PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah
satu sebab. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga dan
rumah tangga. Trauma musculoskeletal biasanya menyebabkan disfungsi struktur
disekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya. Gangguan yang
paling sering terjadi akibat trauma muskuloskeletal adalah kontusi, strain,sprain, dislokasi
dan sublukasi serta fraktur. Trauma yang dialami seseorang akan menyebabkan berbagai
masalah.
Di masyarakat, seorang perawat perlu mengetahui perawatan klien trauma
musculoskeletal yang mungkin dijumpai, baik di jalan maupun selama melakukan asuhan
keperawatan di rumah sakit. Selain itu, ia perlu mengetahui dasar-dasar penanggulangan
suatu trauma yang menimbulkan masalah pada sistem musculoskeletal dengan
melakukan penanggulangan awal dan merujuk ke rumah sakit terdekat agar mengurangi
resiko yang lebih besar. Banyak tindakan yang umum/lazim dilakukan perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien gangguan musculoskeletal. Tindakan yang
umum tersebut meliputi proses keperawatan peri-operatif, pemberian alat bantu, proses
keperawatan klien dengan pemasangan gips, peralatan luka dan pemasangan traksi.
Semua tindakan tersebut perlu diketahui perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien gangguan sistem musculoskeletal.
Demikian maka dianggap penting bagi kita untuk mengetahui pelaksanaan
tindakan yang dapat dilakukan pada klien trauma yang akan dibahas pada makalah ini
yaitu perawatan gips ( restrain ) dan traksi serta asuhan keperawatan yang bisa dilakukan
untuk mengurangi terjadinya resiko serta komplikasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah dari
makalah ini adalah “ Bagaimana Asuhan Keperawatan dan Perawatan pada gips ( restrain
) dan traksi?”
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk memahami dan mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dan cara
perawatan pada gips ( restrain ) dan traksi.
b. Tujuan Khusus
Untuk memahami dan mengetahui :
1. Pengertian gips dan traksi
2. Jenis – jenis gips dan traksi
3. Bahan – bahan gips
4. Pedoman pemasangan gips dan traksi
5. Prosedur membuka gips dan traksi
6. Perawatan gips dan traksi
7. Pencegahan dan komplikasi gips dan traksi
8. Pendidikan kesehatan atau edukasi gips
9. Rencana asuhan keperawatan gips
10. Rencana asuhan keperawatan traksi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Pengertian gips
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku, dicetak sesuai kontur tubuh
dimana gips dipasang. Tujuan pemasangan gips adalah untuk mengimobilisasi
bagianntubuh dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada
jaringan lunak yang terletak didalamnya. Gips dapat dapat digunakan untuk
mengimobilisasi fraktur yang telah direduksi, mengkoreksi deformitas, memberikan
tekanan merata pada jaringan lunak dibawahnya, memberikan dukungan dan stabilitas
bagi sendi yang mengalami kelemahan (Lukman, 2013).
2. Pengertian traksi
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi digunakan untuk
meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, menyejajarkan mengimobilisasi
fraktur, mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan di antara kedua
permukaan tulang. Untuk itu, traksi diperlukan untuk reposis dan imobilisasi pada
tulang panjang (Lukman, 2013).
Kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk
mendapatkan garis tarikan yang diinginkan. Efek traksi yang dipasang harus
dievaluasi dengan sinar-X, dan mungkin diperlukan penyesuaian. Indikasi traksi
adalah pada pasien fraktur dan atau dislokasi. Bila otot dan jaringan lunak sudah
rileks, berat yang digunakan harus diganti untuk memperoleh gaya tarikan yang
diinginkan.
B. Jenis – jenis
1. Jenis – jenis gips
a. Gips lengan
Klien yang lengannya dipasang gips mungkin mengalami kelelahan
sehubung dengan perubahan aktivitas dan berat gips itu sendiri, oleh karena itu
diperlukan banyak waktu istirahat. Untuk mengurangi dan mengontrol
pembengkakan, lengan yang diimobilisasi harus ditinggikan. Ketika klien
berbaring, lengan ditinggikan, dengan setiap sendi diposisikan lebih tinggi dari
sendi yang lebih proksimal ( misal, siku lebih tinggi dari sendi bahu, tangan lebih
tinggi dari siku) .
Bagi klien rawat jalan boleh dipasang sling (penggantung), untuk
mencegah tekanan pada saraf spinal leher, tekanan penggantung harus tersebar
pada daerah yang luas dan bukan hanya pada belakang leher saja. Klien
dianjurkan untuk sesering mungkin melepaskan penggantung dan meninggikan
lengan(Lukman, 2013).
b. Gips tungkai
Gips tungkai dapat berupa gips tungkai pendek yang memanjang sampai
lutut atau gips tungkai panjang yang memanjang sampai lipat paha. Tungkai
disangga dengan bantal sampai setinggi jantung untuk mengontrol
pembengkakan. Kompres es dapat diberikan bila perlu pada tempat fraktur dihari
pertama atau kedua.
Bagi klien duduk, harus dianjurkan meninggikan tungkai yang digips,
klien harus berbaring sesering mungkin dalam sehari dengan tungkai yang digips
ditinggikan untuk memeperbaiki aliran darah vena (Lukman, 2013).
c. Gips tubuh atau spika
Gips tubuh dipasang bila diperlukan imobilisasi tulang belakang, spika
panggul digunakan pada klien dengan patah leher, tulang femur, dan beberapa
pembedahan sendi panggul. Gips spika harus dipasang pada patah leher tulang
humerus. Klien harus diawasi terhadap sindrom gips.
Sebelum pemasangan gips, jelaskan prosedur yang akan dilakukan untuk
mengurangi kecemasan klien. Pemberian obat analgetik dan relaksasi diberikan
sebelum dilakukan prosedur, sehingga memungkinkan klien untuk bekerjasama.
Klien dimiringkan setiap dua jam setelah penatalaksanaan prosedur, untuk
memindahkan tekanan dan memungkinkan gips untuk mengeras, klien diputar ke
posisi tengkurap dua kali sehari sesuai toleransi (Lukman, 2013).
1.1 Bahan – bahan gips
a. Gips Plester
Gips tradisional dibuat dari bahan gips. Gips pembalut dapat
mengikuti kontur tubuh secara halus. Gulungan crinoline diimpregnasi
dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus (Kristal gypsum). Dalam
keadaan basah, terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas (
reaksi eksotermis). Kristalisasi menghasilkan pembalutan yang kaku.
Kecepatan terjadinya reaksi kira-kira 15-20 menit. Panas yang
dihasilkan selama reaksi ini sering mengganggu kenyamanan. Oleh
karena itu, air yang digunakan harus dingin. Gips harus ditempatkan di
tempat terbuka, agar panas dapat keluar secara maksimal . umumnya
gips sudah dingin setelah 15 menit.
Sementara menurut smeltzer dalam Lukman (2013), gips
memerlukan waktu 24-72 jam untuk mongering, bergantung pada
ketebalan dan kondisi kelembapan lingkungan. Gips yang baru saja
dipasang harus dibiarkan di ruangan bersikulasi baik sampai kering.
Pakaian dan linen tempat tidur dapat menghambat lepasnya
kelembapan. Gips yang kering berwarna putih mengkilap, berdenting
dan tak berbau, serta kaku. Gips basah berwarna abu-abu dan kusam,
perkusinya pekak, teraba lembab, dan berbau. Bantu klien untuk
berpindah tempat atau posisi setiap 2-3 jam untuk mencegah daerah
penekanan.
b. Gips Nonplester
Gips Nonplester adalah gips fiberglass ( sintesis ), bahan
poliuretan yang diaktivitasi air ini mempunyai sifat yang sama dengan
gips plester namun mempunyai kelebihan karena lebih ringan dan lebi
kuat, tahan air, serta tidak mudah pecah, sehingga sangat cocok untuk
orang tua. Di buatdari serat rajutan terbuka tak menyerap yang
diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan
kaku penuh dalam beberapa menit
Gips nonplester berpori- pori sehinnga dapat dapat mecegah
terjadinya masalah pada kulit. Tidak menjadi lunak bil kena air,
sehingga memungkinkan hidroterapi. Bila basah dapat dikeringkan
dengan pengering rambut yang diseteldingin. Pengeringan merata
sangat penting agar tidak melukai kulit (Lukman, 2013).
2. Jenis – jenis traksi
Traksi terbagi menjadi tiga jenis yakni, traksi manual, traksi kulit dan traksi
skelet (Byrne, 2014)
1. Selama 24 jam pertama, mencoba untuk menjaga ekstremitas anda lebih tinggi
dari letak jantung dan menggerakkan jari atau jari kaki sebanyak mungkin. Ini
akan membantu mengurangi pembengkakan apapun.
3. UNTUK KAKI - Tinggikan kaki anda pada bantal ketika beristirahat dan gunakan
kruk atau alat bantu berjalan seperti yang diinstruksikan oleh fisioterapis.
Kebiruan atau terlihat putih dari jari tangan atau kaki (bandingkan dengan tangan
atau kaki yang tidak cedera).
Terdapat nyeri tajam, gatal atau merasa seperti terbakar.
Jika salah satu di atas terjadi, mengangkat ekstremitas selama 20 menit dan jari / kaki
digerakan. Jika gejala tidak lega, segera melapor ke bagian gawat darurat rumah sakit
terdekat.
Perawatan Kulit
Pastikan anda tidak menggores bawah gips dengan benda tajam misalnya jarum
rajut, sumpit atau pena, dll. Walaupun anda dapat mendorong benda di bawah plester,
tetapi ini dapat menyebabkan ulkus pada kulit. Jika Anda curiga bahwa sebuah objek
berada di dalam gips, segera melapor ke bagian gawat darurat rumah sakit terdekat.
Cairan menodai plester, cairan berwarna kuning atau hijau menetes keluar.
Perawatan Gips
Dibutuhkan sekitar 48 jam untuk plester benar-benar kering. Saat beristirahat hindari
plester ditempatkan pada permukaan keras terlalu lama. Biarkan gips kering secara
alami dalam sirkulasi udara. Jauhkan dari panas langsung seperti pemanas, selimut
listrik, botol air panas dan pengering rambut.
Saat mandi hindari gips dari air secara langsung. Pastikan gips terlindungi dari air,
bila perlu bungkus gips dengan plastik, serta diikat bagian ujung-ujungnya dengan
pita perekat atau dengan karet.
Jika gips menjadi longgar, retak, dan lunak atau tidak lagi menjaga bagian tubuh yang
terluka bergerak, harap melapor ke Fisioterapi atau dokter terdekat
a. Mencuci tangan
b. Memakai handschoen
c. Mengatur posisi tidur pasien supinasi
d. Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa
e. Bila banyak rambut k/p di cukur
f. Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan bolpoint
g. k/p beri balsam perekat
h. Ambil skintraksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian medial dan lateral kaki
secara simetris dengan tetap menjaga immobilisasi fraktur
i. Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
j. Masukkan tali pada pulley katrol
k. Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5 kg
l. k/p pasang bantalan contertraksi atau bantal penyangga kaki
m. Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
n. Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan pesankan untuk manggil
perawat bila ada keluhan
o. Buka tirai/ pintu
p. Alat dikembalikan, dibersihkan dan dirapikan
q. Sarung tangan dilepas
r. Mencuci tangan
TRAKSI KULIT
TRAKSI SKELETAL
a. Cuci tangan
b. Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk mempertahankan tarikan
traksi yang optimal
c. Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung tangan steril
d. Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin, menggunakan lidi kapas dengan teknik
menjauh dari pin (dari dalam ke luar)
e. Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol RS
f. Tutup kassa di lokasi penusukan pin
g. Lepas sarung tangan
h. Buang alat – alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus infeksius
i. Cuci tangan
j. Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu dalam pergerakan di tempat
tidur selama ganti alat dan membersihkan area punggung/ bokong
k. Berikan posisi yang tepat di tempat tidur.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pemeriksaan Fisik
2). Keadaan penyakit : Akut, kronis, ringan, sedang berat pada kasus ini biasanya
akut.
3). TTV : Tidak normal karena ada gangguan baik fungsi juga bentuk.
Ada eritema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, edema, nyeri
tekan.
c). Kepala
Tidak ada gangguan yaitu : Normo chepalik, simetris, tidak ada penonjolan,
d). Leher
Tidak ada gangguan yaitu : simetris, tidak ada penonjolan.
e). Muka
Wajah terlihat tahan sakit, berbaring tidak ada perubahan fungsi juga bentuk,
tidak ada lesi, simetris, tak busung.
f). Mata
Tidak ada gangguan seperti konjongtiva tidak anemis (karena tidak terjadi
perdarahan).
g). Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal, tidak ada lesi atau nyeri
tekan.
h). Hidung
Tidak ada pembesaran amandel, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut
tidak pucat.
j). Paru-paru
c. Perkusi : Suara ketuk sonor, tidak ada redup atau suara tambahan lainnya.
d. Askultasi : Suara nafas normal, tidak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
k). Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung
l). Abdomen
b. Palpasi : Turgor baik, tidak ada defans muskuler, hepar tidak teraba.
m). Inguinal-Genetalia-Anus
6. Berikan aktivitas
pengalih.
3. Nyeri b.d TUM : 1. Berikan 1. Supaya klien
traksi dan Klien menyebutkan penyangga aman dan
imobilisasi peningkatan kenyamanan berupa papan tidak khawatir
pada tempat tidur akan jatuh.
TUK : dari kasur yang
1. Mengubah posisi padat.
sendiri sesering 2. Gunakan 2. Supaya
mungkin. bantalan kasur meminimalkan
2. Kadang-kadang khusus untuk terjadi ulkus
meminta analgesik meminimalkan pada klien dan
oral. terjadi ulkus. klien pun
merasa
nyaman.
3. Miringkan dan 3. Agar klien
rubah posisi klien ada perubahan
dalam batas-batas pada
traksi. kondisinya
semakin
membaik.
4. Bebaskan linen 4. Supaya klien
tempat tidur dari merasa
lipatan dan nyaman.
kelembaban.
5. Observasi setiap 5. Untuk
keluhan klien. mengetahui
keluhan yang
dirasakan
klien.
4. Kurang TUM : 1. Bantu klien 1. Supaya klien
perawatan Klien mampu melakukan memenuhi Bersih dan
diri (makan, perawatan diri. kebutuhannya terpenuhi
hygiene, sehari-harinya kebutuhannya.
atau TUK : seperti makan,
toileting) 1. Memerlukan sedikit mandi, dan
b.d traksi. bantuan pada saat berpakaian. 2. Agar klien
makan, mandi, 2. Dekatkan alat aman dan
berpakaian, dan bantu di samping tidak terjatuh
toileting. klien. dari tempat
tidurnya .
3. Supaya klien
3. Tingkatkan terlatih untuk
rutinitas untuk bisa bergerak
memaksimalkan secara optimal
kemandirian dalam proses
klien. penyembuhan
nya.
5. Gangguan TUM : 1. Dorong klien 1. Supaya otot
mobilitas Klien menunjukkan untuk melakukan dan sendi tidak
fisik b.d mobilitas yang meningkat. latihan otot dan kaku dan klien
proses sendi yang tidak akan lebih
penyakit TUK : diimobilisasi. mudah
dan traksi. 1. Melakukan latihan bergerak.
yang dianjurkan. 2. Supaya Fungsi
2. Menggunakan alat 2. Anjurkan klien sendi aktif
bantu yang aman. untuk kembali.
menggerakan
secara aktif
semua sendi. 3. Agar klien
3. Konsultasikan tahu mengenai
dengan ahli penuyakit nya
fisioterapi. dan sejauh
mana
perkembangan
nya.
4. Pertahankan gaya 4. Untuk
tarikan dan posisi menghindari
yang benar untuk jatuh dan
menghindari ketidaksejajara
komplikasi akibat n.
ketidaksejajaran.
(Lukman, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Lukman Ningsih, Nurna. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskulokeletal. Jakarta: Selemba Medika
https://www.scribd.com/document/356115361/Tata-Cara-Pemasangan-Traksi
https://www.scribd.com/doc/136455109/Panduan-Perawatan-Gips
https://rochim3107.wordpress.com/2014/04/17/modul-prosedur-perawatan-traksi-by-rcm/