Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

S DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG BANOWATI RSU
AGHISNA MEDIKA KROYA

Di susun oleh :
PUSPA CIPTA RINI
19.0.0054

D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SERUNGLIMAS
MAOS-CILACAP
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan kasus
dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG BANOWATI RSU AGHISNA
MEDIKA”
Disusun Oleh
PUSPA CIPTA RINI
19.0.0054

Telah diujikan dan disetujui oleh dewan penguji


Diujikan tanggal : Jumat, 12 Februari 2021
Penguji 1

Puji Suwariyah, M.Kep.


NIK. 26970674

penguji II
Destianti Indah M., S.Kep Ns.
NIK. 52081283

ketua Kaprodi

Arif Hendra Kusuma., S.Kep. Ns.


NIK. 69110987
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang melimpahkan
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas praktek di
RSU AGHISNA MEDIKA KROYA dengan judul “ Asuhan Keperawatan Dasar
Pada Ny.S di Ruang Banowati dengan Gangguan Oksigenasi, saya ucapkan
terimakasih atas bimbingan dari dosen pembimbing serta pembimbing klinik yang
telah memberi arahan, sehingga askep ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca dan dosen pembimbing, sehingga penyusunan selanjutnya dapat lebih
baik. Penulis berharap agar asuhan keperawatan ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Cilacap, 12 februari 2021

penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................2
KATA PENGANTAR ................................................................3
DAFTAR ISI ..............................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................5.
B. Rumusan Masalah........................................................... 6
C. Tujuan .............................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Gangguan Kebutuhan Oksigenasi.......................7
1. Definisi.................................................................7
2. Anatomi dan Fisiologi sistem Pernafasan............7
3. Faktor-Faktor Yang Berhubungan.......................8
4. Penatalaksaan Medis............................................9
5. Pemeriksaan Penunjang ......................................9
B. Konsep Keperawatan.......................................................10
1. Pengkajian............................................................10
2. Intervensi/Implementasi/Evaluasi.........................12
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ........................................................................15
B. Analisa Data......................................................................19
C. Intervensi/Implementasi/Evaluasi..................................... 20
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ....................................................................... 30
B. Dx Keperawatan................................................................30
BAB V PENUTUP
A. Kekuatan dan kelemahan Selama Pengolahan Kasus ......32
B. Saran..................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA .​ ..................................................................33

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oksigen (O2) memegang peran penting dalam semua proses tubuh
secara fungsional. Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan
unsur vital dan dalam proses metabolisme, umtuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. secara normal elemen ini diperoleh
dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem
respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematulogis. Tidak adanya oksigen
akan menyebabkan tubuh mengalami kemunduran atau bahkan
menimbulkan kematian, karenanya berbagai upaya perlu dilakukan untuk
menjamain kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. untuk itu setiap
perawat harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada
pasien serta mampu mengatasi bebagai masalah terkait dengan pemenuhan
terebut (Arief Bachtiar et.al2018).
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak lepas dari kondisi sistem
pernafasan secara fungsional. bila ada gangguan pada salah satu organ
sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan
dengan banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen. Menurut WHO (2017)
terdapat 619 per 100.000 penduduk indonesia mengalami gangguan
oksigenasi, di provinsi jateng khususnya pada tahun 2015 terdapat kasus
8.492 kasus gangguan kebutuhan oksigenasi yang tersebar di beberapa
daerah.
Gangguan oksigenasi sering dicetuskan oleh ISPA, merokok,
tekanan emosi, aktivitas fisik yang berlebihan dan tidak sesuai dengan
kemampuan tubuh dan rangsangan yang bersifat antigen antara lain
inhalan yang masuk ke tubuh melalui pernafasan, ingestan yang masuk
badan melalui mulut, kontaktan yang masuk kebadan melalui kontak kulit
(Dinkes jateng, 2018).
Perawat ikut serta dalam melakukan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi. seringkali menganggap oksigenasi hanyalah rutinitas biasa dan
akan mengganggap hal itu serius jika pasien sudah memasuki
kegawatdaruratan. Pemberian oksigen merupakan salah satu intervensi
kolaboratif yang dilakukan perawat untuk menangani kasus gangguan
kebutuhan oksigenasi pada pasien yang sesak nafas.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien
gangguan kebutuhan dasar oksigenasi pada pasien Ny. S di ruang
banowati dengan kasus : ketidakefektifan pola nafas dan apa saja tindakan
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi sesak nafas pada pasien

C. Tujuan
Tujuan umum :
Agar mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang sistematis
dan lengkap pada pasien dengan kebutuhab dasar oksigenasi.
Tujuan khusus :
a. memahami lebih dalam tentang konsep oksigenasi pada pasien
b. melakukan pengkajian pada pasien gangguan oksigenasi
c. menetapkan diagnosa keperawatan pasien dengan dasar analisa
datahasil pengkajian pasien gangguan oksigenasi
d. melakukan intervensi keperawatan dalam upaya pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada pasien

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
1. Definisi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem.
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. sebagai hasilnya, terbentuklah
karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang
melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup
bermakna terhadap aktivitas sel. (Wahit Iqbal Mubarak,2011).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel sel tubuh. Secara normalelemen ini diperoleh dengan cara menghirup
O2 setiap kali bernafas (Wartonah, Tarwanto 2012).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam metabolisme sel
tubuh. kekurangan oksigen dapat menyebabkan hal yang sangat berarti
bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. karenannya, berbagai upaya
perlu dilakukan untuk menjamin pemenuhan oksigen agar terpenuhi
dengan baik. Oleh karena itu, perawat harus paham dengan mekanisme
tingkat pemenuhan oksigen pada pasien serta mampu mengatasi berbagai
masalah terkait dengan gangngguan kebutuhan dasar oksigenasi.
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
a. Hidung, pada hidung udara yang masuk akan mengalami
penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan.
b. Faring, merupakan saluran yang terbagi 2 untuk udara dan
makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya
kan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan
menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara.
c. Laring, merupakan struktur yang merupai tulang rawanyang bisa
disebut jakun. Selain berperan sebagai penghasil suara, laring juga
berfungsi mempertahankan kepatenan dan melindungi jalan nafas
bawah dari air dan makanan yang masuk.
d. Trakea, merupakan pipa membran yang dikosongkan cincin
kartilago yang menghubungkan laring ddan bronkus utama kanan
dan kiri
e. Paru-paru, ada buah terletak disebelah kanan dan kiri. masing-
masing paru terdiriatas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan
paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus. jaringan-jaringan
paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan nafas yang bercabang
cabanng yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat
elastis. permukaan luar paru dilapisi oleh dua lapis pelindung yang
disebut pleura.
3. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
a. Patologi
1) Penyakit pernafasan menahun (TBC, ASMA, Bronkhitis)
2) Infeksi, Fibrosis Kritik, Influenza
3) Penyakit Sistem Syaraf (sindrom guillain barre, sklerosis,
multipel miastania gravis)
4) Depresi SSP/Trauma Kepala
5) cedera serebrovaskuler (stroke)
b. Maturasi
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukkan
surfaktan
2) Bayi dan taddler, adanya resiko infeksi saluran pernafasan
dan merokok
3) Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran
pernafasan dan merokok
4) Dewasa muda dan pertengahan. diet yant tidak sehat,
kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit
jantung dan paru
5) Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arterios klerosis, ekspansi menurun
c. Situasional (personal, lingkungan)
1) Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat :
pembedahan atau trauma nyeri, ketakutan, ansietas,
keletihan
2) berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau
kelembaban rendah
3) berhubungan dengan menghilangnya mekanisme
pembersihan siliar, respons inflamasi, dan peningkatan
pembentukan lendir sekunder akibar rokok, pernafasan
mulut.
4. Penatalaksanaan Medis
a. Rontgen dada, pemeriksaan dilakukan untuk melihat lesi paru
pada penyakit tbc, mendeteksi adanya tumor, benda asing,
pembengkakan paru, penyakit jantung dan untuk melihat struktur
yang abnormal.
b. Fluoroskopi, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
mekanisme kardiopilmonum, misalnya kerja jantung, diafragma,
dan kontraksiparu
c. Bronkografi, pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat secara
visual bronkus sampai dengan cabang bronkus pada penyakit
gangguan bronkus
d. Angiografi, pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu
menegakkan diagnosis tentang keadaan paru, emboli atau tumor
paru, aneurisma, emfisema, kelainan konginetal.
e. endoskopi, pemeriksaan ini bertujuan untuk melakukan diagnostik
dengan cara mengambil sekret untuk pemeriksaan, melihat lokasi
kerusakan, biopsi jaringan untuk pemeriksaan sitology,
mengetahui adanya tumor, melihat letak adanya pendarahan.
f. Radio isotop, pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai lobus paru,
melihat adanya emboli paru. ventilasi scanning untuk mendeteksi
ketidaknormalan ventilasi, misalnya pada emfisema. scanning
gallium untuk mendeteksi peradangan paru.
g. Mediastinoskopi, merupakan endoskopi mediastinum untuk
melihat penyebaran tumor.
5. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
B. Konsep Keperawatan
1. Biodata pasien (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
2. Keluham utama, adalah keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat
perawat mengkaji
4. Riwayat kesehatan keluarga, dalam hal ini perlu mengkaji apakah ada
anggota keluarga yang memiliki masalah yang sama
5. riwayat sosial, perlu dikaji kebiasaan kebiasaan klien dan keluargannya,
misalnya merokok, pekerjaan, keadaan lingkungan
6. pengkajian fisik
1) inspeksi, yang meliputi :
a. menilai apakah nafas spontan melalui hidung, mulut, oral,
nasal atau menggunakan selang endotrakeal
b. pehitungan frekuensi pernafasan dalam waktu satu menit
c. pemeriksaan sifat pernafasan yaitu torakal, abdominal, dan
kombinasi

2) palpasi
pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri
tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, atau
pembengkakan dan benjolan didada.
3) perkusi
dilakukan untuk mengkaji normalnya suara perkusi paru. jenis
suaraperkusi ada dua jenis yaitu:
a. suara perkusi normal
- resonan (sonor) dihasilkan pada jaringan paru–paru dan
normalnya bergaung rendah
- dullness dihasilkan diatas bagian jantung atau paru-paru
- tympany dihasilkan diatas perut yang berisi udara
umumnya bersifat musical
b. suara perkusi abnormal
- hiperresonan bergaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan
- flatness nadanya lebih tinggi dari dullness
4) auskultasi
merupakan pengkajian untuk mendengar suara nafas normal dan
suara nafas tambahan.
jenis suara nafas normal adalah:
a. bronchial, terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang
lembut
b. bronkovesikuler, suaranya terdengar nyaring dengan
intensitas sedang
c. vesikular, terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi
jenis suara nafas tambahan :
a. wheezing, terdengar selama inspirasi dan ekspirasi dengan
karakter suara nyaring, musical, suara terus menrus yang
disebabkan aliran udara melalui jalan nafas yang
menyempit
b. ronchi, terdengar selama fase nspirasi dan ekspirasi,
karakter suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara
mengorok terus menerus
c. pleural fiction rub, terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.
karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan
akibat dari inflamsi pada daerah pleura.
d. crackles, dibagi menjadi 2 yaitu, fine crackles setiap fase
lebih sering terdengar saat inspirasi, karakter suara meletup,
terpatah patah akibat udara melewati daerah yang lembab
alveoli dan bronkhiolus, suara seperti rambut yang
digesekan. coarse crackles, lebih menonjol saat ekspirasi,
karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar.
7. Diagnossa Keperawatan
1. ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. ketidakefetifan pola nafas
3. gangguan pertukaran gas
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Ketidakefektifan Setelah dilakkan 1. pantau keadaan 1. mengetahui
bersihan jalan nafas tindakan keperwatan umum pasien keadaan dan
selama ...x24jam 2. auskultasi kesadaran pasien
diharapkan bersihan bunyi nafas 2. mengethaui bunyi
jalan nafas efektif 3. atur posisi yang nafas pasien
dengan kriteria hasil nyaman seperti 3. meningkatkan
-menunjukkan jalan posisi semi fowler peningkatan
nafas bersih 4. beeri latihan diafragma
-suara nafas normal pernafasan dalam 4. memudahkan
tanpa ada suara dan batuk efektif pernafasan
nafas tambahan 5. kolaborasi 5. membantu
-Tidak ada humidikasi menghangatkan
penggunaan otot tambahan dan mengencerkan
bantu nafas secret
Mampu melakukan
perbaikan bersihan
jalan nafas
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. pantau keadaan 1. mengetahui
pola nafas tindakan selama umum pasien kesadaran dan
...x24jam 2. atur posisi kondisi tubuh dalam
diharapkan pola sesuai kebutuhan keadaan normal dan
nafas efektif dengan seperti semifowler baik
KH : 3. ajarkan teknik 2. memungkinkan
- menunjukkan pola nafas dalam ekspansi paru dan
nafas efektif dengan 4. Kolaborasi memudahkkan
frekuensi 16- dalam pemberian pernafasan
24x/mnt dan irama oksigen 3. memperbaiki
teratur pola nafas
- mampu 4. memperbaiki
menunjukkan pola nafas dan
perilaku irama nafas menjadi
peningkatan fungsi teratur
par
Gangguan Setelah diberikan 1. pantau keadaan 1. mengetahui
pertukaran gas asuhan keperawatan umum pasien kesadaran dalam
selama ...x24jam 2. observasi warna keadaan normal dan
diharapkan kulit dan capillary baik
mempertahankan refil 2. menenyukan
pertukaran gas yang 3. kurangi adekuatnya sirulasi
normal dengan KH : aktivitas pasien yang penting untuk
- menunjukkan 4. beri posisi pertukaran gas ke
ppebaikan ventilasi pasien yang jaringan
dan oksigenasi nyaman seperti 3. mengurangi
jaringan seemifowler kebutuhan akan
- tidak ada gejala 5. kolaborasi oksigen
distress pernafasan dalam pemberian 4. memudahkan
oksigen pernafasan
5. memaksimalkan
sediaan oksigen
khususnya ventilasi
menurun

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas diri klien
pengkajian dilakukan pada tanggal 1 februari 2021 pada pukul
10.00 pagi, data diperoleh dari pasien Ny.S dan status pasien, umur
pasien 37 tahun (21 juli 1984), jenis kelamin pasien perempuan,
pasien tinggal di gentasari rt 09 rw 05, status perkawinan sudah
menikah, pasien beragama islam, suku indonesia, pendidikan
terakhir pasien SMA, pasien adalah ibu rumah tangga, pasien
masuk rumah sakit pada tanggal 31 januari 2021 dan diagnosa
pasien dispnea.
2. Riwayat penyakit
hasil pengkajian pada pasien didapatkan keluhan utama nya ada
sesak nafas, sebelumnya pasien sudah sakit sekitar 1 minngu dan
sudah menjalani pengobatan di puskesmas terdekat tetapi tidak ada
perubahan dan dibawa ke RS aghisna untuk menjalani pengobatab
rawat inap di RS, pasien mengatakan dahulu pernah menjalani
pengobatan pada tahun 2005 karena TB paru, pasien mengatakan
di dalam anggota keluarga ada yang memliki penyakit seperti nya
yaitu kakak pasien dan anak pasien mengalami bronkhitis
3. Pola fungsional gordon
a) pola persepsi dan dan pemeliharaan kesehatan
passien mengatakan bahwa kesehatan itu penting, karna
jika sakit pasien tidak bisa menjalani aktivitas seperti
biasanya.
b) pola nurtrisi dan metabolik
sebelum sakit pasien makan 3x sehari dengan porsi (nasi,
lauk, pauk) dan minumkurang lebih 8 gelas belimbing air
putih dan teh manis 1 gelas. sesudah sakit pasien makan 3 x
sehari tetapi hanya 3 suap saja, pasien minum sehari hanya
sedikit kyrang lebih 4 gelas belimbing
c) pola elminasi
sebelum sakit pasien BAB 2x sehari dengan warna khas
feses, konstitensi khas feses, tidak ada nyeri tekan saat
BAB, sesudah sakit BAB pasien tidak lancar hanya keluar
sedikit dan 1 hari belum BAB. sebelum sakit BAK kurang
lebih 5 x sehari dengan warna khas urin, bau khas urin,
sesudah sakit pasien kurang lebih 3 x sehari dengan warna
khas urin, bau khas urin
d) pola aktivitas
pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan
aktivitas tanpa ada gangguan
sesudah sakit
Kemampuan 01234
perawatan diri
Makan/minum 0
Mandi 2
Toileting 1
Berpakaian 2
0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : di bantu orang lain, 3 : di
bantu orang lain dan alat bantu, 4 : tergantung total
e) pola tidur dan istrirahat
sebelum sakit tidur malam sekitar jam 21.00 sampai pagi
dan tidak pernah terbangun, tetapi sesudah sakit pasien
susah tidur karena takut tiba tiba nafasnya berhenti karena
sesak
f) pola persepsual
pasien mengatakan penglihatan pendengaran pengecap
sesansi semua normal dan berfungsi dengan baik, hanya
saja sesudah sakit lidah pasien terasa pahit tetapi semuanya
masih normal
g) pola persepsi diri
sebelum sakit pasien mengatakan dirinya tidak merasa
cemas dan takut, sesudah sakit dirinya merasakan cemas
dan takut akan sesak nafasnya
h) pola seksualitas dan reproduksi
sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada masalah pada
seksualitas dan reproduksinya, semenjak sakit pasien da
masalah atas seksualitas dan reproduksinya, pasien juga
masih menstruasi
i) pola peran dan hubungan
pasien mengatakan peran hubungan dengan orang sekitar
baik, tetapi ada masalah dalam keuangan selama sakit
keuangan sedikit beerkurang dibandingkan keyika sehat
j) pola manajemen koping-stress
pasien mengatakan tidak ada yang berubah sebelum dan
sesudah sakit jika ada masalah pasien selalu bercerita
kepada keluarga nya
k) sistem nilai dan keyakinan
pasien mengatakan beragama islam saat dirumah pasien
setiap hari jumat mengikuti pengajin dan selalu sholat,
sesudah sakit pasien tidak pernah ikut pengajian
1. Pemeriksaan Head to toe
kesadaran composmentis, nadi : 50x/mnt, TD : 150x/mnt, RR :
20x/mnt, BB : 55kg, TB : 155 cm. Pemeriksaan kepala, bentuk
kepala mesochepal, rambut pasien sedikit beruban, rambut pasien
panjang dan lepek, tidak ada luka tidak ada benjolan.Pemeriksaan
mata, mata pasien simetris,konjungtiva tampak kemerahan,
penglihatan psien baik, pasien tidak mengalami katarak.
pemeriksaan hidung, hidung pasien tampak simetris, pasien
tampak terpasang nasal O2 2liter. pasien tampak sesak nafas.
Pemeriksaan telinga, kedua telinga pasien tampak simetris,
pendengaran pasien masih bagus. pemeriksaan mulut, bibir pasien
tampak pucat, mukosa bibir kering, tidak ada stomatis,gigi pasien
lengkap tidak ada lubang, lidah pasien berwarna khas,lidah pasien
terasa pahit. Pemeriksaan leher, leher tampak normal, tidak ada
pembesaran kelenjar thypod, tidak ada gangguan menelan, pasien
batuk kering. Pemeriksaan thorak, Payudara kanan dan kiri
tamapak simetris, dan tidak ada benjolan. Jantung, I : pasien
tampak menggunakan alat bantu pernafasan, bentuk dada normal,
tidak ada jejas, P : tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas. P : bunyi
jantung terdengar normal. Paru I : dada pasien simetris, P : tidak
ada ketinggalan paru, P : bunyi paru vesikular, A: suara paru
terdengar whieezing. Pemeriksaan Abdomen : I : bentuk perut
pasien tampak rata dan normal, tidak ada memar, tidak ada luka. A
: terdengar bunyi peristaltik pada kuadran 1 & 2, bunyi setiap
4x/mnt, pada kuadran 3&4 bunyi peristaltik terdengar setiap
3x/mnt. Pemeriksaan Genetalia, pasien berjenis kelamin
perempuan dan tidak terpasang selang kateter. Pemeriksaan
punggung, punggung pasien normal, tidak ada jejas, tidak ada
benjolan. Pemeriksaan Ekstremitas atas, tidak ada bengkak, tidak
ada kontraktus, jumlah jari lengkap, tampak terpasasng infus infus
RL 20 tpm, Ekstremitas bawah tidak ada bengkak tidak ada luka,
jari lengkap.
2. Pemeriksaan penunjang
pasien melakukan rontgen dan hasilnya pneumonia
3. Program terapi
- O2 2liter
- Infus RL 20 tpm
- Inj Ranitidine 2x1
- Salbutamol 2x1

4. Hasil laboratorium
pemeriksaan dilakukan pada tanggal 31-01-2021 dengan hasil :
hemoglobin 10.6L g/dl nilai normal P : 12.0-16.0 L : 14.0-18-0,
Eritrosit 5.16H x10^6/uL nilai normal 4.0-5.0, Leukosit 10-90H
x10^3/uL nilai normal 5.00-10.00, Trombosit 274.000/uL 150.000-
500.000, Hematokrit 33.80 % nilai normal 31.00-48.00, MCV
65.20 L FL nilai normal 83.90-99.10, MCH 20.50L Pikogram nilai
normal 27.80-33.80, MCHC 31.40L g/dl nilai normal 32.00-35.00,
RDW 16.10 L % nilai normal 10.00-15.00, Basofil 0 % nilai
normal 0-1, Eosinofil 1 % nilai normal 1-4, Batang 2 % nilai
noemal 2-5, Segmen 65 % nilai normal 40-70, Limfosit 29 % nilai
normal 19-48, Monosit 3 % nilai normal 3-9.
B. Analisa data dan perumusan dx
ANALISA DATA
No. Data fokus Etiologi Problem
1. DS : Hiperventilasi Ketidakefektifan pola
1. pasien mengatakan nafas
bahwa dirinya sesak
nafas
DO :
1. pasien tampak
terpasang O2 2liter
2. pasien tampak pucat
3. RR : 20x/mnt
2. DS : Ansietas mual
1. pasien mengatakan
setiap kali makan mual
DO :
1. pasien tampak
lemah
2. pasien tampak
makan hanya sedikit

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan pasien tampak terpasang O2 2liter, pasien tampak pucat, RR :
20x/mnt
2. Mual berhubungan dengan ansietas ditandai dengan pasien tampak
lemas, pasien tampak makan hanya sedikit

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kep Tujuan (NOC) Intervensi Rasional
(NIC)
1. Ketiakefektifan Setelah dilakukan 1. monitor 1.untuk
pola nafad B/d tindakan keperawatan kecepatan mengetahui
hiperventilasi selama 2x24jam irama, perkembangan
ditandai dengan diharapkan pernafaan kedalaman pasien
pasien tampak pasien membaik dengan bernafas 2. untuk
terpasang O2 KH : 2. monitor mengetahui
2liter, pasien Indikator AT A suara nafas suara nafas
tampak pucat, Irama 25 tambahan tambahan
RR : 2ox/mnt pernafasan 3. pantau 3. agar tahu
Kedalaman 2 4 peningkatan faktor enyebab
inspirasi kelelahan, sesak nafas
kecemasan 4. supaya
Ket :
1. deviasi berat dari pasien sesak nafas
4. berikan dapat segera
kisaran normal
terapi pd diatasi
2. deviasi cukup dari
kisaran normal pasien
3. deviasi sedang dari
kisaran normal
4. deviasi ringan dari
kisaran normal
5. tidak ada deviasi
Indikator AT A
Penggunaan 3 5
otot bantu
pernafasan
Suara nafas 3 5
tambahan
Dispnea saat 2 4
latihan
Ket :
1. sangat berat
2. berat
3. cukup
4. ringan
5. tidak ada
2. Mual Setelah dilakukan 1. dorong 1. agar mual
berhubungan tindakan selama 2x24 jam pasien untuk dapat teratasi
dengan ansietas diharapkan masalah mual belajar 2. untuk
ditandai dengan pada pasien dapat diatasi strategi mengatsi mual
pasien tampak dengan KH : mengatasi pada pasien
lemah, dan Indikator AT A mual 3. untuk
makan hanya Kehilangan 3 5 2. tingkatkan menambah
sedikit selera istirahat dan wawasan
makan tidur yang mengenai
Gangguan 3 5 cukup untuk mual
aktivitas memfasilitasi
fisik pengurangan
mual
Ansietas 34
3. berikan
Ket :
informasi
1. parah mengenai
2. banyak mual, seperti
3. cukup mual dan
4. sedikit berapa lama
5. tidak ada itu akan
berlangsung
4. monitor
efek dari
manajemen
mual

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi respon Paraf
Dx.
1. Senin, 1 feb Memonitor kecepatan S : pasien mengatakan
2021. irama pasien, kedalaman dirinya masih sesak
10.00 wib nafas pasien O : pasien tampak Puspa
lemah, pasien tampak
terpasang O2 2liter,RR
20x/mnt
1. Senin, 1 feb Memonitor suara nafas S : pasien mengatakan
2021 tambahan dirinya masih sesak Puspa
10.15 wib nafas
O : suara nafas
terdengar whieezing
2. Senin, 1 feb Mendorong pasien untuk S : pasien mengatakan
2021 belajar strategi saat makan perut akan
11.00 wib mengatasi mual terasa mual Puspa
O : pasien makan
hanya sedikit
1. Senin, 1 feb Berikan terapi pada S : pasien mengatakan
2021 pasien akan merasa sesak jika
11.30 wib posisi tidur Puspa
O : pasien tampak
posisi semifowlwe
sesuai yang diajarkan
perawat
2. Senin, 1 feb Meningkatkan istirahat S : pasien mengatakan
2021 dan tidur yang cukup dirinya susah tidur dan
13.00 wib untuk memfasilitasi beristirahat Puspa
pengurangan mual O : pasien tampak
tidak nyaman dengan
kondisinya sekarang
1. Selasa, 2 feb Memantau peningkatan S : pasien mengatakan
2021 kelelahan, kecemasan bahwa dirinya akan
14.30 wib pasien merasa sesak jika Puspa
banyak aktivitas,
pasien cemas jika tiba-
tiba nafasnya berhenti
O : pasien tampak
hanya duduk maupun
setengah duduk, pasien
tampak terpasang O2
2liter
2. Selasa, 2 feb Memonitor efek dari S : pasien mengatakan
2021 manajemen mual mual karena merasa
15.00 wib cemas sehingga selera
makan menurun Puspa
O : pasien tampak
terlihat cemas dan
tidak nafsu makan
2. Selasa, 2 feb Memberikan informasi S : pasien mengatakan
2021 mengenai mual, seperti mengerti apa yang di
15,30 wib penyebab mual dan informasikan oleh
berapa lama itu akan perawat Puspa
terjadi O : pasien tampak
mengerti apa yang
dikatakn oleh perawat
mengenai penyebab
dan berapa mual itu
terjadi

EVALUASI/CATATAN PERKEMBANGAN
No Tanggal Catatan perkembangan Paraf
Dx.
1. 1 feb 2021 S : pasien mengatakan bahwa dirinya masih
merasa sesak nafas
O : pasien tampak terpasang O2 2 liter, pasien
tampak lemas
A : masalah sesak nafas pada Ny. S belum
teratasi
Indikator AT A
Irama 253
pernafasan
Kedalaman 2 4 3
inspirasi
Ket :
Puspa
1. deviasi berat dari kisaran normal
2. deviasi cukup dari kisaran normal
3. deviasi sedang dari kisaran normal
4. deviasi ringan dari kisaran normal
5. tidak ada deviasi
Indikator AT A
Penggunaan 3 5 3
otot bantu
pernafasan
Suara nafas 3 5 3
tambahan
Dispnea saat 2 4 3
latihan
Ket :
1. sangat berat
2. berat
3. cukup
4. ringan
5. tidak ada
P : lanjutkan intervensi pada Ny. S, pasien
tampak lemah, pasien tampak terpasang O2
2liter, RR 20x/mnt
2. 1 feb 2021 S : pasien mengatakan dirinya masih merasa
mual
O : pasien tampak lemah, pasien makan hanya
sedikit
A : masalah mual belum teratasi
Indikator AT A
Kehilangan 3 5 3
selera makan
Gangguan 353 Puspa
aktivitas fisik
Ansietas 343
Ket :
1. parah
2. banyak
3. cukup
4. sedikit
5. tidak ada
P : lanjutkan Intervensi pada Ny. S untuk
mengatasi mual pasien
1. 2 feb 2021 S : pasien mengatakan sesak nafasnya karena
sudah tidak terlalu sering atau hilang timbul
O : pasien tampak tenang dan tidak cemas, pasien
juga tidak selalu menggunakan nasal kanul
A : masalah sesak nafas pada pasien teratasi
sebagaian
Indikator AT A
Irama 254
pernafasan
Kedalaman 2 4 3
inspirasi Puspa
Ket :
1. deviasi berat dari kisaran normal
2. deviasi cukup dari kisaran normal
3. deviasi sedang dari kisaran normal
4. deviasi ringan dari kisaran normal
5. tidak ada deviasi
Indikator AT A
Penggunaan 3 5 4
otot bantu
pernafasan
Suara nafas 3 5 3
tambahan
Dispnea saat 2 4 3
latihan
Ket :
1. sangat berat
2. berat
3. cukup
4. ringan
5. tidak ada
P : lanjutkan intervensi pada ny S

2. 2 feb 2021 S : Pasien mengatakan sudah tidak merasa mual,


pasien mengatakan sudah nafsu makan
O : kondisi pasien membaik dan nafsu makan
pasien stabil
A : masalah mual pada Ny. S teratasi

Indikator AT A
Kehilangan 3 5 5
selera makan
Gangguan 355 Puspa
aktivitas fisik
Ansietas 344
Ket :
1. parah
2. banyak
3. cukup
4. sedikit
5. tidak ada
P : intervensi dihentikan
1. 3 feb 2021 S : pasien mengatakan bahwa dirinya sudah tidak
merasa sesak nafas lagi
O : pasien sudah tidak menggunakan alat bantu
nafas
Kondisi pasien sudah membaik, sudah tidak ada
suara nafas tambahan
A : masalah sesak nafas pada Ny. S teratasi
Indikator AT A
Irama 254 Puspa
pernafasan
Kedalaman 2 4 4
inspirasi
Ket :
1. deviasi berat dari kisaran normal
2. deviasi cukup dari kisaran normal
3. deviasi sedang dari kisaran normal
4. deviasi ringan dari kisaran normal
5. tidak ada deviasi
Indikator AT A
Penggunaan 3 5 5
otot bantu
pernafasan
Suara nafas 3 5 5
tambahan
Dispnea saat 2 4 4
latihan
Ket :
1. sangat berat
2. berat
3. cukup
4. ringan
5. tidak ada
P : hentikan intervensi, pada Ny.S kondisi pasien
membaik dan tidak sesak nafas RR 18x/mnt

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan informasi subjektif dan
objektif ( tanda vital, wawancara pasien/keluarga pasien, pemeriksaan
fisik) dan peninjauan informasi riwayat pasien yang diberikan oleh
pasien/keluarga pasien, ditemukan di rekam medik. perawat juga
mengumpulkan informasi tentang kekuatan pasien/keluarga. pengkajian
dapat didasarkan pada teori keperawatan tertentu yang dikembangkan oleh
florence nightiangle, wanda horta dan juga pengkajian dengan pola
gordon. (Nanda,2018)
Pada kasus ini penulis menggunakan metode wawancara kepada
pasien, pengkajian ini dilakukan pada tanggal 1 februari 2021, pasien
masuk rumah sakit pada tanggal 31 januari 2021, dan didapatkan data
pasien yang bernama Ny. S, pada kasus ini didapatkan bahwa Ny.S yang
berusia 37 tahun. alamat pasien di gentasari rt 9 rw 5, pada data
menunjukkan jenis kelamin pasien perempuan, pasien mengalami sakit
sudah 1 minggu, dengan gangguan kebutuhan oksigenasi.

B. Dx keperawatan
1. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata sesuai
dengan konsep toeri
a. ketidak efektifan pola nafas
Merupakan inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberi
fentilasi adekuat (NANDA, 2012).
Kejadian pola nafas yang tidak efektif dapat dijumpai pada
pasien gagal jantung. pada pasien gagal jantung akan
menimbulkan masalah keperawatan yaitu gangguan
kebutuhan rasa aman dan nyaman salah satunya adalah
sesak (Komalasari, 2012).
Batasan karakterisitik pola napas abnormal, perubahan
ekskursi dada, bradipnea, dipsnea, fase ekspirasi
memanjang, penggunaan otot bantu pernapasan.
Faktor yang berhubungan ansietas, posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru, keletihan, hiperventilasi, nyeri,
keletihan otot pernapasan
b. Mual
Suatu fenomena subjective tentang rasa tidak nyaman pada
bagian belakang tenggorokan atau lambung, yang dapat
atau tidak mengakibatkan muntah (NANDA, 2018)
Batasan karakteristik keengganan terhadap maanan, sensasi
muntah, peningkatan salivasi, peningkatan menelan, rasa
asam didalam mulut
Faktor yang berhubungan ansietas, ketakutan, rasa
makanan atau minuman yang tidak enak
BAB V
PENUTUP
A. Kekuatan dan kelemahan selama pengolahan kasus
1. kekuatan, saat dilakukan pengkajian data pada pasien Ny. S, pasien
dapat mengerti apa tentang apa yang ditanyakan dan pasien
mampu untuk bekerja sama setiap tindakan yang dilakukan pasien
selalu kooperatif dan tidak pernah menolak saat dilakukan tindakan
2. kelemahan, pasien kurang pengetahuan tentang penyakitnya
sehingga saat dilakukan pengkajian pasien susah untuk
mendeskripsikan suatu penyakitnya.
B. Saran
1. Rumah sakit, memberikan pelayanan dan mempertahankan kerja
yang baik antara tim kesehatan dengan klien. untuk meningkatkan
mutu meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang optimal
2. Bagi perawat, pertolongan pertama yang dapat dilakukan pada
penderita sesak nafas yaitu pemberian oksigen dan posisikan
pasien semifowler
3. Bagi mahasiswa, diharapkan untuk mencari informasi dan
memperluas wawasan mengenai sesak nafas , agar mahasiswa
dapat memberikan pendidikan mengenai sesak nafas dalam
masyarakat

REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2018). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
NANDA International.2018.Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi.Jakarta.EGC
NANDA NIC-NOC.2019.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis.Jakarta:EGC
Tarwanto dan Watonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan
Keperawatan.Jakarta.Salemba Medika
Dinkes jawa tengah. (2018).Profil Kesehatan Jawa Tengah;Dinkes jawa tengah
American Association.(2012).herart disisase.Dallas.Texas:AHA
2

Anda mungkin juga menyukai