“ MENINGITIS “
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
TAHUN 2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat,
karunia dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan tugas KMB 1, yang dimana kami
harapkan dapat menjadi pedoman pembelajaran untuk seluruh mahasiswa jurusan
keperawatan.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada bapak dosen
matakuliah KMB 1, yaitu bapak Sahrir Ramadhan, M.Kep. yang telah memberikan
bimbingan maupun pengarahan demi terselesaikannya makalah ini dan terima kasih pula
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
. Hormat Kami
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...........5
C. Tujuan……………………………………………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan………………………………………………………………...............22
2. Saran……………………………………………………………………………….22
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit meningitis merupakan masalah kesehatan masyarakat sedunia. Penyakit
ini secara umum merupakan penyakit infeksi otak dan sumsum tulang belakang
dengan manifestasi demam dan kaku kuduk. Penyebabnya dapat berupa virus, bakteri,
jamur dan parasit (CDC, 2017). penyakit meningitis bakterial salah satunya
disebabkan oleh bakteri Neiserria meningitidis. Ada dua penyakit yang disebabkan
oleh N. meningititis yaitu meningitis meningokokus dan septikemia meningokokus.
Penyakit ini menjadi terkenal sejak adanya epidemi yang terjadi pada jemaah
haji atau orang yang kontak dengan jemaah haji. Laporan Badan Kesehatan Dunia
(World Health) Organization/WHO) tahun 2002 menyebutkan terjadi epidemi dani
penyakit meningokokus yang berasal dari Arab Saudi selama penyelenggaraan haji
pada Maret 2000. Dari 304 kasus yang dilaporkan, 50% terkonfirmasi laboratoris
bersumber Neiseria meningitidisserotipe W135. Pada periode Haji 2001 dilaporkan
274 kasus meningokokus dan negara lain juga melaporkan kasus penyakit
meningokokus seperti: Burkina Faso (4), Republik Afrika Tengah (3), Denmark (2),
Norwegia (4), Singapura (4) dan Inggris (41) yang kasus-kasus tersebut berhubungan
dengan pergi atau kontak dengan orang yang pergi ke Arab Saudi (WHO, 2002).
Masyarakat muslim Indonesia yang menunaikan ibadah haji mencapai 200 ribu orang
lebih setiap tahun, dengan risiko kesehatan yang masih cukup tinggi.
4
terjadi 500.000 kasus dengan kematian sebesar 50.000 jiwa setiap tahunnya (Borrow,
2017). WHO mencatat sampai dengan bulan Oktober 2018 dilaporkan 19.135 kasus
suspek meningitis dengan 1.398 kematian di sepanjang sabuk meningitis (Case
Fatality Rate /CFR 7,3%), Dari 7.665 sampel yang diperiksa diketahui 846 sampel
bakteri positif N. meningitidis (WHO, 2018).
Untuk medeteksi adanya suspek meningitis pada masyarakat, saat ini Indonesia
sudah memiliki Sistem Kewaspadaan Dini dan Tanggapan (SKDR). Berdasarkan data
SKDR 3 tahun terakhir, jumlah kasus suspek meningitis pada tahun 2015 sebanyak
339 kasus, pada tahun 2016 sebanyak 279 kasus, dan pada tahun 2017 sebanyak 353
kasus.
Permenkes no. 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang
dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penangulangan menyebutkan bahwa penyakit
meningitis ini merupakan salah satu penyakit yang mungkin menjadi penyebabnya
KLB/wabah serta menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Satu-satunya
bentuk meningitis bakteri yang penyebab epidemi adalah meningitis meningokokus.
epidemi dapat terjadi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Dengan demikian,
diperlukan panduan bagi petugas kesehatan untuk melakukan deteksi dan respons
penyakit meningitis meningokokus di wilayah kerja masing-masing.
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Meningitis?
2. Apa saja etiologi Meningitis?
3. Apa saja patofisiologi Meningitis?
4. Apa saja manifestasi klinis Meningitis?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit Meningitis?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit Meningitis?
7. Bagaiman gejala pada penyakit meningnitis?
8. Bagaimana pengobatan penyakit meningnitis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Meningitis
2. Untuk mengetahui etiologi Meningitis
3. Untuk mengetahui patofisiologi Meningitis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Meningitis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada penyakit Meningitis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada penyakit Meningitis
7. Untuk mengetahui gejala dari penyakit meningnitis
8. Untuk mengetahui pengobatan penyakit meningnitis
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada selaput yang mengelilingi otak dan medulla spinalis
yang mengakibatkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. Berdasarkan perubahan yang
terjadi pada cairan otak, meningitis terdiri dari dua yaitu meningitis serosa dan meningitis
purulenta. (Suriadi & Yuliani, 2010).
Penyakit Meningitis merupakan sebuah penyakit yang masih belum begitu familiar di
telinga kita. Penyakit meningitis merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya infeksi
meninges atau yang dikenal dengan selaput yang melindungi sistem syaraf pusat pada tubuh
manusia. Infeksi tersebut bisa terjadi karena adanya peradangan yang disebabkan karena
virus maupun bakteri pada selaput meninges tersebut. Dari keterangan tersebut nampak jelas
bahwa penyakit meningitis merupakan salah satu penyakit yang berbahaya dan menakutkan.
Penyakit meningitis diketahui mampu membuat bagian syaraf manusia, sumsum tulang
belakang dan otak menjadi rusak.
7
Secara ringkas, pengertian dari meningnitis adalah inflamasi pada meningen atau
membran (selaput) yang mengelilingi otak dan medulla spinalis. Penyebab meningnitis
meliputi :
1. Bakteri, piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama meningokukus,
penumokukus dan basil influensa
2. Virus, yang disebabkan oleh agens-agens virus yang bervariasi dan 3. organisme jamur.
(Arif Muttaqin 2008)
2. Etiologi
Sebenarnya penyebab penyakit meningitis ini bukan merupakan jenis virus yang
begitu berbahaya, namun jika telah parah dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang
serius seperti kerusakan otak, kurangnya daya ingat, kurang nya kemampuan pendengaran
dan bahkan menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara serius. Virus penyebab
penyakit meningitis pada awal nya menginfeksi bagian tubuh penderita dan mengalir
masuk ke dalam sel-sel syaraf pusat yaitu otak manusia. Penyebab utama penyakit
meningitis pada dasar nya adalah virus yang dapat menyerang manusia dalam kondisi
kekebalan tubuh seperti apapun. Selain itu juga dapat disebabkan karena infeksi akibat
bakteri atau pun jamur, meskipun ini sangat jarang dijumpai. Bakteri penyebab meningitis
tersebut antara lain: Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Haemophilus
influenzae, Listeria monocytogenes, Mycobacterium tuberculosis dan Staphylococcus
aureus. Silakan Anda cari tahu sendiri mengenai asal muasal bakteri bakteri tersebut.
8
d. d.Faktor imunologi : Defesiensi imunoglobin anak yang mengkonsumsi obat-
obatan imunosupresi, defesiensi mekanisme imun.
3. Patofisiologi
Bakteri masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke tubuh termasuk pada selaput
yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang kemudian ke cairan serebrospinal dan
menyebar ke area subaraknoid. Reaksi inflamasi diikuti dengan akumulasi sel darah putih
di atas permukaan otak disertai dengan eksudat purulent dan kental. Kuman neisseria
meningiditis cenderung menutupi lobus parietal, oksipital dan area cerebellum otak ketika
streptococcus pneumonia menyear di permukaan lobus sehingga otak menjadi hiperemi
dan edema sehingga terjadi peningkatan tekanan intra kranial. Hidrosepalus dapat terjadi
jika ventrikel terifeksi dan obstruksi atau cairan serebrosponal dalam subaraknoid
tertahan.
4. Manifestasi Klinis
Manistasi klinis tergantung usia dan kuman penyebab yang meliputi: pada bayi
kurang dari 3 bulan: letargi, rewel peka terhadap rangsang, demam tidakada kemungkinan
hipotermia, vomiting atau diare tanpa penurunan berat badan. Bayi ditemukan fontanel
anterior cembung jika ada dehidrasi, gangguan tingkat kesadaran. Pada bayi > 3 bulan
dan toddler sama dengan bayi biasanya disertai demam atau peka terhadap rangsang.
Anak diatas 2 tahun akan disertai dengan gangguan di gastrointestinal, demam dan
menggigil. Jika bagian kortikal maka anak peka terhadap rangsang, agitasi bingung,
delirium atau letargi dan somnolen serta nausea dan muntah proyektil. Bagian saraf
kranilais akan ditemukan potopobia (sensitive terhadap cahaya) dan diplopia (penglihatan
ganda) dan tinnitus. Jika saraf cervical iritasi akan ditemukan nuchal rigidity positif dan
posisi epitostonus.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan darah ditemukannya peningkatan sel darah putih, pemeriksaan
koagulasi, kultur darah adanya mikroorganisme pathogen. Pada pemeriksaan urine
ditemukan albumin, sel eritrosit, sel leukosit ada dalam urine.
9
b. Radiografi
Rontgen dada untuk menentukan sumber infeksi serta scan otak untuk
menentukan kelainan otak.
c. Pemeriksaan lumbal
fungsi untuk membandingkan keadaan CSF normal dengan meningitis.
6. Penatalaksanaan
7. Gejala
Penderita penyakit meningitis perlu didiagnosis terlebih dahulu untuk memastikan dia
benar-benar terjangkit penyakit ini. Meskipun begitu, ada beberapa gejala penyekit
meningitis yang biasanya muncull pada penderita. gejala tersebut antara lain:
1. Sakit kepala
2. Demam
3. Otot leher kaku
4. Ketakutan pada cahaya terang Ketakutan pada suara keras (phonophobia)
5. Sering ingin Muntah
10
6. Nampak seperti kebingungan
7. Susah bangun dari tidurnya
Sementara, jika penderita adalah seorang bayi, gejala tersebut tidak begitu nampak.
Namun biasanya bayi yang menderita penyakit meningitis akan nampak lemah dan
kurang aktif, gemetar pada tubuhnya, tidak mau menyusu ibu nya, dan sering muntah.
8. Pengobatan
Pengobatan yang terbaik untuk penyakit meningitis tentu saja segera di bawa ke rumah
sakit. Bahkan rumah sakitnya pun benar-benar yang berkelas dan memiliki perlengkapan
yang baik untuk mendiagnosa penyakit ini karena dalam penyembuhan dan pengobatan
penyakit meningitis harus dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium seperti test darah,
rontgen bahkan cek cairan selaput otak.
Sementara untuk pencegahan penyakit meningitis tentu harus dimulai sejak sekarang
juga dan jangan menunggu Anda divonis mengidap penyakit ini. Cara nya dalah selalu
menjaga kebersihan mulai dari pakaian, makanan, badan dan lingkungan sekitar kita agar
tidak banyak mengandung bakteri dan virus yang memang tidak dapat dilihat dengan mata
kita.
11
B. Konsep Askep Meningnitis
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
1) Identitas pasien : terdiri dari nama, umar, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat.
2) Indentitas penanggung jawab : terdiri dari nama, hubungan dengan klien,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Hal yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa
anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah suhu badan tinggi,
kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis
kuman penyebab. Di sini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang
timbul seperti kapan mulai terjadinya serangan, sembuh, atau bertambah
buruk. Pada pengkajian klien dengan meningitis biasanya didapatkan
keluhan yang berhubungan dengan akibat infeksi dan peningkatan tekanan
intrakranial. Keluhan tersebut di antaranya sakit kepala dan demam adalah
gejala awal yang sering. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang
selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada
dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian
lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang
sering menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan dalam
upaya menurunkan keluhan kejang tersebut. Adanya penurunan atau
perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan meningitis bakteri.
12
Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya
penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit,
demikian pula respons individu terhadap proses fisiologis. Keluhan
perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit,
dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma. Pengkajian lainnya yang
perlu ditanyakan seperti riwayat selama menjalani perawatan di RS,
pernahkah menjalani tindakan invasif yang memungkinkan masuknya
kuman ke meningen terutama tindakan melalui pembuluh darah.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi
pernahkah klien mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia: sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah
saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa
sebelumnya. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan kepada klien
terutama jika ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani
pengobatan obat anti tuberkulosis yang sangat berguna untuk
mengidentifikasi meningitis tuberkulosa. Pengkajian pemakaian obat-obat
yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat kortikosteroid,
pemakaian jenis-jenis antibiotik dan reaksinya (untuk menilai resistensi
pemakaian antibiotik) dapat menambah komprehensifnya pengkajian.
Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit
sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di dalam
keluarga yang pernah mengalami penyakit keturunan yang dapat memacu
terjadinya meningitis.
13
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis biasanya
bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa
b. B2 (Blood)
14
(CID). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan
infeksi.
c. B3 (Brain)
1) Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman,
2) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan
papiledema mungkin didapatkan terutama pada meningitis supuratif
disertai abses serebri dan efusi subdural yang menyebabkan terjadinya
peningkatan TIK berlangsung lama.
3) Saraf III, IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien
meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa
kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah mengganggu kesadaran,
tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan didapatkan.
15
Dengan alasan yang tidak diketahui, klien meningitis mengeluh
mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.
4) Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada
otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
7) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Adanya usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk
(rigiditas nukal).
9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
16
karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan nadi dan bradikardia).
Pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah, dan penurunan tingkat
kesadaran. Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang mencolok pada
meningitis meningokokus (neisseria meningitis). Sekitar setengah dari semua
klien dengan tipe meningitis mengembangkan lesi-lesi pada kulit di antaranya
ruam petekie dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas.
Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang
umumnya terlihat pada semua tipe meningitis. Tanda tersebut adalah kaku
kuduk, tanda Kernig (+), dan adanya tanda Brudzinski.
Kaku Kuduk
Kaku kuduk merupakan tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi
kepala mengalami kesulitan karena adanya spasme otot-otot leher.
Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.
Tanda Kernig
Positif Ketika klien dibaringkan dengan paha dalam keadaan
fleksi ke arah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
Tanda Brudzinski
17
Tanda ini didapatkan jika leher klien difleksikan, terjadi fleksi
lutut dan pinggul, jika dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah
pada salah satu sisi, gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas
yang berlawanan.
B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan
berkurangnya volume pengeluaran urine, hal ini berhubungan dengan
penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 (Bowel)
Mual sampai muntah disebabkan peningkatan produksi asam
lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien meningitis menurun karena
anoreksia dan adanya kejang.
B6 (Bone)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut
dan pergelangan kaki). Petekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam.
Pada penyakit yang berat dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah
dan ekstremitas. Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan
kelemahan fisik secara umum sehingga mengganggu ADL.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Misalnya ditemukannya peningkatan sel darah putih, pemeriksaan
koagulasi, kultur darah adanya mikroorganisme pathogen. Pada
pemeriksaan urine ditemukan albumin, sel eritrosit, sel leukosit ada
dalam urine.
18
Radiografi Rontgen dada
Untuk menentukan sumber infeksi serta scan otak untuk menentukan
kelainan otak.
Pemeriksaan lumbal
fungsi untuk membandingkan keadaan CSF normal dengan meningitis.
2. Diagnosa
Adapun diagnosa yang mungkin muncul adalah
Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit infeksi (D.0130)
Resiko Perfusi Serebral Tidak efektif (D.0017)
Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera Fisiologis /Inflamasi
(D.0077)
3. Intervensi
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit infeksi (D 0130)
Luaran: Termoregulasi membaik (L.14134)
Menggigil dan kulit merah menurun
Kejang menurun
Akrosianosis, piloreksi, vasokonstriksi perifer dan pucat menurun
Takikardi, takipnea, dasar kuku sianotik, dan hipoksia menurun
Suhu tubuh dan suhu kulit membaik
Pengisian kapiler membaik
Ventilasi membaik
Tekanan darah membaik
Intervensi Keperawatan:
20
Gunakan kasur pendingin, water circulating blanket, ice pack atau jellpad
dan intravascular cooling catherization untuk menurunkan suhu
Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion,heat stroke
Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
Demonstrasikan teknik perawatan metode kangguru (PMK) untuk bayi
BBLR
Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu
Intervensi Keperawatan:
21
Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
Monitor gelombang ICP
Monitor status pernapasan
Monitor intake dan output cairan
Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi)
Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
Berikan posisi semi fowler
Hindari maneuver Valsava
Cegah terjadinya kejang
Hindari penggunaan PEEP
Hindari pemberian cairan IV hipotonik
Atur ventilator agar PaCO2 optimal
Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu
Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
22
Pertahankan sterilitas system pemantauan
Pertahankan posisi kepala dan leher netral
Bilas sitem pemantauan, jika perlu
Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Intervensi Keperawatan:
23
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
24
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
4. Implementasi
5. Evaluasi
a. Tujuan tercapai
Jika tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari
berbagai masalah atau penyebabnya.
25
BAB III
EVALUASI
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan
mengenai pasien dengan Meningitis. Dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang
luas mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan
memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai Meningitis.
26
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Andareto, Obi. (2015). Penyakit Menular di Sekitar Anda. Ciamis: Pustaka Ilmu Semesta.
PPNI, (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. Jakarta:
DPP, PPNI
PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. Jakarta:
DPP, PPNI
PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. Jakarta:
DPP, PPNI
27