Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 4 :

1. Dewi Setiana

2. Fitri Nurfadilah

3. Neng Mila Andani

4. Umi Azizah

Kasus

An.Mimi, perempuan umur 5 tahun dirawat di ruang Usro sejak kemarin dengan diagnosis medis
DBD. Ibu mengatakan sejak kemarin anak tidak mau makan, lebih banyak diam dan jarang
berbicara. Ibu mengatakan sekarang ini An.Mimi sudah mulai bersekolah di TK, saat di sekolah
anak termasuk anak yang ceria dan suka sekali bermain bersama teman-temannya. Saat didekati
perawat, An.Mimi hanya memandang perawat dengan wajah cemberut tanpa berbicara saat
ditanya. Ibu mengatakan kegiatan anak di rumah lebih banyak bermain dengan teman sebaya dan
sekarang ini sedang ingin belajar naik sepeda. Ibu juga mengatakan anak susah makan dan hanya
suka makanan instan seperti mie instan, sarden dan jenis makanan instan lain.

Pertanyaan :

1. Jelaskan bagaimana cara mengatasi respon hospitalisasi yang terjadi pada An.Mimi

Cara mengatasinya yaitu bisa dengan terapi bermain. Perawat bisa memainkan permainan ular
tangga. Perawat bisa mengganti setiap kotaknya dengan label makanan sehat, dimana saat
dadu berhenti si anak harus memakan makanan sesuai label yang dipasang, selain bermain
dengan anak perawat juga melibatkan orangtuanya. Selain mengatasi masalah keengganan
makan pada anak juga bisa melatih kelancaran berbahasa (mengobrol saat bermain dan
obrolan keinginan anak untuk bermain sepeda)

2. Jelaskan materi bimbingan antisipasi yang dapat diberikan pada anak dan keluarga

Materi bimbingan yang diberikan pada anak dan orang tua :


1. Memberi bimbingan pada orang tua untuk antisipasi tingkah laku anak yang berlebihan
sehingga dapat menurunkan tension. Disini perawat menjelaskan perkembangan anak
pada usia ini)
2. Materi berisi penjelasan tentang tingkah laku anak yang agresif (aktivitas motorik dan
bahasa yang digunakan). Disini anak cenderung akan mengatakan apa yang mereka
dengar dan lihat
3. Jelaskan pada orangtua bahwa anak laki-laki biasanya dekat dengan ibunya dan anak
perempuan dengan ayahnya sehingga anak harus dibiasakan tidur terpisah dengan
orangtuanya
4. Membantu anak memasuki lingkungan sekolah. Perawat dan orangtua harus
memberikan respon terhadap kegiatan anak baik di rumah, sekolah, dan teman
sebayanya
5. Pencegahan kecelakaan di rumah. Berikan pemahaman pada orang tua, karena anak-
anak di usia ini akan aktif dan ingin mencoba apa yang mereka lihat, maka orang tua
harus waspada terhadap barang-barang yang membahayakan terutama di dalam
rumah. Seperti perhatikan stop kontak, jauhkan anak dari benda tajam dan beracun,
jauhkan anak dari sumber api, dll.

Dalam sebuah penelitian stimulasi orangtua akan berpengaruh terhadap perkembangan bahasa
pada anak usia toodler

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak karena kemampuan


berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya sebab
melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi, dari lingkungan sekitar anak.
Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa bantuan dari lingkungannya. Mereka harus
mendengar pembicaraan berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari maupun pengetahuan
tentang dunia. Mereka harus belajar mengekspresikan dirinya, membagi pengalamannya
dengan orang lain dan mengemukakan keinginannya (Yektiningsih, 2010).

Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai dengan umurnya (Yuniarti, 2015). Stimulasi
merupakan kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak berkembang secara
optimal.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PAUD Melati 2 Tlogosuryo Kota Malang
menunjukkan bahwa dari keseluruhan anak PAUD RW 02 Kelurahan Tlogomas sejumlah 31
anak., terpilih 10 orang tua dari 10 anak yang berhasil diwawancarai.Tujuh orang tua (70%)
mengatakan telah memberikan stimulasi pada anaknya dan hasilnya anak mampu
menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh serta anak mampu memanggil
penyebutan untuk orang tua, sedangkan 2 orang tua (20%) mengatakan kurang dalam
memberikan stimulasi pada anaknya tetapi anak mampu melakukan penyebutan untuk ayah
dan ibu, serta mampu mengungkapkan perasaannya seperti meminta makan dan minum.
Ditemukan 1 orang tua (10%) tidak memberikan stimulasi pada anaknya dan anak tidak dapat
menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh dan mengungkapkan perasaan seperti
lapar dan meminta makan atau minum.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-eksperimental.
Desain penelitian yang digunakan adalah one-group pretest and posttest design. Populasi dalam
penelitian ini adalah orang tua dan anak usia toddler di PAUD Asparaga Jl. Joyo Tamansari 1,
Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang sebanyak 30 orang. Teknik sampling
yang digunakan adalah sampling jenuh. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah orang tua dan
anak usiatoddler, orang tua dan usia toddler yang bersedia jadi responden, dan orang tua dan
anak usia toddler yang hadir saat pengumpulan data. Data dikumpulkan melalui kegiatan
observasi dan dianalisis menggunakan uji t berpasangan.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa hampir seluruh perkembangan bahasa anak usia toddler
sebelum pemberian stimulasi oleh orang tua dikategorikan sesuai perkembangan yaitu
sebanyak 25 orang anak (83,33%). Setelah pemberian stimulasi, hampir seluruh perkembangan
bahasa anak usia toddlerdikategorikan sesuai perkembangan yaitu sebanyak 29 orang anak
(96,67%)

DAFTAR PUSTAKA

Putra Asyrofi Y, Yudiemawati Atti, Maemunah Neni. 2018.Pengaruh Pemberian Stimulasi Oleh
Orang Tua Terhadap Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Toodler di PAUD Asparaga
Malang. Volume 3(1) 2018.

Anda mungkin juga menyukai