ILMU BEDAH
KARSINOMA THYROID
Pembimbing :
Dr. Eka Setya Rahardja, Sp.B(K)ONK
Penyusun :
Intan Siti Khoiriyah 201704200267
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Referat ini telah diperiksa, disetujui, dan diterima sebagai salah satu
tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
bedah RSAL Dr. Ramelan Surabaya, Fakultas Kedokteran Universitas Hang
Tuah Surabaya. Dengan judul “KARSINOMA THYROID”.
Mengesahkan,
Dokter Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia - Nya serta memberikan kemudahan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan referat dengan judul “KARSINOMA THYROID” dengan
tepat waktu. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari semua
pihak, kami tidak bisa menyelesaikan referat ini dengan baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
2.11.2 Non Operatif ................................................................................................ 27
2.12 Algoritma Manajemen Nodul Tiroid ............................................................... 29
2.13 Komplikasi Pembedahan ................................................................................. 31
2. 14 Prognosis ......................................................................................................... 31
BAB III .............................................................................................................................. 33
KESIMPULAN ................................................................................................................. 33
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 35
iv
Daftar Tabel
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar tiroid merupakan salah satu organ dari sistem endokrin.
Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di
berbagai jaringan agar optimal, merangsang konsumsi oksigen pada
sebagian besar sel ditubuh, mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat,
dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal. Fungsi tiroid
diatur oleh hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormone = TSH
1
= Tirotropin) dari hipofisis anterior.
2
fungsi nodul tiroid juga dapat dilihat melalui pemeriksaan kadar Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) dan hormon tiroid.2
Diagnosis pasti (gold standard) suatu nodul tiroid ialah
pemeriksaan histopatologi jaringan yang didapatkan melalui tindakan
pembedahan, dan pemrosesan jaringan tersebut membutuhkan waktu 3-
5 hari. Terdapat metode lain yang lebih cepat, yakni pemeriksaan frozen
section (VC) intraoperatif untuk menentukan keganasan pada lesi tiroid
serta menentukan tindakan definitif dan jenis operasi yang dikerjakan. 3
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Tiroid
Kelenjar tiroid adalah kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu, terletak
di leher tepatnya di bawah adam’s apple atau jakun, yaitu antara fasia
koli media dan fasia prevertebralis dengan banyak pembuluh darah.
Kelenjar ini terdiri dari dua lobus yang berada setinggi tulang vertebra
servikal kelima sampai torakalis perama, serta bergabung di tengahnya
melalui bagian kecil kelenjar, yaitu isthmus. Berat kelenjar ini sekitar 20
gram, dipengaruhi oleh berat badan dan masukan iodium. Pada
perempuan, kelenjar tiroid membesar saat menstruasi dan kehamilan. 4
Kelenjar tiroid dilapisi oleh fasia viseralis yang membagi lapisan
tengah dari fasia servikal bagian dalam dan melekat secara halus pada
tulang laryngeal. Ligamentum suspensorium anterior dimulai dari bagian
superior-medial dari kelenjar tiroid yang melekat pada krikoid dan
kartilago tiroid.4
Bagian postero-medial dari kelenjar melekat pada samping
kartilago krikoid, cincin trakea pertama dan kedua oleh ligamentum
suspensorium posterior (ligamentum Berry). Melalui cara ini, nervus
laryngeal rekuren biasanya menuju laring melalui ligamentum Berry atau
antara ligamen utama dengan sisi lateralnya. 4
Topografi kelenjar tiroid adalah sebagai berikut:5
4
• Di sebelah postero-lateral terletak carotid sheath yang membungkus a.
caroticus communis, a.caroticus internus, vena jugularis interna dan
nervus vagus. Carotid sheath terbentuk dari fascia colli media,
berbentuk lembaran pada sisi arteri dan menjadi tipis pada sisi vena
jugularis interna.
5
• Thyroidea ima, Arteri ini kadang-kadang dijumpai merupakan cabang
arcus aorta atau arteri brachiocephalica dan memperdarahi istmus.
6
terletak pada kedua sisi. Fungsi motorik nervus ini adalah mengabduksi
pita suara dari garis tengah. Kerusakannya menyebabkan kelumpuhan pita
suara. Apabila kerusakan terjadi pada kedua sisi, terjadi hilangnya suara
dan obstruksi saluran udara sehingga dibutuhkan tindakan intubasi dan
trakeostomi. 5
7
Folikel-folikel tersebut mengandung koloid, suatu bahan homogen
eosinofilik sebagai penyimpanan ekstrasel untuk hormone tiroid. Koloid
disekresikan dari sel-sel epitel di bawah pengaruh hipofisis anterior TSH.
Konstituen utama pada koloid adalah tiroglobulin (Tg), yang berikatan
dengan hormon-hormon tiroid dalam berbagai stadium sintesis. Kelompok
kedua sel sekretori tiroid adalah sel C atau sel parafollicular , yang
mengandung dan mensekresi hormon kalsitonin. Hormon ini ditemukan
atau mengelompok dalam kelompok-kelompok.6
8
folikel tiroid sebagai tiroglobulin yang dalam kondisi fisiologis tidak
termasuk dalam sirkulasi darah.7
9
2.4 Definisi
Kanker kelenjar tiroid adalah suatu neoplasma pada kelenjar tiroid
yang bersifat ganas. Kanker tiroid sebenarnya merupakan kasus yang
cukup jarang terjadi karena kebanyakan dari masalah di kelenjar tiroid
bersifat jinak. Namun kanker tiroid merupakan kanker dengan jumlah
nomor satu di antara kanker pada sistem metabolik- endokrin. Di samping
itu, prevalensi karsinoma tiroid saat ini meningkat secara linier dengan
bertambahnya usia, pajanan terhadap radiasi dan adanya defisiensi
iodium.8,9
2.5 Epidemiologi
Karsinoma tiroid didapat pada semua usia dengan puncak pada
usia muda (7-20 tahun) dan usia setengah baya (40-60 tahun). Insidens
pada pria sekitar 3 per 100.000 per tahun dan wanita sekitar 8 per 100.000
per tahun. Berdasarkan data/ registrasi patologi di Indonesia menempati
urutan ke “Sembilan”. Menurut kepustakaan dunia, kanker tiroid merupakan
kanker organ endokrin terbanyak dijumpai. Insiden kanker di Indonesia
diperkirakan 180 per 100.000 penduduk. Nodul tiroid ditemukan lebih dari
7 % populasi dan 4-6 % nodul tersebut adalah ganas. Nodul yang teraba
pada kelenjar tiroid sangat sering ditemukan pada pemeriksaan fisik,
terutama pada wanita muda.10
2.6 Etiologi
Seperti penyakit kanker lainnya, belum diketahui penyebab jelas
kanker tiroid. Akan tetapi, terdapat beberapa faktor yang diketahui
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid, baik secara difus maupun
nodular : 3
• Kekurangan intake iodium
• Penyakit autoimun
10
• Penyinaran sinar pengion
2.7 Patofisiologi 4
1. Paparan Radiasi Ionisasi
seperti yang sudah diketahui bahwa paparan radiasi ke kelenjar
tiroid, terutama kelenjar tiroid anak dan remaja dapat meningkatkan
terjadinya kanker tiroid. Kanker tiroid yang paling umum terjadi adalah jenis
papiler, penelitian mengungkapkan bahwa kromosom sel tirois di atur
dalam pola structural tertentu di nucleus dari sel folikel tiroid.
Ketika radiasi di dalam sel menyerang nucleus, menyebabkan
berhentinya penyusunan ulang dalam kromosom yang berakibat pada
perubahan structural dari sel-sel itu sendiri dan pada akhirnya akan menjadi
sel-sel kanker.
2. Genetik
Proses genetic yang menyebabkan neoplasia tiroid mencakup
beberapa hal yang penting di antaranya adalah adanya mutase proto-
onkogen, yang menghasilkan produksi protein dan di ubah dalam
perkembangan yang cepat, dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan
gen, sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak teratur.
Beberapa onkogen diketahui telah dikaitkan dengan tumor tiroid, tetapi
hanya beberapa yang menyebabkan keganasan pada tiroid, contohnya
adalah ras,c-myc, dan c-fos dan PTC/RET proto-onkogen yang telah
mendapat perhatian dalam studi tumorigenesis tiroid.
11
reseptor tirosin kinase yang berikatan pada beberapa growth factor seperti
factor neurotropik glial berasal dari neurturin. RET protein di ekspresikan
oleh jaringan yang berasal dari system saraf embrio dan system ekskresi.
Oleh karena itu, gangguan RET dapat menyebabkan kelainan
perkembangan di organ yang berasal dari system ini, seperti system saraf
enteric (penyakit Hirsphung) dan ginjal.
RET okogen ditemukan hanya dalam jaringan ganas. Ini belum
terdeteksi ke tingkat substansial dalam proses penyakit tiroid nonmalignant.
Penyusunan dari RET onkogen telah dibuktikan dalam perkembangan
PTC. Hal ini juga memungkinkan bahwa pasien dengan onkogen memiliki
kecenderungan untuk metastasis jauh. Selain itu, RET proto onkogen juga
dikaitkan dengan tingginya frekuensi mutase missense pada pasien
dengan multiple endokrin neoplasia tipe 2a.
Terdapat suatu bukti bahwa beberapa jenis kanker tiroid seperti
papiler dan folikular dapat diwariskan secaa familial, namun kanker tiroid
tersebut masih sangat jarang dibandingkan dengan kanker tiroid jenis
papiler non-inherited yang jumlahnya masih lebih besar.
Kanker tiroid medullary adalah jenis kanker yang berasal dari sel
parafolikuler kelenjar tiroid. Dua puluh persen dari penderita kanker ini
diwariskan dari ibu atau ayah mereka. Sudah didapatkan bahwa ada bagian
khusus dari kromosom kesepuluh yaitu RET proto-onkogen yang
melakukan mutase dan menyebabkan kanker tiroid. Baik laki-laki dan
perempuan dapat mewarisi mutasi ini salah satu orangtuanya. Hamper
semua orang yang mengalami mutase gen ini dapat diperkirakan bisa
terkena kanker ini. Hal ini di kenal sebagai ganguan autosomal dominan.
Familial dengan kanker tiroid medullary memiliki salah satu dari tiga
pola yang berbeda dari penyakit yang diwariskan. Tipe pertama, multiple
endokrin neoplasma tipe 2a (MEN2A), adalah kanker tiroid medullary yang
yang diwariskan Bersama dengan tumor kelenjar adrenal yang menjadikan
adrenalin (pheochromocytoma) dan tumor kelenjar paratiroid yang
12
menghasilkan kadar kalsium tinggi (hiperparatiroidisme). Tipe kedua,
multiple endokrin neoplasma (MEN2b) adalah kanker tiroid medullary yang
diwariskan Bersama dengan pheochromocytoma dan bagian tubuh yang
tidak normal, seperti jari memanjang dan adanya tonjolan di lidah, tipe
ketiga mewarisi kanker tiroid medullary tanpa adanya masalah lain.
3. Gen supresor tumor dan nuclear proto – onkogen
Gen supresor tumor p53 adalah salah satu perubahan genetic yang
paling umum terlihat pada kanker manusia. Mungkin ssensitif terhadap
paparan radiasi. Peningkatan aktivitas p53 tampak berkaitan dengan
kanker tiroid jenis papiler dan folikel dan lebih agresif.
PTEN adalah fosfatase protein tyrosine yang menghambat aktivitas
kinase phosphatidylinositol-3. Hal ini dihubungkan dengan sindrom
Cowden, yang dikaitkan dengan keganasan tiroid. Namun, PTEN telah
diperlihatkan pada sebagian besar di nodul tiroid yang jinak dan jauh lebih
sedikit pada jaringan yang ganas, sehingga disimpulkan ini bukan sebagai
peranan penting dari keganasan tiroid.
Nuclear proto-onkogen c-myc dan c-fos tampaknya berperan
penting pada kanker tiroid. C-myc mungkin berhubungan dengan
agrisivitas tumor. Hamper semua kanker sel Hurtle didapatkan hasik yang
positif untuk protein N-myc pada pemeriksaan imunohistokimia.
2.8 Klasifikasi
A. Klasifikasi Histopatologi Berdasarkan WHO 13
13
• Fibrosarkoma
• Lain-lain
Tumor Maligna Lainnya
• Sarkoma
• Limfoma Maligna
• Hemangiotelioma Maligna
• Teratoma Maligna
14
N1b : Metastasis pada KGB servical unilateral, bilateral, kontralateral
atau KGB mediastinum
3. M- Metastasis jauh
Mx : Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh
2.8.1 Karsinoma Tiroid Papilare
Karsinoma papiler (PTC) merupakan tipe yang paling banyak
34
ditemukan, sekitar 80% dari seluruh kasus kanker tiroid. Sekitar 70%
tipe ini ditemukan pada perempuan usia reproduktif. Angka 10-years
survival rate sebesar 98%.35 Umumnya tumor ini tumbuh lambat,
biasanya terdapat pada usia kurang dari 40 tahun dan jarang ditemukan
pada anak-anak. Tumor papiler termasuk golongan yang berdiferensiasi
baik, multisentris sebanyak 85% kasus dan didapatkan berbagai varian
yang dapat juga menentukan prognosis.14,15
Karsinoma tiroid merupakan lesi soliter atau multifokal. Beberapa
tumor mungkin berbatas tegas dan kadang tidak berkapsul, yang lain
mungkin menginfiltrasi batas parenkim dengan batas yang tegas. Lesi
dapat mengandung area fibrosis atau kalsifikasi dan sering kistik. Pada
permukaan yang dipotong, dapat terlihat granul dan terkadang
mengandung foci papiler yang dapat dilihat dengan jelas.Diagnosis pasti
karsinoma papiler hanya dapat ditegakkan setelah pemeriksaan
mikroskopis. Penyebaran terutama melalui kelenjar getah bening yang
diawali ke KGB regional, dapat juga bermetastasis jauh ke paru-paru atau
tulang. Biasanya terdapat multisentris atau bilateral, tumor primer atau
rekurens dapat menginfiltrasi trakea atau esofagus hingga menimbulkan
gejala obstruksi.10
Kebanyakan karsinoma papilare mempunyai nodul tiroid
asimtomatik, tetapi manifestasi awal mungkin berupa massa di nodus
limfatikus cervical. Yang menarik, adanya metastasis getah bening saja,
15
tampaknya tidak banyak berpengaruh pada prognosis tumor ini yang
umumnya baik. Karsinoma ini, yang mana biasanya single nodul,
berpindah dengan bebas selama menelan dan tidak dapat dibedakan dari
nodul benign. Serak, disfagi, batuk, atau dispnea mengarahkan pada
penyakit lanjut. Pada sebagian kecil pasien, telah terjadi metastasis
hematogen saat diagnosis ditegakkan, terutama ke paru.10
Kanker tiroid papilare memiliki prognosis yang sangat bagus,
dengan rata-rata masa hidup 10 tahun lebih dari 95 %. Lima persen
sampai duapuluh persen pasien memiliki kekambukan lokal atau regional,
dan 10 % - 15 % memiliki metastasis jauh. Prognosis pasien dengan
kanker tiroid papilare tergantung pada beberapa faktor termasuk usia
(umumnya, prognosis kurang baik selama pasien lebih dari 40 tahun),
adanya perluasan ekstratiroid, dan adanya metastasis jauh. (stage).10
16
pemakaian garam iodium di daerah endemik, insiden keganasan ini
menurun. Perbandingan perempuan dengan laki-laki adalah 2:1. Tumor
ini juga lebih banyak pada usia di atas 40 tahun. Gambarannya lebih
sering unilateral dari pada bilateral.16
Histopatologi memperlihatkan struktur kelenjar. Ditandai oleh
diferensiasi folikuler tanpa perubahan inti seperti pada tipe papiler.
Adanya invasi ke kapsul dan pembuluh darah merupakan pembeda tipe
karsinoma ini dari adenomafolikuler. Dua bentuk karsinoma ini ialah
minimally invasive dan widely invasive carcinoma. Jenis ini kurang
menunjukkan multisentrisitas dan penyebaran ke kelenjar getah bening
regional. Penyebaran terutama melalui sistem vaskular (hematogen),
metastasis jauh ke tulang, alat-alat visseral (hati dan paru-paru) dan kulit.
Lesi metastasis sering berpulsasi karena vaskularisasinya. Kemungkinan
untuk mengalami transformasi menjadi karsinoma tiroid anaplastik dua
kali lebih besar dari tipe karsinoma tiroid papiler. 17
Karsinoma folikular merupakan single nodul yang mungkin
berbatas tegas atau berinfiltrasi luas. Lesi yang berbatas tegas mungkin
sangat sulid dibedakan dengan adenoma folikular menggunakan
pemeriksaan makroskopis. Lesi yang lebih besar dapat menembus kapsul
dan berinfiltrasi dengan baik diluar kapsul tiroid sampai mendekati leher.
Mereka dapat berwarna abu-abu hingga merah muda pada potongan
bagian, dan terkadang, sedikit tembus cahaya ketika lebar, adanya folikel
yang berisi koloid. Proses degeneratif, seperti fibrosis sentral dan foci
kalsifikasi, kadang-kadang ada.10,18
Karsinoma folikular menunjukkan nodul yang lambat membesar
dan tidak nyeri. Sering bermanifeswtasi sebagai nodul soliter yang dingin.
Walaupun pada kasus yang jarang, lesi yang berdiferensiasi lebih baik
dapat hiperfungsi, mengambil iodin radioaktif, dan menunjukkan nodul
hangat. Karsinoma folikular meniliki yang menyerang limfatik; akan tetapi,
nodul limfe regional jarang termasuk, walaupun umumnya invasi vaskular,
17
dengan penyebaran ke tulang, paru, liver, dll. Prognosis sebagian besar
tergantung pada luasnya invasi dan stage yang ditunjukkan. Karsinoma
folikular invasi meluas sering bermetastasis, dan hingga setengahnya
meninggal selama 10 tahun. Hal ini berlawanan dengan karsinoma
folikular inv asif minimal, yang mana memiliki 10 tahun survival rate lebih
besar dari 90 %. Kebanyakan folikular karsinoma di terapi dengan
tiroidektomi total, diikuti terapi iodin radioaktif, alasannya menjadi
metastasis sepertinya untuk pengambilan iodin radioaktif, yang mana
dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menghancurkan lesi. Karena
lesi yang berdiferensiasi lebih baik dapat terangsang oleh TSH, pasien
biasanya diterapi dengan hormon tiroid setelah pembedahan untuk
menekan TSH endogen.18,19
Diagnosis keganasan jenis folikular didasarkan pada ada tidaknya
invasi sel tumor ke kapsul tiroid atau pembuluh darah sedangkan
gambaran morfologi sel tidak ada yang khas. Ada 3 macam invasi sel
yaitu :20
1. Invasi minimal (encapsulated ); invasi hanya pada kapsul.
2. Invasi moderate; ditemukan angioinvasif
3. Invasi luas; invasi pada kapsul dan pembuluh darah
18
2.8.3 Karsinoma Tiroid Medullary
Jenis yang sering terjadi pada usia 50-60 tahun ini ditemukan
pada 5-10% dari seluruh kasus kanker tiroid. Tipe ini jarang ditemui dan
kebanyakan berkelompok dalam keluarga. Tipe ini sering didapatkan
bersama dengan penyakit hormonal lainnya seperti adenoma paratiroid
dan feokromositoma. Karsinoma tiroid meduler ini bersifat herediter
(20%) dan sporadik (80%).4 Tipe herediter biasanya bilateral, namun
untuk sporadik umumnya unilateral. Angka 5-years survival rate sekitar
86%.17,21
Tumor meduler berasal dari sel C (Amine Precursor Up take and
Decarboxylation cell) atau parafolikular yang terletak pada bagian atas
dan tengah lobus tiroid, banyak mengandung amiloid, yang merupakan
sifat khasnya. Karsinoma medular dapat trimbul sebagan nodul soliter
atau lesi multipel yang menyerang kedua lobus tiroid. Pada kasus familial,
sering ditemukan multisentrisitas. Lesi besar sering mengandung daerah
nekrosis dan perdarahan serta dapat meluas menembus kapsul tiroid.
Jaringan tumor berbatas tegas, berwarna abu-abu pucat hingga coklat,
dan infiltratif. Hal tersebut mungkin karena perdarahan dan nekrosis pada
lesi yang lebih besar.16
19
Gambar 8. Histologi Medullary Carcinoma
20
Gambar 9. Histologi Anaplastik Carcinoma
2.9 Diagnosis
2.9.1 Anamnesis 13
➢ Pengaruh usia dan jenis kelamin. Pada umur (<25 tahun dan >50 tahun)
laki-laki secara proposional merupakan factor resiko.
➢ Pernah mendapat paparan radiasi di daerah leher dan kepala pada
masa kanak-kanak atau didaerah yang pernah mengalami ledakan
“bom atom” (Hiroshima, Nagasaki,Chernobyl).
➢ Daerah struma endemis mempunyai insiden sedikit lebih tinggi
terjadinya karsinoma tiroid tipe folikuler dan anaplastic. Daerah tanpa
defisiensi yodium atau daerah pantai mempunyai angka insiden
karsinoma papiler lebih tinggi dibandingkan daerah endemis.
➢ Benjolan pada kelenjar tiroid yang tumbuh lebih cepat pada beberapa
“waktu” terahir (anaplastic atau kista tiroid). Pada umumnya, tumor jinak
atau karsinoma tiroid berdiferensiasi mempunyai pertumbuhan yang
sangat lambat.
➢ Riwayat adanya gangguan mekanis,seperti gangguan menelan,
gangguan bernafas (terutama waktu tidur terlentang), perubahan atau
hilangnya suara, dan mulai adanya rasa nyeri oleh karena infiltrasi pada
syaraf atau kulit.
21
➢ Adanya benjolan pada kelenjar tiroid yang terbukti sebagai karsinoma
medulate.
2.9.2 Pemeriksaan Fisik 13
➢ Adanya benjolan padat pada tiroid, bisa mono-noduler atau multinodular
(lebih sering mono-noduler), benjolan kistik masih belum menyisihkan
karsinoma tiroid tipe papiler.
➢ Adanya pembesaran KGB leher.
➢ Ada tidaknya keluhan dan tanda-tanda metastasis jauh -> benjolan
pada kalvaria, tulang belakang,klavikula,sternum,dan tanda-tanda yang
menunjukan metastasis pada paru, serebral,hati dan lain-lain.
➢ Kadang dijumpai Horner Syndrome terutama pada karsinoma tiroid tipe
anaplastic.
22
➢ Pemeriksaan kadar calcitonin untuk mendiagnosa suatu karsinoma
tiroid tipe modulare. Selain untuk diagnosis pemeriksaan calcitonin juga
digunakan untuk skrining dengan atau “Imaging” terutama
ultrasonografi (USG). Pemeriksaan USG sangat bergantung pada
operator. USG salain dapat membedakan nodul solid, kistik dengan
pertumbuhan papiler. USG sangat berguna untuk evaluasi post-operatif
untuk melihat masih adanya thyroid remnant, adanya nodul yang
tersisa,ataupun pembesaran KGB leher. USG juga dapat membantu
menentukan ada tidaknya hipervaskuler seperti hipotiroidisme.
➢ Pemeriksaan foto polos leher dengan Teknik jaringan lunak, dapat
melihat adanya mikrokalsifikasi, infiltrasi/ pendesakan jaringan sekitar.
Thyro-scan/scintigraphy merupakan pemeriksaan dengan
menggunakan bahan radio-isotop yang memberikan hasil cukup objektif
(operator independent). Pemeriksaan ini terutama untuk melihat apakah
nodul yang ada “fungsional” atau tidak (normal,hot,cold). Untuk
kepentingan diagnosis suatu karsinoma tiroid thyro-scan tidak banyak
membantu. Pada umumnya, karsinoma tiroid berdiferensiasi baik
adalah cold nodule, tetap demikian juga kista tiroid. Pemakaian radio
isotop juga penting untuk melihat apakah metastasis yang didapat
melakukan uptake bahan radio-isotop tersebut. Saat ini, bahan radio
99m
isotop yang banyak digunakan adalah TC
➢ Pemeriksaan imaging lain terutama bertujuan untuk melihat eksten
karsinoma tiroid, infiltrasi, metastasis dan operabilitasnya, seperti foto
thoraks, foto tulang, esofagogram. CT-sca, MRI.
2.9.4 Pemeriksaan dengan FNAB
Merupakan pemeriksaan sitologi. Ketepatan dari biopsy jarum halus
bergantung pada beberapa hal, yaitu : ketepatan memilih nodul yang tepat,
pembuatan slide yang baik dna fiksasi yang tepat, kemampuan dan
pengalaman ahli sitologi untuk menginterpretasi slide yang diperiksa.
Kelemahan dari pemeriksaan sitologi adalah jika nodul yang diperiksa
23
terdiri dari kista (cairan di aspirasi habis, sisa diperiksa) dan untuk
membedakan antara adenoma dan karsinoma tipe folikuler , yang
interpretasi keganasannya tidak tergantung dari morfologi sel/inti sel, tetapi
pada infiltrasi kapsel dan invasi kedalam vaskuler yang hanya dilihat pada
pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan “potong beku” banyak
memberikan kontroversi tentang akurasinya dan kegunaanya dan pada
kepustakaan nya tidak dianjurkan lagi.10
2. Benign
6. Malignant
2.9.5 Histopatologi
Diagnosis pasti dari kanker tiroid dilakukan dengan biopsi, di mana
sel-sel dari area pembesaran tiroid diambil kemudian diperiksa di bawah
mikroskop. Pemeriksaan biopsi histopatologi pada tiroid dapat berupa
lobektomi atau ismulobektomi atau biopsi insisi pada tumor yang non
resektabel. Pemeriksaan ini merupakan gold standard atau standar baku
emas dalam menentukan jenis nodul tiroid. Pemeriksaan bersifat invasif
karena mengambil sebagian atau seluruh tiroid untuk kemudian diperiksa
menggunakan mikroskop oleh ahli sitologi. Hasil pemeriksaan tersebut
memperlihatkan jenis nodul jinak atau ganas. 2
24
invasi vaskuler. Akan tetapi, kelemahan teknik ini terletak pada proses yang
rumit dan biaya yang lebih besar untuk pemeriksaannya. Selain itu,
pemeriksaan ini sulit dilakukan tanpa tenaga ahli, memerlukan anestesi
lokal dan tehnik pengerjaan steril, waktu yang lama dalam pemrosesan,
serta komplikasi yang lebih berat (misalnya perdarahan dan cedera nervus
laringeal).12
4. Tiroiditis riedel
Terutama pada wanita < 20 tahun. Gejalanya terdapat nyeri, disfagia,
paralisis laring, dan pembesaran tiroid unilateral yang keras seperti batu
atau papan yang melekat dengan jaringan sekitarnya. Kadang sukar
dibedakan kecuali dengan pemeriksaan histopatologi dan hipotiroid.
5. Struma hashimoto
25
Sering pada wanita. Merupakan penyakit autoimun, biasanya ditandai
dengan benjolan struma difusa disertai dengan keadaan hipotiroid,
tanpa rasa nyeri.
6. Adenoma paratiroid
Biasanya tidak teraba dan terdapat perubahan kadar kalsium dan fosfor.
7. Karsinoma paratiroid
Biasanya teraba, terdapat metastasis ketulang, kadar kalsium naik dan
batu ginjal dapat ditemukan.
8. Metastasis tumor
9. Teratoma
Biasanya pada anak- anak dan berbatasan dengan kelenjar tiroid.
26
• Diagnosis karsinoma tiroid tipe medulary → pembedahan adalah
tirodektomi total dan jika diperlukan juga di lakukan diseksi KGB leher.
• Diagnosis karsinoma anaplastik → jika operabel atau di temukan
”secara tidak sengaja” → tirodektomi total. Jika tidak operabel maka
pembedahan bertujuan diagnosis (biopsi) dan paliatif (debulking
→isthmectomy).
• Adanya pembesaran KGB leher karena metastasis → dianjurkan di
lakukan ”functional radical neck dissection” yaitu dengan
mempertahankan n.assesorius, v. Jugularis internus, dan
m.strenokleidomastoideus.
• Adanya metastasis KGB leher dengan infiltrasi jaringan sekitar,
dianjurkan untuk melakukan Radical Neck Dissection klasik. Memang
hingga saat ini masih terdapat kontroversi tentang jenis diseksi, dan
sampai jauh mana ekstensi tersebut dilakukan.
• Pembedahan diseksi KGB profilaktik tidak dianjurkan.
• Ekstensi pembedahan sampai mediastinum superior dianjurkan jika
terdapat pembesaran KGB mediastinum, ataupun terdapat thyro-thymic
extension dari pada karsinoma tiroid. Tekniknya dengan melakkan
konvensional dengan mengangkat ekstensi tiroid tersebut dari atas
secara hati-hati atau dengan approach superior-sternotomy.
• Adanya ekstensi atau infiltrasi karsinoma pada trakea, dapat dilakukan
eksisi sebagian cincin trakea ataupun reseksi sebagian lingkar cincin
trakea.
Interpretasi hasil sitologi sebaiknya didiskusikan dengan sejawat
patologi/ sitologi agar didapat suatu kesepakatan hasil, tindakan diagnosis
lain yang diperlukan.
2.11.2 Non Operatif
A. Radioterapi
Pengobatan ini bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan sel ganas
dengan cara menghancurkan sel kanker atau merusak sel tersebut
27
menggunakan radiasi ion sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi.
Lapangan radiasi juga mencakup jaringan limfoid dan pembuluh darah
yang menjadi target metastasis tumor. Walaupun radiasi ini mengenai
seluruh sel, umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan
sel kanker.25
• Radiasi eksterna
Terapi ini diberikan pada karsinoma tiroid dengan residu cukup
besar dan tidak mungkin dilakukan operasi lagi. Radiasi eksterna
menggunakan Cobalt-60 sebagai terapi paliatif, khususnya pada
metastasis tulang.25
B. Kemoterapi
28
pertumbuhan sel- sel maligna. Hormon yang diberikan ialah preparat
tiroksin atau triiodotiroksin. Terapi supresi L-tiroksin terhadap sekresi
TSH dalam jangka panjang dapat memberikan efek samping di berbagai
organ target, seperti tulang (meningkatnya bone turnover, bone loss), dan
jantung.25,14
29
Gambar 6. Bagan Penatalaksanaan Nodul Tiroid
30
Gambar 8. Bagan Penatalaksanaan Kanker Tiroid dengan Metastase
Regional
2.13 Komplikasi Pembedahan14
• Terputusnya nervus laringeus rekuren serta cabang eksterna nervus
tersebut
• Hipotiroidisme
• Ruptur esophagus
2. 14 Prognosis 25,14
Prognosis kanker tiroid merupakan bahan pertimbangan dalam
pemberian pengobatan, sehingga dapat ditentukan tipe yang perlu
diberikan pengobatan agresif atau tidak. Faktor risiko prognosis tersebut
ditentukan oleh AMES (Age, Metastasis, Extent of primary cancer, tumor
Size), yang terdiri dari :
Ages : pria < 41 th, wanita < 51 th atau pria > 40 th, wanita > 50 th
Size : 5 cm / > 5 cm
Risiko rendah :
31
1. Setiap usia risiko rendah tanpa metastasis
2. Usia risiko tinggi tanpa meta dan dengan ekstensi dan ukuran tumor
risiko rendah.
Risiko tinggi :
32
BAB III
KESIMPULAN
Kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari insiden kanker di
Indonesia. Meskipun pertumbuhan tumor tergolong lambat, sebagian kecil
tumor tumbuh lebih cepat dan sangat ganas dengan prognosis yang fatal.
Mortalitas akibat kanker tiroid kecil dan prognosis pada penderita kanker
tiroid relative baik, tetapi menegakkan diagnosis keganasan tiroid menjadi
tantangan tersendiri karena banyak kelainan atau nodul tiroid yang lain
tetapi bukan suatu karsinoma.
33
Pada karsinoma tiroid yang inoperabel, radioiodin I131 merupakan
terapi yang dipercaya untuk tipe papiler dan folikuler dengan metastasis.
Bagi penderita kanker tiroid dengan metastasis yang refrakter terhadap
radioiodin, seperti mutasi RAS atau BRAF, studi terbaru menunjukkan
bahwa pemberian selumetinib (inhibitor jalur mitogen-activated protein
kinase/MAPK) dapat menginduksi uptake serta penyerapan iodin.
Keuntungannya ialah terapi ini diberikan dalam waktu singkat, namun
memberikan efek klinis yang tahan lama.
34
Daftar Pustaka
7. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. In: Noer S, editor. 3ed. Jakarta: FKUI;
8. SEER stat fact sheets : Thyroid 2012 (cited 2012) available from:
http://seer.cancer.gov/ statfacts/html/thyro.html.
35
9. Suyatno, Pasaribu ET. Kanker kelenjar tiroid. In: Bedah Onkologi:
10. Sjamsuhidajat R. Jong WD. 1997. Sistem Endokrin. Dalam : Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal:
926-940.
11. Ain Kenneth MD, R Rosenthal M.Sara PhD. 2011. Complete Thyroid
2006.p.85-6.
36
18. Subekti, Imam. 2000. Pendekatan Pasien dengan Nodul Tiroid dalam
19. Huang TW, Lai JH, Wu MY, Chen SL, Wu CH, Tam KW. Systematic
2004;84:817-32.
21. Carling T,Udelsman R. Cancer of the endocrine system. In: Devita VT,
580.
2004;151: 539-48.
23. Makes B. Accuracy of frozen section combined with imprint and fine
2007;16(2):89-93.
25. Ramod K Sharma M. Thyroid Cancer. WebMD LLC; 2011 [updated Jun
http://emedicine.medscape.com/article/851968.
37
26. Ho AL, Grewal RK, Leboeuf R, Sherman EJ, Pfister DG, Deandreis D.
38