Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMAKOEKONOMI

“COST-UTILITY ANALYSIS COMPARING LAPAROSCOPIC VS OPEN

AORTOBIFEMORAL BYPASS SURGERY”

disusun Oleh :

1. Siti Haq Mabruriati Nur 05021A218

2. Siti Nurhidayah 05021A220

3. Stefanny Florencia De Wanna 05021A222

4. Syihabuddin Zuhair 05021A226

5. Tekla Maria Faot 05021A228

6. Thea Ikmasia Triana Dompas 05021A230

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan

sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman – teman yang telah

berkontribusi dengan memberikan ide – idenya sehingga makalah ini dapat

disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para

pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh

dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang

bersifat membangun demi terciptanya makalah selanutnya yang lebih baik.

November, 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5
BAB II Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 6
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 8
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 8
3.2 Metode Penelitian ..................................................................................... 8
3.3 Sampel dan Populasi ................................................................................ 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 10
4.1 Karakteristik Pasien ................................................................................ 10
4.2 Pembiayaan ............................................................................................ 11
4.3 Outcome (Hasil dari Terapi) ................................................................... 13
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 15
Kesimpulan ........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit arteri perifer (PAP) adalah adanya obstruksi pada arteri tungkai
bawah dan terjadi penurunan aliran darah arteri sewaktu aktifitas, sedangkan pada
tahap lanjut di jumpai pada saat istirahat. Hal ini merupakan manifestasi
arterosklerosis pada arteri daerah tungkai (Bonow, 2012).
Aortobifemoral Bypass Surgery (ABS) adalah metode operasi / bedah untuk
memperlancar aliran darah disekitar pembuluh darah yang menyempit atau
tersumbat pada perut atau pangkal paha. Operasi ini dilakukan untuk
meningkatkan aliran darah ke kaki. Pada pasien dengan penyakit oklusif aortoiliac
(AIOD), yaitu manifestasi PAD, aliran darah ke ekstremitas bawah dapat
ditingkatkan dengan bantuan baik bypass laparoskopi total atau bedah terbuka.
Laparoscope aortobifemoral bypass (LABF) telah menjadi pilihan pengobatan
yang telah ditetapkan untuk AIOD simtomatik di banyak pusat khusus (Krog et
all, 2018)
Laparoscopi adalah suatu tindakan bedah minimal yang umumnya ditujukan
untuk mengurangi resiko yang didapatka pada operasi besar. Proses penyembuhan
dengan laparoscopi jauh lebih cepat dibandingkan dengan operasi. Rumah Sakit
Universitas Oslo telah memperkenalkan teknik laparoskopi pada tahun 2005 dan
sejak februari 2013 telah dilakukan uji coba terkontrol secara acak dalam
membandingkan kedua metode tersebut.
Penangan sebelumnya dengan bedah infasif minimal telah terbukti
meningkatkan kualitas kesehatan dalam kehidupan (HRQoL) dan mengurangi
biaya pengobatan terhadap program kesehatan. Prosedur mengenai efektifitas dan
keamanan relative baru dibandingkan dengan prosedur standar. Pemerintah
Norwegia semakin focus pada efektifitas biaya layanan kesehatan dalam
menghasilkan metode untuk nilai efektifitas biaya.

4
1.2 Rumusan Masalah
Apakah oprerasi laparoskopi aortabifemoral lebih efektif dibandingkan
dengan operasi aortabifemoral terbuka terhadap biaya dan kualitas hidup pasien di
Rumah Sakit Universitas Oslo?

1.3 Tujuan
Untuk mengukur nilai utilitas dan nilai efektifitas biaya dari operasi
laparoskopi aortabifemoral dibandingkan dengan operasi aortobififemoral terbuka
di Rumah Sakit Universitas Oslo.
BAB II
Tinjauan Pustaka

Farmakoekonomi merupakan salah satu cabang dalam bidang farmakologi


yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh dihubungkan dengan peggunaan
obat dalam perawatan kesehatan. Analisis farmakoekonomi menggambarkan dan
menganalisa biaya obat untuk sistem perawatan kesehatan. Studi farmakoekonomi
dirancang untuk menjamin bahwa bahan – bahan peralatan kesehatan digunakan
paling efisien dan ekonomis (Orion, 1997).
Farmakoekonomi didefinisikan juga sebagai sebuah penelitian tentang
proses identifikasi mengukur dan membandingkan biaya, resiko dan keuntungan
dari suatu program, pelayanan dan terapi serta serta determinasi dari alternatif
terbaik. Evaluasi dari farmakoekonomi sendiri memperkirakan harga dari produk
atau pelayanan berdasarkan satu atau lebih sudut pendang.
Cost Utilty Analysis atau CUA adalah tehnik analisis ekonomi untuk
menilai daya guna atau kepuasan atas kualitas hidup yang diperoleh dari suatu
intervensi kesehatan. Kegunaan diukur dalam jumlah tahun dalam keadaan sehat
sempurna, bebas dari kecacatan, yang dapat dinikmati umumnya diekspresikan
dalam Quality Adjusted Life Years atau QALY atau jumlah tahun berkualitas
yang disesuaikan.
Cost Utility Analysis atau CUA mirip dengan Cost Effectiveness Analysis
atau CEA. Yang membedakan adalah outcomenya dinyatakan dengan utilitas
yang terkait dengan peningkatan kualitas atau perubahan kualias akibat intervensi
kesehatan yag dilakukan, karena itu sering juga dianggap sebagai bentuk CEA.
Namun CUA lebih mengukur utilitas pada berbagai program.
PAOD (Peripheral Arterial Occlusive Disease) atau penyakit Oklusi Arteri
Perifer, kadang – kadang disebut juga sebagai Arterio Sclerosis Obliterans,
merupakan peyakit yang disebabkan akibat proses inflamasi yang menyebabkan
peyempitan lumen sehingga terbentuk plak aterosklerosis di pembuluh darah, atau
pembentukan trombus yang menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah
yang terkena sehingga meurunkan tekanan perfusi dan aliran darah ke jaringan

6
distal. Manifestasi klinik PAOD adalah nyeri akibat iskemia yaitu berkurangnya
perfusi ke jaringan yang lebih distal dan biasanya terjadi akibat latihan fisik.
Keadaan ini dinamakan Klaudikasio Intermitten. Nyeri yang disebabkan hipoksia
jaringan ini akibat tidak adekuatnya antara keperluan dan jarigan akan oksigen
dan suplai oksigen ke jaringan. Metabolit yang terkumpul dalam keadaan anaerob
ini akan menstimulasi reseptor nyeri pada otot (Husin, 2006).
Bedah bypass aortofemoral adalah prosedur yang digunakan secara umum
untuk pengobatan penyakit oklusif aortoiliac, kadang-kadang disebut sebagai
sindrom Leriche. Gejala pasien dengan penyakit oklusif aortoiliac yaitu
klaudikasio, nyeri sisa pada ekstremitas bawah, atau pembentukan ulkus iskemik
pada ekstremitas bawah karena aliran darah yang tidak sesuai. Namun, pasien juga
tidak menunjukkan gejala. Indeks pergelangan kaki-brakialis adalah tes yang
paling banyak digunakan untuk menentukan penyakit arteri perifer (Sharma et all,
2018).
Laparoskopi adalah suatu teknik operasi yang menggunakan alat – alat
berdiameter 5 – 12 mm untuk menggantikan tangan dokter bedah melakukan
prosedur bedah di dalam rongga perut untuk melihat organ didalam perut tersebut
digunakan kamera yang juga berukuran mini dengan terlebih dahulu dimasukkan
gas untuk membuat rongga perut lebih luas. Dokter bedah melakukan
pembedahan dengan melihat layar monitor dan mengoprasikan alat – alat tersebut
dengan kedua tangannya. Atau dapat diartikan tindakan bedah yang tidak
membutuhkan sayatan lebar karena menggunakan alat bantu kamera kecil yang
dapat dimasukkan dalam rongga abdomen untuk melihat lambung, hati dan organ
– organ lain. Metode ini dikatakan makin berkembang dengan didukung oleh
peralatan canggih yang disebut Endo Alfa (Thifalena, 2016).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan selama bulan Februari 2013 sampai Februari 2016
di Rumah Sakit Universitas Oslo.

3.2 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 50 pasien penderita penyakit
oklusif aortoiliac simtomatik yang cocok untuk operasi ABS, terdiri dari
laparoskopi total (n = 25) dan bedah terbuka (n = 25). Pengukuran kualitas hidup
yang berhubungan dengan kesehatan menggunakan kuesioner EuroQol (EQ-5D-
5L) pada 4 waktu yaitu sebelum operasi dan 1, 3 serta 6 bulan pasca operasi.
Perbandingan antara dua kelompok perlakukan dilakukan dengan menggunakan
uji Mann Whitney untuk variabel kontinyu dan uji Fisher untuk variabel kategori.

3.3 Sampel dan Populasi


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini tertera pada gambar 1. Kriteria
inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien dengan AIOD
(Aortoiliac occlusive disease), TASC-II tipe D dengan gejala berupa :
• Kaki timpang karena suplai darah di otot yang berkurang dan menyebabkan
kaki terasa nyeri saat berjalan kurang dari 200m
• Adanya sumbatan yang kronis pada tungkai bawah disertai nyeri selama
lebih dari 2 minggu
Sedangkan kriteria yang dapat menyebabkan pasien tidak masuk dalam
kriteria sampel adalah pasien dengan :
• Pasien yang mendapatkan prosedur endovaskuler
• Pasien PPOK stadium 4
• Penyakit jantung coroner simtomatik
• Gagal jantung kronis dengn fraksi ejeksi <40%

8
• Pasien kanker
• Gangguan pencernaan
• Aneurisma aorta abdominal ≥3cm
• Adanya sumbatan yang kronis pada tungkai dengan gejala kurang dari 2
minggu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Pasien


Karakteristik pasien dalam dua kelompok ditunjukan pada Tabel 1. Pasien
di analisis dalam kelompok laparoskopi, sesuai dengan Prinsip “intention-to-
treat”. Tidak ada pasien yang dikeluarkan setelah dilakukan pengacakan, tetapi
ada satu pasien yang terpaksa keluar karena mengalami pendarahan. Satu pasien
dalam kelompok operasi terbuka (OABF) meninggal karena infark miokard akut
pada hari kedua pasca operasi. Dalam uji coba ini, analisis selesai setelah
dimasukkannya 49 pasien yang melakukan operasi.

Data dan hasil pasca operasi dijelaskan dalam Tabel 2. Waktu pelaksanaan
operasi secara signifikan lebih lama pada kelompok LABF, dengan waktu tinggal
di rumah sakit pasca operasi membutuhkan waktu yang lebih pendek dari pada
kelompok operasi aortobifemoral terbuka (4 vs 7 hari), tidak ada perbedaan yang
signifikan secara statistik antara kedua kelompok dalam hal morbiditas dan
mortalitas.

10
Penelitian ini, dilakukan dalam kurun waktu selama 6 bulan. Pasien
dihitung dan dianalisa perkembangan kesehatannya dengan menggunakan skor
EQ-5D-5L yang diambil dari kuisioner pada saat sebelum operasi dan sesudah
operasi pada bulan ke 1, 3 dan 6. Hasil dari pengawasan selama 6 bulan dapat
dilihat pada gambar 2 dibawah ini. Hasil analisis regresi multivariate
menunjukkan bahwa perbedaan QALYs pasien sangat signifikan, dimana lebih
tinggi pada pasien dengan operasi laparoskopi dibandingkan dengan operasi
terbuka (OABF). Pasien dari kedua kelompok ini, ada satu yang meninggal yaitu
dari kelompok OABF karena penyakit infark miokard 2 hari pasca operasi.

4.2 Pembiayaan
Biaya yang ditanggung oleh pasien (biaya tinggal (rawat inap) di rumah
sakit, peralatan bedah dan implan) disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut :
Estimasi biaya per pasien dari Tabel 3 menunjukan bahwa biaya tertinggi
ada pada peralatan bedah yang digunakan oleh pasien kelompok laparoskopi
(LABF) dibandingkan dengan biaya pasien kelompok OABF. Biaya tinggal
(rawat inap) dan pemeliharaan pasca operasi dari kedua kelompok memiliki
besaran nilai yang sama. Namun, total biaya keseluruhan per pasien jauh lebih
sedikit pada kelompok LABF dibandingkan dengan Kelompok OABF, € 9,953 vs
€ 17,260, p = 0,001, karena lamanya tinggal pasien di rumah sakit (rawat inap)
sesuai dengan Tabel 2 di atas, lebih lama pada pasien OABF dibandingkan dengan
LABF dengan perkiraan 7 hari untuk OABF dan 4 hari untuk LABF. Total biaya
dan perhitungan QALYs pasien dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini :

Dari data Tabel 4, maka dapat dihitung :


𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 (€ 9,953)
• Perhitungan cost Utility Ratio LABF = = = € 22,117,78 per
𝑄𝐴𝐿𝑌𝑠 0,45

QALYs
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 (€ 17,260)
• Perhitungan cost Utility Ratio OABF = = = € 45,221,05
𝑄𝐴𝐿𝑌𝑠 0,38

per QALYs
𝛥 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 € 7307
• ICUR = 𝛥 𝑄𝐴𝐿𝑌𝑠 = = € 104,385,71 per QALYs
0,07

Interpretasi dari perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa untuk mendapatkan


kualitas tambahan usia 1 tahun melalui operasi LABF membutuhkan biaya
€ 22,117,78 sedangkan melalui operasi OABF sebesar €45,221,05.

12
4.3 Outcome (Hasil dari Terapi)
Nilai HRQOL adalah indikasi utama dari pengobatan dan manfaat utama
dari operasi, dalam penelitian ini, nilai HRQoL adalah hasil dari revaskularisasi
pada pasien dengan PAD / Peripheral Arterial Disease (Penyakit Arteri Perifer).
Dalam proses perhitungan QALYs, karena penelitian ini menggunakan
pengukuran yang saling berkorelasi, jadi menggunakan AUC (area di bawah
kurva) dikalikan dengan waktu tindak lanjut pengawasan pada pasien. Pasien
meninggal ditetapkan dengan nilai 0, sedangkan pasien yang sehat ditetapkan
dengan nilai 1.
Hasil yang didapatkan pasca operasi, adanya peningkatan yang signifikan
untuk QALYs per pasien. QALYs pada pasien dengan operasi laparoskopi lebih
tinggi dan biaya yang lebih rendah (Tabel 4) dimana perbedaan tersebut sebesar
p=0,067 atau p=0,07. Gambar3 sebar plot dibawah ini juga menunjukkan bahwa
biaya dan QALYs untuk setiap pasien laparoskopi jauh lebih murah atau efektif
dibandingkan dengan OABF dan kualitas hidup pasien lebih baik pada LABF.
Berdasarkan asumsi dan tujuan dari penelitian ini, dimana biaya yang hemat tetapi
memberikan hasil yang lebih baik, dapat disarankan untuk pasien AIOD
(Aortoiliac occlusive disease) atau penyakit oklusif aortoiliac dengan TASC-II
tipe D menggunakan operasi LABF.
14
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Operasi Laparoskopi (LABF) lebih menunjukan adanya peningkatan
kesehatan diukur dalam nilai bentuk penyesuaian kualitas hidup (QALYs) yang
lebih tinggi dan biaya perawatan yang lebih rendah, serta lebih efektif biaya
dibandingkan dengan metode operasi aortobifemoral terbuka (OABF).
DAFTAR PUSTAKA

Anne Helene Krog, Erik M Pettersen, Jon O Sudhagen, Mehdi Sahba, Syed SH
Kazmi, Torbjorn wisloff. Vascular Health and Risk Management
downloaded from https://www.dovepress.com/ by 179.61.201.116 on 11-
Aug-2018 For personal use only.
Bonow, Robert O. Braunwald’ Heart Disease - A Textbook of Cardiovascular
Medicine, 9th Edition.2012.Philadelphia : Elsevier. page 1338-1351
Orion, 1997, Pharmaeconomics Primer and Guide Introduction to Economic
Evaluation, Hoesch Marion Reusell Incorporation, Virginia.
Thifalena, Laparoskopi Program Studi D3 Kebidanan Helvetia Medan, 2016

Sharma G, Scully RE, Shah SK, Madenci AL, DJ Arnaoutakis, Menard MT,
Ozaki CK, Belkin M. Tren tiga puluh tahun dalam bypass aortofemoral
untuk penyakit oklusif aortoiliac. J. Vasc. Surg. 2018 Des; 68 (6): 1796-
1804.e2. [ PubMed ]

Winsa Husin, Otje hudaja, Yusak Kristianto. Oklusi Arteri Perifer Pada
Ekstrinitas Inferior Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranata,
Jakarta, 2006 Vol.6

16

Anda mungkin juga menyukai