Anda di halaman 1dari 23

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Dengan Diagnosa Medis Asma Bronkialis Di Puskesmas Sawan II

Tanggal 5 September 2022

Oleh:

Putu Nanik Widayani


NIM : 20089142134

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI NERS

2022
Lembar Pengesahan

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Dengan Diagnosa Medis Asma Bronkialis Di Puskesmas Sawan II

Tanggal 5 September 2022

Telah Diterima Dan Disahkan Oleh Clinical Teacher (CT) dan Clinical
Instructure (CI) Stase Keperawatan Dasar Profesi (KDP) Sebagai Syarat Memperoleh
Penilaian Dari Departement Stase Keperawatan Dasar Profesi Program Profesi Ners
STIKes Buleleng.

Clinical Instruktur (CI), Sawan , 5 September 2022


Ruang BP Puskesmas Sawan II Clinical Teacher (CT),
Stase Keperawatan Dasar Profesi
STIKes Buleleng,

dr. I Putu Edy Suastanaya, S.Ked.


NIP. 19790113 201412 1 001
………………………
………… NIK.
YAYASAN KESEJAHTERAAN WARGA KESEHATAN (YKWK)
SINGARAJA – BALI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


Program Studi : S1 Keperawatan, D3 Kebidanan dan Profesi Ners, TERAKREDITASI
Office : Jln. Raya Air Sanih Km. 11 Bungkulan Singaraja – Bali Telp. (0362) 3435034, Fax (0362) 3435033

LEMBAR KONSUL
Nama : Komang Karseni
NIM 20089142134
Clinical Instructure (CI) : dr. I Putu Edy Suastanaya, S.Ked.
Judul LP/LK : Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif Dengan Diagnosa Medis ISPA Di
Puskesmas Seririt II Tanggal 12 Nopember 2020

Hari/
Materi Catatan Pembimbing Paraf
No tanggal

Clinical Instructure (CI)


Ruang Balai Pengobatan
Puskesmas Seririt II

dr. I Putu Edy Suastanaya, S.Ked.


NIP. 19790113 201412 1 001
YAYASAN KESEJAHTERAAN WARGA KESEHATAN (YKWK)
SINGARAJA – BALI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


Program Studi : S1 Keperawatan, D3 Kebidanan dan Profesi Ners, TERAKREDITASI
Office : Jln. Raya Air Sanih Km. 11 Bungkulan Singaraja – Bali Telp. (0362) 3435034, Fax (0362) 3435033

LEMBAR KONSUL
Nama : Komang Karseni
NIM 20089142134
Clinical Teacher (CT) : ………………………...
Judul LP/LK : Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif Dengan Diagnosa Medis ISPA Di
Puskesmas Seririt II Tanggal 12 Nopember 2020

Hari/
Materi Catatan Pembimbing Paraf
No tanggal

Clinical Teacher (CT)


Stase Keperawatan Dasar Profesi
STIKes Buleleng

………………………………….
NIK.
Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Oksigenasi

A. DEFENISI

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan

fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk

kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk

aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak

mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat

diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan

kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel

tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan

biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar

0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan

metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga

berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke

seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel).

B. FISOLOGI OKSIGEN

1. Menghirup udara (inpirasi)

Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui

saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada

naik/lebih besar tekanan rongga dada turun/lebih kecil.

2. Menghembuskan udara (ekspirasi)

Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu

gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi :

volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.

Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu

ventilasi, difusi dan transportasi.


1. Ventilasi

Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau

dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:

a. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,

maka tekanan udaranya semakin rendah.

b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.

c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk

mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah

kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.

2. Difusi

Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan

CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu:

a. Luasnya permukaan paru-paru.

b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli

dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila

terjadi proses penebalan.

c. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana

O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O²

dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena

vulmonalis.

d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.

3. Transportasi

Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh

dan CO² jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu:


a. Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.

b. Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah

secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

C. KEBUTUHAN OKSIGEN PADA MANUSIA

1. Volume pasang surut rata-rata adalah 500cc.

2. Volume cadangan hisap adalah 300cc.

3. Volume cadangan hembus adalah 1100cc.

4. Volume sisa rata-rata adalah 1200cc.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN

1. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis yang mempengaruhi oksigenasi meliputi :

a. Penurunan kapasitas membawa oksigen

b. Penurunan konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi

2. Faktor perkembangan

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang

sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara.Bayi memiliki dada yang kecil

dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa

kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi

terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk

oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.

Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang normal mempengaruhi

oksigenasi jaringan:

a. Bayi Prematur.

b. Bayi dan Todler.

c. Anak usia sekolah dan remaja.

d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan.


e. Lansia.

3. Faktor lingkungan

Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi.Makin tinggi

daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup

individu.Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju

pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang

meningkat.

Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi,

sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang

dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga

kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin

sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan

tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga

mengurangi kebutuhan akan oksigen.

4. Gaya hidup

Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan

denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh.Merokok dan

pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi

penyakitparu.

5. Status kesehatan

Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan

oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.Akan tetapi penyakit

pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman

oksigen ke sel-sel tubuh.Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan

dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah.Salah satu contoh

kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena

hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia

dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.


6. Narkotika

Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan

ketika depresi pusat pernapasan dimedula.Oleh karena itu bila memberikan obat-

obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman

pernapasan.

7. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan

Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat

mempengarhi pernapasan yaitu:

a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru

b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru

c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan sel jaringan.

8. Perubahan pola nafas

Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama

jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut

dyspnoe (sesak).Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha

inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat.Orthopneo yaitu

ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti

pada penderita asma.

9. Obstruksi jalan nafas

Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran

pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas

meliputi: hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda

asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila

individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas. Obstruksi jalan

napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran

napas ke bronkhus dan paru-paru.Mempertahankan jalan napas yang terbuka

merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan


yang tepat.Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara

mengorok selama inhalasi (inspirasi).

E. MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI RESPIRASI

1. Hypoxia

Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang

diinspirasi ke jaringan.Penyebab terjadinya hipoksia :

a. Gangguan pernapasan

b. Gangguan peredaran darah

c. Gangguan sistem metabolism

d. Gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).

2. Hyperventilasi

Jumlah udara dalam paru berlebihan.Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab

jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa

CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi → menyebabkan peningkatan

rata – rata dan kedalaman pernafasan.

Tanda dan gejala :

a. Pusing

b. Nyeri kepala

c. Henti jantung

d. Koma

e. Ketidakseimbangan elektrolit

3. Hypoventilasi

Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh),

sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah.Hypoventilasi dapat terjadi

sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari

beberapa obat.Tanda dan gejala:


a. Napas pendek

b. Nyeri dada

c. Sakit kepala ringan

d. Pusing dan penglihatan kabur

4. Cheyne Stokes

Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam,

lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, o.k gagal jantung kongestif, PTIK,

dan overdosis obat.Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun pathologis.

Fisiologis :

a. Orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki

b. Pada anak-anak yang sedang tidur

c. Pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi

Pathologis :

1) Gagal jantung

2) Pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)

5. Kussmaul’s ( hyperventilasi )

Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per

menit.Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.

6. Apneustic

Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat

7. Biot’s

Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan

sistem saraf pusat.Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit

usaha.Kesulitan bernafas disebut dyspnea.

F. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring
atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal
maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan
Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe,
1974).Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan
aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga
terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.Rangsangan cairan yang
berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).Sehingga
pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri.Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang
merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri
sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan
atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus
menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983).Infeksi sekunder
bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran
nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif.Invasi
bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.
Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi
virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak .
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang
lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar
ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa
menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya
ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat
menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri .
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek
imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang
sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada
umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang
tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa.Ciri khas berikutnya adalah bahwa
IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas
bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam
mempertahankan integritas mukosa saluran nafas .
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat
tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam
dan batuk.
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh

dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.


G. Web of Caution ( WOC)

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hyperventilasi.

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan

dan suplai oksigen.

3. Cemas berhubungan dengan perubahan starus kesehatan


I. TUJUAN KRITERIA (NOC) & RENCANA TINDAKAN (NIC)

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hyperventilasi.

a. NOC, Respiratory status

1) Frekwensi pernapasan rentang normal.

2) Irama pernapasan teratur.

3) Kedalaman inspirasi .

4) Ekspansi dada simetris.

5) Mudah untuk bernafas.

6) Tidak ada dispnea.

7) Tidak terdapat nafas pendek.

b. NIC, Respiratory monitoring

1) Monitor tingkat, irama kedalaman dan usaha nafas.

2) Catat pergerakan dada, kesimetrisan.

3) Monitor kebisingan respirasi.

4) Palpasi ekpansi dada.

5) Auskultasi suara nafas.

6) Membuka jalan napas.

7) Memberi terapi oksigen.

8) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

9) Monitor pernapasan lewat hidung.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan

dan suplai oksigen.

a. NIC, Activity tolerance

1) Saturasi oksigen pada saaat beraktivitas dalam batas normal.

2) Nadi dalam batas normal saat beraktivitas.

3) Respirasi rate dalam batas normal saat beraktifitas.

4) Mudah bernafas dalam beraktifitas.


5) Tekanan siastolik dalam batas normal saat beraktifitas.

6) Tekanan darah diastolic dalam batas normal saat beraktifitas.

b. NIC, Activity therapy

1) Kolaburasi dengan dokter & tenaga pendidik.

2) Bantu untuk memfokuskan apa yang harus pasien lakukan.

3) Bantu untuk mengelompok kan dan mandapatkan penghasilan dari

kegiatan yang di inginkan.

4) Intruksikan pasien atau keluarga bagaimana menampilkan keinginan

aktivitas yang di inginkan.

5) Bantu dengan aktivitas fisik yang biasa di lakukan.

3. Cemas berhubungan dengan perubahan starus


kesehatan.

a. NOC, Anxienty control

1) Tanda-tanda cemas hilang.

2) Stimulasi lingkungan ketika cemas hilang

3) Informasi yang dapat mengurangi cemas

4) Tidak ada manifestasi prilaku kecemasan

b. NIC, Anxiety reduction

1) Gunakan pendekatan yang menyenangkan pasien.

2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

tindakan.

3) Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress keamanan dan

mengurangi rasa takut

4) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.

5) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan persepsi.

6) Instruksikan pasien menggunakan tehnik relaksasi

7) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.


Daftra Pustaka

Tarwoto & Wartonah.(2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses

Keperawatan.Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta

Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-2011.

Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United

States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of

America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

http://umarberita.blogspot.com/2012/11/laporan-pendahuluan-kebutuhan-dasar.html
Laporan Kasus

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Dengan Diagnosa Medis ISPA Di Puskesmas Seririt II

Tanggal 12 Nopember 2020

Oleh:

Komang Karseni
NIM : 20089142134

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI NERS

2020
Lembar Pengesahan

Laporan Kasus

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Dengan Diagnosa Medis ISPA Di Puskesmas Seririt II

Tanggal 12 Nopember 2020

Banjarasem, 12 Nopember 2020


Mengetahui,
Kepala Puskesmas Seririt II Clinical Instruktur (CI)

dr. I Putu Edy Suastanaya, S.Ked. ……………………………….


NIP. 19790113 201412 1 001
Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Dengan Diagnosa Medis ISPA Di Puskesmas Seririt II
Tanggal 12 Nopember 2020

Nama Mahasiswa : Komang Karseni


NIM 20089142134

1. Identitas Pasien :
Nama : Tn J
Umur : 31 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
Pendidikan : SMP
Agama : Hindu
Tanggal Kunjungan : 12 Nopember 2020
Keluhan : Batuk,pilek ,demam
Dx Medis : ISPA

2. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem

1 DS : Virus, bakteri, jamur Bersihan


Klien mengatakan batuk, (penyebab) jalan nafas
badan terasa panas, nafsu tidak efektif
makan badan lemas,
nyeri saat menelan dan Invasi saluran nafas atas
dahak susah keluar
DO :
Klien tampak pucat, batuk Kuman berlebih di bronkus
dan pilek
TTV :
T = 90/60 mmHg Proses peradangan
N = 90 x /mnt
S = 38,8◦C
N = ronchi Akumulasi sekret di bronkus
R = 25 x/mnt
Batuk-batuk susah keluar
dahak Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Diagnosa Keperawatan Utama
Bersikan jalan nafas tidak efektif b/d akumulasi sekret di bronkus ditandai dengan
klien mengeluh batuk dan dahak susah keluar

4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tgl/ja Tujuan dan Kriteria
No Keperawata Intervensi Paraf
m Hasil
n

1 12 Bersikan Setelah diberikan 1. Kaji kemampuan


Nope jalan nafas asuhan keperawatan reflek batuk klien
mber tidak efektif 1x30 menit diharapkan 2. Kaji keadaan sekret
2020 b/d bersihan jalan nafas warna, dan
akumulasi efektif dengan KH : produktivitasnya
Pkl sekret di - Klien mampu 3. Obs. TTV
09.00 bronkus mendemostrasik 4. Anjurkan minum air
Wita ditandai an batuk efektif hangat
dengan - Klien mampu 5. Ajarkan teknik nafas
klien mengeluarkan dalam dan batuk
mengeluh dahak efektif
batuk dan 6. Kolaborasi pemberian
dahak susah obat sesuai instruksi
keluar dokter
5. Implementasi Keperawatan
No Tgl/jam Implementasi Respon/Evaluasi proses Paraf
12 Nop
2020

Pkl 1. Mengkaji kemampuan 1. Klien nampak susah untuk


09.00 reflek batuk klien mengeluarkan
Wita dahak,mengeluh agak nyeri
didada bila batuk
09.10 2. Mengobservasi TTV 2. TTV Klien :
Wita klien T = 90/60 mmHg
N = 90 x /mnt
S = 38,8◦C
N = ronchi
R = 25 x/mnt
09.20 3. Memberi KIE untuk 3. Klien kooperatif dan mau
Wita minum air hangat akan minum air hangat

09.25 4. Mengajarkan teknik 4. Klien kooperatif dan mampu


Wita nafas dalam dan batuk mempraktekkan teknik yang
efektif diajarkan

09.30 5. Kolaborasi pemberian 5. Klien kooperatif dan akan


Wita obat sesuai intruksi minum obat secara teratur
dokter dan kontrol bila obat habis
GG 3XI TAB
SALBUTAMOL
3X1TAB
6. Evaluasi
No Tgl/jam Diagnosa Medis Catatan perkembangan Paraf

12 Nop ISPA 1. Nyeri terasa di dada pada saat batuk


2020 Klien nampak susah untuk
mengeluarkan dahak,mengeluh agak
Pkl.
nyeri didada bila batuk
09.30
Wita 2. TTV Klien :
T = 90/60 mmHg
N = 90 x /mnt
S = 38,8◦C
N = ronchi
R = 25 x/mnt
3. Klien kooperatif dan mau akan minum
air hangat
4. Klien kooperatif dan mampu
mempraktekkan teknik yang diajarkan
5. Klien kooperatif dan akan minum obat
secara teratur dan kontrol bila obat habis

7. Perencanaan Pasien Pulang


 KIE klien agar selalu menggunakan teknik batuk efektif setiap akan batuk
 Anjurkan klien selalu minum air hangat
 Ingatkan klien untuk minum obat secara teratur
 Kontrol kembali bila obat habis

Tanggal 12 Nopember 2020


Mahasiswa yang melaksanakan,

Komang Karseni
NIM:20089142134

Anda mungkin juga menyukai