A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS SUDDEN DEAFNESS
DI LAKESLA Drs. Med. R. RIJADI S., Phys SURABAYA
TANGGAL 10-14 MARET 2020
Disusun Oleh:
Wiwik Hidayatun Nadhifah `131923143045
Melli Maria Br. Limbong 131923143044
Meyta Rahayu 131923143062
Dimas Satriya Sukma W. 131923143043
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Kepala Ruangan
Maedi, S.Kep
Mayor Laut (K) NRP. 14608/
i
PKATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Keperawatan Hiperbarik
Oksigen pada Klien dengan diagnosa medis Sudden Deafness di Lakesla Drs. Med. R.
Rijadi S., Phys Surabaya” dengan baik. Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Allah S.W.T dalam perlindungan-Nya dan kekuasaan-Nya telah membuat penulis
berada saat ini dan memperlancar segalanya.
2. Prof. Dr.Nursalam, M.Nurs, (Hons), selaku Dekan yang senantiasa memacu, dan
memotivasi mahasiswa untuk berprestasi semaksimal mungkin;
3. Kolonel Laut (K)dr. Harjunianto, Sp.PD.,MMRS, selaku Kalakesla yang
senantiasa memotivasi mahasiswa untuk berprestasi dan memberikan fasilitas
semaksimal mungkin;
4. Letkol Laut (K) drg. Agung Wijayadi, Sp.Ort. selaku Kabag Diklitbang Lakesla
yang senantiasa memotivasi mahasiswa untuk berprestasi dan memberikan
fasilitas semaksimal mungkin;
5. Mayor Laut (K) Maedi, S.Kep.selaku kepala ruangan dan pembimbing yang
senantiasa memacu, membimbing dan memotivasi mahasiswadalam
penyelesaianmakalah ini;
6. Serka (Rum) Taukhid, S.Pd.selaku pembimbing ruangan yang memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyelesaian makalah ini;
7. Ika Nur Pratiwi, S.Kep. Ns, M.Kep. selaku pembimbing akademik yang
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian makalah ini; dan
8. Teman-teman yang telah bekerja sama dalam penyelesaian tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun berharap kritik dan saran yang dapat
membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya akan menjadi lebih baik.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami secara
pribadi dan bagi yang membutuhkannya.
Surabaya, 11 Maret 2020
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................…….ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................……iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................……….1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................................2
BAB 4 PENUTUP…………………………………………………………………...31
4.1 KESIMPULAN...................................................................................................31
4.2 SARAN...............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2004). Terapi oksigen hiperbarik ini bersifat terapi tambahan untuk tuli mendadak
(Bashiruddin J, dkk., 2007).
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Diharapkan melalui makalah seminar ini, mahasiswa dapat lebih memahami dan
mampu menerapkan asuhan keperawatan hiperbarik oksigen pada pasien Sudden
Deafness dengan baik, sehingga menjadi dasar pengembangan Ilmu Keperawatan
terutama dalam hal terapi hiperbarik oksigen terhadap Sudden Deafness dimasa
mendatang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Tuli mendadak atau sudden deafness adalah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis
ketuliannya adalah sensorineural dan penyebabnya tidak dapat langsung diketahui.
Biasanya terjadi pada satu telinga (Bashiruddin J, 2007).
2.1.2 Etiologi
Menurut Rauch, penyebab pasti tuli mendadak hanya ditemukan pada 10- 15%
kasus, sebagian besar kasus tetap tidak diketahui penyebabnya (idiopatik) (Rauch,
2008). Tuli mendadak juga dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain iskemia
koklea, infeksi virus, trauma kepala, trauma bising yang keras, perubahan tekanan
atmosfir, autoimun, obat ototoksik, penyakit Meniere dan neuromakustik Tetapi yang
biasanya dianggap sebagai etiologi adalah iskemia koklea dan infeksi virus
(Bashiruddin J, dkk., 2007).
2.1.3 Patofisiologi
Terdapat 4 teori yang dipostulasikan bagi terjadinya tuli mendadak yaitu infeksi
viral labirin, gangguan vaskuler labirin, ruptur membran intrakoklear dan penyakit
telinga dalam yang berhubungan dengan imun. Suatu proses penyakit yang melibatkan
salah satu dari kemungkinan teoiritis ini dapat berakhir dengan tuli mendadak, namun
tak satupun yang dapat menjelaskan secara menyeluruh (Marthur, 2012).
Penelitian terhadap penderita tuli mendadak menunjukkan adanya suatu prevalensi
sedang penyakit viral. Juga ditemukan bukti serokonversi virus dan histopatologi telinga
dalam yang konsisten dengan infeksi virus. Beberapa penelitian mencatat 17-33%
penderita tuli mendadak baru menderita penyakit virus. Pada pemeriksaan
histopatologis tulang temporal, gambaran kehilangan sel rambut dan sel penyokong,
atrofi membrana tektoria, atrofi stria vaskularis dan kehilangan neuron sesuai dengan
kerusakan akibat virus. Pola kerusakan ini mirip dengan gambaran yang ditemukan
pada tuli sekunder akibat cacar,campak dan rubella maternal (Marthur, 2012).
Teori kedua menyangkut gangguan vaskular yang terjadi pada koklea. Koklea
merupakan suatu end organ karena suplai darahnya tidak ada kolateralnya. Fungsi
koklea sensitif terhadap perobahan suplai darah. Gangguan vaskuler koklea akibat
trombosis, embolus, penurunan aliran darah atau vasospasme adalah etiologi tuli
3
mendadak. Penurunan oksigenasi koklea kemungkinan akibat dari perubahan aliran
darah koklea. Perdarahan intrakoklea merupakan manifestasi awal yang diikuti fibrosis
dan osifikasi koklea. Pada suatu studi ditemukan kesamaan antara faktor risiko koroner
iskemik dan faktor risiko tuli mendadak. Penemuan keterlibatan vaskuler dalam
patogenesis tuli mendadak dapat dijadikan sebagai strategi preventif dan terapeutik
(Marthur, 2012).
Teori lainnya terjadi tuli adalah akibat ruptur membran intrakoklea. Membran ini
memisah telinga tengan dan telinga dalam. Di dalam koklea juga terdapat membran-
membran halus memisah ruang perilimfe dan endolimfe. Secara teoritis, ruptur dari
salah satu atau kedua jenis membran ini dapat mengakibatkan tuli mendadak.
Kebocoran cairan perilimfe ke ruang telinga tengah lewat round window dan oval
window telah diyakini sebagai mekanisme penyebab tuli. Ruptur membran intrakoklea
membolehkan bercampurnya perilmfe dan endolimfe dan merobah potensi endokoklea
secara efektif (Marthur, 2012).
4
2.1.6 Pemeriksaan penunjang
Menurut Guideline on ISSHL terdapat beberapa prosedur pemeriksaan penunjang
antara lain :
1. Emisi Otoacoustic (OAE)
2. Auditory evoked brainstem potentials (ABR)
3. Tes audiometric bicara
4. Pengukuran reflex stapedius
5. Pemeriksaan fungsional tulang belakang leher
6. Tes laboratorium : Glukosa darah, CRP, prokalsitonin, kreatinin
7. Tes seroologi
8. MRI : pengecualaian tumor sudut serebellopontin (perlindungan pendengaran
disarankan)
9. CT Scan : tengkorak, tulang remporal, tulang belakang leher
10. Elektrokochleografi : kerusakan koklea, tidak termasuk hidrop
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Tiarah baring yang sempurna (total bed rest) istirahat baik fisik dan mental
selama 2 minggu untuk menghilangkan atau mengurangi stress yang besar
pengaruhnya pada keadaan kegagalan neovaskular.
2. Vasodilatasia yang cukup kuat misalnya dengan pemberian complamin injeksi
disertai dengan pemberian tablet vasodilator oral tiap hari.
3. Prednison (kortikosteroid) 4x10 mg (2 tablet), tapering off tiap 3 hari
4. Vitamin C 500 mg 1x1 tablet/hari
5. Neurobion (neurotonik) 3x1 tablet/hari
6. Diet rendah garam dan rendah kolestrol
7. Obat anti virus sesuai dengan virus penyebab (Bashiruddin J, 2007).
8. Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi ini memberikan oksigen 100% dengan tekanan lebih dari 1 ATA
(atmosphiere absolute). Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan oksigenasi
koklea dan parilimfe, sehingga diharapkan dapat menghantarkn oksigen dengan
tekanan parsial yang lebih tinggi ke jaringan, terutama koklea yang sangat peka
terhadap keadaan iskemik. Terapi oksigen hiperbarik diperkirakan memiliki efek
yang kompleks pada imunitas tubuh, transport oksigen dan hemodinamik,
peningkatan respons normal pejamu terhadap infeksi dan iskemia, serta
mengurangi hipoksia dan edema. Menurut guideline AAO-HNS, terapi oksigen
5
hiperbarik sebaikna dilakukan dalam 2 minggu hingga 3 bulan dari saat diagnosis
tuli mendadak. Pasien usia muda memberikan respons yang lebih baik
dibandingkan pasien yang lebih tua (usia bervariasi antara 50-60 tahun). Terapi
ini memilliki efek samping berupa kerusakan pada telinga, sinus dan paru-paru
akibat perubahan tekanan, miopi yang membruk sementara, klaustrofobia dan
keracunan oksigen (Mansjoer, 2001).
2.2.1 Definisi
Pengobatan oksigenasi hiperbarik sudah sejak abad ke-16 digunakan sebagai salah
satu metode untuk menyembuhkan penyakit dan pengobatan. Tepatnya, di Inggris
tahun 1662 oleh Henshaw, Ruang Udara Bertekanan Tinggi (Hyperbaric Chamber )
digunakan untuk mengobati beberapa penyakit kulit dan rickets. Terapi oksigen
hiperbarik didefinisikan oleh Undersea and Hyperbaric Medical Society (UHMS)
sebagai pengobatan dimana pasien bernafas dengan oksigen 100% dalam suatu
ruangan yang bertekanan yang lebih besar dari 1 ATA (Gill A.L, 2004).
2.2.2 Indikasi
Indikasi darurat adalah penyakit di mana terapi oksigen hiperbarik harus diberikan
sesegera mungkin. Berikut ini adalah indikasi darurat (Yan, 2015):
1. Karbon monoksida keracunan akut dan keracunan gas berbahaya lainnya;
2. Gangren gas, tetanus dan infeksi bakteri anaerob lainnya;
3. Penyakit dekompresi;
4. Sindrom emboli udara;
5. Setelah resusitasi cardiopulmonary (CPR) karena berbagai risiko disfungsi otak
akut;
6. Bantuan dalam pengobatan syok;
6
7. Edema otak;
8. Edema paru (kecuali edema paru jantung);
9. Crush injure ;
10. Suplai darah setelah transplantasi kulit;
11. Keracunan obat dan kimia;
12. Acute ischemia anoxic encephalopathy
2.2.3 Kontraindikasi
CMA (Chinese Medical Association) menerbitkan kontraindikasi dari
pengobatan oksigen hiperbarik pada tahun 2004, yang meliputi 4 kontraindikasi
absolut dan 10 kontraindikasi relatif. Kontraindikasi absolut adalah mereka di mana
penggunaan terapi oksigen hiperbarik dilarang jika pasien disertai dengan berikut:
1. Pneumotoraks yang tidak diobati, pneumomediastinum diobati;
2. Pulmonarry bulla ;
3. Perdarahan aktif dan penyakit hemoragik; atau
4. Pembentukan rongga TB dan hemoptisis.
8
5. Semua tingkatan atrioventrikula
6. Tekanan darah tinggi (> 160/100 mmHg);
7. Bradikardia (<50 kali / menit);
8. Tumor ganas yang tidak diobati;
9. Ablasi retina;
10. Tahap awal kehamilan (3 bulan).
Pada tahun 2013, kontraindikasi baru untuk terapi oksigen hiperbarik dirilis
oleh CMA (Chinese Medical Association ). Kontraindikasi baru termasuk
kontraindikasi mutlak dan kontraindikasi relatif. Satu-satunya kontraindikasi mutlak
yaitu ketegangan pneumotoraks tanpa pengobatan. Kontraindikasi relatif sebagai
berikut:
2.2.4 Komplikasi
Meskipun terapi oksigen hiperbarik memiliki aplikasi luas, komplikasi dalam
penggunaan dapat terjadi. Dalam terapi oksigen hiperbarik, terdapat sinus hidung
yang menyebabkan lesi barotraumatik. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan
untuk menganalisa efek samping dari terapi oksigen hiperbarik, dilaporkan adanya
toksisitas oksigen dan gangguan mata. Pada pasien yang dirawat secara rutin dengan
terapi oksigen hiperbarik, dimana oksigen diberikan melalui masker wajah yang
memiliki risiko toksisitas oksigen tiga kali lipat lebih besar dari biasanya. Tapi hasil
komplikasi yang diamati berupa sementara (Devaraj, 2014).
9
2.3 Efek Terapi Oksigen Hiperbarik Pada Sudden Deafness)
Penelitian neurofisiologi terhadap koklea dari binatang percobaan dan observasi
pada manusia membuktikan bahwa kejadian degeneratif secara garis besar bisa
digambarkan karena adanya iskemia jaringan oleh sistem arteri yang mendarahi labirin
yang tidak berkomprensasi secara efektif. Dengan pemakaian terapi oksigen hiperbarik,
koklea mendapat terapi yang tepat karena oksigen dapat mencapai bagian dari labirin,
tidak hanya melalui difusi plasma tetapi juga masuk ke bagian basal koklea dengan cara
difusi gas melalui membran semipermiabel foramen rotundum (Sutarno, 2000).
Arteri mengalami difusi dari kapiler ke dalam cairan telinga dalam dan
meningkatkan saturasi parsial oksigen yang mempengaruhi tekanan oksigen telinga
dalam. Selama terapi oksigen hiperbarik, tekanan parsial oksigen yang tinggi
menghidupkan kembali daerah yang mengalami hipoksia pada koklea. Keuntungan HBO
pada tuli mendadak adalah peningkatan distribusi oksigen yang terlarut dalam sirkulasi
darah. Peningkatan oksigen pada perilimfa dan endolimfa membantu pemulihan fungsi
telinga dalam. Terapi hiperbarik juga meningkatkan suplai darah dan berkontribusi pada
peningkatan mikrosirkulasi (Topuz, 2004).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Alimoglu Y et. al, yaitu membandingkan
efikasi terapi oksigen hiperbarik, steroid oral, terapi steroid intratimpani. Pasien dibagi
menjadi empat kelompok sesuai dengan terapi yang diterima yaitu berupa, steroid oral,
steroid oral dengan terapi oksigen hiperbarik, steroid intratimpani dan oksigen hiperbarik.
217 pasien dan 219 telinga diperiksa. Persentase tertinggi dari pasien yang merespon
terapi adalah yang tertinggi di steroid oral dengan terapi oksigen hiperbarik sebesar
86,88% (53/61) dan kelompok steroid oral 63,79% (37/58), kelompok steroid
intratimpani dengan 46,51% (20/43) dan kelompok terapi oksigen hiperbarik dengan
43,85% (25/57). maka pengobatan tuli mendadak steroid oral dengan terapi oksigen
hiperbarik memiliki tingkat pemulihan yang lebih tinggi dari pada pengobtan steroid oral,
steroid intratimpani dan terapi oksigen hiperbarik saja (Alimoglu et. al , 2011).
10
2.4 Penelitian Liu SC et. al , menunjukannya bahawa kombinasi pengobatan terapi oksigen hiperbarik dengan steroid dan
dekstran memiliki tingkat pemulihan yang siginifikan terhadap pasien tuli mendadak sebesar 24,5 ± 2,7 dB dibandingkan
dengan steroid (12,9 ± 3,7 dB) atau steroid-dekstran (15,6 ± 2,7 dB) (Liu SC et. al , 2011). WOC
Kerusakan Perdarahan
struktur teliga vaskuler akut
dalam
Perubahan
viskositas darah
Kerusakan sel
rambut telinga
Kerusakan
struktur telinga
dalam
Sudden
Deafness
MK : Defisit
Nutrisi Vertigo
MK : Defisit
Mual dan 11
Nutrisi
muntah
Terapi HBO
MK : Risiko barotrauma
12
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Terapi Oksigen Hiperbarik
2.5.1 Pengkajian
1. Identitas klien:
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, no. RM, dx medis, pendidikan
terakhir, dan biaya
2. Keluhan utama
Klien dengan sudden deafness termasuk dalam keluhan
3. Riwayat penyakit sekarang
Berisi tentang kapan gejala sudden deafness muncul, penyebabnya apa dan upaya
yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji beberapa penyakit yang pernah dialami yang mungkin menjadi
kontraindikasi terapi HBO. Seperti pneumotorax untreated, infeksi respirasi atas,
kejang-kejang, empisema dengan retensi CO2, lesi pulmonary asimptomatik pada
foto dada, riwayat bedah thorax atau bedah telinga, demam tinggi yang tidak
terkontrol, penyakit keganasan, dan kehamilan.
5. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum (TTV dan keadaan umum)
2) ROS (Review of System)
a. Neurologis
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Pencernaan
e. Perkemihan
f. Muskuloskeletal
6. Pengkajian pra HBO
1) Observasi TTV
2) Ambang demam
3) Evaluasi tanda-tanda pilek atau flu (batuk, demam, sakit tenggorokan,
pilek, mual, diare, malaise).
4) Auskultasi paru-paru
5) Lakukan uji gula darah pada pasien dengan IDDM.
6) Observasi cedera orthopedic umum dalam luka trauma.
7) Tes pada pasien keracunan CO/ Oksigen.
13
8) Uji ketajaman penglihatan.
9) Mengkaji tingkat nyeri
10) Penilaian status nutrisi terutama pada pasien dengan DM dengan
pengobatan atau insulin
2. Resiko barotrauma ke telinga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli
serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
3. Resiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan atmosfir
meningkat.
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
17
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal Pendaftaran: 8 Mei 2017 Jam Pendaftaran : 10.00 wib
Tanggal Pengkajian : 16 Mei 2017 No. RM : xx.xx.xx
Jam Pengkajian : 09.30 wib Diagnosa Masuk : Sudden Deafness
Terapi HBO Ke : 8 (delapan)
A. IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. A
2. Umur : 31 tahun
3. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
4. Pendidikan : S1
5. Pekerjaan : Karyawan Swasta
6. Alamat : Gresik
7. Biaya : Umum
8.
B. KELUHAN UTAMA
18
Absolut
Pneumothoraks : Sudah Diterapi/ Belum Diterapi
Keterangan:........................................................................................................................
Relatif
ISPA Keterangan:tidak ada
Sinusitis Kronis Keterangan:tidak ada
Kejang Keterangan:tidak ada
Emphisema + Retensi O2 Keterangan:tidak ada
Panas Tinggi Keterangan:tidak ada
Pneumothorak Spontan Keterangan:tidak ada
Operasi Dada Keterangan:tidak ada
Operasi Telinga Keterangan:tidak ada
Kerusakan Paru Asimptomatik
Keterangan:tidak ada
Infeksi Virus Keterangan:tidak ada
Spherositosis Kongenital Keterangan:tidak ada
Neuritis Optik Keterangan:tidak ada
E. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis Apatis Somnolen Sopor Koma
2. Tanda-Tanda Vital
S:36,5 0 C , N : 68x/menit T : 140/80 RR : 20x/menit
3. Keadaan Fisik
Kepala : Tidak ada lesi benjolan maupun jejas
Mata : Pupil isokhor, tidak ada gangguan penglihatan, konjungtiva an anemis.
Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran dan tidak ada nyeri telinga
Hidung : Tidak ada polip maupun sumbatan pada hidung
Tenggorokan :Tidak ada nyeri telan dan radang tenggorokan
4. Sistem Neurologis
GCS : Mata 4, Verbal 5 Psikomotor 6
Keluhan Pusing: Ya Tidak
P :............................................................................................................................................
Q :............................................................................................................................................
R :............................................................................................................................................
S :............................................................................................................................................
T :............................................................................................................................................
Lain-Lain :
5. Sistem Pernapasan
Keluhan : Sesak Nyeri Waktu Nafas Orthopnea
Batuk : Produktif Tidak Produktif
Sekret :............................. Konsistensi :.............................
Warna :............................. Bau :.............................
Irama Nafas : Teratur Tidak Teratur
19
Alat Bantu Nafas : Ya Tidak
Keterangan :
Penggunaan WSD : Ya Tidak
Keterangan :
Tracheostmi : Ya Tidak Keterangan :.............................................
Lain-Lain :
Tidak ada keluhan pada sistem pernafasan
6. Sistem Kardiovaskuler
Irama jantung : Reguler Ireguler
CRT :< 2 detik
Akral : Hangat Kering Merah Basah
Pucat Panas Dingin
Nyeri Dada : Ya Tidak Keterangan :.............................................
Lain-Lain :
Tidak ada keluhan kardiovaskuler
7. Sistem Pencernaan
Mulut : Bersih Kotor Berbau
Membran Mukosa : Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan : Sakit Menelan Sulit Menelan Pembesaran Tonsil
Peristaltik : 8 x/menit
BAB : dua hari sekali Terakhir Tanggal : 14 Mei 2017
Konsistensi : Keras Lunak Cair Lendir/Darah
Diit : Padat Lunak Cair
Nafsu Makan : Baik Menurun Frekuensi : 3 X/Hari
Porsi Makan : Habis Tidak Keterangan :.............................
Lain-Lain :
Tidak ada keluhan pada sistem pencernaan
8. Sistem Perkemihan
Keluhan Kencing : Ada Tidak Keterangan :.......................................
Kemampuan berkemih : Spontan Alat bantu
Sebutkan :
Produksi Urine :1000 ml/hari Warna : kuning jernih Bau : normal
Lain-Lain :
Tidak ada keluhan pada sistem perkemihan
9. Sistem Muskuloskletal
Pergerakan sendi : Bebas ekstremitas kanan Terbatas ekstremitas kiri
Kekuatan Otot : 5 1
5 1
20
Kelainan Ekstremitas : Ya Tidak Keterangan :.......................................
Penggunaan Spalk/Gips : Ya Tidak
Keterangan :
Lain-Lain :
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
10.Sistem Integumen
Pitting Edema : Ada Tidak Grade :
Luka Ganggren : Ada Tidak
Jenis : ......................... Lama :............................................
Warna :........................ Luas :............................................
Kedalaman :........................ Infeksi :............................................
Lain-Lain :
Turgor kulit baik,warna kulit sawo matang, tidak ada keluhan gatal gatal pada kulit.
21
3.4 ANALISIS DATA
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS : Klien mengatakan akan Terapi HBO Resiko Cidera
terapi Hbo ke-8, tangan dan
kaki kiri tidak dapat Ruang gerak sempit pada chamber
digerakkan.
DO : Pasien transfer in/out dari ruang
- Skala kekuatan otot (chamber)
51
51 Risiko Cidera
- Klien dibantu
perawatmasuk chamber
dengan menggunakan
kursi roda
- Pintu masuk padachamber
kecil dan juga bagian
dalamchamber memiliki
ruang gerak yang terbatas
- TD : 140/80 mmHg
N: 68 x/menit
22
DS : - Terapi HBO
DO :
- Klien bisa memperagakan Peningkatan tekanan diatas 1 ATA
meniup sambil menutup
hidung dan mulut Perubahan tekanan udara di dalam Resiko barotrauma
- Klien dapat mengunyah RUBT ke telinga, sinus,
permen saat pemeriksaan gigi, dan paru-paru,
- Klien dapat minum air Risiko barotrauma ke telingga, sinus, atau gas emboli
gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral
serebral
DS : Klien mengatakan Terapi HBO
bahwa dirinya menghirup
oksigen 100% dalam waktu Peningkatan tekanan diatas 1 ATA
90 menit setiap kunjungan Risiko keracunan
D DO : oksigen
- Terapi HBO menghirup Pemberian oksigen 100%
O2 100% 3x30 menit
-Saat ini merupakan terapi Risiko keracunan oksigen
HBO Ke-2
1. Risiko cidera yang b/d pasien transfer in/out dari ruang (chamber), ledakan
peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis
2. Risiko barotrauma ke telinga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral
b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbariko.
3. Risiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan atmosfir
meningkat.
23
24
3.6 RENCANA INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO INTERVENSI
(Tujuan. Kriteria Hasil)
1 Risiko cidera yang b/d pasien Pre HBO
transfer in/out dari ruang chamber, 1. Bina Hubungan Saling Percaya antara petugas
ledakan peralatan, kebakaran, dan Pasien
dan/atau peralatan dukungan medis 2. Periksa Vital Sign pasien, dan kondisi klinis.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan 3. Bantu pasien masuk ke ruangChamberdengan
tepat dan hati – hati.
keperawatan dengan terapi HBO
4. Ikuti prosedur pencegahan kebakaran sesuai
selama 2 jam, diharapkan tidak
kebijakan yang ditentukan dan prosedur
terjadi cidera
pelaksanaan terapi HBO.
Kriteria Hasil: Intra HBO
1) Pasien keluar chamber 5. Amankan peralatan di dalam ruang sesuai
dengan kondisi aman dengan kebijakan dan prosedur pelaksanaan
2) Tidak terjadi kebakaran terapi HBO.
Tidak ditemukan cidera pada tubuh 6. Observasi kondisi pasien selama pemberian
pasien terapi HBO di dalam Chamber
7. Bantu pasien memenuhi kebutuhan selama di
dalam chamberdan posisikan pasien dengan
nyaman di kursi.
8. Dokumentasikan bahwa semua sisi ruangan
chamber terbebas dari udara terutama saat
chamber diberikan tekanan dan setelah
diberikan tekanan.
Post HBO
9. Bantu pasien keluar ruangan/ chamber
10. Periksa kondisi pasien dan pastikan tidak
ada cedera pada pasien.
Risiko barotrauma ke telinga,
2 sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas Pre HBO
emboli serebral b.d. kurang 1. Periksa Vital sign dan Kondisi Klonis Pasien
pengetahuan tentang teknik 2. Sebelum perawatan instruksikan pada pasien
valsava dan perubahan tekanan tentang teknik pengosongantelinga,dengan cara
udara didalam ruangan oksigen menelan, mengunyah, menguap modifikasi
hiperbarik manuver valsava.
Tujuan: Setelah dilakukan Intra HBO
asuhan keperawatan dengan 3. Kaji kemampuan pasien melakukanteknik
terapi HBO selama 2 jam, pengosongan telinga saat tekanan dilakukan
diharapkan tidak terjadi dengan valsava.
barotrauma telinga, sinus gigi, 4. Lakukan tindakan keperawatan :
dan paru-paru, atau gas emboli a.Ingatkan pasien untuk bernapas dengan
serebral dengan normal selama perubahan tekanan,
25
b.Beritahukan operator ruang multiplace jika
Kriteria Hasil: pasien tidak dapat menyesuaikan persamaan
1) Pasien tidak mengeluh nyeri tekanan.
pada telinga, sinus gigi dan 5. Monitor secara berkelanjutan untuk
paru-paru mengetahui tanda-tanda dan gejala barotrauma
2) Tidak ditemukan tanda-tanda termasuk:
barotrauma berupa: a.Ketidakmampuan untuk menyamakan
a. Ketidakmampuan untuk telinga, atau sakit di telinga dan / atau sinus
menyamakan telinga, nyeri (terutama setelah pengobatan awal, dan
telinga, dan telinga berdarah setelah perawatan berikutnya)
b. Kecepatan dan kedalaman b.Peningkatan kecepatan dan / atau kedalaman
napas meningkat pernafasan
c. Nyeri dada yang tajam, c. Tanda dan gejala dari pneumotoraks,
napas cepat dan termasuk:
abnormalitas gerak dada. 1) Tiba-tiba nyeri dada tajam
2) Kesulitan, bernafas cepat
3) Gerakan dada abnormal pada sisi yang
terkena, dan
4) Takikardi dan / atau kecemasan
Post HBO
Risiko keracunan oksigen b.d. 6. Kaji kondisi pasien dan pastikan tidak ada
pemberian oksigen 100% selama tanda – tanda Barotrauma.
tekanan atmosfir meningkat. 7. Dokumentasikan kegiatan
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan
keperawatan dengan terapi HBO Pre HBO
3 selama 2 jam, diharapkan tidak 1.Catat hasil pengkajian pasien dari dokter
terjadi keracunan oksigen hiperbarik :
Kriteria Hasil: a. Peningkatan Suhu tubuh
1. Pasien tidak mengeluh pusing b. Riwayat kejang oksigen
2. Tidak ditemukan tanda-tanda c. Status perfusi Jaringan Perifer
keracunan oksigen berupa: d. Faktor risiko tinggi lainnya
e. Mati rasa dan berkedut Intra HBO
f. Vertigo 2.Monitor kondisi pasien saat terapi berlangsung
g. Penglihatan kabur dan dokumentasikan tanda dan gejala dari
h. Mual keracunan oksigen pada sistem saraf pusat :
a. mati rasa dan berkedut
b. Telinga berdenging atau halusinasi
pendengaran l
c. Vertigo
d. penglihatan kabur
e. gelisah dan mudah tersinggung
f. mual
(Catatan: Toksisitas oksigen pada SSP dapat
mengakibatkan kejang)
26
3.Ubah sumber oksigen 100% untuk pasien jika
tanda-tanda dan gejala muncul, dan beritahukan
kepada dokter hiperbarik.
4.Monitor pasien selama terapi oksigen
hiperbarik dandokumentasikan tandadan gejala
keracunan oksigen paru, termasuk:
a. Nyeri dan rasa terbakar di dada
b. sesak di dada
c. batuk kering (terhenti-henti)
d. kesulitan menghirup napas penuh, dan
e. Dispneu saat bergerak
Post HBO
5.Kaji kondisi klinis pasien dan pastikan tidak
ada tanda–tanda keracunan oksigen.
6.Beritahukan dokter hiperbarik jika tanda-tanda
dan gejala keracunan oksigen paru muncul.
27
3.7 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Ta
nggal/ No.
Jam Implementasi
Terapi DX
Ke
Selasa/ 11.30 Pre HBO
10 1 1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien
Maret 1,2,3 2. Melakukan pengkajian pada pasien
2020/2 1 3. Melakukan observasi TTV, Tekanan Darah: 110/80 mmHg, Nadi:
88x/menit, Frekuensi Napas: 18x/menit.
2 4. Mengkaji kemampuan klien melakukan teknik valsava dengan
benar
1 5. Mengingatkan kembali pada pasien tentang barang-barang yang
tidak boleh dibawa kedalam chamber
1 6. Membantu klien memasuki ruangchamber dan mengantarkan ke
kursi yang telah disediakan
28
e. Gelisah dan mudah tersinggung dan
1 f. Mual
1,2,3 5. Merapikan dan membersihkan chamber
1,2,3 6. Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada catatan keperawatan hiperbarik
Hari/Ta
nggal/ No.
Jam Implementasi
Terapi DX
Ke
Rabu/ 11.30 Pre HBO
11 1 1. Melakukan pengkajian pada pasien
Maret 1,2,3 2. Melakukan observasi TTV, Tekanan Darah: 110/80 mmHg,
2020/3 1 Nadi: 88x/menit, Frekuensi Napas: 18x/menit.
3. Mengkaji kemampuan klien melakukan teknik valsava
2 dengan benar
4. Mengingatkan kembali pada pasien tentang barang-barang
1 yang tidak boleh dibawa kedalam chamber
5. Membantu klien memasuki ruangchamber dan mengantarkan
1 ke kursi yang telah disediakan
Intra HBO
10.15 1. Mengatur posisi yang nyaman untuk klien
3 2. Mengecek kembali barang-barang yang tak boleh dibawa
1 masuk ke dalam chamber
3. Mengingatkan kembali untuk melaksanakan valsava manuver
2 ketika tekanan chamber dinaikkan
4. Membantu memasangkan oksigen masker pada klien
1 5. Memonitor kondisi pasien saat terapi berlangsung, cek
2,3 adanya tanda-tanda barotrauma dan keracunan oksigen
Post HBO
12.15 1. Membantu pasien keluar chamber
2. Mengevaluasi keluhan pasien setelah melakukan terapi HBO
1 3. Mengevaluasi tanda-tanda barotrauma:
3 c. Tidak ditemukan adanya nyeri telinga, perdarahan
2 pada telinga
2 d. Tidak ditemukan peningkatan kecepatan dan
3 kedalaman napas maupun nyeri ketika bernapas
4. Mengevaluasi gejala dari keracunan oksigen pada sistem
3 saraf pusat :
a. Mati rasa dan berkedut
b. Telinga berdenging
29
c. Vertigo
d. Penglihatan kabur
e. Gelisah dan mudah tersinggung dan
1 f. Mual
1,2,3 5. Merapikan dan membersihkan chamber
1,2,3 6. Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada catatan keperawatan hiperbarik
Risiko cidera yang b/d S: Klien mengatakan tidak mengalami cidera saat masuk, di
pasien transfer in/out dari dalam, dan keluar dari chamber
ruang (chamber), ledakan O: Pasien masuk/ keluar chamber dengan berjalan dan dibantu
peralatan, kebakaran, oleh perawat, serta bergantian dengan pasien lain sehingga
dan/atau peralatan tertib dan tidak terjadi cedera
dukungan medis Kegiatan HBOT berjalan lancar dan sesuai prosedur, tidak
terjadi kebakaran maupun ledakkan.
Risiko barotrauma ke S: Klien mengatakan tidak mengalami nyeri pada telinga dan
telinga, sinus, gigi, dan kepala maupun perdarahan di telinga dan hidung
paru-paru, atau gas O: Klien mampu melakukan valsava manuver dengan
emboli serebral b.d. menutup hidung, tidak ada tanda barotrauma seperti nyeri
kurang pengetahuan telinga, sakit kepala, tuli ringan, bercak darah di hidung
tentang teknik valsava A: Masalah barotrauma tidak terjadi
dan perubahan tekanan P: Lanjutkan terapi HBO ke 3
udara didalam ruangan
oksigen hiperbarik
30
Rabu, 11 Maret 2020 Pukul 15.00 WIB
Risiko cidera yang b/d S: Klien mengatakan tidak mengalami cidera saat masuk, di
pasien transfer in/out dari dalam, dan keluar dari chamber
ruang (chamber), ledakan O: Pasien masuk/ keluar chamber dengan berjalan dan dibantu
peralatan, kebakaran, oleh perawat, serta bergantian dengan pasien lain sehingga
dan/atau peralatan tertib dan tidak terjadi cedera
dukungan medis Kegiatan HBOT berjalan lancar dan sesuai prosedur, tidak
terjadi kebakaran maupun ledakkan.
Risiko barotrauma ke S: Klien mengatakan tidak mengalami nyeri pada telinga dan
telinga, sinus, gigi, dan kepala maupun perdarahan di telinga dan hidung
paru-paru, atau gas O: Klien mampu melakukan valsava manuver dengan
emboli serebral b.d. menutup hidung, tidak ada tanda barotrauma seperti nyeri
kurang pengetahuan telinga, sakit kepala, tuli ringan, bercak darah di hidung
tentang teknik valsava A: Masalah barotrauma tidak terjadi
dan perubahan tekanan P: Lanjutkan terapi HBO ke 3
udara didalam ruangan
oksigen hiperbarik
31
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa terapi HBO memberi pengaruh pada
sistem pendengaran, yang meliputi perbaikan ambang pendengaran. Keadaan tersebut
memberi pengaruh positif pada penderita sudden deafness seperti Tn. A, dimana Tn. A
mengalami sudden deafness, biasanya didefinisikan sebagai tuli mendadak yang bersifat
unilateral. Terapi modalitas dengan pemberian oksigen diberikan kepada pasien melalui
sistem pernapasan di sebuah ruang dengan tekanan di atas tekanan atmosfer. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan peningkatan tekanan oksigen dalam jaringan, dan untuk
mengimbangi kekurangan disuplai oksigen, meskipun dalam terapi HBO akan
mengakibatkan telinga berdenging, vertigo dan mual muntah namun pengiriman oksigen
perifer tetap sama.
4.2 Saran
Intervensi dan evaluasi pada pasien selanjutnya diharapkan dilakukan dengan lebih
komprehensif sehingga mendapatkantindakan keperawatan baru yang lebih banyak dan hal
tersebut dapat memberikan referensi baru untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
hiperbarik.
32
DAFTAR PUSTAKA
Arslan, N., Haldun O., Munir D., Mustafa A. S., Ahmet l., Selda K. K., Erdal (2011).
Combined Intratympanic and systemic use of steroids for idiopatic sudden
sensorineural hearing loss. Otol Neurotol
Bashiruddin, J., Soetirto I. (2007). Buku ajar ilmu kesehatan teling hidung tenggorakan
kepala dan leher. Ed 6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 46.
Devaraj, Divya, D., Srisakthi. (2014). Hyperhbaric Oxygen therapy-can it be the new era in
dentistry?. Departement Of Public Health Dentistry, Saveetha Dental College: India
Gill, A.L., Bell C.N.A. (2004). Hyperbaric Oxygen; its uses, mechanisms of action and
outcomes. QJ MED:97:385-395
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia No. 879. (2006). Rencana Strategi Nasional
untuk Mencapai Sound Hearing 2030. Jakarta : Kemenkes.
Rauch, S.D. (2008). Clinical practice : Idiopathic sudden sensorineural hearing loss. N Engl
J Med;359:833-40
Sutarno, Adi Riono (2000). Kedokteran Hiperbarik. Jakarta : Senter Hiperbarik. Jakarta:
Senter hiperbarik RSAL Dr. Mintohardjo.
Topuz, Ebru. Ozgur Yigit. Ugur Cinar. Huseyin Seven. (2004) Should hyeperbaric oxygen be
added to treatment in idiopathic sudden sensorineural hearing loss?. Eur Arch
Otorhinolaryngol 261:393-396 DOI 10.1007/s00405-003-0688-6
Yan, Ling. Ting Liang. Oumei Cheng. (2015) Hyperbaric Oxygen Therapy in China. Medical
Gas Research : China. DOI 10.1186/s131618-015-0024-4
33