Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn “A” DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERCERNAAN “THYPOID”


DI RUANG PERAWATAN AR RAUDAH Lt.1
RSUD HAJI MAKASSAR

MAKALAH ILMIAH

OLEH :

APRIJANTY, S.Kep, Ns
NIP : 19710401 199803 2 011

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI
MAKASSAR
2022

24
HALAMAN PERSETUJUAN

MAKALAH ILMIAH OLEH : Aprijanty, S.Kep,Ns

JUDUL :”Asuhan Keperawatan klien Tn “A” dengan

gangguan system pencernaan “Thypoid”

diruang perawatan Ar – Raudah Lt.1 RSUD

Haji Makassar”

TELAH DISETUJUI OLEH

Kepala Bidang Keperawatan dan Kepala Instalasi Rawat Inap


Kebidanan

Sangnging Sado, S.Kep, Ns, M.Kes H, ISBAIR, S.Kep,Ns


Nip: 19650623 198703 2 009 Nip: 19730521`199303 1 003

Mengetahui,
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR

drg.Sukreni Abdullah.M.Kes
Pangkat : Pembina Utama Muda
Nip : 19630224 099010 1 001
25
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH ILMIAH OLEH : Aprijanty, S.Kep,Ns

JUDUL :”Asuhan Keperawatan klien Tn “A” dengan

gangguan system pencernaan “Thypoid”

diruang perawatan Ar – Raudah Lt.1 RSUD

Haji Makassar”

TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Kepala Bidang Keperawatan dan Kepala Instalasi Rawat Inap


Kebidanan

Sangnging Sado, S.Kep, Ns, M.Kes H, ISBAIR, S.Kep,Ns


Nip: 19650623 198703 2 009 Nip: 19730521`199303 1 003

Mengetahui,
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR

drg.Sukreni Abdullah .M.Kes


Pangkat : Pembina Utama Muda
Nip : 19630224 099010 1 001

26
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga pembuatan karya tulis ilmiah

dalam bentuk sederhana ini dapat terselesaikan dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Tn.“A” dengan Diagnosa Thypoid di Ruang Perawatan Ar –

Raudah lt.1 RSUD Haji Makassar”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini memperoleh

banyak bantuan, bimbingan, arahan dan motivasi, olehnya itu penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu kami dalam pembuatan

karya tulis ilmiah ini terutama kepada teman-teman di Ruang perawatan Ar –

Raudah lt.1 dan pasien Tn “A” serta keluarga pasien.

Penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ilmiah ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran-saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini

bermanfaat bagi kita semua

Wassalamu Alalikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Desember 2022

27
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan...............................................................................................i

Kata Pengantar........................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang..................................................................................1

B. Tujuan..............................................................................................3

C. Manfaat Penulisan............................................................................4

BAB II. KONSEP DASAR MEDIS

A.Definisi..............................................................................................5

B.Etiologi……………………………………………………………..5

C.Manifestasi Klinis.............................................................................6

D.Patofisiologi......................................................................................8

E.Pemeriksaan Diagnostik....................................................................8

F.Penatalaksanaan ...............................................................................12

BAB III. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A.Pengkajian........................................................................................16

B.Diagnosa Keperawatan.....................................................................21

28
C.Interevensi Keperawatan..................................................................21

D.Implementasi....................................................................................23

E.Evaluasi............................................................................................23

BAB IV. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian........................................................................................24

B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................36

C.Interevensi Keperawatan...................................................................37

D.Imlementasi dan Evaluasi Keperawatan............................................40

BAB V. PENUTUP

A.Kesimpulan........................................................................................43

B.Saran..................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46

29
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan

oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella

typhi C. Penyakit ini mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat

yang berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan

erupsi kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini

sangat sering di jumpai di Asia termasuk di Indonesia. ( Widodo Djoko, 2012 )

Dewasa ini, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran telah banyaK

menyelamatkan nyawa manusia. Penyakit – penyakit yang selama ini tida

terdiagnosis dan terobati, sekarang sudah banyak teratasi. Tetapi untuk

memperbaiki taraf kesehatan secara global tidak dapat mengendalkan hanya pada

tindakan kuratif, karena penyakit yang memerlukan biaya mahal itu sebagian besar

dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan menjauhi pola hidup beresiko. Artinya

para pengambil kebijakan harus mempertimbangkan untuk mengalokasi dana

kesehatan yang lebih menekankan pada segi preventif dari pada kuratif. ( Muttaqin

Arif, 2012 )

Didunia pada tanggal 27 September 2011 sampai dengan 11 Januari

30
2016 WHO mencatat sekitar 42.564 orang menderita Typhoid dan 214 orang

meninggal. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak usia pra sekolah maupun

sekolah akan tetapi tidak menutup kemugkinan juga menyerang orang dewasa.

Demam Typhoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan

masyarakat kita, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat

kaitannya dengan kualitas kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan seperti

lingkungan kumuh, kebersihan tempat-tempat umun yang kurang serta perilaku

masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat.

Di Indonesia penyakit ini bersifat endemik. Telaah kasus di rumah sakit

besar di Indonesia kasus Demam Typhoid menunjukan kecenderungan meningkat

dari tahun ke tahun. ( Sudoyo, 2010 ) Kasus tertinggi Demam typhoid adalah di

Kota Semarang yaitu sebesar 4.973 kasus (48,33%) dibanding dengan jumlah

keseluruhan kasus demam typoid di kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah.

Dibandingkanjumlah kasus keseluruhan PTM lain di Kota Semarang sebesar

3,19%. Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Sukoharjo yaitu 3.164

kasus (14,25%) dan apabila dibandingkan dengan jumlah keseluruhan PTM lain di

Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar 10,99%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di

Kabupaten Semarang yaitu 4 kasus (0,01%). Rata-rata kasus Demam typhoid di

Jawa Tengah adalah 635,60 kasus. ( Dinkes Jateng, 2011).

Masalah yang timbul pada pasien demam typhoid yaitu kemungkinan

pada usus halus anatara lain, perdarahan usus, perforasi usus. Prioritas pada luar

31
usus antara lain, bronkopnemonia, typhoid ensefalopati, miningitis. Komplikasi

yang berat dapat menyebabkan kematian pada penderita demam typhoid.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah memberikan pemahaman

kepada penulis agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam menguraikan

dan membahas asuhan keperawatan pada Tn.A dengan demam typhoid di

Ruang perawatan Ar- Raudah Lt.1 RSUD Haji Makassar

2. Tujuan Khusus

Laporan ini dibuat untuk :

a. Melakukan pengkajian pada Tn.A dengan demam typhoid di Ruang

perawatan Ar- Raudah Lt.1 RSUD Haji Makassar

b. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn.A dengan demam

typhoid di Ruang perawatan Ar- Raudah Lt.1 RSUD Haji Makassar

c. Merumuskan intervensi keperawatan pada Tn.A dengan demam typhoid di

Ruang perawatan Ar- Raudah Lt.1 RSUD Haji Makassar

d. Melakukan implementasi keperawatan pada Tn.A dengan demam typhoid di

Ruang perawatan Ar- Raudah Lt.1 RSUD Haji Makassar

e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada Tn.A dengan demam

typhoid di Ruang perawatan Ar- Raudah Lt.1 RSUD Haji Makassar

f. Memberikan edukasi/penyuluhan pada Tn.A dengan demam tyhpoid

32
C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit.

Dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan

khususnya bagi pasien dengan demam typhoid.

2. Bagi Perawat

Agar mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien penderita demam

typhoid dengan baik.

3. Bagi Instansi Akademik.

Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

4. Bagi Pasien dan Keluarga

Agar pasien dan keluarga mendapatkan gambaran tentang penyakit demam

typhoid dan cara perawatan demam typhoid dengan benar.

5. Bagi Pembaca

Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit demam typhoid dan

cara perawatan pasien dengan demam typhoid.

33
BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang

disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B,

salmonella paratyphi C, paratifoid biasanya lebih ringan, dengan gambaran klinis

sama. ( Widodo Djoko, 2012 ).

Menurut Sumarmo Tyhpoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik

bersifat akut yang disebabpkan oleh Salmonella typhi ditandai dengan panas

berkepanjangan dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang

terkontaminasi. (Sumarmo, 2002) dalam (Nurarif dan kusuma, 2013).

B. Etiologi

Penyebab typhoid adalah kuman salmonella typosa dan salmonella paratyphi A, B,

dan C memasuki saluran pencernaan. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan

melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari

tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.

Penyebab lain dari penyakit Typhoid adalah :

1. Makanan dan minuman yang terkontaminasi Bakteri Salmonella Typhi.

34
2. Makanan Mentah atau belum masak.

3. Kurangnya Sanitasi dan Higienitas.

4. Daya tahan tubuh yang menurun

C. Manifestasi Klinis

1. Pada minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut

pada umumnya yaitu : demam, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksia, mual,

muntah, konstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan

epistaksis..

2. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam gejala-gejala

menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia, lidah kotor, hepatomegali,

splenomegali, gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma

3. Demam. Biasanya berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten, dan suhu

tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik

setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan

malam hari.. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal

kembali pada akhir minggu ketiga. (Rampengan, 1993).

4. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan

menyebabkan syok, stupor dan koma.(Nurarif dan kusuma 2013).

Tanda dan gejala dari demam thypoid sebagai berikut (Nanda NIC- NOC. 2013) :

1. Gejala pada anak : Inkubasi anatara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari

2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama

35
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan

menyebabkan shock, Stupor dan koma.

4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selam 2-3 hari

5. Nyeri kepala

6. Nyeri perut

7. Kembung

8. Mual muntah

9. Diare

10. Konstipasi

11. Pusing

12. Nyeri otot

13. Batuk

14. Epistaksis

15. Bradikardi

16. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremor)

17. Hepatomegali

18. Splenomegali

19. Meteroismus

20. Gangguan mental berupa samnolen

21. Delirium atau psikosis

36
22. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda

sebagai penyakit demam akut dengan diseryai syok dan hipotermia.

D. PATOFISIOLOGIS

Penularan bakteri salmonella typhi dan salmonella paratyphi terjadi

melalui makanan dan minuman yang tercemar serta tertelan melalui mulut.

Sebagian bakteri dimusnahkan oleh asam lambung. Bakteri yang dapat melewati

lambung akan masuk ke dalam usus, kemudian berkembang. Apabila respon

imunitas humoral mukosa (immunoglobulin A) usus kurang baik maka bakteri

akan menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina propia.

Didalam lamina propia bakteri berkembang biak dan ditelan oleh sel-sel makrofag

kemudian dibawa ke plaques payeri di ilium distal. Selanjutnya Kelenjar getah

bening mesenterika melalui duktus torsikus, bakteri yang terdapat di dalam

makrofag ini masuk kedalam sirkulasi darah mengakibatkan bacteremia pertama

yang asimtomatik atau tidak menimbulkan gejala. Selanjutnya menyebar keseluruh

organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa diorgan-organ ini bakteri

meninggalkan sel-sel fagosit dan berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid,

kemudian masuk lagi kedalam sirkulasi darah dan menyebabkan bakteremia kedua

yang simtomatik, menimbulkan gejala dan tanda penyakit infeksi sistemik

37
E. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut widodo 2007 Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah

pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :

1. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat

leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah

sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada

sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang

terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh

karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak  berguna untuk diagnosa demam

typhoid

2. Pemeriksaan Sgot Dan Sgpt Sgot Dan Sgpt

pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah

sembuhnya typhoid.

3. Biakan darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,

tetapi bila  biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi

demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari

beberapa faktor :

a. Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,

hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.

38
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu

pada saat bakteremia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu

pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu

kambuh biakan darah dapat positif kembali.

c. Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan

antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga

biakan darah negatif.

4. Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba

pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin

negatif.

5. Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam

serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah

6. divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji

widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang

39
disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat

antibodi atau aglutinin yaitu :

a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh

kuman).

b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel

kuman).

c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai

kuman) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang

ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien

menderita tifoid. Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody

terhadap kuman Salmonella typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat

kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer

widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali pemeriksaan) Gall kultur

dengan media carr empedu merupakan diagnosa pasti demam tifoid bila

hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur negatif  belum

menyingkirkan kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan, yaitu pengaruh

pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi. Sesuai dengan

kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam tifoid, maka

diagnosis klinis demam tifoid diklasifikasikan atas:

1) Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala

demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air  besar dan

40
hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum lengkap. Diagnosis

ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.

2) Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir

lengkap, serta didukung oleh gambaran laboratorium yang menyokong

demam tifoid (titer widal O > 1/160 atau H > 1/160 satu kali

pemeriksaan).

3) Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada  pemeriksaan

biakan ataupositif S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan

titerWidal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal

O> 1/320, H > 1/640 (pada  pemeriksaan sekali)

F. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan demam tifoid masih menganut trilogi  penatalaksanaan

yang meliputi : istirahat dan perawatan, diet dan terapi  penunjang (baik

simptomatik maupun suportif), serta pemberian antimikroba. Selain itu diperlukan

pula tatalaksana komplikasi demam tifoid yang meliputi komplikasi intestinal

maupun ekstraintestinal.

1. Istirahat dan Perawatan Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan

mempercepat penyembuhan. Tirah baring dengan perawatan dilakukan

sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, dan BAB/BAK. Posisi

pasien diawasi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia orthostatik serta

higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.

41
2. Diet dan Terapi Penunjang Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang

adekuat.

3. Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala

meteorismus, dan diet bubur saring pada penderita dengan meteorismus. Hal ini

dilakukan untuk menghindari komplikasi  perdarahan saluran cerna dan

perforasi usus. Gizi penderita juga diperhatikan agar meningkatkan keadaan

umum dan mempercepat  proses penyembuhan.

4. Cairan yang adequat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare.

5. Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah

dengan dosis 3 x 5 ml setiap sebelum makan dan dapat dihentikan kapan saja

penderita sudah tidak mengalami mual lagi.

6. Pemberian Antimikroba Obat

a. obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan tatalaksana tifoid

adalah:

Pada demam typhoid, obat pilihan yang digunakan adalah chloramphenicol

dengan dosis 4 x 500 mg per hari dapat diberikan secara oral maupun

intravena, diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas. Chloramphenicol

bekerja dengan mengikat unit ribosom dari kuman salmonella, menghambat

pertumbuhannya dengan menghambat sintesis  protein.

b. Chloramphenicol memiliki spectrum gram negative dan positif. Efek

samping penggunaan klorampenikol adalah terjadi agranulositosis.

42
Sementara kerugian penggunaan klorampenikol adalah angka kekambuhan

yang tinggi (5-7%), penggunaan jangka panjang (14 hari), dan seringkali

menyebabkan timbulnya karier. Tiamfenikol, dosis dan efektifitasnya pada

demam tofoid sama dengan kloramfenikol yaitu 4 x 500 mg, dan demam

rata-rata menurun pada hari ke-5 sampai ke-6. Komplikasi hematologi

seperti kemungkinan terjadinya anemia aplastik lebih rendah dibandingkan

dengan kloramfenikol.

c. Ampisillin dan Amoksisilin, kemampuan untuk menurunkan demam lebih

rendah dibandingkan kloramfenikol, dengan dosis 50-150 mg/kgBB selama

2 minggu.

d. Trimetroprim-sulfamethoxazole, (TMP-SMZ) dapat digunakan secara oral

atau intravena pada dewasa pada dosis 160 mg TMP ditambah 800 mg SMZ

dua kali tiap hari pada dewasa.

e. Sefalosforin Generasi Ketiga, yaitu ceftriaxon dengan dosis 3-4 gram dalam

dekstrosa 100 cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan

selama 3-5 hari. Golongan Flurokuinolon (Norfloksasin, siprofloksasin).

Secara relatif obat-obatan golongan ini tidak mahal, dapat ditoleransi dengan

baik, dan lebih efektif dibandingkan obat-obatan lini pertama sebelumnya

(klorampenicol, ampicilin, amoksisilin dan trimethoprim-sulfamethoxazole)

f. Fluroquinolon memiliki kemampuan untuk menembus  jaringan yang baik,

sehingga mampu membunuh S. Thypi yang berada dalam stadium statis

43
dalam monosit/makrophag dan dapat mencapai level obat yang lebih tinggi

dalam gallblader dibanding dengan obat yang lain. Obat golongan ini

mampu memberikan respon terapeutik yang cepat, seperti menurunkan

keluhan panas dan gejala lain dalam 3 sampai 5 hari. Penggunaan obat

golongan fluriquinolon juga dapat menurunkan kemungkinan kejadian karier

pasca pengobatan. Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan pada

keadaan tertentu seperti toksik tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok

septik. Pada wanita hamil, kloramfenikol tidak dianjurkan pada trimester ke-

3 karena menyebabkan partus prematur, kematian fetus intrauterin, dan grey

syndrome pada neonatus. Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester

pertama karena memiliki efek teratogenik. Obat yang dianjurkan adalah

ampisilin, amoksisilin, dan ceftriaxon. (Yudhistira.W.2009)

44
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

I. Pengkajian

A. Identitas klien

Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,

status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa

medik.

B. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama

Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-

turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta

penurunan kesadaran.

2. Riwayat penyakit sekarang

Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam

tubuh.

3. Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.

45
4. Riwayat penyakit keluarga Apakah keluarga pernah menderita hipertensi,

diabetes mellitus.

C. Pola-pola fungsi kesehatan

1. Pola nutrisi dan metabolism

Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat

makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.

2. Pola eliminasi Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena

tirah  baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan,

hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid

terjadi peningkatan suhu tubuh yang  berakibat keringat banyak keluar dan

merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.

3. Pola aktivitas dan latihan Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah

baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien

dibantu.

4. Pola tidur dan istirahat Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan

peningkatan suhu tubuh.

5. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua

terhadap keadaan  penyakitanaknya.

6. Pola sensori dan kognitif Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran

dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat

suatu waham pad klien.

46
7. Pola hubungan dan peran Hubungan dengan orang lain terganggu

sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.

8. Pola penanggulangan stress Biasanya orang tua akan nampak cemas.

D. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat

38– 40 oc dan muka kemerahan

2. Tingkat kesadaran Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis)

3. TTV

4. BB/TB

5. Pengkajian persistem/head to toe

a. Sistem respirasi Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan

dalam dengan gambaran seperti bronchitis.

b. Sistem kardiovaskuler Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi

relatif, hemoglobin rendah.

c. Sistem integumen Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak

pucat, rambut agak kusam

d. Sistem gastrointestinal Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering,

lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut,

perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.

47
e. Sistem muskuloskeletal Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan

adanya kelainan

f. Sistem abdomen Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar

dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi

didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus

meningkat Pengkajian menurut ( Carpenito, 2007 ), yaitu tahap pertama

proses keperawatan yang meliputi pengumpulan data secara sistematis

dan cermat untuk menentukan status kesehatan klien saat ini dan riwayat

kesehatan masa lalu, serta menentukan status fungsional serta

mengevaluasi pola koping klien saat ini dan masa lalu. Pengumpulan data

diperoleh dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, observasi,

peninjauan catatan dan laporan diagnostik, kolaborasi dengan rekan

sejawat

E. Pemeriksaan penunjang

1. WBC

2. RBC

3. HGB

4. PLT

5. Widal

F. Penatalaksanaan

1. Pengobatan

48
a. Istrahat 7 hari atau 14 hari

b. Kotrimoksasol

c. Dapat digunakan untuk kasus yang resisten terhadap kloamfenikol,

penyerapan di usus cukup baik, dan kemungkinan timbulnya kakambuhan

pengobatan-pengobatan lebih kecil dibandingkan kloramfenikol.

d. Sulfametoksazoldan 6 –8 mg/kgBB/hari untuk Trimetoprim, diberikan

dalam 2 kali pemberian,selama 10 –14 hari.

e. Ftriakson

Dosis yang dianjurkan adalah 50 –100 mg/kgBB/hari, tunggal atau

dalam2 dosis iv.

f. Sefotaksim

Dosis yang dianjurkan adalah 150 –200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4

dosis iv.

g. Siprofloksasin

Dosis yang dianjurkan adalah 2 x 200–400 mg oral

2. Perawatan

a. Kompres hangat

b. Cuci tangan dengan baik dan benar

c. Timbang BB

d. TTV

49
G. Pemcegahan

1. cuci tangan setelah dari toilet, Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

2. Hindari jajan atau membeli makanan dan minuman di tempat yang kurang

bersih.

3. Selain itu, makanlah makanan dan minuman yang sudah dimasak.

4. Jangan lupa, air minum harus dimasak terlebih dulu hingga mendidih

(100°C).

5. Lindungi makanan kita dari lalat, kecoa dan tikus karena hewan-hewan

tersebut dapat membawa bakteri Salmonella typhi yang merupakan

penyebab tipus.

II. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan termoregulasi

2. Ketidakseimbagan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh

3. Resiko kekurangan volume cairan

4. Konstipasi

5. Nyeri akut

6. Intoleransi aktivitas

7. Diare

III. Interevensi Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan: Ketidakefektifan termoregulasi

50
Tujuan : Suhu tubuh kemabali normal ( 36 - 37⁰ C ) setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam.

Kriteria Hasil :

1. Suhu klien kembali normal ( 36 – 37 ⁰ C )

2. Badan tidak teraba panas

Intervensi :

1. Kaji vital sign tiap 2-3 jam

2. Anjurkan banyak minum air putih 2 -3 jam

3. Anjurkan untuk menggunakan baju yang tipis dan menyerap keringat.

4. Kompres pada lipatan paha dan aksila

5. Laksanakan program terapi antibiotik, antipiretika, dan pemeriksaan

laboraturium

3. Diagnosa keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam.

Kriterian Hasil :

1. Intake nutrisi meningkat

2. Diit habis 1 porsi yang telah disediakan

3. Berat badan stabil

Intervensi :

51
1. Timbang berat badan secara teratur

2. Kaji pola nutrisi dan perubahan yang terjadi

3. Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi

4. Beri diit dalam porsi hangat, porsi kecil tapi sering, lunak

5. Kolaborasi dengan ahli gizi

4. Diagnosa keperawatan: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

fisik.

Tujuan : Aktifitas klien meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam.

Kriteria hasil : kemampuan aktifitas bisa mandiri.

Intervensi :

1. Monitor suhu sesering mungkin

2. Ajarkan mobilisasi aktifitas

3. Atur posisi nyaman.

4. Berikan pengetahuan tentang pentingnya beraktifitas

5. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan aktifitas pada klien.

IV. Implementasi

Implementasi merupakan realita dari rencana tindakan keperawatan yang telah

penulis susun. Pembahasan pada tahap ini meliputi pelaksanaan rencana tindakan

perawatan yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan sesuai dengan

intervensi pada masing – masing diagnose

52
V. EVALUASI

Evaluasi meruapakan tahap akhir dari proses keperawatan yang telah digunakan

untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan yang telah penulis susun,

apakah tujuan dapat tercapai, tercapai sebagian, atau belum tercapai dengan

meninjau respon pasien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Berikut ini

adalah pembahasan evaluasi berdasarkan evaluasi hasil dari masing – masing

diagnosa :

53
BAB 1V
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn “ A” DENGAN
DIAGNOSA TYHPOID DI RUANGAN AR -RAUDAH LT.1
RSUD HAJI MAKASSAR

Tanggal masuk : 10 Desember 2022


Tanggal pengkajian : 11 Desember 2022
Ruangan : Ar -Raudah Lt.1
No. RM : 300210
Diagnosa Medik : Tyhpoid
I. Pengkajian
A. Identitas pasien
Nama : Tn “ A ”
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku : Makassar
Status : Kawin
Pendidikan : SMA
Alamat : BTN Hartaco Indah Blok.B no 17
Pekerjaan : PNS
B. Identitas penaggung jawab

54
Nama : Ny “ W ”
Umur : 43 Tahun
Agama : islam
Status : kawin
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : BTN Hartaco Indah Blok B no.17
Hubungan dengan klien: Istri
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama : Demam
b. Alasan Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan badanya panas mengigil,
Klien juga mengatakan dirawat di rumah ± 4 hari sebelum dibawah ke
rumah sakit panas tak kunjung turun disertai batuk dan sakit kepala. Saat
dilakukan pengkajian didapatkan data sebagai berikut: klien mengatakan
badanya panas, mengeluh demamnya naik turun terutama di malam hari
dan turun di pagi hari disertai batuk dan sakit kepala, klien mengatakan
belum BAB selama MRS, klien mengatakan makan 3-5 sendok dalam
satu porsi makanan, klien mengatakan memiliki riwayat maag. Klien
tampak kurang nafsu makan, klien tampak lemas, TTV: TD 110/70
mmHg, Nadi 88 x/menit, suhu 38 0C, Respirasi 24 x/menit, Leb (Widal
1/320).
c. Riwayat penyakit : demam mengigil hilang timbul disebabkan karena
infeksi Bakteri Salmonella Tyhpi terutama panas meningkat pada sore
dan malam hari.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Klien mengatakan memiliki riwayat maag
b. Klien mengatakan pola makanya tidak teratur

55
c. Klien mengatakan baru pertama kali di rawat di rumah sakit
d. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat-
obatan
3. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seprti
yang dialami pasien sekarang,
Genogram.
Genogram
GI

GII
? ? ? ? ? ?
?

GIII 45
4
3
7
7

Keterangan:

: Laki-Laki ? : Umur tidak diketahui


: Perempuan : Klien

: Garis Keturunan X : Meninggal

: Garis Perkawinan ... : Garis tinggal serumah

GI : Kakek dan nenek dari ayah dan ibu klien sudah meninggal

G II : Ayah klien anak pertama dari empat bersaudara, ibu klien anak kelima

dari lima bersaudara, ayah klien masih hidup, ibu klien sudah
56
meninggal saat melahirkan.

G III : Klien anak ketiga dari tiga bersaudara, klien tinggal serumah bersama

istri dan seorang anak laki-lakinya

D. Riwayat Psiko-sosial-spiritual

1. Pola koping :

2. Harapan klien terhadap penyakitnya: klien sangat berharap agar penyakitnya

cepat sembuh.

3. Faktor stresor: klien mengatakan tidak stres

4. Konsep diri: klien memandang penyakinya karena sudah takdir

5. Pengetahuan klien terhadap penyakitnya: klien mengetahui penyakitnya

6. Adaptasi: klien mengatakan mampu menyesuaikan diri dengan oarag

Disekitarnya

7. Hubungan dengan anggota keluarga: klien mengatakan hubungan dengan

keluarga baik tidak ada masalah

8. Hubungan dengan masyarakat: Baik

9. Perhatian dengan orang lain/lawan bicara: perhatian dan kontak mata klien

terhadap lawan ceritanya baik

10. Aktivitas sosial: klien mengatakan aktivitasnya berkurang karena faktor

penyakit yang dialami sekarang

11. Bahasa yang digunakan: bahasa indonesia

12. Keadaan lingkungan: klien mengatakan lingkungan rumah bersih


57
13. Kegiatan keagamaan: pasien tidak lagi sholat karena sakit

14. Keyakinan tentang kesehatan: klien mengatakan yakin bahwa penyakitnya

akan sembuh.

E. Pola kegiatan sehari-hari

No Pola kegiatan Sebelum MRS Saat MRS

1. Nutrisi/makanan

 Jenis makanan Nasi,ikan, sayur, lauk Klien mengatakan makan


teratur, klien mengatakan porsi
 Pola makan Teratus makan kadang tidak dihabiskan
 Frekuensi 3x/hari (3-5 sendok), klien mengatakan
makan sedikit tapi sering, klien
 Porsi dihabiskan tampak kuarang nafsu makan

2. Caiaran

 Jenis minuman Air putih Air putih dan infus cairan

 frekuensi ± 6 gelas/hari 2500 cc

3. Eliminasi

 BAB Klien mengatakan belum


pernah BAB selama MRS,
 Frekuensi 1-2 x/ hari klien mengatakan sering
Kuning menunda-nunda BAB, klien
 Warna
mengatakan sering buang
 Volume Padat angin, klien mengatakan ada
keinginan mau BAB tapi saat
 Bau Amis
ada dikamar mandi (toilet)
tidak ada lagi keinginan BAB.
58
 BAK Klien mengatakan tidak ada
gangguan BAK, BAK 3-6
 Frekuensi ± 4 x/hari x/hari, warna kuning
 Warna Kuning amoniak
 Bau Amonia

4. Pola tidur

 Tidur siang 12.00 - 16.00 12.00 – 15.00

 Tidur malam 21.00 – 05.00 23.00 – 04.00

5. Personal Hygiene

 Mandi 1-3 x/hari Cuci muka/di waslap

 Sikat gigi 1-2 x/hari Tidak lagi

 Cuci rambut 2 x dalam seminggu Tidak lagi

 Potong kuku 2 x dalam sebulan Tidak lagi

F. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : lemah

a. Tingkat kesadaran : Compomentis (E4, V5, M6. GCS = 15)

b. BB/TB : 65 kg/160 cm

c. Vital sign : TD : 110/70 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Suhu : 38 0c

Pernapasan : 24 x/menit
59
2. Head to toe

a. Kulit/integumen

Inspeksi : tidak ada udem atau benjolan pada permukaan kulit, kulit
tampak pucat, permukaan kulit normal

Palpasi : tidak teraba adanya benjolan/udema, tidak ada massa,tidak


ada nyeri tekan

b. Kepala

Inspeksi : bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak rontok,rambut

tampak bersih, penyebaran rambut merata

palpasi : tidak teraba adanya benjolan, rambut tidak mudah rontok,


tidak terama adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan

c. Mata

Inspeksi : bola mata simetris kiri dan kanan, pupil isokor, skelera tidak
iktus, ketajaman penglihatan bagus, bola mata dapat bergerak

kesegala arah

palpasi : tidak ada benjolan, konjungtiva anemis,tidak ada nyeri tekan

d. Hidung

Inspeksi : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret,
penciuman tampak baik,tidak pake alat bantu

palpasi : tidak terdapat adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan

e. Telingga

Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan, tidak memakai alat bantu,
tidak ada cairan keluar dalam telingga, pendengaran tampak
baik

palpasi : tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri

60
f. Mulut

Inspeksi : bibir tampak pucat dan kering, gigi tampak putih,tidak


memakai gigi palsu.

Palpasi : tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan

g. Leher

Inspeksi : tidak tampak bejolan, pergerakan tidak kaku, tidak ada tanda

tanda pembesaran kelenjer tiroid.

Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjer tiroid, tidak teraba


adanya benjolan, tidak ada nyrti tekan

h. Dada

Inspeksi : dada tampak datar, bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada
benjolan atau udem, pengembangan dada merata mengikuti
irama pernapsan

Auskultasi: terdengar suara jantung Lup dan Dup, tidak terdengar suara
tambahan, tidak terdengar suara tambahan saat inspirasi dan
ekspirasi,pernapasan 22 x/menit.

Palpasi : tidak teraba adanya benjolan, perkembangan dada merata


mengikuti irama pernapasan, tidak ada nyeri tekan.

Perkusi : terdengar bunyi timpani

i. Abdomen

Inspeski : bentuk simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya


bejolan,tidak ada massa.

Auskultasi: bising usus terdengar mur-mur 6 x/menit, peristaltik usus


terdengar 8 x/menit, tidak terdengar bunyi tambahan

Palpasi : bentuk simetris kiri dan kanan, tidak teraba adanya benjolan,
perut tampak teraba tegang, tidak ada massa,tidak ada nyeri
tekan
61
Perkusi : terdengar bunyi timpani

j. Ekstrimitas

1. Ekstrimitas atas

Inpeksi : tangan simetris kiri dan kanan, jari-jari tangan utuh, kuku
tampak putih dan bersih CRT < 2 detik, tampak tangan
kanan terpasang infus RL 20 TPM.

Palpasi : tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan

2. Ekstrimitas bawah

Inpeksi : bentuk simetris kiri dan kanan jari kuku tampak putih dan
bersih, tida ada benjolan atau udem

Palpasi : tidak teraba adanya benjolan, tidak terdapat nyeri tekan

k. Pengkajian data fokus

Inspeksi : bibir tampak kering dan pucat, klien tampak lemas, perut
tampak tegang, BB 65 kg / 160 cm. IMT 25.3.

Auskultassi:bising usus tedengar mur-mur 8x/menit bunyi tampak tidak


teratur peristaltik usus terdengar 6 x/menit teratur

Palpasi : perut tampak tegang, tidak ada nyeri tekan,

Perkusi : terdegar bunyi timpani

G. Pemeriksaan laboratorium

Tgl: 11-12-2022 pukul 12:30

Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

WBC 7, 75 10^3/uL 4.00 - 10.80

RBC 5,06 10^6/uL 4.70 – 6.10

HGB 15,2 g/dL 14.0 – 18.0

62
PLT 282 10^3/uL 150 – 400

HCT 42,8 % 42.0 – 52.0

MCV 84,6 fL 27.0- 31.0

PDW 9,0 fL 11.0- 18.0

WIDAL 1/320

GDS 171 Mg/dl

H. Penata laksanaan Medis

1. Ceftriaxone 1 gr / 12 Jam / IV

2. Omeprasole 1 Flc / 24 Jam / IV

3. PCT 3x1

4. Neurosanbe 1 amp/24 jam/ drips

5. Infus RL 20 TPM

I. Klasifikasi data

Data Subjektif Data Objektif

1. Klien mengatakan badanya panas 1. Nafsu makan klien tampak


mengigil berkurang

2. Klien mengatakan badanya demam ± 2. Porsi makan 3-5 sendok tampak


1minggu yang lalu tidak dihabiskan

3. Klien mangatakan pola makanya tidak 3. Klien tampak lemas


teratur
4. Badan klien teraba hangat
4. Klien mengatakan panasnya naik turun
5. Klien tampak belum BAB selama
5. Klien mengatakan belum BAB ± 2 hari MRS
selama MRS
6. TTV: TD 110/70 mmHg, nadi 88x/i

63
6. Klien mengatakan memiliki riwayat pernapasan 24x/i, suhu 38oc
maag
7. IMT 25.3
7. Klien mengatakan porsi makanya tidk
dihabiskan saat makan 8. Klien tampak susah BAB

8. Klien mengatakan makan 3-5 sendok 9. Leb: widal 1/320, RBC 5.06, WBC
dalam satu porsi makanan 7.75, HGB 15.2

9. Klien mengatakan sakit pada kepala 10. Perut tampak tegang

10. Klien mengatakan nafsu makanya 11. Bibir tampak pucat dan kering
berkurang 12. Bising usus 8x/i, peristaltik usus
11. Klien mengatakan sering menunda- 6x/i
nunda BAB 13. Terpasang infus RL 20 TPM
12. Klien mengatakan sering buang angin 14. Suhu tubuh klien tampak naik
13. klien mengatakan ada keinginan mau turun
BAB tapi saat ada dikamar mandi 15. Nyeri dengan skala ringan (1-3)
(toilet) tidak ada lagi keinginan BAB.

J. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 Ds: Kuman salmonella tyhpi Ketidakefektifan


masuk kesaluran termoregulasi
1. Klien mengatakan panasnya naik gastrotestinal
turun
Lolos dari asam lambung
2. Klien mengatakan demam ± 1
minggu yang lalu Bakteri masuk usus halus

3. Klien mangatakan badanya panas Masuk kealiran darah


mengigil
Endotoksin

64
Do: Terjadi kerusakan sel

1. Badan klien teraba hangat Merangsang pelepasan zat


epirogen oleh leukosit
2. Klien tampak lemas
Mempengaruhi pusat
3. Widal 1/320, suhu 38 oc thermoregulasi
dihipotalamus

Ketidakefektifan
termoregulasi

2. Ds: Kuman salmonella tyhpi Ketidakseimbangan


masuk kesaluran nutrisi kurang dari
1. Klien mengatakan nafsu makanya gastrointestinal kebutuhan tubuh
berkurang
Lolos dari asam lambing
2. Klien mengatakan porsi makanya
tidk dihabiskan saat makan Masuk di usus

3. Klien mengatakan makan 3-5 Pembuluh limfe dan


sendok dalam satu porsi makanan peredaran darah

4. Klien mengatakan memiliki Berkembang biak di hati


riwayat maag dan limfe

Do: Pembesaran limfe

1. Napsu makan klien tampak Splenomegali


berkurang
Penurunan mobilitas usus
2. Porsi makan 3-5 sendok tampak
tidak dihabiskan Penurunan peristaltik usus

3. Klien tampak lemas Anoreksia, mual muntah


Ketidakseimbangan
nutrisis kurang dari
4. IMT 25,3
kebutuhan tubuh

65
5. TTV: TD 110/70mmHg, N 88x/i,
Suhu 38oc, RR 24 x/i.

3. Ds: Kuman salmonella tyhpi Konstipasi


masuk kesalurtan
1. Klien mengatakan belum BAB ± 2 gastrintestinal
hari selama MRS
Lolos dari asam lambung
2. Klien mengatakan sering
menunda-nunda BAB Masuk di usus

3. klien mengatakan ada keinginan Pembuluh limfe dan


mau BAB tapi saat ada dikamar peredaran darah
mandi (toilet) tidak ada lagi
keinginan BAB. Berkembang biak di hati
dan limfe
4. Klien mengatakan sering buang
angin Pembesaran limfe

Do: Splenomegali

1. Klien tampak belum BAB ± 2 hari Penurunan bising dan


selama MRS peristaltik ususu

2. Klien tampak susah BAB


konstipasi
3. Perut tampak tegang

4. Klien tampak kurang nafsu makan

5. Klien tampak lemas

II. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan termoregulasi beruhubungan dengan fruktasi suhu diatas dan


di bawah kisaran normal

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, penurunanan peristaltik dan bising usus
66
3. Konstipasi berhubungan dengan asupan serat tidak cukup, perubahan pola
makan dan tidak dapat mengeluarkan feses

III. Interevensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan Interevensi

1. Ketidakefektifan termoregulasi Noc: Nic:


beruhubungan dengan fruktasi
suhu diatas dan di bawah kisaran Kriteria hasil: 1. Monitor TTV
normal ditandai dengan: 1. Keseimbangan antara 2. Berikan kompres
Ds: produksi panas yang hangat
di terima dan
1 Klien mengatakan panasnya kehilangan panas 3. Monitor warna dan
naik turun suhu kulit
2. Suhu dalam rentang
2 Klien mengatakan demam ± 1 normal 4. Monitor intake cairan
minggu yang lalu 5. Monitor output cairan
3. Pengendalian risiko
3 Klien mangatakan badanya hipetermi dan 6. Monitor hasil lab
panas mengigil hipotermi

Do:

1. Badan klien teraba hangat

2. Klien tampak lemas

3. Widal 1/320, suhu 38 oc

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Noc: Nic:


dari kebutuhan tubuh berhubun-
gan dengan anoreksia, penuruna- Kriteria hasil: 1. Monitor TTV
nan peristaltik dan bising usus 1. BB ideal 2. Monitor BB
ditandai dengan:

67
Ds: 2. Mampu 3. Kaji adanya alergi
mengidentifikasi makanan
1. Klien mengatakan nafsu kebutuhan nutrisi
makanya berkurang 4. Monitor turgor kulit
3. Tidak ada tanda-tanda
2. Klien mengatakan porsi malnutrisi 5. Monitor satatus cairan
makanya tidk dihabiskan saat inteke dan output
makan 4. Tidak terjadi
penurunan berat
3. Klien mengatakan makan 3-5 badan yang berarti
sendok dalam satu porsi
makanan 5. Menunjukkan fungsi
pengecapan dari
4. Klien mengatakan memiliki menelan
riwayat maag

Do:

1. Napsu makan klien tampak


berkurang

2. Porsi makan 3-5 sendok tampak


tidak dihabiskan

3. Klien tampak lemas

4. IMT 25,3

5. TTV: TD 110/70mmHg, N
88x/i, Suhu 38oc, RR 24 x/i.

3. Konstipasi berhubungan dengan Noc: Nic:


asupan serat tidak cukup,
perubahan pola makan dan tidak Kriteria hasil: 1. Monitor bising dan
dapat mengeluarkan feses ditandai 1. Mempertahankan peristaltik usus
dengan: bentuk feses yang 2. Monitor tanda- tanda
lunak konstipasi

68
Ds: 2. Bebas dari 3. Enjurkan pasien untuk
ketidaknyamanan mengkosumsi makanan
1. Klien mengatakan belum BAB yang tinggi serat
± 2 hari selama MRS 3. Mampu
mengidentifikasi 4. Anjurkan pasien untuk
2. Klien mengatakan sering indikator untuk tidak tunda-tunda saat
menunda-nunda BAB pencegahan mau BAB
3. klien mengatakan ada keinginan konstipasi
5. Anjurkan klien banyak
mau BAB tapi saat ada dikamar 4. Feses lunak dan minum air putih
mandi (toilet) tidak ada lagi berbentu
keinginan BAB.

4. Klien mengatakan sering buang


angin

Do:

1. Klien tampak belum BAB ± 2


hari selama MRS

2. Klien tampak susah BAB

3. Perut tampak tegang

4. Klien tampak kurang nafsu


makan

5. Klien tampak lemas

69
IV. Implementasi dan Evaluasi

No Hari/tgl DX Jam Implementasi Evaluasi

1. Senin I 10.00 1. Memberikan kompres hangat S:


11-12- hasil: diberikan kompres hangat klien mengatakan demam
2022 pada frontal mengunakan mulai berkurang
waslap
O:
10.0 2. Memonitor TTV badan klien tampak teraba
hasil: TD 110/80 mmHg hangat, klien tampak lemas,
Nadi 80 x/menit sushu tubuh 36.8 oc
Suhu 37.5 oc
Pernapasan 22x/menit A:
masalah ketidakefektifan
3. Memonitor warna dan suhu kulit termoregulasi belum teratasi
10.10
hasil: kulit tampak pucat. Dan
teraba hangat P:
Lanjutkan interevensi
10.15 4. Memonitor intake dan output
cairan 1. Berikan kompres hangat
hasil: input 2500 cc ( infus 500+1 2. Observasi tanda-tanda
vitaal
botol aqua besar)
output BAK 3-6 x/hari, 3. Monitor warna dan suhu
pasien mengatakan BAK kulit
sering tapi sedikit
10.20 4. Monitor intake dan output
5. Memonitor hasil Leb (widal, cairan
PLT, HGB, WBC.
5. Monitor hasil leb
hasil: widal 1/320, HGB 15.2
PLT 282, WBC 7,75

70
2. Senin II 10.25 1. Memonitor TTV S:
11-12- hasil: TD 110/80 mmHg, nadi 80 klien mengatakan napsu
2022 makanya sudah baik di
x/menit, suhu 37.5oc,RR tandai dengan klien
22x/menit menghabiskan porsi
10.30 makananya
2. Memonitor berat Badan
10.35 hasil: 65 kg, IMT 25,3
O:
3. Mengkaji adanya alergi makanan klien tampak lemas,kulit
hasil: klien mengatakan tidak tampak pucat. IMT 16,6,
alergi makanan dan obat- klien tampak lemas
obatan, klien mengatakan
10.40 napsu maknya suadah baik A:
masalah ketidakseimbangan
4. Memonitor turgor kulit nutrisi kurang dari
hasil: kulit tampak pucat dan kebutuhan tubuh belum
10.45 teraba hangat teratasi
5. Memonitor status cairan intake P:
dan outpud Lanjutkan interevensi
hasil: intake 2500 cc
output ± 80 cc 1, 2, 3, 4, dan 5.

3. Senin III 10.50 1. Memonitor bising dan peristaltik S:


11-12- usus klien mengatakan sudah
2022 hasil: bising usus 6 x/menit dan BAB 1 kali, klien
peristaltik usus 8 x/menit, mengatakan perasaanya
pasien mengatakan sudah lebih baik dari hari kemarin
BAB
O:
10.55 2. Memonitor tanda-tanda konstipasi klien tampak sudah BAB 1
hasil: pertu teraba tidak kali, porsi makan klien
tegang. Porsi makan di tampak di habiskan
habiskan
A:
11.00 3. Menganjurkan pasien untuk masalah konstipasi teratasi
mengkosumsi makanan yang
P:
71
tinggi serat pertahankan interevensi
hasil: klien mengerti dengan
anjuran yang diberikan 1. Monitor bising dan
ditandai dengan klien peristaltik usus
mengatakan porsi makanan 2. Monitor tanda-tanda
di habiskan, klien konstipasi
mengatakan napsu makan
baik 3. Anjurkan pasien untuk
mengkosumsi makanan
4. Menganjurkan pasien untuk tidak yang tinggi serat
11.05 tunda-tunda saat mau BAB
hasil: klien paham dan mengerti 4. Anjurkan pasien untuk
dengan anjuran ysng tidak tunda-tunda saat
diberikan ditandai dengan mau BAB
klien mengatakan sudah
5. Anjurkan pasien banyak
BAB 1 kali
minum air putih
5. Menganjurkan pasien banyak
11.10 minum air putih,
hasil: klien mengerti dengan
anjuran yang diberikan
ditandai dengan klien
mengatakan air yang
dihabiskan 1 botol aqua
besar (200 cc) infus RL
500 cc

72
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tinjauan teori, tinjauan kasus, dan pembahasan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut : Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. Y selama tiga hari

dan melakukan pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus

didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian secara umum ditemukan klien mengatakan demamnya naik turun

panas meniggi pada malam hari saat dilakukan pengkajian hari pertama tanggal 11

Desember 2022 pukul 10:00 , didaptakan suhu tubuh Tn.A 38°C, (Abnormal)

karena terlebih dahulu sudah diberikan obat penurun panasa, kulit teraba hangat

2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul tiga diagnose pada pasien
yaitu.

a. Ketidakefektifan termoregulasi beruhubungan dengan fruktasi suhu diatas

dan di bawah kisaran normal

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, penurunanan peristaltik dan bising usus

73
c. Konstipasi berhubungan dengan asupan serat tidak cukup, perubahan pola

makan dan tidak dapat mengeluarkan feses

3. Intervensi yang muncul pada diagnosa pertama;

a. Monitor TTV

b. Berikan kompres hangat

c. Monitor warna dan suhu kulit

d. Monitor intake cairan

e. Monitor output cairan

Interevensi diagnosa kedua;

a. Monitor TTV

b. Monitor BB

c. Kaji adanya alergi makanan

d. Monitor turgor kulit

e. Monitor satatus cairan inteke dan output

Interevensi diagnosa ketiga

a. Monitor bising dan peristaltik usus

b. Monitor tanda- tanda konstipasi

c. Enjurkan pasien untuk mengkosumsi makanan yang tinggi serat

d. Anjurkan pasien untuk tidak tunda-tunda saat mau BAB

e. Anjurkan klien banyak minum air putih

4. Terdapat beberapa implementasi yang penulis lakukan secara langsung

74
pada pasien, implementasi yang dilakukan sesuai dengan perencenaan sebelumya

hyang di tetapkan di interevensi keperawatan

5. Evaluasi keperawatan dari semua implementasi yang dilakukan didapatkan pasien

mengalami perkembangan kesehatan.

B. Saran

Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami beberapa hambatan dalam

penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak penulis mampu

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Demi kemajuan selanjutnya

maka penulis menyarankan :

1. Dalam memberikan asuhan keperawatan sebaiknya perawat perlu menguasai tehnik

komunikasi, sehingga dapat diperoleh data yang akurat dari pasien maupun

anggota keluarga dan semua implementasi dari rencana keperawatan yang ada

dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan masalah.

2. Asuhan keperawatan yang telah dilakukan serta kerjasama antara tim kesehatan

yang terjalin dengan baik hendaknya dipertahankan dan lebih ditingkatkan untuk

mendapatkan hasil yang optimal. Perawat perlu meningkatkan kualitas dan

kuantitas dalam pemberian asuhan keperawatan.

3. Diharapkan perawat dapat terus menggali ilmu pengetahuan untuk menambah

wawasan dan keterampilan sebagai seorang perawat profesional.

75
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Maryllin. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Alih Bahasa:

Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Manjsoer, Arif. 2015. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: EGC.

Ngastiyah. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.

Nurarif H, A., dan Kusuma H. 2013. Aplikasi asuhan keperawatn berdasarkan diagnosa

medik dan Nanda Nic-Noc edisi revisi Jilid 1: Ypgyakarta

Widodo Joko. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Zulkoni Akhsin. 2011. Parasitologi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Sudoyo. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publising.

Suyono, Slamet. 2010. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi ke 3. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI.

76
Muttaqin Arif. 2012. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah. Jakarta. Salemba Medika.

77

Anda mungkin juga menyukai