JURNAL ILMIAH
ABSTRAK
Pasca sindrom koroner akut adalah fase rehabilitasi dapat mengakibatkan perubahan fisik
dan psikologis sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien yang kemudian
menyebabkan masalah psikosial berupa cemas dan depresi. Cemas dan depresi ini
memiliki korelasi terhadap kesejahteraan spiritual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien pasca sindrom koroner akut di
poliklinik jantung RS. Dr. M.yunus Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan instrumen SIWB. Populasi penelitian ini adalah
seluruh pasien SKA tahun 2017 yang berjumlah 250 responden dalam 6 bulan terakhir.
Penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling yang berjumlah 43 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien dengan kesejahteraan spiritual
rendah (23%). Kesimpulannya, kesejahteraan spiritual pasien rendah sehingga perlunya
peningkatan pemenuhan kebutuhan spiritual dari keluarga.
ABSTRACT
Post-acute coronary syndrome is the rehabilitation phase that can result in physical and
psychological changes that affect the quality of life of the patient which then causes
psychosocial problems in the form of anxiety and depression. This anxiety and depression
has a correlation with spiritual well-being. The aim of this study was to identify the level of
spiritual well-being in patients after acute coronary syndrome in RS cardiac polyclinic.
Dr. M.yunus Bengkulu. This research is a quantitative descriptive study using the SIWB
instrument. The population of this study were all patients with SKA in 2017, totaling 250
respondents in the last 6 months. This study used accidental sampling technique,
amounting to 43 respondents. The results showed that most of the patients were with low
spiritual well-being (23%). In conclusion, the patient's spiritual well-being is low, so there
is a need for increased fulfillment of the spiritual needs of the family.
PENDAHULUAN
Sindrom Koroner Akut (SKA) 2020 menjadi pembunuh pertama
dapat muncul sebagai komplikasi pada tersering diseluruh dunia sebesar 36%
penderita Penyakit Jantung Koroner seluruh kematian (WHO, 2013).
(PJK) yang bersifat mengancam dan Klien dengan SKA dapat jatuh ke
paling sering mengakibatkan kematian. dalam kondisi kritis ataupun
Prevalensi SKA diperkirakan pada tahun kegawatdaruratan, dan ketika klien
(b) pasien yang memiliki diagnosis dengan median (≥32), maka tingkat
sindrome koroner akut sebagai kesejahteraan spiritualnya tinggi,
didokumentasikan dalam rekam medis sedangkan jika skor di bawah darimedian
dan dibuktikan dengan hasil diagnosa, (c) (<32), maka tingkat kesejahteraan
pasien sindrome koroner akut di usia spiritual rendah. Untuk mendapatkan
tersebut rentang usia 35 hingga lebih dari interpretasi Hasil, pertama-tama perlu
65 tahun, (d) terdaftar di Rekam Medis mengetahui skor tertinggi: 60 x jumlah
selama periode 5 tahun terakhir. responden dan terendah skor: 5x jumlah
Populasi penelitian ini adalah seluruh responden.
pasien SKA tahun 2017 yang berjumlah
250 responden dalam 6 bulan terakhir.
Jumlah sampel yang diperoleh dalam HASIL PENELITIAN
penelitian ini sebanyak 43 pasien dalam Table 1. Distribusi Frekuensi
waktu dua minggu. Teknik pengumpulan Karakteristik Pasien Pasca SKA di Poli
data yang digunakan peneliti dalam Jantung RS.Dr.M.Yunus Bengkulu
proses penelitian ini adalah melalui Variabel n %
angket yang berisi beberapa pertanyaan Age Late Mature
kemudian dibagikan dan diisi oleh Early Elderly 1 2.32
responden sendiri atau dibantu. Late Elderly 3 6.97
Instrumen yang digunakan dalam Elderly 4 9.30
penelitian ini adalah kuesioner (>65years old) 35 81.13
psikososial, Spirituality Index of Well- Sex
Being (SIWB), dikembangkan oleh Male 14 32.56
Daaleman dan Vande Creek pada tahun Female 29 67.44
2000. SIWB adalah instrumen yang Education
dirancang untuk mengukur dimensi Primary School 2 40.65
spiritual yang terkait dengan Secondary 35 81.39
kesejahteraan subjektif populasi pasien. Education High 6 13.95
SIWB dikembangkan melalui metode Education
penelitian kualitatif yang kemudian Profession Work 39 90.69
dibentuk oleh konsep dua dimensi: self Unemployed 4 9.30
efficacy dan skema kehidupan (Frey, Marital Status 43 100
Daaleman, & Peyton, 2005). Married Single 0 0
Analisis dilakukan untuk Widow
mengidentifikasi deskripsi kesejahteraan Duration of pasca
spiritual pasca SKA pasien. Uji SKA
normalitas dilakukan untuk menentukan 6 months 27 62.79
mean / median karena jumlah sampel 6-12 10 23.25
lebih dari 50 orang kemudian dilakukan 12 months 6 13.95
perhitungan uji normalitas menggunakan Comorbidities
Kolmogorov Smirnov dan diperoleh nilai Yes 33 76.74
sig sebesar 0,008 (p <0,05). Jadi, No 10 23.25
distribusi data terdistribusi tidak normal
Sehingga jika skor di atas atau sama
Dari tabel 1 terlihat bahwa efficacy low 33 (76.74%) dan life scheme
Sebagian besar berada dalam rentang usia 19 (44.18%).
56-65 tahun atau berada dalam periode
lanjut usia sebagai dari 35 responden
(81.39%). Pada usia 35-45 tahun PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian terlihat
sebanyak 8 orang (18.39%). Berdasarkan
kesejahteraan spiritual baik 46.5%. hal ini
jenis kelamin, Jumlah responden laki-laki
menunjukkan bahwa kesejahteraan
lebih banyak dibandingkan perempuan
spiritual meninggi. Banyak faktor yang
sebanyak 29 responden (67.44%).
mempengaruhi tingginya spiritual. Salah
Sebagian besar Responden adalah SMP
satunya responden dapat memaknai apa
dan SMA lulusan sekolah yang terdiri
yang terjadi pada dirinya. Hal ini
dari 35 orang (81.39%) responden Yang
didukung oleh (Babamohamadi et al.,
bekerja sebanyak 39 responden (90,69%),
2020) yang menjelaskan bahwa
dan menikah pada 43 responden (100%).
kesejahteraan spiritual dibentuk oleh dua
Tabel 2. Distibusi Frekuensi Gambaran dimensi yang mendukung tingkat
Kesejahteraan Spiritual Pasien SKA Poli spiritual yang tinggi kesejahteraan, yaitu
Jantung RS.Dr.M.Yunus Bengkulu kemanjuran diri dan kehidupan Dalam
No Kesejahteraan n % penelitian ini dimensi yang mendukung
Spiritual tingginya kesejahteraan spiritual adalah
1 Baik 20 46.5 dimensi skema kehidupan. Kesejahteraan
2 Menurun 23 53.5 pada pasien pasca SKA dibentuk oleh
Jumlah 43 100 pemahaman mereka yang tinggi tentang
skema kehidupan yang mereka
Dari tabel 2 terlihat bahwa lalui,sehingga menghasilkan keyakinan
sebagian besar dari responden sebanyak dalam arti dan tujuan hidup ((Widowati
23 responden mempunyai kesejahteraan et al., 2018).
spiritual menurun (53.5%). Sebagian besar 53.5%
Kesejahteraan spiritual menurun ini dapat
Tabel 3. Distibusi Frekuensi Gambaran disebabkan oleh beberapa faktor
Kesejahteraan Spiritual Pasien SKA Poli misalnya usia yang menginjak usia lanjut
Jantung RS.Dr.M.Yunus Bengkulu dimana pada tahap perkembangan ini
No Kesejahteraan F (%) F (%) lansia akan mengalami kemunduran fisik
Spiritual secara fisiologis sehingga tidak banyak
High Low
yang bisa dilakukan para lansia karena
1 Self Efficacy 24 33
(55.81) (76.74) tingkat ketergantungan terhadap orang
2 Lifeschme 19 10 lain semakin meningkat yang
(44.18) (23.25) mengakibatkan juga lansia merasa tidak
Jumlah 43(100) 43(100) berguna dan tidak dibutuhkan, lama
pengobatan, riwayat pengobatan. Hampir
Dari tabel 3 terlihat bahwa sebagian sebagian besar dari responden yang
besar dari responden sebanyak 33 mempunyai kesejahteraan yang rendah
responden kesejahteraan spiritual self adalah responden yang mempunyai
rentang usia 61-70 tahun yaitu (81.13%)
Keadaaan ini bertolak belakang dengan kurangnya motivasi dan keyakinan dari
yang dinyatakan oleh (Muzaki & responden untuk membuat hidup lebih
Arofiati, 2020) bahwa usia bermakna. Tinjauan di lapangan
mempengaruhi tingkat spiritualitas menunjukan sebagian besar pasien SKA
seseorang. Kesejahteraan spiritual mempunyai gejala depresi yaitu sebanyak
menurun adalah mereka yang sudah sedangkan berasarkan hasil penelitian
menjalani pengobatan lebih dari 1 tahun. pasien yang mempunyai self-efficacy
Hal ini dapat terjadi misalnya ketika awal rendah menunjukan bahwa banyaknya
mula pasien menjalani rawat jalan, pasien yang mempunyai gejala depresi
keluarga masih mendampingi tetapi dapat timbul karena self-efficacy yang
semakin lama pasien menjalani rawat rendah. Untuk meningkatkan self-
jalan sendiri tanpa ditemani keluarga.Jika efficacy guna meningkatkan
dilihat dari keterkaitan antara dimensi kesejahteraan spiritual pasien, perawat
dengan variabel, maka dimensi Self- dapat memberikan dukungan emosional
Efficacy berkontribusi besar pada untuk menjaga motivasi pasien dalam
kesejahteraan spiritual. hal ini dapat menjalankan pengobatan, dan
dilihat dari total responden yang menciptakan dukungan sosial yang baik
mempunyai kualitas hidup rendah yaitu dari keluarga (Wardhani, 2017).
(76.74%), dan 20 responden mempunyai
Life-Scheme yang rendah dengan kualitas
KESIMPULAN
hidup tinggi (44.18%). Karakteristik responden ada pada
Konsep mengenai keyakinan setidaknya berpengaruh pada tingkat
seseorang bahwa ia dapat melakukan kesejahteraan spiritual seperti usia, jenis
tingkah laku yang diminta dalam situasi kelamin, dukungan keluarga, pendidikan,
tertentu (Mirwanti & Nuraeni, 2016). riwayat terkena SKA, penyakit penyerta.
Persepsi mengenai self efficacy seseorang Tidak banyak perbedaan antara
sama halnya dengan harapan, bahwa kesejahteraan spiritual tingkat tinggi dan
seseorang akan sukses dalam rendah, oleh karena itu masih ada
menyelesaikan tugas yang diberikan kebutuhan lebih lanjut pengobatan dalam
merupakan faktor penting di dalam menangani masalah kesehatan spiritual -
mengarahkan tingkah laku seseorang. menjadi perubahan pada fase rehabilitasi
Individu dengan self efficacy yang rendah pasien. SKA. Mengacu pada hasil
memiliki keyakinan bahwa sesuatu yang penelitian ini, peneliti mengemukakan
sulit dari sebenarnya, sehingga memicu beberapa saran untuk keluarga untuk
perkembangan depresi dan pemikirannya terus meningkatkan kepedulian dalam
yang sempit dalam memecahkan suatu bentuk apapun pada responden. Dan
masalah (Purnomo & Jenie, 2020). perawat ruangan poli jantung untuk
Berdasarkan hasil penelitian, aspek dari meningkatkan kualitas pelayanan dengan
subvariabel self-efficay yang paling mengadakan pendampingan spiritual bagi
berpengaruh adalah pada poin pernyataan responden pasca SKA.
“Tidak banyak sesuatu yang saya lakukan
untuk membuat perbedaan dalam hidup
saya”. Hal ini menunjukan bahwa