Dosen Pembimbing:
Disusun oleh:
TAHUN 2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien dengan Pola Napas Tidak Efektif pada Pasien Ny.W
dengan Diagnosa Medis Ca Mamae di Bangsal Rama RSU Mitra Paramedika ” dengan baik
dan lancar. Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen pembimbing mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Dasar yaitu Ibu Titik
Endarwati, SKM., MPH.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................................iii
BAB I.....................................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
A. Pengertian Pola Nafas Tidak Efektif.....................................................................................3
B. Patofisiologi.............................................................................................................................3
C. Etiologi Pola Nafas Tidak Efektif..........................................................................................5
D. Manifestasi Klinis Pola Nafas Tidak Efektif.........................................................................6
E. Tanda dan Gejala Pola Nafas Tidak Efektif.........................................................................7
F. Pengkajian Data......................................................................................................................7
G. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................................10
H. Perencanaan..........................................................................................................................11
I. Implementasi Keperawatan.................................................................................................11
J. Evaluasi Keperawatan..........................................................................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................................................12
A. Kesimpulan........................................................................................................................39
B. Saran.................................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................40
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF
PADA PASIEN Ny. W DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA MAMAE
DI BANGSAL RAMA
RSU MITRA PARAMEDIKA
Hari : Rabu
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh
manusia dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi. Salah
satunya adalah kebutuhan oksigen. Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital
dalam kehidupan manusia yang berperan penting di dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ sel tubuh. Secara normal elemen
ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas.
1
4. Apa manisfestasi klinis pola nafas tidak efektif ?
5. Apa saja tanda dan gejala dari pola nafas tidak efektif ?
C. Tujuan
Tujuan umum
Tujuan umum penyusunan askep ini adalah agar mahasiswa khususnya mahasiswa
D3 keperawatan , mampu mengingat kembali (review) mengenai konsep
pemenuhan kebutuhan oksigenasi dan praktek keperawatan yang bisa
diimplementasikan pada klien yang mengalami gangguan oksigenasi
Tujuan khusus
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari pola nafas tidak efektif
D. Manfaat
Manfaat teoritis
Manfaat praktis
1. Bagi RSU Mitra Paramedika
Sebagai bahan masukan dalam penggunaan tindakan keperawatan dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Patofisiologi
Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan
oksigen untuk kelangsungan metanolisme sel – sel tubuh dan pertukaran gas. Melalui
peran sistem respirasi oksigen di ambil dari atmosfir, ditransfor masuk ke paru – paru
dan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida di alveoli, selanjutnya
oksigen akan di difusikan untuk masuk ke kapiler darah untuk di manfaatkan oleh sel
sel dalam proses metabolisme. Proses oksigenasi dibumai dari pengambilan oksigen
dari atmosfir, kemudian oksigen masuk melalui organ pernafasan bagian atas seperti,
hidung atau mulit, faring laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernafasan bagian
bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus tersier (segmental),
terminal bronkiolus, dan selanjutnya masuk ke alveoli. Pernafasan (respiratori) adalah
peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh
(inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi
ke luar tubuh (ekspirasi). Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas
tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi gas, dan transfortasi oksigen.
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses untuk menggerakan gas ke dalam dan keluar paru-
paru. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan
antara udara atmosfir dengan alveoli. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru
thoraks yang elastic dan persyarafan yang utuh. Otot pernafasan inspirasi utama
adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik, yang keluar dari medulla
spinalis pada vertebra servikal keempat. Pada inspirasi, dada mengembang, diafragma
turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi
Difusi gas adalah bergeraknya gas O2 dan CO2 atau partikel lain dari area
yang bertekanan tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Di dalam alveoli ,O2
melintasi membrane alveoli-kapiler dari alveoli ke darah karena adanya perbedaan
tekanan PO2 yang tinggi di alveoli dan tekanan pada kapiler yang lebih rendah.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi
membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan
oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler dara
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor
Transfortasi oksigen adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari
jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah. Oksigen perlu ditransportasikan dari
paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan
kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan
hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai
oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit)
d. Latihan (exercise)
e. Keadaan pembuluh darah
4
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh system respirasi,
kardiovaskuler, dan keadaan hematologi
Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi
jantung untuk memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke atrium
kiri dari vena pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta
melalui katup aorta. Kemudian dari aorta darah disalurkan ke seluruh sirkulasi
sistemik melalui arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk
vena yang kemudian dialirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari
atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan melalui katup pulmonalis untuk
kemudian dialirkan ke paru-paru kanan dan kiri untuk berdifusi. Darah mengalir
di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan bersikulasi secara sistemik
berdampak pada kemampuan transport gas oksigen dan karbon dioksida.
Hematologi
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbon
dioksia dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa
eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3 % oksigen larut
dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan
setiap molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan
satu molekul oksigenasi membentuk oksihemoglobin (HbO2). Afinitas atau ikatan
Hb dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, ph, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam
darah merah. Dengan demikian besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan
memengaruhi transport gas.
C. Etiologi Pola Nafas Tidak Efektif
Menurut buku Standar Diagnosos Keperawatan Indonesia (SDKI) tahun 2017,
penyebab pola nafas tidak efektif antara lain sebagai berikut :
1) Depresi pusat pernafasan
2) Hambatan upaya nafas (misalnya, nyeri saat bernafas, kellemahan otot pernafasan)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuskular
6) Gangguan neurologis (misalnya, elektroensefalogram (EEG) positif, cedera
kepala, gangguan kejang)
5
7) Imaturitas neurologis
8) Penurunan energi
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13) Cedera pada medulla spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan
6
7) Biot, adalah pernafasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan priode
yang tidak teratur, misalnya pada penyakit meningitis.
F. Pengkajian Data
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan. Kegiatan
yang dilakukan saat pengkajian adalah mengumpulkan data, memvalidasi data,
pengorganisasian data dan mencatat data yang diperoleh. Langkah ini merupakan
dasar untuk perumusan Diagnosis keperawatan dan mengembangkan rencana
keperawatan sesuai kebutuhan pasien serta melakukan implementasi keperawatan
(Dinarti, dkk. 2009)
Informasi yang didapat dari pasien di rumah sakit dikategorikan menjadi data
subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang didapatkan melalui
wawancara dimana wawancara itu sendiri bisa melalui 2 cara, pertama autoanamnesa,
yaitu wawancara dengan pasien langsung. Kedua, alloanamnese yaitu wawancara
dengan keluarga/orang terdekat. Data yang didapatkan berupa: identitas pasien,
7
riwayat kesehatan pasien, keluhan pasien, pola koping, aktivitas sehari-hari pasien,
serta masalah psikososial pasien. Data objektif merupakan data yang diperoleh
melalui hasil observasi atau pemeriksaan.Dapat dilihat, dirasa, didengar atau
dicium.Disebut juga sebagai tanda atau gejala (Deswani, 2009). Pengkajian yang
dilakukan pada klien dengan gangguan pola nafas tidak efektif meliputi:
a. Identitas pasien
Mulai dari nama klien, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, no MR dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama akan membantu dalam mengkaji keluhan pasien tentang
kondisi saat ini untuk menentukan prioritas masalah dan intervensi
keperawatan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat penyakit sekarang di mulai dengan perawat menanyakan
tentang perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga pasien meminta
pertolongan dan dilakukannya pengkajian saat itu. Misalnya, sejak kapan
keluhan di rasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi,
bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana pertama kali keluhan timbul,
apa yang dilakukan ketika keluhan terjadi, keadaan apa yang memperberat dan
memperingan keluhan, adakah usaha mengatasi keluhan ini sebelum meminta
pertolongan, berhasil atau tidakkah usaha tersebut dan sebagainya. Setiap
keluhan utama harus ditanyakan kepada pasien sedetail-detailnya, dan
semuanya diterangkan pada riwayat penyakit sekarang. Pada umumnya,
beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala adalah lama
timbulnya (durasi), lokasi penjalarannya, sifat keluhan, berat ringannya, mulai
timbulnya, serta faktor-faktor yang memperingan atau memperberat, dan
gejala yang menyertainya.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita pasien sebelum
muncul penyakit yang sekarang.
e. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada masalah pola nafas meliputi empat
teknik , yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
1) Inspeksi
a) Kondisi kulit dan membran mukosa
8
b) Bagian dada (misalnya kontur rongga interkosta, diameter antero
posterior, struktur toraks, dan pergerakan dinding dada)
c) Pola napas, meliputi:
- Tipe jalan napas, meliputi napas spontan melalui hidung/ mulut atau
menggunakan selang
- Frekuensi dan kedalaman pernapasan, pernapasan cuping hidung
- Sifat pernapasan, yaitu pernapasan torakal, abdominal, atau kombinasi
keduanya
- Irama pernapasan, meliputi durasi inspirasi dan ekspirasi
- Ekspansi dada secara umum
- Adanya sianosis, deformitas, atau jaringan parut pada dada
2) Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus menurun.selain itu,
palpasi dilakukan untuk mengetahui suhu kulit, pengembangan dada,
abnormalitas massa dan kelenjar, sirkulasi perifer, denyut nadi serta
pengisian kapiler.
3) Perkusi
Perkusi bertujuan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta
untuk mengkaji keberadaan abnormalitas cairan atau udara di dalam paru-
paru. Suara perkusi normal adalah suara perkusi sonor dengan bunyi
seperti “dug-dug”. Suara perkusi yang redup terdapat pada penderita
infiltrate, konsolidasi, dan efusi pleura. Suara perkusi yang pekak atau
kempis (suara seperti ketika kita memperkusi paha) terdengar apabila
perkusi dilakuan di atas daerah yang mengalami atelectasis, atau dapat
juga terdengar pada rongga pleura yang terisi oleh nanah, tumor pada
permukaan paru, atau fibrosis paru dengan penebalan pleura. Hipersonan
atau bunyi drum dapat ditemukan pada penyakit tertentu, misalnya
pneumonia dan emfisema.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan di
dalam tubuh. Bagian yang diperhatikan adalah nada, intensitas, durasi,
dan kualitas bunyi. Auskultasi dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat suara napas yang tidak normal.
9
Suara napas dasar adalah suara napas pada orang dengan paru yang
sehat. Suara napas ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu bunyi napas
vesikular, bronkial, dan bronkovesikular. Bunyi napas vesikular bernada
rendah, terdengar di sebagian besar area paru, serta suara pada saat
inspirasi lebih keras dan lebih panjang daripada saat ekspirasi. Bunyi
napas bronkial hanya terdengar di daerah trakea, bernada tinggi, serta
keras dan panjang pada saat ekspirasi. Bunyi napas bronkovesikular
terdengar pada area utama bronkus dan area paru bagian kanan atas
posterior, bernada sedang, serta bunyi pada saat ekspirasi dan inspirasi
seimbang.
Suara napas tambahan adalah suara yang terdengar pada dinding
toraks yang disebabkan oleh kelainan dalam paru, termasuk bronkus,
alveoli dan pleura. Contoh suara napas tambahan adalah rales dan ronkhi.
Bunyi rales bernada pendek, kasar, dan terputus-putus karena jeratan
udara secret selama fase inhalasi, ekhalasi, atau batuk. Suara ronkhi
adalah suara yang berasal dari brokhi yang disebabkan oleh penyempitan
lumen bronkus. Suara mengi (wheezing) merupakan ronkhi kering yang
tinggi, dengan nada yang terputus-putus.
f. Pemeriksaan Diagnostik Macam macam pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan pada pasien yang mengalami masalah oksigenasi, yaitu:
1) Penilaian ventilasi dan oksigenasi, contohnya uji fungsi paru, pemeriksaan
gas darah arteri, oksimetri, dan pemeriksaan darah lengkap.
2) Tes struktur sistem pernapasan, contohnya rontgen dada, bronkoskopi,
dan scan paru. Rontgen dada dilakukan untuk melihat lesi paru pada
penyakit tuberculosis, mendeteksi keberadaan tumor atau benda asing,
pembengkakan paru, penyakit jantung, dan untuk melihat struktur yang
tidak normal.
G. Diagnosa Keperawatan
Di dalam buku “Diagnosis Keperawatan” 2015 menjelaskan bahwa, diagnosa
keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual
maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon
klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
10
kesehatan. Perumusan diagnose keperawatan biasanya terdiri dari respon manusia
(masalah/problem) atau disingkat “P”, faktor yang berhubungan (etiologi) atau
disingkat “E”, dan tanda dan gejala (symptom) atau yang disingkat “S” (Setiadi,
2012).
H. Perencanaan
Menurut (PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, 2018) perencanaan keperawatan berhubungan dengan diagnosa
keperawatan spesifik yang ditetapkan perawat untuk mencapai tujuan perawatan klien
dan kriteria hasil. Intervensi keperawatan yang spesifik harus berfokus dalam
mengeliminasi atau menurunkan etiologi (penyebab) dari diagnosa keperawatan, dan
sesuai dengan pernyataan tujuan serta kriteria hasil.
I. Implementasi Keperawatan
Menurut Kozier & Snyder (2010), implementasi keperawatan merupakan sebuah fase
dimana perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan
sebelumnya. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk
melaksanakan intervensi. (PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan, 2018)Aktivitas yang dilakukan pada tahap implementasi
dimulai dari pengkajian lanjutan, membuat prioritas, menghitung alokasi tenaga,
memulai 28 intervensi keperawatan
J. Evaluasi Keperawatan
Menurut Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, & Tutiany (2013), evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif, assessment,
planing). Komponen SOAP yaitu S (subyektif) dimana perawat menemukan keluhan
klien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan. O (obyektif) adalah data yang
berdasarkan hasil pengukuran atau observasi klien secara langsung dan dirasakan
setelah selesai tindakan keperawatan. A (assesment) adalah kesimpulan dari data
subyektif dan obyektif (biasaya ditulis dala bentuk masalah keperawatan). P (planning
) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan dihentikan, dimodifikasi
atau ditambah dengan rencana kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF
PADA PASIEN NY. W DIAGNOSA MEDIS CA MAMAE
DI BANGSAL RAMA RSU MITRA PARAMEDIKA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : Ny. W
2) Tempat, Tanggal Lahir : Sleman, 6 September 1986
3) Umur : 35 Th
4) Jenis Kelamin : Perempuan
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMP
7) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8) Suku/Bangsa : Jawa
9) Alamat : Selomartani, Kalasan, Sleman
10) Diagnosa Medis : Dispneu, Imbalance Elektrolit, Ca Mamae
11) Nomor Rekam Medik : 07####
12) Tanggal Masuk RS : 28 Oktober 2021 pukul 22.30 WIB
b. Penanggung Jawab/Keluarga
1) Nama : Tn. B
2) Umur : 39 th
3) Pendidikan : SMK
4) Pekerjaan : Wirausaha Bengkel
5) Alamat : Selomartani, Kalasan, Sleman
12
6) Hubungan dengan Pasien : Suami
7) Status Perkawinan : Kawin
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien Ny. W mengalami sesak nafas.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan masuk RS
Pasien mengalami sesak nafas.
b) Riwayat kesehatan pasien
Minggu sebelum masuk rumah sakit klien sudah merasakan sesak
nafas. Di rumah pasien memiliki tabung oksigen sendiri, sebelumnya
Satu satu tabung oksigen bisa digunakan selama satu minggu. Namun,
beberapa hari terakhir tabung oksigen hanya dapat digunakan dalam
sau hari saja.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ny. W selama 5 tahun terakhir menderita Ca Mamae, pengobatan yang
dilakukan dengan terapi alternatif. Pasien tidak berkenan untuk melakukan
tindakan pembedahan penyakit tersebut.
Pasien pernah terdiagnosa positif covid 19 dan menjalani karantina di
RSU Mitra Paramedika beberapa hari lalu. Pasien berhasil sembuh,
mengalami perbaikan dan diperbolehkan pulang.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Genogram
Sesak nafas
13
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa ayahnya juga menderita penyakit sesak
nafas. Hal itu disebabkan karena pekerjaannya sebagai pemborong.
3. Kesehatan Fungsional (11 Pola Gordon)
1) Nutrisi-metabolik
Pasien mengatakan bahwa selama 3 tahun terakhir dalam
mengkonsumsi makanan yang organik. Pasien tidak mengkonsumsi ayam
boiler dan telurnya, begitu juga dengan sayuran yang dikonsumsi adalah sayur
organik. Kebiasaan Ny.W tersebut dilakukan hingga sekarang. Selama pasien
berada di Rumah Sakit selalu menghabiskan porsi makan yang diberikan oleh
ahli gizi.
2) Eliminasi
Sebelum sakit pasien BAB diatas pukul 02.00 WIB. Pasien tidak ada
kebiasaan makan atau minum terlebih dahulu sebelum BAB. Semenjak pasien
di Rumah sakit belum pernah bab, pasien bingung bagaimana cara bab karena
untuk bak pasien dipasang kateter.
3) Aktivitas/latihan
a) Keadaan aktivitas sehari-hari
Pasien mengatakan bahwa 3 bulan lalu masih mampu jalan kaki jauh
dan mampu melakukan kegiatan sebagai ibu rumah tangga seperti
memasak. Namun, sejak satu bulan terakhir pasien tidak lagi mampu
melakukan kegiatan tersebut.
b) Keadaan pernafasan
Pasien nampak tersengal-sengal saat berbicara. Pasien mengatakan 3
bulan lalu mulai terasa sesak nafas dan semakin berat dalam satu bulan
terakhir. Selama dirawat pasien menggunakan alat bantu pernafasan berupa
nasal kanul dengan kecepatan 4-5 l/menit. Pasien selalu dalam posisi semi
fowler. Pasien mengatakan sesak semakin bertambah apabila dalam posisi
supinasi.
c) Keadaan kardiovaskuler
Pasien tidak merasakan keluhan dengan keadaan jantungnya. Dalam
satu bulan terakhir Ny.W merasakan cepat lelah dalam melakukan
aktivitas. Pasien juga tidak menggunakan alat pacu jantung. Namun,
selama dirawat pasien mengalami takikardi.
14
d) Skala ketergantungan (ADL) Bartel Indeks
Lembar Pengkajian Indeks Barthel
Nama Klien : Ny. W
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No Item yang dinilai Skor
1. Makan 0 : tidak mampu
1 : butuh bantuan
2 : mandiri
2. Mandi 0 : Tergantung pada orang lain
1 : Mandiri
3. Perawatan diri 0 : membutuhkan bantuan orang lain
1 : Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi dan bercukur
4. Berpakaian 0 : tergantung orang lain
1 : Sebagian dibantu
2 : mandiri
5. Buang air kecil 0 : Inkontinensia atau pakai kateter
dan tidak terkontrol
1 : kadang inkontinensia (maks, 1×24
jam)
2 : Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
haru)
6. Buang air besar 0 : inkontinensia (tidak teratur atau perlu
enema)
1 : kadang inkontinensia
2 : kontinensia
7. Penggunaan toilet 0 : tergantung bantuan orang lain
1 : membutuhkan bantuan
2 : mandiri
8. Transfer 0 : tidak mampu
1 : butuh bantuan untuk bisa duduk
2 : bantuan kecil
3 : mandiri
9. Mobilitas (berjalan di 0 : Immobile (tidak mampu)
permukaan datar) 1 : menggunakan kursi roda
15
2 : berjalan dengan bantuan satu orang
3 : mandiri (meskipun menggunakan
bantuan tongkat)
10. Naik turun tangga 0 : tidak mampu
1 : membutuhkan bantuan
2: mandiri
16
kurang bisa maksimal dalam menjalani pekerjaan rumah sehari-hari
ataupun dalam mengurus kedua anaknya.
d) Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya, agar
ia bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti dulu lagi.
e) Identitas diri : pasien mengenali dirinya, dia adalah perempuan berusia 35
tahun.
10) Reproduksi dan kesehatan
Pasien adalah seorang perempuan berusia 35 tahun, berjenis kelamin
perempuan, sudah menikah dan memiliki 2 orang anak.
11) Keyakinan dan nilai
Pasien dan keluarga menganut agama islam, aktif dalam melakukan
kegiatan ibadah. Semenjak sakit pasien mengalami kesulitan untuk melakukan
kegiatan ibadah sholat 5 waktu. Pasien dan keluarga bersedia mendapatkan
bimbingan rohani.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : Compos mentis
2) Satus Gizi : TB : 150
BB : 39 kg
IMT: 17,3 (di bawah normal)
3) Tanda vital : TD : 110/80 mmHg Nadi : 102 x/menit
Suhu : 36,50C RR : 25 x/meni
4) Skala Nyeri Numerik Pain Rating Scale (NRS) usia >8 tahun
17
b. Pemeriksaan secara Sistematik (Cephalo-Caudal)
1) Kulit
Tidak ada kelainan pada kulit pasien, turgor kulit pasien baik.
2) Kepala
Pertumbuhan rambut merata namun tipis dan tidak terdapat ketombe.
Tidak ada benjolan pada kepala pasien. Bentuk hidung simetris kiri dan
kanan, nafas cepat, menggunakan pernapasan cuping hidung dan tidak
terdapat secret. Keadaan telinga tidak ada serumen dan lesi, fungsi
pendengaran pasien baik. Mata isokhor, tidak anemis dan sklera tidak
ikterik. Pasien nampak pucat, mukosa bibir kering.
3) Leher
Leher Ny.W tampak simetris, normal tidak terdapat benjolan.
4) Dada
- Paru-paru
a) Inspeksi : keadaan dada kanan dan kiri simetris, pasien
menggunakan otot bantu pernafasan.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, fremitus raba kanan dan kiri sama,
getaran dinding dada teraba.
c) Perkusi : terdengar bunyi hipersonor
d) Auskultasi : terdapat suara ronchi
- Jantung
a) Inspeksi : ictus cordic tidak nampak
b) Palpasi : ictus cordic teraba pada 4-5
c) Perkusi : terdengar bunyi pekak
d) Auskultasi : bunyi jantung normal
5) Payudara
Payudara dextra Ny.W terdapat Ca Mamae, nampak pus pada
payudaranya. Namun suami pasien tidak mengizinkan perawat untuk
merawat luka pada payudara istrinya. Suami pasien mengatakan lukanya
akan dirawat oleh dirinya sendiri.
18
6) Punggung
Ny. W sedikit membungkuk atau kifosis karena sesak napas yang
dirasakan.
7) Abdomen
a) Inspeksi : dinding perut cekung dari dada, tidak ada lesi
b) Auskultasi : + 40 x/menit
c) Perkusi : terdengar suara tympani
d) Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada penumpukan
cairan.
8) Ekstremitas
a) Atas
Pada ekstremitas atas dekstra pasien terpasang infus namun
setelah dipasang dua hari mengalami infeksi dan dipindah pada
ekstremitas atas sinistra dengan infus NS 3% kecepatan 20 tpm.
b) Bawah
Kondisi umum baik, tidak ada luka atau infeksi pada ektremitas
bawah dekstra dan sinistra.
Pengkajian VIP score (Visual Infusion Phlebithis) Skor visual
flebitis pada luka tusukan infus :
Tanda yang ditemukan Skor Rencana Tindakan
Tempat suntikan tampak sehat 0 Tidak ada tanda flebitis
- Observasi kanula
Salah satu dari berikut jelas: 1 Mungkin tanda dini flebitis
Nyeri tempat suntikan - Observasi kanula
Eritema tempat suntikan
Dua dari berikut jelas : 2 Stadium dini flebitis
Nyeri sepanjang kanula - Ganti tempat kanula
Eritema
Pembengkakan
Semua dari berikut jelas : 3 Stadium moderat flebitis
Nyeri sepanjang kanula Ganti kanula
Eritema Pikirkan terapi
Indurasi
Semua dari berikut jelas : 4 Stadium lanjut atau awal
Nyeri sepanjang kanula tromboflebitis
Eritema Ganti kanula
Indurasi Pikirkan terapi
Venous cord teraba
19
Semua dari berikut jelas : 5 Stadium lanjut tromboflebitis
Nyeri sepanjang kanula Ganti kanula
Eritema Lakukan terapi
Indurasi
Venous cord teraba
Demam
*) Lingkari pada skor yang sesuai tanda yang muncul
20
PENGKAJIAN RISIKO
Nama: Ny. W Jenis Kelamin: P
JATUH DEWASA
Tanggal lahir: 6 September 1986 Ruang: Rama 29
(SKALA MORSE)
TGL/JAM 28/10/21 23.10 29/10/21 14.00 30/10/21 20.00 1/11/21 16.00
PENGKAJIAN
KRITERIA PARAMETER PENGKAJIAN ULANG
AWAL
Keterangan Keterangan Keterangan
Riwayat Jatuh kurang dari 3 bulan 25
Kondisi Kesehatan lebih dari 1 diagnosa penyakit 15 V V V V
di tempat tidur / butuh batuan perawat / 0
memakai kursi roda
Bantuan Ambulasi
kruk, tongkat, walker 15
furniture: dinding, meja, kursi, almari 30
terapi IV/antikoagulan terapi intravena terus menerus 20 V V V V
normal/di tempat tidur/immobilisasi 0
gaya berjalan/berpindah Lemah 10
Kerusakan 20
orientasi denggan keampuan sendiri 0
status mental
lupa keterbatasan 15
total skor
TR: tidak resiko (<24), RR: resiko rendah (25-44)
TR / RR / RT TR / RR / RT TR / RR / RT TR / RR / RT
RT: Resiko tinggi (>= 45) lingkari
nama perawat yang melakukan pengkajian Prima Daffa Eky Julia
paraf perawat yang melakukan pengkajian
21
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Patologi Klinik
Pemeriksaan laboratorium Ny. W di Ruang Rama
RSU Mitra Paramedika
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Pemeriksaan (Satuan)
28 Oktober Antigen sars Cov 2 Negatif Negatif
2021 NLR 3,1 <3,14
ALC 1651 >1500
29 Oktober Laboratorium
2021 - Natrium 123,43 135,37-145 mmol
- Kalium 3,46 3,48-5,5 mmol
- Chlorida 89,76 96-106 mmol
30 Oktober Laboratorium
2021 (Elektrolit)
- Natrium 126,93 135,37-145 mmol
- Kalium 3,49 3,48-5,5 mmol
- Chlorida 93 96-106 mmmol
22
Kesan :
- Pneumonia sinistra DD
pneumonia type
metastase, effuse
pleural bilateral
terutama dextra, susp
pleural type metastase,
besar cor normal
6. Terapi
Pemberian Terapi Ny. W di Ruang Rama
RSU Mitra Paramedika
23
Inj. Lasix 1 amp/12 jam Intravena 22.00
24
Inj. Lasix 1 amp/12 jam Intravena 22.00
7. Ringkasan Pengkajian
DS :
- Pasien mengatakan akhir-akhir ini sulit tidur
- Pasien mengeluh tidak bisa tidur setelah pukul 02.00 WIB
- Pasien mengeluh cepat lelah
- Pasien tidak lagi kuat melakukan kegiatan sebagai ibu rumah tangga
- Pasien merasa lemah
- Dispnea/ Sesak napas
DO :
- Menggunakan otot bantu pernafasan
- Pola napas abnormal (takipnea)
- Takikardia
ANALISA DATA
Pasien : Ny. W Ruang : Rama RSU : Mitra Paramedika
Tanggal : 29 Oktober 2021
25
DS : Keadaan lingkungan Gangguan pola tidur
- Pasien mengatakan (SDKI hal 126)
akhir-akhir ini sulit
tidur
- Pasien mengatakan
setelah pukul 02.00
WIB sudah tidak bisa
tidur
DO : -
DS : - Ketidakseimbangan Intoleransi Aktivitas
- Pasien mengeluh cepat antara suplai dan (SDKI hal 128)
lelah kebutuhan oksigen
- Pasien tidak lagi kuat - Immobilitas
melakukan kegiatan
sebagai ibu rumah
tangga
- Pasien mengeluh lemah
DO :
- Takikardi
DS : Hambatan upaya napas Pola Napas Tidak Efektif
- Pasien mengeluh sesak (SDKI hal 26)
napas
DO :
- Menggunakan otot
bantu pernapasan
- Pola napas abnormal
(takipnea)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas dibuktikan
dengan pasien mengeluh sesak napas, pasien menggunakan otot bantu pernapasan,
pola napas abnormal (takipnea).
26
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan keadaan lingkungan dibuktikan dengan
pasien mengatakan akhir-akhir ini mengeluh susah tidur, pasien mengatakan
setelah pukul 02.00 WIB tidak bisa tidur.
3. Intoleransi aktivitias berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, immobilitas dibuktikan dengan pasien mengeluh lelah, pasien
tidak lagi kuat melakukan kegiatan sebagai ibu rumah tangga, pasien merasa
lemah, dan takikardia.
27
C. Perencanaan Keperawatan
28
- Posisikan dalam posisi
yang nyaman
- Atur volume suara yang
sesuai
Edukasi :
- Anjurkan rileks selama
mendengarkan musik
Jumat 29 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Manajemen Energi
Oktober Aktivitas Tindakan keperawatan Observasi
2021 3x24 jam toleransi - Monitor pola dan jam
09.30 aktivitas meningkat tidur
dengan kriteria Terapeutik
1. Saturasi oksigen - Berikan aktivitas distraksi
meningkat 95-100 yang menenangkan
2. Keluhan Lelah Edukasi
menurun - Anjurkan menghubungi
3. Kemudahan dalam perawat jika tanda dan
melakukan gejala kelelahan tidak
aktivitas sehari- berkurang
hari menningkat 2. Terapi Aktivitas
4. Frekuensi napas Terapeutik
membaik 14- - Fasilitasi aktivitas fisik
20x/menit rutin (mis. Ambulasi,
mobilisasi,dan
perawatan diri) sesuai
kebuthan
29
D. Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan
30
oksigen (TTV) BAB posisi
jongkok merasa
sakit.
O:
- SpO2 96%
- TD 120/80
- Nadi 105/mnt
- Suhu 36,3o C
- RR 24x/menit.
A:
- Pola napas tidak
efektif
P:
- Monitor saturasi
- Anjurkan terapi
audio sholawat
- Konfirmasi
persetujuan
rujuk.
(Daffa)
Jumat, 29 Pola Napas Tidak - Monitor saturasi S :
Oktober Efektif ksigen (TTV) - Pasien
2021 pukul mengatakan
21.00 masih sedikit
sesak napas
O:
- SpO2 : 97%
- TD : 110/70
mmHg
- Nadi : 100/mnt
- Suhu : 36,5o C
- RR : 22x/menit.
Sabtu 30 Pola Napas Tidak - Monitor saturasi S :
Oktober Efektif Oksigen - Pasien
31
2021 pukul mengatakan
10.30 WIB masih sesak
napas dan tidak
bisa tidur
O:
- SPO2 : 96%
- TD : 120/80
mmHg
- Suhu : 36,2
- Nadi : 114
x/menit
Sabtu 30 Pola Napas Tidak - Monitor saturasi S:
Oktober Efektif oksigen (TTV) - Pasien mengeluh
2021 pukul sesak napas dan
14.45 susah tidur
O:
- SpO2 95%
- TD 120/80
- Nadi 97
- Suhu 36,3o C
- RR 24
(Daffa)
Sabtu 30 - Gangguan - Pilih music yang S:
Oktober Pola Tidur disukai (sholawat) - Pasien mengeluh
2021 pukul - Intoleransi - Berikan aktivitas susah tidur
19.00 aktivitas distraksi yang - Mengatakan dari
menenangkan jam 01.00 belum
(ubah/cari posisi bisa tidur
yang nyaman dan - Pasien
bayangkan hal-hal mengatakan lebih
yang rileks setelah
menyenangkan) mendegarkan
sholawat
O:
32
- Pasien Nampak
letih, lemas
(Daffa)
Senin 1 Intoleransi Fasilitasi aktifitas fisik S:
November Aktivitas rutin membantu - Pasien
2021 pukul mengganti sprei dengan mengucapkan
08.40 pasien di atas tempat terimakasih
tidur. sudah diganti
spreinya
O:
- Sprei terlihat
lusuh dan kotor
- Klien bisa
mobilisasi ringan
miring kiri-kanan
(Daffa)
Senin 1 Pola Napas Tidak Kolaborasi pemberian S:
November Efektif obat spironolactone iv - Pasien mengeluh
2021 pukul 1x50mg sesak napas, dan
14.00 lemas
O:
- Pasien susah
diajak
berkomunikasi
- Dyspnea
(Daffa)
Senin, 1 Pola Napas Tidak Monitor saturasi ksigen S :
Noveber Efektif (TTV) - Pasien
2021 pukul mengatakan
17.45 masih sedikit
sesak napas
O:
- SpO2 : 97 %
- TD : 125/80
33
mmHg
- Nadi : 81x/mnt
- Suhu : 36,4oC
- RR : 33x/mnt
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Ny. W
No RM : 07####
Ruang : Rama 29
HR/ Dx. Kep JAM PELAKSANAAN EVALUASI
34
TGL/ (S O A P)
JAM/
SHIFT
01/11/21 Risiko perfusi 09.10 Monitor S:
07.30 serebral tidak peningkatan TD Klien mengatakan
efektif kesemutan pada
12.00 Kolabroasi ekstremitas kiri
pemberian obat Pasien
piracetam 3gr/6jam IV mengatakan kesemutan
yang dirasaan sudah
Berikan suasane berkurang
14.00 yang tenang O:
Ekstremitas kiri
tampak lemah
Kekuatan otot
ekstremitas kiri 4/4/4
TD 170/100
Suhu 36oC
Nadi 78
Pasien tampak
lebih tenang dan ceria
Pasien bisa
bepindah dari tempat tidur
ke kursi
A:
Risiko Perfusi
serebrl tidak efektif
teratasi sebagian
P:
Edukasi latih
mobilitas ringan
Monitor TTV
Kolaborasi
pemberian terapi
35
farmakologis
29/10/21 Pola Napas 08.15 Memasang S:
07.30 tidak efektif oksigen NMR 8 lpm Pasien mengeluh
pagi Monitor saturasi sesak napas, pusing,
oksigen lemas, susah tidur, saat
bab jongko terasa sakit
O:
SpO2 96%
TD 120/80
Nadi 105/mnt
Suhu 36,3oC
RR 24x/mnt
A:
Pola napas tidk
efektif belum teratasi
P:
Lanjutkan terapi
Monitor ttv
Anjurkan terapi
audio sholawat
Konfirmasi
persetujuan rujuk
30/10/21 Pola napas 14.45 Monitor ttv S:
14.30 tidak efektif Pasien mengeluh
Sore sesak napas dan susah
tidur
O:
SpO2 95%
TD 120/80
Nadi 97
Suhu 36,3oC
RR 24
A:
Pola napas tidak
36
efektif teratasi Sebagian
P:
Berikan aktivitas
distraksi
Gangguan 19.00 Pilih music yang S:
pola tidur disukai (sholawat) Pasien mengeluh
susah tidur, dari jam
01.00 belum tidur
Pasien
mengatakan lebih rileks
setelah mendengarkan
sholawat
O
Pasien tampak
Lelah
A;
Gangguan pola
tidur terpenhi Sebagian
P
Berikan distraksi
untuk memikirkan hall
yang menyeanngkan
Intoleransi 19.10 Berikan aktivitas S:
aktivitas distraksi yang Pasien mengeluh
menenangkan susah tidur
Gelisah
Pasien
mengatakan merasa lebih
nyaman dan tenang
O:
Pasien Nampak
letih lemas
A:
Intoleransi
37
aktivitas teratasi Sebagian
P:
Edukasi untuk
mobilisasi sedehana
Senin, 18.05 Merujuk pasien ke
1/11/ RSUD Sleman
2021
38
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ny W datang ke RSU Mitra Paramedika dengan keluhan sesak napas yang
membuat pasien kesusahan bernafas dan harus menggunakan oksigen. Setelah
dikaji kami memberikan asuhan keperawatan untuk memeneuhi kebutuhan
oksigenisasi pada pasien.
B. Saran
Penelitian selanjutnya sebaiknya lebih menekankan untuk membahas mengenai
diagnose utamanya dan juga bisa diperinci untuk setiap keluhan pasien.
39
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta:
DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI.
40