan adanya dispnea.
berbaring. diharapkan pola nafas kembali efektif,
DO: dengan kriteria hasil: 3. Monitor pola napas abnormal 3. Pola napas yang abnormal menunjukkan
- Adanya penggunaan otot 1. Mendemonstrasikan batuk efektif, adanya gangguan dalam mekanisme
bantu pernapasan tidak ada sianosis dan dispneu pernapasan.
- Fase ekspirasi memanjang (mampu mengeluarkan sputum,
- Peningkatan usaha napas 28 mampu bernapas dengan mudah) 4. Posisikan klien semifowler. 4. Posisi semi fowler dapat memaksimalkan
x/menit 2. Pola nafas efektif, bunyi nafas potensial ventilasi.
- Pernapasan cuping hidung normal atau bersih
3. Tanda-Tanda Vital dalam batas 5. Observasi pergerakan dada, simetris atau 5. Melihat apakah ada obstruksi disalah satu
normal: tidak, menggunakan otot bantu pernapasan. bronkus atau adanya gangguan ventilasi.
TD = 120/80 mmHg
N = 80-100x/menit
RR = 16-24x/menit
S = 36,5⁰C-37,5⁰C

86
(1) (2) (3) (4) (5)
4. Batuk berkurang dan ekspansi paru 6. Lakukan fisioterapi dada (jika perlu). 6. Fisioterapi dada dapat membantu
mengembang mengalirkan sputum sehingga jalan napas
menjadi paten.
7. Kolaborasi dalam pemberian oksigen
melalui nasal kanul 3 liter/ menit. 7. Meningkatkan ventilasi dan asupan oksigen.
3. Intoleransi Aktivitas TUM 1. Kaji tanda-tanda vital. 1. Tanda-tanda vital yang tidak stabil dapat
berhubungan dengan Klien dapat melakukan aktivitas sehari- mengindikasikan adanya penurunan kondisi
ketidakseimbangan antara suplai hari secara mandiri. tubuh klien.
dan kebutuhan oksigen serta
kelemahan. TUK 2. Monitor keparahan dispnea, serta saturasi 2. Aktivitas meningkatkan kebutuhan oksigen,
DS: Setelah dilakukan tindakan oksigen saat dan setelah beraktivitas. serta ketidakmampuan memenuhi
- Klien mengeluh lelah keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan diri.
- Klien merasa lemas diharapkan aktivitas dapat ditoleransi
- Klien mengeluh sesak napas dan klien dapat melakukan aktivitas 3. Catat adanya perubahan suara nafas, irama 3. Aktivitas yang berlebih akan meningkatkan
jiika terlalu lelah. sehari-hari, dengan kriteria hasil: dan frekuensi pernapasan. frekuensi pernapasan.
DO: 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
- Klien tampak lesu dan lemah tanpa disertai peningkatan tekanan 4. Kaji cara beraktivitas klien dalam 4. Membantu dalam mengambil intervensi
- Klien tampak memerlukan darah, nadi dan respirasi melakukan aktivitas selanjutnya
bantuan untuk pergi ke kamar 2. Mampu melakukan aktivitas
mandi. sehari-hari secara mandiri 5. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang 5. Aktivitas yang berat dapat meningkatkan
- TD 110/70 mmHg 3. Tanda-Tanda Vital dalam batas dilakukan frekuensi pernapasan
- Nadi 102 x/menit normal
- Respirasi 28 x/menit TD = 120/80 mmHg 6. Jadwalkan latihan aktif setelah terapi 6. Fungsi paru akan maksimal saat periode
N = 80-100x/menit respirasi atau obat-obatan (misalnya puncak dari obat-obatan dan efek obat
RR = 16-24x/menit bronkodilator dalam inhaler dosis
S = 36,5⁰C-37,5⁰C terstruktur)
4. Mampu berpindah dengan atau
tanpa bantuan alat 7. Bantu klien menjadwalkan peningkatan 7. Peningkatan perlahan aktivitas fisik akan
aktivitas harian secara perlahan memperbaiki kondisi pernapasan dan
jantung, sehingga memperbaiki toleransi
aktivitas

87
(1) (2) (3) (4) (5)
8. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana 8. Tirah baring dipertahankan selama fase
pengobatan dan perlunya keseimbangan akut untuk menurunkan kebutuhan
aktivitas dan istirahat metabolic, menghemat energy untuk
penyembuhan
4. Defisit Pengetahuan berhubungan TUM 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga 1. Penilaian kemampuan tingkat
dengan kurang terpapar dan Setelah dilakukan tindakan mengenai penyakit asma bronkhial. pengetahuan dapat mengukur tingkat
minimnya sumber informasi keperawatan selama 2 x 24 jam kemampuan dalam memahami penyakit.
tentang penyakit. diharapkan klien dan keluarga
DS: memahami tentang penyakit yang di 2. Kaji tingkat pemahaman klien dan keluarga 2. Pemahaman klien dan keluarga mengenai
- Klien dan keluarga alami dan perawatannya di rumah. mengenai perawatan asma di rumah. perawatan asma di rumah dapat membantu
mengatakan tidak banyak meminimalisir dampak yang akan terjadi
tahu mengenai penyakit asma TUK dari serangan asma yang mendadak.
bronkhial. Setelah dilakukan tindakan
- Klien dan keluarga keperawatan selama 2x24 jam 3. Jelaskan kepada klien dan keluarga 3. Pemahaman klien dan keluarga mengenai
mengatakan tidak mengetahui diharapkan klien dan keluarga mengenai penyakit asma bronkhial. proses penyakit asma akan membantu
cara perawatan asma di memahami tentang penyakit dan klien mengenal penyakitnya.
rumah jika serangan asma perawatannya dirumah, dengan kriteria
muncul mendadak. hasil: 4. Jelaskan kepada klien dan keluarga 4. Membantu klien dan keluarga dalam
DO: 1. Kien dan keluarga dapat mengenai perawatan asma di rumah. penanganan asma di rumah jika terjadi
- Klien dan keluarga tidak menjelaskan kembali seputar serangan asma yang mendadak.
dapat menjawab dan bingung penyakit asma, mengenai:
saat penulis menanyakan a. Definisi asma bronkhial 5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang 5. Merubah gaya hidup dapat menjadikan
mengenai penyakit asma dan b. Etiologi asma bronkhial mungkin diperlukan untukmencegah tolak ukur dari suatu penyakit.
perawatannya di rumah. c. Tanda dan gejala asma komplikasi di masa yang akan datang atau
bronkhial proses pengontrolan penyakit.
d. Pencegahan asma bronkhial
2. Klien dan keluarga memahami 6. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan 6. Terapi dan penanganan asma diperlukan
tentang perawatan asma di rumah. yang tepat. untuk meminimalisir dampak yang akan
3. Klien dapat menentukan perubahan terjadi di masa yang akan datang.
gaya hidup dan pengontrolan
penyakit yang diperlukan.
4. Klien dan keluarga dapat
mengambil keputusan mengenai
pilihan terapi yang diperlukan.

88
89

4.1.5 Implementasi

Tabel 4.7
Implementasi Keperawatan
Waktu dan
No. Dx Implementasi Paraf
Tanggal
(1) (2) (3) (4)
Senin, T Mengukur tanda-tanda vital meliputi
I 23 Maret 2020 nadi, respirasi rate, tekanan darah, suhu,
07.45 – 08.00 WIB saturasi oksigen.
R Hasil pengukuran tanda-tanda vital:
Nadi = 102 x/menit
RR = 28 x/menit
TD = 110/70 mmHg Soka RD
S = 36,9⁰C
SpO2 = 98%
08.00 – 08.10 WIB T Mengukur Tinggi Badan (TB) dan Berat
Badan (BB), dan Indeks Masa Tubuh
R (IMT) klien.
Hasil pengukuran:
TB = 160 cm
BB = 57,5 kg Soka RD
IMT = 22,46 (Kategori Normal)
08.10 – 08.15 WIB T Mengubah posisi semi fowler 45⁰
R Klien mengatakan merasa lebih nyaman
dalam posisi semi fowler. Soka RD
08.15 – 08.20 WIB T Auskultasi suara napas tambahan.
R Terdengar suara napas tambahan yaitu
mengi/ wheezing di kedua lapang paru
pada akhir ekspirasi. Soka RD
08.20 – 08.30 WIB T Mencatat adanya dispnea dan derajat
dispnea dengan menggunakan skala 0
sampai 10 untuk menilai kesulitan
bernapas.
R Klien mengatakan masih sesak napas
dan berada pada skala 5 dari 10. Soka RD
08.30 – 08.45 WIB T Memberikan terapi bronkodilator
dengan nebulizer.
R Nebulizer + meptin (0,5 cc/ 8 jam)
selama 15 menit. Soka RD
90

(1) (2) (3) (4)


08.45 – 08.55 WIB T Membantu dan mengajarkan teknik
batuk efektif.
R Dahak keluar, ± 1-2cc berwarna putih
dan sedikit kental Soka RD
09.00 – 09.10 WIB T Memberikan obat injeksi intravena dan
oral
R Cairan RL + Aminofilin drip 5 mg/kg 20
tpm
Ambroxol 30 mg 3x1/hari Soka RD
II Senin, T Mengukur tanda-tanda vital meliputi
23 Maret 2020 nadi, respirasi rate, tekanan darah, suhu,
07.45 – 08.00 WIB saturasi oksigen.
R Hasil pengukuran tanda-tanda vital:
Nadi = 102 x/menit
RR = 28 x/menit
TD = 110/70 mmHg Soka RD
S = 36,9⁰C
SpO2 = 98%
08.10 – 08.15 WIB T Mengatur klien dengan posisi semi
fowler 45⁰.
R Klien merasa lebih nyaman jika dalam
posisi duduk karena napasnya jauh lebih
lega. Soka RD
08.15 – 08.20 WIB T Mengkaji suara paru, bentuk dada
simetris atau tidak, kedalaman dan usaha
napas.
R Terdengar suara napas tambahan yaitu
mengi/ wheezing di kedua lapang paru
pada akhir ekspirasi, bentuk dada Soka RD
simetris, masih tampak penggunaan otot
bantu pernapasan dan peningkatan usaha
napas.
10.00 – 10.15 WIB T Melakukan fisioterapi dada untuk
membuang sekret.
R Sekret keluar, ± 1-2cc berwarna putih
dan sedikit kental.

Soka RD
91

(1) (2) (3) (4)


10.15 WIB T Memberikan terapi oksigen.
R Terapi oksigen via nasal kanul sebanyak
3 liter/menit.
Soka RD
III Senin, T Mengukur tanda-tanda vital meliputi
23 Maret 2020 nadi, respirasi rate, tekanan darah, suhu.
12.00 – 12.15 WIB Hasil pengukuran tanda-tanda vital:
R Nadi = 97 x/menit
RR = 26 x/menit
TD = 120/70 mmHg Soka RD
S = 37⁰C
12.15 – 12.30 WIB T Memonitor keparahan sesak napas
(dispnea), serta saturasi oksigen saat dan
setelah beraktivitas.
R Hasil monitoring:
Sesak napas berada pada skala 4 dari 10.
Saturasi oksigen (SpO2) saat dan setelah Soka RD
beraktivitas 98%
12.30 – 12.35 WIB T Memonitor dan mencatat adanya
perubahan suara nafas, irama dan
frekuensi pernapasan.
R Tidak ada perubahan suara napas, suara
napas mengi/ wheezing di kedua lapang
paru pada akhir ekspirasi, irama napas Soka RD
regular dengan frekuensi 26 x/menit.
12.35 – 12.45 WIB T Mengkaji cara beraktivitas klien dalam
melakukan aktivitas.
R Klien tampak bantuan saat berpergian ke
kamar mandi. Soka RD
12.45 – 12.55 WIB T Menjadwalkan latihan aktif setelah
terapi respirasi atau obat-obatan seperti
batuk efektif, fisioterapi dada, dan atau
latihan napas dalam.
R Klien tampak bersedia menjadwalkan
terapi latihan aktif. Soka RD
92

(1) (2) (3) (4)


12.55 – 13.05 WIB T Menjelaskan pentingnya istirahat dalam
rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
R Klien mengerti pentingnya istirahat bagi
kondisi penyakitnya. Soka RD
IV Senin, T Memberikan pertanyaan kepada klien
23 Maret 2020 dan keluarga mengenai perngertian,
13.15 – 13.25 WIB penyebab, tanda dan gejala, serta
pencegahan asma.
R Klien dan keluarga tampak bingung dan
belum menjawab dengan tepat terhadap Soka RD
pertanyaan yang diajukan.
13.25 – 13.35 WIB T Memberikan pertanyaan kepada klien
dan keluarga mengenai cara apa yang
pernah dilakukan saat terjadi serangan
asma mendadak di rumah.
R Klien dan keluarga menjawab hanya
mengoleskan penghangat dan membawa
ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Soka RD
13.35 – 13.45 WIB T Menjelaskan kepada klien dan keluarga
mengenai penyakit asma bronkhial
meliputi pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, sera pencegahan.
R Klien dan keluarga tampak sedikit Soka RD
mengerti tentang apa yang dijelaskan.
13.45 – 13.55 WIB T Menjelaskan kepada klien dan keluarga
mengenai bagaimana cara perawatan
asma di rumah jika terdapat serangan
mendadak.
R Klien dan keluarga tampak mengerti
tentang apa yang dijelaskan. Soka RD
13.55 – 14.05 WIB T Menginformasikan perubahan gaya
hidup yang mungkin di perlukan dan
proses pengontrolan penyakit.
R Klien dan keluarga tampak mengerti
tentang apa yang dijelaskan. Soka RD
93

(1) (2) (3) (4)


14.05 – 14.15 WIB T Mendiskusikan pilihan terapi atau
penanganan yang tepat.
R Klien dan keluarga dapat mengambil
keputusan tentang terapi dan
penanganan apa saja yang tepat pada
penyakit asma. Soka RD
I Selasa, T Mengukur tanda-tanda vital meliputi
24 Maret 2020 nadi, respirasi rate, tekanan darah, suhu,
07.45 – 08.00 WIB saturasi oksigen.
R Hasil pengukuran tanda-tanda vital:
Nadi = 100 x/menit
RR = 26 x/menit
TD = 120/90 mmHg Soka RD
S = 37,2⁰C
SpO2 = 99%
08.00 – 08.05 WIB T Mengubah posisi semi fowler 45⁰
R Klien mengatakan merasa lebih nyaman
dalam posisi semi fowler. Soka RD
08.05 – 08.10 WIB T Auskultasi suara napas tambahan.
R Masih terdengar suara napas tambahan
yaitu mengi/ wheezing di kedua lapang
paru pada akhir respirasi. Soka RD
08.10 – 08.15 WIB T Mengkaji adanya dispnea dan derajat
dispnea dengan menggunakan skala 0
sampai 10 untuk menilai kesulitan
bernapas.
R Klien mengatakan masih sesak napas
dan berada pada skala 4 dari 10. Soka RD
08.15 – 08.30 WIB T Memberikan terapi bronkodilator
dengan nebulizer.
R Nebulizer + meptin (0,5 cc/ 8 jam)
selama 15 menit. Soka RD
08.30 – 08.40 WIB T Membantu klien teknik batuk efektif.
R Dahak keluar, ± 1-2cc berwarna putih
dan sedikit kental Soka RD
08.40 – 08.50 WIB T Memberikan obat injeksi intravena dan
oral
R Cairan RL + Aminofilin drip 5 mg/kg 20
94

(1) (2) (3) (4)


Tpm Soka RD
Ambroxol 30 mg 3x1/hari
II Selasa, T Mengukur tanda-tanda vital meliputi
24 Maret 2020 nadi, respirasi rate, tekanan darah, suhu,
07.45 – 08.00 WIB saturasi oksigen.
R Hasil pengukuran tanda-tanda vital:
Nadi = 100 x/menit
RR = 26 x/menit
TD = 120/90 mmHg Soka RD
S = 37,2⁰C
SpO2 = 99%
08.00 – 08.05 WIB T Mengatur klien dengan posisi semi
fowler 45⁰.
R Klien merasa lebih nyaman jika dalam
posisi duduk karena napasnya jauh lebih
lega. Soka RD
08.05 – 08.10 WIB T Mengkaji suara paru, bentuk dada
simetris atau tidak, kedalaman dan usaha
napas.
R Masih terdengar suara napas tambahan
yaitu mengi di kedua lapang paru pada
akhir ekspirasi, bentuk dada simetris,
tampak penggunaan otot bantu Soka RD
pernapasan dan peningkatan usaha napas
10.00 – 10.15 WIB T Melakukan fisioterapi dada untuk
membuang sekret.
R Sekret keluar, ± 1-2cc berwarna putih
dan sedikit kental. Soka RD
10.15 WIB T Memberikan terapi oksigen.
R Terapi oksigen via nasal kanul sebanyak
3 liter/menit. Soka RD
III Selasa, T Memonitor keparahan sesak napas
24 Maret 2020 (dispnea), serta saturasi oksigen saat dan
11.00 – 11.10 WIB setelah beraktivitas.
R Hasil monitoring:
Sesak napas berada pada skala 4 dari 10.
Saturasi oksigen (SpO2) saat dan setelah
beraktivitas 98% Soka RD
95

(1) (2) (3) (4)


11.10 – 11.15 WIB T Memonitor dan mencatat adanya
perubahan suara nafas, irama dan
frekuensi pernapasan.
R Tidak ada perubahan suara napas, suara
napas mengi/ wheezing di kedua lapang
paru pada akhir ekspirasi, irama napas Soka RD
regular dengan frekuensi 26 x/menit.
11.15 – 11.25 WIB T Mengkaji kembali cara beraktivitas klien
dalam melakukan aktivitas.
R Klien masih memerlukan bantuan saat
berpergian ke kamar mandi. Soka RD
11.25 – 11.35 WIB T Mengevaluasi tindakan latihan aktif
setelah terapi respirasi atau obat-obatan
seperti batuk efektif, fisioterapi dada,
dan atau latihan napas dalam.
R Klien tampak telah melakukan terapi
aktif meskipun tanpa bantuan perawat. Soka RD
11.35 – 11.45 WIB T Mengkaji kepada klien waktu untuk
istirahat dalam sehari.
R Klien tampak cukup mengatur waktu
untuk beristirahat selama dirawat di
rumah sakit. Soka RD
IV Selasa, T Mengevaluasi pertanyaan kepada klien
24 Maret 2020 dan keluarga mengenai perngertian,
13.00 – 13.10 WIB penyebab, tanda dan gejala, serta
pencegahan asma.
R Klien dan keluarga tampak sudah dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan
walaupun masih kurang tepat. Soka RD
13.10 – 13.20 WIB T Megevaluasi pertanyaan kepada klien
dan keluarga mengenai cara apa yang
dapat dilakukan saat terjadi serangan
asma mendadak di rumah.
R Klien dan keluarga dapat menjawab
pertanyaan yaitu dengan cara tradisional
meliputi inhalasi uap sederhana dan
mengoleskan penghangat pada bagian Soka RD
tubuh tertentu.
96

(1) (2) (3) (4)


I Rabu, T Mengukur tanda-tanda vital meliputi
25 Maret 2020 nadi, respirasi rate, tekanan darah, suhu,
14.15 – 14.30 WIB saturasi oksigen.
R Hasil pengukuran tanda-tanda vital:
Nadi = 95 x/menit
RR = 24 x/menit
TD = 120/80 mmHg
S = 36,7⁰C Soka RD
SpO2 = 99%
14.30 – 14.35 WIB T Mengubah posisi semi fowler 45⁰
R Klien mengatakan merasa lebih nyaman
dalam posisi semi fowler. Soka RD
14.35 – 14.40 WIB T Auskultasi suara napas tambahan.
R Masih terdengar suara napas tambahan
yaitu mengi/ wheezing di kedua lapang
paru pada akhir respirasi. Soka RD
14.40 – 14.45 WIB T Mengkaji adanya dispnea dan derajat
dispnea dengan menggunakan skala 0
sampai 10 untuk menilai kesulitan
bernapas.
R Klien mengatakan masih sesak napas
dan berada pada skala 3 dari 10. Soka RD
14.45 – 15.00 WIB T Memberikan terapi bronkodilator
dengan nebulizer.
R Nebulizer + meptin (0,5 cc/ 8 jam)
selama 15 menit. Soka RD
15.00 – 15.10 WIB T Membantu klien teknik batuk efektif.
R Dahak keluar, ± 1-2cc berwarna putih
dan sedikit kental Soka RD
15.10 – 15.20 WIB T Memberikan obat injeksi intravena dan
oral
R Cairan RL + Aminofilin drip 5 mg/kg 20
tpm
Ambroxol 30 mg 3x1/hari Soka RD
II Rabu, T Mengukur tanda-tanda vital meliputi
25 Maret 2020 nadi, respirasi rate, tekanan darah, suhu,
14.15 – 14.30 WIB saturasi oksigen.
97

(1) (2) (3) (4)


R Hasil pengukuran tanda-tanda vital: Soka RD
Nadi = 95 x/menit
RR = 24 x/menit
TD = 120/80 mmHg
S = 36,7⁰C
SpO2 = 99%
14.30 – 14.35 WIB T Mengatur klien dengan posisi semi
fowler 45⁰.
R Klien merasa lebih nyaman jika dalam
posisi duduk karena napasnya jauh lebih
lega. Soka RD
14.35 – 14.40 WIB T Mengkaji suara paru, bentuk dada
simetris atau tidak, kedalaman dan usaha
napas.
R Masih terdengar suara napas tambahan
yaitu mengi di kedua lapang paru pada
akhir ekspirasi namun tidak begitu jelas
seperti hari pertama dan kedua, bentuk Soka RD
dada simetris.
15.30 – 15.40 WIB T Melakukan fisioterapi dada untuk
membuang sekret.
R Sekret keluar, ± 1-2cc berwarna putih
dan sedikit kental. Soka RD
15.40 WIB T Memberikan terapi oksigen.
R Terapi oksigen via nasal kanul sebanyak
3 liter/menit.
Soka RD
III Rabu, T Memonitor keparahan sesak napas
25 Maret 2020 (dispnea), serta saturasi oksigen saat dan
18.30 – 18.40 WIB setelah beraktivitas.
R Hasil monitoring:
Sesak napas berada pada skala 3 dari 10.
Saturasi oksigen (SpO2) saat dan setelah
beraktivitas 99% Soka RD
18.40 – 18.50 WIB T Memonitor dan mencatat adanya
perubahan suara nafas, irama dan
frekuensi pernapasan.
98

(1) (2) (3) (4)


R Terdapat perubahan suara napas, suara
napas mengi/ wheezing di kedua lapang
paru pada akhir ekspirasi semakin redup,
irama napas regular dengan frekuensi 24
x/menit. Soka RD
18.50 – 18.55 WIB T Mengkaji kembali cara beraktivitas klien
dalam melakukan aktivitas.
R Klien masih memerlukan bantuan saat
berpergian ke kamar mandi.
Soka RD
18.55 – 19.00 WIB T Mengevaluasi tindakan latihan aktif
setelah terapi respirasi atau obat-obatan
R seperti batuk efektif, fisioterapi dada,
dan atau latihan napas dalam.
Klien tampak telah melakukan terapi Soka RD
aktif meskipun tanpa bantuan perawat.
19.00 – 19.05 WIB T Mengkaji kepada klien waktu untuk
istirahat dalam sehari.
R Klien tampak cukup mengatur waktu
untuk beristirahat selama dirawat di
rumah sakit. Soka RD
99

4.1.6 Evaluasi

Tabel 4.7
Evaluasi Keperawatan
No. Dx Waktu dan Evaluasi Paraf
Tanggal
(1) (2) (3) (4)
I Senin, S - Klien mengeluh sesak napas dan
23 Maret 2020 batuk dengan dahak yang sulit
09.10 – 09.20 WIB dikeluarkan.
O - Sesak napas pada skala 5 dari 10.
- Terdapat suara tambahan mengi atau
wheezing di akhir ekspirasi.
- Adanya perubahan frekuensi napas
abnormal. RR: 28 x/menit
- Mukus yang sulit dikeluarkan
A Ketidakefektifan bersihan jalan napas
belum teratasi
P Lanjutkan intervensi
- Kaji tanda-tanda vital
- Pertahankan posisi nyaman untuk
klien Soka RD
- Auskultasi suara napas tambahan
- Catat adanya dispnea dan derajat
dispnea
- Beri terapi bronkodilator dengan
nebulizer
- Ajarkan batuk efektif
Berikan injeksi intravena dan oral
sesuai terapi
II Senin, S - Klien mengeluh sesak napas
23 Maret 2020 - Klien mengatakan sulit bernapas jika
10.15 – 10.25 WIB berbaring
O - Adanya penggunaan otot bantu
pernapasan dan usaha napas
- RR 28 kali/menit, Nadi 102x/menit
- Klien terpasang oksigen 4 liter/menit
dengan menggunakan nasal kanul
- Fase ekspirasi memanjang Soka RD
- Adanya sputum ±2 cc berwarna putih
dan sedikit kental.
- Pernapasan cuping hidung
100

(1) (2) (3) (4)


A Ketidakefektifan pola napas belum
teratasi
P Lanjutkan intervensi
- Kaji tanda-tanda vital
- Pertahankan posisi nyaman untuk
klien
- Kaji suara paru, bentuk dada simetris
atau tidak, kedalaman dan usaha napas
- Beri tindakan fisioterapi dada untuk
membuang sputum.
Memberikan terapi oksigen.
III Senin, S - Klien mengeluh lelah
23 Maret 2020 - Klien merasa lemas
13.05 – 13.15 WIB - Klien mengeluh sesak napas setelah
beraktivitas cukup banyak
- Klien mengatakan bersedia
menjadwalkan terapi latihan aktif.
O - Sesak napas berada pada skala 5 dari
10. Saturasi oksigen (SpO2) saat dan
setelah beraktivitas 98%
- Adanya suara napas mengi/ wheezing
di kedua lapang paru pada akhir
ekspirasi, irama napas regular dengan
frekuensi 28 x/menit.
- Klien tampak bantuan saat berpergian
ke kamar mandi.
A Intoleransi aktivitas belum teratasi
P Lanjutkan intervensi Soka RD
- Kaji tanda-tanda vital meliputi nadi,
respirasi rate, tekanan darah, suhu.
- Monitor keparahan sesak napas
(dispnea), serta saturasi oksigen saat
dan setelah beraktivitas.
- Monitor dan catat adanya perubahan
suara nafas, irama dan frekuensi
pernapasan.
- Kaji cara beraktivitas klien dalam
melakukan aktivitas.
- Jadwalkan latihan aktif setelah terapi
101

(1) (2) (3) (4)


respirasi atau obat-obatan seperti
batuk efektif, fisioterapi dada, dan
atau latihan napas dalam.
- Jelaskan pentingnya istirahat dalam
rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
IV Senin, S - Klien dan keluarga mengatakan tidak
23 Maret 2020 banyak tahu mengenai penyakit asma
14.15 – 14.25 WIB bronkhial.
- Klien dan keluarga mengatakan tidak
mengetahui cara perawatan asma di
rumah jika serangan asma muncul
mendadak.
O - Klien dan keluarga tampak bingung
dan belum menjawab dengan tepat
terhadap pertanyaan yang diajukan.
A Defisit pengetahuan belum teratasi
Soka RD
P Lanjutkan intervensi:
- Beri informasi kepada klien dan
keluarga mengenai penyakit asma
bronkhial meliputi pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, sera
pencegahan.
Beri informasi mengenai perubahan
gaya hidup yang mungkin di perlukan
dan proses pengontrolan penyakit.
I Selasa, S - Klien masih mengeluh batuk dan
24 Maret 2020 sesak napas namun tidak lebih parah
08.50 – 09.00 WIB dari hari kemarin.
- Klien merasa lebih nyaman jika dalam
posisi duduk/ semi fowler
- Klien mengatakan lebih terasa lega
napasnya setelah terapi bronkodilator
dan batuk efektif.
- Klien mengatakan sesaknya lebih
berkurang lagi jika setelah diberi obat.
O - RR 26 x/menit, nadi 100 x/menit Soka RD
- Masih terdengar suara napas
tambahan mengi/ wheezing pada akhir
ekspirasi.
102

(1) (2) (3) (4)


- Sesak napas berkurang dari skala 5
menjadi skala 4 dari 10.
- Masih terdapat batuk dengan sputum
berwarna putih kental.
A Ketidakefektifan bersihan jalan napas
teratasi sebagian
P Lanjutkan Intervensi
- Kaji tanda-tanda vital
- Pertahankan posisi nyaman untuk
klien
- Auskultasi suara napas tambahan
- Catat adanya dispnea dan derajat
dispnea
- Beri terapi bronkodilator dengan
nebulizer
- Ajarkan batuk efektif
- Kolaborasi pemberian injeksi
intravena dan oral sesuai terapi
II Selasa, S - Klien masih mengeluh batuk dan
24 Maret 2020 sesak napas namun tidak lebih parah
10.15 – 10.25 WIB dari hari kemarin.
- Klien merasa lebih nyaman jika dalam
posisi duduk/ semi fowler.
- Klien mengatakan napasnya lebih lega
setalah dahaknya keluar.
O - Masih adanya penggunaan otot bantu
pernapasan dan usaha napas.
- RR 26 x/menit, nadi 100 x/menit
- Masih terdengar suara napas
tambahan mengi/ wheezing pada akhir
ekspirasi namun lebih redup.
- Adanya sputum ±2 cc berwarna putih Soka RD
dan sedikit kental.
- Masih terpasang oksigen 4 liter/menit.
A Ketidakefektifan pola napas teratasi
sebagian
P Lanjutkan intervensi
- Kaji tanda-tanda vital
- Pertahankan posisi nyaman klien
- Kaji suara paru, bentuk dada simetris
atau tidak, kedalaman dan usaha napas
103

(1) (2) (3) (4)


- Beri tindakan fisioterapi dada untuk
membuang sputum.
- Memberikan terapi oksigen.
III Selasa, S - Klien mengatakan sesak napasnya
24 Maret 2020 berkurang tidak separah hari kemarin.
11.45 - 11.55 WIB - Klien mengatakan masih memerlukan
bantuan keluarga jika ke kamar
mandi.
- Klien mengatakan telah mampu
melakukan latihan aktif yaitu batuk
efektif dan napas dalam secara
mandiri.
O - Sesak napas berkurang dari skala 5
menjadi skala 4 dari 10 dan saturasi
oksigen (SpO2) saat dan setelah
beraktivitas 99%.
- Masih terdengar suara napas
tambahan mengi/ wheezing pada akhir
ekspirasi namun lebih redup.
- Klien tampak dapat melakukan latihan
aktif secara mandiri.
Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
A Lanjutkan intervensi Soka RD
P - Kaji tanda-tanda vital meliputi nadi,
respirasi rate, tekanan darah, suhu.
- Monitor keparahan sesak napas
(dispnea), serta saturasi oksigen saat
dan setelah beraktivitas.
- Monitor dan catat adanya perubahan
suara nafas, irama dan frekuensi
pernapasan.
- Kaji cara beraktivitas klien dalam
melakukan aktivitas.
- Jadwalkan latihan aktif setelah terapi
respirasi atau obat-obatan seperti
batuk efektif, fisioterapi dada, dan
atau latihan napas dalam.
104

(1) (2) (3) (4)


IV Selasa, S - Klien dan keluarga mengatakan sudah
24 Maret 2020 banyak mengerti mengenai penyakit
13.20 – 13.40 WIB asma bronkhial.
- Klien dan keluarga mengatakan sudah
memahami cara perawatan asma di
rumah jika serangan asma muncul
mendadak.
O - Klien dan keluarga tampak sudah
dapat menjawab dengan tepat
terhadap pertanyaan yang diajukan. Soka RD
A Defisit pengetahuan teratasi
P - Pertahankan keadaan klien dan
keluarga
I Rabu, S - Klien mengatakan sesak napas mulai
25 Maret 2020 berkurang dan dahak sudah dapat
15.20 – 15.30 WIB dikeluarkan.
- Klien mengatakan sesaknya lebih
berkurang lagi jika setelah diberi obat.
O - RR 24 x/menit, nadi 95 x/menit
- Masih terdengar suara napas
tambahan mengi/ wheezing pada akhir
ekspirasi
- Sesak napas berkurang dari skala 4
menjadi skala 3 dari 10.
- Masih terdapat batuk dengan sputum
berwarna putih dan sudah dapat
dikeluarkan.
A Ketidakefektifan bersihan jalan napas Soka RD
teratasi sebagian
P Lanjutkan Intervensi
- Kaji tanda-tanda vital
- Pertahankan posisi nyaman untuk
klien
- Auskultasi suara napas tambahan
- Catat adanya dispnea dan derajat
dispnea
- Beri terapi bronkodilator dengan
nebulizer
- Ajarkan batuk efektif
105

(1) (2) (3) (4)


- Kolaborasi pemberian injeksi
intravena dan oral sesuai terapi
II Rabu, S - Klien mengatakan sesak napas dan
25 Maret 2020 batu sudah mulai berkurang.
15.40 – 15.50 WIB - Klien mengatakan napasnya lebih lega
setalah dahaknya keluar.
- Penggunaan otot bantu pernapasan
mulai berkurang, tidak ada
peningkatan usaha pernapasan.
O - RR 24 x/menit, nadi 95 x/menit
- Masih terdengar suara napas
tambahan mengi/ wheezing pada akhir
ekspirasi namun mulai redup.
- Adanya sputum ±2 cc berwarna putih
bening.
- Masih terpasang oksigen 4 liter/menit. Soka RD
A Ketidakefektifan pola napas teratasi
sebagian
P Lanjutkan intervensi
- Kaji tanda-tanda vital
- Pertahankan posisi nyaman klien
- Kaji suara paru, bentuk dada simetris
atau tidak, kedalaman dan usaha napas
- Beri tindakan fisioterapi dada untuk
membuang sputum.
- Memberikan terapi oksigen.
III Rabu, S - Klien mengatakan sesak napasnya
25 Maret 2020 berkurang tidak separah hari kemarin.
19.05 – 19.15 WIB - Klien mengatakan sudah dapat
berjalan sendiri ke kamar mandi tanpa
bantuan dari keluarga.
- Klien mengatakan telah mampu
melakukan latihan aktif yaitu batuk
efektif dan napas dalam secara
mandiri.
O - Sesak napas berkurang dari skala 4 Soka RD
menjadi skala 3 dari 10 dan saturasi
oksigen (SpO2) saat dan setelah
beraktivitas 99%.
- Masih terdengar suara napas
106

(1) (2) (3) (4)


tambahan mengi/ wheezing pada akhir
ekspirasi namun lebih redup.
- Klien tampak dapat melakukan latihan
aktif secara mandiri.
A Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P Lanjutkan intervensi
- Kaji tanda-tanda vital meliputi nadi,
respirasi rate, tekanan darah, suhu.
- Monitor keparahan sesak napas
(dispnea), serta saturasi oksigen saat
dan setelah beraktivitas.
- Monitor dan catat adanya perubahan
suara nafas, irama dan frekuensi
pernapasan.
- Kaji cara beraktivitas klien dalam
melakukan aktivitas.
- Jadwalkan latihan aktif setelah terapi
respirasi atau obat-obatan seperti
batuk efektif, fisioterapi dada, dan
atau latihan napas dalam.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengantar Bab

Penulis menggunakan format asuhan keperawatan pada studi

kasus ini di mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi, evaluasi dan dokumentasi sesuai dengan tujuan yang

penulis tuangkan dan dilaksanakan kepada Tn. J dengan Gangguan

Sistem Pernapasan: Asma Bronkhial di Ruang Cut Nyak Dien RSUD

Arjawinangun Kabupaten Cirebon dari tanggal 23 Maret 2020 s/d 25

Maret 2020.
107

4.2.2 Interpretasi dan Hasil Diskusi

Penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan

praktik di lapangan. Kesenjangan yang di temukan antara lain sebagai

berikut:

4.2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan

dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan

data dari berbagai sumber data. Penulis menggunakan

beberapa teknik dalam pengumpulan data diantaranya

pertama wawancara baik kepada klien, keluarga, dan perawat

lainnya, kedua observasi dan pemeriksaan fisik dengan

metode inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada sistem

tubuh klien, dan yang ketiga menggunakan studi dokumentasi

serta angket dari hasil pemeriksaan diagnostic dan kuesioner.

Tahap pengkajian ini penulis menyimpulkan bahwa Tn. J

menderita asma sudah 6 tahun yang lalu dan bukan

keturunan, derajat asma Tn. J termasuk persisten ringan

dengan frekuensi gejala timbul 2-3 kali dalam semingu

dengan pertimbangan sesak napas dirasakan saat klien

keletihan dan stress, batuk berdahak dengan mukus yang

kental, sesak napas dan dada, serta suara napas mengi. Tanda

dan gejala yang ditunjukkan oleh Tn. J merujuk pada tanda

dan gejala menurut (Hurst, 2016 & LeMone, 2016) yaitu


108

batuk dengan atau tanpa lendir, mengi, sesak dada, sesak

napas, keletihan, ansietas, dan ketakutan.

Faktor pemicu atau penyebab kambuhnya asma Tn.J

yaitu jika keletihan setelah beraktivitas banyak dan stress.

Namun, Tn. J tidak memiliki faktor pemicu terjadinya asma

seperti dalam teori seperti karena faktor genetik, alergi debu,

rokok, perubahan suhu dan kelembapan.

Diagnosa asma bronkhial ditunjang dengan berbagai

hasil pemeriksaan. Menurut Nurarif (2016) dan Puspasari

(2019) menyimpulkan bahwa pemeriksaan yang dilakukan

untuk menegakan diagnosa asma bronkhial antara lain

spirometri, tes sputum, analisa gas darah (AGD),

pemeriksaan arus puncak ekspirasi, uji provokasi bronkus, uji

alergi, dan foto thoraks. Adapun yang menjadi pemeriksaan

diagnostik yang menurut teori seharusnya dilakukan namun

pada kenyataannya tidak dilakukan adalah spirometri, tes

sputum, analisa gas darah (AGD), pemeriksaan arus puncak

ekspirasi, dan uji provokasi bronkus. Hal ini dikarenakan

adanya keterbatasa alat dan fasilitas. Beberapa pemeriksaan

yang dilakukan sesuai teori yaitu foto thoraks. Terdapat

beberapa pemeriksaan tambahan yang tidak tercantum dalam

teori namun dilakukan di lapangan dan menjadi dasar


109

penegakkan asma bronkhial yaitu pemeriksaan laboratorium

dan elektrokardiogram (EKG).

4.2.2.2 Tahap Diagnosa Keperawatan

Tahap diagnosa keperawatan penulis lakukan setelah

melewati tahap pengkajian dan menganalisa sehingga penulis

dapat menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan

prioritas masalah. Tidak semua diagnosa keperawatan yang

tercantum dalam teori juga ada pada klien dengan asma

bronkhial. Karena, ada beberapa diagnosa yang tidak ada di

dalam teori tetapi di dapatkan pada klien dan ditemukan

sebagai masalah keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan

yang ditemukan pada Tn.J yang sesuai dengan teori

diantaranya yaitu:

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan

dengan peningkatan produksi mukus dan bronkospasme.

Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan kesesuaian

data yang ditemukan pada Tn.J dan data dalam teori.

Pada Tn.J ditemukan adanya data subjektif berupa

keluhan sesak napas dan batuk dengan mukus yang sulit

dikeluarkan dan data objektif batuk tidak efektif, sputum

berlebih, adanya suara napas tambahan mengi atau

wheezing, dan frekuensi napas meningkat melebihi

normal 28 x/menit.
110

2) Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan

keletihan otot pernapasan.

Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan kesesuaian

data yang ditemukan pada Tn.J dan data dalam teori.

Pada Tn.J ditemukan adanya data subjektif berupa

keluhan sesak napas dan dirasa makin berat bila klien

berbaring serta data objektif adanya penggunaan otot

bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, taipnea

dengan drekuensi pernapasan 28 x/menit, dan pernapasan

cuping hidung.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

serta kelemahan.

Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan kesesuaian

data yang ditemukan pada Tn.J dan data dalam teori.

Pada Tn.J ditemukan adanya data subjektif klien

mengeluh lelah, merasa lemas, mengeluh sesak napas

setelah beraktivitas cukup banyak. Data objektif klien

tampak lesu dan lemah serta memerlukan bantuan unuk

pergi ke kamar mandi.


111

Adapun diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan

pada Tn. J yang sesuai dengan teori diantaranya yaitu:

1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi

karbon dioksida.

Diagnosa ini tidak ditegakkan karena klien tidak

mengeluh sakit kepala pada saat bangun tidur, gangguan

penglihatan, serta tidak ditemukan hasil pemeriksaan

analisa gas darah karena tidak dilakukan pemeriksaan.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan laju metabolik, dispnea saat makan,

dan kelemahan otot mengunyah.

Diagnosa ini tidak ditegakkan karena klien tidak

mengeluh kram atau nyeri abdomen, tidak cepat merasa

kenyang setelah makan, tidak mengeluh nafsu makan

menurun, bising usus normal, dan tidak ditemukan data

terjadi penurunan berat badan yang drastis.

3) Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan

status kesehatan.

Diagnosa ini tidak ditegakkan karena klien tidak

mengeluh sakit kepala, nafsu makan tidak menurun,

tidak merasa khawatir, stress, ataupun cemas karena

kondisi yang sedang dihadapi. Klien mengatakan tidak

kesulitan tidur, tidak tampak gelisah dan tegang.


112

Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada

Tn.J yang tidak sesuai dengan teori atau terdapat diagnosa

tambahan diantaranya yaitu:

1) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang

terpapar dan minimnya sumber informasi tentang

penyakit.

Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan kesesuaian

data yang ditemukan pada Tn.J dan data dalam teori.

Pada Tn.J ditemukan adanya data subjektif klien dan

keluarga mengatakan tidak banyak tahu mengenai

penyakit asma bronkhial dan tidak mengetahui cara

perawatan asma di rumah jika serangan asma muncul

mendadak. Data objektif yaitu klien dan keluarga tidak

dapat menjawab dan bingung saat penulis menanyakan

mengenai penyakit asma dan perawatannya di rumah.

4.2.2.3 Tahap Intervensi Keperawatan

Tahap intervensi atau perencanaan dibuat oleh penulis

dengan menggunakan acuan buku sumber serta ikut

melibatkan klien dan keluarga, aktivitas sehari-hari, kondisi

biopsioko-sosial-spiritual, data buku status klien dan tenaga

kesehatan lainnya untuk mengatasi masalah yang terjadi.


113

Intervensi pada tinjauan kasus sama dengan intervensi

pada tinjauan teori, namun pada kenyataanya tidak semua

perencanaan yang tertulis pada tinjauan teori dapat dilakukan

pada klien Tn. J. Intervensi tidak dapat semua direncanakan

kepada klien dikarenakan masih ada intervensi pada tinjauan

teori yang lebih tepat untuk kedaan klien saat ini ditambah

adanya motivasi dari keluarga serta menyesuaikan dengan

keadaan klien.

4.2.2.4 Tahap Implementasi Keperawatan

Tahap implementasi merupakan tahap ketiga dimana

penulis melaksanakan intervensi asuhan keperawatan yang

sesuai dengan rencana dan tujuan keperawatan yang telah

dibuat.Implementasi pada Tn. J dilakukan selama 3 hari dan

penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan

perencanaan yang telah disusun sebelumnya Implementasi

dapat terlaksana karena banyak dukungan dari klien yang

kooperatif dan keluarga, tersedianya alat-alat dan adanya

bimbingan dari perawat ruangan, CI ruangan serta

pembimbing akademik. Namun, pada tahap ini juga penulis

mengalami hambatan waktu dalam melaksanakan asuhan

keperawatan yang seharusnya selama 24 jam.


114

4.2.2.5 Tahap Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi merupakan tahap yang dilaksanakan

setelah melakukan tindakan. Evaluasi dilakukan setiap hari

untuk memantau perkembangan klien setiap harinya dan

untuk memantau keefektifan tindakan yang penulis lakukan.

Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditentukan.

Adapun dari empat diagnosa keperawatan yang ditemukan

pada Tn. J satu diagnosa teratasi pada hari kedua yaitu defisit

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar dan

minimnya sumber informasi tentang penyakit. Sedangkan

untuk tiga diagnosa lainnya hanya teratasi sebagian pada hari

ketiga pelaksanaan asuhan keperawatan.

4.2.3 Keterbatasan KTI/ TA

Penulis menyadari bahwa studi kasus ini masih banyak sekali

kekurangan, sehingga membutuhkan kritik dan saran untuk penulis

agar dapat dijadikan bahan pertimbangan selanjutnya. Keterbatasan

penulis dalam melakukan kasus ini diantaranya penulis tidak dapat

melakukan asuhan keperawatan kepada klien dengan waktu 24 jam

penuh seperti yang tertera dalam intervensi. Penulis hanya melakukan

asuhan keperawatan saat berdinas, namun penulis berusaha untuk

memberikan asuhan keperawatan secara maksimal dengan alternative

pemecahan masalah yaitu berkoordinasi dengan teman mahasiswa


115

yang berdinas selanjutnya dan perawat ruangan yang bertugas

memberikan asuhan keperawatan pada Tn. J.

4.2.4 Implikasi Untuk Keperawatan

Implikasi yang penulis tulis dalam kasus ini adalah sebagai berikut:

4.2.4.1 Implikasi terhadap studi kasus keperawatan

Hasil studi kasus penulis yaitu Asuhan Keperawatan

pada Tn. J dengan Gangguan Sistem Pernapasan: Asma

Bronkhial di Ruang Cut Nyak Dien RSUD Arjawinangun

Kabupaten Cirebon. Prevalensi penyakit asma bronkhial di

Indonesia cukup tinggi dikarenakan penyakit ini tidak dapat

disembuhkan namun hanya dapat dikontrol dengan

penatalaksanaan dan pencegahan yang tepat, sehingga penulis

dapat menjadikan acuan studi kasus ini dalam melakukan

studi kasus selanjutnya.

4.2.4.2 Implikasi terhadap pelayanan kesehatan

Hasil studi kasus ini dapat dijadikan pertimbangan untuk

lebih memperhatikan perawatan yang dilakukan pada klien

dengan asma bronkhial, serta dapat dijadikan bahan masukan

dalam memperluas ilmu, khususnya dalam rangka

peningkatan mutu pelayanan keperawatan.


116

4.2.4.3 Implikasi terhadap pendidikan keperawatan

Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa klien dengan

asma bronkhial tidak selalu memiliki masalah yang ada

dalam teori, namun dapat juga muncul masalah baru atau

yang lainnya. Berdasarkan hasil tersebut, perlu adanya

penyelesaian masalah lainnya dengan penuh ketelitian.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus tentang Asuhan Keperawatan pada Tn. J

dengan Gangguan Sistem Pernapasan: Asma Bronkhial di Ruang Cut Nyak

Dien RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon dari tanggal 23 Maret 2020

dampai dengan 25 Maret 2020 dengan menggunakan metode pendekatan

secara komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual, penulis dapat menarik

kesimpulan diantaranya sebagai berikut:

1. Asma bronkhial adalah penyakit kronis yang menyerang saluran

pernapasan tepatnya pada bronkus disebabkan oleh reaksi berlebihan

jalan napas terhadap iritan atau stimuli lain sehingga menyebabkan

inflamasi dan obstruksi jalan napas serta mengakibatkan klien mengalami

dispnea, batuk, dan suara napas mengi atau wheezing. Berdasarkan hasil

uraian prevalensi jumlah penderita asma bronkhial dari tahun ke tahun

selalu mengalami peningkatan di Indonesia. Berdasarkan data di RSUD

Arjawinangun, jumlah klien yang dirawat dengan penyakit asma

bronkhial pun makin meningkat setiap tahunnya.

2. Tahap pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dari berbagai

sumber agar dapat mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan

klien. Pengkajian yang dilakukan pada Tn. J didapat bahwa klien sudah

menderita penyakit asma bronkhial sejak 6 tahun yang lalu dan sering

117
118

kambuh 2-3 kali dalam seminggu. Alasan klien masuk ke rumah sakit

karena sesak napas disertai batuk dengan mukus yang sulit dikeluarkan,

asma pada klien bukan merupakan penyakit genetik, penyakitnya sering

kambuh jika klien merasa kelelahan dan stress. Saat dilakuka

pemeriksaan fisik, kondisi klien lemah, terlihat adanya pernapasan

cuping hidung, peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan 28 x/menit,

adanya penggunaan otot bantu pernapasan, terdengar suara napas

tambahan yaitu mengi atau wheezing pada akhir ekspirasi.

3. Tahap diagnosa keperawata dilakukan setelah melaksanakan tahap

pengkajian dan menganalisa data ssehingga penulis dapat menegakkan

diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah. Diagnosa

keperawatan yang penulis temukan pada klien kelolaan yaitu Tn. J adalah

ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan

produksi mukus dan bronkospasme, ketidakefektifan pola napas

berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan, intoleransi aktivitas

berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen serta kelemahan, dan defisit pengetahuan berhubungan dengan

kurangnya terpapar dan minimnya informasi tentang penyakit.

4. Intervensi yang sering dianjurkan bagi klien dengan asma bronkhial

antara lain pengukuran tanda-tanda vital, pemantauan suara napas,

pengaturan posisi semi fowler, pendidikan kesehatan mengenai asma

bronkhial, terapi oksigen via nasal kanul, dan kolaboratif pemberian obat

bronkodilator berupa nebulizer untuk mengencerkan dahak.


119

5. Implementasi yang dilakukan pada klien dengan asma bronkhial adalah

mengkaji tanda-tanda vital, mengobservasi frekuensi napas, kedalaman

napas, penggunaan otot bantu pernapasan, menganjurkan posisi semi

fowler, mengajarkan batuk efektif, kolaboratif pemberian obat

bronkodilator berupa nebulizer, dan memberikan penyuluhan mengenai

penyakit asma bronkhial serta perawatannya dirumah.

6. Evaluasi keperawatan yang dilaksanakan selama tiga hari pada Tn. J

dengan asma bronkhial yaitu terdapat satu diagnosa dengan masalah

sudah teratasi pada hari kedua implementasi dan tiga diagnosa lainnya

menunjukkan bahwa masalah teratasi sebagian dan masih memerlukan

intervensi lanjutan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil studi kasus yang penulis dapatkan selama

melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. J, ada beberapa hal yang penulis

sarankan, diantaranya:

1. Klien dan keluarga harus mengetahui dan menerapkan pertolongan

pertama pada klien asma bronkhial saat terjadi sesak napas mendadak

dirumah, antara lain dengan menggunakan inhalasi uap sederhana dengan

alat dan bahan yang tersedia di rumah, cara membuatnya yaitu masak air

panas lalu taruh di dalam ember, tuangkan beberapa tetes minyak kayu

putih lalu hirup uap yang keluar dari ember sebanyak-banyaknya sampai
120

sesak terasa berkurang. Cara lain untuk mengatasi sesak napas yaitu

oleskan penghangat seperti balsam ke bagian-bagian titik tubuh tertentu.

2. Lakukan kontrol kesehatan secara teratur, agar selalu tahu perkembangan

prognosis penyakitnya, kontrol dapat dilakukan ke RSUD Arjawinangun

atau tempat kesehatan terdekat dengan tempat tinggal klien.

3. Keluarga dapat ikut berperan aktif dalam proses pengobatan klien, yaitu

dengan cara mengawasi saat minum obat, pengaturan makanan dan

istirahat, pengaturan stress dan emosi, agar dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya komplikasi yang lebih buruk.

4. Klien asma bronkhial diharapkan dapat menggunakan Alat Pelindung

Diri (APD) seperti masker jika berada di luar rumah atau saat sedang

bekerja di lingkungan terbuka yang terdapat banyak debu ataupun polusi

dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan asma kambuh.

5. Klien asma bronkhial harus dapat meminimalisir faktor yang dapat

menyebabkan kekambuhan atau menambah tingkat keparahan penyakit,

dengan menghindari faktor pencetus asma seperti kelelahan, stress dan

emosi, asap rokok, suhu dingin dan kelembapan, serta olahraga berat.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2018). Rencana Asuhan


Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. A. A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:


Salemba Medika.

Hurst, M. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal – Bedah. Volume 1.


Jakarta: EGC.

Husna, C. (2014). Upaya Pencegahan Kekambuhan Asma Bronchial Ditinjau dari


Teori Health Belief Model di RSUDZA Banda Aceh: Idea Nursing Journal.
Vol. V No. 3. Diakses dari http://www.jurnal.unsyiah.ac.id. Diperoleh
pada 05 Februari 2020.

Kemenkes RI. (2014). Undang – Undang Republik Indonesia No. 38 Tentang


Keperawatan 2014. Sekretariat Negara. Jakarta

Kemenkes RI. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Nasional. Diakses dari


http://www.depkes.go.id. Diperoleh pada 03 Februari 2020.

Kowalak, J. P., William, W., & Brenna, M. (2012). Buku Ajar Patofisiologi.
Jakarta: EGC.

Kozier, dkk. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 7 volume 1. Jakarta: EGC.

LeMone, P., Karen, M. B., & Gerene, B. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2011). Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik.


Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. H. & Hardhi, K. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis .Edisi Revisi


Jilid 1. Yogjakarta: MediAction.

Puspasari, S . F. A. (2019). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Reddel, Helen. (2019). Pocket Guide For Asthma Management and Prevention:
Global Initiative for Asthma. Diakses dari https://ginasthma.org. Diperoleh
pada 05 Februari 2020.

121
Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suara, M, dkk. (2010). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Syaifuddin. (2016). Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA-I. Jakarta:


EGC.

World Health Organization (WHO). (2017). 10 Facts on Asthma. Diakses dari


https://www.who.int. Diperoleh pada 03 Februari 2020.

122
LAMPIRAN

123
Lampiran 1

PENJELASAN SEBELUM PELAKSANAAN KTI/ TA

1. Kami adalah mahasiswa dari Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Program


Studi Keperawatan Cirebon, dengan ini meminta Bapak/ Ibu/ Saudara untuk
berpartisipasi dengan sukarela dalam KTI/ TA yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan: Asma
Bronkhial di Ruang Cut Nyak Dien RSUD Arjawinangun Kabupaten
Cirebon.
2. Tujuan dari KTI/ TA ini adalah saya mahasiswa mampu melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan: asma
bronkhial, yang dapat memberi manfaat berupa menambah pengetahuan
mengenai penyakit asma bronchial pada klien dan keluarga. KTI/ TA ini akan
berlangsung selama minimal 3 hari perawatan di rumah sakit.
3. Prosedur pelaksanaan berupa asuhan keperawatan (pengkajian/ pengumpulan
data, perumusan diagnosis, penetapan rencana intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan) yang akan berlangsung kurang lebih 20 – 30 menit
setiap kali pertemuan. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan
tetapi tidak perlu khawatir karena KTI/ TA ini tidak akan menimbulkan
masalah kesehatan/ memperburuk status kesehatan Bapak/ Ibu/ Saudara.
4. Keuntungan yang Bapak/ Ibu/ Saudara peroleh dari keterlibatan dalam KTI/
TA ini adalah Bapak/ Ibu/ Saudara mendapatkan pelayanan keperawatan yang
lebih baik dan turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan yang
diberikan.
5. Nama dan jati diri serta seluruh informasi yang Bapak/ Ibu/ Saudara
sampaikan akan selalu dirahasiakan.
6. Jika Bapak/ Ibu/ Saudara membutuhkan informasi terkait dengan KTI/ TA ini
silakan menghubungi saya pada nomor HP : 08818383053

Cirebon, 23 Maret 2020

Pelaksana,

SOKA RESKA DENA


NIM. P2.06.20.2.17.031
Lampiran 2

WAKTU PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

Januari Februari Maret April Mei


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Perizinan
1.

Penyusunan
2. Proposal

Ujian Sidang
3. Proposal

Pelaksanaan
4. Studi Kasus

Penyusunan
5. Laporan

Ujian Sidang
Karya Tulis
6. Ilmiah

Cirebon, 08 Mei 2020

SOKA RESKA DENA


NIM. P2.06.20.2.17.031
Lampiran 3

FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Status Perkawinan :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
No. Register :
Diagnosa Medis :
Tanggal Masuk :
Tanggal Pengkajian :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hubungan dengan pasien :
Alamat :

2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Data Biologis
a. Penampilan Umum
Lampiran 3

b. Activity Daily Living


Di
No ADL Di Rumah
Rumah Sakit
(1) (2) (3) (4)
1. Nutrisi
a. Makan
 Jenis menu
 Frekuensi
 Porsi
 Pantangan
 Keluhan
b. Minum
 Jenis minuman
 Frekuensi
 Jumlah
 Pantangan
 Keluhan
2. Istirahat dan Tidur
a. Malam
 Berapa jam
 Dari jam…s/d…
 Kesukaran tidur
b. Siang
 Berapa jam
 Dari jam…s/d…
 Kesukaran tidur
3. Eliminasi
a. BAK
 Frekuensi
 Jumlah
 Warna
 Bau
 Kesulitan
b. BAB
 Frekuensi
 Jumlah
 Warna
 Bau
Lampiran 3

(1) (2) (3) (4)


 Kesulitan
4. Personal Hygiene
a. Mandi
 Frekuensi
 Sabun
 Gosok gigi
b. Berpakaian
 Ganti pakaian
5. Mobilitas dan Aktivitas
 Aktivitas
 Kesulitan

c. Data Hasil Pemeriksaan Fisik


1) Sistem Persarafan
a) Status mental
b) Tingkat kesadaran
c) Refleks- refleks
d) Nervus cranial
2) Sistem Pernapasan
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
3) Sistem Pencernaan
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
4) Sistem Kardiovaskuler
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
5) Sistem Integumen
6) Sistem Muskuloskeletal
7) Sistem Genitourinaria
Lampiran 3

d. Data Psikososial Spiritual


1) Psikososial
a) Non Verbal
b) Verbal
c) Status emosi
d) Konsep Diri
e) Interaksi Sosial
f) Pola Koping
2) Spiritual
e. Data Penunjang
1) Laboratorium
2) Radiologi
3) Terapi

B. Analisa Data
KEMUNGKINAN
DATA MASALAH
ETIOLOGI

C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

D. Implementasi Keperawatan
No. Dx Kep Tanggal & Waktu Tindakan Paraf
Lampiran 3

E. Evaluasi
No. Dx Kep Tanggal & Waktu Evaluasi
S
O
A
P
Lampiran 4

PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN


(Informed Consent)

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa : saya telah mendapat
penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai KTI/ TA yang akan dilakukan
oleh : SOKA RESKA DENA dengan judul : “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN: ASMA BRONKHIAL DI RUANG CUT
NYAK DIEN RSUD ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON”.

Saya setuju untuk ikut berpartisipasi pada KTI/ TA ini secara sukarela tanpa
paksaan dari siapapun. Apabila selama studi kasus KTI/ TA ini saya
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa
sanksi apapun.

Cirebon, 23 Maret 2020


Saksi Yang memberikan Persetujuan

sokareskadenaniysaazzahra sohkareskadenaniysaazzahraaa

Pelaksana,

SOKA RESKA DENA


NIM. P2.06.20.2.17.031
Lampiran 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERAWATAN DAN PENANGANAN ASMA BRONKHIAL DI RUMAH

Pokok Bahasan : Perawatan dan Penanganan Asma Bronkhial di Rumah

Sub Pokok Bahasan : Pentingnya pengetahuan mengenai penyakit asma

bronkhial dan perawatannya di rumah

Sasaran : Klien yang dirawat beserta keluarga

Hari/ Tanggal : Senin, 23 Maret 2020

Waktu : 35 menit

Tempat : Ruang Cut Nyak Dien RSUD Arjawinangun Kabupaten

Cirebon

Pemateri : Soka Reska Dena

A. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 35 menit diharapkan klien dan

keluarga dapat mengetahui tentang penyakit asma bronkhial dan cara

penanganannya di rumah.

B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan selama 35 menit, diharapkan klien dan keluarga

mampu:

1. Menjelaskan pengertian asma bronkhial

2. Menyebutkan penyebab asma bronkhial

3. Menyebutkan tanda dan gejala asma bronkhial


Lampiran 5

4. Menyebutkan cara pencegahan asma bronkhial

5. Menyebutkan perawatan asma bronkhial di rumah

C. Materi Penyuluhan (Lampiran)

1. Pengertian asma bronkhial

2. Penyebab asma bronkhial

3. Tanda dan gejala asma bronkhial

4. Cara pencegahan asma bronkhial

5. Perawatan asma bronkhial di rumah

D. Metode Penyuluhan

1. Diskusi

2. Tanya jawab

E. Media

Leaflet

F. Kegiatan Penyuluhan

Tahapan Kegiatan Kegiatan


No Waktu
Kegiatan Penyuluhan Peserta
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Tahap 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
Orientasi dan memperkenalkan 2. Mendengarkan dan
diri memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan 5 menit
3. Membuat kontrak
dengan peserta
4. Menyiapkan tempat,
alat dan materi

2. Tahap 1. Mengkaji pengetahuan Mendengarkan dan


Kerja klien dan keluarga memperhatikan
mengenai penyakit
asma bronkhial
2. Menjelaskan pengertian
asma bronkhial
Lampiran 5

(1) (2) (3) (4) (5)


1. Menyebutkan dan
menjelaskan penyebab 20
asma bronkhial menit
2. Menyebutkan tanda
dan gejala asma
bronkhial
3. Menjelaskan
pencegahan asma
bronkhial
4. Menjelaskan cara
perawatan asma
bronkhial di rumah
4 Tahap 1. Melakukan evaluasi 1. Menjawab petanyaan
Terminasi 2. Menyimpulkan hasil 2. Bersama penyaji
diskusi menyimpulkan materi 10
3. Menyampaikan pesan hasil diskusi menit
untuk klien beserta 3. Mendengarkan dan
keluarga memperhatikan
4. Mengucapkan salam 4. Menjawab salam

G. Materi

(Terlampir)

H. Setting Tempat

Keterangan:

= Pemateri

= Klien

= Keluarga
Lampiran 5

I. Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan mengenai:

1. Pengertian asma bronkhial

2. Penyebab asma bronkhial

3. Tanda dan gejala asma bronkhial

4. Cara pencegahan asma bronkhial

5. Perawatan asma bronkhial di rumah


Lampiran 5

MATERI PENYULUHAN

ASMA BRONKHIAL DAN PENANGANANNYA DI RUMAH

1. Pengertian Asma Bronkhial

Menurut Kowalak (2012) asma bronkhial adalah gangguan inflamasi pada

jalan napas yang ditandai oleh obstruksi aliran udara napas dan respons jalan

napas yang berlebihan terhadap berbagai bentuk rangsangan.

Menurut LeMone (2016) asma adalah gangguan inflamasi kronik pada

jalan napas dan menyebabkan peningkatan responsivitas jalan napas terhadap

stimuli yang multipel. Obstruksi aliran udara yang menyebar yang terjadi

selama episode akut biasanya kembali baik secara spontan maupun dengan

terapi.

Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas yang ditandai oleh

penyempitan jalan napas. Penyempitan jalan napas akan mengakibatkan klien

mengalami dispnea, batuk, dan mengi (Puspasari, 2019).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan

asma adalah penyakit kronis karena adanya reaksi berlebihan jalan napas

terhadap iritan atau stimuli lain sehingga menyebabkan restriksi dan obstruksi

jalan napas, yang akan mengakibatkan pasien mengalami dispnea, batuk, dan

mengi.
Lampiran 5

2. Penyebab Asma Bronkhial

Penyebab terkuat terjadinya asma adalah kombinasi predisposisi genetic

dengan paparan lingkungan terhadap zat dan partikel yang dihirup yang dapat

memicu reaksi alergi atau mengganggu saluran napas seperti:

a. Faktor genetik

b. Allergen dalam ruangan (misalnya tungau debu rumah di tempat tidur,

karpet, boneka, polusi dan bulu binatang peliharaan)

c. Allergen luar ruangan (seperti serbuk sari dan jamur)

d. Asap tembakau

e. Zat aditif pangan yang mengandung sulfit

f. Perubahan suhu dan kelembapan

g. Stress emosi dan kecemasan

h. Olahraga terlalu berat, karena meningkatkan kerja pernapasan

(Kowalak, 2012 & Puspasari, 2019)

3. Tanda dan Gejala Asma Bronkhial

Tanda dan gejala yang ditemukan pada penderita asma bronkhial diantaranya

adalah sebagai berikut:

a. Batuk (dengan atau tanpa lendir) dan sering memburuk di malam atau

dini hari, membuat individu sulit tidur.

b. Produksi dahak kental, lengket, dan menempel dengan kuat sehingga sulit

dikeluarkan, membuat batuk produktif jarang terjadi.

c. Mengi atau pernapasan berat dan riuh, suara siulan atau cuitan yang

terdengar saat menarik napas.


Lampiran 5

d. Sesak dada seperti terdapat sesuatu yang meremas atau terdapat beban di

atas dada.

e. Sesak napas atau merasa tidak dapat bernapas, atau tidak mampu

mengeluarkan udara dari paru.

f. Keletihan, ansietas, ketakutan, dan dispnea berat yang mengikuti

bicara hanya satu atau dua kata antara napas.

(Hurst, 2016 & LeMone, 2016)

4. Pencegahan Asma Bronkhial

Asma bronkhial dapat dicegah terjadinya serangan dengan cara sebagai

berikut:

a. Menilai dan monitor berat asma secara berkala antara 1-6 bulan ke fasilitas

pelayanan kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit.

b. Mengenali faktor pemicu sehingga terjadinya serangan asma

c. Menjauhi faktor pemicu terjadinya serangan asma seperti bahan allergen

yang meliputi asap, debu, tungau, bulu binatang ataupun boneka, serta

suhu dingin

d. Hindari stress, emosi, dan rasa cemas yang berlebihan. Kendalikan dengan

relaksasi seperti menonton tv membaca buku, mendengarkan musik

ataupun melakukan hobi yang dimiliki.

e. Olahraga dengan porsi yang cukup dan jangan terlalu berat dan berlebihan.

Normal intensitas olahraga dua minggu sekali dengan durasi selama 20-30

menit.
Lampiran 5

5. Perawatan dan Penanganan Asma Bronkhial di Rumah

Klien dengan asma bronkhial biasanya sering mengalami serangan asma

yang mendadak jika klien tidak menyadari sepenuhnya faktor pemicu

terjadinya asma yang di deritanya seperti udara dingin, debu, asap rokok, asap

kendaraan, kondisi stress dan cemas, serta olahraga yang terlalu berat.

Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga mengenai perawatan dan

penanganan saat serangan asma muncul secara mendadak akan berakibat fatal

bagi penderita, diperparah jika klien tidak mempunyai obat untuk meredakan

serangan seperti inhaler dan obat oral serta jarak rumah jauh dari fasilitas

pelayanan kesehatan.

Saat ini, terdapat cara tradisional untuk meredakan serangan asma yaitu

dengan inhalasi uap sederhana, adapun tujuan dari inhalasi ini yaitu untuk

mencairkan sekret yang ada pada jalan napas dan melebarkan kembali saluran

pernapasan karena pada saat serangan asma terjadi saluran napas pada

penderita menjadi sempit sehingga menyebabkan kesulitan untuk bernapas atau

biasa disebut sesak napas.

Inhalasi uap sederhana dapat kita buat sendiri dengan menggunakan

bahan-bahan yang mudah di dapat dirumah seperti minyak kayu putih atau

balsam dan air panas. Adapun cara membuat inhalasi uap sederhana adalah

sebagai berikut:

a. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti baskom, minyak kayu

putih/ balsam/ bahan lainnya yang bersifat panas dan melegakan, air panas,

dan handuk.
Lampiran 5

b. Masak air hingga mendidih

c. Masukkan air yang sudah mendidih ke dalam baskon

d. Tuangkan minyak kayu putih/ balsam ke dalam air dalam baskom tersebut

secukupnya

e. Tutup kepala dengan handuk dan tundukkan kepala ke baskom tersebut

f. Hirup uap banyak-banyak yang keluar dari campuran air dan penghangat

tersebut selama 10-15 menit, tutup ruang antara baskom dan kepala

menggunakan handuk agar tidak banyak uap yag terbuang.


Apa itu
Tanda dan Gejala 3
Asma Bronkhial ? 1

PERAWATAN DAN PENANGANGAN


ASMA BRONKHIAL DI RUMAH Asma bronkhial adalah penyakit kronis
pada saluran pernapasan karena adanya
reaksi berlebihan jalan napas terhadap
bahan yang menyebabkan alergi sehingga
terjadi penyempitan (restriksi) dan
hambatan karena produksi mukus yang
berlebihan (obstruksi) pada jalan napas.
Batuk Mengi

2 Penyebab

a. Faktor keturunan (genetik)


b. Allergen dalam ruangan (misalnya
tungau debu rumah di tempat tidur, Nyeri Dada Keletihan Kedinginan
karpet, boneka, polusi dan bulu
binatang peliharaan)
c. Allergen luar ruangan (seperti
serbuk sari dan jamur)
d. Asap tembakau/ rokok
e. Perubahan suhu dan kelembapan
f. Stress emosi dan kecemasan Sesak Napas Sulit Tidur
Soka Reska Dena
g. Olahraga terlalu berat
P2. 06. 20. 2. 17. 031
Perawatan dan Penanganan Perawatan dan Penanganan
Asma Bronkhial di Rumah Asma Bronkhial di Rumah
Pencegahan “Cara Penggunaan Penghangat
4 “Inhalasi Uap Sederhana”
pada Titik Tubuh tertentu”
Masak air hingga
a. Menilai dan monitor berat asma mendidih, lalu angkat.

secara berkala antara 1-6 bulan ke


fasilitas pelayanan kesehatan baik
puskesmas maupun rumah sakit.
Tuangkan beberapa
b. Mengenali faktor pemicu sehingga tetes minyak kayu
terjadinya serangan asma putih ke dalam air
yang sudah mendidih
c. Menjauhi faktor pemicu terjadinya tersebut.
serangan asma seperti bahan
allergen yang meliputi asap, debu, Masukkan air panas
yang sudah dicampur
tungau, bulu binatang ataupun minyak kayu putih
boneka, serta suhu dingin tersebut ke dalam
3 baskom.
d. Hindari stress, emosi, dan rasa
cemas yang berlebihan. Kendalikan Tutup kepala dengan
handuk dan hirup uap 4
dengan relaksasi seperti menonton
yang keluar dari
tv membaca buku, mendengarkan campuran air dan
musik ataupun melakukan hobi minyak kayu putih
tersebut selama 10-15
yang dimiliki. menit.
e. Olahraga dengan porsi yang cukup
Lampiran 6

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
CIREBON

Nama : Soka Reska Dena


NIM : P2.06.20.2.17.031

Pembimbing Utama : Edi Ruhmadi, S.Kep, M.Kes


Pembimbing Kedua : H. Aman Budi S., SPd, APP, M.Kes

Rekomendasi Paraf Pembimbing


No Tanggal Materi
Pembimbing 1 2
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Kamis, Cover Luar, 1. Tata cara penulisan
06 Februari 2020 Cover Dalam, cover harus sesuai
dan BAB I buku panduan.
Pendahuluan 2. Tambahkan data
angka kejadian asma
di Kabupaten Cirebon
jika ada.
3. Tambahkan data dan
fakta dari jurnal
penelitian.
4. Sistematika isi latar
belakang seperti
kerucut terbalik (dari
pernyataan umum
sampai khusus)
5. Tambahkan poin
analisis kesenjangan
di Tujuan Khusus
6. Sistematika cara
pengetikan lihat di
buku panduan.
2. Kamis, BAB II 1. Definisi diurutkan
13 Februari 2020 Tinjauan dari tahun terlama
Pustaka sampai tahun terbaru
atau sebaliknya.
2. Cari gambar anatomi
Lampiran 6

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


yang lebih jelas.
3. Perbaiki tata bahasa,
pemenggalan kata,
penomoran halaman.
4. Tambahkan
penatalaksanaan
medis.
5. Cara data teori
spesifik pada
pemeriksaan fisik.
6. Tabel intervensi
perbaiki.
7. Tambahkan definisi
tindakan dan respon
pada implementasi.
Jelaskan SOAPIER
pada evaluasi.
3. Jum’at, Cover Luar, 1. Judul dan nama
14 Februari 2020 Cover Dalam, lembaga jika sulit
BAB I dijadikan kerucut
Pendahuluan, terbalik maka font 12.
BAB III 2. Tambahkan data RS.
Metodologi 3. Jarak spasi antara
Proposal KTI. akhir kalimat dan sub
judul selanjutnya 2
spasi.
4. Tambahkan kalimat
“asuhan keperawatan
secara komprehensif”
di point Desain KTI.
4. Selasa, BAB II 1. Bentuk tabel
18 Februari 2020 Tinjauan klasifikasi utuh, font
Pustaka dalam tabel boleh
ukuran font 10.
2. Tambahkan data dan
teori dampak
kebutuhan dasar
manusia bagi klien
dengan asma.
5. Rabu, BAB III 1. Pada point batasan
19 Februari 2020 Metodologi istilah tambahkan
Proposal KTI pengertian klien,
respirasi ganti dengan
istilah sistem
pernapasan.
Lampiran 6

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


2. Point Lokasi dan
Waktu jadikan dua
subjudul, seperti:
3.4.1 Lokasi
3.4.2 Waktu
6. Kamis, BAB II ACC untuk diajukan
20 Februari 2020 Tinjauan sidang proposal.
Pustaka

7. Senin, BAB III ACC untuk diajukan


24 Februari 2020 Metode sidang proposal.
Proposal KTI

8. Rabu, Cover, BAB I Cover, BAB I, II, III


26 Februari 2020 Pendahuluan, ACC untuk diajukan
BAB II sidang proposal.
Tinjauan
Pustaka, dan
BAB III
Metode
Proposal KTI
9. Kamis, BAB IV Hasil 1. Tanggal diperbaiki
09 April 2020 Studi Kasus
2. Gali riwayat penyakit
dan keluarga yang ada
Pembahasan hubungannya dengan
penyakit klien
sekarang, tambahkan
dalam genogram jika
ada penyakit genetic.
3. Pengkajian nervus
cranial dibuat dalam
bentuk tabel.
10. Senin, BAB IV Hasil 1. Hilangkan kata hasil
13 April 2020 Studi Kasus inspeksi, palpasi,
dan perkusi, dan auskultasi
Pembahasan sistem pemeriksaan
fisik.
2. Sesuaikan Do dan Ds
di analisa data dengan
di pengkajian.
11. Senin, BAB IV Hail 1. Tanggal diperbaiki
20 April 2020 Studi Kasus
dan
Pembahasan
Lampiran 6

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


12. Rabu, BAB V 1. Tambahkan kesimpulan
22 April 2020 Penutup untuk tahap pengkajian.

13. Jum’at, BAB IV Hail BAB IV ACC untuk


24 April 2020 Studi Kasus diajukan sidang Karya
dan Tulis Ilmiah/ TA.
Pembahasan
14. Senin, BAB V BAB V ACC untuk
27 April 2020 Penutup diajukan sidang Karya
Tulis Ilmiah/ TA.

15. Kamis, Seluruh BAB BAB 1 s/d BAB V ACC


30 April 2020 untuk diajukan siding
Karya Tulis Ilmiah/ TA.

Mengetahui,
Program Studi Keperawatan Cirebon
Ketua,

Edi Ruhmadi, S.Kep, M.Kes.


NIP.197012071993031001
Lampiran 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : SOKA RESKA DENA


Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 09 September 1998
Alamat : Jl. Gn. Galunggung DXI No. 32 RT 03/ RW 15
Perumnas Galunggung, Kota Cirebon.
Hobi : Nonton Film
Motto Hidup : ”Teruslah berusaha dan pantang menyerah walaupun
hasil tidak sesuai kehendak”
Riwayat Pendidikan : 1. TK Tunas Ciremai Giri Kota Cirebon (2004-
2005)
2. Sekolah Dasar Negeri Galunggung (2005-2011)
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Kota
Cirebon (2011-2014)
4. Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Kota Cirebon
(2014-2017)
5. Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Kampus
Cirebon Jurusan Keperawatan Program Studi
DIII Keperawatan Cirebon (2017-2020)
Riwayat Organisasi : 1. Anggota Paskibra SMPN 7 Cirebon (2012-2014)
2. Anggota Pramuka SMAN 6 Cirebon (2014-2015)
3. Anggota PMR SMAN 6 Cirebon (2015 - 2016)
4. Anggota Komunitas Sahabat Beasiswa (Maret
2020 - sekarang)

Anda mungkin juga menyukai