Pembimbing:
Letkol Laut (K/W) Dr. Titut Harnanik, dr., M.Kes
Disusun Oleh :
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmatNya, kami bisa menyelesaikan referat dengan topik
HUBUNGAN TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK (HBOT) TERHADAP
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) dengan lancar. Referat
ini disusun sebagai salah satu tugas wajib untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik di bagian LAKESLA RSAL dr. RAMELAN Surabaya,
dengan harapan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang bermanfaat
bagi pengetahuan penulis maupun pembaca.
Dalam penulisan dan penyusunan referat ini tidak lepas dari bantuan
dan dukungan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada:
Kami menyadari bahwa referat yang kami susun ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Semoga referat ini dapat memberi manfaat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB II...........................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................2
2.1. Terapi Hiperbarik Oksigen..............................................................2
2.1.1 Definisi........................................................................................2
2.1.2 Macam Ruang Hiperbarik.........................................................2
2.1.3 Manfaat Terapi HBO..................................................................3
2.1.4 Indikasi Terapi HBO..................................................................5
2.1.5 Kontraindikasi Terapi HBO.......................................................7
2.1.6 Efek Samping Terapi HBO........................................................8
2.1.7 Prinsip Dasar Terapi HBO........................................................8
2.2. PPOK.................................................................................................9
2.2.1 Definisi........................................................................................9
2.2.2 Faktor Resiko...........................................................................10
2.2.3 Patofisiologi ppok...................................................................11
2.2.4 Diagnosa...................................................................................13
2.2.5 Terapi........................................................................................13
BAB 3.........................................................................................................15
KERANGKA KONSEPTUAL....................................................................15
BAB 4.........................................................................................................16
KESIMPULAN............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................17
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Terapi oksigen hiperbarik (HBOT) adalah suatu metode intervensi dimana
individu bernapas menggunakan oksigen murni secara berselang di dalam ruang
udara bertekanan tinggi (RUBT) dimanan tekanan lebih besar dari permukaan
laut/ 1 atmosfer absolut ( Lam G , 2017).
2
Gambar 1 Mono chamber & Multi chamber (Lam G,2017)
3
buruk menciptakan perbedaan gradien yang besar sehingga menyebabkan
pengiriman oksigen lebih besar, demikian dengan permintaan oksigen
kumulatif yang lebih besar. Pasien yang menderita penyakit mikrovasuler
seperti diabetes memiliki lebih sedikit kapiler sehingga oksigenasi ke
jaringan buruk. TOHB memerangi keadaan hipoksia ini dengan
meningkatkan jumlah oksigen terlarut dalam plasma serta tekanan parsial
oksigen dalam jaringan. Hal ini meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia
untuk jaringan seiring dengan permintaan oksigen yang meningkat dari
jaringan dengan perfusi yang buruk. Pada terapi oksigen hiperbarik dapat
meningkatkan 16 kali lipat pengiriman oksigen ke jaringan (Johnston, et al.,
2016).
4
meningkatkan system imun tubuh dengan menurunkan agen imunosupresif
seperti prostaglandin, IL-1 , IL 10. Terapi oksigen hiperbarik membantu
meningkatkan prodeuksi spesies oksigen reaktif (ROS) oleh leukosit yang
bekerja dalam system imun. Selain itu terapi hiperbarik juga memiliki efek
antioksidan (Johnsonet al., 2016)
5
11. keracunan obat dan 15. Osteomielitis
bahan kimia 16. Osteonekrosis aseptic
12. Acute ischemia anoxic 17. Cerebral palsy
encephalopathy 18. Perkembangan janin yang
terhambat
19. Diabetes dan kaki diabetik
20. Penyakit jantung koroner
21. Aritmia (fibrilasi atrium, pvc,
takikardia)
22. Miokarditis
23. Penyakit pembuluh darah perifer,
vasculitis, mis., raynaud,
24. Trombosis vena dalam, dll
25. Vertigo
26. Ulkus kronis (hambatan suplai
darah arteri, kongesti vena,
27. Luka baring)
28. Cedera tulang belakang
29. Tukak lambung
30. Kolitis ulserativa
31. Hepatitis (gunakan ruang khusus
penyakit menular)
32. Luka bakar
33. Frosbite
34. Operasi plastik
35. Skin grafting
36. Cedera olahraga
37. Kerusakan radioaktif (tulang dan
jaringan lunak, sistitis, dll.)
38. Tumor ganas (dengan radioterapi
atau kemoterapi)
39. Otic nerve injury
40. Fatigue syndrome
41. Angioneurotic headache
6
42. Pustular
43. Psoriasis
44. Pityriasis rosea
45. Multiple sclerosis
46. Sindrom guillain-barre akut
47. Ulkus oral berulang
48. Ileus paralitik
49. Asma bronkial
50. Acute respiratory distress
syndrome
Demam tinggi
Kejang/epilepsi
Congenital spherocytosis
Cardiac pacemaker
7
2.1.6 Efek Samping Terapi HBO
Beberapa efek samping yang berhubungan dengan terapu oksigen
hiperbarik , yakni meliputi : Barotrauma , toksikasi oksigen pada system saraf pusat
dan pulmonal dan juga efek samping pada mata. Namun bisa juga terjadi
Claustrophobia ( ketakutan pada ruangan sempit ).beberapa efek samping ini perlu
di pahami dan dipertimbangakan. Hal ini dapat di kurangi dengan membuat
prosedur yang meminimalkan dan mengurangi resiko efek samping dan manfaat
terapi untuk pasien. Perlu diketahui bahwa HBOT merupakan salah satu terapi
yang aman digunakan saat ini. ( Heyboer, 2017)
a) Hukum Boyle
8
dan dalam. Demikan pula, pada penyelaman tahan nafas saat naik
kepermukaan gas yang terperangkap dalam paru dapat membesar dan
menyebabkan mendesak alveolus pecahnya parenkim paru sering dikenal
dengan burst lung (Latham, 2018).
b) Hukum Henry
Gambar 3 Hukum Henry (Diana Marie Barratt, MD, MPH, et al, 2011)
Menyatakan bahwa volume total gas terlarut dalam cairan berbanding lurus
dengan tekanan parsial gas tersebut pada temperatur tetap. Pada terapi oksigen
hiperbarik dengan peningkatan tekanan sebanding dengan jumlah oksigen
terlarut dalam plasma (Latham, 2018).
2.2. PPOK
2.2.1 Definisi
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dapat disebut sebagai penyakit
kronis progresif pada paru yang ditandai oleh adanya hambatan atau
sumbatan aliran udara yang bersifat irreversible atau reversible sebagian dan
menimbulkan konsekuensi ekstrapulmoner bermakna yang berkontribusi
terhadap tingkat keparahan pasien. PPOK biasanya berhubungan dengan
respons inflamasi abnormal paru terhadap partikel berbahaya dalam udara.
PPOK merupakan suatu penyakit multikomponen yang dicirikan oleh
terjadinya hipersekresi mukus, penyempitan jalan napas, dan kerusakan
alveoli paru-paru. Penyakit tersebut bisa merupakan kondisi terkait bronkitis
kronis, emfisema, atau gabungan keduanya.
9
2.2.2 Faktor Resiko
PPOK mempunyai progresivitas yang lambat, diselingi dengan fase
eksaserbasi akut yang timbul secara periodik. Pada fase eksaserbasi akut
terjadi perburukan yang mendadak dari perjalanan penyakitnya yang
disebabkan oleh suatu faktor pencetus dan ditandai dengan suatu manifestasi
klinis yang memberat. Secara umum resiko terjadinya PPOK terkait dengan
jumlah partikel gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya serta
berbagai faktor dalam individu itu sendiri
1 Asap Rokok
Dari berbagai partikel gas yang noxius atau berbahaya, asap
rokok merupakan salah satu penyebab utama, kebiasaan merokok
merupakan faktor resiko utama dalam terjadinya PPOK. Asap rokok
yang dihirup serta merokok saat kehamilan juga berpengaruh pada
kejadian PPOK karena mempengaruhi tumbuh kembang paru janin
dalam uterus. Sejak lama telah disimpulkan bahwa asap rokok
merupakan faktor risiko utama dari bronkitis kronis dan emfisema.
2 Paparan Pekerjaan
Meningkatnya gejala-gejala respirasi dan obstruksi aliran udara
dapat diakibatkan oleh paparan debu di tempat kerja. Beberapa
paparan pekerjaan yang khas termasuk penambangan batu bara,
panambangan emas, dan debu kapas tekstil telah diketahui sebagai
faktor risiko obstruksi aliran udara kronis.
3 Polusi Udara
Beberapa peneliti melaporkan meningkatnya gejala respirasi
pada orang-orang yang tinggal di daerah padat perkotaan
dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah pedesaan, yang
berhubungan dengan meningkatnya polusi di daerah padat perkotaan.
Pada wanita bukan perokok di banyak negara berkembang, adanya
polusi udara di dalam ruangan yang biasanya dihubungkan dengan
memasak, telah dikatakan sebagai kontributor yang potensial.
4 Infeksi Berulang Saluran Respirasi
Infeksi saluran respirasi telah diteliti sebagai faktor risiko
potensial dalam perkembangan dan progresivitas PPOK pada orang
10
dewasa, terutama infeksi saluran nafas bawah berulang. Infeksi
saluran respirasi pada masa anak-anak juga telah dinyatakan sebagai
faktor predisposisi potensial pada perkembangan akhir PPOK
5 Kepekaan Jalan Nafas dan PPOK
Kecenderungan meningkatnya bronkontriksi sebagai reaksi
terhadap berbagai stimulus eksogen, termasuk methakolin dan
histamin, adalah salah satu ciriciri dari asma. Bagaimanapun juga,
banyak pasien PPOK juga memiliki ciriciri jalan nafas yang
hiperesponsif. Pertimbangan akan tumpang tindihnya seseorang
dengan asma dan PPOK dalam kepekaan jalan nafas, obstruksi aliran
udara, dan gejala pulmonal mengarahkan kepada perumusan hipotesis
Dutch yang menegaskan bahwa asma, bronkitis kronis, dan emfisema
merupakan variasi dari dasar penyakit yang sama, yang dimodulasi
oleh faktor lingkungan dan genetik untuk menghasilkan gambaran
patologis yang nyata.
11
Pajanan terhadap faktor pencetus PPOK yaitu partikel noxius yang terhirup
bersama dengan udara akan memasuki saluran pernapasan dan mengendap
hingga terakumulasi (Paparan sering ) Partikel tersebut mengendap pada
lapisan mukus yang melapisi mukosa bronkus sehingga menghambat aktivitas
silia sehingga disini silia bekerja lebih extra . Akibatnya pergerakan cairan yang
melapisi mukosa berkurang dan menimbulkan iritasi pada sel mukosa sehingga
merangsang kelenjar mukosa, kelenjar mukosa akan hipertrofi kelenjar mukosa
terjadi hiperplasia sel goblet sampai produksi mukus berlebih. Produksi mukus
yang berlebihan menimbulkan infeksi serta menghambat proses penyembuhan,
keadaan ini merupakan suatu siklus yang menyebabkan terjadinya hipersekresi
mukus. Manifestasi klinis yang terjadi adalah batuk kronis yang produktif.
Dampak lain yang ditimbulkan partikel tersebut dapat berupa rusaknya dinding
alveolus. Kerusakan yang terjadi berupa perforasi alveolus yang kemudian
mengakibatkan bersatunya alveoulus satu dan yang lain membentuk abnormal
largeairspace. Selain itu terjadinya modifikasi fungsi anti-protease pada saluran
pernafasan yang berfungsi untuk menghambat neutrofil, menyebabkan timbulnya
kerusakan jaringan interstitial alveolus. Seiring terus berlangsungnya iritasi di
saluran pernafasan maka akan terjadi erosi epitel serta pembentukan jaringan
parut. Akan timbul juga metaplasia skuamosa dan penebalan lapisan skuamosa
yang menimbulkan stenosis dan obstruksi ireversibel dari saluran
nafas.Walaupun tidak menonjol seperti pada asma, pada PPOK juga dapat
12
terjadi hipertrofi otot polos dan hiperaktivitas bronkus yang menyebabkan
gangguan sirkulasi udara.(Fachrianto,2016)
2.2.4 Diagnosa
Diagnosis PPOK dapat ditegakkan berdasarkan temuan klinis
(anamnesis dan pemeriksaan fisik) dan dibantu dengan pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesis PPOK sudah dapat dicurigai pada hampir semua
pasien berdasarkan tanda dan gejala yang khas. Poin penting yang dapat
ditemukan pada anamnesis pasien PPOK diantaranya: (Fachrianto,2016)
2.2.5 Terapi
Pilihan pengobatan saat ini untuk PPOK termasuk intervensi
farmakologis dan non-farmakologis. Intervensi farmakologismencakup kelas
obat yang berbeda termasuk bronkodilator,Beta 2 agonist, Antimuskarinik
(Fachrianto,2016)
13
2.2.8 Hubungan HBOT dengan PPOK
Pada pasien PPOK terjadinya gangguan pada jalan nafas (Hipertrofi kelenjar
mukosa dan sel goblet, perubahan reseptor muskarinik, paparan zat iritan ) yang
menyebabkan obstruksi sel pada paru sehingga pasien dengan PPOK mengalami
hipoksia yang menyebabkan oksigenasi pada jaringan menjadi kurang baik dan
mendaptkan hasil saturasi oksigen rendah. Pada terapi HBOT memberikan
mekanisme untuk merangsang angiogenesis melalui peningkatan regulasi faktor-
faktor seperti meningkatkan regulasi faktor VEGF untuk pembentukan pembulu
darah yang baru. dan angiogenesis seperti kemokin. TOHB memerangi keadaan
pasien hipoksia ini dengan meningkatkan jumlah oksigen terlarut dalam plasma
serta tekanan parsial oksigen dalam jaringan sehingga akan terjadi difusi oksigen
dan akan terjadi peningkatan saturasi oksigen . Hal ini meningkatkan jumlah oksigen
yang tersedia untuk jaringan seiring dengan kebutuhan oksigen yang
meningkat.Pada terapi oksigen hiperbarik dapat meningkatkan 16 kali lipat
pengiriman oksigen ke jaringan, Teatapi Pada pasien dengan PPOK yang boleh
dilakukan HBOT adalah pada saat keadaan stabil karna ketika tekanan oksigen
diberikan dengan tekanan tinggi maka disini PAO2 alveoli menyebabkan barotrauma
sehingga HBOT pada pasien dengan PPOK menjadi kontraindikasi reversibel.
(Fachrianto,2016)
Seiring dengan dasar utama suplai oksigen yang buruk pada hipoksemia
jaringan juga dapat di sebabkan oleh pemberian yang tidak tepat waktu atau
berlebihan. Yaitu terjadi ketika sel dan beberapa alasan tidak dapat menggunakan
oksigen untuk respirasi metabolik . Kemudian penyebab lain juga pada kondisi
sepsis karna kerusakan mitokondondria yang abnormal. Pada gangguan keadaan
pada paru seperti pada pengesian alveolar, penuruan ventilasi, perfusi hal tersebut
dapat diatasi dengan cara meningkatkan fraksi oksigen inspirasi (F I 0 ) yaitu dengan
pemberian oksigen tambahan. Akan terjadi vasokontriksi paru hipoksia yang dapat
meningkatkan tekanan arteri pulmonalis.(Fachrianto,2016)
14
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
15
BAB 4
KESIMPULAN
Pada terapi HBOT untuk pasien dengan hipoksemia memberikan
informasi kontraindikasi relatif Pada pasien dengan PPOK mengalami hipoksemia
pada jaringan dan didaptkan penurunan dari PAO 2 serta penurunan pada
saturasi oksigen sehingga dengan dilakukanya terapi HBOT hal tersebut dapat
membantu kebutuhan oksigen agar terpenuhi pada jaringan.Namun harus
diperhatikan kembali pada keadaan pasien dengan PPOK berat memberikan hasil
terapi HBOT absolut yang dapat memberikan efek samping peningkatan secara
tinggi yang dapat menyebabkan barotrauma, keracunan gas,Emboli paru,
Sedangkan pada HBOT ringan hingga sedang terapi HBOT membrikan hasil
kontra indikasi relativ yang butuh untuk dilakukakan keadaan stabil pada pasien .
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Bessereau, J., Aboab, J., Hullin, T., Huon-Bessereau, A., Bourgeois, J. L.,
Brun, P. M., Chevret, S., &Annane, D. (2017). Safety of hyperbaric oxygen
therapy in mechanically ventilated patients. International Maritime Health.
https://doi.org/10.5603/IMH.2017.0008
2. Lilin Rosyati, MEKANISME YANG TERLIBAT DALAM TERAPI OKSIGEN
HIPERBARIK (Theoritical Review Hyperbaric Oxygen Therapy/HBOT).
3. William Parker, 2017. The Role of oxidativestress, inflammation and
acetaminophen exposure from birth to early childhood in the induction of
autismhttps://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28415925.4
4. Nagwa A Meguid, 2017.Expression of Reactive Oxygen Species–Related
Transcripts in Egyptian Children With Autism.
5. De Maio, A., & Hightower, L. E. (2020). COVID-19, acute respiratory distress
syndrome (ARDS), and hyperbaric oxygen therapy (HBOT): what is the link?
In Cell Stress and Chaperones. https://doi.org/10.1007/s12192-020-01121-0
6. Geier, M. R., & Geier, D. A. (2020). Respiratory conditions in coronavirus
disease 2019 (COVID-19): Important considerations regarding novel
treatment strategies to reduce mortality. Medical Hypotheses.
https://doi.org/10.1016/j.mehy.2020.109760
7. Rogatsky, G. G., &Stambler, I. (2017). Hyperbaric oxygenation for
resuscitation and therapy of elderly patients with cerebral and cardio-
respiratory dysfunction. Frontiers in Bioscience - Scholar.
https://doi.org/10.2741/s484
8. Guo, D., Pan, S., Wang, M. M., & Guo, Y. (2020). Hyperbaric oxygen therapy
may be effective to improve hypoxemia in patients with severe COVID-2019
pneumonia: two case reports. Undersea & Hyperbaric Medicine : Journal of
the Undersea and Hyperbaric Medical Society, Inc.
9. Lam G, 2017. Hyperbaric Oxygen Therapy: Exploring the Clinical Evidence.
www.woundcarejournal.com, pp. 181-190.
10. Johnston, B. R., Y, A., Brea, B. & Liu, P. Y., 2016. The Mechanism of
Hyperbaric Oxygen Therapy. Rhode Island Medical Journal, 2.pp. 26-29.
11. Heybor, M. &et all, 2017. Hyperbaric Oxygen Therapy : Side Effects Defined
and Quantified. p. 2.
17
12. Latham , 2018 . Hyperbaric Oxygen Therapy : Hyperbaric Physics and
Physiology p.2. https://emedicine.medscape.com/article/1464149-
overview#a2
13. Richard E. Moon, Lindell K. (2020). Hyperbaric oxygen as a treatment for
COVID-19 infection?Undersea & Hyperbaric Medicine : Journal of the
Undersea and Hyperbaric Medical Society, Inc.
14. Rubini, A., Porzionato, A., Zara, S., Cataldi, A., Garetto, G., & Bosco, G.
(2013). The effect of acute exposure to hyperbaric oxygen on respiratory
system mechanics in the rat. Lung. https://doi.org/10.1007/s00408-013-9488-
y
15. Thibodeaux, K., Speyrer, M., Raza, A., Yaakov, R., & Serena, T. E. (2020).
Hyperbaric oxygen therapy in preventing mechanical ventilation in COVID-19
patients: a retrospective case series. Journal of Wound Care.
https://doi.org/10.12968/jowc.2020.29.Sup5a.S4
18
LAMPIRAN
19