TUTOR HEMATOLOGI I
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena saya
Darah dengan baik. Tidak lupa saya menyampaikan terima kasih kepada dr. Ni
bimbingan selama proses pembuatan tutor ini. Terima kasih juga kepada semua
pihak yang telah membantu. Saya menyadari bahwa tulisan ini masih banyak
kekurangan dari segi penyusunan materi dan bahasa, oleh karena itu saya
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
(ESR) atau sedimentation rate (sed rate) atau blood bezinking-snelheid der
tabung berisi darah yang telah diberi antikoagulan dalam waktu satu jam
(Hartono, 2012).
penurunan albumin. Perubahan terjadi pada infeksi akut, selama fase akut pada
infeksi kronis, pada keganasan, dan pada kerusakan jaringan akut (misalnya pada
infark miokard akut) dengan trauma fisik. Pengukuran respon fase akut ini
merupakan indikator yang sangat berguna sebagai marker untuk peradangan atau
yaitu CRP dan LED. Pemeriksaan CRP merupakan tes yang lebih sensitif, karena
pada saat terjadi kerusakan jaringan, kadar CRP serum biasanya meningkat paling
awal. Kadar CRP akan cepat menurun apabila proses kerusakan jaringan teratasi.
Pada penyakit akut, LED mempunyai respon yang lebih lambat dan kurang
penanda inflamasi yang lebih spesifik, namun LED masih banyak digunakan
Westergren pada tahun 1921 yang akhirnya digunakan secara luas untuk
melakukan tes skrining pada penyakit akut dan penyakit kronis (Jou et al, 2011).
untuk pemeriksaan LED adalah metode Westergren (Plebani and Piva, 2002).
Ada beberapa metode pemeriksaan LED yang saat ini digunakan di klinik, baik
secara manual maupun otomatis. Metode manual yang banyak digunakan seperti
Westergren dan Wintrobe. Pemeriksaaan LED dengan cara otomatis juga banyak
digunakan misalnya dengan alat Alifax Roller 20 LC, VES-Matic system dan
Caretium XC- A30. Dalam tutor ini akan dibahas mengenai metode manual
2.1. Definisi
dalam tabung berisi darah yang telah diberi antikoagulan dalam waktu satu jam.
LED juga dapat diartikan sebagai kecepatan pengendapan eritrosit dalam plasma
Dikatakan non spesifik karena LED dapat meningkat pada penyakit-penyakit atau
keadaan patologis apa saja dimana terdapat reaksi inflamasi, degenerasi jaringan,
nekrosis. Peningkatan nilai LED menunjukkan suatu proses inflamasi dalam tubuh
seseorang, baik inflamasi akut maupun kronis, atau adanya kerusakan jaringan.
Hodgkin. Nilai LED yang sangat tinggi (>100 mm/jam) memiliki 90%
3
4
Peningkatan LED dapat juga dijumpai pada tumor terutama bila terjadi nekrosis
atau reaksi jaringan yang meluas, tuberkulosis, infeksi kronik, demam rematik,
2.3 Prinsip
pengendapan partikel padat (eritrosit) ke dasar tabung dalam suatu cairan darah
tabung tertentu, pada suhu ruang 18 - 25°C, tabung diletakkan pada posisi vertikal
(tegak lurus) pada raknya, maka eritrosit akan mengendap ke dasar tabung secara
satuan mm dalam waktu yang tertentu (jam). Satuan LED adalah mm/jam (Jou et
al, 2011).
Gambar 2.1. Pengendapan Eritrosit dalam Plasma (Clark and Hipple, 2012 )
5
Hipple, 2012).
dimana bentuk ini disebabkan karena bentuk eritrosit yang unik yaitu berbentuk
datar menyebabkan permukaan eritrosit menjadi luas sehingga terjadi kontak dan
partikel eritrosit menjadi lebih besar dengan permukaan yang lebih kecil sehingga
hasil pemeriksaan laju endap darah adalah 1 jam setelah tabung yang telah berisi
sampel darah dan antikoagulan diletakkan tegak lurus pada raknya. Hasil
kemudian didiamkan pada posisi tegak lurus selama satu jam. Setelah satu jam,
dibaca jarak antara meniskus bagian plasma (skala nol) dengan batas atas endapan
eritrosit diukur dalam satuan milimeter (mm), lalu dilaporkan sebagai laju endap
1. Metode Westergren
2. Metode Wintrobe
1. Tabung Westergren
bagian dalam sirkuler, memiliki skala 0 – 200 mm dengan interval 1 mm, angka
200 terletak dibawah, diameter internal 2,55 mm, panjang tabung 300 mm.
2. Rak Westergren
Rak harus berdiri tegak lurus dan terletak horizontal, hindari sinar
Bahan :
1. Darah ditampung pada tabung yang mengandung antikoagulan EDTA (K2 atau
leukosit, trombosit dan hematokrit. Cara kerja garam EDTA dengan mengikat ion
LED lambat. Tabung untuk penampung darah EDTA bertutup ungu (Jury et al,
2011).
(Na3C6H5O7.2H2O) 32,08 g dilarutkan dalam air suling sampai 1000 ml. Larutan
ini disaring, dimasukkan ke dalam penampung steril dan disimpan pada suhu 2 –
8°C. Biasanya tahan untuk beberapa bulan. Jangan dipakai apabila terjadi
Cara pemeriksaan :
2. Dengan jari telunjuk menekan ujung tabung, letakkan tabung pada rak
Nilai normal :
Perempuan : 0 - 20 mm/jam
Newborn : 0 - 2 mm/jam
Anak-anak : 0 - 10 mm/jam
LED, hal ini dikarenakan panjang pipet Westergren bisa dua kali panjang pipet
Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih terdeteksi (Clark and
Hipple, 2012).
Cara pemeriksaan :
mulai dasar tabung sampai tanda 0 pada bagian atas tabung Wintrobe.
2. Letakkan tabung tersebut pada rak tabung Wintrobe dengan posisi vertikal.
Nilai normal :
Perempuan : 0 – 20 mm/jam
Perbandingan antara metode Westergren dan Wintrobe dapat dilihat pada tabel 1.
3 Volume darah 2 ml 1 ml
Caretium XC-A30 ESR analyzer adalah alat analisis laju endap darah
2. Analisis sistem
3. Display
4. Komponen pengoperasian
5. Printer Internal
6. Tabung-tabung ESR
Persyaratan Sampel :
13
1. Sampel darah yang dipakai adalah whole blood dengan antikoagulan EDTA.
4. Darah whole blood dapat langsung ditambahkan ke dalam tabung ESR yang
Persiapan Sampel :
1. Sampel darah whole blood sebanyak 1,28 ml dimasukkan ke dalam tabung ESR
2. Tabung yang berisi sampel darah dan antikoagulan harus dicampur baik dengan
udara.
3. Tabung yang sudah berisi sampel darah yang telah tercampur baik dengan
4. Pengukuran LED tidak boleh lebih dari 2 jam setelah sampel darah ditampung
Prinsip Pengukuran :
adalah posisi bawah dan H merupakan posisi atas. Selama pergerakan infrared
optical coupler dari L ke H, apabila sinar infrared tidak mencapai receiver, berarti
Apabila cahaya infrared dapat melewati tabung ESR dan mencapai receiver,
bawah.
K : tinggi darah dalam tabung ESR ketika optical coupler bergerak ke bawah
tabung ESR berubah mengikuti perbedaan karakteristik fisik setiap tabung ESR.
15
Keunggulan :
3. Sampel yang diperlukan 1,28 ml darah whole blood yang telah bercampur
Perbedaan antara metode Westergren dan Caretium dapat dilihat pada tabel
berikut:
per jam
Hasil pemeriksaan laju endap darah dipengaruhi 3 (tiga) faktor yaitu faktor
eritrosit, faktor plasma, dan faktor teknik pemeriksaan yang saling punya
a. Pembentukan rouleaux
mengakibatkan penurunan LED. Sel sferis dan sel eritrosit seperti bulan
menurun. Penurunan LED juga dapat disebabkan oleh permukaan sel yang
relatif lebih luas dibanding berat sel. LED akan meningkat bila berat
luas, dan sel-sel kecil akan mengendap lebih lambat daripada sel yang
Aglutinasi yang terjadi akibat perubahan permukaan sel darah merah dapat
2017).
18
disertai dengan LED yang cepat. Pada anemia sel sabit, sferositosis,
fisik yang berlawanan, yaitu tekanan ke bawah akibat gaya gravitasi bumi dan
normal nilainya relatif kecil karena pengendapan eritrosit diimbangi oleh reaksi
potential adalah muatan negatif pada permukaan eritrosit sehingga terjadi gaya
saling tolak menolak antar sel-sel eritrosit. Pembentukan rouleaux atau agregat
akan makin cepat, dan nilai LED akan makin tinggi (Hartono, 2012).
mengurangi gaya saling tolak-menolak antar sel darah merah sehingga lebih
gaya tarik ke bawah sehingga LED lebih rendah. Viskositas plasma yang
Faktor teknik yang dapat mempengaruhi kecepatan LED antara lain suhu
LED menurun dapat disebabkan karena diameter tabung lebih kecil, darah
tidak segera diperiksa (lebih dari 2 jam), antikoagulan yang digunakan berlebihan
sehingga terjadi degenerasi sel darah merah dan mengkerut, sebagian darah beku,
20
darah disimpan sehingga bentuknya lebih sferis dan lebih sulit membentuk
rouleaux.
LED lambat. Bila darah yang diperiksa sudah membeku, sebagian hasil
pemeriksaan LED akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah terpakai
dalam pembekuan. Pemeriksaan LED harus dikerjakan dalam waktu 2 ( dua ) jam
setelah pengambilan darah, karena darah yang dibiarkan terlalu lama akan
pengambilan darah. Apabila dikerjakan lebih dari 2 (dua) jam akan mempercepat
jumlah eritrosit akan menurun. Dengan demikian laju endap darah akan
meningkat. Selain itu adanya bakteri juga menyebabkan eritrosit menjadi mudah
membentuk rouleaux yang mengakibatkan laju endap darah menjadi lebih cepat.
Pada suhu rendah, viskositas plasma akan meningkat dan LED menurun.
a. LED meningkat
- Makrositosis
21
- Nekrosis
- Radang
- Keganasan
- Multiple Myeloma
- Leukemia
- Wanita hamil
- Usia lanjut.
- Jenis kelamin
Wanita memiliki laju endap darah yang relatif lebih cepat daripada pria.
b. LED menurun
- Polisitemia
- Hipofibrinogenemia
- Mikrositosis
- Poikilositosis
Menurut Clark and Hipple. (2012), ada beberapa hal yang dapat
8. Darah harus terisi pada tabung sampai batas angka 0 pada saat awal
pemeriksaan.
terjadinya rouleaux.
10. Hasil LED akan meningkat palsu pada pasien yang mengalami anemia.
23
BAB III
RINGKASAN
(ESR) atau sedimentation rate (sed rate) adalah kecepatan pengendapan sel-sel
eritrosit di dalam tabung berisi darah yang telah diberi antikoagulan dalam waktu
satu jam. LED adalah indikator non spesifik munculnya penyakit dan sering
Westergren pada tahun 1921 yang akhirnya digunakan secara luas untuk
dan metode Wintrobe. Pemeriksaan LED otomatis saat ini sudah mulai
Hasil pemeriksaan laju endap darah dipengaruhi 3 (tiga) faktor yaitu faktor
eritrosit, faktor plasma, dan faktor teknik pemeriksaan yang saling punya
dan Leukemia. LED menurun dapat terjadi pada keadaan polisitemia, anemia sel
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. A Classic, Gold Standard: The Westergren Method for ESR
Measurement. Netherland : RR Mechatronic.
Anonim. 2015. Caretium XC-A30 ESR Analyzer User’s Manual. Jakarta: PT.
Setia Anugerah Medika.
Clark, K.S., Hippel, T.G. 2012. Routine and Point-of-care Testing in Hematology:
Manual and Semiautomated Methods. In : Rodak, B.F., Fritsma, G.A.,
Keohane, E.M., Editors. Hematology :Clinical Principles and Application.
4 th. Ed. Missouri: Elsevier Saunders. p. 172-187
Fisbach, F.T., Dunning III, M.B., 2015. A Manual of Laboratory and Diagnostic
Test. Ninth Edition. Philadelphia : Wolters Kluwer Health | Lippincott
Williams & Wilkins. p. 88-108.
Greer, J.P., Arber, D.A., Glader, B., List, A.F., Means, R.T., Paraskevas, F.,
Rodgers, G.M. 2012. Wintrobe’s Clinical Hematology. 13th. Edition.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins. p.
34-36.
Hartono, A.M. 2012. “Uji Validitas Pemeriksaan Laju Endap Darah Metode
Modifikasi Westergren dengan Sudut Kemiringan 450 terhadap Metode
Rujukan ICSH 1993” (tesis). Bandung: Universitas Maranatha.
Hoffbrand, A.V., Moss, P.A.H. 2011. Essential Hematology. 6th. Edition. West
Sussex: John Wiley & Sons Ltd. p. 392-396.
Jou J.M., Lewis S.M., Briggs, C., Lee, S-H., Salle, B.D.L., McFadden, S. 2011.
ICSH Review Of The Measurement Of The Erythocyte Sedimentation
Rate. Int. Jnl. Lab. Hem, 33: 125-132.
Jury, C., Nagai, Y., Tatsumi, N. 2011. Collection and Handling of Blood. In:
Bain, J.B., Bates, I., Laffan, M.A., Lewis S.M., editors. Dacie and Lewis
Practical Haematology. Eleventh Edition. UK : Elsevier. p.1-7.
Koepke, J.A., Bull, B.S., Simson, E., Assendelft, O.W. 2000. Reference and
Selected Procedure for the Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) Test;
Approved Standard. Fourth. Edition. USA.Vol. 20. Number 27: 1-24.
26
Nayak, R., Rai, S., Gupta, A. 2017. Essentials in Hematology And Clinical
Pathology. Second. Edition. India: Jaypee Brothers Medical Publishers (P)
Ltd. p. 374-378.
Plebani, M., Piva E. 2002. Erythrocyte Sedimentation Rate Use of Fresh Blood
for Quality Control. Am. J. Clin.Pathol., 117:621-626.
Vajpayee. N., Graham, S.S., Bern, S. 2011. Basic Examination of Blood and Bone
Marrow. In: McPherson, R.A., Pincus, M.R., editors. Henry’s Clinical
Diagnosis and Management By Laboratory Methods. Twenty Second.
Edition. Philadelphia : Elsevier Saunders. p. 519-521.
Vennapusa, B., Cruz, L.D.L., Shah, H., Michalski, V., Qian-Yun, Z. 2011.
Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) Measured by the Streck ESR-Auto
Plus Is Higher Than With the Sediplast Westergren Method A Validation
Study. Am. J. Clin. Pathol., 135:386-390.