Anda di halaman 1dari 37

STUDI KASUS

ASUHAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI DENGAN


DIAGNOSA STROKE NON HEMORAGIK (SNH) TERHADAP
PASIEN TN.S DI RUANG SARAF RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH JENDRAL AHMAD
YANI METRO

Disusun sebagai laporan individu untuk memenuhi syarat kompetensi


praktik klinik KDKK

Oleh :
Rizka Mailia Dewi
NIM : 2115471022
Reguler 1 Tingkat 2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIKKESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN METRO
TAHUN 2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Asuhan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigenasi dengan


Stroke Non Hemoragik Terhadap Tn.S di Ruang Saraf
Rumah Sakit Jendral Ahmad Yani Metro
Nama : Rizka Mailia Dewi

NIM 2115471022

Tingkat : II Diploma Tiga

Mengetahui

Pembimbing Institusi CI Rumah Sakit

Sumiyati,S.Pd,.M.Pd Dwi Suharso,S.Kep


NIP. 196503051986032002 NIP. 197202111997031004

Mengetahui
Ketua Program Studi Diploma Tiga Kebidanan Metro

Islamiyati,AK.M.KM
NIP.197204031993022001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikkan studi kasus
kelompok yang berjudul “Asuhan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigenasi
Dengan Stroke Non Hemoragik (SNH) Terhadap Pasien Tn.S di Ruang Saraf
RSUD Jendral Ahmad Yani Metro” yang di ajukan guna untuk memenuhi salah
satu tugas pada program studi Diploma III kebidanan.

Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Islamiyati,AK.,M.AM sebagai Ketua Program Studi DIII Kebidanan Metro
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
2. Sumiyati, S.Pd.,M.Pd sebagai Pembimbing Institusi Pendidikan DIII Prodi
Kebidanan Metro Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
3. Dwi Suharso,S.Kep sebagai pembimbing lahan praktik ruang syaraf di RSUD
Ahmad Yani Metro.
4. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusun laporan ini, yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga semua amal kebaikan dapat diterima dan dibalas oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Kritik dan saran untuk penyempurnaan studi kasus ini sangat
diharapkan.Demikianlah, atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

Metro, 15 Oktober 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................4


A. Konsep Penyakit Stroke Non Hemoragik.................................................4
B. Pengertian Kebutuhan Dasar Oksigenasi..................................................5
C. Proses Pernafasan......................................................................................7
D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi.................................12
E. Gangguan atau Masalah Kebutuhan Oksigenasi.......................................13
F. Konsep Dasar Asuhan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi.......................15

BAB III ASUHAN KESEHATAN..........................................................................20


A. Pengkajian data.........................................................................................20
B. Identifikasi masalah KDM/Analisis data...................................................29
C. Rencana tindakan.......................................................................................29
D. Penatalaksanaan........................................................................................30

BAB IV PENUTUP..................................................................................................31
A. Kesimpulan................................................................................................31
B. Saran..........................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................33

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit neuorologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah
pada otak yang bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke non hemoragik
merupakan sindroma klinis sebagai akibat dari gangguan vaskuler. (Sylvia A,
2006).

Smeltzer & Bare (2009) menyatakan bahwa pada waktu stroke, aliran darah ke
otak terganggu sehingga terjadinya iskemia yang berakibat kurangnya aliran
glukosa, oksigen dan bahan makanan lainnya ke sel otak.

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh


manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan hidup dan kesehatan. Teori
hirarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow
mengembangkan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu
kebutuhan fisiologis (oksigen, cairan, nutrisi, keseimbangan tubuh, eliminasi,
tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual), kebutuhan rasa aman
dan perlindungan terhadap ancaman, kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan
dimiliki, kebutuhan aktualisasi diri (Alimul Hidayat, 2009).

Kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan oksigen.


Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan
jaringan tubuh karena oksigenasi diperlukan untuk proses metabolisme tubuh
secara terus-menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas.
(Tarwoto dan Wartonah, 2015).

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang


mengandung (oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. (Syaifuddin,2009)

1
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan
oksigenasi yang digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. (Potter dan Perry,
2009).

Oksigenasi (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup
sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolism tubuh
secara terus-menerus. Oksigenasi diperoleh dari atmosfer melalui proses
pernafasan. Pada atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida (CO),
nitrogen (N), dan unsure-unsur lain seperti argon dan helium. (Tarwoto dan
Wartonah, 2015)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus kebutuhan


dasar oksigenasi sebagai sebuah laporan dengan judul Asuhan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi dengan Stroke Non Hemoragik (SNH) Terhadap Tn.S di
Ruang Saraf RSUD Jendral Ahmad Yani Metro.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Oksigenisasi
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dengan masalah kebutuhan
dasar oksigenasi
b. Mahasiswa dapat menganalisis data dengan masalah kebutuhan dasar
oksigen
c. Mahasiswa dapat membuat rencana tindakan asuhan pemenuhan
kebutuhan dasar oksigenasi
d. Mahasiswa dapat memberikan tindakan asuhan pemenuhan kebutuhan
dasar oksigenasi
e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi tindakan asuhan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi dengan pendekatan problem oriented record,
yaitu dengan catatan perkembangan (S, O, A, P)

2
f. Mahasiswa dapat melakukan dokumentasi asuhan pemenuhan
kebutuhan dasar oksigenasi

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Stroke Non Hemoragik


1. Definisi Stroke Non Hemoragik
Stroke, atau cedera serebrovaskular (CVA), adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer &
Bare, 2002).
Sebagian besar (80%) disebabkan oleh stroke non hemoragik. Stroke non
hemoragik merupakan stroke yang dapat disebabkan oleh trombus dan emboli.
Stroke non hemoragik akibat trombus terjadi karena penurunan aliran darah
pada tempat tertentu di otak melalui proses stenosis. Stroke non hemoragik
merupakan sindroma klinis sebagai akibat dari gangguan vaskuler. (Sylvia A,
2006).
Smeltzer & Bare (2009) menyatakan bahwa pada waktu stroke, aliran darah
ke otak terganggu sehingga terjadinya iskemia yang berakibat kurangnya aliran
glukosa, oksigen dan bahan makanan lainnya ke sel otak.
2. Etiologi Stroke Non Hemoragik
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke pendarahan di sebabkan
oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya
tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat.
Peningkatan tekanan darah yang mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh
trauma kepala atau peningkatan lainya, seperti mengedan, batuk keras,
mengangkat beban, dan sebagainya. Pembuluh darah pecah umumya karena
arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma atau
arteri yang lecet bekas plak ateroslerotik (junaidi, 2011).
Menurut Smeltzer (2001), stroke non hemoragik biasanya diakibatkan oleh
trombosis dan emboli cerebral.
a. Trombosis cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan

4
oedema dan kongesti disekitarnya. Keadaan yang dapat menyebabkan
thrombosis cerebral :
1) Atherosklerosis/arterioskerosis adalah mengerasnya pembuluh
darah serta berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh
darah.
2) Hypercoagulasi pada polysitemia merupakan darah bertambah
kental, peningkatan viskositas hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral
3) Arteritis (radang pada arteri)
b. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
Menurut Dewanto (2009), penyebab stroke non hemoragik adalah
sebagai berikut :
a. Vaskuler, arterosklerosis, displasi fibromuskuler, inflamasi (giant
cell arteritis, SLE, poloarteritis nodosa, angitis granuloma, arteritis
sifilitika, AIDS, diseksi arteri, penyalahgunaan obat, sindroma
moyamoya, trombosis sinus, atau vena.
b. Kelainan jantung, trombus mural, aritmia jantung, endokarditis
infeksiosa dan noninfeksiosa, penyakit jantung rematik,
penggunaan katup jantung prostetik, miskoma atrial, dan fibrilasi
atrium.

B. Pengertian Kebutuhan Dasar Oksigenisasi


Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses
kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh.
Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka
akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan
menyebabkan kematian. Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia
dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan,

5
pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen,
memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal
(Budyasih, 2014)
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses
penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan
hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber
tenaga yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013)
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem
tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh
secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses
pertukaran gas antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara
menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian
udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra,
2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan
kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis,
perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati, 2012).
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam
udara ruangan adalah 21%. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan transport
oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan
mengurangi stres pada miokardium ( Mutaqqin, 2005 )
Menurut Ardiansyah.2012 sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi terdiri atas saluran pernafasan bagian atas, bagaian bawah dan paru.
1. Pernafasan atas terdiri dari:
1) Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui
hidung.

6
2) Faring, merupakan pipa yang memiliki otot.
3) Laring, merupakan saluran pernafasan setelah faring
4) Epiglottis, merupakan katub tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan
2. Saluran Pernafasan Bagian Bawah
Saluran pernafasan bagaian bawah berfungsi mengalirkan udara yang
memproduksi sufaktan. saluran ini terdiri atas:
1) Trakea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebreae torakalis kelima
2) Bronkus, merupakan bentuk percabanagan atau kelanjutan dari trakea
yang terdiri atas dua percabangan atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri.
3) Bronkiolus, merupakan saluran percabanagan setelah bronkus.
4) Alveoli, merupakan kantong udara tempat terjadinya pertukaran
oksigen dengan karbondioksida.
5) Paru-paru (pulmo), paru-paru merupakan organ utama dalam sistem
pernapasan.

C. Proses Pernafasan
Proses pernapasan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pernapasan eksternal
dan pernapasan internal. Pernapasan eksternal adalah proses pertukaran gas secara
keseluruhan antara lingkungan eksternal dan pembuluh kapiler paru (kapiler
pulmonalis), sedangkan pernapasan internal merupakan proses pertukaran gas
antara pembuluh darah kapiler dan jaringan tubuh (Saputra, 2013).
Tercapainya fungsi utama dari sistem pernapasan sangat tergantung dari
proses fisiologi sistem pernapasan itu sendiri yaitu ventilasi pulmonal, difusi gas,
transfortasi gas serta perfusi jaringan. Keempat proses oksigenasi ini didukung
oleh baik atau tidaknya kondisi jalan napas, keadaan udara di atmosfir, otot-otot
pernapasan, fungsi sistem kardiovaskuler serta kondisi dari pusat pernapasan
(Atoilah & Kusnadi, 2013).

7
Sel di dalam tubuh sebagian besarnya memperoleh energi melalui reaksi kimia
yang melibatkan oksigenasi dan pembuangan karbondioksida. Proses pertukaran
gas dari pernapasan terjadi di lingkungan dan darah (Ernawati, 2012).
1. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu ventilasi
pulmoner, difusi gas, dan transfor oksigen serta karbon dioksida ( Saputra,
2013).
1) Ventilasi
Ventilasi merupakan pergerakan udara masuk dan kemudian keluar
dari paru-paru (Tarwoto & Wartonah, 2011). Keluar masuknya udara dari
atmosfer kedalam paru-paru terjadi karena adanya perbedaan tekanan
udara yang menyebabkan udara bergerak dari tekanan yang tinggi ke
daerah yang bertekanan lebih rendah. Satu kali pernapasan adalah satu kali
inspirasi dan satu kali ekspirasi. Inspirasi merupakan proses aktif dalam
menghirup udara dan membutuhkan energi yang lebih banyak dibanding
dengan ekspirasi. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali inspirasi ± 1 –
1,5 detik, sedangkan ekspirasi lebih lama yaitu ± 2 – 3 detik dalam usaha
mengeluarkan udara (Atoilah, 2013).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), ada tiga kekuatan yang
berperan dalam ventilasi, yaitu ; compliance, ventilasi, dan dinding dada,
tegangan permukaan yang disebabkan oleh cairan alveolus, dan dapat
diturunkan oleh adanya surfaktan serta pengaruh otot-otot inspirasi.
a) Pemenuhan atau kemampuan untuk meregang merupakan sifat
yang dapat diregangkannya paru-paru dan dinding dada, hal ini
terkait dengan volume serta tekanan paru-paru. Struktur paru-paru
yang elastic akan memungkinkan paru-paru untuk meregang dan
mengempis yang menimbulkan perbedaan tekanan dan volume,
sehingga udara dapat keluar masuk paru-paru.
b) Tekanan surfaktan. Perubahan tekanan permukaan alveolus
mempengaruhi kemampuan compliance paru. Tekanan surfaktan
disebabkan oleh adanya cairan pada lapisan alveolus yang
dihasilkan oleh sel tipe II.

8
c) Otot-otot pernapasan. Ventilasi sangat membutuhkan otot-otot
pernapasan untuk megembangkan rongga toraks.
2) Difusi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), difusi adalah proses pertukaran
oksigen dan karbon dioksida dari alveolus ke kapiler pulmonal melalui
membrane, dari area dengan konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi
yang rendah. Proses difusi dari alveolus ke kapiler paru-paru antara oksigen
dan karbon dioksida melewati enam rintangan atau hambatan, yaitu ;
melewati surfaktan, membran alveolus, cairan intraintestinal, membran
kapiler, plasma, dan membran sel darah merah. Oksigen berdifusi masuk
dari alveolus ke darah dan karbon dioksida berdifusi keluar dari darah ke
alveolus. Karbon dioksida di difusi 20 kali lipat lebih cepat dari difusi
oksigen, karena CO2 daya larutnya lebih tinggi.
Beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi adalah sebagai
berikut ;
a) Perbedaan tekanan pada membran. Semakin besar perbedaan
tekanan maka semakin cepat pula proses difusi..
b) Besarnya area membrane. Semakin luas area membrane difusi maka
akan semakin cepat difusi melewati membran.
c) Keadaan tebal tipisnya membran. Semakin tipis maka akan semakin
cepat proses difusi.
d) Koefisien difusi, yaitu kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan
membran paru. Semakin tinggi koefisien maka semakin cepat difusi
terjadi.
3) Transfor oksigen
Sistem transfor oksigen terdiri atas paru-paru dan sistem
kardiovaskuler. Penyampaian tergantung pada jumlah oksigen yang masuk
ke dalam paru-paru (ventilasi), darah mengalir ke paru-paru dan jaringan
(perfusi), kecepatan difusi, serta kapasitas kandungan paru ( Perry & Potter,
2009).
Menurut Atoilah (2013), untuk mencapai jaringan sebagian besar (± 97
%) oksigen berikatan dengan haemoglobin, sebagian kecil akan berikatan

9
dengan plasma (± 3 %). Setiap satu gram Hb dapat berikatan dengan 1,34
ml oksigen bila dalam keadaan konsentrasi darah jenuh (100%). Ada
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi transportasi oksigen, yaitu :
1. Cardiac Output
Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung berkurang maka
jumlah oksigen yang ditransport juga akan berkurang.
2. Jumlah eritrosit atau Hb
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan Hb akan
berkurang juga sehingga jaringan akan kekurangan oksigen.
3. Latihan fisik
Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan membaiknya
pembuluh darah sebagai sarana transportasi, sehingga darah akan lancar
menuju daerah tujuan.
4. Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat pelarut atau
plasma darah akan memengaruhi kekentalan darah, semakin kental
keadaan darah maka akan semakin sulit untuk ditransportasi.
5. Suhu lingkungan
Panas lingkungan sangat membantu memperlancar peredaran darah.

2. Pernapasan internal
Pernapasan internal merupakan proses pertukaran gas antara pembuluh
darah kapiler dan jaringan tubuh. Setelah oksigen berdifusi ke dalam
pembuluh darah, darah yang banyak mengandung oksigen akan diangkut ke
seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Di bagian ini terjadi
pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara kapiler sistemik ke sel
jaringan, sedangkan karbon dioksida berdifusi dari sel jaringan ke kapiler
sistemik (Saputra,2013).
Pertukaran gas dan penggunaannya di jaringan merupakan proses perfusi.
Proses ini erat kaitannya dengan metabolisme atau proses penggunaan
oksigen di dalam paru (Atoilah & Kusnadi, 2013).

1
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer
ke dalam alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,
semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian
sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi lainnya adalah kemampuan paru untuk
mengembang dan kemampuan kontaksi menyempitnya paru. Beberapa
faktor yang mempengaruhi ventilasi yaitu adanya konsentrasi oksigen di
atmosfer, adanya kondisi jalan napas yang baik, adanya kemampuan
toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempis.
2. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan
kapiler paru dan CO2 dikapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal
membrane respirasi atau pemeabilitasi yang terdiri dari epitel alveoli dan
interstisial, dan perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (O2 dari alveoli
masuk ke dalam darah karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih
tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah
secara difusi).
3. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu curah jantung, kondisi pembuluh
darah, latihan, pembandingan sel darah dengan darah secara keleluruhan
(hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

1
D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
Menurut Atoillah dan Wartonah (2011) ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi fungsi pernapasan, yaitu :
a. Status kesehatan
Orang yang memiliki sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi
dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan secara adekuat. Sebaliknya,
orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat
mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Penyakit
pada sistem kardiovaskuler berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen
ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat
mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah.
b. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin
tinggi daratan, makin rendah PaO2 sehingga makin sedikit O2 yang dapat
dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki
laju pernapasan dan 26 jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan
yang meningkat. Sebagai kebutuhan oksigen jugaa akan meningkat.
c. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang sebab
merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah
arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah koroner.
Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
d. Gangguan Oksigenasi
Permasalahan pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak lepasdari adanya
gangguan sistem respirasi dan sistem kardiovaskular. Secara garis besar,
gangguan dikelompokan menjadi tiga yaitu gangguan irama/frekuensi
pernapasan, insufisiensi pernafasan dan hipoksia
e. Usia
Perubahan yang terjadi karena penuaan yang mempengaruhi sistem
pernapasan lansia menjadi sangat penting jika sistem mengalami gangguan
akibat perubahan seperti emosional, pembedahan, anestesi, dan prosedur lain.

1
Perubahan-perubahan tersebut membuat dinding nada dan kerja silia
berkurang, membrane mukosa menjadi lebih kering dan rapuh, terjadi
penurunan kekuatan otot dan daya tahan, keadekuatatan ekspansi paru dapat
menurun, penurunan efisiensi sistem imun. Seiring dengan pertambahan
umur, kapasitas paru juga akan menurun. Kapasitas paru orang berumur 30
tahun ke 27 atas rata-rata 3.000 ml samapai 3.500 ml, dan pada orang yang
berusia 50 tahun kapasitas paru kurang dari 3.00ml.
f. Luas permukaan tubuh
Luas permukaan tubuh berkaitan erat dengan berat badan dan tinggi badan.
Semakin luas permukaan tubuh maka semakin banyak oksigen yang di
butuhkan oleh tubuh 28 h. jenis kelamin kapasitas vitual paru berpengaruh
terhadap jenis kelamin seseorang. Volume dan kapasitas paru pada wanita
kirakira 20 samapai 25% lebih kecil daripada pria.

E. Gangguan atau Masalah Kebutuhan Oksigenisi


1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan
oksigen dalam tingkat sel, ditandai dengan warna kebiruan pada kulit
(sianosis). Secara umum terjadinya hipoksia disebabkan oleh menurunnya
kadar Hb, menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah,
menurunnya perfusi jaringan atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan
konsentrasi oksigen.
Perubahan Pola Pernapasan :
1. Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensi lebih dari 20 kali per
menit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektasis atau
terjadinya emboli.
2. Bradipnea merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10
kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan
tekanan intrakranial yang disertai narkotik atau sedatif.
3. Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensiasi
peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat

1
dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi,
napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan
lain-lain.
4. Kusmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat
ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
5. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan
karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi
alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai
dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, atau
ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis,
lumpuhnya otot-otot pernapsan, depresi pusat pernapasan, peningkatan
tahanan jalan udara, penurunan tahanan jaringan paru dan toraks, serta
penurunan compliace paru dan toraks.
6. Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat saat bernapas. Hal ini
dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja
berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
7. Orthopnea merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk
atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada sesorang yang
mengalami kongesif paru.
8. Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-
mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
9. Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan yang ditandai dengan
pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari keadaan normal,
sering ditemukan pada keadaan atelektasis.
10. Biot merupakan pernapasan dengan irama mirip dengan cheyne stokes,
tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada
rangsangan selaput otak, tekanan intrakranial yang meningkat, trauma
kepala, dan lain-lain.
2. Obstruksi Jalan Napas
Obstruksi jalan napas merupakan kondisi pernapasan yang tidak normal
akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi
yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi

1
dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti Cerebro Vascular
Accident (CVA), efek pengobatan sedatif dan lain-lain (Hidayat, 2007).
Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna
mempertahankan jalan nafas yang bersih (Nanda, 2015-2017).
3. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen maupun
karbondioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan
oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi
susunan saraf pusat, atau penyakit radang paru. Terjadinya gangguan
pertukaran gas ini menunjukkan kapsaitas difusi menurun, antara lain
disebabkan oleh penurunan luas permukaan difusi, penebalan membrane
alveolar kapiler, terganggunya pengangkutan oksigen dari paru ke jaringan
akibat rasio ventilasi perfusi tidak baik, anemia, keracunan karbondioksida,
dan terganggunya aliran darah.
1. Dispnea pada usaha napas.
2. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
3. Agitasi.
4. Lelah, letargi.
5. Meningkatnya tahanan vaskular paru-paru.
6. Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO
7. Sianosis

F. Konsep Dasar Asuhan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi


1. Pengkajian
Menurut Nanda (2015), pengkajian merupakan tahap pertama yang paling
penting dalam proses keperawatan. Pengkajian dibedakan menjadi dua jenis
yaitu pengkajian skrining dan pengkajian mendalam. Kedua pengkajian ini
membutuhkan pengumpulan data dengan tujuan yang berbeda. Pengkajian
dilakukan sesuai dengan tanda mayor pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu
dilihat dari data subjektifnya pasien mengatakan sedikit sesak saat bernafas.,

1
dilihat dari data objektif yaitu pasien tampak sedikit kesulitan bernafas dan
dari hasil pemeriksaan nafas diperoleh cepat dan kadar SPO2nya rendah.
Selain itu, menurut Asmadi (2008), pengkajian keperawatan Stroke Non
Hemoragik meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
a. Identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
nomor register, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama merupakan keluhan yang sering menjadi alasan pasien
untuk meminta bantuan kesehatan.
c. Riwayat penyakit saat ini merupakan informasi tentang keadaan dan
keluhan pasien saat timbul serangan Stroke Non Hemoragik.
d. Riwayat penyakit dahulu merupakan suatu riwayat yang dialami oleh
pasien saat dahulu seperti adanya riwayat stroke sebelumnya, riwayat
hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala.
e. Riwayat penyakit keluarga biasanya ada riwayat keluarga yang
menderita hipertensi, diabetes melitus atau adanya riwayat stroke dari
generasi terdahulu.
f. Pengkajian psikososial berhubungan dengan kondisi penyakitnya serta
dampak terhadap kehidupan sosial pasien.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya,
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2016).
Diagnosa/Masalah Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan

Masalah pemenuhan Mampu memenuhi Memasang oksigen


kebutuhan oksigenasi kebutuhan oksigenasi dengan nasal kanul 4
liter/menit

1
3. Prosedur Ketrampilan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
Pemberian oksigen, merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen kedalam paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui
tiga cara yaitu melalui nasal kanul dan masker dengan tujuan memenuhi
kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Alat dan Bahan :
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2. Nasal kanul/simple face mask sesuai ukuran pasien
3. Plaster dan gunting (untuk nasal kanul)
4. Pelumas/jelly

Prosedur Kerja :

A. Perencanaan tindakan :
1. Baca/lihat perencanaan tindakan atau program medik pemberian O2
nasal kanul/face mask, kecepatan oksigen yang diberikan
(Liter/menit)
B. Persiapan Pasien, alat/bahan, praktikan, dan lingkungan :
2. Jelaskan tindakan yang akan diberikan kepada pasien dan keluarga
dengan komunikasi terapeutik :
o Ucapkan salam terapeutik dan menjabat tangan pasien,
check/identifikasi nama pasien
o Kaji keluhan pasien dan mendengarkan dengan penuh perhatian
3. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan lakukan
persetujuan/kontrak tindakan yang akan diberikan.
4. Siapkan alat dan bahan di samping tempat tidur pasien.
5. Lakukan cuci tangan dengan langkah-langkah benar, menggunakan
sabun dan air mengalir.
6. Jaga privacy pasien sesuai kebutuhan dengan menutup pintu/jendela
atau memasang sampiran. Pastikan atur pencahayaan ruangan cukup
terang.

1
C. Pelaksanaan :
7. Atur posisi pasien dengan semi fowler (jika tidak ada
kontraindikasi)
8. Sambungkan nasal kanul atau simple face mask keselang oksigen
dan sumber oksigen (tabung) yang sudah dipasang flow meter dan
humidifier yang berisi air (regulator).
9. Pastikan/periksa selang nasal kanul/face mask berfungsi dengan
baik, yaitu :
o Ada gelembung udara di humidifier
o Terasa ada udara yang keluar dari kanul/face mask
o Sambungan paten tidak bocor, selang tidak tertekuk.
10. Pemberian oksigen dengan nasal kanul :
o Letakan nasal kanul pada lubang hidung pasien.
o Atur selang untuk kenyamanan pasien kebelakang kepala pasien
atau kebelakang telinga kemudian diarahkan ke dagu. Jika
diperlukan pasang plaster dikedua sisi wajah sesuai kebutuhan.
o Tanyakan respon pasien setelah diberi oksigen.
11. Pemberian oksigen dengan face mask :
o Letakan face mask dari lubang hidung kearah bawah, ukuran
face mask disesuaikan dengan ukuran atau bentuk wajah pasien
o Atur selang pita/tali sehingga posisi face mask nyaman untuk
pasien
o Tanyakan respon pasien setelah diberikan oksigen.
12. Atur kecepatan aliran oksigen sesuai program terapi yang
dibutuhkan pasien.
13. Periksa/observasi :
o Untuk nasal kanul/face mask setiap 6-8 jam
o Periksa jumlah kecepatanaliran oksigen dan program terapi
setiap 6-8 jam.
o Pertahankan level air pada botol humidifier setiap waktu

1
o Pada face mask : kaji membran mukosa hidung dari adanya
iritasi dan memberi jelly untik melembabkan membran mukosa
jika diperlukan.
o Pada face mask mengkaji kelembapan kulit wajah dari
kekeringan dan oleskan jelly jika terjadi iritasi.
14. Rapikan/bereskan alat-alat. Atur posisi pasien yang nyaman.
D. Evaluasi/Terminasi :
15. Kaji/evaluasi respon pasien dan memberikan umpan balik sesuai
kebutuhan. Jelaskan tindak lanjut kepada pasien dan keluarga
16. Lakukan kesepakatan/kontrak tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya. Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk
bertanya.
17. Rendam alat-alat jika diindikasi salam larutan klorin
18. Lakukan cuci tangan menggunakan langkah-langkah benar dengan
menggunakan sabun dan air mengalir.

1
BAB III
ASUHAN KESEHATAN

A. Pengkajian
Hari/tgl/jam masuk RS : Kamis, 12 Oktober 2022, Pukul 07.00
Hari/tgl/jam pengkajian : Kamis, 12 Oktober 2022, Pukul 10.00
Nama Pengkaji : Rizka Mailia Dewi
Data Subjektif
1. Biodata
Nama Pasien : Tn.S NamaWali :Ny.D
Umur : 64 Th Umur : 60 Th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Jawa/WNI Suku/Bangsa : Jawa/WNI
Alamat :Way Seputih Alamat : Way Seputih
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : lemah anggota gerak sebelah kiri
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : gangguan mobilitas fisik, tidak bisa
menggerakkan ekstremitas atas dan bawah
tubuh bagian kiri sejak kurang lebih 2 hari
yang lalu.
TD : 132/84 mmHg
N : 94x /menit
RR : 27x /menit
S : 37,4 °C
SPO2 : 93%
c. Riwayat Kesehatan Yang lalu : Klien mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit, dan pasien juga tidak pernah
kecelakaan
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan bahwa tidak ada riwayat
penyakit keturunan.

2
3. Data Pola Kebiasaan Pasien Sebelum Sakit dan Saat Sakit.

Kebiasaan pasien Sebelum sakit Sesudah sakit

a. Pola makan dan minum


1. Makan Pagi (08.00) Pagi (08.00)
Siang (12.00) Siang (12.00)
Malam(19.00) Malam(19.00)
Frekuensi 3x/hari 3x/hari
Jenis Padat Lunak, Lembek Dibantu
Kesulitan/masalah Tidak ada keluarga
2. Minum
Frekuensi 8-9 gelas/hari 8-9 gelas/hari
Jenis Air putih dan teh Air putih
Jumlah 2L/hari 2L/hari

b. Pola istirahat tidur


1. Istirahat siang
Waktu istirahat 13.00 WIB 13.00 WIB
Jumlah jam 1-2 jam 1-2 jam
kesulitan/masalah Tidak ada Tidak ada
2. Istirahat malam
Waktu istirahat 22.00 WIB 21.00 WIB
Jumlah jam 6-8 jam 6-8 jam
Kesulitan/masalah Tidak ada Tidak ada

c. Pola eliminasi
1. BAB
Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Bau Bau khas feses Bau khas feses
Kesulitan/masalah Tidak ada Dibantu keluarga
2. BAK
Frekuensi 4-5x/hari 3-4x/hari
Konsistensi Cair Cair
Warna Kuning Kuning
Bau Bau khas urin Bau khas urin
Kesulitan/masalah Tidak ada Dibantu Keluarga

d. Personal hygiene
1. Mandi
Frekuensi 2x/hari 1x/hari
Penggunaan sabun Sabun batang -
Kesulitan/masalah Tidak ada Dibantu keluarga
2. Gigi
Frekuensi sikat gigi 2x/hari 1x/hari
Penggunaan pasta Menggunakan Menggunakan
gigi pasta gigi pasta gigi
Kebersihan Bersih Kurang bersih
Kesulitan/masalah Tidak ada Dibantu keluarga

2
3. Rambut
Frekuensi cuci 3x/minggu Belum pernah
rambut -
Kebersihan Bersih -
Kesulitan/masalah Tidak ada
4. Kuku
Frekuensi potong
kuku 1x/minggu 1x/minggu
Kebersihan Bersih Bersih
Kesulitan/masalah Tidak ada Dibantu keluarga

4. Data Psikososial
a. Persepsi pasien tentang sakit : Pasien mengatakn tentang sakitnya
adalah karunia dari Allah dan
pasien merasa cemas
b. Harapan Tentang Penyembuhan : Pasien mengatakan bahwa sangat
ingin sembuh
c. Apa Yang Dipikirkan Saat Ini : Pasien mengatakan yang
difikirkannya hanya ingin sembuh
d. Kebiasaan Merokok : Pasien mengatakan ada kebiasaan
merokok
e. Kebisaan minum alkhol : Pasien mengatakan tidak ada
kebiasaan minum alcohol
f. Ketergantungan Obat : Pasien mengatakan tidak ada
ketergantungan pada obat
5. Data Spiritual
a. Kemampuan Beribadah : Pasien mengatakan jarang
beribadah dengan baik dan sholat 5
waktu selama di RS
b. Keyakianan tenatang sehat sakit : Pasien mengatakan yakin dengan
sehat dan sakitnya
c. Keyakinan tentang penyembuhan : Pasien mengatakan sangat
yakin dengan penyembuhan

Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik Umum

2
Tingkat kesadaran : Composmentis
Keadaan umum/keadaan sakit : Lemah
TB : 168 cm
BB : 67 kg
LILA : 28 cm
Status gizi : Baik, dapat dilihat dari hasil perhitunagn
IMT : 23,7
Mobilitas : Berbaring di tempat tidur
Cara Berjalan : Sulit berjalan

2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


Suhu : 37,4 °C
Denyut Nadi : 94x /menit
Pernafasan : 27x /menit
Tekanan Darah : 132/84 mmHg

3. Pemeriksaan Fisik Head To Toe


1) Kulit, Rambut, Kuku
a. Kulit
Inspeksi
Warna kulit : Normal, bewarna sawo matang
Lesi : Tidak Ada lesi
Palpasi
Kelembaban : Lembab
Turgor : Normal
Tekstur : Elastis
Oedema : Tidak ada
Suhu : Normal 37,4°C
b. Rambut
Inspeksi
Warna : Hitam sedikit beruban
Distribusi : Merata

2
Kuantitas : Baik
Palpasi
Tekstur : Sedikit Kasar
c. Kuku
Inspeksi
Warna : Normal, bewarna merah muda
Sudut : Normal, sudut antara kuku dan bantalan
kuku 160°
Palpasi
Insufisiensi sirkulasi : Normal, saat ditekan pucat dan dilepaskan
segera bewarna merah muda
2) Kepala dan Leher
a. Kepala
Inspeksi
Bentuk kepala/wajah : Asimetris
Benjolan dikulit kepala : Tidak ada benjolan/lesi
b. Mata
Inspeksi
Bentuk mata : Simetris
Ketajaman pengelihatan : Dapat melihat dengan baik
Gerakan otot mata : Lemah
Kelopak Mata : Normal, tidak ekstropion/intropion
Konjungtiva : Normal, bewarna merah muda
Sklera : Normal, berwarna putih
Pupil : Normal, isokor sama besar
Reflek pupil : Normal, kontriksi terhadap cahaya
c. Telinga
Inspeksi
Bentuk Aurikel : Simetris
Tragus : Normal, tidak ada benjolan
Mastoid : Tidak ada benjolan
Kanal telinga : Normal, terdapat serumen

2
Gendang telinga : Normal
d. Hidung
Inspeksi
eksternal : Simetris, warna kulit normal, tidak ada
defornitas
Mukosa Hidung : Normal, bewarna merah muda
Kepatenan Hidung : Normal, terasa udara dari ke dua
hidung
Pernafasan cuping hidung : Lembab, warna merah muda
e. Mulut
Inspeksi
Bibir : Pucat, berwarna gelap
Gigi geligi : Terdapat kries dentis
Lidah : Berwarna merah pucat
Mukosa oral/bukal : Bewarna merah muda
Gusi : Normal, merah muda, halus dan lembab
Faring : Normal, bewarna merah muda dan lunak
f. Leher
Inspeksi
Otot leher : Normal, dapat memfleksikan dan
mengekstensikan
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid, bentuk
simetris
Nodus limfe : Tidak ada pembesaran nodus limfe
Palpasi
Kelenjar tiroid : Terdapat gerakan irtimus tiroid saat pasien
Menelan
3) Dada
Inspeksi
Bentuk dada : Normal, simetris
Bentuk tulang belakang : Kifosis
Palpasi

2
Paru
Taktil fremitus : Normal
Jantung : Normal, terdapat denyut pada titik PMI
Auskulturasi
Paru
Suara nafas : Normal vesikuler halus,lembut,nada rendah
inspirasi > ekspirasi
Bunyi nafas tambahan : Tidak ada suara nafas tambahan
Jantung
Bunyi jantung I/II : Lub-dub
Jantung tambahan : Tidak ada bunyi jantung tambahan

4) Perut
Inspeksi
Kulit
Warna : Normal, bewarna sawo matang
Pola vena : Normal
Bentuk abdomen : Simetris
Stiae : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada
Penggerakan dinding perut : Normal
Massa/pononjolan/distensi : Normal
Auskultasi
Bising usus : Normal
Bising pembuluh darah : Normal
Perkusi
Bising usus : Normal
Palpasi
Hepar : Tidak teraba
Limpa : Normal, tidak teraba
Acites : Normal, perubahan dari tympani ke redup
Ginjal : Normal, tidak teraba

2
Kandung kemih : Normal, blass teraba mengalami distensi
akibat terisi urine
5) Genetalia
Inspeksi
Edema : Tidak ada
Varises : Tidak ada

6) Ekstremitas
Inspeksi
Pengecilan otot : Normal tidak ada pengecilan otot
Kesulitan pergerakan sendi : Normal tidak ada kontraktur
Deformitas/kelaianan bentuk : Tidak ada
Pembengkakan/Oedema : Tidak ada pembengkakan
Palpasi
Tonus otot : Normal
Edema (Tekan pre tibia) : Tidak ada
Pembengkakan : Tidak ada pemengkakan
Keterbatasan gerak : Tidak ada keterbatasan gerak
Kulit lengan : Terasa hangat dan lembab
Perkusi
Reflek patela : Normal positif

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
NO Jenis Pemeriksaan Hasil Laboratorium Kadar Normal
A. Hematologi :
1. Leukosit 9,02 10³/µl 3,5-10,5 10³/µl
2. Eritrosit 4,25 10⁶/µl 4,3–5,6 10⁶/µl
3. Hemoglobin 10,5 gr/dL 12-16 gr/dL
4. Hematokrit 37,4% 38,8–50%
5. MCV 88,1 fl 80-86 fl
6. MCH 31,8 pg 27– 31 pg
7. MCHC 36,1 gr/dL 32-36 gr/dL
8. Trombosit 133 10³/µl 150 – 400 10³/µl
9. RDW 11,0% 11,8–15,6%
10. MPV 6,49 µm 6,5-11,0 µm

2
B. Kimia Klinik :
1. Glukosa Darah 147,1 mg/dL 70-130 mg/dL
2. Ureum 24,8 mg/dL 8–24 mg/dL
3. Kreatinin 0,89 mg/dL 0,6-1,2 mg/dL

b. Hasil Pemeriksaan CT Scan Kepala :


1) Tampak gyri dan sulci tak prominent
2) Batas white matter dan gray matter tegas
3) Tampak hasil hipodensi dicortex lobus temporoparientalis dextra yang
menyempitkan ventrikel lateralis dextra
4) Sistema ventrikel tak tampak menyempit/melebar
5) Struktur mediana ditengah tak terdevinisi
6) SPN dan air cellular mastoidea tampak normodens

5. Program Pengobatan
a. Tanggal 12 Oktober 2022
Infus RL + Samcobion : 20 tetes/menit
Omeprazole 40 mg : 1x/hari
Ondansentron 4 mg : 2x/hari
Citicolin 500 mg : 2x/hari
b. Tanggal 13 Oktober 2022
Infus RL + Samcobion : 20 tetes/menit
Omeprazole 40 mg : 1x/hari
Ondansentron 4 mg : 2x/hari
Citicolin 500 mg : 2x/hari
Cilostazol 100 mg : 1x/hari
Mecobalamin 500 mg : 2x/hari
Amlodipin 100 mg : 1x/hari
c. Tanggal 14 Oktober 2022
Infus RL + Samcobion
Omeprazole 40 mg : 1x/hari
Ondancentron 4 mg : 2x/hari
Citicolin 500 mg : 2x/hari
Cilostazol 100 mg : 1x/hari

2
Mecobalamin 500 mg : 2x/hari
Amlodipin 100 mg : 1x/hari
d. Tanggal 15 Oktober 2022
Infus RL + Samcobion
Omeprazole 40 mg : 1x/hari
Ondancentron 4 mg : 2x/hari
Citicolin 500 mg : 2x/hari
Cilostazol 100 mg : 1x/hari
Mecobalamin 500 mg : 2x/hari
Amlodipin 100 mg : 1x/hari

B. Identifikasi masalah KDM/Analisis Data


Data Penunjang (DS,DO) Masalah
DS : Pasien mengeluh sulit menggerakan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
ektremitas atas dan bawah bagian kiri dan dan mobilitas fisik
sedikit sesak saat bernafas

DO : Keadaan Umum: Lemah


TD : 132/84 mmHg
N : 94x /menit
RR : 27x /menit
S : 37,4 °C
SPO2 : 93%

C. Rencana Tindakan
Masalah Analisa Hasil Keperawatan Rencana Tindakan
Pemenuhan Pasien mengatakan sedikit 1. Obsevasi TTV.
kebutuhan oksigenasi sesak saat bernafas dan sulit 2. Kaji masalah pasien
dan mobilitas fisik. menggerakan ektremitas atas tentang oksigenasi.
dan bawah sebelah kiri. 3. Anjurkann Mobilisasi
dini.
4. Kolaborasi dengan
dokter tentang
pemberian obat.

2
D. Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi/Catatan Perkembangan
(SOAP)
Kamis, 10.00 1. Observasi TTV S : Klien mengatakan anggota
13-10-2022 WIB 2. Kaji Keluhan gerak kiri tidak bisa digerakan
Pasien dan sedikit sesak saat bernafas
3. Memberikan O : Keadaan umum : Lemah
terapi oksigen TD : 140/80mmHg
nasal kanul, 4 N : 94x/menit
liter/menit. RR : 27x/menit
4. Anjurkan S : 37,4 °C
mobilisasi dini SPO2 : 93%
5. Berikan posisi A : Stroke Non Hemoragik
nyaman pasien (SNH)
P : Lanjutkan Intervensi
Jumat, 14.30 1. Observasi TTV S : Klien mengatakan anggota
14-10-2022 WIB 2. Kaji Keluhan gerak kiri tidak bisa digerakan
Pasien dan sedikit sesak saat bernafas
3. Memberikan O : Keadaan umum : Lemah
terapi oksigen TD : 186/86mmHg
nasal kanul, 4 N : 95x/menit
liter/menit. RR : 27x/menit
4. Anjurkan S : 37,4 °C
mobilisasi dini. SPO2 : 93%
5. Berikan posisi A : Stroke Non Hemoragik
nyaman pasien. (SNH)
P : Lanjutkan Intervensi
Sabtu, 14.30 1. Observasi TTV S : Klien mengatakan anggota
15-10-2022 WIB 2. Kaji Keluhan gerak kiri tidak bisa digerakan
Pasien O : Keadaan umum : Lemah
3. Memberikan TD : 140/85mmHg
terapi oksigen N : 92x/menit
nasal kanul, 4 RR : 25x/menit
liter/menit. S : 37,4 °C
4. Anjurkan SPO2 : 95%
mobilisasi dini. A : Stroke Non Hemoragik
5. Berikan posisi (SNH)
nyaman pasien. P : Lanjutkan Intervensi

3
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan kesehatan gangguan oksigenasi pada
pasien stroke Non hemoragik di Ruang Penyakit Syaraf RSUD Ahmad Yani
Metro. Berdasarkan tinjauan teori, tinjauan kasus, dan pembahasan dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian didapatkan dari pasien, keluarga, catatan medik, dan
perawat ruangan. Data yang didapatkan berkesinambungan dengan teori
dan jurnal yang didapatkan yaitu pada kasus yang mengalami ganguan
oksigenasi.
2. Diagnosa yang muncul pada kasus yaitu ketidakefektifan bersih jalan
nafas berhubungan dengan reflek batuk yang adekuat, ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan gangguan neurologis, ketidakefektifan
perfusi jaringan otak berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen dan
darah ke otak. Diagnosa ini muncul pada kasus disebabkan karena adanya
tanda dan gejala serta keluhan yang sama yang dirasakan oleh klien.
3. Intervensi kesehatan yang direncanakan sesuai dengan teori NOC dan
NIC yaitu manajemen jalan nafas, terapi oksigen, monitor pernapasan,
monitor tanda-tanda vital, monitor peningkatan intrakranial.
4. Implementasi kesehatan dilaksanakan sesuai rencana tindakan yang telah
peneliti susun. Implementasi kesehatan yang dilakukan pada kasus
pengaturan posisi semi fowler, pengekstensian kepala, mengajarkan teknik
relaksasi. Dalam proses implementasi yang digunakan sesuai dengan
rencana yang dibuat, dan peneliti tidak menemukan adanya perbedaan
antara intervensi yang dibuat dengan implementasi yang dilakukan
diruangan.

3
B. Saran
1. Bagi Institusi pendidikan
Berdasarkan proses yang dijalani dalam pembuatan hasil laporan asuhan
kesehatan ini, diharapkan institusi dapat menambah koleksi buku yang
berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia dalam edisi yang terbaru dan
lengkap. Sehingga dapat menambah literatur bagi pembaca untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai kebutuhan dasar manusia, khususnya
mengenai gangguan oksigenasi.
2. Bagi Mahasiswa dan Peneliti Selanjutnya
Diharapkan mahasiswa dan peneliti dapat melakukan penerapan asuhan
kesehatan gangguan oksigenasi pada pasien dengan stroke Non hemoragik
secara tepat dan dapat mendokumentasikan hasil tindakan yang telah
dilakukan.

3
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. (2006). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit.


Jakarta: EGC
Alimul Hidayat, Aziz. (2009). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tekhnik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.
Atoilah, Elang M. Kusnadi, Engkus. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.
Budyasih, S. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Sistem Pernafasan. In Kesehatan
(Issue 18). Graha Ilmu. http://repository.ump.ac.id/2654/3/SUPRAPTI
BUDYASIH BAB II.pdf
Dewanto, George.(2009). Panduan Praktis dan Tatalaksana Penyakit Saraf.
Jakarta: EGC.
Ernawati. (2012). Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. (A. Rifai, Ed.). Jakarta: Trans Info Media.
Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba medika
Junaidi, Iskandar. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi.
10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 1. Jakarta :
Salemba Medika.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
Saputra, Lyndon.(2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa
Aksara
Smeltzer, S. C., & Bare B. G. ( 2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner &. Suddarth ( Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan.
Suddarth. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. (2009). Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai