A DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI : DYPSNEU BRONTIEKTASIS
DIRUANG ANGREK RSUD MAJENANG
Disusun oleh:
(19.03.0016)
Laporan kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Pada Tn. A Dengan
Gangguan Kebutuhan Oksigenasi” di ruang angrek RSUD Majenang “telah diujikan
dan disetujui oleh Dewan Penguji”
Pembimbing
Penguji,
Ketua Kaprodi
Cilacap
NIK. 69110987
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................3
E. Sistematika Penulisan.........................................................................................4
A. Konsep Dasar......................................................................................................6
B. Konsep keperawatan.........................................................................................15
A. Pengkajian........................................................................................................17
B. Analisa data......................................................................................................20
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................26
A. Pengkajian........................................................................................................26
BAB V PENUTUP......................................................................................................29
A. Kesimpulan.......................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
kapasitas dapar sebab deoksigeneted hemogelobin mengikat lebih banyak H+
lebih dari pada oksihemogelobin. Sebagian dari CO2 dalam sel darah merah
bereaksi dengan gugus amino dari protein, hemoglobin membentuk senyawa
karbamino. (Syariffudin,2011)
A. Rumusan Masalah
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mendapat pengetahuan tentang penanganan masalah
oksigenasi di ruang angrek RSUD Majenang
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan tentang
masalah oksigenasi di ruang angrek RSUD Majenang
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan
gangguan kebutuhan oksigenasi di ruang angrek RSUD
Majenang
c. Penulis mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan
dengan gangguan kebutuhan dasar oksigenasi di ruang angrek
RSUD Majenang
d. agangguan kebutuhan dasar oksigenasi di ruang angrek RSUD
Majenang
C. Manfaat Penulisan
1. Oksigenasi Rumah Sakit
Laporan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi
tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Tn.A Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi: Ketidakefektifan Pola
Nafas Di Ruang Anggrek RSUD Majenang sehingga dapat
memberikan informasi kepada pihak rumah sakit RSUD Majenang
dalam penatalaksanaan medis pasien dengan gangguan
2. Bagi Intuisi Pendidikan
Laporan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi yang
nyata tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Tn.A Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi: Ketidakefektifan Pola
Nafas Di Ruang Angrek RSUD Majenang sehingga dapat dijadikan
sebagai acuan atau referensi dalam pembelajaran di kampus.
3
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan dengan laporan kasus ini mahasiswa dapat
menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Tn.A Dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Oksigenasi: Ketidakefektifan Pola Nafas Di
Ruang Angrek RSUD Majenang yang tepat pada pasien
D. Sistematika Penulisan
Dalam Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Oksigenasi: Ketidakefektifan Pola Nafas Di Ruang
Dahlia RSUD Cilacap, adapun sistematika penulisan laporan kasus ini
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab IV Pembahasan
4
Bab ini berisi tentang pembahasan asuhan keperawtan yang
terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan.
Bab V Penutup
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Definisi
6
oksigenasi bukan oksidasi. Kelarutan CO2 dalam darah kira-kira 20 kali
kelarutan O2 sehingga terdapat lebih banyak CO2 dari pada O2 dalam
larutan sederhana CO2 berdifusi dalam sel darah merah dengan cepat
mengalami hidrasi menjadi H2CO2 seba adanya (anhydrase) berkurangnya
sekresi kringat. Karbonat berdifusi ke dalam plasma. Penurunan
kejenuhan hemogelobin terhadap O2 waktu darah melalui jaringan kapiler
memperbaiki kapasitas dapar sebab deoksigeneted hemogelobin mengikat
lebih banyak H+ lebih dari pada oksihemogelobin. Sebagian dari CO 2
dalam sel darah merah bereaksi dengan gugus amino dari protein,
hemoglobin membentuk senyawa karbamino (Syariffudin,2011).
7
a. Penurunan kapasitas angkut oksigen secara fisio;ogi daya angkut
hemoglobin untuk membawa oksigen kejaringan
b. Penurunan konsentrasi oksigen ispirasi
c. Hivopolemia disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan ciran ekstrakulikuler.
d. Peningkatan laju metabolik akibatnya tubuh mulai memecah
perseediaan protein dan menyebabkan penurunan masa otot
e. Kondisi yang mempngaruhi pergerakan dinding dada seperti,
kehamilan, obesitas, abnormallitas, musculoskeletal.
Faktor perkembangan
Faktor perilaku
Faktor lingkingan
3. Manifestasi Klinis
8
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi Penurun ventilasi permenit,penggunaaan otot nafas tambahan
untuk bernafas, pernafasan laring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada nafas pendek, nafas dengan bibir ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan
kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif
sehingga menjadi gangguan oksigenasi. (Tarwoto & Wartonah, 2010). Selain
itu terdapat tanda dan gejala lainnya seperti:
a. Pola napas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman)
b. Suara napas tidak normal:
1.) Stridor : adalah suara yg terdengar kontinu (tidak terputus-putus),
bernada tinggi yg terjadi baik pada waktu inspirasi ataupun pada
waktu ekspirasi, akan terdengar tanpa menggunakan alat
stetoskop, biasanya bunyi ditemukan pada lokasi saluran nafas
atas (laring) atau trakea, disebabkan lantaran adanya penyempitan
pada saluran nafas tersebut. Pada orang dewasa, kondisi ini
mengarahkan pada dugaan adanya edema laring, tumor laring,
kelumpuhan pita suara, stenosis laring yg umumnya disebabkan
oleh tindakan trakeostomi atau dapat pula akibat pipa
endotrakeal (Nurjanah, 2014).
2.) Wheezing (mengi): Merupakan bunyi seperti bersiul, kontinu,
yang durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar selama:
inspirasi & ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat
melakukan ekspirasi. Penyebab: akibat udara melewati jalan
napas yang menyempit/tersumbat sebagian. Bisa dihilangkan
dengan cara batuk. Dengan karakter suara nyaring, suara terus
menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan
nafas yang menyempit (seperti pada asma & bronchitis kronik).
Wheezing dapat terjadi oleh lantaran perubahan temperature,
allergen, latihan jasmani, dan bahan iritan pada bronkus.
9
3.) Ronchi: Merupakan bunyi gaduh yg dalam. Terdengar sewaktu
ekspirasi. Penyebab: gerakan udara melewati jalan napas yg
menyempit akibat terjadi obstruksi nafas.
c. Perubahan jumlah pernapasan.
d. Batuk disertai dahak.
e. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
f. Dispnea (sesak napas).
g. Penurunan haluaran urin.
h. Takhipnea (Tarwoto & Wartonah, 2010).
4. Anastomis dan fisiologi organ yang berhubungan dengan oksigenasi
Menurut [Drs.H.Syaifudin,2013] struktur sistem pernafasan dibagi
menjadi 2 yaitu ;
1. Sistem pernafasan
a. Hidung
Udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan
humidikasi dan penghangat.
b. Faring
Saluran yang terbagi menjadi 2 untuk udara dan makanan
faring terdiri atas nosofaring dan orofaring yang kaya akan
jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan
kuman pathogen yang masuk bersama udara.
c. Laring
Menyerupai tulang rawan yang buasanya disebut jakun selain
berperan menghasilkan suara berfungsi juga mempertahankan
kepatenan jalan nafas dan melindunggi jalan nafas bawah dari air
dan makanan yang masuk
2. Sistem pernafasan bawah
Siatem pernafasan bawah terdiiri dari trakea dan paru paru
yang dilengkapi dengan bronkus , bronkiolus, alveolus, jaringan
kapiler paru paru dan membrane pleura.
10
a. Trakea
Pipa membrane yang dikolongkan oleh cincin cincin kartilago
yang mehubungkan laring dengan bronkus utama kanan dan kiri
b. Paru
Paru ada dua buah, terletak disebelah kanan dan kiri masing
masing terdiri dari beberapa lobus [paru kanan 3 lobus dan kiri 2
lobus]
5. Pemeriksaan penunjang
a. Bronkosopi
Untuk memperoleh sempel biopsi dan cairan atau sampel
sputum/ benda asing yang menghambat jalan nafas.
b. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
c. Fluroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja
jntung dan kontraksi paru.
d. CT-Scan
Untuk mengetahui adanya massa abnormal.
e. Pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri
Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru untuk
melakukan pertukaran oksigen dan karbondioksida pemeriksaan ini
dilakukan secara efisien dengan menggunakan masker mulut yang
dihubungkan dengan spirometer yang berfungsi untuk mencatat
volume paru, cadangan inspirasi, volume rasidual dan volume
cadangan ekspirasi (Andarmoyo, 2012).
f. Kecepatan aliran ekspirasu puncak
Kecepatan aliran ekspirasi puncak adalah titik aliran tertinggi
yang dicapai selama ekspirasi dan titik ini mencerminkan terjadinya
perubahan ukuran jalan napas menjadi besar (Andarmoyo, 2012).
g. Pemeriksaan gas darah arteri
11
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah
dari pembuluh darah arteri yang digunakan untuk mengetahui
konsentrasi ion hydrogen, tekanan parsial oksigen dan karbondioksida
dan saturasi hemoglobin, pemeriksaan ini dapat menggambarkan
bagaimana difusigas melalui kapiler alveolar dan keadekuatan
oksigenasi jaringan (Andarmoyo, 2012).
h. Oksimetri
Pengukuran saturasi oksigen kapiler dapat dilakukan dengan
menggunakan oksimetri. Saturasi oksigen adalah prosentase
hemoglobin yang disaturasi oksigen. Keuntungannya; mudah
dilakukan, tidak invasive, dan dengan mudah diperoleh, dan tidak
menimbulkan nyeri. Pasien yang bisa dilakukan pemeriksaan ini
adalah klien yang mengalami kelainan perfusi/ ventilasi, seperti
Pneumonia, emfisema, bronchitis kronis, asma embolisme pulmunar,
dan gagal jantung congestive (Andarmoyo, 2012).
i. Pemeriksaan darah lengkap
Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah
merah dan sel darah putih per mm3 darah. Hitung darah lengkap
mengukur kadar hemoglobin dalam sel darah merah. Defisiensi sel
darah merah akan menurunkan kapasitas darah yang menurunkan
kapasitas darah yang membawa oksigen karena molekul hemoglobin
yang terseda untuk mengangkut ke jaringan lebih sedikit. Apanila
jumlah sel darah merah meningkat kapasitas darah yang mengangkut
oksigen meningkat. Namun peningkatan jumlah sel darah merah akan
meningkatkan kekentalan dan risiko terbentuknya
trombus (Andarmoyo, 2012).
j. X-Ray Thorax
Pemeriksaan sinar X-Ray terdiri dari radiologi thoraks, yang
memungkinkan perawat dan dokter mengobservasi lapang paru
12
untuk mendeteksi adanay cairan (misalnya fraktur klavikula dan
tulang iga dan proses abnormal lainnya (Andarmoyo, 2012).
k. Bronskokopi
Bronskokopi adalah pemeriksaan visual pada pohon
trakeobonkeal melalui bronskokop serat optic yang fleksibel, dan
sempit. Bronskokopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi
dan cairan atau sampel sputum untuk mengangkat plak lender atau
benda asing yang menghambat jalan napas (Andarmoyo, 2012).
l. Pemindaian paru
Pemindaian paru yang paling umum adalah pemindaian
Computed Tomografi (CT) Scan paru. Sebuah pemindaian CT paru
dapat mengidentifikasikan massa abnormal melalui ukuran dan
lokasi tetapi tidak dapat mengidentifikasikan tipe jaringan maka
harus dilakukan biposi (Andarmoyo, 2012).
m. Spesimen Sputum
Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe
organisme yang berkembang dalam sputum (misalnya TB Paru).
Sputum untuk sitologi adalah spesimen sputum yang diambil untuk
mengidentifikasi kanker pau abnormal dan dengan tipe sel yang ada
didalamnya (Andarmoyo, 2012).
6. Penatalaaksanaaaan medis
Penatalaksanaan medis gangguan kebutuhan oksigen meliputi
1. Pemantauan hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan dlegatif dalam pembeerian medikasi oleh
dokter
4. Pengggunaan fentilator mrkanin
5. Fisioterapi dada
7. Penataalaksanaan keperawataan
1. Bersihan jalan nafas tidak efeektif
13
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Penghisap lender
d. Jalan nafas bantuan
2. Pola nafas tidak efektif
a. Atur posisi semi fowler
b. Pepemberian oksigenasi
c. Teknik pernafasan dan relaksaasi
3. Gangguan pertukaran gas
a. Atur posisi semi fowler
b. Pemberian okssigenasi
FISIOLOGI PERNAFASAN
1. Mekanisme pernafasan
Paru dan dinding dada adalah struktur yang elastic, dalam keadaan
normal terhadap lapisan cairan tipis antara paru dan dinding dada paru dengan
mudah bergeser pada dinding dada, dinding dada menutup ketika penarikan
nafas rongga dada kembali membesar paru dinding badan bergerak
diagfragma dan tulang dada menutup keposisi semula.
2. Inspirasi
Proses aktif kontraksi otot otot transpirasi yang menaik volume
intatoraks. Pada pemulaan inspirasi menurun dan diparu keatas keatas posisi
yang lebih mengembang pada saat inspirasi pengaliran udara kerongga pleura
dan paru berhenti sebentar ketika tekanan dalam paru bersamaan bergerak
mengelilinggi atmosfer pada waktu penguapan pernafasan volume sebuah
paru berkurang karena kenaikan tekanan udara untuk memperoleh derongan
keluar pada sistem pernafasan
14
B. Konsep keperawatan
Fokus Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Masalah keperawatan yang pernah dialami
2) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
3) Pernah mengalami batuk dengan sputum.
4) Pernah mengalami nyeri dada.
5) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di
atas (Tarwoto & Wartonah, 2015).
b. Riwayat penyakit pernapasan
1) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan
lain-lain.
2) Bagaimana frekuensi setiap kejadian.
c. Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel
kanan, dll) atau peredaran darah (Tarwoto & Wartonah, 2015).
d. Gaya hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.
e. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien saat pengkajian
f. Keluhan tambahan
Keluhan yang dirasakan pasien selain keluhan utama
g. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit, sejak
kapan sesak nafasnya timbul, seperti apa rasanya.
h. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit yang sama atau riwayat penyakit yang turun-
temurun
15
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
b. Gangguan pertukaran gas
c. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kendali otot
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 januari 2021 pada
pukul 14:00 pada tn. A umur 76 tahun jenis kelamin laki-laki,
alamat rt 5/5 majenang, suku jawa, pendidikan terahir SPK,
pekerjaan pensiunan, diagnosa medis Dypsneu brontiektasis.
2. Riwayat penyakit
Pasien datang ke RSUD majenang dengan keluhan sesak
nafas, saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh sesak nafas.
Pasien datang pada tanggal 16 januari 2021, pasien dan keluarga
mengatakan pasien sebelumnya pernah dirawat di RSUD dengan
keluhan dan penyakit yang sama yaitu sesak nafas, dan keluarga
mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien kesadaran komposmetis,
ttv : TD : 110/70 mmHg, N :73. R: 27x/menit S: 36,5 BB: 35 ,TB :
150, Bentuk kepala bulat, rambut hitam beruban, rambut tidak
kotor, kondisi kulit kepala kering dan tidak berbau, mata
konjungtiva terlihat anemis, hidung simetris, telinga bentuk
simetris, tidak kotor, mulut bibir mukosa kering, leher normal
tidak ada benjolan, payudara normal, Abdomen inspeksi : simetris
17
kanan dan kiri, auskultasi : terdengar peristatik usus 26 x/menit,
palpasi : suara tympani, perkusi : tidak ada nyeri tekan.
4. Pola fungsi Gordon
Pengkajian pola Gordon pasien mengatakan tau akan
penyakitnya karena pasien sering sesak, pasien sebelum sakit
makan seperti biasa 3 kali sehari dengan lauk namun dengan porsi
yang sedikit, pasien suka dengan sayur yang berkuah, selama sakit
pasien makan 3 kali sehari dengan diet yang di berikan oleh pihak
rumah sakit, eliminasi pasin saat bab sebelum sakit bab lancar,
warna kuning khas, frekuensi rutin 1-2 kali sehari konsentrasi
padat selama sakit BAB lancar bentuk lembek warna kuning khas,
BAK pasien sebelum sakit lancar tidak ada nyeri warna kuning,
selama sakit BAK lancar, sering kencing.
5. Program terapi
Terapi yang di berikan saat pasien masuk rumah sakit yaitu
infus RL 500cc/24 jam berfungsi untuk mengantikan cairan tubuh
yang hilang, oksigen NRM 15 LPM,yaitu dapat menurunkan
tekanan parsial CO2 darah sehingga dapat digunakan untuk
menurunkan tekanan intracranial, injeksi dexametason 10 mg
18
untuk mengatasi peradangan, reaksi alergi, dan penyakit autoinum,
injeksi omeprazole 40 mg untuk mengatasi gangguan lambung
seperti asam lambung dan tukak lambung.
6. Hasil pemeriksaan penunjang
Labolatorium
Eosinophil 0 % 2-4
Basofil 0 % 0-1
Netrofil batang 0 % 3-5
Neutrofil segmen 92 % 50-70
Lymfosit 1 % 25-40
Monosit 7 % 2-6
Darah rutin
19
MCHC 37,6 % 32-37
Trombosit 286 X10 3/ui 150-400
A. Analisa data
B. Diagnose keperawatan
1. Ketiidak efektifan pola naafas berhubungan dengan
hiperventilasi
20
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kendali otot
Intervensi keperawatan
21
IMPLEMENTASI
22
07:30 meringganka pasien tidak nyaman
nn sesak Do: pasien tampak
nafas lumayan nyaman
dengan posisi yang
sekarang
Kamis Ds:
1. Memposisika
21.01.2021 Do: pasien tanpak
n semifowler
07:300 nyaman dengan
pposisi yang
sekarang
23
dengan posisi pasien tidak nyaman
telungkup tidur posisi terlentang
Do: pasien tanppak
tidak nyaman
EVALUASI
No Indicator aw tj ah
1 Frekuensi 2 5 4
pernafasan
2 Irama pernafasan 2 5 4
24
3. devisiasi sedang dari kebiasaan
normal
4. devisiasi ringan dari kebiasaan
normal
5. 5.tidak da devisiasi
P: intervensi dilanjutkan
- pemberian fentolin
Keterangan:
1. sangat terganggu
2. banyak terganggu
3. cukup tergangggu
4. sedikit terganggu
5. tidak terganggu
p: intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
25
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Tn.
A.dengan gangguan kebutuhan dasar oksigenasi: ketidakefektifan pola nafas di ruang
anggrek RSUD Majenang.
A. Pengkajian
Menurut Anggraini & Hafifah, 2014. Oksigen merupakan salah
satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan
dalam setiap kali bernapas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh
ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan
hematologis. Adanya kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan
hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian
jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan.
26
Dalam hal ini penulis juga menggunakan acuan hierarki
Maslow yang membahas tentang lima kebutuhan dasar pada manusia.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis dalam
psikologis, yang tentunnya bertujuan untuk mempertahankan
kehidupan dan kesehatan.
Pemeriksaan Fisik
27
Pada pemeriksaan fisik pasien kesadaran komposmetis, ttv : TD :
110/70 mmHg, N :73. R: 27x/menit S: 36,5,BB: 35 ,TB : 150 , Bentuk kepala,
bulat,rambut hitam bebruban , rambut tidak kotor, kondisi kulit kepala
kering,dan tidak berbau ,mata konjungtiva terlihat anemis,hidung simetris,
telinga bentuk simetris, tidak kotor, mulut, bibir mukosa kering leher, normal
tidak ada benjolan, payudara normal, Abdomen inspeksi : simetris kanan dan
kiri, auskultasi : terdengar peristatik usus 26 x/menit, palpasi : suara tympani,
perkusi : tidak ada nyeri tekan.
BAB V
28
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
29
1. Bagi rumah sakit
Perlu adanya jam pengaturan jam kunjung dan orientasi
ruangan kepada keluarga pasien agar mudah di pahami oleh keluarga
yang ingin berkunjung terkait dengan keselamatan dan kenyamanan
pasien agar pasien bias beristirahat dengan nyaman.
2. Bagi intuisi pendidikan
Penulis memberikan saran agar pengelolaan pasien di rumah
sakit agar selalu menggunakan SOP sesuai yang diajarkan intuisi
pendidikan untuk diterapkan di RS. Untuk intuisi pendidikan juga
disarankan untuk mengupdate SOP terbaru untuk diajarkan kepada
mahasiswa sehingga dapat memaksimalkan masa depan.
3. Bagi Mahasiswa
Penulis berharap agar mahasiswa dapat melakukan asuhan
keperawatan dengan gangguan kebutuhan dasar oksigenasi dengan
baik sesuai dengan SOP yang sudah sesuai dan sesuai dengan teori-
teori yang diajarkan oleh pembimbing akademik maupun
pembimbing rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
30
Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Kebutuhan dasar Manusia (Oksigenasi). Tangerang :
Graha Ilmu
31