Oleh :
Pembimbing
penguji
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah Jurnal
Reading ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini membahas mengenai hasil Journal Reading yang berjudul
“Blood Pressure To Height Ratio For Screening Hypertension Among Indonesian
Adolescents”. Penyusunan laporan ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari
berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JOURNAL READING.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................................1
ISI JURNAL...........................................................................................................................1
1.1 Judul Jurnal............................................................................................................1
1.2 Abstrak....................................................................................................................1
1.3 Pendahuluan...........................................................................................................2
1.4 Metode.....................................................................................................................2
1.5 Penilaian Jalan Nafas.............................................................................................3
1.5.1 Penilaian Kesulitan Anatomi............................................................................3
1.5.2 Tes Penilaian Jalan nafas..................................................................................3
1.5.3 Endoskopi Hidung............................................................................................4
1.5.4 Endoskopi Vitual..............................................................................................4
1.5.5 Peran Ultrasonografi.........................................................................................5
1.5.6 Kecerdasan Buatan (AI) Untuk Memprediksi Jalan Nafas Yang Sulit.............6
1.6 Jalan Pernapasan Yang Sulit Secara Fisiologi.....................................................6
1.7 Preoxygenasi Dan Oksigenasi Apnoeic.................................................................8
1.8 Pengelolaan Alat Dan Teknik Terbaru Untuk Airway......................................10
1.8.1 Perangkat saluran napas supraglotik (SAD)...................................................10
1.8.2 Alat bantu untuk intubasi................................................................................11
1.8.3 Pemasangan alat bantu napas supraglotis yang dipandu dengan penglihatan. 12
1.8.4 Intubasi berbantuan video dengan bronkoskop....................................................13
1.8.5 Teknologi telemedicine untuk intubasi trakea................................................13
1.9 Konfirmasi Intubasi Trakheal.............................................................................13
1.10 Pertimbangan Faktor Manusia...........................................................................15
1.11 Panduan Untuk managemen Jalan Pernafasan Yang Sulit..............................16
1.12 Base Yang Besar dan Multisenter Studis Observasional...................................17
iii
1.13 Kesimpulan...........................................................................................................17
BAB II...................................................................................................................................19
CRITICAL APPRAISAL....................................................................................................19
2.1 Identitas Jurnal.............................................................................................................19
2.2 Abstrak.......................................................................................................................19
BAB III.................................................................................................................................21
KESIMPULAN....................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................22
iv
BAB 1
ISI JURNAL
1.1 Judul Jurnal
Recent advances in airway management
1.2 Abstrak
Manajemen jalan napas adalah keterampilan inti yang penting bagi ahli
anestesi dan penyedia layanan kesehatan yang terlibat dalam resusitasi dan
perawatan akut pasien. Kemajuan dalam manajemen jalan napas terus
berkembang. Ulasan naratif ini menyoroti kemajuan terbaru sehubungan dengan
inovasi, alat, teknik, pedoman, dan penelitian dalam aspek teknis dan non- teknis
manajemen jalan napas. Hal ini meliputi endoskopi hidung, endoskopi virtual,
ultrasonografi saluran napas, endoskopi video, saluran napas supraglotis dengan
perlindungan yang lebih baik terhadap aspirasi, perangkat hibrida, serta
penggunaan kecerdasan buatan dan telemedis, yang kegunaannya telah
meningkat akhir-akhir ini, sehingga meningkatkan keberhasilan dalam
manajemen saluran napas dan meningkatkan keselamatan pasien. Terdapat
peningkatan penekanan pada strategi oksigenasi peri-intubasi untuk
mengurangi komplikasi pada pasien dengan jalan napas yang sulit
secara fisiologis. Pedoman terbaru untuk manajemen jalan napas yang sulit
dan mencegah intubasi esofagus yang tidak dikenali telah tersedia. Pengumpulan
data jalan napas multisenter yang besar membantu kami memeriksa insiden jalan
napas, etiologi, dan komplikasi untuk memperluas pengetahuan kami dan
memberikan wawasan untuk perubahan dalam praktik.
1
1.3 Pendahuluan
2
termasuk artikel yang memiliki nilai cerita.
1.5 Penilaian Jalan Nafas
1.5.1 Penilaian Kesulitan Anatomi
Kombinasi anamnesis yang cermat, pemeriksaan umum, dan
pemeriksaan jalan napas terfokus dengan menggunakan tes dan pencitraan
khusus biasanya digunakan untuk memprediksi jalan napas yang sulit.
Riwayat jalan napas yang sulit sebelumnya merupakan hal yang paling
penting untuk dipertimbangkan. Penggunaan endoskopi hidung, endoskopi
virtual, ultrasonografi, dan kecerdasan buatan (AI) telah muncul akhir-akhir
ini untuk penilaian dan manajemen jalan napas yang sulit.
3
1.5.3 Endoskopi Hidung
Nasendoskopi digunakan untuk menilai saluran napas bagian atas dan
trakea sehgingga berguna untuk merencanakan intubasi dan ekstubasi trakea.
Penilaian penyempitan saluran napas, distorsi, adanya patologi infeksius, tumor
laring, atau edema saluran napas bagian atas dapat dengan mudah dilakukan
pada pasien yang terjaga sebelum melakukan manajemen saluran napas,
biasanya dalam posisi duduk. Contohnya adalah tampilan endoskopi
hidung dari karsinoma glotis dengan ekstensi subglotis. Endoskopi hidung
juga memfasilitasi pemeriksaan perangkat dalam, termasuk tempat saluran
udara supraglotis, saluran trakea, dan tabung trakeostomi, sehingga berguna
untuk ekstubasi atau manipulasi perangkat.
4
mengidentifikasi jalan napas yang sulit dengan lebih baik untuk membuat
rencana jalan napas yang sesuai. Endoskopi virtual meningkatkan akurasi
diagnostik patologi jalan napas bila dibandingkan dengan CT scan saja dan
mengarah pada strategi manajemen jalan napas yang lebih konservatif dan
berpotensi lebih aman pada pasien dengan patologi kepala dan leher.
5
Penandaan permukaan membran krikotiroid sebelum melakukan
intubasi yang sulit diantisipasi atau sebagai panduan prosedural waktu
nyata merupakan aplikasi ultrasonografi saluran napas yang paling
sering direkomendasikan dan memiliki tingkat keberhasilan yang lebih
tinggi dibandingkan palpasi. Saat melakukan trakeostomi,
ultrasonografi merupakan alat yang berguna untuk menilai diameter
trakea dan pembuluh darah yang ada di sekitarnya pada lokasi pemasangan
yang diusulkan. Meskipun pemeriksaan ultrasonografi dilakukan dengan
cepat, namun hasilnya bergantung pada operator. Pelatihan dan penelitian
lebih lanjut diperlukan untuk standarisasi yang lebih baik.
Menggabungkan pemeriksaan klinis dan ultrasonografi dapat menjadi alat
skrining yang akurat untuk laringoskopi yang sulit di masa depan.
1.5.6 Kecerdasan Buatan (AI) Untuk Memprediksi Jalan Nafas Yang Sulit
Model AI dibuat berdasarkan pembelajaran mendalam,
menggunakan 16 gambar wajah pasien yang diklasifikasikan berdasarkan
perkiraan kesulitan dalam intubasi trakea. Model AI mampu mengenali
kesulitan yang diharapkan dalam intubasi trakea dengan akurasi 80,5%
dan area di bawah kurva 0,864 (interval kepercayaan 95%, 0,731-0,969).
Penelitian lain telah menggunakan pembelajaran mesin untuk melakukan
analisis wajah guna mendeteksi fitur morfologi yang terkait dengan
saluran napas yang sulit.
6
terjadi pada pasien sehat yang mengalami perubahan fisiologis seperti pasien
hamil, obesitas, dan pasien anak. Dalam studi observasional internasional
untuk memahami dampak dan praktik terbaik manajemen jalan nafas di pasien
sakit kritis (INTUBE),
menjalani intubasi trakea, setidaknya satu kejadian peri intubasi yang
merugikan diamati pada 45,2% pasien. Komplikasi yang paling banyak
terjadi adalah ketidakstabilan kardiovaskular (42,6% pasien), diikuti oleh
hipoksemia berat (9,3%) dan henti jantung (3,1%). Subanalisis dari
penelitian ini mengidentifikasi penggunaan propofol untuk induksi sebagai
intervensi yang dapat dimodifikasi yang secara signifikan terkait dengan
ketidakstabilan kardiovaskular. Praktik yang umum dilakukan, seperti pemberian
bolus cairan sebelum intubasi trakea untuk mencegah hipotensi, tidak
menunjukkan manfaat. Peran penggunaan vasopresor dosis rendah sebelum
induksi saat ini sedang diselidiki. Faktor-faktor penyebab kolaps kardiovaskular
yang umum serta solusi potensial saat ini sedang diselidiki. Fokus evaluasi dan
manajemen jalan napas secara tradisional adalah pada faktor anatomis
yang menyulitkan manajemen jalan napas. Pengakuan akan tingginya
insiden komplikasi pada kelompok pasien yang rentan ini telah
menekankan perlunya optimalisasi fisiologis dan penerapan strategi
untuk menghindari komplikasi selama intubasi trakea.
7
Kolaps kardiovaskular selama intubasi trakea pada pasien yang sakit kritis: faktor
penyebab dan solusi potensial. (Penulis Dr Sheila Myatra telah mendapatkan izin
sebelumnya untuk mereproduksi gambar yang dibuat olehnya dari Elsevier dan
Pemimpin Redaksi ACCPM)
8
sulit. Dukungan tekanan dan tekanan ekspirasi akhir positif yang diterapkan
selama NIV menjaga paru- paru tetap terbuka selama seluruh siklus pernapasan,
mengurangi shunting intrapulmoner dan dengan demikian meningkatkan
waktu apneu yang aman (waktu untuk desaturasi setelah blokade
neuromuskuler). Oksigenasi apnoeik dapat memperpanjang durasi apnea yang
aman. Dengan meningkatkan laju aliran menjadi 15 L/menit melalui kanula
hidung (NO DESAT: oksigen hidung selama upaya pemasangan selang), hampir
100% Konsentrasi oksigen (FiO2 ) dapat diperoleh karena menurunnya
kebutuhan oksigen pada keadaan apnea. Namun, metode ini tidak akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar karbon dioksida.
Pertukaran transnasal ventilasi insuflasi cepat yang dilembabkan (THRIVE)
yang menyediakan 100% oksigen dengan laju aliran hingga 70 L/menit,
merupakan metode oksigenasi dan ventilasi apnoea yang dapat
memperpanjang waktu apnea yang aman lebih lama dibandingkan dengan NO
DESAT, tanpa peningkatan kadar CO2 dan dengan demikian mengurangi
tekanan waktu selama manajemen jalan napas. Hal ini sangat berguna selama
pengelolaan jalan napas yang sulit, induksi urutan cepat, dan pengelolaan
pasien yang mengalami obesitas. THRIVE dapat digunakan untuk pra-
oksigenasi dan dilanjutkan selama intubasi trakea. HFNO juga telah
direkomendasikan untuk mengoptimalkan oksigenasi selama prosedur jalan
napas bersama, intubasi trakea yang terjaga, dan pada pasien yang bernapas
secara spontan yang menerima anestesi intravena.
9
cermat pada pasien yang berisiko tinggi mengalami desaturasi. Dukungan
pasca-ekstubasi dengan NIV dan HFNO pada pasien yang berisiko tinggi
mengalami reintubasi telah menunjukkan penurunan angka reintubasi.
10
1.8.2 Alat bantu untuk intubasi
Alat penyemprot MADgic
Videolaringoskop
11
inframerah (IRRIS) terdiri dari sumber cahaya inframerah kecil yang
ditempatkan pada permukaan serviks anterior dan di atas membran
krikotiroid. Alat ini memancarkan sinar merah inframerah melalui kulit
pasien ke ruang subglotis. Kemudian, videolaringoskop yang tidak menyaring
panjang gelombang tersebut ditempatkan di saluran napas. Videolaringoskop
menampilkan cahaya terang yang muncul dari glotis yang memandu jalan
napas.
Endoskopi video
Perangkat hibrida
Ini termasuk perangkat dengan dua fitur atau lebih peralatan saluran napas
tradisional. Total track VLM™ menggabungkan fitur
videolaringoskop dan jalan napas masker laring yang mengintubasi.
Pilihan pencitraan gambar-dalam-gambar yang menarik untuk
menggabungkan kemampuan videolaringoskop dan video-bronkoskop ke
dalam satu unit saat ini tersedia di GlideScope Core™ dan CMAC™.
1.8.3 Pemasangan alat bantu napas supraglotis yang dipandu dengan penglihatan
Baru-baru ini, terdapat fokus pada pemasangan SAD yang dipandu dengan
penglihatan secara real-time untuk memastikan penempatan yang optimal. Masker
laring video Video Laryngeal Mask™ dan SafeLM™ tersedia untuk digunakan.
12
Keuntungan utama dari perangkat ini adalah dapat dengan mudah dimasukkan di
bawah penglihatan langsung, mengurangi kerusakan saluran napas,
memfasilitasi intubasi trakea melalui SAD, memiliki kemampuan merekam, dan
memiliki kemampuan untuk melepaskan SAD dari ruang lingkup setelah
dipasang, sehingga memudahkan penggunaan kembali video scope.
13
dinding dada tidak dapat diandalkan. Pedoman American Society of
Anesthesiologists (ASA) tahun 2022 untuk manajemen jalan napas yang sulit
merekomendasikan konfirmasi intubasi trakea dengan menggunakan
kapnografi gelombang.[36- 39]
Intubasi esofagus yang tidak terdeteksi terus
terjadi, sehingga meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Tidak satu pun
dari pedoman ini yang secara khusus berfokus pada pencegahan intubasi
esofagus yang tidak terdeteksi. Oleh karena itu, pedoman konsensus dari
Project for Universal Management of Airways (PUMA), sebuah kelompok
multidisiplin global yang terdiri atas para ahli saluran napas dan
masyarakat saluran napas internasional utama dikembangkan untuk
memberikan rekomendasi yang komprehensif dalam mencegah intubasi
esofagus yang tidak terdeteksi.
Pedoman PUMA merekomendasikan penggunaan videolaringoskop
secara rutin, jika memungkinkan, dan mendorong verbalisasi pandangan
yang diperoleh operator jalan napas selama laringoskopi. Pedoman ini
merekomendasikan konfirmasi penempatan intubasi trakea dengan
menggunakan karbon dioksida tidal akhir yang berkelanjutan sebagai
standar emas dengan memenuhi kriteria berikut:
(1) peningkatan amplitudo selama pernafasan dan penurunan
selama inspirasi;
( 2 ) peningkatan atau amplitudo yang konsisten selama setidaknya
tujuh kali tarikan napas;
(3) amplitudo puncak lebih dari 1 kPa (7,5 mmHg) di atas garis
dasar; dan
(4) pembacaan yang sesuai secara klinis.
Pedoman ini merekomendasikan pengangkatan selang secara
default saat CO yang dihembuskan secara terus-menerus2 tidak dapat
dideteksi. Jika pengangkatan selang dianggap berbahaya, maka intubasi
esofagus dengan segera menggunakan teknik alternatif direkomendasikan. Ini
14
termasuk laringoskopi ulang (sebaiknya videolaringoskopi) dan salah satu dari
yang berikut ini antara lain bronkoskopi fleksibel, ultrasonografi, atau
penggunaan alat detektor esofagus, bersama dengan evaluasi penyebab
lain ketidakmampuan untuk mendeteksi CO2. Pedoman ini
merekomendasikan agar tidak menggunakan pemeriksaan klinis untuk
menyingkirkan intubasi esofagus. Tabung harus dilepas jika CO 2 yang
dihembuskan secara berkelanjutan2 tidak dapat dicapai, penempatan
esofagus tidak dapat dikecualikan, atau saturasi oksigen turun pada titik
mana pun sebelum memulihkan CO2 yang dihembuskan secara
berkelanjutan. Pedoman ini juga menekankan penggunaan berbagai
strategi untuk mengatasi bias kognitif dan penurunan kinerja individu atau
tim di bawah situasi yang penuh tekanan.
15
diri), dan institusi (termasuk budaya, staf, protokol, pengawasan,
dukungan). Sebuah penelitian yang melihat prevalensi dan kesamaan
faktor manusia dalam pedoman jalan napas menemukan bahwa faktor
tersebut terwakili dengan baik, dengan sistem dan proses kerja yang lebih
banyak ditampilkan dibandingkan dengan pengukuran hasil dari pengguna
dan pasien. Faktor manusia merupakan area yang terus berkembang
dalam manajemen jalan napas. Pertimbangan lebih lanjut diperlukan untuk
pengembangan pedoman di masa mendatang.
Insiden komplikasi jalan napas yang lebih rendah membatasi proses
pembelajaran yang berkelanjutan. Oleh karena itu, latihan rutin keterampilan
ini melalui lokakarya jalan napas terfokus dan program pelatihan berbasis
simulasi menjadi penting.[44] Alat
bantu kognitif seperti pendekatan Vortex
mungkin berguna dalam pengaturan ini.[45] Tata letak peralatan telah
diidentifikasi sebagai elemen kunci yang dapat membantu manajemen jalan
napas, terutama dalam situasi kritis. Chrimes dkk, menguraikan prinsip-
prinsip utama untuk memasukkan faktor manusia ke dalam desain dan
implementasi troli jalan napas untuk meningkatkan kinerja tim.
1.11 Panduan Untuk managemen Jalan Pernafasan Yang Sulit
Tiga pedoman untuk manajemen jalan napas sulit telah diterbitkan baru-
baru ini. Pedoman jalan napas ASA 2022 menekankan kesadaran akan berlalulanya
waktu dan membantasi jumlah upaya dengan perangkat jalan nafas yang berbeda.
Konten baru tersebut mencakup alat bantu pengambilan keputusan manajemen jalan
napas awal dan algoritme manajemen jalan napas terjaga. Konten baru dalam
pedoman kanada mencakup rekomendasi untuk penggunaan videolaringoskop
agar memfasilitasi semua intubasi trakea dan agar semua institusi menunjuk
seorang pemandu jalan nafas untuk membantu protokol terkait jalan napas,
pelatihan, dan tinjauan kualitas. Pedoman Difficult Airway Society untuk
intubasi trakea terjaga (ATI) pada orang dewasa bersifat komprehensif dan
16
berbasis bukti yang dapat membantu dalam persiapan dan pelaksanaan ATI
secara praktis.[23] Kelompok PUMA sedang bekerja untuk mengembangkan
satu rangkaian pedoman manajemen jalan napas berbasis bukti yang dapat
diterapkan secara universal
1.12 Base Yang Besar dan Multisenter Studis Observasional
Tujuan dari pengumpulan data jalan napas yang besar adalah untuk
memeriksa insiden jalan napas, etiologi, dan komplikasi untuk
menginformasikan dan memperluas pengetahuan kita tentang subjek tersebut dan
memberikan wawasan tentang perubahan dalam praktik. Contohnya adalah
NAP4 dari Inggris yang telah memberikan wawasan penting mengenai
komplikasi manajemen jalan napas untuk perubahan praktik. [43] Studi
INTUBE menyoroti tingginya insiden komplikasi selama intubasi trakea
pada pasien yang sakit kritis, dengan identifikasi keruntuhan hemodinamik
sebagai yang paling sering terjadi, serta wawasan untuk perubahan praktik
dan penelitian di masa depan.[17] Aplikasi Airway menunjukkan kelayakan
penggunaan teknologi ponsel pintar untuk merekam pengalaman jalan napas
depan leher darurat secara internasional.[48] Meskipun informasi yang
dihasilkan dari basis data yang begitu besar memiliki potensi untuk
membantu perawatan yang lebih aman di masa depan, terdapat beberapa
rintangan praktis dalam pelaksanaannya yang harus diatasi. Hal ini termasuk
menciptakan registri yang kuat, kerahasiaan pasien, standarisasi data klinis
yang dikumpulkan, akses di seluruh sistem perawatan kesehatan,
pemeliharaan, dan implikasi biaya.
1.13 Kesimpulan
Kemajuan dalam manajemen jalan napas terus berkembang.
Kemajuan tersebut mencakup berbagai alat dan strategi terbaru yang
bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan manajemen jalan napas dan
meningkatkan keselamatan pasien. Endoskopi hidung, endoskopi virtual,
17
ultrasonografi saluran napas, endoskopi video, saluran napas supraglotis
dengan perlindungan yang lebih baik terhadap aspirasi, perangkat hibrida,
serta penggunaan AI dan telemedis telah meningkatkan kegunaannya dalam
penilaian dan manajemen saluran napas. Terdapat peningkatan penekanan
pada oksigenasi peri-intubasi dan keterampilan serta strategi non-teknis
untuk mengurangi komplikasi pada pasien dengan kondisi fisiologis jalan
napas yang sulit. Analisis data jalan napas multisenter yang besar memberi kita
wawasan tentang perubahan praktik. Pedoman terbaru untuk manajemen jalan
napas yang sulit dan mencegah intubasi esofagus yang tidak dikenali telah
tersedia. Penetrasi dan dampak pedoman ini terhadap hasil akhir pasien perlu
dievaluasi di masa mendatang.
18
BAB II
CRITICAL APPRAISAL
2.1 Identitas Jurnal
1. Judul
- Aturan penulisan pada jurnal harus spesifik, ringkas, dan jelas. Judul pada
jurnal yaitu “ Recent advances in airway management” sudah singkat
dan jelas
- Judulnya efektif tidak lebih dari 18 kata, Judul tersebut sudah
mengambarkan isi dari jurnal
- Judul menarik dan pembaca dapat langsung mengerti denga napa yang akan
disampaikan
1. Spesifik -
2. Mengambarkan -
isi jurnal
4. Menarik -
2. Penulis
Sheila Nainan Myatra, Ira Dhawan, Shirley Ann D’Souza, Lenin Babu
Elakkumanan, Divya Jain, Pratheeba Natarajan
Penulis telah mencantumkan alamat dan kontak email yang dapat di
hubungi dan di gunakan
3. No Seri
Penulis telah mencantumkan no seri jurnal, yaitu DOI 10.4103/ija_26_23
4. Tahun Terbit
21 januari 2023
5. Jenis Jurnal
Jurnal merupakan artikel review
2.2 Abstrak
Abestrak pada jurnal ini sudah menjelaskan secara rinci isi dari jurnal.
19
No. Kriteria Cheklist Ket.
3. Metode Ada
20
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa jurnal ini
merupakan jenis penelitian studi cross sectional yang telah memenuhi kaidah-
kaidah kepustakaan, sehingga dapat digunakan sebagai sumber referensi. Jurnal
ini membahas mengenai tekanan darah terhadap tinggi badan dengan sistolik
terhadap rasio tinggi badan dan diastolic terhadap tinggi bada untuk melihat
hipertensi pada remaja.
Hipertensi pada anak dan remaja telah menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang serius karena prevalensinya yang terus meningkat dan dapat menjadi
berbahaya saat dewasa karena dapat meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskular. Untuk melakukan sekrining hipertensi sejak dini delakukan
dengan melihat tekanan darah terhadap tinggi badan pada remaja.
21
DAFTAR PUSTAKA
Trihino, Partini Pujiastuti. Et,. all. (2023). Blood pressure to height ratio for
screening hypertension among Indonesian adolescents. Paediatr Indones,
Vol. 63, No.
22