Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Section Caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio Caesaria adalah
cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan
perut atau vagina. Atau disebut juga histeromia untuk melahirkan janin dari dalam
lahir (Mochtar, 1998).
Sectio Caesaria adalah proses keluarnya janin melalui insisi yang dibuat pada
dinding abdomen dan uterus. Tindakan ini dipertimbangkan sebagai pembedahan
abdomen mayor. Sebelum ada prosedur pembedahan yang aman, pelahiran melalui
abdomen ini dilakukan pada keadaan ibu akan meninggal dan bayi baru lahir akan
terselamatkan.
World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata section
caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia. Rumah
sakit pemerintah kira-kira 11% sementara rumah sakit swasta bisa lebih dari 30%
(Gibbson L. et all,210).
Di indonesia angka kejadian section caesarea mengalami peningkatan pada
tahun 2000 jumlah ibu bersalin dengan section caesarea 47,22%, tahun 2001 sebesar
45,19%, tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar
53,2%, tahun 2005 sebesar 51,59%, dan tahun 2006 sebesar 53,68% dan tahun 2007
belum terdapat data yang signifikan, tahun 2009 sebesar 22,8% (Depkes RI,2012).
Di Jawa Barat angka kejadian sectio caesarea di rumah sakit pemerintah
sekitar 15-21% sedangkan di rumah sakit swasta sekitar 24-27% dari total persalinan
tahun 2012 (Dinkes Jabar,2012).
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Jawa Barat pada tahun 2009 jumlah
persalinan dengan proses sectio caesarea sebanyak 23,53% dari total persalinan, yaitu
1.245 kasus persalinan sectio caesarea (Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2010).
Tahun 2012 jumlah persalinan sectio caesarea yaitu mencapai 89,32% dari
total persalinan yaitu sebanyak 171.205 kasus persalianan (Profil Kesehatan Jawa
Barat Tahun 2012).

1
Peran perawat dalam menangani ibu post sectoin caesarea (SC) adalah
memberikan edukasi atau pendidikan tentang pengobatan, dan perawatan setelah
persalinan. Perawat memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan
keperawatan yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam memberikan “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post
SC” sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari dengan memberikan penjelasan
tentang setelah melahirkan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu “Bagaimanakah asuhan
keperawatan yang diberikan pada ibu post SC (Sectio Caesaria)?”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah untuk mempelajari dan
mengetahui asuhan keperawatan padaibu post SC (Sectio Caesaria).
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini yaitu:
a. Mengetahui konsep dari Sectio Caesaria (SC)
b. Mengetahui pengkajian pada ibu post SC (Sectio Caesaria)
c. Mengetahui diagnosa keperawatan pada ibu post SC (Sectio Caesaria)
d. Mengetahui intervensi keperawatan pada ibu post SC (Sectio Caesaria)
e. Mengetahui implementasi keperawatan pada ibu post SC (Sectio Caesaria)
f. Mengetahui evaluasi keperawatan pada ibu post SC (Sectio Caesaria)

2
BAB II

SECTIO CAESARIA (SC)

A. Definisi
Section Caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio Caesaria adalah
cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan
perut atau vagina. Atau disebut juga histeromia untuk melahirkan janin dari dalam
lahir (Mochtar, 1998).
B. Tujuan Section Caesarea
Tujuan section caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya
pendarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan mencegah segmen bawah
rahim.
C. Jenis – jenis Sectio Caesaria
1. Sectio caesarea transperitonealis

Gambar 2.1. Sectio caesarea transperitonealis


Sumber : https://ayunisawitri.wordpress.com
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada coprus
uteri yang mempunyai kelebihan mengeluarkan janin lebih cepat, tidak
mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan biasa di
perpanjang proksimal atau distal. Sedangkan kekurangnnya adalah infeksi
mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonialisasi
yang baik dan untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan.

3
2. Sectio caesarea klasik (korporal)

Gambar : 2.6. Sectio caesarea klasik (korporal)

Sumber : Buku Maternal-Newborn Nursing

Dilakukan dengan membat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Berikut adalah kelebihannya :
a. Mengeluarkan janin lebih memanjang
b. Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangannya :

a. Infeksi mudah menyebar pada bagian peritonium karena tidak ada robekan
peritonium yang baik
b. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi robekan uteri spontan
c. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan
dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah
dapat terjadi pada akhir kehamilan,sedangkan pada luka bekas SC profunda
biasanya baru terjadi dalam persalinan
d. Untuk mengurangi kemunkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya klien yang
telah mengalami SC untuk menunda kehamilan. Sekurang-kurangnya selama
2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan
baik.

4
3. Sectio caesarea ismika (profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah uterus
(low cervical transfesal) kira-kira sepanjang 10cm.

Gambar : 2.7. Sectio caesarea ismika (profunda)


Sumber : https://medianers.blogspot.com/2017/07/jenis:sayatan-operasi-
caesar.html?m=1

4. Etiologi
Menurut Manuaba (2002), indikasi ibu dilakukan Sectio Caesaria adalah ruptur
uteri iminen, pendarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distress dan janin besar melebihi 4000gr. Dari beberapa factor diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab section Caesaria sebagai berikut:
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
Chepalo Pelvik Disproportion adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Nilai normal panggul kurang lebih 80 cm .Tulang-
tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir
secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis
juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus
dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk
rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.

5
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-Eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah pendarahan dan
infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
a. Manifestasi klinis
Menurut Heffiner & Schust (2099) tanda dan gejala preeklamsi sebagai
berikut :
a) Sakit kepala hebat
b) Gangguan penglihatan, misalnya pandangan hilangnya secara
sementara, menjadi kabur, atau sensitif terhatap cahaya
c) Stroke
d) Kebutaan
b. Konmplikasi
Menurut Manuba (2009) komplikasi preeklamsi adalah sebagai berikut :
a) Kematian maternal yaitu kerusakan pusat vital pada medula oblongata,
trauma akibat konvulsi, perdarahan pasca partum atau perdarahan
solusio plasenta, dan kegagalan total organ vital (kegagalan fungsi
liver, kegagalan fungsi ginjal, dekompensasio kordis akut/cardiac
arrest, kematian perinatal janin intrauteri).
b) Kematian perinatal janin intrauteri
Kematian perinatal janin intrauteri terdari akibat solusio plasenta,
asfiksia berat intrauteri akibat vasokontriksi berat, bila hasil konsepsi
tetap hidup dapat terjadi berar badan lahir rendah dan intrauterine
growth retardation.

3. KPD (Ketuban Pecah Dini)


Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm diatas 37 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Caesar. Namun pada kelahiran
kembar memiliki risiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi dibandungkan dengan

6
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau
salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala mengadah
2) Presentasi muka

Gambar : 2.7. Kelainan pada letak kepala

Sumber : https://nakita.grid.id/read/027015/ibu-hamil-perlu-tahu-ini-3-penyebab-proses-
melahirkan-lama-?page=all

3) Presentasi Dahi

Gambar : 2.8. Presentasi Dahi

Sumber : https://docplayer.info/52239520-Bab-ii-disproporsi-kepala-panggul.html

7
b. Kelainan pada letak sungsang
Kelainan letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah cavum uteri. Dikenal
beberapa letak jenis sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.
(Syaifudin,2002).

5. Manifestasi Klinis Post Sectio Caesaria


Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerluka perawatan yang lebih komprehensif
yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum. Manifestasi klinis post
section caesaria menurut Doenges (2001) antara lain:
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
6. Emosi labil atau perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
7. Biasanya terpasang kateter urine
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesicular
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan (cyto) maka biasanya kurang paham
prosedur
12. Bonding atau attachment pada anak yang baru dilahirkan

8
6. Patofisiologi
Kelainan/hambatan selama hamil dan proses persalinan misalnya : plasenta
previa sentralis/lateralis, panggul sempit, disproporsi chepalo pelvic, ruptur
uteri mengancam, partus lama/tidak maju, preeklamsi, distonia serviks,
malpresentasi janin.

Sectio caesarea Kurang ansietas


(SC) informasi

Insisi dinding
Luka post op. Tindakan
abdomen
SC ansietas

Terputusnya inkouitas Tindakan anestesi


Resiko infeksi
jaringan, pembuluh darah,
dan saraf-saraf di sekitar
daerah insisi Imobilisasi
Merangsang
pengeluaran Defisit perawatan
histamin Intoleransi
aktivitas diri

Nyeri akut

Sumber: Saifuddin, Mansjoer &Prawirohardjo,2000

9
7. Pemeriksaan diagnosis/penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit
8. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
Pada 24 jam pertama klien puasa pasca operasi, maka pemberia cairan
perintravena harus cukup banyak dan mengandung agar tidak terjadi hipotermi,
dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang bisa diberikan
biasanya Dextrose (DS) 10% garam fisiologi dan Ringer Laktat (RL) secara
bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan tranfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya diberikan setelah klien flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah
sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan
air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan miring kiri dapat dimulai sejak 6-10
b. jam setelah operasi
c. Latihan pernafasan dapat dilakukan klien sambil tidur terlentang sedini
mungkin setelah sadar
d. Hari kedua post operasi, klien dapat didudukan menjadi posisi setenga duduk
(semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, klien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke 3 sampai hari ke 5 pasca operasi
4. Kateterisasi

10
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada klien,
menghalangi involusi dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang
24-48 jam / lebih lama lagi tergantung operasi dan keadaan klien
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
c. Obat-obatan lain
d. Perawatan luka
6. Perawatan rutin
7. Perawatan payudara
9. Komplikasi sectio caesarea
1. Infeksi puerpuralis (infeksi luka jalan lahir)
a. Ringan : dengan kenaikan suhu 2 hari pada hari ke-10 pasca persalinan
b. Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau perut
sedikit kembung
c. Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai
pada partus dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena
ketuban yang telah pacah terlalu lama
2. Perdarahan disebabkan karena :
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia uteri
c. Perdarahan pada plasenta
3. Luka pada kandung kemih, emboli pada keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasi terlalu tinggi. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah
kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya
bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah
sectio caesarea klasik.
https://www.academia.edu/11316503/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASUHAN_K
EPERAWATAN_PADA_PASIEN_POST_PARTUM_DENGAN_SECTIO_CAESA
RIA

11
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
POST SC (SECTIO CAESARIA)
1. Pengkajian
a. Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan, alamat dan tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian. Pada pasien
post section caesaria keluhan utamanya berupa nyeri pada area abdomen yaitu luka
operasi.
c. Riwayat Obstetri dan Ginekologi.
Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyaknya, lamanya, dan
HPHT. Kaji juga riwayat persalinan sebelumnya seperti apakah pernah SC dengan
indikasi plasenta previa, solusio plasenta, bayi letak sungsang atau yang lainnya.
Kaji riwayat nifas sebelumnya dan riwayat keluarga berencana yang meliputi
akseptor KB, masalah KB dan rencana KB.
d. Data Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan informasi mengenai hal-hal yang menyebabkan klien mengalami
keluhan, hal apa saja yang mendukung dan mengurangi, kapan, dimana, dan
berapa jauh keluhan tersebut dirasakan klien. Hal tersebut dapat diuraikan
dengan metode PQRST sebagai berikut:
a) Paliatif/ Provokatif : Merupakan hal yang menyebabkan terjadinya nyeri
pada abdomen, faktor pencetusnya adalah post op section caesarea.
b) Qualitatif/ Quantitas : Merupakan gambaran keluhan yang dirasakan klien
dan sejauh mana tingkat keluhannya seperti berdenyut, ketat, tumpul atau
tusukan.
c) Region/ Radiasi : Merupakan lokasi keluhan yang dirasakan oleh klien dan
penyebarannya.
d) Scale/ Serverity : Merupakan intensitas keluhan tersebut sampai menggangu
atau tidak. Biasanya pada kasus section caesarea nyeri selalu mengganggu
dengan skala 7-8 dari 0-10.

12
e) Timing : Merupakan waktu dimulainya keluhan dan lamanya keluhan
berlangsung. Biasanya pada luka section caesarea dirasakan secara terus-
menerus.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit lain atau terdahulu yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang. Maksudnya klien pernah mengalami penyakit yang sama. Misalnya
plasenta previa.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji ada atau tidaknya anggota keluarga yang menderita penyakit yang
diturunkan secara genetic, menular, kelainan kongenital atau gangguan kejiwaan
yang pernah diderita oleh keluarga.
e. Activity Daily Living (ADL)
1) Nutrisi
Kaji pola makan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (kalori, protein,
vitamin, serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan) dan nafsu makan.
Kaji juga pola minum, jumlah dan frekuensi minum. Kehilangan nafsu makan
mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
2) Personal Hygiene
Kaji pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut pasca
melahirkan, kebersihan genetalia, pola berpakaian dan tata rias rambut dan wajah.
3) Eliminasi
Kaji klien dipasang kateter atau tidak. Kaji pola BAK, frekuensi, jumlah, warna,
baud an konsistensi. Kaji juga frekuensi, jumlah, warna, bau dari BAK.
4) Aktivitas
Kaji kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri dan melakukan eliminasi serta kemempuan menyusui.
5) Istirahat dan Tidur
Kaji pola istirahat klien, lamanya beristirahat, rasa tidak nyaman yang
mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau
gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur.
f. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien dengan section caesaria akan mengalami kelemahan.
b. Kesadaran

13
Pada umumnya komposmentis. Efek anestesi akan berpengaruh selama 2
sampai 6 jam setelah tindakan operasi.
c. Tanda-Tanda Vital
Hal-hal yang dilakukan pada pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien post
section caesaria biasanya tekanan darah menurun, suhu meningkat, nadi
meningkat dan pernapasan meningkat.
d. Sistem Pernapasan
Kaji bentuk hidung, ada tidaknya secret pada lubang hidung, ada tidaknya
pernapasan cuping hidung, gerakan dada selama bernapas simetris atau tidak,
frekuensi napas.
e. Sistem Pengindraan
Kaji ketajaman penglihatan, pergerakan mata, proses pendengaran,
kebersihan pada lubang telinga, ketajaman penciuman dan fungsi bicara serta
fungsi pengecapan.
f. Sistem Cardiovaskuler
Kaji keadaan konjungtiva, keadaan warna bibir, ada atau tidaknya peninggian
vena jugularis, auskultasi bunyi jantung pada daerah dada dan pengukuran
tekanan darah serta pengukuran nadi.
g. Sistem Pencernaan
Kaji keadaan mulut, gigi, lidah dan bibir, peristaltik usus, ada tidaknya
distensi abdomen, ada atau tidaknya massa atau nyeri tekan pada daerah
abdomen.
h. Sistem Muskuloskeletal
Kaji keadaan derajat ROM pada tungkai bawah, ketidaknyamanan atau nyeri
pada waktu bergerak, serta keadaan tonus dan kekuatan otot pada ekstremitas
bagian bawah dan atas. Kaji juga adanya edema, varises, homan signs dan
musculus diastasis rektus abdominis.
i. Sistem Persyarafan
Kaji adanya gangguan-gangguan yang terjadi ke-12 sistem syaraf.
j. Sistem Perkemihan
Kaji keadaan yang terjadi pada kandung kemih, warna urine, bau urine, dan
pengeluaran urin.
k. Sistem Reproduksi
1) Payudara

14
Kaji bentuk, ukuran dan kesimetrisan payudara, bentuk puting susu,
hiperpigmentasi aerola, ada tidaknya nyeri dan benjolan/ massa pada
payudara. Kaji juga pengeluaran ASI (Kolostrum).
2) Tinggi Fundus Uterus
Ukur tinggi fundus uteri (sesuai/ tidak dengan involusi uterus), kontraksi
uterus (baik/ tidak), konsistensi uterus (lunak/ tidak).

3) Lochea
Kaji pengeluaran lochea (warna, konsistensi, jumlah pendarahan dan
bau). Menurut Reeder, 1997 jumlah pengeluaran lochea terbagi atas:
 Lochea rubra berlebihan (noda pada pembalut > 6 inchi antara 50-80
cc)
 Lochea rubra cukup (noda pada pembalut < 6 inchi antara 25-50 cc)
 Lochea rubra kurang (noda pada pembalut < 4 inchi antara 10-25 cc)
 Lochea rubra kurang sekali (noda pada pembalut < 1 inchi kurang 10
cc)
l. Sistem Intergumen
Kaji keadaan kulit, rambut dan kuku, turgor kulit, pengukuran suhu serta
warna kulit dan penyebaran rambut.
m. Sistem Endokrin
Kaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, reflex menelan serta
pengeluaran ASI dan kontraksi.
n. Sistem Imun
Kaji keadaan limfe, ada tidaknya pembesaran pada kelenjar limfe.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul yaitu:
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dalam pembedahan (sectio
caesaria).

15
b. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ kulit rusak akibat
pembedahan (sectio caesaria).
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi.
d. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan nyeri akibat tindakan
pembedahan dan anestesi.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum akibat proses
pembedahan.

16
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
Nyeri akut Setelah diberikan asuhan a. Lakukan pengkajian secara a. Mempengaruhi pilihan
berhubungan keperawatan diharapkan komprehensif tentang nyeri pengawasan keefektifan
dengan trauma nyeri klien berkurang / meliputi lokasi, karakteristik, intervensi
jaringan dalam terkontrol dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas,
pembedahan hasil : intensitas nyeri dan faktor
(section caesaria). presipitasi.
a. Mampu mengontrol
b. Observasi respon nonverbal dari b. Tingkat ansietas dapat
nyeri (mengetahui
ketidaknyamanan. mempengaruhi persepsi atau
penyebab nyeri,
reaksi terhadap nyeri.
mampu
c. Ajarkan menggunakan teknik c. Memfokuskan kembali perhatian,
menggunakan teknik
nonanalgetik (relaksasi, latihan meningkatkan kontrol dan
nonfarmakologi
napas dalam,, sentuhan meningkatkan kemampuan harga
untuk mengurangi
terapeutik, distraksi.) diri dan kemampuan koping.
nyeri).
d. Kontrol faktor - faktor d. Memberikan ketenangan kepada
b. Melaporkan bahwa
lingkungan yang yang dapat klien sehingga nyeri tidak
nyeri berkurang
mempengaruhi respon klien bertambah
dengan menggunakan
terhadap ketidaknyamanan
manajemen nyeri.
(ruangan, suhu, cahaya, dan
c. Mampu mengenali
suara)

17
nyeri (skala, e. Kolaborasi untuk penggunaan e. Analgetik dapat mengurangi
intensitas, frekuensi kontrol analgetik, jika perlu. mediator kimiawi nyeri pada
dan tanda nyeri). reseptor nyeri sehingga dapat
d. Menyatakan rasa mengurangi rasa nyeri.
nyaman setelah nyeri
berkurang.
e. Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal.
Risiko infeksi Setelah diberikan asuhan a. Anjurkan dan gunakan teknik a. Membantu mencegah atau
berhubungan keperawatan selama mencuci tangan dengan benar. membatasi penyebaran infeksi.
dengan trauma diharapkan risiko infeksi Buang pembalut parineal dan
jaringan/ kulit terkontrol dengan linen terkontaminasi dengan
rusak akibat indikator: tepat.
pembedahan b. Klien yang berat badannya 20%
a. Klien terbebas dari b. Kaji status nutrisi klien.
(sectio caesaria). Perhatikan penampilan rambut, dibawah berat normall, atau yang
tanda dan gejala
kuku, jari, kulit dan sebagainya. anemia atau malnutrisi, lebih
infeksi.
Perhatikan berat badan sebelum rentan terhadap infeksi pasca
b. Mendeskripsikan
hamil dan penambahan berat partum dan dapat memerlukan diet
proses penularan
badan prenatal. khusus.
penyakit , faktor yang
c. Dorong masukan cairan oral dan c. Mencegah dehidrasi;
mempengaruhi
diet tinggi protein, vitamin C memaksimalkan volume sirkulasi
penularan serta

18
penatalaksanaannya. dan zat besi dan aliran urin. Protein dan
c. Menunjukkan viyamin C diperlukan untuk
kemampuan untuk pembentukkan kolagen; zat besi
mencegah timbulnya diperlukan untuk sintesis Hb.
infeksi.
d. Jumlah leukosit dalam d. Inspeksi balutan abdominal d. Balutan steril menutupi luka dan
batas normal. terhadap eksudat atau rembesan. melindungi luka dari cedera /
e. Menunjukkan perilaku Lepaskan balutan jika terdapat kontaminasi. Rembesan dapat
hidup sehat. rembesan eksudat. menandakan terjadinya hematoma
yang memerlukan intervensi lanjut
e. Inspeksi insisi terhadap proses e. Tanda-tanda ini menandakan
penyembuhan. Perhatikan infeksi luka, biasanya oleh
kemerahan, edema, nyeri, streptococcus, stapilococus, atau
eksudat atau gangguan spesies Pseudomonas.
penyatuan.
f. Lakukan perawatan luka dengan f. Meminimalisir adanya kontaminasi
teknik aseptic pada luka yang dapat
menimbulkan infeksi.
g. Kaji suhu, nadi dan jumlah sel g. Demam setelah pasca operasi hari
darah putih. ketiga, leukositosis, dan takikardia
menunjukkan infeksi. Peningkatan
suhu sampai 38,3oC dalam 24 jam

19
pertama sangat mengindikasikan
infeksi.
h. Kolaborasi penggunaan h. Antibiotik dapat menghambat
antibiotik sesuai indikasi proses infeksi

Ansietas Setelah diberikan asuhan a. Dorong keberadaan/ partisipasi a. Memberikan dukungan emosional;
berhubungan keperawatan diharapkan dari pasangan. dapat mendorong pengungkapan
dengan kurangnya ansietas klien berkurang masalah.
informasi tentang dengan kriteria hasil : b. Observasi respon nonverbal b. Ansietas seringkali tidak
prosedur a. Mengidentifikasi cara klien (misalnya: gelisah) dilaporkan secara verbal namun
pembedahan, untuk menurunkan berkaitan dengan ansietas yang tampak pada pola perilaku klien
penyembuhan, dan atau menghilangkan dirasakan secara nonverbal
perawatan post ansietas. c. Dukung dan arahkan kembali c. Mendukung mekanisme koping
operasi b. Melaporkan bahwa mekanisme koping dasar, meningkatkan rasa percaya
ansietas sudah diri klien sehingga menurunkan
menurun ketingkat ansietas
yang dapat diatasi. d. Berikan informasi yang benar d. Kurangnya informasi dan
c. Klien terlihat rileks, mengenai prosedur misinterpretasi klien terhadap
dapat tidur/ istirahat pembedahan, penyembuhan, informasi yang dimiliki
dengan benar. dan perawatan post operasi. sebelumnya dapat mempengaruhi
ansietas yang dirasakan
e. Evaluasi perubahan ansietas e. Mengidentifikasi keefektifan
yang dialami klien secara intervensi yang telah diberikan

20
verbal
Defisit perawatan Setelah diberikan asuhan a. Kaji tingkat kemampuan klien a. Mungkin klien tidak mengalami
diri mandi keperawatan di harapkan untuk merawat diri. perubahan berarti, tetapi
berhubungan
klien mampu memenuhi perdarahan massif perlu di
dengan kelemahan
fisik akibat kebutuhan perawatan waspadai untuk mencegah
tindakan anestesi dirinya dengan kriteria kondisi klien lebih buruk.
dan pembedahan.
hasil: b. Pastikan berat/ durasi b. Nyeri berat mempengaruhi
ketidaknyamanan. Perhatikan respons emosi dan perilaku,
a. Klien terlihat bersih
adanya sakit kepala sehingga klien mungkin tidak
dan terawat.
pascaspinal. mampu berfokus pada aktivitas
b. Klien dapat
perawatan diri sampai kebutuhan
memenuhi kebutuhan
fisiknya terhadap kenyamanan,
perawatanya secara
terpenuhi. Sakit kepala berat
mandiri
dihubungkan dengan posisi tegak
memerlukan modifikasi
aktivitas-aktivitas dan bantuan
tambahan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan individu.
c. Berikan bantuan sesuai c. Memperbaiki harga diri;
kebutuhan dengen hygiene meningkatkan perasaan
(mis., perawatan mulut, mandi, kesejahteraan.
gosokan punggung, dan

21
perawatan parineal).
d. Berikan agens analgesic setiap d. Menurunkan ketidaknyamanan,
3-4 jam, sesuai kebutuhan yang dapat mempengaruhi
kemampuan untuk melaksanakan
perawatan diri.

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan a. Kaji tingkat kemampuan klien a. Untuk mengukur tingakat
berhubungan keperawatan di harapkan untuk berpindah dari tempat kemampuan klien berkativitas
dengan kelemahan kllien dapat melakukan tidur, berdiri, ambulasi, dan dan menentukan intervensi yang
umum akibat aktivitas mandiri tanpa melakukan aktifitas. tepat.
proses adanya komplikasi
pembedahan. Kriteria Hasil : b. Pantau asupan nutrisi untuk b. Mengatur penggunaan energy
memastikan sumber-sumber untuk mengatasi atau mencegah
a. Klien mampu
energy yang adekuat. kelelahan dan mengoptimalkan
melakukan
fungsi.
aktivitasnya secara
c. Pantau dan dokumentasikan c. Memfasilitasi siklus tidur/ bangun
mandiri
pola tidur klien dan lamanya yang teratur.
waktu tidur dalam jam.
d. Anjurkan klien latihan fisik : d. Menggunakan gerakan tubuh aktif
mobilisasi atau pasif untuk mempertahankan
atau memperbaiki fleksibilitas
sendi.

22
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. (Gordon 1994
dalam Potter&Perry 1997).
Implementasi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,
pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau
tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan (Depkes, 1993). Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan dan diarahkan untuk menentukan respon klien terhadap intervensi
keperawatan serta sampai mana tujuan/ kriteria hasil sudah dicapai. Tujuan dari evaluasi
yaitu untuk menentukan kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
dan menilai efektivitas rencana keperawatan atau strategi asuhan keperawatan.
Jenis-jenis dari evaluasi yaitu:
a. Evaluasi proses atau formatif
Merupakan evaluasi yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan.
b. Evaluasi hasil atau sumatif
Merupakan evaluasi yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada
tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.
Ada beberapa bentuk format dokumentasi yang dapat digunakan perawat untuk
mengidentifikasi dan mengatasi masalah klien, yaitu:
a. SOAP
Format SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal klien.
S : Subjektive (Pernyataan yang dikeluhkan oleh klien)
O : Objektive (Data yang diobservasi oleh oleh perawat)
A : Analisis (Kesimpulan dari data subjektif dan objektif)
P : Planning (Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis)

23
b. SOAPIER
Format SOAPIER lebih tepat digunakan apabila rencana pasien ada yang akan
dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan.
S : Subjective  Pernyataan atau keluhan pasien
O : Objective  Data yang diobservasi
A : Analisis  Kesimpulan berdasarkan data objektif dan subjektif
P : Planning  Apa yang dilakukan terhadap masalah
I :Implementation  Bagaimana dilakukan
E : Evaluation  Respons pasen terhadap tindakan keperawatan
R : Revised  Apakah rencana keperawatan akan dirubah

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelahiran Sectio Caesaria adalah pelahiran janin melalui insisi yang
dibuat pada dinding abdomen dan uterus. Tujuan section caesarea (SC)
adalah untuk mempersingkat lamanya pendarahan dan mencegah terjadinya
robekan serviks dan mencegah segmen bawah rahim.
Asuhan keperawatan klien dengan post sectio caesaria meliputi 5
proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi. Diagnosa keperawatan dari klien
dengan post section caesaria adalah 1) Nyeri akut berhubungan dengan
trauma jaringan dalam pembedahan (sectio caesaria). 2) Risiko infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan/ kulit rusak akibat pembedahan (sectio
caesaria). 3) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
prosedur pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi. 4) Defisit
perawatan diri mandi berhubungan dengan nyeri akibat tindakan
pembedahan dan anestesi. 5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum akibat proses pembedahan.

B. Saran
Keterampilan dalam membuat Asuhan Keperawatan merupakan
kewajiban bagi mahasiswa perawat. Untuk itu penulis menyusun makalah
ini sebagai sumber informasi untuk menunjang kelancaran proses
pembelajaran juga sebagai informasi dalam pembuatan laporan praktikum
klinik.

25
DAFTAR PUSTAKA

Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi &


Keluarga. Jakarta: EGC

Doengoes, Marylin. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. Jakarta :


EGC

Judith M Wilkinson. 2016. Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC

Nurbaeti Irma, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta : Mitra Wacana Media

Durham & Champ. 2014. Maternal-newborn Nursing: The Critical Components of


Nursing Care. Philadephia: F.A Davis Company

Amin & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction

Penulis:AnggraMade,https://www.academia.edu/1136503/LAPORAN_PENDAHUL
UAN_ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_POST_PARTUM_DENGAN_S
ECTIO_CAESARIA (diakses pada tanggal 04 Maret 2019)

Penulis : Nick Budi Arsa, https://www.academia.edu/29001826/


LAPORAN_PENDAHULUAN_PASIEN_DENGAN_POST_SECTIO_CAES
AREA_SC (diakses pada tanggal 04 Maret 2019)

Penulis :Noermayanti, https://www.slideshare.net/mobile/septianraha/asuhan-


keperawatan-pada-klien-ny-r-dengan-post-op-sectio-caesarea (diakses pada
tanggal 27 Maret 2019)

26

Anda mungkin juga menyukai