Disusun oleh:
(1) Fitriana Nur Aidah, S.Kep
(2) Pratama Sholdy Izzulhaq, S.Kep
(3) Prasetiya Wahyuni, S.Kep
Taukhid, S.Pd.
Lingga Curnia Dewi, Serka Rum NRP. 69686
S.Kep.,Ns.,M.Kep
199012162018083201
Mengetahui,
Kepala Ruangan
LAKESLA Drs. Med R. Rijadi S, Phys Surabaya
Maedi, S.Kep.
Mayor Laut (K) NRP. 14608/P
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. dengan berkat, rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan
keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa medis stroke yang menjalani terapi
oksigen hiperbarik ke-46 di LAKESLA Drs. Med R. Rijadi S, Phys Surabaya”
dengan baik. Tidak lupa kami ucapka terima kasih kepada:
1. Kolonel Laut (K) dr. Herjunianto, Sp.PD., MMRS. Selaku Kalakesla Drs. Med
R. Rijadi S, Phys Surabaya yang telah memberikan kesempatan serta fasilitas
kepada kami untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik.
2. Prof. Nursalam, M.Nurs (Hons). selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada
kami untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik.
3. Dr. Kusnanto S.Kp., M.Kes. selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
kepada kami untuk menyelesaikan laporan ini.
4. Letkol Laut (K) Maedi S.Kep. selaku Kepala Ruangan di LAKESLA Drs. Med
R. Rijadi S, Phys Surabaya yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam
memberikan arahan dan bimbingan selama penyelesaian lapopran ini.
5. Serka Taukhid, S.Pd. selaku Pembimbing Klinik di LAKESLA Drs. Med R.
Rijadi S, Phys Surabaya yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam
memberikan motivasi, dukungan dan arahan selama penyusunan dan
penyelesaian laporan ini.
6. Dr. Makhfudli, S.Kep. Ns., M.Ked, Trop. selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya
yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program profesi ners.
7. Lingga Curnia Dewi, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Pembimbing Akademik Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberika bimbingan,
masukan dan arahan sehingga laporan ini dapat terelesaikan dengan baik.
iii
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dalam
penyusunan laporan senjutnya menjadi ebih baik. Akhirnya penyusun berharap
semoga laporan ini bermanfaat bagi kami dan yang membaca.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Rumusan Masalah .................................................................................... 3
Tujuan ....................................................................................................... 3
Tujuan umum ................................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan khusus ................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
Pengertian Stroke Iskemik ........................................................................ 4
Etiologi Stroke Iskemik ............................................................................ 4
Patofisiologi Stroke Iskemik .................................................................... 4
Manifestasi Klinik Stroke Iskemik ........................................................... 5
Pemeriksaan Penunjang Stroke Iskemik .................................................. 6
Penatalaksanaan Stroke Iskemik .............................................................. 7
Komplikasi Stroke Iskemik ...................................................................... 8
WOC Stroke Iskemik ............................................................................... 8
Pengertian Terapi Oksigen Hiperbarik ..................................................... 8
Dasar Fisiologis Terapi Oksigen Hiperbarik ............................................ 8
Administrasi Oksigen Hiperbarik ........................................................... 10
Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik ....................................................... 10
Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik ............................................ 11
Komplikasi Terapi Oksigen Hiperbarik ................................................. 11
Rasionalitas Penggunaan Terapi Hiperbarik Pada Stroke Iskemik ........ 12
2.14 Mekanisme Terapi Hiperbarik Pada Stroke Iskemik.............................. 13
BAB 3 LAPORAN KASUS.................................................................................. 16
Konsep Asuhan Keperawatan Terapi Oksigen Hiperbarik .................... 16
Kasus ...................................................................................................... 22
BAB 4 PENUTUP................................................................................................. 38
Kesimpulan ............................................................................................. 38
Saran ....................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39
Lampiran 1 ............................................................................................................ 40
Lampiran 2 ............................................................................................................ 40
v
BAB I
PENDAHULUAN
4
4
adalah jantung setelah infark miokardium atau fibrilasi atrium, dan embolus yang
merusak arteri karotis komunis atau aorta (Corwin, 2009). Beberapa faktor resiko
terjadinya stroke iskemik adalah usia dan jenis kelamin, genetic, ras, mendengkur
dan sleep apnea, inaktivitas fisik, hipertensi, meroko, diabetes mellitus, penyakit
jantung, aterosklerosis, dislipidemia, alkohol dan narkoba, kontrasepsi oral, serta
obesitas (Dewanto. et al, 2009).
Lipase (enzim yang mencerna membran sel) dan radikal bebas yang terbentuk akibat
jenjang sistemik. Sel-sel otak mengalami infark, jaringan otak mengalami odema,
sehingga perfusi jaringan cerebral terganggu. Sawar otak mengalami kerusakan akibat
terpajan terhadap zatzat toksik, kehilangan autoregulasi otak sehingga Cerebral Blood
Flow (CBF) menjadi tidak responsif terhadap perbedaan tekanan dan kebutuhan
metabolik. Kehilangan autoregulasi adalah penyulit stroke yang berbahaya dan dapat
memicu lingkaran setan berupa peningkatan odema otak dan peningkatan tekanan
intrakranial dan semakin luas kerusakan neuron. Odema otak juga akan menekan
struktur-struktur saraf di dalam otak sehingga timbul gejala sesuai dengan lokasi lesi
(Price & Wilson, 2006:1116).
Infark otak timbul karena iskemia otak yang lama dan parah dengan perubahan
fungsi dan struktur otak yang ireversibel. Gangguan aliran darah otak akan timbul
perbedaan daerah jaringan otak : (a) Pada daerah yang mengalami hipoksia akan timbul
edema sel otak dan bila berlangsung lebih lama, kemungkinan besar akan terjadi infark,
(b) Daerah sekitar infark timbul daerah penumbra iskemik dimana sel masih hidup tetapi
tidak berfungsi, (c) Daerah diluar penumbra akan timbul edema local atau daerah
hiperemisis berarti sel masih hidup dan berfungsi (Harsono, 2007:86).
2.4 Klasifikasi Stroke
1. Patologi serangan stroke.
a. Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh
perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena
trauma kapitis, disebabkan oelh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan
kapiler. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu ;
1) Perdarahan Intra Cerebri
Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk
ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan edema otak.
2) Perdarahan Sub Araknoid
b. Stroke Non Hemoragik/Iskemik
Biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari.
Tidak terjadi perdarahan namun terjadii iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder serta kesadaran umumnya baik.
1) Perjalanan penyakit/stadium.
a) TIA
6
Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai dengan
beberapa jam dan gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna
dalam waktu kurang dari 24 jam.
b) Stroke Involusi
Stroke yang masih terjadi terus sehingga gangguan neurologis semakin berat/buruk
dan berlangsung selama 24 jam/beberapa hari.
c) Stroke Komplet
Gangguan neurologis yang timbul sedah menetap, dapat diawali oleh serangan TIA
berulang.
1. Hipoksia serebral
2. Penurunan aliran darah serebral
3. Embolisme serebral
4. Pneumonia aspirasi
5. ISK, Inkontinensia
6. Kontraktur
7. Tromboplebitis
8. Abrasi kornea
9. Dekubitus
10. Encephalitis
11. CHF
12. Disritmia, hidrosepalus, vasospasme
tekanan atmosfer yang meningkat. Terapi ini ditemukan tahun 1600-an. Ruang
HBOT yang pertama kali dibangun dan dioperasikan oleh pendeta Inggris
diberi tekanan dengan udara maupun tanpa diberi tekanan dan akan dijelaskan di
bawah ini. Ide mengobati pasien dalam kondisi peningkatan tekanan di lanjutkan
oleh ahli bedah Perancis Fontaine, yang membangun ruangan operasi bertekanan
dalam plasma. Pasien dapat diberi oksigen sistemik melalui dua ruang dasar: Tipe
A, Multiplace dan tipe B Monoplace. Kedua jenis ruang tersebut dapat dipakai
untuk perawatan luka rutin, penanganan sebagai besar trauma saat menyelam dan
penanganan pasien yang memakai ventilator atau dalam perawatan intensif karena
Ruang udara bertekanan tinggi merupoakan tabung yang terbuat dari plat
baja yang dibuat sedemikian rupoa sehingga mampu diisi udara tekan mulai dari 1
penggunaannya. Jenis RUBT antara lain: Ruang Udara Bertekanan Tinggi ruang
compartement for treatment, Portable high pressure multi man chamber, Portable
Ruang tunggal digunakan untuk penanganan satu pasien dalam satu waktu,
Dipakai untuk pengobatamn, mampu diisi tekanan lebih dari 5 ATA, dapat
(Latham,2016).
Dipakai untuk pengobatan atau transport, mampu diisi tekanan 2-3 ATA,
mengurangi edema jaringan pasca trauma dimana hal ini berperan pada
2016).
infeksi jaringan lunak yang sudah mengalami nekrotik), abses intracranial dan
anemia. Saat ini terapi oksigen hiperbarik mulai digunakan pada penyakit-
penyakit degenerative kronis, rehabilitasi pasca stroke, tuli mendadak dan untuk
yang tidak diobati sedangkan kontraindikasi relative dari HBOT yaitu infeksi
saluran pernafasan atas, enfisema dengan retensi CO2, kista atau bleb udara pada
paru-paru yang asimtomatis dan terlihat pada rontgen toraks, riwayat operasi
toraks atau telinga, demam tinggi yang tidak terkontrol, kehamilan, dan
orbita yang berongga dan adanya gas intraocular baik pada bilik mata depan atau
2.12 Komplikasi
dan klaustrofobia.
sesi terapi dapat dilanjutkan setelah terapi pada dan latihan (Commons,
b. Nyeri Sinus
hebat, terutama pada sinus frontal. Jika penderita memiliki infeksi saluran
nafas atas, maka terapi HBO sebaiknya ditunda, jika darurat maka
12
c. Komplikasi oftalmologi
d. Barotrauma pulmuner
Insiden dari barotraumas pulmoner cukup rendah dan pada seri terapi
keluhan seperti nyeri tusuk mendadak pada dada dan distress nafas
(Jane,2017).
e. Decompression sickness
Komplikasi ini terjadi hanya jika tekanan yang sangat tinggi digunakan
tahun 1978 dimana 20 penderita usia tua mendapatkan terapi HBO pada
dan eksplosif. Lima orang meninggak akibat hal ini. Pada saat ini tidak
2.14 Dosis
Dosis terapi HBO yang digunakan pada Lakesla Drs Med R. Rijadi
dengan O2 murni selama 30 menit, dilanjutkan dengan udara selama 5 menit, lalu
dan terapi HBO selesei. Total waktu yang dibutuhkan untuk terapi ini adalah 128
Stroke iskemik terjadi pada daerah distal dari lokasi oklusi arteri. Inti dari
daerah iskemik mengacu pada daerah yang aliran darahnya terancam sehingga
akan terjadi cedera seluler yang ireversibel dan jaringan yang iskemik tidak
beberapa menit. Diseputaran daerah 'inti' terdapat area yang berkurang aliran
darahnya namun masih mendapat aliran darah dari pembuluh darah kolateral,
daerah tersebut merupakan jaringan yang berisiko terjadi infark tapi masih dapat
bahwa daerah penumbra iskemik ada selama beberapa jam atau lebih setelah
penumbra iskemik dan mulai munculnya inti infark. Diyakini bahwa hiperoksia
volume daerah infark dan defisit neurologis yang ditimbulkannya. Selain itu,
penerapan HBO pada stroke diyakini dapat meningkatkan hasil pemulihan pasca
untuk mencapai jaringan target, mudah dilakukan, ditoleransi dengan baik, dapat
diberikan dalam konsentrasi 100% tanpa efek samping yang signifikan, dan
15
secara teoritis dapat dikombinasikan dengan terapi stroke akut lainnya seperti
sel dan memiliki manfaat efek hemodinamik. Terapi HBO telah banyak diteliti
Baru-baru ini juga telah dilakukan peneltian tentang efek terapi NBO atau
yang lebih baik dibandingkan dengan terapi oksigen lainnya masih perlu
dilakukan penelitian. Namun saat ini telah diketahui bahwa waktu pemberian
terapi sangat menentukan hasil terapi, dan sampai saat ini terapi HBO mungkin
efek klinis yang terlihat pada dewasa muda ketika tekanan besar 1,5-2,5 ATA
yang digunakan. Tekanan yang melebihi 3 ATA untuk periode lama dapat
menyebabkan oxygen convulsion sebagai hasil dari toksisitas oksigen. Efek dari
HBO lebih terlihat pada kondisi otak hipoksia atau iskemik. HBO menurunkan
edema serebri dan memperbaiki fungsi dari neuron yang menjadi inaktif oleh
karena iskemia/hipoksia. Perbaikan dari fungsi otak ini terlihat dari perbaikan
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1) Observasi TTV
2) Ambang demam
3) Evaluasi tanda-tanda flu
4) Auskultasi paru
5) Observasi cedera ortopedik dalam luka trauma
6) Tes pada toksiskasi karbondioksida/oksigen
7) Uji ketajaman penglihatan
8) Mengkaji tingkat nyeri
9) Penilaian status nutrisi
Zat yang benda yang dilarang dibawa masuk saat terapi HBO berjalan:
Oedem otak
9) Risiko barotrauma ke telinga, sinus, gigi dan paru paru atau gas
3. Intervensi Kepetrawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
kriteria Hasil
kemerahan, luka
dekubitus
Kasus Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 17 Oktober 2018
Jam Pengkajian : 06.45 WIB
No. RM : 02xx
Diagnosa Masuk : Post Stroke
Nama Pasien : Tn.S
Usia : 51 Tahun
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNI AL
Alamat : Surabaya
Keluhan Utama
Pasien mengatakan sulit menelan
Riwayat Penyakit Sekarang
Rabu, 17 Oktober 2018 Tn. S datang bersama istrinya untuk menjalani Terapi
Hiperbarik Oksigen pada pukul 07.00 WIB dengan diagnosa Post Stroke sejak 2
Tahun yang lalu dengan mengeluh sulit untuk menelan. Tn. S sudah
mendapatkan 45 sesi terapi HBO kemudian pada hari Rabu 18 Oktober 2018
merupakan terapi HBO sesi ke 46. Setelah mendapatkan terapi yang ke 10 kali
klien mengatakan bahwa tenggorokannya sudah bisa untu menelan sedikit demi
sedikit. Saat ini klien sudah bisa menggerakkan tangan dan kakinya seperti
sebelum sakit dan klien melanjutkan terapi HBO yang ke 46.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Pernah dirawat : ya tidak kapan : 2
Tahun yang lalu
diagnosa: DM
Kapan :
Jenis operasi :
5. Lain-lain :-
tidak ya
`Jenis : -
2. Sistem Pernafasan
a. RR : 20 x/menit
b. Keluhan : sesak nyeri waktu nafas orthopnea Batuk :
produktif tidak produktif
Sekret : - Konsistensi : -
Warna : - Bau : -
c. Penggunaan otot bantu nafas :
d. PCH ya tidak
e. Irama nafas teratur t tidak teratur
f. Friction rub : -
g. Pola nafas Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
23
- Undulasi :-
- Tekanan :-
k. Tracheostomy ya tidak
l. Lain-lain : pergerakan dada simetris, dan suara perkusi sonor
3. Sistem Kardiovaskuler
a. TD : 125/60 mmHg
b. N : 94 x/menit
c. Keluhan nyeri dada : ya tidak
d. Irama jantung : regular ireguler
e. Suara jantung : normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain
f. Ictus cordis : -
g. CRT : <2 detik
h. Akral : hangat kering merah basah pucat panas dingin
i. Sirkulasi perifer normal
Masalah Keperawatan :
j. JVP : - Tidak ditemukan masalah
k. CVP : - keperawatan
l. CTR : -
m. ECG & Interpretasi: -
4. Sistem Persyarafan
a. S: 36, 7 oC
b. GCS : E 4 V 5 M 6
c. Refleks fisiologis : patella triceps biceps
24
d. Refleks
patologis :
babinsky
brudzinsky
kering
e. Keluhan ya
pusing :
f. Pemeriksaan saraf kranial : tidak dikaji
g. Pupil anisokor isokor Diameter :3mm/3mm
h. Sclera anikterus ikterus
i. Konjungtiva ananemis anemis
j. Istirahat/Tidur : 6-7 Jam/Hari Gangguan tidur : -
k. IVD : -
Masalah Keperawatan :
l. EVD : -
Tidak ditemukan MK
m. ICP : -
n. Lain-lain : -
5. Sistem Perkemihan
a. Kebersihan genitalia : tidak dikaji
b. Sekret : tidak dikaji
c. Kebersihan meatus uretra :tidak dikaji
d. Keluhan kencing : ada tidak Bila ada,jelaskan :
e. Kemampuan berkemih
Spontan Alat bantu Jenis :-
Ukuran:- Hari ke:-
f. Produksi urine : cc/hari
Warna : kuning Bau : khas urin
g. Kandung kemih : Membesar ya tidak
h. Nyeri tekan : ya tidak
i. Intake cairan oral : liter /hari Masalah Keperawatan :
j. Lain-lain : - Tidak ditemukan MK
6. Sistem Pencernaan
a. TB : 170 cm BB : 65 kg
b. IMT : 25,2 Interpretasi : Normal (18,5-25,5)
c. Mulut : bersih kotor berbau
d. Membran mukosa : lembab kering stomatitis
25
e. Tenggorokan :tidak ada masalah pada tenggorokan, tidak ada nyeri telan sakit
menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
f. Abdomen : tegang kembung ascites Supel
g. Nyeri tekan : ya tidak
h. Luka operasi : ada tidak Tanggal operasi : -
Jenis operasi :-
Lokasi :-
Keadaan :-
Drain ada tidak
- Jumlah :-
- Warna :-
- Kondisi area sekitar insersi :-
i. Peristaltik : 8 x/menit
j. BAB : 1 x/ hari
k. Konsistensi : keras lunak cair lender/darah
l. Diet : padat lunak cair
m. diet khusus : rendah gula
Masalah Keperawatan :
n. Nafsu makan : baik menurun Tidak ditemukan MK
o. Porsi makan : habis tidak
p. lain : klien makan sesuai dengan Jenis, Jumlah dan Jadwal (3x dalam 1 hari)
7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior : normal
26
b. Warna : -
c. Pitting edema : +/- grade :
d. Ekskoriasis : ya tidak
e. Psoriasis : ya tidak Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan MK
f. Pruritus : ya tidak
g. Urtikaria : ya tidak
h. Lain-lain : -
Pengkajian Psikososial
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya : klien mengatakan jika sakit yang klien
alami saat ini merupakan cobaan dari Tuhan.
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya : menerima dan siap untuk apapun
kondisi yang terjadi
murung/diam gelisah tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi : kooperatif tidak kooperatif curiga
d. Gangguan konsep diri : tidak ada gangguan konsep diri
e. Lain-lain :
Masalah Keperawatan :
Pengkajian Spiritual Tidak ditemukan MK
a. Kebiasaan beribadah :
- Sebelum sakit : sering kadang-kadang tidak perna h
- Selama sakit : sering kadang-kadang tidak pernah
Analisa Data
Tanggal Data Etiologi Masalah
17-10-2018 Ds : Stroke
Do :
- Kekuatan otot
Hiperbarik Oksigen
klien :
Terapi
4 5
RUBT dengan ruang
4 5 terbatas
Do :
- Klien mengikuti
THBO selama 128
menit Peningkatan tekanan
udara 2,4 ATA
Pemberian oksigen
100%
Resiko keracunan
oksigen
Ruang udara
Do : bertekanan tinggi
- Klien mengikuti
THBO yang ke 46
valsava manuver
Resiko barotrauma
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko cedera berhubungan dengan transfer pasien in and out chamber, ledakan peralatan, kebakaran,
dan/atau peralatan dukungan medis.
2. Reiko keracunan oksigen berhubungan dengan pemberian oksigen 100%.
3. Reisko barotrauma berhubungan dengan perubahan tekanan udara dalam chamber.
32
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No. Intervensi
(Tujuan, Kriterian Hasil)
Post HBO
b. Vertigo
Intra HBO
c. Penglihatan kabur
1. Monitor kondisi pasien saat
d. Mual terapi berlangsung dan
dokumentasikan tanda dan
gejala dari keracunan oksigen
pada sistem saraf pusat :
halusinasi pendengaran
c. Vertigo
d. penglihatan kabur e.
tersinggung
mengakibatkan kejang)
34
dada
b. sesak di dada
Post HBO
2. Beritahukan dokter
hiperbarik jika tandatanda dan
gejala keracunan oksigen paru
muncul.
2. Lakukan tindakan
keperawatan :
selama perubahan
tekanan,
b. Beritahukan operator
ruang multiplace jika
pasien tidak dapat
menyesuaikan persamaan
tekanan.
3. Monitor secara
berkelanjutan untuk
mengetahui tanda-tanda dan
gejala barotrauma termasuk:
a. Ketidakmampuan untuk
menyamakan telinga, atau
sakit di telinga dan / atau
sinus (terutama setelah
pengobatan awal, dan
setelah perawatan
berikutnya).
kecemasa
Post HBO
2. Dokumentasi kegiatan
Implementasi Keperawatan
Hari, tanggal. No. diagnosa Jam Implementasi
2. Melakukan
pengkajian pada pasien
3. Melakukan
observasi TTV,
Tekanan Darah: 125/60
mmHg, Nadi:
94x/menit, RR:
20x/menit.
4. Mengkaji
kemampuan klien
melakukan teknik
valsava dengan benar
5. Mengingatkan
kembali pada pasien
3 tentang barang-barang
yang tidak boleh
dibawa kedalam
chamber
1 6. Membantu klien
memasuki ruang
chamber dan
mengantarkan ke kursi
yang telah disediakan
Intra HBO
37
1. Mengatur dan
menginstruksikan klien
posisi yang paling
nyaman
2. Mengecek kembali
barang-barang yang tak
boleh dibawa masuk ke
dalam chamber
3. Mengingatkan
kembali untuk
melaksanakan valsava
manuver ketika
tekanan chamber
dinaikkan
1,2,3
4. Membantu
memasangkan oksigen
masker pada klien
5. Memonitor kondisi
pasien saat
terapiberlangsung, cek
adanya tanda-tanda
barotrauma dan
keracunan oksigen
Post HBO
1. Membantu pasien
keluar chamber
2. Mengevaluasi
keluhan pasien setelah
melakukan terapi HBO
3. Mengevaluasi tanda-
tanda barotrauma:
Tidak ditemukan
adanya nyeri telinga,
perdarahan pada
telinga,mimisan
4. Mengevaluasi gejala
3 dari keracunan oksigen
pada sistem saraf pusat
:
38
b. Telinga berdenging
c. Vertigo
d. Penglihatan kabur
f. Mual
5. Menganjurkan untuk
sering berlatih
menggerak gerakkan
sisi yang lemah.
6. Merapikan dan
membersihkan
chamber
7.Mendokumentasikan
tindakan keperawatan
yang telah dilakukan
pada catatan
keperawatan hiperbarik
2
Evaluasi Keperawatan
No Diagnosa Evaluasi
1. Risiko cidera yang b/d pasien transfer in/out S: Klien mengatakan baik
dari ruang (chamber), ledakan peralatan, baik saja dan tidak
kebakaran, dan/atau peralatan dukungan mengalami cedera saat
medis masuk, di dalam, dan
keluar dari chamber
terjadi
P: Lanjutkan terapi
HBO ke 47
O: Klien mampu
melakukan valsava
manuver
O: RR : 19x/menit, klien
tampak tenang, tidak
muncul tanda keracunan.
Seperti:
c. Vertigo
d. Penglihatan kabur
f. Mual
40
A: Masalah keracunan
oksigen tidak terjadi
PENUTUP
Kesimpulan
Stroke adalah serangan otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau
pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan satu masalah kesehatan paling
serius dalam kehidupan modern saat ini. Jumlah penderita stroke terus meningkat
setiap tahunnya, bukan hanya menyerang mereka yang berusia tua, tetapi juga
orang-orang muda pada usia produktif.
Data penelitian mengenai pengobatan stroke hingga kini masih belum
memuaskan walaupun telah banyak yang dicapai, hasil akhir pengobatan kalau tidak
meninggal hampir selalu meninggalkan kecacatan. Agaknya pengobatan awal/dini
seperti pencegahan sangat bermanfaat, akan tetapi harus disertai dengan pengenalan
dan pemahaman stroke pada semua lapisan dan komjunitas dalam masyarakat.
Saran
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Istilah ini sudah sangat lumrah di
kalangan kita. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stroke, maka yang harus
kita ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan teratur.
Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita tidak akan mudah terserang penyakit
38
39
DAFTAR PUSTAKA
Atri, A., Milligan, TA., Maas, MB., dan Safdieh, JE. 2009. Ischemic Stroke:
Patophysiology and Principles of Localization. USA: Turner White.
Bell, C.N.A, Gill. 2004. Hyperbaric Oxygen: Its Uses, Mechanisms of Action and
Outcomes. Oxford Journals, no 397, pp.385-395
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2008. Laporan Riset Kesehatan
Dasar 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia..
pukul 14.00
Kemenkes RI. 2013. Riskesdas 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 1. Retrieved from
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=riskesdas+2013&btnG=
WHO. 2015. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia Report, 2014.
Retrieved from
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Global+Youth+
Tobacco+Survey+%28GYTS%29+Indonesia+Report%2C+2014&btnG=
40
WHO. 2016. World health statistics 2016: Monitoring Health For The SDGs
Sustainable Development Goals. World Health Organization. Retrieved from
https://scholar.google.co.id/scholar?q=world+health+statistics+-
+World+Health+Organization+2016&hl=id&as_sdt=0,5