Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPARAWATAN PADA Tn.

A DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI : DYPSNEU BRONTIEKTASIS
DIRUANG ANGREK RSUD MAJENANG

Disusun oleh:

Antonius Agung Winarno

(19.03.0016)

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKES SERULINGMAS CILACAP

TAHUN AJARAN 2020-2021


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Pada Tn. A Dengan
Gangguan Kebutuhan Oksigenasi” di ruang angrek RSUD Majenang “telah diujikan
dan disetujui oleh Dewan Penguji”

Diujikan tanggal: 01 Februari 2021

Pembimbing

Dr. Rachmat S., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB:……………………

Penguji,

1. Arif Hendra Kusuma, Ns., M. Kep:……………………………


NIK. 69110987

2. Sakiyan, Ns., M. Kep:………………………………………….


NIK. 51000175

Cilacap, 01 Februari 2021

Ketua Kaprodi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Serulingmas

Cilacap

Arif Hendra Kusuma, Ns., M. Kep

NIK. 69110987

ii
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telat


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan
laporan kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan Gangguan
kebutuhan oksigenasi”
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada yang terhormat :
1. Direktur yang telah memberikan izin untuk pembuatan kasus keperawatan
sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.
2. Wasis selaku CI di ruang bougenvile dan angrek yang telah meluangkan
waktunya, tenaga dan pikiran untuk menguji penulis dan mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan laporan kasus.
3. Dr. apt.Endang Kartini AM, M.S selaku Direktur STIKES SERULINGMAS
CILACAP
4. Dr.Rachmat Susanto, Ns.,M.kep.,Sp.kep.MB selaku dosen pembimbing
Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Serulingmas Cilacap yang sudah
membimbing penulis dalam pembuatan laporan kasus dengan baik.
5. Sakiyan., Ns.,M.Kep selaku penguji I laporan kasus dan Arif Hendra Kusuma,
Ns., M.Kep selaku penguji II laporan kasus
Semoga Alloh SWT membalas segala kebaikan yang telah beliau berikan.
Besar harapan penulis, laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusuhan asuhan keperawatan banyak kekurangan,
keterbatasan serta pengetahuan yang masih kurang maka dari itu kritik saran untuk
lebih sempurnanya laporan kasus ini sangat penulis harapkan.

Cilacap, 28 Januari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii

KATA PENGANTAR..................................................................................................iii

DAFTAR ISI................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan Penulisan................................................................................................3

D. Manfaat Penulisan..............................................................................................3

E. Sistematika Penulisan.........................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................6

A. Konsep Dasar......................................................................................................6

B. Konsep keperawatan.........................................................................................15

BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................................17

A. Pengkajian........................................................................................................17

B. Analisa data......................................................................................................20

BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................26

A. Pengkajian........................................................................................................26

B. Analisa data, Impementasi dan Evaluasi..........................................................28

BAB V PENUTUP......................................................................................................29

A. Kesimpulan.......................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Respirasi adalah suatu peristiwa ketika tubuh kekurangan oksigen (O 2)


dan O2 yang berada diluar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ pernafasan,
pada keadaan tertentu tubuh kelebihan karbondioksida (CO2), maka tubuh
berusaha mengeluarkan kelebihannya tersebut dengan menghembuskan nafas
(ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antara O 2 dan CO2 di dalam
tubuh (Syariffudin,2011)

Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri dari paru dan sistem


kardiovaskular. Oksigen masuk ke jaringan bergantung jumlah O2 yang masuk
kedalam paru. Pertukaran gas yang cukup pada paru, aliran darah ke jaringan,
dan kapasitas pengangkutan O2 oleh darah. Aliran darah bergantung pada
derajat konsentrasi (vascular bed) dalam jaringan dan curah jantung (cardiac
output). Jumlah O2 dalam darah di tentukan oleh jumlah O2 yang larut
hemoglobin dan anfitas hemoglobin (Syariffudin,2011).

Reaksi hemoglobin dan oksigen, dinamika reaksi hemoglobin sangat


cocok untuk mengangkut oksigen, hemoglobin adalah protein yang terikat
pada rantai poli peptide yang dibentuk oleh porfirin dan satu atom besi ferro.
Masing-masing atom besi dapat mengikat secara reversible dengan satu
molekul O2 besi berada dalam bentuk ferro sehingga reaksinya adalah
oksigenasi bukan oksidasi. Kelarutan CO2 dalam darah kira-kira 20 kali
kelarutan O2 sehingga terdapat lebih banyak CO2 dari pada O2 dalam larutan
sederhana CO2 berdifusi dalam sel darah merah dengan cepat mengalami
hidrasi menjadi H2CO2 sebab adanya (anhydrase) berkurangnya sekresi
kringat. Karbonat berdifusi ke dalam plasma. Penurunan kejenuhan
hemogelobin terhadap O2 waktu darah melalui jaringan kapiler memperbaiki

1
kapasitas dapar sebab deoksigeneted hemogelobin mengikat lebih banyak H+
lebih dari pada oksihemogelobin. Sebagian dari CO2 dalam sel darah merah
bereaksi dengan gugus amino dari protein, hemoglobin membentuk senyawa
karbamino. (Syariffudin,2011)

Apabila tekanan oksigen berada dalam kadar yang terlalu rendah,


maka hal tesebut akan menimbulkan terjadinya hipoksia yang mana hal
tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak yang akan
diikuti oleh peningkatan laju aliran darah ke otak meningkat sehingga kondisi
tersebut akan mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial
(Hendrizal, 2014).
Perawat dalam menjalankan perannya berorientasi terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Salah satu kebutuhan dasar tersebut
adalah oksigen. Seringkali perawat menganggap oksigenasi hanyalah rutinitas
dan baru menganggap serius hal tersebut bila sudah terjadi kegawatan.
Pemahaman perawat tentang terapi oksigenas dalam suatu paket intervensi
asuhan keperawatan sangat berpengaruh terhadap keefektifan dan ketepatan
tindakan yang meliputi indikasi, metode pemberian dan bahaya-bahaya yang
mungkin terjadi selama dalam pemberian oksigen. Pemberian oksigen
merupakan salah satu intervensi kolaboratif yang dilakukan oleh perawat
sebagai bagian dari tim kesehatan dalam upaya menyelesaikan masalah pasien
terutama yang berkaitan dengan gangguan sistem pernafasan.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil
Asuhan Keperawatan dengan judul asuhan keperawatan pada Ny.S dengan
gangguan kebutuhan dasar oksigenasi: ketidakefektifan pola nafas di ruang
Angrek RSUD majenang..

A. Rumusan Masalah

Bagaimana cara melakukan Asuhan keperawatan pada pasien dengan


gangguan kebutuhan dasar oksigenasi : ketidakefektifan pola nafas di ruang
Angrek RSUD majenang

2
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
Mendapat pengetahuan tentang penanganan masalah
oksigenasi di ruang angrek RSUD Majenang
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan tentang
masalah oksigenasi di ruang angrek RSUD Majenang
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan
gangguan kebutuhan oksigenasi di ruang angrek RSUD
Majenang
c. Penulis mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan
dengan gangguan kebutuhan dasar oksigenasi di ruang angrek
RSUD Majenang
d. agangguan kebutuhan dasar oksigenasi di ruang angrek RSUD
Majenang

C. Manfaat Penulisan
1. Oksigenasi Rumah Sakit
Laporan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi
tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Tn.A Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi: Ketidakefektifan Pola
Nafas Di Ruang Anggrek RSUD Majenang sehingga dapat
memberikan informasi kepada pihak rumah sakit RSUD Majenang
dalam penatalaksanaan medis pasien dengan gangguan
2. Bagi Intuisi Pendidikan
Laporan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi yang
nyata tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Tn.A Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi: Ketidakefektifan Pola
Nafas Di Ruang Angrek RSUD Majenang sehingga dapat dijadikan
sebagai acuan atau referensi dalam pembelajaran di kampus.

3
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan dengan laporan kasus ini mahasiswa dapat
menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Tn.A Dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Oksigenasi: Ketidakefektifan Pola Nafas Di
Ruang Angrek RSUD Majenang yang tepat pada pasien

D. Sistematika Penulisan
Dalam Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Oksigenasi: Ketidakefektifan Pola Nafas Di Ruang
Dahlia RSUD Cilacap, adapun sistematika penulisan laporan kasus ini
sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang, rumusan


masalah, tujuan penulisan yang meliputi tujuan khusus, tujuan umum,
manfaat penulisan dan sistemika penulisan.

Bab II Tinjauan Teori

Bab ini bertujuan untuk menjelaskan tentang konsep dasar


oksigenasi yang berisi: pengertian, penyebab, etiologi, manifestasi
klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, konsep asuhan
keperawatan yang berisi: fokus pengkajian, masalah yang mungkin
sering muncul, intervensi keperawatan.

Bab III Tinjauan Kasus

Bab ini berisi tentang tinjauan kasus yang berisi tentang


identitas diri pasien, riwayat penyakit, analisa data, diagnosa
keperawatan sesuai prioritas, implementasi dan evaluasi.

Bab IV Pembahasan

4
Bab ini berisi tentang pembahasan asuhan keperawtan yang
terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan.

Bab V Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan mulai dari pengkajiansampai


dengan evaluasi keperawatan, dokumentasi keperawatan dan saran
yang diberikan untuk rumahsakit intuisi pendidikan dan penulis.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital


dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernapas. Penyampaian
oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi,
kardiovaskuler, dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan oksigen
ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat
menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan
(Anggraini & Hafifah, 2014).

System pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri dari parudan system


kardiovaskular. O2 masuk ke jaringan bergantung jumlah O2 yang masuk
kedalam paru. Pertukaran gas yang cukup pada paru, aliran darah ke
jaringan, dan kapasitas pengangkutan O2 oleh darah. Aliran darah
bergantung pada derajat konsentrasi (vascular bed) dalam jaringan dan
curah jantung (cardiac output). Jumlah O2 dalam darah di tentukan oleh
jumlah O2 yang larut hemoglobin dan anfitas hemoglobin
(Syariffudin,2011).

Reaksi hemoglobin dan oksigen, dinamika reaksi hemoglobin


sangat cock untuk mengangkut O2 hemoglobin adalah protein yang terikat
pada rantai poli peptide yang dibentuk oleh porfirin dan satu atom besi
ferro. Masing-masing atom besi dapat mengikat secara reversible dengan
satu molekul O2 besi berada dalam bentuk ferro sehingga reaksinya adalah

6
oksigenasi bukan oksidasi. Kelarutan CO2 dalam darah kira-kira 20 kali
kelarutan O2 sehingga terdapat lebih banyak CO2 dari pada O2 dalam
larutan sederhana CO2 berdifusi dalam sel darah merah dengan cepat
mengalami hidrasi menjadi H2CO2 seba adanya (anhydrase) berkurangnya
sekresi kringat. Karbonat berdifusi ke dalam plasma. Penurunan
kejenuhan hemogelobin terhadap O2 waktu darah melalui jaringan kapiler
memperbaiki kapasitas dapar sebab deoksigeneted hemogelobin mengikat
lebih banyak H+ lebih dari pada oksihemogelobin. Sebagian dari CO 2
dalam sel darah merah bereaksi dengan gugus amino dari protein,
hemoglobin membentuk senyawa karbamino (Syariffudin,2011).

Salah satu masalah dalam gangguan kebutuhan oksigenasi adalah


hipoksia dan obstruksi saluran nafas. Hipoksia merupakan kondisi tidak
tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat
defesiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel,
sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis).
Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh menurunnya kadar
hemoglobin. Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah,
menurunnya perfusi jaringan,atau gangguan ventilasi yang dapat
menurunnya konsentrasi oksigen. Sedangkan Obstruksi jalan napas
merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernapasan yang
mengalami ancaman,terkait dengan ketidakmampuan bentuk secara
efektif. Hal ini dapat di sebabkjan oleh secret yang kental atau berlebihan
akibat penyakit infeksi, immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk tidak
efektif karena penyakit persarafan seperti cerebrovaskular accident (cva),
akibat efek pengobatan sedatif, dan lain-lain (Hidayat, 2012).

2. Faktor yang mempengaruhi pernafasan Menurut [twarwoto dan wartonah,


2012] ada 5 yaitu:

7
a. Penurunan kapasitas angkut oksigen secara fisio;ogi daya angkut
hemoglobin untuk membawa oksigen kejaringan
b. Penurunan konsentrasi oksigen ispirasi
c. Hivopolemia disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan ciran ekstrakulikuler.
d. Peningkatan laju metabolik akibatnya tubuh mulai memecah
perseediaan protein dan menyebabkan penurunan masa otot
e. Kondisi yang mempngaruhi pergerakan dinding dada seperti,
kehamilan, obesitas, abnormallitas, musculoskeletal.

Faktor perkembangan

Tingkat perkembangan menjadi salah atu faktor pnting yang


mempengaruhi sistem pernapasan individu, contohnya bayi premature, bayi
dan anak anak, anaak usia sekolah, remaja, dewasa muda, paruh baya, dan
lansia.

Faktor perilaku

Perilaku seharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi


pernapasan staus, nutrisi, gaya hidup, kebiasaan berolahraga, kondisional, dan
penggunaan zat zat tertebtu secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

Faktor lingkingan

Biasanya bia disebabkaan oleh suhu rungan yang dapat mempengaruhi


terhadap HB dan oksigen, ketinggian yang akan menyebabkan penurunan
pafdaa tekanan udara sehingga oksigen ikut menurun, polusi seperti asap
rokok atau debu yang menyebabkan sakit kepala, pusing, batuk, tersedak, dan
berbagaai gngguan pernapasan..

3. Manifestasi Klinis

8
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi Penurun ventilasi permenit,penggunaaan otot nafas tambahan
untuk  bernafas, pernafasan  laring  (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada nafas pendek, nafas dengan bibir ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan
kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif
sehingga menjadi gangguan oksigenasi. (Tarwoto & Wartonah, 2010). Selain
itu terdapat tanda dan gejala lainnya seperti:
a. Pola napas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman)
b. Suara napas tidak normal:
1.) Stridor : adalah suara yg terdengar kontinu (tidak terputus-putus),
bernada tinggi yg terjadi baik pada waktu inspirasi ataupun pada
waktu ekspirasi, akan terdengar tanpa menggunakan alat
stetoskop, biasanya bunyi ditemukan pada lokasi saluran nafas
atas (laring) atau trakea, disebabkan lantaran adanya penyempitan
pada saluran nafas tersebut. Pada orang dewasa, kondisi ini
mengarahkan pada dugaan adanya edema laring, tumor laring,
kelumpuhan pita suara, stenosis laring yg umumnya disebabkan
oleh tindakan trakeostomi atau dapat pula akibat pipa
endotrakeal (Nurjanah, 2014).
2.) Wheezing (mengi): Merupakan bunyi seperti bersiul, kontinu,
yang durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar selama:
inspirasi & ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat
melakukan ekspirasi. Penyebab: akibat udara melewati jalan
napas yang menyempit/tersumbat sebagian. Bisa dihilangkan
dengan cara batuk. Dengan karakter suara nyaring, suara terus
menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan
nafas yang menyempit (seperti pada asma & bronchitis kronik).
Wheezing dapat terjadi oleh lantaran perubahan temperature,
allergen, latihan jasmani, dan bahan iritan pada bronkus.

9
3.) Ronchi: Merupakan bunyi gaduh yg dalam. Terdengar sewaktu
ekspirasi. Penyebab: gerakan udara melewati jalan napas yg
menyempit akibat terjadi obstruksi nafas. 
c. Perubahan jumlah pernapasan.
d. Batuk disertai dahak.
e. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
f. Dispnea (sesak napas).
g. Penurunan haluaran urin.
h. Takhipnea (Tarwoto & Wartonah, 2010).
4. Anastomis dan fisiologi organ yang berhubungan dengan oksigenasi
Menurut [Drs.H.Syaifudin,2013] struktur sistem pernafasan dibagi
menjadi 2 yaitu ;
1. Sistem pernafasan
a. Hidung
Udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan
humidikasi dan penghangat.
b. Faring
Saluran yang terbagi menjadi 2 untuk udara dan makanan
faring terdiri atas nosofaring dan orofaring yang kaya akan
jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan
kuman pathogen yang masuk bersama udara.
c. Laring
Menyerupai tulang rawan yang buasanya disebut jakun selain
berperan menghasilkan suara berfungsi juga mempertahankan
kepatenan jalan nafas dan melindunggi jalan nafas bawah dari air
dan makanan yang masuk
2. Sistem pernafasan bawah
Siatem pernafasan bawah terdiiri dari trakea dan paru paru
yang dilengkapi dengan bronkus , bronkiolus, alveolus, jaringan
kapiler paru paru dan membrane pleura.

10
a. Trakea
Pipa membrane yang dikolongkan oleh cincin cincin kartilago
yang mehubungkan laring dengan bronkus utama kanan dan kiri
b. Paru
Paru ada dua buah, terletak disebelah kanan dan kiri masing
masing terdiri dari beberapa lobus [paru kanan 3 lobus dan kiri 2
lobus]
5. Pemeriksaan penunjang
a. Bronkosopi
Untuk memperoleh sempel biopsi dan cairan atau sampel
sputum/ benda asing yang menghambat jalan nafas.
b. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
c. Fluroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja
jntung dan kontraksi paru.
d. CT-Scan
Untuk mengetahui adanya massa abnormal.
e. Pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri
Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru untuk
melakukan pertukaran oksigen dan karbondioksida pemeriksaan ini
dilakukan secara efisien dengan menggunakan masker mulut yang
dihubungkan dengan spirometer yang berfungsi untuk mencatat
volume paru, cadangan inspirasi, volume rasidual dan volume
cadangan ekspirasi (Andarmoyo, 2012).
f. Kecepatan aliran ekspirasu puncak
Kecepatan aliran ekspirasi puncak adalah titik aliran tertinggi
yang dicapai selama ekspirasi dan titik ini mencerminkan terjadinya
perubahan ukuran jalan napas menjadi besar (Andarmoyo, 2012).
g. Pemeriksaan gas darah arteri

11
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah
dari pembuluh darah arteri yang digunakan untuk mengetahui
konsentrasi ion hydrogen, tekanan parsial oksigen dan karbondioksida
dan saturasi hemoglobin, pemeriksaan ini dapat menggambarkan
bagaimana difusigas melalui kapiler alveolar dan keadekuatan
oksigenasi jaringan (Andarmoyo, 2012).
h. Oksimetri
Pengukuran saturasi oksigen kapiler dapat dilakukan dengan
menggunakan oksimetri. Saturasi oksigen adalah prosentase
hemoglobin yang disaturasi oksigen. Keuntungannya; mudah
dilakukan, tidak invasive, dan dengan mudah diperoleh, dan tidak
menimbulkan nyeri. Pasien yang bisa dilakukan pemeriksaan ini
adalah klien yang mengalami kelainan perfusi/ ventilasi, seperti
Pneumonia, emfisema, bronchitis kronis, asma embolisme pulmunar,
dan gagal jantung congestive (Andarmoyo, 2012).
i. Pemeriksaan darah lengkap
Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah
merah dan sel darah putih per mm3 darah. Hitung darah lengkap
mengukur kadar hemoglobin dalam sel darah merah. Defisiensi sel
darah merah akan menurunkan kapasitas darah yang menurunkan
kapasitas darah yang membawa oksigen karena molekul hemoglobin
yang terseda untuk mengangkut ke jaringan lebih sedikit. Apanila
jumlah sel darah merah meningkat kapasitas darah yang mengangkut
oksigen meningkat. Namun peningkatan jumlah sel darah merah akan
meningkatkan kekentalan dan risiko terbentuknya
trombus (Andarmoyo, 2012).
j. X-Ray Thorax
Pemeriksaan sinar X-Ray terdiri dari radiologi thoraks, yang
memungkinkan perawat dan dokter mengobservasi lapang paru

12
untuk mendeteksi adanay cairan (misalnya fraktur klavikula dan
tulang iga dan proses abnormal lainnya (Andarmoyo, 2012).
k. Bronskokopi
Bronskokopi adalah pemeriksaan visual pada pohon
trakeobonkeal melalui bronskokop serat optic yang fleksibel, dan
sempit. Bronskokopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi
dan cairan atau sampel sputum untuk mengangkat plak lender atau
benda asing yang menghambat jalan napas (Andarmoyo, 2012).
l. Pemindaian paru
Pemindaian paru yang paling umum adalah pemindaian
Computed Tomografi (CT) Scan paru. Sebuah pemindaian CT paru
dapat mengidentifikasikan massa abnormal melalui ukuran dan
lokasi tetapi tidak dapat mengidentifikasikan tipe jaringan maka
harus dilakukan biposi (Andarmoyo, 2012).
m. Spesimen Sputum
Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe
organisme yang berkembang dalam sputum (misalnya TB Paru).
Sputum untuk sitologi adalah spesimen sputum yang diambil untuk
mengidentifikasi kanker pau abnormal dan dengan tipe sel yang ada
didalamnya (Andarmoyo, 2012).
6. Penatalaaksanaaaan medis
Penatalaksanaan medis gangguan kebutuhan oksigen meliputi
1. Pemantauan hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan dlegatif dalam pembeerian medikasi oleh
dokter
4. Pengggunaan fentilator mrkanin
5. Fisioterapi dada
7. Penataalaksanaan keperawataan
1. Bersihan jalan nafas tidak efeektif

13
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Penghisap lender
d. Jalan nafas bantuan
2. Pola nafas tidak efektif
a. Atur posisi semi fowler
b. Pepemberian oksigenasi
c. Teknik pernafasan dan relaksaasi
3. Gangguan pertukaran gas
a. Atur posisi semi fowler
b. Pemberian okssigenasi

FISIOLOGI PERNAFASAN

1. Mekanisme pernafasan
Paru dan dinding dada adalah struktur yang elastic, dalam keadaan
normal terhadap lapisan cairan tipis antara paru dan dinding dada paru dengan
mudah bergeser pada dinding dada, dinding dada menutup ketika penarikan
nafas rongga dada kembali membesar paru dinding badan bergerak
diagfragma dan tulang dada menutup keposisi semula.
2. Inspirasi
Proses aktif kontraksi otot otot transpirasi yang menaik volume
intatoraks. Pada pemulaan inspirasi menurun dan diparu keatas keatas posisi
yang lebih mengembang pada saat inspirasi pengaliran udara kerongga pleura
dan paru berhenti sebentar ketika tekanan dalam paru bersamaan bergerak
mengelilinggi atmosfer pada waktu penguapan pernafasan volume sebuah
paru berkurang karena kenaikan tekanan udara untuk memperoleh derongan
keluar pada sistem pernafasan

14
B. Konsep keperawatan

Fokus Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Masalah keperawatan yang pernah dialami
2) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
3) Pernah mengalami batuk dengan sputum.
4) Pernah mengalami nyeri dada.
5) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di
atas (Tarwoto & Wartonah, 2015).
b. Riwayat penyakit pernapasan
1) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan
lain-lain.
2) Bagaimana frekuensi setiap kejadian.
c. Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel
kanan, dll) atau peredaran darah (Tarwoto & Wartonah, 2015).
d. Gaya hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.
e. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien saat pengkajian
f. Keluhan tambahan
Keluhan yang dirasakan pasien selain keluhan utama
g. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit, sejak
kapan sesak nafasnya timbul, seperti apa rasanya.
h. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit yang sama atau riwayat penyakit yang turun-
temurun

8. Gangguan atau masalah keperawatan yang mugkin muncul

15
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
b. Gangguan pertukaran gas
c. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kendali otot

16
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Asuhan keperawatan pada tn. Abad dengan kebutuhan dasar


oksigenasi. Ketidak efektifan pola nafas diruang angrek RSUD majenang
pada tanggal 16 januari 2021. Pengkajian dilakukan oleh penulis pada tanggal
19 januari 2021. Setelah dilakukan pengkajiaan selama 3 hari diperoleh data
sebagai berikut :

1. Identitas klien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 januari 2021 pada
pukul 14:00 pada tn. A umur 76 tahun jenis kelamin laki-laki,
alamat rt 5/5 majenang, suku jawa, pendidikan terahir SPK,
pekerjaan pensiunan, diagnosa medis Dypsneu brontiektasis.
2. Riwayat penyakit
Pasien datang ke RSUD majenang dengan keluhan sesak
nafas, saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh sesak nafas.
Pasien datang pada tanggal 16 januari 2021, pasien dan keluarga
mengatakan pasien sebelumnya pernah dirawat di RSUD dengan
keluhan dan penyakit yang sama yaitu sesak nafas, dan keluarga
mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien kesadaran komposmetis,
ttv : TD : 110/70 mmHg, N :73. R: 27x/menit S: 36,5 BB: 35 ,TB :
150, Bentuk kepala bulat, rambut hitam beruban, rambut tidak
kotor, kondisi kulit kepala kering dan tidak berbau, mata
konjungtiva terlihat anemis, hidung simetris, telinga bentuk
simetris, tidak kotor, mulut bibir mukosa kering, leher normal
tidak ada benjolan, payudara normal, Abdomen inspeksi : simetris

17
kanan dan kiri, auskultasi : terdengar peristatik usus 26 x/menit,
palpasi : suara tympani, perkusi : tidak ada nyeri tekan.
4. Pola fungsi Gordon
Pengkajian pola Gordon pasien mengatakan tau akan
penyakitnya karena pasien sering sesak, pasien sebelum sakit
makan seperti biasa 3 kali sehari dengan lauk namun dengan porsi
yang sedikit, pasien suka dengan sayur yang berkuah, selama sakit
pasien makan 3 kali sehari dengan diet yang di berikan oleh pihak
rumah sakit, eliminasi pasin saat bab sebelum sakit bab lancar,
warna kuning khas, frekuensi rutin 1-2 kali sehari konsentrasi
padat selama sakit BAB lancar bentuk lembek warna kuning khas,
BAK pasien sebelum sakit lancar tidak ada nyeri warna kuning,
selama sakit BAK lancar, sering kencing.

Pada pola aktivitas pasien melakukan kegiatan seperti


toileting, mandi, makan, berpakaian, mobilitas, ambulasi,
berpindah semuanya dibantu dengan keluarga, pola istirahat dan
tidur pasien pasien tidur cukup karena pasien sering terbangun
tengah malam, pengelihatan pasien agak pudar mungkin karena
faktor umur, hubungan pasien sebelum dan selama sakit dengan
keluarga baik baik saja, pola koping stress, dahulu sebelum sakit
keluarga pasien pasien terganggu akan aktivitasnya akibat infus
dan badan tersasa sakit semua, hal ini mempengaruhi pasien dalam
beribadah.

5. Program terapi
Terapi yang di berikan saat pasien masuk rumah sakit yaitu
infus RL 500cc/24 jam berfungsi untuk mengantikan cairan tubuh
yang hilang, oksigen NRM 15 LPM,yaitu dapat menurunkan
tekanan parsial CO2 darah sehingga dapat digunakan untuk
menurunkan tekanan intracranial, injeksi dexametason 10 mg

18
untuk mengatasi peradangan, reaksi alergi, dan penyakit autoinum,
injeksi omeprazole 40 mg untuk mengatasi gangguan lambung
seperti asam lambung dan tukak lambung.
6. Hasil pemeriksaan penunjang
Labolatorium

Funggsi Hasil Satuuan Nilaii rujukan


ginnjal
Creatinin 0,81 Mg/dl L:0,67-1,17
p:051-0,95
Ureum 75 Mg/dl 17-43
Hitungan jenis leokosit

Eosinophil 0 % 2-4
Basofil 0 % 0-1
Netrofil batang 0 % 3-5
Neutrofil segmen 92 % 50-70
Lymfosit 1 % 25-40
Monosit 7 % 2-6
Darah rutin

Lekosit 11,90 X10 3/ui L:3,8-10,6


p:36-11-0
Eritrosit 3,91 X10 6/ui L:4,4-5,9
p:3,8-5,2
Hemoglobin 11,5 Gr/dl L:13,2-17,3
p:11-7-15-5
Hematokrit 40,6 % L:40-52
p:35-47
MCV 78,3 F1 82-98
MCH 29,4 Pq 27-32

19
MCHC 37,6 % 32-37
Trombosit 286 X10 3/ui 150-400

A. Analisa data

No Analisa data Etiologi Problem


1 Ds: Hiperventilasi Ketidak
- pasien mennggatakann efektifan pola
paien mengeluh sesak nafas
afas sejak 1 minggu yang
lalu dan tak kunjung
sembuh
Do:
- pasien tanpak pucat dan
nafas terngah ngah
- Td:110/70 mmHg
- N: 103 kali/menit
- S: 36,5 °C
- RR: 27 kali/menit
2 Ds: Penurunan Hambatan
- keluarga passion kendali otot mobilitas fisik
mengatakan pasien lemas
dan setiap mobilitas
selalu dibantu
Do:
- pasien terlihat Nampak
lemas dan saat
mobilisasi dibantu oleh
keluarganya

B. Diagnose keperawatan
1. Ketiidak efektifan pola naafas berhubungan dengan
hiperventilasi

20
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kendali otot

Intervensi keperawatan

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
1 Ketidak Setelah dilakukan tindakan 1. monitor status 1. untuk
efektifan pola kepeerawwatan 2x24 diharapkan peerrnafasaan mengetahui
nafas kebutuhan oksigenasi passion terpenuhi dan oksigenasi status
dengan kriteria 2. posisikan pernafasan
Hasil: untuk pasien
No Indicator Aw tj ah meringgankan 2. posissikaan
1 Frekuensi 2 5 n sesak nafas semi fowler
pernafasan 3. motivasi 3. untuk
2 Irama 2 5 pasien untuk mengefektifka
pernafaasa nafas dalam n pola nafas
n 4. ajaarkanpasien pasien
bagaimana 4. untuk
1. Devisiasi bert dari kebisaan menggunakan mengetahuii
normal inhaler agar pasien
2. devisiasi yang cukup berat 5. kolaborassi bisa
dari kebiasaan normal pengobatan menggunakan
3. devisiasi sedang dari fentolin inhale
kebiasaan normal 5. untuk
4. devisiasi ringan dari mengetahui
kebiasaan normal penyembuhan
5. 5.tidak da devisiasi
2 Hambatann Setelah dilakukan tindakan keprawatan 1. monitor 1. untuk
mmobilitass selama 2x24 jam diharapkan ambulasi perbaikan mengetahui
fissik yang dialami oleh pasien diharaapkan postur tubuh apakah tubuh
dapat membaik dengan kriteria: 2. bantu untuk pasien ada
Hasil: posisi tidur yang
No Indikasi Aw tj ah yang tepat bermasalah
1 Menimaba 2 5 3. -instrusikan atau tidak
ng bb untuk 2. agar pasien
2 Berjalan 2 5 menghindari dapat tidur
dngan posisi tidur dengan
jarak dekat telungkup nyaman
4. kolaborasikan 3. untuk
Keterangan: dengan mengetahui
1. sangat terganggu fisioterapi perkembanga
2. banyak terganggu dalam n pasien
3. cukup tergangggu mengembangk
4. sedikit terganggu an mekanik
5. tidak terganggu tubuh
iindikasi

21
IMPLEMENTASI

No. Dx keprawatan Hari tgl Implementasi Evaluasi Paraf

1 Ketidak efetifan Selasa 1. Memonitor Ds: keluarga pasien


pola nafas 19.01.2021 status mengatakan pasien
berhubungan 07:30 pernafasan sesak nafas
dengan dan oksigen Do: tepasien tanpak
hiperventilasi tepasang nasal kanul

Selasa 2. posisikan Ds: pasien


19.01.2021 untuk mengatakan
08:00 meringganka posisiinya tdak
nn sesak nyaman
nafas Do: pasien dan
keluarga tanpak
kooperatif

Selasa 3. motivasi Ds: keluarga pasien


19.01.2021 pasien untuk mengatakan nafasnya
11:00 nafas dalam masih sesak
Do: pasien tanpak
nafasnya terngah ngah

Selasa 4. ajarkan Ds: -


19.01.2021 pasien Do: pasien kooperatif
11:00 bagaimana
menggunaka
n inhaler

Selasa 5. kolaborasi Ds:


19.01.2021 pengobatan Do: pasien tanpak
12:00 fentolin mendingan setelah
diberikan obat
fentolin

Rabu a. posisikan Ds: keluarga pasien


20.01.2021 untuk mengatakan posisi

22
07:30 meringganka pasien tidak nyaman
nn sesak Do: pasien tampak
nafas lumayan nyaman
dengan posisi yang
sekarang

Rabu b. anjurkan Ds:


20.01.2021 pasien untuk Do: pasien tanpak
10:00 nafas dalam kooperatif

Rabu Ds: pasien dan


c. kolaborasi
20.01.2021 keluarga mengatakan
pengobatan
12:00 cemas dan takut
fentolin
Do: pasie dan
keluarga kooperatif
dan nyaman setelah
diberikan obat

Kamis Ds:
1. Memposisika
21.01.2021 Do: pasien tanpak
n semifowler
07:300 nyaman dengan
pposisi yang
sekarang

Kamis Ds: keluarga


2. kolaborasi
21.01.2021 mengatakan pasien
pengobatan
12:00 susah tidur jika
fentolin
nafasnya sesak
Do: pasien bisa tidur
setelah diberikan obat
2 Hambatan Selasa Membantu untuk Ds: -
mobiilitas 19.01.2021 mendemostrasika Do: pasien dan
fisikberhubungan n posisi tidur keluarga kooperatif
dengan yang tepat
penurunan
kendali otot
Rabu Menginstrusikan Ds: paien dan
20.01.2021 untuk keluarga mengatakan
menghindari tidur pasien sepertinya

23
dengan posisi pasien tidak nyaman
telungkup tidur posisi terlentang
Do: pasien tanppak
tidak nyaman

Kamis Mengkolaboradsi Ds: keluarga


21.01.2021 kan dengan mengatakan pasien
fisioterapi dalam tidak bisa berjalan
mengembangkan Do: pasien terlihat
peningkatan hanya bisa berbaring
mekanik tubuh ditempat tidur
sesuai indikasi

EVALUASI

No Dx keperawatan Tanggal Catatan perkembangan paraf


1 Ketidak efektifan Jumat S: keluarga mengatakan pasien sesak nafas
pola nafas 22.01.202 sejak satu minggu yang lalu dan tidak
1 kunjung sembuh
O: pasien tanpak pucat dan nafas terngah
ngah
Td: 110/70 mmHg
N: 103 x/menit
S: 36,5 C
Rr: 27 x/ menit
A: Masalah belum teratasi

No Indicator aw tj ah
1 Frekuensi 2 5 4
pernafasan
2 Irama pernafasan 2 5 4

1. 1.devisiasi bert dari kebisaan normal


2. devisiasi yang cukup berat dari
kebiasaan normal

24
3. devisiasi sedang dari kebiasaan
normal
4. devisiasi ringan dari kebiasaan
normal
5. 5.tidak da devisiasi

P: intervensi dilanjutkan
- pemberian fentolin

2 Hambatan Jumat S: keluarga mengatakan pasien masih lemas


mobilitas fisik 22.01.202 O: pasien masih tanpak lemas
berhubungan 1 A:
dengan No Indikasi Aw tj ah
penurunan 1 Menimabang 2 5 4
kendali otot bb
2 Berjalan 2 5 4
dngan jarak
dekat

Keterangan:
1. sangat terganggu
2. banyak terganggu
3. cukup tergangggu
4. sedikit terganggu
5. tidak terganggu
p: intervensi dilanjutkan

BAB IV

PEMBAHASAN

25
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Tn.
A.dengan gangguan kebutuhan dasar oksigenasi: ketidakefektifan pola nafas di ruang
anggrek RSUD Majenang.

A. Pengkajian
Menurut Anggraini & Hafifah, 2014. Oksigen merupakan salah
satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan
dalam setiap kali bernapas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh
ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan
hematologis. Adanya kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan
hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian
jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan.

Pada tahap pengkajian hal-hal yang dikaji sesuai dengan


konsep keperawatan yaitu identifikasi, status kesehatan, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga
dan pengkajian pola fungsional Gordon.

Penulis dalam mendapatkan data dari pasien menggunakan


teknik pengumpulan data dengan wawancara dan studi pustaka. Dalam
pengumpulan data, penulis menggunakan pengkajian pola fungsional
Gordon. Alasan penulis menggunakan pola pengkajian fungsional
menurut Gordon adalah bahwa pola fungsional Gordon ini mempunyai
aplikasi luas untuk para perawat dengan latar belakang praktek yang
beragam. Model pola fungsional kesehatan terbentuk dari hubungan
antara pasien dan lingkungan dan dapat digunakan untuk
perseorangan, keluarga dan komunitas. Setiap pola merupakan suatu
rangkaian perilaku yang membantu perawat mengumpulkan,
mengorganisasikan dan memilah-milah data (Potter,2010)

26
Dalam hal ini penulis juga menggunakan acuan hierarki
Maslow yang membahas tentang lima kebutuhan dasar pada manusia.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis dalam
psikologis, yang tentunnya bertujuan untuk mempertahankan
kehidupan dan kesehatan.

Hasil pengkajian pola Gordon yang penulis lakukan


diantaranya terjadi masalah oksigenasi yaitu ketidakefektifan pola
nafas. Penulis mengambil diagnosa ketidakefektifan pola nafas
dikarenakan pada saat pengkajian kepada Ny.S mendapatkan hasil
bahwa pasien mengalami sesak nafas dan nyeri dada akibat aktivitas
yang berlebih.

Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak


terlepas dari adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik
pada anatomi maupun fisiologis dari organ-organ respirasi.
Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat disebabkan adanya
gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler.

Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya


oleh peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif dan lain-lain.
Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh
tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan-gangguan
respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu: gangguan irama/frekuensi
pernapasan, insufisiensi pernapasan dan hipoksia. (Anggraini &
Hafifah, 2014)

Pemeriksaan Fisik

27
Pada pemeriksaan fisik pasien kesadaran komposmetis, ttv : TD :
110/70 mmHg, N :73. R: 27x/menit S: 36,5,BB: 35 ,TB : 150 , Bentuk kepala,
bulat,rambut hitam bebruban , rambut tidak kotor, kondisi kulit kepala
kering,dan tidak berbau ,mata konjungtiva terlihat anemis,hidung simetris,
telinga bentuk simetris, tidak kotor, mulut, bibir mukosa kering leher, normal
tidak ada benjolan, payudara normal, Abdomen inspeksi : simetris kanan dan
kiri, auskultasi : terdengar peristatik usus 26 x/menit, palpasi : suara tympani,
perkusi : tidak ada nyeri tekan.

B. Analisa data, Impementasi dan Evaluasi


Diagnisa keperawatan di definisikan sebagai penilaian klinis
tentang pengalaman atau respon individu, keluarga, kelompok, atau
komunitas tehadap masalah kesehatan atau proses kehidupan aktual
atau potensial, dan memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil yang dapat dipertanggungjawabkan..

1. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata yang


sesuai dengan teori :
 Ketidak efektifan pola nafas b.d hiperventilas
2. Diagnosa yang tidak ditemukan pada kasus nyata tetapi ada
dikonsep teori
 Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan mukosa
berlebihan.

BAB V

28
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan tentang gangguan


kebutuhan dasar oksigenasi: ketidakefektifan pola nafas pada Tn.A
yang sedang mendapatkan perawatan diruang angrek RSUD majengang
mulai tanggal 16 januari 2021 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 19 januari 2021
menunjukan bahwa:
1. Tn.A mengalami sesak nafas jika melakukan suatu aktivitas yang
berat pasien sesak.
2. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah ketidakefektifan pola
nafasyang berhubungan dengan hiperventilasi, hambatan mobilitas
berhubungan dengan penurunan kendali otot.
3. Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn.A adalah
memposisikan pasien untuk tidur semi flowler, memberikan
oksigen nasal kanul, dan mengajarkan untuk tidak beraktivitas yang
berat.
4. Tindakan dilakukan dalam dua hari yaitu, memonitor tekanan
oksigen pasien, melakukan tindakan ttv, dan mengajarkan pasien
untuk tidak melakukan aktivitas memberat.
5. Hasil evaluasi selama dua hari setelah dilakukan tindakan
keperawatan adalah ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi pada Tn.A masih sedikit mengalami sesak
nafas.

B. Saran

29
1. Bagi rumah sakit
Perlu adanya jam pengaturan jam kunjung dan orientasi
ruangan kepada keluarga pasien agar mudah di pahami oleh keluarga
yang ingin berkunjung terkait dengan keselamatan dan kenyamanan
pasien agar pasien bias beristirahat dengan nyaman.
2. Bagi intuisi pendidikan
Penulis memberikan saran agar pengelolaan pasien di rumah
sakit agar selalu menggunakan SOP sesuai yang diajarkan intuisi
pendidikan untuk diterapkan di RS. Untuk intuisi pendidikan juga
disarankan untuk mengupdate SOP terbaru untuk diajarkan kepada
mahasiswa sehingga dapat memaksimalkan masa depan.
3. Bagi Mahasiswa
Penulis berharap agar mahasiswa dapat melakukan asuhan
keperawatan dengan gangguan kebutuhan dasar oksigenasi dengan
baik sesuai dengan SOP yang sudah sesuai dan sesuai dengan teori-
teori yang diajarkan oleh pembimbing akademik maupun
pembimbing rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

30
Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Kebutuhan dasar Manusia (Oksigenasi). Tangerang :
Graha Ilmu

Bulechek, G. (2016). edisi enam Nursing interventions classification ( N I C ).


singapore: elsevier Global rights.

Judha, M. (2012). Anatomi & fisiologi rangkuman sederhana belajar anatomi


fisiologi untuk mahasiswa kesehatan dan keperawatan. Yogyakarta: Gosyen.

Heardman. (2018).buku diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-2020.


Jakarta: EGC

Hendrizal. (2014). Perkembangan saturasi oksigen pada tubuh. Jakarta: EGC

Hidayat. (2012). Peredaran oksigenasi. Yogyakarta: Gramedia

Nurjanah. (2014). Pola nafas normal dan abnormal . Jakarta: EGC

Robbins,Stanley L. (1995). Buku ajar patologi II Ed.4. Jakarta : EGC

Syariffudin. (2011). Anatomi fisiologi : kurikulum kopetensi untuk keperawatan &


kebidanan, Ed.4. Jakarta : EGC

Sue, Moorhead, D.(2016). Edisi enam Nursing outcomes classification


(Noc).Singapore: Elsevier Global Rights

Somantri, Irman. (2009). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan


sistem pernapasan. Jakarta: salemba
Tarwoto & wartonah. (2010). Klien Gangguan pernapasan Seri Asuhan
Keperawatan Jakarta: EGC Tanjung, D
Takatelide, Febriyanti W, Kumaat Lucky T, & Malara Reginus T. (2017). Pengaruh
terapi oksigenasi nasal prong terhadap perubahan saturasi oksigen pasien
cedera kepala di instalasi gawat darurat prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Vol.01, no:02

31

Anda mungkin juga menyukai