Disusun oleh :
FAKHRI WICAKSONO
1102011095
Krisis tiroid atau thyroid storm adalah kondisi abnormal, yang ditandai dengan meningkatnya
hormon tiroid pada darah secara hebat yang menyebabkan gangguan fungsi organ. Terapi krisis
tiroid dapat berupa pengobatan konvensional seperti antitiroid dan lainnya, tetapi pada beberapa
kasus terapi konvensional tersebut gagal sehingga digunakan plasmapheresis.
Tujuan umum penyusunan skripsi ini adalah untuk menjelaskan keberhasilan penggunaan
plasmapheresis untuk terapi penderita krisis tiroid ditinjau dari kedokteran dan Islam. Sedangkan
secara khusus untuk menjelaskan penyebab gagalnya terapi konvensional pada pasien krisis tiroid,
keberhasilan penggunaan plasmapheresis untuk terapi krisis tiroid, serta bagaimana pandangan
Islam mengenai terapi tersebut.
Berdasarkan hasil pustaka plasmapheresis adalah teknik terapi dengan cara membuang plasma dari
darah yang dikeluarkan dan memasukkan kembali darah yang sudah disaring serta diberikan
infus/transfusi. Terapi ini dapat digunakan sebagai terapi alternatif untuk krisis tiroid.
Menurut pandangan Islam terapi plasmapheresis dikiyaskan dengan pengobatan menggunakan
darah yang diharamkan. Tetapi diperbolehkan apabila dalam keadaan darurat dan sesuai dengan
tujuan syariat Islam yaitu Hifz Annafs atau memelihara diri.
Krisis tiroid dapat menyebabkan kematian apabila tidak ditangani dengan cepat yang dapat
diakibatkan kegagalan multi-organ dan lainnya sehingga terapi plasmapheresis diperbolehkan
bahkan dapat dihukumi menjadi wajib.
Kegagalan terapi konvensional dapat disebabkan karena panjangnya waktu paruh hormon tiroid.
Terapi plasmapheresis terbukti berhasil menghilangkan substansi yang bersifat patologis pada
krisis tiroid. Oleh karena terapi plasmapheresis sudah terbukti berhasil, maka Islam mewajibkan
penggunaan terapi ini apabila pengobatan konvensional gagal.
Disarankan kepada para peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan subjek yang lebih
banyak dan kepada pemerintah untuk dapat menyediakan fasilitas untuk terapi plasmapheresis.
Kepada para ulama untuk menyebarkan agama Islam agar masyarakat mengerti pengobatan yang
diperbolehkan dan diharamkan.
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
iii
KATA PENGANTAR
Allah SWT karena atas berkat, rahmat, serta karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Serta tak lupa shalawat dan salam penulis panjatkan
kepada Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para
pengikutnya.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat
dan Islam”.
Dengan ini penulis ingin menyampai ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. DR. dr. H. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Universitas YARSI.
Universitas YARSI
iv
4. Dr. Faizal Drissa Hasibuan, SpPD selaku dosen Pembimbing Medis yang
nasihat dan doa tiada henti yang selalu mengiringi tiap langkah penulis
8. Jid (Umar Abdullah) dan Jiddah (Faridah) yang juga telah sangat
9. Paman (Nazmi Umar), Kakak (Ega Arya Irianto), Adik (Hasbi Yusron)
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan juga keluarga lainnya yang
10. Nano, Adroew, Neby, Adeprita, Hoiriyah, Kafia, Icha sebagai sahabat yang
v
11. Rumpis dan Blackdog sebagai sahabat dan teman main yang selalu
12. Sandy dan Angga yang telah penulis kenal semenjak kelas VII SMPN 49
Jakarta, sebagai sahabat sampai saat ini yang selalu memberikan semangat,
13. Dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
Penulis sadar bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan dan berterima kasih apabila
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis secara khusus dan
Penulis
vi
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN................................................................... 1
I.1. Latar Belakang........................................................................... 1
I.2. Perumusan Masalah................................................................... 2
I.3. Tujuan........................................................................................ 3
I.3.1. Tujuan Umum................................................................ 3
I.3.2. Tujuan Khusus............................................................... 3
I.4. Manfaat...................................................................................... 3
II.1.1. Definisi.......................................................................... 5
II.1.2. Klasifikasi...................................................................... 5
II.1.3. Etiologi.......................................................................... 6
II.1.5. Patofisiologi................................................................... 12
II.1.7. Diagnosis....................................................................... 18
vii
II.1.8. Penatalaksanaan............................................................. 21
II.2. Plasmapheresis........................................................................... 30
II.2.1. Definisi.......................................................................... 30
II.2.2. Indikasi.......................................................................... 30
II.2.4. Mekanisme..................................................................... 32
II.2.6. Medikasi........................................................................ 35
Plasmapheresis............................................................................ 42
viii
BAB IV. KAITAN PANDANGAN ANTARA KEDOKTERAN
V.1. Simpulan................................................................................... 62
V.2. Saran.......................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 65
LAMPIRAN...................................................................................................... 71
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Krisis tiroid atau thyroid storm adalah kondisi abnormal, yang ditandai
dengan meningkatnya hormon tiroid pada darah secara hebat yang menyebabkan
terlibatnya banyak sistem dengan gejala yang khas pada setiap organ (Muller et
al., 2011).
Krisis tiroid jarang terjadi, pada penelitian lain tercatat atara 1%-2% dari
penelitian didapatkan 1283 kasus krisis tiroid, yang sama berarti dengan insidensi
0.2%/100.000 populasi di Jepang setiap tahunnya. Dan kondisi ini terjadi pada
0,22% dari semua pasien dengan tirotoksik dan 5,4 % dari pasien tirotoksik yang
di rumah sakit. Kasus ini lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria, dengan
perbandingan 3:1 (Akamizu et al., 2012). Dengan angka kejadian yang rendah
tetapi krisis tiroid memiliki angka kematian yang cukup tinggi yaitu 10-20%
(Caroll dan Matfin, 2010). Penyebabnya biasanya adalah karena penyakit Grave,
penyakit nodul tiroid, penggunaan iodine eksogen dengan jumlah besar (kontras
Pengobatannya pada kasus krisis tiroid antara lain dengan pemberian beta
2014). Namun, pada beberapa kasus terapi kovensional diatas tidak dapat
1
menyembuhkan dan memperburuk keadaan pasien, sehingga digunakan terapi
plasmapheresis sebagai pengobatan altenatif untuk krisis tiroid (Jha et al., 2012).
dipelajari. Karena selain dari adanya perintah untuk berobat, tetapi juga ada
plasmapheresis diperlukan untuk melukai kulit pasien, karena itu perlu diketahui
hukum dari melukai kulit untuk pengobatan. Oleh karena beberapa masalah ini
plasmapheresis untuk terapi penderita krisis tiroid ditinjau dari kedokteran dan
Islam”.
1.2.1. Mengapa terjadi kegagalan pada terapi konvensional untuk krisis tiroid?
2
I.3. Tujuan
1.3.1 Umum
1.3.2 Khusus
krisis tiroid
I.4 Manfaat
pengetahuan tentang bagaimana cara penulisan karya ilmiah yang baik dan
benar.
3
skripsi yang baik dan benar. Skripsi ini juga dapat memperkaya
sebagai terapi untuk krisis tiroid ditinjau dari kedokteran dan Islam.
4
BAB II
II.1.1. Definisi
ditandai dengan demam dan perubahan status mental yang di cetuskan oleh
kejadian kritis seperti sakit atau cedera, mengkonsumsi iodine akut, bedah
pada tiroid atau non-tiroid (Jha et al., 2012). Kondisi ini mengancam nyawa
II.1.2. Klasifikasi
kriteria, yaitu TS1 dan TS2. TS1 adalah pasien yang sudah pasti terkena krisis
tiroid, sedangkan TS2 berarti adalah pasien yang dicurigai (suspek) terkena
krisis tiroid. Pada penelitian Akamizu et al. (2012) di Jepang, TS1 terjadi
5
sekitar 165 kasus dan TS2 43 kasus per tahunnya. Tingkat mortalitas pada
II.1.3. Etiologi
(Szczepiorkowski et al., 2010), yang berarti tingginya kadar FT4 dan FT3.
Tetapi pada penelitian (Akamizu et al., 2012) ditemukan kadar FT4 dan FT3
pada pasien hipertiroid dengan krisis tiroid dan hipertiroid tanpa krisis tiroid
kasus tiroid adalah karena penyakit Grave. Pada penelitian, krisis tiroid yang
terjadi pada penyakit Grave terjadi 98,9% pada TS1, dan 97,3% pada TS2, dan
juga 95,2% pada literatur-literatur lain (baik TS1 ataupun TS2) (Akamizu et
al., 2012). Selain itu penyebab paling sering adalah adenoma solitary toksik
atau goiter multinoduler toksik. Selain itu, krisis tiroid dapat terjadi karena
Pada hampir semua kasus, untuk dapat terjadinya krisis tiroid selain
karena adanya tirotoksikosis tetapi juga karena adanya pencetus yang dapat
6
atau penghentian antitiroid. Selain itu krisis tiroid bisa dicetuskan oleh karena
2005; Caroll dan Matfin, 2010). Selain itu faktor pencetus lainnya adalah
Kasus Kasus
Pencetus Pencetus
(n=304) (n=304)
Pemakaian tidak teratur
Kehamilan 5
atau
122
penghentian obat Penyakit
3
antitiroid cerebrovaskular
Infeksi 87 Olahraga berat 2
Penyakit jantung
Ketoasidosis diabetikum 12 1
iskemik
Insufisiensi
Stress emosional berat 12 1
adrenocortical
Penggunaan kontras
Trauma 12 1
iodine
Bedah nontiroid 8 Pencabutan gigi 1
terjadinya krisis tiroid (Papi et al., 2014). Dan juga terjadinya peningkatan
7
kadar T3 dan T4 total oleh karena pengaruh hormon estrogen dan juga adanya
peningkatan sementara fT4 pada trimester awal oleh pengaruh hCG (human
Inayatullah, 2013).
tiroid dapat dilihat dalam beberapa tahap, sebagian besar distimulasi oleh
TSH, yaitu tahap a). trapping; b). oksidasi; c). coupling; d). penimbunan atau
membran plasma basal sel folikel. Protein transporter ini disebut sodium
adanya energi, membutuhkan oksigen yang didapat dari ATP. Proses ini
tertentu yang mencapai membran apikal. Setelah itu, yodida dioksidasi oleh
H202 dan TPO (tiroperoksidase) yang selanjutnya akan menempel pada residu
molekul DIT dengan MIT bergabung dan membentuk T4 atau T3. Setelah
8
tiroid. Umumnya sepertiga yodium disimpan dalam bentuk T4 dan T3 sisanya
dalam MIT dan DIT. Dan akan dikeluarkan apabila dibutuhkan (Sudoyo,
2009).
ujung vili (atas pengaruh TSH berubah menjadi tetes kiloid) dan Tg akan di
digesti oleh enzim endosom dan lisosom. Hasil akhirnya adalah dilepaskan T4
dan kurang dari 1% T3 tetap berada dalam bentuk bebas. Hanya bentuk bebas
ini yang dapat ke reseptor sel sasaran dan menimbulkan efek (Sherwood,
2009).
menjadi T3. Jaringan yang mempunyai kapasitas dalam konversi ini adalah
jaringan hati, ginjal, jantung, dan hipofisis. Dalam proses konversi ini
terbentuk juga rt3 (reversed T3, 3,3,5’ triiodotironin) yang secara metabolik
metabolisme adalah T3, maka harus ada konversi dari T4 menjadi T3 agar
9
dapat berfungsi. Konversi tersebut terjadi dengan adanya enzim deiodinases,
perifer, dan tidak berubah pada waktu hamil. D1 ini sensitif terhadap
menjadi T3 secara lokal (di plasenta, otak serta SSP) mekanisme ini penting
hanya mencakup 20-30% dari jumlah total T3 (yang sisanya dari sekresi
langsung hormon tiroid), tetapi pada kasus tirotoksikosis konversi ini bisa
menghasilkan lebih dari 50% dari total T3. (Bianco dan Larsen, 2005; Nayak
terikat pada reseptor hormon tiroid atau elemen responsif dari hormon tiroid,
lalu akan menginduksi aktifasi gen dan transkripsi (Burch dan Wartofsky,
1993; Motomura dan Brent, 1998; Nayak dan Burman, 2006). Hormon tiroid
nongenomic (seperti mitokondria) biasa terjadi cepat, dan efek dari genomic
tiroid memiliki efek yang spesifik pada setiap jaringan. Pada hipofisis, T3
10
dengan menginduksi beberapa enzim yaitu enzim malic, G6PD, fatty acid
energi tubuh pada keadaan istirahat. Efek metabolik hormon tiroid berkaitan
2009).
Efek Simpatomimetik
11
reseptor sel sasaran spesifik katekolamin (Sherwood, 2009).
resistensi pembuluh darah dan meningkatkan volume darah (Klein dan Ojama,
II.1.5. Patofisiologi
belum sepenuhnya dimengerti. Salah satu teori yang menjelaskan terjadi krisis
tiroid adalah karena meningkatnya kadar hormon tiroid bebas (fT3 dan fT4).
Kadar tirotropin (TSH) pada serum tidak akan terdeteksi karena meningkatnya
didapatkan bahwa nilai rata-rata kadar fT4 pada pasien dengan krisis tiroid
lebih tinggi daripada pasien dengan tirotoksikosis saja. Teori lain adalah
pada jalur pensinyalan (Silva dan Landsberg, 1991; Burch dan Wartofsky,
yang paling bisa diterima adalah adanya hubungan antara hormon tiroid dan
12
katekolamin. Dikarenakan banyaknya reseptor adrenergik yang tersedia dan
terjadi pada penyakit sistemik (contohnya sitokin) (Caroll dan Matfin, 2010).
13
stress, yaitu pada saat terjadi stress akan terjadi peningkatan aktivitas pada
et al., 1984; Mathar et al., 2010). Katekolamin dapat terikat pada reseptor beta
adrenergik yang banyak terdapat di jantung, yang mana pada keadaan krisis
cardiac output (Ranabir dan Reetu, 2011) dan takiaritmia (Al-Bannay et al.,
2012).
dapat terlihat gejala klasik dari tiroksikosis (Caroll dan Matfin, 2010). Gejala
pada krisis tiroid berupa demam (>38˚C), takikardia (>130 kali/menit), gagal
jantung kongestif, gejala gastrointestinal, gejala hati, gejala sistem saraf pusat
Gejala Umum
14
digunakan, yang akan menyebabkan meningkatnya produksi panas dan
penggunaan bahan bakar tubuh jauh lebih cepat (Dabon-Almirante dan Surks,
1998; Nayak dan Burman, 2006; Sherwood, 2009). Produksi panas pada tubuh
keluarnya air yang banyak dan elektrolit yang akhirnya dapat terjadi dehidrasi
(Caroll dan Matfin, 2010). Gejala pokok yang sering terjadi pada pasien
Surks, 1998; Nayak dan Burman, 2006). Tubuh lemah ini disebabkan oleh
15
Neuropsikiatri
kejang (3,9%), letargi (13,8%), koma (7,9%). Pada studi Angell et al. (2014),
Gastrointestinal/Gejala Hepatik
16
2006). Disfungsi liver, terjadi langsung karena pengaruh hormon tiroid, atau
sekunder karena adanya gagal jantung dengan kongesti hepar atau hipoperfusi.
Dan dapat diketahui dengan fungsi hati yang abnormal. Bisa didapatkan
ikterik, sakit perut dengan nausea, muntah, dan diare (Caroll dan Matfin,
2010). Pada penelitian Akamizu (2012), dari 243 pasien didapatkan nausea
(57,3%).
Cardiorespiratory
tirotoksikosis juga dapat mengalami sakit pada dada yang mirip dengan angina
pektoris, yang bisa dikarenakan spasme pada arteri koronaria dan kekurangan
Almirante dan Surks, 1998; Nayak dan Burman, 2006). Dekompensasi jantung
dan akan memperlihatkan gejala seperti edema perifer atau kongesti pulmonal
dengan gejala pada nafas apabila sudah parah. Takiaritmia umumnya sering
terjadi dan biasanya pada atrium, kecuali adanya predisposisi pada ventrikular
aritmia sekunder karena penyakit jantung primer (Caroll dan Matfin, 2010).
Krisis tiroid yang terjadi pada orangtua sering terlihat dengan gejala
yang tidak khas. Biasanya didapatkan gejala apati, stupor, gagal jantung,
koma, dan tanda yang sedikit dari tirotoksikosis (Caroll dan Matfin, 2010).
17
Pada penelitian Akamizu et al. (2012), pada 45% kasus, durasi dari
tiroid baik TS1 maupun TS2 kurang dari 1 tahun, dan sekitar 20%
Grafik 2. Durasi sampai timbulnya onset krisis tiroid (Akamizu et al., 2012)
II.1.7. Diagnosis
masifestasi klinis yang ada pada pasien. Apabila pasien sudah di diagnosis
kuat kemungkinan terkena krisis tiroid maka apabila menunggu hasil test
18
Matfin, 2010). Terdapat 2 cara kriteria untuk mendiagnosis krisis tiroid, yaitu
kriteria diagnosis Burch dan Wartofsky dan kriteria diagnosis Akamizu et al.
Grade Combinations
Requirements for diagnosis
of TS of features
First Thyrotoxicosis and at least one CNS manifestation
TS1
combination and fever or tachycardia,
or CHF or GI/hepatic manifestations
Alternate Thyrotoxicosis and at least three combinations of
TS1
combination fever, or tachycardia,
or CHF or GI/hepatic manifestations
First Thyrotoxicosis and a combination of two of the
TS2
combination following: fever or tachycardia
or CHF or GI/hepatic manifestations
Alternate Patients who meet the diagnostic criteria for TS1
TS2
Combination except that serum FT3
or FT4 values are not available but whose data before
or after the episode suggest that they are thyrotoxic at
the time of TS.
Tabel 3. Kriteria Diagnosis Krisis Tiroid (Akamizu et al., 2012)
oleh Burch dan Wartofsky (1993). Parameternya berupa suhu tubuh, gejala
atau tidaknya gagal jantung kongesti dan juga fibrilasi atrium. Keparahan
gejala dihitung menggunakan poin angka dengan total skor 140. Apabila skor
25-44 maka dikategorikan beresiko tinggi terkena krisis tiroid dalam waktu
19
Tabel 4. Skala
diagnosis Burch dan
Wartofsky (1993)
(Kusumo et al.,
2012)
20
melainkan mengkategorikan pasien berdasarkan seluruh gejalanya (Tabel 3).
Tetapi, kriteria diagnosis Akamizu ini belum digunakan pada studi secara luas
Burch dan
Kriteria Akamizu et al.
Wartofsky
Tirotoksikosis Tidak termasuk Prasyarat
Sistem skor Termasuk Tidak termasuk
Demam ≥37.2˚ ≥38˚
Denyut nadi ≥90 denyut/menit ≥130denyut/menit
Fibrilasi atrial Termasuk Tidak termasuk
II.1.8. Penatalaksanaan
Pada keadaan akut sebaiknya pasien dengan krisis tiroid dirawat pada
ruang ICU (Intensive Care Unit). Seperti pada keadaan akut pada umumnya,
penting dilakukan pada pasien dengan krisis tiroid. Karena beresiko tinggi
21
Pengobatan spesifik untuk krisis tiroid adalah terapi yang digunakan
untuk mengurangi kadar tiroid pada darah (baik dengan cara mengurangi
sintesis atau mencegah pelepasan hormon tiroid) dan mengurangi efek pada
bagian perifer (Papi et al., 2014; Nayak dan Burman dan Burman, 2006).
spesifiknya antara lain (Diagram 2): (Migneco et al., 2005; Han dan Sun,
22
Farmakokinetik
ekstensif sehingga obat utuh yang diekskresi melalui ginjal sangat sedikit
(< 10%). Propanolol memiliki waktu paruh yang pendek yaitu berkisar
Farmakodinamik
Efek Samping
Efek samping yang dapat terjadi adalah gagal jantung pada pasien
23
trigliserida, reaksi alergi, leukopenia, trombositopenia dan agranulositosis.
Dapat juga terjadi gejala putus obat, pada hipertiroid apabila obat
2011).
parenteral apabila pasien tidak dapat menelan. Metimazol dan PTU juga
dapat diberikan secara rektal dengan dosis 400-600 mg setiap 6 jam dan 20-
Farmakokinetik
dan ASI, tetapi tidak melalui tinja. Pada dosis 100 mg PTU mempunyai
masa kerja 6-8 jam, sedangkan metimazol pada dosis 30-40 mg bekerja
dalam tabel 6.
Farmakodinamik
24
Efek Samping
kira 3% pada PTU dan 7% pada metimazol. Efek samping yang terjadi
0,12% pada metimazol, purpura dan papular rash, nyeri dan kaku sendi.
Pada penggunaan PTU dosis tinggi dapat terjadi demam, hepatitis dan
3. Idonine (Yodida) dalam jumlah besar: Cairan lugol diberikan (3x1 hari 10
tetes) atau cairan kalium iodide jenuh (3x1 hari 5 tetes) per oral atau juga
berikan >1 jam setelah pemberian obat anti tiroid (Papi et al., 2014).
25
Yodida biasanya tidak diberikan sendiri tetapi dikombinasi dengan
Farmakodinamik
biosintesis hormon tiroid, bila jumlah yodium cukup banyak maka dapat
2011).
Efek Samping
kronik yodida atau yodisme ditandai dengan rasa logam dan terbakar dalam
mulut dan faring serta rangsangan selaput lendir. Dapat juga terjadi radang
faring, laring dan tonsil serta kelainan kulit ringan sampai akneform berat
2014).
Farmakokinetik
Untuk mencapai kadar tinggi secara cepat dalam tubuh maka diberikan
secara IV. Untuk mendapat efek yang lama maka diberikan melalui IM.
ruang sinovial. 90% steroid akan terikat pada 2 jenis protein plasma yaitu
26
globulin dan albumin. Biotransformasi steroid terjadi di dalam dan di luar
diekskresi dalam urin, sedangkan pada feses dan empedu hampir tidak ada.
Farmakodinamik
2014).
dari kelenjar tiroid, dan juga dapat mengurangi iodinasi dari sisa-sisa tirosin
(Caroll dan Matfin, 2010). Penggunaannya sebanyak 300 mg setiap 6-8 jam
yaitu first line apabila gagal atau tidak bisa digunakan karena adanya toksisitas
maka dapat diganti dengan second line, dan di tambah dengan pengobatan
suportif (Nayak dan Burman, 2006; Deng, 2012; Papi et al, 2014).
line therapy.
plasma sebagai alat tambahan untuk mengurangi kadar tiroksin (T4) pada
sirkulasi pada pasien yang tidak merespon secara cepat pada terapi
27
konvensional standar (Koball et al., 2010). Lalu, dapat juga diberikan
juga dapat berguna, karena menghambat uptake pada hormon tiroid, dapat
harus diberikan secara hati-hati, dan dibutuhkan diuretik dalam jumlah besar
(furosemide i.v.) yang berhubungan dengan terapi suportif untuk jantung (Ngo
apabila terjadi gagal jantung dan takikardia (Papi et al., 2014). Pada atrial
karena terjadi perubahan pada pasien krisis tiroid dapat menyebabkan resisten
Belchikov dan Marotta, 2010; Papi et al., 2014; Caroll dan Matfin, 2010).
Pada saat demam, dapat diberikan obat penurun panas dan juga
(Caroll dan Matfin, 2010; Papi et al., 2014). Apabila terdapat tanda infeksi,
28
setelah spesimen dari darah dan urin di kultur, maka perlu diberikan antibotik
kadar glukosa karena habisnya cadangan glikogen pada hati saat terjadi krisis
mengetahui penyakit tiroid yang menyebabkan krisi tiroid ini (Papi et al.,
2014).
(Caroll dan Matfin, 2010). Tetapi, apabila terjadi penundaan dari terapi tingkat
kematiannya dapat meningkat hingga 75% (Karger dan Führer, 2008). Pada
gagal jantung kongestif (21%), gagal nafas (8%), aritmia (8%), DIC (5%),
perforasi pada GI (5%), hipoksia otak (3%), sepsis (3%), tidak diketahui
(23%).
dan BUN (Blood Urea Nitrogen) (>3 mg/dL) juga sebagai salah satu faktor
29
otak, disuse atrofi, penyakit cerebrovaskular, insufisiensi renal, psikosis
II.2. Plasmapheresis
II.2.1. Definisi
II.2.2. Indikasi
colinesterase.
30
2. Kategori II adalah diindikasikan sebagai terapi kedua (second-line
3. Kategori III adalah peran optimal terapi masih belum mapan. Keputusan
kegagalan multiorgan.
2010)
31
Terdapat grade (tingkatan) rekomendasi untuk penggunaan
atau tidak stabil, alergi terhadap fresh frozen plasma (FFP) atau albumin.
Pemberian heparin terhadap pasien yang alergi juga harus dihindari dan juga
II.2.4. Mekanisme
32
teknik manual. Teknik manual dilakukan dengan cara mengambil darah dan
secara manual ke pasien. Namun, saat ini sudah lebih banyak menggunakan
gravitasinya, produk ini antara lain adalah sel darah merah, sel darah putih,
partikel komponen darah (Stieglitz, 2013) . Saat ini yang lebih banyak dipakai
adalah menggunakan filtrasi karena lebih mudah dan murah (Kaplan, 2009).
Pada teknik ini, selain plasma diambil juga dilakukan transfusi fresh frozen
Spectra, Fenwal Aurora, Fresenius COM. Sedangkan pada teknik filtrasi dapat
dua teknologi pada teknik filtrasi ini yaitu hollow fiber dan parallel plate.
Contoh mesin pada hollow fiber adalah Asahi Plasma-Fo dan parallel plate
sebanyak 1-1,5 kali TPV (Total Plasma Volume). Pada penggunaan filtrasi,
33
dengan kisaran itu maka dapat menyaring 30-35% plasma darah (Ward, 2011).
Setiap tindakan memakan waktu sekitar 2,5-3 jam (Koball et al., 2010).
lihat lampiran):
Kehilangan cairan pada plasma dapat diganti dengan fresh frozen plasma
(FFP), atau albumin 5% atau larutan koloid yang mirip lainnya, atau juga
(2010), plasma dapat juga diganti menggunakan larutan ringer laktat dengan
sejak awal, maka nilai albumin dalam serum dapat melebihi normal sewaktu
34
larutan saline 0.9% pada seperempat pertama lalu selanjutnya dapat diberikan
terjadinya reaksi alergi dan infeksi. Insiden dari kejadian alergi ini dapat
II.2.6. Medikasi
1. Antikoagulan
2. Antihistamin (Difenhidramin)
(Stieglitz, 2013).
3. Kortikosteroid (Hidrokortison)
35
4. Agonis Beta1/beta2 Adrenergik (Epinefrine)
5. Analgesik (Acetaminophen)
(Stieglitz, 2013).
10. Lainnya
2011).
36
II.2.7. Efek Samping dan Komplikasi
(Stieglitz, 2013).
krisis tiroid sejak tahun 1970an apapun etiologinya (Ashkar et al., 1970;
berhasil mengatasi krisis tiroid dan menurunkan kadar hormon tiroid (Muller
et al., 2011; Jha et al., 2012; Sasaki et al., 2011). Plasmapheresis terbukti
bermanfaat mengobati krisis tiroid yang disebabkan oleh penyakit Grave, yang
al., 1982), persiapan untuk bedah kegawat-daruratan pada penyakit berat (Ezer
37
et al., 2009). Terapi plasmapheresis merupakan salah satu metode tercepat
untuk memperbaiki kondisi klinis pada pasien krisis tiorid. Teknik ini tidak
dengan protein plasma (TBG 80%, albumin 10% T4 dan 20% T3, dan
tiroid yang terikat dengan plasma (Szczepiorkowski et al., 2010; Muller et al.,
2011). Teknik ini mengurangi efek dari hormon tiroid dengan cara
(takikardia dan aritmia). Pada kasus krisis tiroid yang diinduksi oleh
2011).
38
efek sampingnya. Gagalnya terapi konvensional ini dapat disebabkan karena
kadar hormon dan memburuknya kondisi klinis pasien (Jha et al., 2012).
Baiknya, kombinasi obat yang bervariasi harus digunakan terlebih dahulu baru
cairan lugol). Pada peneletian Muller et al. (2011), TPE dilakukan pada hari ke
al. (2011), TPE dilakukan pada hari ketujuh dikarenakan sulitnya mengontrol
39
obatan). Terapi plasmapheresis segera dilakukan ketika skor > 45 (skor Burch
hari atau 2-3 hari sekali dengan volume plasma yang diterapi 1-1,5 TPV (total
karena hanya 20% dari T4 dan lebih sedikit pada T3 yang dapat dikeluarkan
pada setiap sesi terapi (Caroll dan Matfin, 2010). Terapi ini dilakukan sampai
terjadi perbaikan klinis (Szczepiorkowski et al., 2010). Kadar FT4 dan FT3
juga harus terus dipantau ketika sebelum dan sesudah melakukan terapi
hormon tiroid dan gejalanya yang berbeda-beda pada setiap pasien (Muller et
al., 2011). Pada studi Muller et al. (2011) plasmapheresis dapat menurunkan
gangguan neurologis. Dimana pada studinya, pasien koma dapat sadar kembali
40
yang mencegah pembersihan hormon pada intraserebral. Pada penelitian lain
vasovagal atau reaksi hipotensi, respiratory distress (gawat nafas), tetany dan
kejang (Muller et al., 2011). Selain itu juga bisa terjadi reaksi anafilaksis dan
infeksi karena efek immunosupresan dari terapi ini. Kejang pada dapat
disebakan karena hipokalsemia yang dapat terjadi pada pasien yang di terapi
Pada beberapa studi yang disebutkan oleh Muller et al. (2011), bahwa
parah, pada Patte et al. (1983) TPE di hentikan karena tidak stabilnya jantung
ketika dilakukan terapi, dan pada beberapa kasus lainnya mengatakan karena
sudah terlalu parahnya gejala penyakit ketika terdiagnosis Oleh karena itu,
plasmapheresis harus segera dilakukan agar dapat efisien (Muller et al., 2011).
41
BAB III
Plasmapheresis
Para ulama sepakat bahwa darah, baik darah hewan atau darah manusia,
umum darah yang disebutkan dalam sejumlah ayat Al-Qur’an, antara lain:
اﻧ � َﻤﺎ َﺣ �ﺮ َم �َﻠَ ۡﯿڪُ ُﻢ ٱٱﻟۡ َﻤ ۡﯿ َﺘ َﺔ َوٱٱ�� َم َوﻟَ ۡﺤ َﻢ ٱٱﻟۡ ِ� ِﲋ� ِﺮ َو َﻣآ ٓ �آ ِﻫ �ﻞ ِﺑ ِﻪۦ ِﻟﻐ ۡ َِﲑ آٱ � ِ�ۖ ﻓَ َﻤ ِﻦ
�
ٱٱﺿۡ ُﻄ �ﺮ �َ ۡ َﲑ َ� ۬غٍ َو َﻻ �َﺎ ٍ۬د ﻓَ َ�ٓ ا ۡ َﰒ �َﻠَ ۡﯿ ِ ۚﻪ ا �ن ٱٱ � َ� ﻏَ ُﻔ ۬ ٌﻮر �ر ِﺣ ٌﲓ
� �
Artinya:
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kalian bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya),
sedangkan ia tidak (dalam keadaan) memberontak dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S. Al-Baqarah (02):173).
42
Dan juga larangan-larangan yang sama mengenai larangan mengkonsumsi
(Zuhroni, 2012).
di dalam darah itu mengandung virus atau bakteri yang dapat menular kepada
Untuk kenajisan darah, tidak ada dalil dalam Al-Qur’an dan Hadis yang
tegas menyatakan bahwa darah manusia hukumnya najis, kecuali darah haid.
ِ
ْ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَـ َﻘﺎﻟ
ﺖ ت ْاﻣَﺮأَةٌ اﻟﻨِ ﱠ
َ ﱠﱯ ْ َﺖ َﺟﺎء ْ ََﲰَﺎءَ ﻗَﺎﻟْ َﻋ ْﻦ أ
ِ ﻴﺾ ِﰲ اﻟﺜـﱠﻮ َِ أَرأَﻳﺖ إِﺣ َﺪاﻧَﺎ
ُﺻﻪ
ُ ﺎل َﲢُﺘﱡﻪُ ﰒُﱠ ﺗَـ ْﻘُﺮَ َﺼﻨَ ُﻊ ﻗ
ْ َﻒ ﺗَ ب َﻛْﻴ ْ ُ ﲢ ْ َ َْ
ﺼﻠﱢﻲ ﻓِ ِﻴﻪ ﺗو ﻪ ﺤ ﻀ ﻨ
ْ ـﺗو ِ ﺑِﺎﻟْﻤ
ﺎء
ُ
َ َ ُُ َ َ َ َ
Artinya :
43
Dari Asma Binti Abi bakr r.a. menceritakan, “seorang wanita pernah
bertanya kepada Rasulullah SAW, ya Rasulullah bagaimana pendapat anda
bila salah seorang dari kami kainnya terkena darah haid, apa yang harus
diperbuat? Nabi menjawab: Jika salah seorang di antara kamu terkena darah
haid, maka kikislah lalu cucilah dengan air, kemudian shalatlah dengan
mengenakan pakaian itu.” (HR. Al-Bukhari)
lain:
2. Membahayakan kesehatan.
3. Menjijikkan, dan
4. Najis.
44
dan najis jika dimakan dan diambil manfaatnya, dan Allah telah
darah telah jelas, dan aku tidak melihat ada perbedaan pendapat dari
mereka berkata bahwa darah adalah suci, akan tetapi pendapat dari
2006).
2. Hanya sedikit ulama yang menyatakan bahwa darah tidak najis. Mereka
1. Bahwa tiap sesuatu yang pada asalnya adalah suci kecuali ada dalil
tegas yang menajiskannya. Dalam hal ini, tidak ada dalil yang
2. Tidak selalu yang haram dimakan adalah najis hukumnya, tetapi tiap
2012).
45
4. Umat Islam tetap melaksanakan shalat, padahal dibadan mereka
masih ada luka yang mengeluarkan darah, yang tidak sampai pada hal
shalat malam
46
Oleh karena itu, menurut Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim (2006)
pendapat yang paling kuat adalah mengatakan bahwa darah adalah najis, hal
haram dan najis, tidak boleh dimakan dan juga tidak boleh dimanfaatkan
47
kelak dia akan tetap menjatuhkankan dirinya di neraka Jahannam dan dia
akan kekal berada di dalamnya” (HR. Muslim).
dengan sesuatu maka kelak di hari kiamat dia akan disiksa dengan sesuatu
berdosa dan juga karena diri dan jiwa kita adalah milik Allah ta'ala”.
ditemukan pada zaman Nabi SAW, yaitu pada saat praktik berbekam sehingga
berbekam. Sebagaimana terdapat dalam beberapa hadis Nabi SAW, antara lain
(Zuhroni, 2012):
ﷲ �َﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳ � َﲅ َو
ُ ﷲ َﻋ ْﳯُ َﻤﺎ ﻗَﺎ َل ا ْﺣتَ َﺠ َﻢ اﻟﻨ� ِ �ﱯ َﺻ �ﲆ
ُ ﴈ َ ِ َﻋ ِﻦ ا ْ� ِﻦ َﻋ �ﺒ ٍﺎس َر
�
...�أﻋ َْﻄﻰ اﻟْ َﺤ ��ﺎ َم �أ ْﺟ َﺮ ُﻩ
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. dia berkata, “Nabi SAW pernah melakukan bekam dan
kemudian memberikan upah kepada tukang bekam itu...” (HR. Al-Bukhari).
kepalanya, yaitu:
48
ا� �َﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳ � َﲅ ْاﺣتَ َﺠ َﻢ ِ � ا� َﻋ ْﳯُ َﻤﺎ �أ �ن َر ُﺳﻮ َل
ُ � ا� َﺻ �ﲆ َ ِ َﻋ ْﻦ ا ْ� ِﻦ َﻋ �ﺒ ٍﺎس َر
ُ� ﴈ
ِﰲ َر �أ ِﺳ ِﻪ
Dari Ibnu ‘Abbas r.a., “Nabi SAW pernah berbekam di kepalanya” (HR. Al-
Bukhari).
misalnya dari kuduk, darah dikeluarkan agar mendapatkan darah baru lagi
kulit tubuh. Maka oleh karena itu, bekam dikategorikan sebagai asal
(Mukhtar, 1994).
2007). Terapi ini merupakan isu baru, belum dikenal pada masa ulama klasik.
menggunakan fresh frozen plasma atau juga albumin yang berasal dari
komponen darah manusia baik darah pasien itu sendiri ataupun orang lain
(Koball et al., 2010; Ward, 2011). Terdapat perbedaan pendapat diantara para
2012).
49
1. Alasan ulama yang mengaharamkan, antara lain (Zuhroni, 2012):
bersifat umum, dan darah manusia lebih haram dari yang lain.
pihak pertama.
f. Berdasarkan hadis Nabi bahwa segala penyakit ada obatnya itu, yang
Qurthubi, menyatakan bahwa para ulama sepakat darah adalah haram dan
50
najis, tidak boleh dimakan dan tidak boleh memanfaatkannya (Zuhroni,
2012).
a. Ditinjau dari segi dalil tentang hukum donor darah, tidak ada nash
(Zuhroni, 2012):
َا َﻻ ْﺻ ُﻞ ِﰲ ْا َﻻا ْﺷ� َﯿﺎ ِء َو ْا َﻻﻓْ َﻌ ِﺎل ْا ِﻻ َ� َ� ُﺔ َﺣ �ﱴ ﯾَﺪُ �ل ا�� ا ِﻟ ْﯿ ُﻞ �َ َﲆ َ ْﲢ ِﺮﯾْ ُﻤﻬَﺎ
“Pada dasarnya segala sesuatu dan perbuatan adalah mubah, kecuali
ada dalil menunjukkan keharamannya.”
ُﺎﺣﺔﺑ ِ
ﻹ ا ﻊ
ِ ِاﻷَﺻﻞ ِﰲ اﳌﻀﺎ ِراﳌْﻨﻊ و ِﰲ اﳌﻨﺎﻓ
َ َ
ََ َ َ ُ َ َ ُْ
“(Hukum) asal atas sesuatu yang membahayakan adalah dilarang
dan yang bermanfaat boleh (ibahah).”
51
c. Transfusi darah dapat dikategorikan dalam keadaan darurat atau
�ﲂ �ﻣﺎ َﺣ �ﺮ َم ۡ ُ َا� �َﻠَ ۡﯿ ِﻪ َوﻗَﺪۡ ﻓَ �ﺼ َﻞ ﻟ ِ ّ ٰ اﰟُ ۡ �ﲂ َا �ﻻ �َ ۡ ُ ُﳇ ۡﻮا ِﻣ �ﻤﺎ ُذ ِﻛ َﺮ ۡ ُ َ َو َﻣﺎ ﻟ
�َﻠَ ۡﯿ ُ ۡﲂ ِا �ﻻ َﻣﺎ اﺿۡ ُﻄ ِﺮ ۡر ُ ۡﰎ ِاﻟَ ۡﯿ ِؕﻪ َوا �ِن َﻛ ِﺜ ۡ ًﲑا ﻟ � ُﯿ ِﻀﻠ � ۡﻮ َن ِ َ�ﻫ َۡﻮا ٓ ِ� ۡﻢ ِﺑﻐ ۡ َِﲑ ِ� ۡ ٍﲅ ؕ◌ ِا �ن
�
َرﺑ � َﻚ ﻫ َُﻮ َا ۡ� َ ُﲅ ِ�ﻟۡ ُﻤ ۡﻌ َﺘ ِﺪ ۡ� َﻦ
Artinya:
“Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal)
yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal
sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu
memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar
benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka
tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang melampaui batas” (Q.S. Al-An’am
(6):119).
ا� َﰷ َن ِ� ُ ْﲂ َر ِﺣﳰًﺎ
َ � و َﻻ ﺗَ ْﻘ ُتﻠُﻮا �أﻧْ ُﻔ َﺴ ُ ْﲂ ا �ن...
َ
�
Artinya:
“... dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu” (Q.S. An-Nisa’ (4):29).
52
Kesimpulannya menurut Zuhroni (2012), bahwa Islam adalah agama
penuh rahmat dan tidak menginginkan umatnya celaka, karena itu, jika mereka
dalam keadaan terpaksa, kesulitan, dan terjepit, karena di antara tujuan syariah
haram tersebut
2. Tidak ada obat alternatif yang halal sebagai pengganti obat yang haram
tersebut
3. Menurut rekomendasi para ahli atau petunjuk dokter yang kompeten dan
kredibel.
ditandai dengan demam dan perubahan status mental yang di cetuskan oleh
kejadian kritis seperti sakit atau cedera (Jha et al., 2012). Krisis tiroid
merupakan kondisi gawat darurat yang dapat berakibat fatal yaitu gangguan
yang apabila dibiarkan dapat terjadi kematian. Oleh karena itu diperlukannya
53
terapi segera untuk menghindari dari komplikasi tersebut (Akamizu et al.,
2012).
berbagai riwayat yang menunjukkan bahwa Nabi SAW berobat untuk dirinya
sendiri, serta menyuruh keluarga serta sahabatnya agar berobat ketika sakit. Di
tertentu sesuai dengan perkembangan zaman saat itu. Sebagaimana hadis Nabi
Pada riwayat lain yaitu adanya perintah untuk berobat, Dalilnya adalah hadits
Usamah bin Syarik ra. dia berkata: Para orang Arab baduwi berkata: Wahai
Rasulullah, tidakkah kami ini harus berobat (jika sakit)?” Beliau menjawab
(Ali, 2012):
ا� ﻟَ ْﻢ ﯾَﻀَ ْﻊ دَا ًء ا �ﻻ َوﺿَ َﻊ َ ُ� ِﺷ َﻔ ًﺎء �أ ْو ﻗَﺎ َل د ََو ًاء ِ � ﻧ َ َﻌ ْﻢ َ� ِﻋ َﺒﺎ َد
َ � ا� ﺗَﺪَ َاو ْوا ﻓَﺎ �ن
� �
ْ َ َ ِ
ا �ﻻ د ًَاء َوا ِ�ﺪً ا ﻗَﺎﻟُﻮا َ� َر ُﺳﻮل �ا� َو َﻣﺎ ﻫ َُﻮ ﻗﺎل اﻟﻬ ََﺮ ُم
َ
�
“Ya, wahai sekalian hamba Allah, berobatlah kalian. Karena sesungguhnya
Allah tidak menciptakan suatu penyakit melainkan menciptakan juga obat
untuknya kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya, “Penyakit apakah itu
wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Yaitu penyakit tua (pikun)” (HR.
Abu Daud).
54
1. Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib, dengan
alasan adanya perintah Rosululloh SAW untuk berobat dan asal hukum
perintah adalah wajib, ini adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah,
untuk berobat dan dibawa kepada hukum sunnah karena ada hadits yang
sebagian lagi boleh memilih, ini adalah madzhab Hanafiyah dan salah
adalah pendapat Ibnu Mas’ud, Abu Darda r.a., dan sebagian para Tabi’in
(Ali, 2012).
kutip oleh Tuasikal (2013) yang mana hukum berobat adalah fleksibel yaitu:
55
1. Berobat jadi wajib jika tidak berobat dapat membinasakan diri orang yang
sakit
3. Berobat dihukumi mubah (boleh) jika tidak menimpa pada dirinya dua
keadaan pertama
berdoa kepada Allah SWT. Diantaranya adalah doa yang tertera dalam hadis
Ibnu Mas’ud bahwa Nabi SAW bersabda, “jika seseorang sedang mengalami
الﻠ�ﻬ �ُﻢ ا ِ ّﱐ َﻋ ْﺒﺪُ كَ َوا ْ� ُﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪكَ َوا ْ� ُﻦ �أ َﻣ ِت َﻚ �َ ِﺻ َﯿ ِﱵ ِﺑ َﯿ ِﺪكَ َﻣ ٍﺎض ِ �ﰲ ُﺣ ْﳬُ َﻚ �َ ْﺪ ٌل
�
ْ
اﰟ ﻫ َُﻮ َ َ� َ �ﲰ ْﯿ َﺖ ِﺑ ِﻪ ﻧ َ ْﻔ َﺴ َﻚ �أ ْو �أ ْن َﺰﻟ َﺘ ُﻪ ِﰲ ِﻛ َﺘﺎﺑ َِﻚ �أ ْو ٍْ ﲁ ِّ ُ �ِ �َ ُ �ِ �ﰲ ﻗَﻀَ ﺎ ُؤكَ �أ ْﺳأ
�َﻠ � ْﻤ َﺘ ُﻪ �آ َ�ﺪً ا ِﻣ ْﻦ َ�ﻠْ ِﻘ َﻚ �آ ْو ا ْﺳ� َﺘآ�� َْﺮ َت ِﺑ ِﻪ ِﰲ ِ� ْ ِﲅ اﻟْ َﻐ ْﯿ ِﺐ ِﻋ ْﻨﺪَ كَ �آ ْن َ ْﲡ َﻌ َﻞ اﻟْ ُﻘ ْﺮآ ٓ َن
َﺎب َ ِّﳘﻲ ﻏَ� ِّﻤ ْﻲ َ َرﺑِﯿ َﻊ ﻗَﻠْ ِﱯ َوﻧ َُﻮر َﺻ ْﺪ ِري َو ِ� َﻼ َء ُﺣ ْﺰ ِﱐ َو َذﻫ
"Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu,
dan anak hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu.
Hukum-Mu berlaku pada diriku. Ketetapan-Mu adil atas diriku. Aku
memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang
Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu,
atau yang Engkau ajarkan kepada seorang dari makhluk-Mu, atau yang
Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, agar Engkau
jadikan Al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku dan pelipur
kesedihanku serta pelenyap bagi kegelisahanku."
56
Allah pasti akan menghilangkan kekhawatiran dan kesedihannya serta
berzikir kepada Allah SWT dalam segala kondisi. Zikir memiliki pengaruh
dalam meringankan hati. Allah berfirman (Abdullah bin Abdur Rahman Al-
Jibrin, 2008):
Krisis tiroid atau thyroid storm adalah kondisi abnormal, yang ditandai
dengan meningkatnya hormon tiroid pada serum darah secara hebat yang
menyebabkan terlibatnya banyak sistem dengan gejala yang khas pada setiap
organ (Muller et al., 2011). Apabila tidak ditangani dengan cepat maka dapat
Pengobatan pada kasus krisis tiroid antara lain dengan pemberian beta
2012). Pada teknik pelaksanaan terapi ini terdapat prosedur melukai kulit,
57
pengeluaran darah, mentransfusi darah (Sinha et al, 2012). Hukum Islam
pernah ditemukan pada zaman Nabi SAW yaitu ketika Nabi SAW berbekam
diharamkan (Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim 2006, Zuhroni, 2012).
barang yang haram apabila terpaksa (Zuhroni, 2012) dan juga berdasarkan
kegagalan multi-organ, gagal jantung atau yang lainnya. Pengobatan ini juga
sesuai dengan tujuan syariat Islam yaitu Hifz Annafs atau memelihara diri.
Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu harus benar-benar dalam
kondisi gawat apabila tidak menggunakan obat itu, tidak tersedia pengobatan
58
halal lainnya, berdasarkan indikasi dari dokter dan juga pengobatan ini sudah
59
BAB IV
KRISIS TIROID
daruratan yang mana membutuhkan penanganan secara cepat dan tepat. Apabila
Plasmapheresis telah diketahui sebagai salah satu alternatif pengobatan pada kasus
hormon tiroid pada plasma darah. Terapi ini merupakan terapi yang cukup aman
dengan efek samping yang sedikit dan dapat di toleransi. Terapi plasmapheresis
dilakukan ketika sakit berat/gejala yang parah, perburukan keadaan klinik cepat,
keadaan tidak darurat dan masih bisa diberikan pengobatan lainnya. Salah satu
60
plasmapheresis diperbolehkan karena sesuai dengan kaidah Islam yaitu dalam
Oleh karena itu, krisis tiroid merupakan keadaan gawat darurat yang apabila
konvensional sudah gagal. Dengan syarat tidak ada pengobatan lainnya yang halal
dan juga telah direkomendasikan oleh dokter yang kompeten dan kredibel.
61
BAB V
V.1. Simpulan
pada pasien krisis tiroid namun masih dalam kasus yang terbatas.
sudah terbukti berhasil maka terapi ini sudah memenuhi salah satu kriteria
plasmapheresis pada krisis tiroid. Oleh karena itu, sesuai dengan hadis
62
V.1. Saran
1. Kepada Dokter
segera sehingga dokter dapat memilih terapi mana yang paling baik. Dokter
juga diharapkan dapat memberikan edukasi yang baik mengenai aspek medis
dan agama kepada keluarga pasien agar dapat mengambil keputusan yang baik
2. Kepada Masyarakat
kesehatan di Indonesia.
3. Kepada Peneliti
dengan subjek yang lebih banyak dan lebih tepat, karena masih kurangnya
data dan jumlah penelitian yang ada pada terapi plasmapheresis pada krisis
tiroid sehingga kedepannya hasil penelitian itu dapat menjadi dasar yang baik
4. Kepada Pemerintah
tiorid baik secara fasilitas (peralatan) maupun biaya. Terutama pada terapi
mahal.
63
5. Kepada Ulama
Diharapkan ulama dapat menyebarkan dakwah agama Islam dan juga hukum
64
DAFTAR PUSTAKA
Adali, E., Yildizhan, R., Kolusari, A. (2009). The Use of Plasmapheresis for
Rapid Hormonal Control in Severe Hyperthyroidism Caused by a Partial
Molar Pregnancy. Arch Gynecol Obstet 279: 569–71.
Akamizu, T., Satoh, T., Isozaki, O., Suzuku, A., Wakino, S., Iburi, T., et al.
(2012). Diagnostic Criteria, Clinical Features, and Incidence of Thyroid
Storm Based on Nationwide Surveys. Thyroid 22:661–79.
DOI:10.1089/thy.2011.0334
Al-Baidhoni, M. Laa Yajuuuz Idzaaun Nafs Biayyi Halin Minal Ahwal. Http://al-
madina.com/node/284730. Diakses pada: 27 Januari 2015
Albaramki, J.H., Teo, J., Alexander, S.I. (2009). Rituximab Therapy in Two
Children with Autoimmune Thrombotic Thrombocytopenic Purpura. Pediatr
Nephrol 24:1749-1752. DOI: 10.1007/s00467-009-1186-x
Angell, T.E., Lechner, M.G., Nguyen, C.T., et al. (2014). Clinical Features and
Hospital Outcomes in Thyroid Storm: A Retrospective Cohort Study. J Clin
Endocrinol Metab DOI: 10.1210/jc.2014-2850
Ashkar, P.S., Katims R.B., Smoak W.M., Gilson A.J. (1970). Thyroid Storm
Treatment With Blood Exchange and Plasmapheresis. JAMA 214:1275–9
Belchikov, Y.G. & Marotta, S.E. (2010). Heparin Management in a Patient with
Thyroid Storm. Pharmacotherapy 30:134e–8e. DOI:10.1592/phco.30.4.421
Benvenga, S., Ruggeri, R.M., Russo, A., Lapa, D., Campenni, A., Trimarchi, F.
(2001). Usefulness of L-Carnitine, A Naturally Occurring Peripheral
Antagonist of Thyroid Hormone Action, In Iatrogenic Hyperthyroidism: A
Randomized, Double-blind, Placebo-controlled Clinical Trial. J Clin
Endocrinol Metab 86:3579–94. DOI:10.1210/jcem.86.8.7747
65
Bianco, A.C. & Larsen, P.R. (2005). Intracellular Pathways of Iodothyronine
Metabolism. In: Braverman L.E., Utiger R.D., editors. Werner’s & Ingbar’s
The thyroid. 9th edition. Philadelphia: Lipincott, Williams & Wilkins; 2005.
p. 109–33
Boppidi, H. & Daram, S.R. (2009). Thyroid Dysfunction and The Coagulation
System: The Often Ignored Link. SouthMedJ 102:132.
DOI:10.1097/SMJ.0b013e318186be48
Cherrington, A.D., Fuchs, H., Stevenson, R.W., Williams, P.E., Alberti, K.G.,
Steiner, K.E. (1984). Effect of Epinephrine on Glycogenolysis and
Gluconeogenesis in Conscious Overnight-fasted Dogs. Am J Physiol
247:E137–E144.
Deng, Y., Zheng, W., Zhu, J. (2012). Successful Treatment of Thyroid Crisis
Accompanied by Hypoglycemia, Lactic Acidosis, and Multiple Organ
Failure. American Journal of Emergency Medicine 30, 2094.e5–2094.e6
Dorland, W.A.N. (2007). Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 31st ed. Pte
Ltd: Singapore. Terjemahan R.N. Elseria. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi
31. Jakarta: EGC
Ezer, A., Caliskan, K., Parlakgumus, A., Belli, S., Kozanoglu, I., Yildirim, S.
(2009). Preoperative Therapeutic Plasma Exchange in Patients with
Thyrotoxicosis. J Clin Apher 24(3):111–114.
Gunawan, S.G., Setiabudy, R., Elysabeth. (eds). (2011). Farmakologi dan Terapi.
Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
66
Goldberg, P.A. & Inzucchi, S.E. (2003). Critical Issues in Endocrinology. Clin
Chest Med 24: 583–606.
Han, Y.Y. & Sun, W.Z. (2002). An Evidence-based Review on the Use of
Corticosteroids in Peri-operative and Critical Care. Act a Anaesthesiol Sin
40:71–9
Henderson, A., Hickman, P., Ward, G., Pond, S.M. (1994). Lack of Efficacy of
Plasmapheresis in a Patient Overdosed with Thyroxine. Anaesth Intensive
Care 22:463–4
Hernández, M.R., Cabrera B.E., Sosa, D.Á., Rebollo, G., Cabrera, M.L., Marrero,
D.H., et al. (2011). Patients Treated with Plasmapheresis: A Case Review
from University Hospital of the Canary Islands. Nefrologia 31(4):415-34
Jha, S., Waghdhare, S., Reddi R., Bhattacharya, P. (2012). Thyroid Storm Due to
Inappropriate Administration of a Compounded Thyroid Hormone
Preparation Successfully Treated with Plasmapheresis. Thyroid 22(12).
DOI: 10.1089/thy.2011.0353
Kardas, F., Cetin, A., Solmaz, M., et al. (2011). Successful Treatment of
Homozygous Familial Hypercholeterolemia Using Cascade Filtration
Plasmapheresis. Turk J Hematol 29: 334-341. DOI: 10.5152/tjh.2011.20
Klein, I. & Ojama, K. (2001). Thyroid Hormone and the Cardiovascular System.
N Engl J Med 344(7):501–8
Koball, S., Hickstein, H., Gloger, M., Hinz, M., Henschel, J., Stange, J., et al.
(2010). Treatment of Thyrotoxic Crisis With Plasmapheresis and Single
Pass Albumin Dialysis: A Case Report. Artificial Organs 34(2):E55–E58
67
Krishnan, R. G. & Coulthard, M.G. (2007). Minimising Changes in Plasma
Calcium and Magnesium Concentrations During Plasmapheresis. Pediatr
Nephrol 22:1763-1766. DOI: 10.1007/s00467-007-0549-4
Kusumo, S., Tjou, K., Suharto, Alamsyah, Sugiman, T. (2012). Krisis Tiroid.
Majalah Kedokteran Terapi Intensif 2(4): 220-224
Liggett, S.B., Shah, S.D., Cryer, P.E. (1989). Increased Fat and Skeletal
Muscle β- Adrenergic Receptor but Unaltered Metabolic and Hemodynamic
Sensitivity to Epinephrine In Vivo in Experimental Human Thyrotoxicosis. J.
Clin. Invest. 83: 803-809
Mathar, I., Meissner, M., Vennekens, R., Kees, F., Van Der Mieren, G., Camacho
Londono, J.E., et al. (2010) Increased Catecholamine Secretion Contributes
to Hypertension in TRPM4-deficient Mice. J Clin Invest 120:3267–3279.
Migneco, A., Ojetti, V., Testa, A., De Lorenzo, A., Gentiloni Silveri, N.G. (2005).
Management of Thyrotoxic Crisis. Eur Rev Med Pharmacol Sci 9:69–74
Muller, C., Perrin, P., Faller, B., Richter, S., Chantrel, F. (2011). Role of Plasma
Exchange in the Thyroid Storm. Therapeutic Apheresis and Dialysis
15(6):522–531
Ngo, A.S. & Lung Tan, D.C. (2006) Thyrotoxic Heart Disease. Resuscitation
70:287–90. DOI:10.1016/j.resuscitation.2006.01.009
68
Patte D., Läger F.A., Savoie J.C., et al. (1983). Thyrotoxicosis, Then
Hypothyroidism Caused by Iodine Overload Associated With Neuropathy.
Failure of Plasma Exchange. Ann Med Interne (Paris) 134:31–4
Ranabir, S. & Reetu, K. (2011). Stress and Hormones. Indian J Endocrinol Metab.
15(1): 18-22
Sarlis, N.J. & Gourgiotis, L. (2003). Thyroid emergencies. Rev Endocr Metab
Disord 4:129–36
Sasaki, K., Yoshida, A., Nakata, Y., Mizote, I., Sakata, Y., Komuro, I. (2011). A
Case of Thyroid Storm with Multiple Organ Failure Effectively Treated with
Plasma Exchange. Intern Med 50: 2801-2805. DOI:
10.2169/internalmedicine.50.6078)
69
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simandibrata K., M. Setiati, S. (eds).
(2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Kelima. Jilid 3. Jakarta:
Interna Publishing
Thomas, D.J., Hardy, J., Sarwar, R., Banner, N.R., Mumani, S., Lemon, K., et al.
(2006). Thyroid Storm Treated With Intravenous Metimazol in Patients With
Gastrointestinal Dysfunction. Br J Hosp Med (Lond) 67:492–3.
Wang, Q., Wang, M., Whim, M.D. (2013). Neuropeptide Y Gates a Stress-
Induced, Long-Lasting Plasticity in the Sympathetic Nervous System. The
Journal of Neuroscience 33(31):12705-12717
Yamamoto, K., Saito, K., Takai, T., Yoshida, S. (1982). Treatment of Graves’
Ophthalmopathy by Steroid Therapy, Orbital Radiation Therapy,
Plasmapheresis and Thyroxine Replacement. Endocrinol Jpn 29:495–501
70
LAMPIRAN
71
Gambar 2. Ilustrasi membran filtrasi (Kaplan, 2009)
72