Pembimbing :
Penyusun :
2019
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmatNya, kami bisa menyelesaikan referat dengan
judul “Pengaruh Terapi Hiperbarik Oksigen Terhadap Neurogensis Pada
Penyembuhan Penyakit Diabetes Melitus” dengan lancar. Referat ini
disusun sebagai salah satu tugas wajib untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik di bagian LAKESLA RSAL dr. Ramelan Surabaya
dengan harapan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang bermanfaat
bagi pengetahuan penulis maupun pembaca.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
4
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang ...................................................... 24
Lampiran ............................................................................................. 35
5
BAB 1
PENDAHULUAN
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1.2 Sejarah HBO
8
surgery. Selanjutnya, HBO berkembang menjadi terapi utama untuk
kasus-kasus keracunan gas CO, emboli gas, serta menjadi terapi
tambahan untuk pencegahan dan pengobatan pada osteoradionecrosis,
Clostridiomyonecrosis, mempercepat penyembuhan dengan mengurangi
edema dan inflamasi, meningkatkan mobilisasi sel, angiogenesis, dan
perbaikan jaringan (Raveenthiraraja,2013).
9
respon yang diperantarai Nitric Oxide Synthase (NOS), sehingga dapat
mengurangi edema, membantu pembentukan kolagen yang mempercepat
penyembuhan luka dan angiogenesis, serta mencegah aktivitas radikal
bebas dengan menginhibisi ICAM1 dan CD18. Mekanisme-mekanisme
tersebut membuat terapi HBO sangatlah berguna pada infeksi campuran,
clostridial myonecrosis, infeksi dengan nekrosis jaringan lunak, dan
refractory osteomyelitis.
Studi-studi terbaru menguraikan mekanisme-mekanisme aksi yang
baru dari terapi HBO, antara lain bahwa terapi HBO dapat meningkatkan
jumlah stem cell pada manusia, meregulasi gen antioksidan dan
cytoprotective, dan bersifat neuroprotective pada cerebral ischemia
melalui modulasi dari beberapa molecular marker (Wadhawan,2014).
10
mensupply kebutuhan oksigen pada banyak jaringan tanpa memperlukan
ikatan oksigen dengan Hb. Peningkatan oksigen dalam plasma ini yang
berperan dalam beberapa manfaat yang didapat dari terapi HBO
(Wadhawan,2014).
11
Terapi HBO menghasilkan banyak oksigen terlarut yang dapat
meningkatkan deformabilitas sel darah merah, sehingga
memudahkan untuk mecapai jaringan yang iskemik
(Raveenthiraraja,2013).
6. Efek pertumbuhan
HBO merangsang pertumbuhan osteoclast dan osteoblast, sintesis
kolagen, dan angiogenesis (Raveenthiraraja,2013).
7. Reaktivasi
Mereaktivasi “sleeping cells” pada daerah penumbra di sekitar
central dead neuronal tissue. Hal ini sebagai dasar dalam
penggunan terapi HBO pada penyakit-penyakit neuronal
(Wadhawan,2014).
8. Efek imunitas
Dalam poin (3) disebutkan bahwa hiperoksigenasi dapat
merangsang imunitas tubuh dengan memperbaiki fungsi sel darah
putih dan meningkatkan kemampuan fagositosis. HBO dapat
mempengaruhi aktivitas limfosit T tergantung besarnya tekanan
oksigen yang diberikan. Pada tekanan 100 kPa selama 60-90 menit
dapat meningkatkan aktivitas sel T sitotoksik, namun pada tekanan
150 kPa selama 30-60 menit dapat menimbulkan efek yang
sebaliknya (Lv,2016).
12
Gambar 2.1 Chamber monoplace
13
Tabel 1. Perbedaan Chamber Monoplace dan Multiplace
Monoplace Multiplace
Pasien Akses lingkungan Membutuhkan lebih
terbatas banyak room assistance
pada penyakit akut
Administrasi Inhalasi melalui atmosfer Inhalasi melalui masker,
HBO atau endotracheal tube kap kedap udara, atau
endotracheal tube
Biaya Lebih murah Lebih mahal
Infeksi Resiko penyebaran Resiko penyebaran infeksi
infeksi rendah tinggi jika digunakan pada
ulkus
Portability Bentuk portable lebih Chamber besar tidak ada
umum bentuk portable
Terapi pada Untuk 1 pasien dan Untuk pasien yang
pasien biasanya untuk penyakit membutuhkan
kronis pendampingan dan untuk
penyakit akut
Resiko Resiko kebakaran lebih Resiko kebakaran lebih
kebakaran tinggi rendah
(Sumber : Raveenthiraraja, 2013).
14
4. Crush injury, compartment syndrome, dan iskemia traumatik akut
lainnya
5. Decompression sickness (DCS)
6. Insufisiensi arteri : oklusi arteri sentralis retina, chronic ischemic
ulcers
7. Anemia berat
8. Terapi adjuvant pada abses intrakranial
9. Nekrosis infeksi jaringan lunak
10. Osteomyelitis refrakter
11. Delayed radiation injuries (nekrosis jaringan lunak dan tulang)
12. Compromised grafts and flaps
13. Luka bakar termal akut
14. Idiopathic Sudden Sensorineural Hearing Loss (ISSHL)
Terdapat juga beberapa kondisi di mana HBO digunakan sebagai
terapi tambahan, antara lain intoksikasi akut oleh obat-obatan psikotropik,
purpura fulminans, malabsorbsi usus akibat radiasi, dan nephrotic
syndrome. Selain itu, telah dilaporkan penggunaan HBO pada efek radiasi
kanker ginekologis, untuk meningkatkan regulasi saraf jantung pada
disfungsi otonom diabetik, trombosis arteri hepatik setelah transplantasi
liver, bacterial endocarditis, post operasi transeksi saraf perifer, dan
pyoderma gangrenosum (Shahriari,2014).
Sedangkan Nikitopulou (2015) menyatakan bahwa aplikasi baru
dari HBO antara lain pada migrain, chronic fatigue syndrome, terapi dan
rehabilitasi posttraumatic, peripheral vascular disease, neuropati perifer,
terapi post stroke, multiple sclerosis, infark miokard, paralisis nervus
fasialis, dan cerebral palsy.
15
2. Penggunaan doxorubicin (adriamycin), cisplatin, disulfiram
(antabuse), mafenide acetate (sulfamylon)
Sedangkan kontraindikasi relatif terdapat pada beberapa kondisi,
antara lain :
1. Claustrophobia
2. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
3. Infeksi saluran pernafasan atas (otitis dan sinusitis)
4. Gambaran paru yang opaque pada foto thorax tanpa sebab yang
jelas
5. Kehamilan
6. Riwayat neuritis optik
7. Riwayat operasi thorax dan telinga
8. Demam tinggi tak terkontrol
9. Kejang epileptik
10. Spherocytosis kongenital
11. Cardiac pacemaker (Nikitopulou,2015).
16
9. Hipoglikemia
10. Trombositopenia
11. Penyakit akibat dekompresi terlalu cepat
12. Gangguan respirasi (pada fibrosis pulmoner dapat irreversibel)
13. Perhatian khusus terjadinya vasokonstriksi pada pasien dengan
riwayat penyakit jantung dan kadar gula pada pasien diabetes
14. Kebakaran (Nikitopulou,2015).
17
BAB 3
KESIMPULAN
18
Daftar pustaka
Al-Waili N.S., Salom K. and al-Ghamdi. 2011. Honey for Wound Healing,
Ulcers, and Burns; Data Supporting its Use in Clinical Pratice. The
Scientific World Journal. (11): 766-776
Ginsberg, Lionel. 2005. Lecture Notes Neurologi. Alih bahasa Indah Retno
Wardhani. 2005. Jakarta : Penerbit Erlangga
Griffin JW, et al, 1996, Pathology of the Motor Sensory Axonal Guillain-
Barre Syndrome, Ann. Neurol, Vol 39, no 1, pp. 17-25
19
Lv H, Han CH, Sun XJ, Liu WW. 2016. Application of Hyperbaric Oxygen
in Liver Transplantation. Med Gas Res, vol. 6, issue 4, pp. 212-218.
Mortensen, Christian. 2008. Hyperbaric Oxygen Therapy. Department of
Anesthesia and Operation, Copenhagen University Hospital.
Perdossi. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Gajah Mada University Press:
Jakarta. Hal 307-310.
20
Tandel, H., Vanza, J., Pandya, N. & Parva, J., 2015. GUILLAIN-BARRÉ
SYNDROME (GBS): A REVIEW. EUROPEAN JOURNAL OF
PHARMACEUTICAL AND MEDICAL RESEARCH, 3(2).
van den Berg, B, Walgaard, C, Drenthen, J, Fokke, C, Jacobs, BC, and
van Doorn, PA. Guillain-Barré syndrome: pathogenesis, diagnosis,
treatment and prognosis. Nat Rev Neurol. 2014; 10: 469–482
21
LAMPIRAN
22