Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANUL


DAN MASKER

KELOMPOK 1
NAMA KELOMPOK :

1. AZURA ZAHRANI (P07120421062)


2. BAIQ RAHMA SAFIRA MAHARANI
(P07120421051)
3. ELFIANA SAFITRI (P07120421054)
4. FEBRIZAL JAYADI (P07120421056)
5. IFTITAH RITA UDINIYAH (P07120421062)
6. NABILA SALSABIL (P07120421075)
7. NI KETUT MELATI AYU MAHESWARI
(P07120421077)
8. NUR SYAHIRA SAFIKA (P07120421078)
9. TUTI ALAWIYAH (P07120421089)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM
STUDI SARJANA TERAPAN PROFESI TAHUN AJARAN
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kita
semua, sehingga kami dapat menyesaikan laporan makalah kami tentang
pemberian oksigen melalui nasal kanula dan masker

Makalah ilmiah ini telah kami susun secara maksimal atas bantuan dari berbagai
pihak sehingga laporan makalah ini bisa selesai dengan lancar. Untuk itu, kami
selaku penyusun, banyak berterima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa
kami sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan supportnya selama ini.

Kami menyadari, makalah yang kami susun jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, guna menghasilkan laporan makalah yang lebih baik.

Kami berharap, makalah ilmiah tentang pemberian oksigen melalui nasal kanula
dan masker yang kami susun bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi
pembaca.

Mataram , 19 Agustus 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................5
D. Manfaat............................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
1.Penerapan pemenuhan oksigen dengan nasal kanul..........................................6
2.Penerapan pemenuhan oksigen dengan masker..............................................11
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
Kesimpulan.........................................................................................................16
Saran...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Congestive Heart Failure (CHF ) adalah suatu keadaan jantung dimana tidak
mampu mampertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh. Pada
kondisi CHF terjadi ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang
adekuat guna memenuhi kebutuhan matabolik dan kebutuhan oksigen yang
adekuat . Pasien CHF yang mengalami dyspnea akan terjadi kematian sel. Selain
Itu berkurangnya pasokan oksigen ke otak maka akan mengakibatkan klien
Kehilangan kesadaran dan berhenti bernafas dengan tiba - tiba . Kekurangan
oksigen pada pasien CHF yang mengalami dyspnea dapat dilihat pada penurunan
kadar saturasi O2 serta peningkatan frekuensi napas . Pemeriksaan awal pada
pasein CHF terdapat gangguan sesak nafas. Pemberian terapi oksigen sangat
membantu untuk memperbaiki pola nafas yang adekuat sehingga pasien tidak
mengalami penekanan yang berlebih . Teknik pemberian terapi oksigen
diantaranya adalah dengan menggunakan nasal kanul dan masker sungkup muka
sederhana. Studi kasus yang telah diamati oleh penulis pada awalnya di berikan
terapi oksigen dengan masker sungkup muka sederhana lalu setelah 2 hari diganti
menjadi nasal kanul dengan tekanan yang berbeda dari 6 liter menjadi 4 liter.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik mendiskusikan tentang penerapan


terapi oksigenasi pada pasien congestive heart failure (CHF), dikarenakan kasus
CHF menjadi peyakit mematikan nomer satu dan rata-rata pesien CHF
mengalami sesak nafas dan cepat lelah. Oleh sebab Itu, kami disisni ingin
memberikan pemenuhan oksigen dan mengimplementasikan terapi oksigen
kepada pasien penderita CHF .

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan pemenuhan oksigen dengan nasal kanula pada
pasien CHF ?
2. Bagaimana penerapan pemenuhan oksigen dengan masker pada pasien
CHF ?

C. Tujuan
1. Mampu mengetahui dan mengimplementasikan pemenuhan oksigen
dengan kanula pada pasien CHF
2. Mampu mengetahui dan mengimplementasikan pemenuhan oksigen
dengan masker pada pasien CHF

D. Manfaat
1. Masyarakat

Menerapkan pengelolaan terapi oksigenasi pada pasien CHF dalam Pemenuhan


kebutuhan oksigen.

2. Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan:

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam


pemenuhan terapi oksigenasi pada pasien CHF.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1.Penerapan pemenuhan oksigen dengan nasal kanul


Pemberian terapi okesigen dengan menggunakan nasal kanula adalah pemberian
oksigen kepada klien yang memerlukan oksigen ekstra dengan cara memasukkan
selang yang terbuat dari plastik ke dalam lubang hidung dan mengaitkannya di
belakang telinga. Panjang selang yang di masukkan ke dalam lubang hidung
hanya berkisar 0,6 sampai dengan 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan
cara yang paling mudah, sederhana, murah, relative nyaman, mudah di gunakan,
cocok untuk segala umur, cocok untuk pemasangan jangka pendek dan jangka
panjang, dan efektif dalam mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanula juga
tidak menggangu klien untuk melakukan aktifitas, seperti berbicara atau makan.

Perawat harus memahami dan mengetahui rata-rata aliran oksigen yang diberikan
setiap persentase FiO2. Atur aliran oksigen sesuai kolaborasi dengan dokter.

Tabel : Perkiraan rata-rata aliran oksigen dibandingkan dengan persentasi


konsentrasi (FiO2) via nasal kanul

Aliran (Liter/Menit) Konsentrasi (FiO2)


1 21% - 24%
2 24% - 28%

6
3 28% - 32%
4 32% - 36%
5 36% - 40%
6 40% - 44%

Tujuan >>>>

1. Memberi oksigen dengan konsentrasi relative rendah jika hanya membutuhkan


oksigen minimal.

2. Memberi oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau klien minum.

Alat >>>>

1. Tabung oksigen dengan/ flow meter

2. Humidivier menggunakan cairan steril, air distilisasi atau air kran yang
dimasak sesuai dengan kebijakan Rumah Sakit.

3. Kanula nasal dan selang

4. Plester

5. Kassa jika perlu

Persiapan Pasien >>>>

Pasien diberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan diberikan

Posisi yang aman dan nyaman

Persiapan mahasiswa >>>>

1. Melakukan tindakan dengan sistematis

2. Komunikatif dengan klien

3. Percaya diri

Pengkajian >>>>

7
1. Program dokter yang berisi konsentrasi oksigen, metode pemberian, dan
parameter pengaturan (kadar gas darah, nilai oksimetri nadi)

2. Data dasar : tingkat kesadaran, status pernafasan (frekuensi, kedalaman, tanda


distress) tekanan darah, dan nadi

3. Warna kulit dan membrane mukosa

Diagnosis keperawatan >>>>

1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan kerusakan


neuromuscular

2. Ansietas yang berhubungan dengan ketidakmampuan bernafas

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan (kardiopulmoner) yang berhubngan dengan


ditribusi oksigen yang buruk

ProsedurPelaksanaan >>>>

1. Kaji kebutuhan terapi oksigen dan klarifikasi intruksi terapi

2. Siapkan pasien dan keluarga

Bantu pasien memperoleh posisi semi-flower jika memungkinkan. Posisi ini


memudahkan ekspansi dada sehingga pasien lebih mudah bernapas.

Jelaskan bahwa oksigen akan mengurangi ketidaknyaman anak ibatdispnea dan


tidak menimbulkan bahaya jika petunjuk keamanan diperhatikan. Informasikan
kepada pasien dan keluarga tentang petunjuk keamanan yang berhubungan dengan
penggunaan oksigen.

Siapkan peralatan oksigen dan humidifier.

8
4. Putar kenop oksigen hingga diperoleh kecepatan oksigen yang sesuai dengan
intruksi dan pastikan peralatan berfungsi dengan baik.Pastikan oksigen mengalir
dengan bebas melalui selang dan anda dapat merasakan oksigen keluar dari kanula
nasal. Tidak terdengar bunyi pada selang, sambungan tidak bocor, dan terdapat
gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir melewati air.Atur
kecepatan aliran oksigen sesuai dengan terapi yang direkomendasikan.

5. Pasang kanula nasal pada wajah klien dengan lubang kanula masuk ke dalam
hidung dan karet pengikat melingkari kepala pasien. Beberapa model memiliki
karet pengikat yang ditarik ke bawah dagu.

6. Fiksasi kanula nasal menggunakan flester

7. Gunakan kassa sebagai alas karet pengikat pada area telinga dan tulang pipi jika
perlu

8. Lakukan evaluasi umum pada klien dalam 15-30 menit pertama, bergantung
pada kondisi pasien. Selanjutnya, lakukan evaluasi umum secara teratur yang
meliputi pengkajian tingkat kecemasan; kemudahan bernapas ketika alat dipasang;
TTV; pola napas; pergerakan dada; warna kulit; kuku; bibir; telinga; membrane
mukosa hidung; mulut dan faring; tanda hipoksia; tanda hiperkarbia; bunyi napas
bilateral; AGD; toleransi aktivitas; adanya takikardia; dispnea; konfusi; kelelahan;
dan sianosis.

9. Kaji adanya iritasi pada hidung pasien dan berikan pelumas pada membrane
mukosa jika perlu.

10. Inspeksi peralatan secara teratur, periksa volume kecepatan aliran oksigen dan
ketingian cairan steril pada humidifier dalam 30 menit dan ketika member
perawatan pada pasien .pertahankan ketinggian air di dalam humidifier dan
pastikan petunjuk keamanan dipatuhi.

11. Dokumentasikan hasil pegkajian, terapi yang diberikan, dan data yang relevan
dalam dokumntasi keperawatan.

Identifikasi hasil dan perencanaan >>>>

9
Hasil yang diharapkan :

Rentang frekuensi pernafasan dari 14-20×/menit; kedalaman nafas normal,


lembut, dan simestri; lapang paru bersih, tidak sianosis

Klien tidak memperlihatkan masalah pernafasan

Pertimbangan khusus dalam perencanaan dan implementasi

Umum

Periksa kembali kebijakan institusi tentang perlunya mendapatkan program dokter


sebelum terapi oksigen dimulai. Pada sebagianbesar kasus akut, pemberian
oksigen merupakan wewenang perawat dan tidak memerlukan intruksi dokter atau
tindak selanjutnya. Gunakan masker wajah daripada kanula nasal untuk
memberikan kontrol konsentrasi oksigen inspirasi yang lebih baik. Jika diperlukan
konsentrasi oksigen yang tinggi, penggunaan kanula nasal mungkin tidak tepat
untuk pemberian oksigen dalam situasi darurat. Jika klien tidak memiliki riwayat
penyakit paru menahun atau penyalahgunaan tembakau yang kronis, JANGAN
MEMBERIKAN OKSIGEN NASAL LEBIH DARI 2 SAMPAI 3 L (30%
MASKER WAJAH) TANPA PROGRAM DARI DOKTER

10
2.Penerapan pemenuhan oksigen dengan masker
Pemenuhan oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri
oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen
umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat
mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam. Perbedaan
antara rebreathing dan non rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang
mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali.

Bentuk bentuk masker :

A.Simple Mask (Sungkup Muka Sederhana)

Merupakan alat pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang-seling.


Aliran 5-8 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40%-60%. Indikasi : Pada
pasien dengan kondisi seperti nyeri dada (baik karena serangan jantung atau
penyebab lain) dan pasien dengan sakit kepala. Kontra Indikasi : Pada pasien
dengan retensi karbondioksida karena akan memperburuk retensi.

Persiapan alat >>>>

 Tabung oksigen
 Humidifier menggunakan cairan steril, air distalasi, atau air kran yang
dimasak sesuai dengan kebijakan rumah sakit.
 Sungkup wajah dengan ukuran yang sesuai
 Karet pengikat sungkup wajah
 Kassa jika perlu

11
Prosedurpelaksanaan >>>>

 Kaji kebutuhan terapi oksigen dan klafikasi terapi


 Siapkan pasien dan keluarga
a) Bantu pasien memperoleh posisi semi-flower jika memungkinkan Posisi
ini memudahkan ekspansi sehingga pasienlebih mudah bernapas
b) Jelaskan bahwa oksigen akan mengurangi ketidaknyaman anak ibatdispnea
dan tidak menimbulkan bahaya jika petunjuk keamanan diperhatikan .
informasikan kepada pasien dan keluarga tentang petunjuk keamanan yang
berhubungan dengan penggunaan oksigen.
 siapkan peralatan oksigen dan humidifier.
 putar kenop oksigen hingga diperoleh kecepatan oksigen yang sesuai
dengan instruksi dan pastikan peralatan berfungsi dengan baik.
a) Pastikan oksigen mengalir dengan bebas melalui selang dan anda dapat
merasakan oksigen keluar dari kanula nasal. Tidak terdengar bunyi pada
selang, sambungan tidak bocor, dan terdapat gelembung udara pada
humidifier saat oksigen mengalir melewati air.
b) Atur kecepatan aliran oksigen sesuai dengan terapi yang
direkomendasikan.
 Pasang sungkup oksigen pada wajah pasien dari hidung hingga ke dagu
pasien
 Atur sungkup agar sesuai dengan bentuk wajah pasien. Pastikan sungkup
menutup wajah pasien dengan pas sehingga oksigen yang masuk ke mata
atau mengalir ke sekitar pipi dan dagu minimal
 Pasang karet pengikat melingkari kepala klien agar sungkup terasa
nyaman.
 Beri karet pengikat alas menggunakan kassa di area belakang telinga dan
di atas benjolan tulang. Alas akan mencegah timbulnya iritasi akibat karet
pengikat sungkup.
 Lakukan evaluasi umum pada pasien dalam 15-30 menit pertama,
bergantung pada kondisi pasien. Selanjutnya, lakukan evaluasi umum
secara teratur yang meliputi pengkajian tingkat kecemasan; kemudahan

12
bernapas ketika alat dipasang; TTV; pola napas; pergerakan dada; warna
kulit; kuku; kulit; telinga; membrane mukosa hidung; mulut; dan faring;
tanda hipoksia; tanda hiperkarbia; bunyi napas bilateral; AGD; toleransi
aktivitas; adanya takikardia; dispnea; konfusi; kelelahan; dan sianosis.
 Amati kulit wajah dengan sering untuk mengetahui jika terdapat goresan
atau kelembapan. Jika perlu, keringkan di area lembab dan tangani
goresan.
 Inspeksi peralatan secara teratur. Periksa volume kecepatan aliran oksigen
dengan ketinggian cairan steril pada humidifier dalam 30 menit dan ketika
member perawatan pada pasien. Pertahankan ketinggian air di humidifier
dan pastikan petunjuk keamanan dipenuhi.
 Dokumntasikan hasil pengkajian terapi yang diberikan dan data yang
relevan dalam dokumntasi keperawatan

B. Rebreathing Mask

mengalirkan konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran 8-12


liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik saat inspirasi maupun
ekspirasi. Pada saat inspirasi oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam
lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara
ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask.

Indikasi : Klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah.

13
C. Non Rebreathing Mask

mengalirkan konsentrasi oksigensampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12


liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan
tertutup pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar
masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi.

Indikasi : Kliendengankadartekanan CO2 yang tinggi.

Perbedaan antara reabreathing mask dan non-reabreating mask terletak pada


adanya valve yang mencegah udara ekspirasi terhinhalasi Kembali

Persiapan >>>>

1) Pasien

Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan ( bila sadar dan
diatur dalam posisi semi fowler 30 - 45 cm atau fowler 45 - 60 cm ).

2) Alat

a. Tabung oksigen lengkap dengan manometer

b. Flow meter dan humidifier

c. Selang zatasam : Masker/sungkup atau kanula hidung,

14
d. Catatan dan pulpen

3) Mahasiswa

a. Melakukan tindakan dengan sistematis

b. Komunikatif

c. Percaya diri

Pelaksanaan >>>>

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


2. Siapkan alat-alat
3. Cuci tangan
4. Isi tabung diperiksa dan dicoba
5. Atur posisi pasien
6. Selang oksigen dihubungkan dengan masker atau kanula hidung
7. Flow meter dibuka, atur aliran oksigen sesuai dengan progam pengobatan
kemudian observasi humidifier pada tabung dengan adanya gelembung air
8. Untuk penggunaan masker, maka masker ditutup ke hidung dan mulut lalu
diikatkan kebelakang kepala, sedangkan yang memakai kanula hidung
maka ujung kanula dimasukkan kelubang hidung lalu diikatkan
kebelakang kepala atau kebelakang telinga ke leher.
9. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon klien
10. Peralatan dibereskan dan dirapikan.
11. Cuci tangan
12. Pemberian oksigen dapat di laksanakan terus menerus, selang seling atau
dihentikan sesuai dengan progam pengobatan

15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari hasil makalah yang kami susun, dapat disimpulkan bahwa nasal kanula
dan masker berperan penting terhadap pemberian oksigen kepada pasien. Dari
makalahini kami bisa mempelajari tentang bagaimana cara memberikan penangan
terhadap pasien saat memberikan oksigen nasal kanula dan masker. Dari makalah
ini dapat kita peroleh apa itu pemenuhan oksigen masker. Dan mengetahui
tujuannya, dan kita mengetahi juga terapi atau pemenuhan oksigen nasal kanula,
dan tujuannya.

Saran
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
ssbeserta penulis , serta bagi para mahasiswa keperawatan pada umumnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Black & Hawks. (2009). Keperawatan Medikal Bedah. Buku 1-3. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Eni Kusyanti. (2014). Ketrampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar.


Jakarta: EGC Reny. (2010). Askep Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: EGC

17
18

Anda mungkin juga menyukai