Anda di halaman 1dari 85

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI PUSKESMAS


TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI

Disusun Oleh:
USWATUN HASANAH
2115201055

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI PUSKESMAS
TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Sarjana


Keperawatan

LEMBAR JUDUL

Disusun Oleh:
USWATUN HASANAH
2115201055

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Uswatun Hasanah


NIM : 2115201055
Program Studi : S1 Kebidanan
Judul : Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Tigaraksa
Kabupaten Tangerang

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing skripsi untuk mengikuti sidang skripsi.

Tangerang, Maret 2023

Tanda Tangan

Pembimbing 1:
Erty Suksesty, M. Keb (………………………….)
NIK. 040211.87.04

Pembimbing 2:
Titis Wahyuni, SST., MKM (………………………….)
NIK. 042010.91.01

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Uswatun Hasanah


NIM : 2115201055
Program Studi : S1 Kebidanan
Judul : Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Tigaraksa
Kabupaten Tangerang
Tanggal sidang skripsi : Maret 2023

Telah berhasil dipertahankan di hadapan sidang penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Tangerang.
Tangerang, Maret 2023
Tanda Tangan
Pembimbing 1:
Erty Suksesty, M. Keb (………………………….)
NIK : 040211.87.04
Pembimbing 2:
Titis Wahyuni, SST., MKM (………………………….)
NIK. 042010.91.01
Penguji 1:
(………………………….)
NIK :
Penguji 2:
(………………………….)
NIK.
Penguji 3:
(………………………….)
Nik :
Mengesahkan
Dekan Fikes UMT Ka. Prodi Sarjana Keperawatan

( ) ( )

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : Uswatun Hasanah
NIM : 2115201055
Program Studi : S1 Kebidanan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Tigaraksa
Kabupaten Tangerang”, adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi
berasal atau dikutip dari karya tulis yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka
dibagian akhir.
Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tangerang
Pada Tanggal : Maret 2023

Yang Menyatakan

(Uswatun Hasanah)

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Civitas Akademik Universitas Muhammadiyah Tangerang, saya yang


bertandatangan dibawah ini:

Nama : Uswatun Hasanah


NIM : 2115201055
Program Studi : S1 Kebidanan
Karya :

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Muhammadiyah Tangerang hak bebas Royalti Non-Eksklusif atas
karya ilmiah saya yang berjudul: “Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten
Tangerang”.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Royalti Non-Eksklusif ini
Universitas Muhammadiyah Tangerang berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tangerang
Pada Tanggal : Maret 2023
Yang Menyatakan

(Uswatun Hasanah)

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT,
atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Keperawatan, pada Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes), Universitas
Muhammadiyah Tangerang (UMT). Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ahmad Amarullah. S.Pd, M.Pd selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Tangerang
2. Imas Yoyoh, S. Kep., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Tangerang
3. Zuhrotunida,SST,M.Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tangerang
4. Fauzan Hakim SE, MM selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Tangerang.
5. Dewi Puspitasari, SST, MKM selaku Ketua Program Studi Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Tangerang.
6. Erty Suksesty, M. Keb selaku dosen pembimbing I yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan
skripsi ini
7. Titis Wahyuni, SST., MKM selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan banyak masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini
8. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral serta Doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT
untuk peneliti

Akhir kata, saya berdoa kepada Allah SWT semoga membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Tangerang, Maret 2023

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR JUDUL...................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI.............................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..............................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB I PENDAHULAAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah................................................................................6
C. Batasan Masalah......................................................................................6
D. Rumusan Masalah...................................................................................7
E. Tujuan Penulisan.....................................................................................7
1. Tujuan Umum...................................................................................7
2. Tujuan Khusus..................................................................................7
F. Manfaat Penelitian...................................................................................8
1. Aspek Teoritis..................................................................................8
2. Aspek Praktis dan Daya Guna..........................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................10
A. Landasan Teori......................................................................................10
1. Balita..............................................................................................10
2. Stunting...........................................................................................12
3. Ajaran Islam Tekankan Pentingnya Pencegahan Stunting.............23

vii
viii

4. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting....................24


B. Penelitian Terkait...................................................................................34
C. Kerangka Teori......................................................................................38
D. Kerangka Konsep..................................................................................39
E. Hipotesis Penelitian...............................................................................39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................41
A. Jenis dan Desain Penelitian...................................................................41
B. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................41
C. Populasi dan Sampel..............................................................................41
1. Populasi..........................................................................................41
2. Sampel............................................................................................41
D. Definisi Operasional..............................................................................44
E. Instrumen Penelitian..............................................................................46
F. Teknik Pengumpulan Data....................................................................47
G. Teknik Pengolahan Data........................................................................48
H. Etika Penelitian......................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................54
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR JUDUL HAL


Gambar 2.1 Alat Ukur Panjang Bayi.................................................................19
Gambar 2.2 Alat Ukur Tinggi Balita..................................................................20
Gambar 2.3 Kerangka Teori...............................................................................38
Gambar 2.4 Kerangka Konsep...........................................................................39

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan Indeks
(PB/U) atau (TB/U)..........................................................................15
Tabel 2.2 Penelitian Terkait..............................................................................34
Tabel 3.1 Jumlah Sampel di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang......43
Tabel 3.2 Defenisi Operasional........................................................................45

x
DAFTAR SINGKATAN

AKE : Angka Kecukupan Energi


ASI : Air Susu Ibu
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BPD : Badan Penghubung Daerah
HPK : Hari Pertama Kehidupan
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
KEK : Kekurangan Energi Kronik
Kemenkes RI: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
LILA : Lingkaran Lengan Atas
Menkes RI : Menteri Kesehatan Republik Indonesia
MP-ASI : Makanan Pendamping ASI
OR : Odd Ratio
PB/U : Indeks Panjang Badan menurut Umur
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PPGBM : Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat
SD : Standar Deviasi
DM : Sumber Daya Manusia
SSGBI : Survei Status Gizi Balita Indonesia
TB/U : Tinggi Badan menurut Umur
TTD : Tablet Tambah Darah
UNICEF : United Nations Children's Fund
WHO : World Health Organization
WUS : Wanita Usia Subur

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup....................................................................58


Lampiran 2. Surat Izin Penelitian.......................................................................59
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Penelitian..........................................................60
Lampiran 4. Surat Permohonan Menjadi Responden.........................................61
Lampiran 5. Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden.............................62
Lampiran 6. Kuesioner........................................................................................63
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas..........................................................................68
Lampiran 8. Standar Antropometri.....................................................................70
Lampiran 9. Lembar Bimbingan.........................................................................75

xii
BAB I
PENDAHULAAN

A. Latar Belakang

Stunting/pendek merupakan kondisi kronis yang menggambarkan

terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi dalam jangka waktu yang lama.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

2020 tentang Standar Antropometri Anak, pengertian pendek dan sangat

pendek adalah status gizi yang didasarkan pada Indeks Panjang Badan

menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang

merupakan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek).

Stunting pada balita adalah bayi 0-60 bulan dengan status gizi berdasarkan

panjang atau tinggi badan menurut umur, bila dibandingkan dengan standar

baku WHO dikatakan balita mengalami pendek jika Z scorenya - 3 SD sd <-

2 SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai Z-scorenya kurang dari -3SD

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

World Health Organization (WHO) mengestimasikan prevalensi

balita kerdil (stunting) di seluruh dunia sebesar 22% atau sebanyak 149,2 juta

pada 2020, angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan

tahun sebelumnya yaitu tahun 2019 mencapai 21,3% atau sebanyak 144 juta.

Prevalensi stunting tahun 2020 terbanyak berada di kawasan negara

berkembang diantaranya Afrika Tengah ditemukan sebanyak 36,8% atau

sebanyak 11,3 juta, Afrika Timur ditemukan sebanyak 32,6% atau sebanyak

22,1 juta dan Afrika Barat ditemukan sebanyak 30,9% atau sebanyak 20,2

1
2

juta. Kejadian stunting di kawasan Asia diantaranya Asia Selatan ditemukan

sebanyak 30,7% atau sebanyak 54,3 juta, Asia Tenggara ditemukan sebanyak

27,4% atau sebanyak 15,3 juta dan Asia Barat ditemukan sebanyak 13,9%

atau sebanyak 3,7 juta, Sementara itu di kawasan Negara maju di Eropa

Timur ditemukan sebanyak 6,6% atau sebanyak 1,1 juta, Eropa Selatan

ditemukan sebanyak 4% atau sebanyak 0,3 juta dan Eropa Utara ditemukan

sebanyak 2,9% atau sebanyak 0,2 juta (World Health Organization, 2021).

Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi

Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN dimana prevalensi

stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022

(Rokom, 2023). Berdasarkan data SSGI, pada tahun 2021 prevalensi stunting

di Banten sebesar 24,5%, kemudian di tahun 2022 prevalensi stunting turun

menjadi 20%, turun sebesar 4,5% dari tahun 2021 (Febrianto,

2023). Kabupaten Tangerang tahun 2021 berada di posisi empat besar

terbanyak kasus kekerdilan pada anak dimana ditemukan 16.100 kasus. Saat

ini menunjukkan penanganan stunting yang dilakukan oleh kerjasama tim

percepatan penurunan dari berbagai stakholder membuahkan hasil cukup

positif sehingga mengalami penurunan menjadi 9.200 kasus pada tahun 2022

(Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Tangerang, 2023).

Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal

ini disebabkan karena stunting mengakibatkan otak seorang anak kurang

berkembang. Ini berarti 1 dari 3 anak Indonesia akan kehilangan peluang

lebih baik dalam hal pendidikan dan pekerjaan dalam sisa hidup mereka.
3

Stunting bukan semata pada ukuran fisik pendek, tetapi lebih pada konsep

bahwa proses terjadinya stunting bersamaan dengan proses terjadinya

hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ lainnya, termasuk otak

(Achadi, 2020).

Nadiyah & Martianto (2018) mengatakan bahwa tinggi badan sangat

berkaitan dengan produktivitas dan tinggi badan akhir ditentukan oleh gizi

mulai dari konsepsi hingga umur dua tahun. Kurangnya tinggi badan saat

dewasa adalah akibat dari stunting masa kecil yang berhubungan dengan

hilangnya produktivitas sebesar 1.4%. Tingginya prevalensi stunting pada

anak balita di Indonesia saat ini dapat menurunkan kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) Indonesia.

Penyebab terjadinya stunting pada anak pada dasarnya dibagi menjadi

4 kategori besar yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, makanan tambahan

dan komplementer yang tidak adekuat, menyusui dan infeksi. Faktor keluarga

dan rumah tangga diantaranya Berat badan lahir rendah (BBLR), riwayat ibu

hamil dengan KEK dan pengetahuan. Faktor makanan komplementer yang

tidak adekuat diantaranya pemberian makan dan pengaruh budaya. Faktor

ketiga yaitu riwayat ASI eksklusif dan faktor keempat yaitu faktor infeksi

yang terdiri dari riwayat penyakit infeksi dan praktek kesehatan

(Soetjiningsih, 2019).

Dampak buruk dari stunting dalam jangka pendek bisa menyebabkan

terganggunya otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan

metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk


4

yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi

belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, risiko tinggi

munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh

darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang

tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktifitas ekonomi

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021).

Berdasarkan hasil tersebut perlu dilakukannya upaya pencegahan

dalam mengatasi stunting. Proses upaya tersebut diperlukan intervensi dari

berbagai sektor diantaranya dengan melakukan 1) pencegahan stunting

dengan sasaran ibu hamil dengan cara memperbaiki gizi ibu hamil, mendapat

tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan dan menjaga

agar tidak sakit saat hamil; 2) pencegahan stunting pada saat bayi lahir

dengan cara persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan segera

melakukan IMD setelah bayi lahir dan bayi sampai dengan usia 6 bulan

diberi ASI secara eksklusif; 3) pencegahan stunting pada bayi berusia 6 bulan

sampai dengan 2 tahun dengan cara mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi

Makanan Pendamping ASI (MP- ASI) dan ASI tetap dilanjutkan sampai bayi

berumur 2 tahun dan memperoleh kapsul Vitamin A dan imunisasi dasar

lengkap; 4) memantau pertumbuhan ke posyandu setiap bulan; dan 5)

perilaku hidup bersih dan sehat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2021).

Hasil penelitian terdahulu dilakukan oleh Resti (2019) dalam

penelitiannya menunjukkan pengetahuan berhubungan dengan stunting pada


5

balita. Hasil penelitian selanjutnya Said et al. (2021) menunjukkan pola

pemberian makan memiliki hubungan dengan stunting pada balita. Bella

(2019) dalam penelitiannya didapatkan budaya atau kebiasaan makan

berhubungan dengan kejadian stunting dan hasil penelitian Migang (2021)

dalam penelitiannya riwayat pemberian ASI Ekslusif berhubungan dengan

status gizi.

Penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan infeksi dalam penelitian

sebelumnya dilakukan oleh Sumardilah & Rahmadi (2019) menunjukkan

bahwa faktor riwayat penyakit infeksi berhubungan secara siginfikan dengan

kejadian stunting. Fadilah et al. (2020) dalam penelitiannya ada hubungan

antara perawatan kesehatan dengan kejadian stunting.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan bulan Januari 2023 di Puskesmas

Tigaraksa Kabupaten Tangerang melalui tenaga kesehatan yang bertugas di

bagian gizi, menurut data pada tahun 2021 bahwa dari 415 balita sampai usia

12-60 bulan didapatkan 83 balita (20%) yang mengalami stunting dan pada

tahun 2022 dari 417 didapatkan 103 balita (24,7%) mengalami stunting, hal

ini dapat dilihat dari status gizi berdasarkan panjang badan atau tinggi badan

menurut umur didapatkan nilai Z-scorenya kurang dari -2SD sampai kurang

dari -3SD.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan

penelitian mengenai “Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten

Tangerang”.
6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan yaitu:

1. Prevalensi stunting di dunia tahun 2019 mencapai 21,3%, tahun 2020

mencapai 22%, meningkat 0,7%.

2. Prevalensi stunting tertinggi di negara Afrika Tengah sebanyak 36,8%.

3. Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022

4. Provinsi Banten tahun 2021 sebesar 24,5%, tahun 2022 menjadi 20%,

turun sebesar 4,5%

5. Kabupaten Tangerang tahun 2021 ditemukan 16.100 kasus, mengalami

penurunan menjadi 9.200 kasus pada tahun 2022.

6. Prevalensi stunting di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang pada

tahun 2021 20%, tahun 2022 24,7% mengalami peningkatan 4,7%.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan idetifikasi masalah di atas, peneliti

membahas mengenai:

1. Pengetahuan ibu, pemberian makanan, riwayat ASI eksklusif dan riwayat

penyakit infeksi ibu dan pemberian makanan (Variabel independen)

2. Kejadian stunting pada balita (Variabel dependen)

3. Penelitian dilakukan di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

4. Penelitian di lakukan pada bulan Maret-Juni 2023


7

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas maka, dapat

dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah analisis faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa

Kabupaten Tangerang?”

E. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten

Tangerang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian stunting pada balita di

Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu, pemberian

makanan, riwayat ASI eksklusif dan riwayat penyakit infeksi di

Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

c. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting

pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

d. Mengetahui hubungan pemberian makanan dengan kejadian stunting

pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang


8

e. Mengetahui hubungan riwayat ASI eksklusif dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

f. Mengetahui hubungan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

F. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini dapat mengembangkan ilmu kebidanan,

khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian stunting pada balita.

2. Aspek Praktis dan Daya Guna

a. Bagi Tenaga Kesehatan

Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian stunting pada balita sehingga dapat

melakukan upaya-upaya pencegahan untuk menurunkan prevalensi

stunting pada balita.

b. Bagi Ibu Balita

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan ibu

tentang penyebab terjadinya stunting diantaranya disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan, pemberian makanan, riwayat ASI eksklusif

dan riwayat penyakit infeksi sehingga dapat dilakukan upaya

pencegahan stunting pada balita.

c. Bagi Peneliti
9

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan

dan bahan pertimbangan bagi penelitian lain ataupun penelitian

lanjutan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian stunting.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Balita

a. Pengertian Balita

Anak bawah lima tahun atau sering disingkat anak balita

adalah anak yang berusia diatas satu tahun atau dibawah lima tahun

atau dengan perhitungan bulan 12-59 bulan (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2021). Balita didefinisikan sebagai anak dengan

usia di bawah lima tahun dimana pertumbuhan tubuh dan otak sangat

pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Masa balita sering

disebut sebagai golden age karena pada masa ini pertumbuhan dasar

yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan

kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan

intelegensia yang berjalan sangat cepat dan merupakan dasar

perkembangan berikutnya (Dwiwardani, 2017).

b. Karakteristik Balita

Balita mempunyai karakteristik yang digolongkan menjadi

dua yaitu anak usia 1-3 tahun yang disebut batita dan anak usia

prasekolah (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021).

Menurut Destarina (2017), masa balita merupakan masa

pertumbuhan tubuh dan perkembangan kognitif untuk tingkat yang

optimal. Pada masa ini pertumbuhan dasar dapat mempengaruhi

10
11

perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,

emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan

landasan perkembangan berikutnya. Anak usia di bawah lima tahun

khususnya pada usia 1-3 tahun merupakan masa pertumbuhan fisik

yang cepat, sehingga memerlukan kebutuhan gizi yang paling

banyak dibanding masa-masa berikutnya. Anak akan mudah

mengalami gizi kurang di usia ini apabila kebutuhan nutrisi tidak

ditangani dengan baik.

c. Tumbuh Kembang Balita

Soetjiningsih (2019) menjelaskan tumbuh kembang adalah

suatu proses yang berkelanjutan dari konsepsi sampai dewasa yang

dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pertumbuhan paling

cepat terjadi pada masa janin, usia 0-1 tahun dan masa pubertas.

Sedangkan tumbuh kembang yang dapat dengan mudah diamati pada

masa balita. Pada saat tumbuh kembang setiap anak mempunyai pola

perkembangan yang sama, akan tetapi kecepatannya berbeda.

Masa balita termasuk kelompok umur paling rawan terhadap

kekurangan energi dan protein, asupan zat gizi yang baik sangat

diperlukan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan. Zat gizi

yang baik adalah zat-zat gizi yang berkualitas tinggi dan jumlahnya

mencukupi kebutuhan. Apabila zat gizi tubuh tidak terpenuhi dapat

menyebabkan beberapa dampak yang serius, contohnya gagal dalam


12

pertumbuhan fisik serta perkembangan yang tidak optimal

(Waryana, 2018).

Tinggi badan memberikan gambaran tentang pertumbuhan.

Pada keadaan tubuh yang normal, pertumbuhan tinggi badan

bersamaan dengan usia. Pertumbuhan tinggi badan berlangsung

lambat, kurang peka pada kekurangan zat gizi dalam waktu yang

singkat. Dampak pada tinggi badan akibat kekurangan zat gizi

belangsung sangat lama, sehingga dapat menggambarkan keadaan

gizi masa lalu. Keadaan tinggi badan pada usia sekolah

menggambarkan status gizi berdasarkan indeks TB/U (Aritonang,

2019).

2. Stunting

a. Pengertian Stunting

Stunting/pendek merupakan kondisi kronis yang

menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi

dalam jangka waktu yang lama. Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar

Antropometri Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah

status gizi yang didasarkan pada Indeks Panjang Badan menurut

Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang

merupakan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat

pendek). Stunting pada balita adalah bayi 0-60 bulan dengan status
13

gizi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umur, bila

dibandingkan dengan standar baku WHO dikatakan balita

mengalami pendek jika Z scorenya - 3 SD sd <- 2 SD dan

dikategorikan sangat pendek jika nilai Z-scorenya kurang dari -3SD

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

Stunting pada anak balita merupakan indikator utama dalam

menilai kualitas modal sumber daya manusia di masa mendatang.

Gangguan pertumbuhan yang diderita anak pada awal kehidupan,

dapat menyebabkan kerusakan yang permanen (Seftianingtyas,

2018).

Nadiyah & Martianto (2018) mengatakan bahwa tinggi badan

sangat berkaitan dengan produktivitas dan tinggi badan akhir

ditentukan oleh gizi mulai dari konsepsi hingga umur dua tahun.

Kurangnya tinggi badan saat dewasa adalah akibat dari stunting

masa kecil yang berhubungan dengan hilangnya produktivitas

sebesar 1.4%. Tingginya prevalensi stunting pada anak balita di

Indonesia saat ini dapat menurun-kan kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) Indonesia.

b. Etiologi Stunting

Masalah yang terjadi pada balita yang pendek

menggambarkan masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi

ibu/calon ibu, masa janin dan masa bayi/baduta, termasuk penyakit

yang diderita selama masa balita. Selama dalam kandungan, janin


14

akan tumbuh dan berkembang melalui pertambahan berat dan

panjang badan, perkembangan otak serta organ-organ lainnya.

Kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan

menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian. Secara paralel

penyesuaian tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan

pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel

otak dan organ tubuh lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat

kekurangan gizi diekspresikan pada usia dewasa dalam bentuk tubuh

yang pendek (Arisman, 2018).

c. Indikator Stunting

Salah satu metode penilaian status gizi secara langsung yang

paling populer dan dapat diterapkan untuk populasi dengan jumlah

sampel besar adalah antropometri. Indonesia antropometri telah

digunakan secara luas sebagai alat untuk menilai status gizi

masyarakat dan pertumbuhan perorang pada beberapa dasawarsa

belakang ini. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat

dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, sedangkan

parameter adalah ukuran tunggal dari ukuran tubuh manusia. Tinggi

badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah

lalu dan keadaan sekarang. Pengukuran tinggi badan atau panjang

badan pada anak dapat dilakukan dengan alat pengukur

tinggi/panjang badan dengan presisi 0,1 cm (Supariasa, 2019).


15

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020)

bahwa indikator status gizi berdasarkan indeks TB/U (tinggi badan

per umur) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis

sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama. Misalnya:

kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola asuh/pemberian

makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang

mengakibatkan anak menjadi pendek. Berikut klasifikasi status gizi

stunting berdasarkan tinggi badan/panjang badan menurut Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang

Standar Antropometri Anak berdasarkan umur ditunjukkan dalam

tabel berikut ini:

Tabel II.2
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan
Indeks (PB/U) atau (TB/U)
Indeks Kategori Status Ambang Batas (Z-Score)
Gizi
Panjang Badan menurut Sangat Pendek <-3SD
Umur (PB/U) atau Tinggi Pendek -3SD sampai dengan <-2SD
Badan menurut Umur (TB/U) Normal -2SD sampai dengan 2SD
Anak Umur 0-60 Bulan Tinggi >2SD
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020

a. Pemeriksaan Antropometri Stunting

Antropometri berasal dari kata anthropos (tubuh) dan metros

(ukuran) sehingga antropometri secara umum artinya ukuran tubuh

manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi

tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi.

Dimensi tubuh yang diukur, antara lain: umur, berat badan, tinggi
16

badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar

pinggul dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, 2019). Perubahan

dimensi tubuh dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan

kesejahteraan secara umum individu maupun populasi. Dimensi

tubuh yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu umur dan tinggi

badan, guna memperoleh indeks antropometri tinggi badan berdasar

umur (TB/U) (Aritonang, 2019).

Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa

alas kaki dan aksesoris kepala, kedua tangan tergantung rileks di

samping badan, tumit dan pantat menempel di dinding, pandangan

mata mengarah ke depan sehingga membentuk posisi kepala

Frankfurt Plane (garis imaginasi dari bagian inferior orbita

horisontal terhadap meatus acusticus eksterna bagian dalam). Bagian

alat yang dapat digeser diturunkan hingga menyentuh kepala (bagian

verteks). Sentuhan diperkuat jika anak yang diperiksa berambut

tebal. Pasien inspirasi maksimum pada saat diukur untuk meluruskan

tulang belakang (Supariasa, 2019).

Pengukuran pada bayi bukan tinggi melainkan panjang

badan. Biasanya panjang badan diukur jika anak belum mencapai

ukuran linier 85cm atau berusia kurang dari 2 tahun. Ukuran panjang

badan lebih besar 0,5-1,5 cm daripada tinggi. Oleh sebab itu, bila

anak di atas 2 tahun diukur dalam keadaan berbaring maka hasilnya

dikurangi 1 cm sebelum diplot pada grafik pertumbuhan. Anak


17

dengan keterbatasan fisik seperti kontraktur dan tidak

memungkinkan dilakukan pengukuran tinggi seperti di atas, terdapat

cara pengukuran alternatif. Indeks lain yang dapat dipercaya dan

sahih untuk mengukur tinggi badan ialah: rentang lengan (arm span),

panjang lengan atas (upper arm length), dan panjang tungkai bawah

(knee height). Semua pengukuran di atas dilakukan sampai ketelitian

0,1 cm (Rasyid, 2018).

b. Pengukuran Stunting

Istilah panjang dinyatakan sebagai pengukuran yang

dilakukan ketika anak telentang. Pengukuran panjang badan

digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang

badan merupakan indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang

sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan

relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas (Proverawati,

2019).

Alat yang digunakan untuk pengukuran tinggi badan untuk

anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat

pengukuran tinggi mikrotoa (micritoise). Namun untuk bayi atau

anak yang belum dapat berdiri, digunakan alat pengukur panjang

bayi pita meter (Supariasa, 2019). Alat yang digunakan untuk

mengukur panjang bayi dan tinggi balita menurut Mauliantika

(2019) di antaranya adalah:


18

1) Infatometer

Infatometer adalah sejenis alat ukur panjang atau tinggi

badan dengan ketelitian 0,1 cm atau 1 mm. Bagian dari

infatometer adalah sebagai berikut:

a) Bagian kepala atau head board tidak dapat digerakkan atau fix.

b) Bagian kaki atau foot board yang bisa digerakkan

c) Alas yang rata.

d) Bagian skala dengan ketelitian 0.1 cm atau 1.

Cara mengukur tinggi badan menggunakan infantometer

adalah sebagai berikut:

a) Sebelum mengukur panjang bayi letakkanlah alat pada

permukaan yang rata dengan ketinggian yang nyaman untuk

mengukur dan cukup kuat.

b) Beri alas yang tidak terlalu tebal, bersih, dan nyaman misalnya

selembar selimut tipis atau kertas tisu yang lebar.

c) Sebelum mengukur tinggi badan bayi lepaskan tutup kepala bayi

misalnya topi, hiasan rambut, dan kaos kaki bayi.

d) Kemudian pengukur berdiri pada salah satu sisi. Sebaiknya sisi

yang paling dekat dengan skala pengukur.

e) Letakkan bayi dengan kepala menempel pada bagian kepala atau

head board.
19

f) Posisikan kepala bayi sehingga sudut luar mata dan sudut atas

liang telinga berada pada garis yang tegak lurus dengan bidang

infantometer.

g) Usahakan dapat mempertahankan kepala bayi pada posisi.

h) Luruskan tubuh bayi sejajar dengan bidang infatometer.

i) Luruskan tungkai bayi bila perlu salah satu tangan pengukur

menahan agar lutut bayi lurus.

j) Tangan pengukur menekan lutut bayi kebawah dengan lembut.

k) Dengan tangan yang lain pengukur mendorong atau

menggerakkan bagian kaki atau foot board sehingga menempel

dengan tumit bayi.

l) Posisi kaki bayi adalah jari kaki menunjuk ke atas.

m) Baca ukuran panjang badan bayi sampai 0,1 cm terdekat.

Pengukuran dapat dilakukan pada satu atau dua kaki bayi.

Sumber: Mauliantika (2019)


Gambar II.2 Alat Ukur Panjang Bayi
20

Sumber: Mauliantika (2019)


Gambar II.3 Alat Ukur Tinggi Balita

a. Dampak Stunting

Stunting mengakibatkan otak seorang anak kurang

berkembang. Ini berarti 1 dari 3 anak Indonesia akan kehilangan

peluang lebih baik dalam hal pendidikan dan pekerjaan dalam sisa

hidup mereka. Stunting bukan semata pada ukuran fisik pendek,

tetapi lebih pada konsep bahwa proses terjadinya stunting bersamaan

dengan proses terjadinya hambatan pertumbuhan dan perkembangan

organ lainnya, termasuk otak (Achadi, 2020).

Dampak buruk dari stunting dalam jangka pendek bisa

menyebabkan terganggunya otak, kecerdasan, gangguan

pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat

ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi

belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, risiko


21

tinggi munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung

dan pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua,

serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada

rendahnya produktifitas ekonomi (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2020).

b. Upaya Pencegahan Stunting

Upaya intervensi untuk balita stunting difokuskan pada 1000

Hari Pertama Kehidupan (HPK) yaitu pada masa ibu hamil, ibu

menyusui, dan anak dari usia 0 – 23 bulan, pada masa inilah

penanganan balita pendek paling efektif dilakukan. 1000 hari

pertama kehidupan ini meliputi 270 hari selama kehamilan dan 730

hari pertama setelah bayi dilahirkan yang telah dibuktikan secara

ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan.

Oleh karena itu periode disebut dengan “periode emas”, “periode

kritis” atau “window of opportuntiy” (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2018).

Perkembangan otak, kecerdasan, ganggguan pertumbuhan

fisik seperti stunting, dan gangguan metabolisme dalam tubuh

merupakan akibat buruk yang akan timbulkan akibat permasalahan

gizi pada periode tersebut dalam jangka panjang. Upaya intervensi

untuk mengatasi masalah diatas antara lain:

1) Ibu hamil
22

Cara terbaik unutk mengatasi stunting yaitu memperbaiki

kesehatan dan gizi ibu hamil, saat ibu hamil mengalami masalah

kesehatan Kurang Energi Kronis maka harus segera diberikan

makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut dan mendapatkan

makanan dengan kandungan gizi yang bagus. Tablet penambah

darah perlu sekali diberikan kepada ibu ketika hamil, minimal

90 tablet selama proses kehamilan serta perlunya menjaga

kondisi kesehatan tubuh ibu hamil.

2) Bayi lahir

Bayi ketika persalinan yang di tolong oleh bidan atau

dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan Inisiasi

Menyusui Dini (IMD), dan bayi sampai usia 6 bulan diberi ASI

Eksklusif saja.

3) Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

Bayi yang sudah berusia 6 bulan diberikan Makanan

Pendamping ASI. Pemberian ASI dilakukan sampai bayi berusia

2 tahun atau lebih, dan anak diberikan imuniasi lengkap dan

vitamin A.

4) Upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya

gangguan pertumbuhan adalah memantau pertumbuhan Balita

di Posyandu.

5) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus dilaksanakan

oleh setiap rumah tangga termasuk meningkatkan akses air


23

bersih dan fasilitas sanitasi, dan menjaga kebersihan lingkun-

gan. PHBS akan menurunkan kejadian sakit terutama penyakit

infeksi yang dapat membuat energi pertumbuhan dialihkan

kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi, dan gizi sulit dis-

erap oleh tubuh dan terlambatnya pertumbuhan.

3. Ajaran Islam Tekankan Pentingnya Pencegahan Stunting

Pencegahan stunting sejalan dengan ajaran Islam tentang merawat

anak. Penyelesaian stunting tidak hanya melibatkan ibu, tetapi juga ayah

sebagai anggota keluarga. QS Al Baqarah ayat 233 menyebutkan:

‫َو اْلَو اِل ٰد ُت ُيْر ِض ْع َن َاْو اَل َد ُهَّن َح ْو َلْيِن َك اِم َلْيِن ِلَم ْن َاَر اَد َاْن ُّيِتَّم الَّر َض اَع َةۗ َو َع َلى‬

‫اْلَم ْو ُلْو ِد َلٗه ِرْز ُقُهَّن َو ِكْس َو ُتُهَّن ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف اَل ُتَك َّل ُف َنْفٌس ِااَّل ُو ْس َعَهاۚ اَل ُتَض ۤا َّر َو اِل َد ٌة‬

‫ٰذ‬
‫ِۢبَو َلِد َها َو اَل َم ْو ُلْو ٌد َّلٗه ِبَو َلِدٖه َو َع َلى اْل َو اِر ِث ِم ْث ُل ِل َكۚ َف ِاْن َاَر اَدا ِفَص ااًل َع ْن َت َر اٍض‬

‫ِّم ْنُهَم ا َو َتَش اُو ٍر َفاَل ُجَناَح َع َلْيِهَم اۗ َو ِاْن َاَر ْد ُّتْم َاْن َتْسَتْر ِض ُع ْٓو ا َاْو اَل َد ُك ْم َفاَل ُج َن اَح َع َلْيُك ْم‬

‫ِاَذ ا َس َّلْم ُتْم َّم ٓا ٰا َتْيُتْم ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف َو اَّتُقوا َهّٰللا َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َبِص ْيٌر‬

Artinya: Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua


tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan
kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka
dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena
anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena
anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula.
Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan
permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada
orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan
pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang

kamu kerjakan.
24

Berdasarkan QS Al Baqarah ayat 233 dalam perspektif Islam,

kasus stunting ini juga sangat perlu dicegah dari generasi Muslim.

Menyusui bayi sebagai upaya pencegahan stunting. Pencegahan stunting

sejalan dengan ajaran Islam tentang merawat anak. Keberadaan keluarga

samawa akan membawa efek dalam lingkungan. Kehadirannya bukan

hanya baik tapi juga memperbaiki, tidak sekadar saleh tapi juga

muslih. Implikasi dari mawaddah (maddah atau materi) adalah adanya

kehamilan, menyusui, rezeki dan pakaian yang baik, serta jangka

menyusui.

4. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting

Menurut Soetjiningsih (2019) penyebab terjadinya stunting pada

anak pada dasarnya dibagi menjadi 4 kategori besar yaitu:

a. Faktor keluarga dan rumah tangga:

1) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

2) Ibu hamil dengan riwayat KEK

3) Tinggi badan ibu

4) Pengetahuan Ibu

b. Makanan tambahan dan komplementer yang tidak adekuat

1) Pemberian makanan

2) Pengaruh budaya

c. ASI Eksklusif

d. Infeksi.
25

Peneliti dalam penelitian ini akan mengkaji empat faktor yang

berhubungan dengan kejadian stunting diantaranya pengetahuan ibu,

pemberian makanan, riwayat ASI eksklusif dan riwayat penyakit infeksi.

a. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu,

ini terjadi karena seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu

obyek tertentu. Peningkatan terjadi melalui panca indera manusia

yakni indera penciuman, penglihatan, pendengaran, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2019).

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan

perilaku seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan

perubahan persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang

meningkat dapat merubah persepsi masyarakat tentang penyakit.

Meningkatnya pengetahuan juga dapat mengubah perilaku

masyarakat dari yang negatif menjadi positif, selain itu pengetahuan

juga membentuk kepercayaan (Wawan & Dewi, 2019).

Pengetahuan tentang gizi orang tua terutama ibu sangat

berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi yang diperoleh oleh

balita. Pengetahuan gizi ibu yang baik akan meyakinkan ibu untuk

memberikan tindakan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi

balita, terutama yang berkaitan dengan kandungan zat-zat dalam

makanan, menjaga kebersihan makanan, waktu pemberian makan


26

dan lain-lain, sehingga pengetahuan yang baik akan membantu ibu

atau orang tua dalam menentukan pilihan kualitas dan kuantitas

makanan. (Rahmatillah, 2018). Pemilahan bahan makanan,

tersedianya jumlah makanan yang cukup dan keanekaragaman

makanan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang

makanan dan gizinya (Uliyanti, 2019).

Hasil penelitian Lugina (2021) pengetahuan orangtua

berhubungan secara signifikan dengan stunting pada balita. Begitu

juga dengan hasil penelitian Sarumaha (2019) menunjukkan bahwa

ada hubungan yang signifikanpengetahuan ibu dengan status gizi

balita. Dakhi (2018) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan

kejadian stunting.

b. Pemberian Makanan

Makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi

kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang

mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik

kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa

disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat

tenaga, pembangun dan zat pengatur (Sulistyoningsih, 2019).

Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan

makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan

yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta
27

hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting

untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.

Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan

buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan

mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-

organ tubuh (Irianto, 2017).

Faktor yang berhubungan erat dengan status gizi balita adalah

pemberian makan pendamping yang tidak tepat. Pemberian makan

yang tidak tepat dapat mengakibatkan anak mengalami malnutrisi,

gizi buruk, kecerdasan otak tidak maksimal, daya tahan tubuh

menurun dan pertumbuhan serta perkembangan terhambat. Dampak

dari pola pemberian makan kurang baik apabila tidak ditangani

dengan cepat dapat menyebabkan balita memiliki status gizi kurang

dan yang lebih fatal dapat mengakibatkan balita berstatus gizi buruk

(Sudarsono, 2018).

Anak dengan pemberian gizi yang kurang dapat

memunculkan permasalahan tidak tercapainya ketahanan gizi akibat

dari ketahanan pangan keluarga yang kurang. Apabila suatu keluarga

mengalami kesulitan penyediaan makanan maka tingkat konsumsi

secara otomatis akan menurun. Hal ini jika terjadi secara terus

menerus dapat memicu balita untuk mengalami kekurangan gizi

kronis yang berakibat balita menjadi pendek. Mengatasi

permasalahan tersebut, keluarga harus sadar gizi dalam menentukan


28

menu makanan dan meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya

gizi seimbang dalam pemenuhan sehari-hari agar anak terhindar dari

resiko stunting (Suharyanto, 2018).

Salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan bayi dan

balita yang benar adalah dengan memperhatikan pola pemberian

makan sesuai umur (Izah et al., 2020). Pemberian makan yang tepat

pada bayi dan anak dapat mempengaruhi kenaikan berat badan

secara optimal sehingga anak dapat mengalami pertumbuhan dan

perkembangan dengan baik dan sehat (Kumala & Sianipar, 2019).

Pola pemberian makan yang sesuai akan membuat pertumbuhan bayi

naik dan sebaliknya pola pemberian makan tidak sesuai akan

membuat pertumbuhan bayi tidak naik. Pola pemberian makan pada

balita yang kreatif dan variatif adalah hal penting yang perlu

diperhatikan ibu agar kebutuhan zat gizi anaknya terpenuhi

(Sudarsono, 2018).

Said et al. (2021) menunjukkan pola pemberian makan

memiliki hubungan yang signifikan dengan stunting pada balita.

Peningkatan status kesehatan dan gizi pada anak dapat dilakukan

melalui perbaikan perilaku dalam pemberian makan yang baik dan

benar. Begitu juga dengan hasil penelitian Nurmalasari & Septiyani

(2019) menunjukkan hasil pemberian makan berhubungan secara

signifikan dengan stunting pada balita. Pemberian nutrisi yang tidak

adekuat merupakan salah satu penyebab gangguan gizi pada balita,


29

dimana balita yang nutrisinya tidak cukup akan berdambak pada

gangguan gizi seperti kependekan atau stunting.

Hasil yang sama dilakukan oleh Ningtias & Solikhah (2020)

terdapat perbedaan yang signifikan pola pemberian nutrisi pada

balita dengan stunting dan non-stunting. Sebagian besar ibu yang

memiliki balita stunting belum menerapkan pola pemberian makan

yang tepat bagi anaknya. Pola pemberian nutrisi yang tidak tepat

yaitu jenis makanan yang tidak bervariasi, jumlah makanan yang

kurang dari kebutuhan harian balita, dan jadwal makan yang tidak

tertatur.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Niga & Purnomo

(2019) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara praktik pemberian makan dan praktik kebersihan terhadap

kejadian stunting. Makanan bagi anak sangant dibutuhkan dalam

proses tumbuh kembang balita.

c. Riwayat ASI

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020)

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6

bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat

diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan

yang paling baik untuk bayi segera setelah lahir.

Sulistyoningsih (2019) menjelaskan bahwa pemberian ASI

eksklusif dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi serta penunjang


30

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sehingga dapat

mempengaruhi status gizi bayi. Pemberian ASI dianjurkan diberikan

hingga anak berusia 2 tahun. Bagi bayi usia 6-8 bulan, ASI masih

memenuhi kebutuhan kalori sebanyak 70%, untuk bayi usia 9-11

bulan dapat memenuhi kalori sebanyak 55% sementara untuk bayi

usia 12 – 23 bulan dapat memenuhi kalori sebanyak 40%. Keadaan

ini akan secara siginifikan memenuhi kebutuhan makanan bayi

sampai usia 2 tahun.

United Nations Children’s Fund (2021) menyatakan bahwa

pemberian ASI eksklusif merupakan faktor perlindungan terhadap

stunting, sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi

prevalensi stunting pada anak di bawah usia lima tahun. ASI sangat

dibutuhkan dalam masa pertumbuhan bayi agar kebutuhan gizinya

tercukupi. Oleh karena itu ibu harus dan wajib memberikan ASI

secara eksklusif kepada bayi sampai umur bayi 6 bulan dan tetap

memberikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun untuk memenuhi

kebutuhan gizi bayi.

Prasetyono (2019) menjelaskan bahwa salah satu manfaat

ASI eksklusif adalah mendukung pertumbuhan bayi terutama tinggi

badan karena kalsium ASI lebih efisien diserap dibanding susu

pengganti ASI atau susu formula. Sehingga bayi yang diberikan ASI

Eksklusif cenderung memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dan

sesuai dengan kurva pertumbuhan dibanding dengan bayi yang


31

diberikan susu formula. ASI mengandung kalsium yang lebih banyak

dan dapat diserap tubuh dengan baik sehingga dapat memaksimalkan

pertumbuhan terutama tinggi badan dan dapat terhindar dari resiko

stunting.

Hasil penelitian Sarumaha (2019) ada hubungan yang

signifikan antara pelaksanaan ASI Eksklusif dengan Status Gizi

(stunting), bayi yang tidak diberi ASI secara Eksklusif sangat rentan

terserang penyakit. Migang (2021) dalam penelitiannya riwayat

pemberian ASI Ekslusif berhubungan dengan status gizi. Bayi yang

mendapat ASI cenderung memiliki frekuensi sakit dan periode lama

sakit lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI

ekslusif sehingga nutrisi dapat terserap dengan baik ke dalam

tubuhnya, sehingga balita memiliki status gizi yang baik seimbang

antara berat dan tinggi badan.

Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Khoiriyah et al.

(2021) menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara ASI

eksklusif dengan kejadian stunting pada balita. Balita yang tidak

diberi ASI eksklusif kemungkinan 5,3 kali berpeluang menjadi

stunting dibandingkan dengan balita yang diberi ASI eksklusif.

Pengaruh ASI eksklusif terhadap perubahan status stunting

disebabkan oleh fungsi ASI sebagai antiinfeksi. Pemberian ASI yang

kurang dan pemberian pemberian makanan atau formula terlalu dini

dapat meningkatkan risiko stunting karena bayi cenderung lebih


32

mudah terkena penyakit infeksi seperti diare ataupu penyakit

pernapasan.

Begitu juga dengan hasil penelitian Nurmalasari & Septiyani

(2019) menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara riwayat

pemberian ASI Ekslusif dengan stunting. Pemberian ASI Ekslusif

dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi badan pada anak. ASI

Eksklusif membantu mencegah kejadian malnutrisi pada anak dan

dapat mencegah terjadinya stunting atau gagal tumbuh.

d. Riwayat Infeksi

Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi melalui

beberapa cara, yaitu mempengaruhi nafsu makan, menyebabkan

kehilangan bahan makanan karena muntah-muntah/diare dan

mempengaruhi metabolisme makanan. Gizi buruk atau infeksi

menghambat reaksi imunologis yang normal dengan menghabiskan

sumber energi di tubuh. Sulistyoningsih (2019) menyatakan bahwa

terjadinya masalah gizi pendek (TB/U) sebagai akibat dari

rendahnya sanitasi dan kebersihan lingkungan dapat memicu

gangguan saluran pencernaan, yang membuat energi untuk

pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi

infeksi diantaranya ISPA dan diare. Saat anak sakit, lazimnya selera

makan mereka pun berkurang, sehingga asupan gizi makin rendah.

Seorang anak yang terkena diare akan mengalami

malabsorbsi zat gizi dan durasi diare yang berlangsung lama (lebih
33

dari empat hari) akan membuat anak semakin mengalami kehilangan

zat gizi, bila tidak segera ditindaklanjuti dan diimbangi dengan

asupan yang sesuai makan terjadi gagal tumbuh (Agustina, 2019).

Anak yang kurang gizi akan memiliki daya tahan tubuh terhadap

penyakit yang rendah sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan

dampak penyakit infeksi ini dapat mempengaruhi perkembangan

kognitif anak dan menghambat pertumbuhan badan (Almetzier,

2018).

Sumardilah & Rahmadi (2019) menunjukkan bahwa faktor

riwayat penyakit infeksi berhubungan secara siginifikan dengan

kejadian stunting. Penyakit infeksi yang sering diderita anak balita

adalah diare dan infeksi saluran pernapadan akut (ISPA). Jika

kondisi ini terjadi secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang

lama, maka dapat menyebabkan terjadinya masalah gizi.

Hasil penelitian yang sama dilakukan Desyanti & Nindya

(2019) ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit diare

dengan kejadian stunting) yang artinya adalah balita yang sering

mengalami diare berisiko mengalami stunting lebih besar daripada

balita yang jarang mengalami diare di wilayah kerja Puskesmas

Simolawang.
34

B. Penelitian Terkait

Tabel II.1
Penelitian Terkait
No Nama Judul Metode
Hasil Penelitian
Peneliti Peneliti Penelitian
1. Setia Nisa, The Effect of Penelitian ini Hasil : rata-rata
Prasetyanin Providing menggunakan pengetahuan ibu balita
gsih. Counseling korelasi pra sebelum penyuluhan tentang
(2022). with eksperimen stunting dilakukan adalah
Audiovisual desain dengan 44,56 dengan standar
Internationa Methods on One Group deviasi 15,38, sedangkan
l Journal of the Pretest-Posttest rata-rata pengetahuan ibu
Public Knowledge of Design. setelah konseling yang
Health Mothers of Pengambilan dilakukan adalah 61,26
Excellence Toddlers sampel dengan standar deviasi
(IJPHE) about menggunakan 12,14. Dapat dilihat
Vol. 2, No. Stunting purposive perbedaan pada nilai rata-
1, sampling rata setelah dan sebelum
December dengan jumlah diberikan pendidikan
2022. sampel yang kesehatan tentang
diperoleh kontrasepsi adalah 16,70
sebanyak 50 dengan standar
PUSH Wanita. penyimpangan 10,99. Hasil
Data dianalisis uji statistik diperoleh nilai P
menggunakan = 0,000.
independent Kesimpulan: Ada
sample t test perbedaan yang signifikan
(paired sample t- pada rata-rata pengetahuan
test) ibu balita sebelum dan
sesudah
penyuluhan
2. Supriyatun, Analisis Penelitian Hasil balita dengan Riwayat
(2021) Faktor Risiko korelasional tidak BBLR 43 responden
yang dengan (86 %) balita dengan
JKM Berhubungan menggunakan Riwayat BBLR 7 responden
(Jurnal dengan rancangan (14 %) balita dengan
Kebidanan Kejadian Kasus Kontrol. Riwayat ASI ekslusif 40
Malahayati) Stunting Analisis responden (80 %) balita
. Vol 7, pada Balita penelitian tidak ASI
No.4. menggunakan ekslusif 10 responden (20
Oktober Chi-square. %), pendidikan ibu
2021, Jumlah subjek menengah 34 responden (68
penelitian %) pendidikan dasar 11
sebanyak 50 responden
orang (22 %) pendidikan tinggi 5
35

No Nama Judul Metode


Hasil Penelitian
Peneliti Peneliti Penelitian
dengan rincian responden (10 %), status
kelompok kasus sosial ekonomi kategori non
25 responden dan gakin 37 responden (74 %)
kelompok kontrol kategori gakin yaitu
sebanyak 25 sebanyak 13 responden (26
responden. %), jarak kelahiran kategori
Tekhnik sampling lebih dari sama dengan 2
yang digunakan tahun 43
adalah total responden (86 %) kategori
sampling. Alat kurang dari 2 tahun yaitu
ukur yang sebanyak 14 responden (14
digunakan adalah %).
lembar ceklis
Kesimpulan: Faktor risiko
yang berhubungan dengan
kejadian stunting di wilayah
kerja Puskesmas Purwaharja
II Kota Banjar adalah
riwayat BBLR.
3. Hana Ilmi Faktor-Faktor Penelitian ini Hasil: persentase responden
Khoiriyah, yang menggunakan yang stunting sebesar
dkk (2021) Berhubungan metode kuantitatif 38,6%. Analisis uji statistik
dengan dengan desain menunjukkan adanya
Jurnal Kejadian cross hubungan bermakna antara
Mahasiswa Stunting sectional, asupan energi (p-value
Kesehatan pada Balita populasi sebanyak 0,001), ASI eksklusif
Masyarakat Usia 24-59 506 balita dengan (p-value 0,001), MP-ASI (p-
Promotor Bulan di sampel sebanyak value 0,039), praktik
Vol. 4 No. Desa 83 orang. Teknik kebersihan dan sanitasi (p-
2, April Bantargadun sampling value 0,017), dan
2021 g Kabupaten menggunakan status ekonomi keluarga (p-
Sukabumi simple random value 0,027) dengan
sampling. kejadian stunting pada balita
Instrumen yang
digunakan berupa Kesimpulan: adanya
kuesioner dan hubungan bermakna antara
lembar food recall asupan energi, ASI eksklusif
24 jam. Analisis , MP-ASI), praktik
data dilakukan kebersihan dan sanitasi, dan
dengan uji chi- status ekonomi keluarga
square dengan kejadian stunting
pada balita.
4. Asweros Faktor-faktor Desain studi cross Hasil Penelitian: aktor
Umbu yang sectional orang tua yang berhubungan
36

No Nama Judul Metode


Hasil Penelitian
Peneliti Peneliti Penelitian
Zogara Berhubungan digunakan dalam dengan kejadian stunting
(2020) dengan penelitian ini. adalah
Kejadian Sampel penelitian pendidikan ayah
Jurnal Ilmu Stunting berjumlah 176 (Pvalue=0,035) dan ibu
Kesehatan pada Balita balita dan data (Pvalue=0,031), jumlah
Masyarakat. dianalisis anggota keluarga
2020; 9 (2) menggunakan uji (Pvalue=0,008), dan
chi square pengetahuan
gizi ibu (Pvalue=0,002).
Sedangkan pekerjaan ayah
(Pvalue= 0,233) dan
pekerjaan ibu (Pvalue=
0,895) tidak
berhubungan dengan
kejadian stunting. Asupan
zat gizi yang berhubungan
dengan kejadian stunting,
yaitu asupan
protein (Pvalue=0,002) dan
lemak (Pvalue=0,017).
Sedangkan asupan
karbohidrat tidak
berhubungan dengan
kejadian
stunting (Pvalue=0,687).
Kesimpulan: pendidikan
ayah dan ibu, jumlah
anggota
keluarga, dan pengetahuan
gizi ibu, serta
asupan protein dan
karbohidrat
berhubungan signifikan
dengan kejadian
stunting pada balita.
Sedangkan pekerjaan
ayah dan ibu, serta asupan
karbohidrat
tidak berhubungan.
5. Rita Sari Faktor Desain penelitian Hasil Penelitian:
(2017) Determinan ini adalah Hasil penelitian 46% berada
yang observasional pada kondisi stunting
Wacana Berhubungan analitik dengan (pendek). Faktor
Kesehatan dengan pendekatan Penghasilan, pola
37

No Nama Judul Metode


Hasil Penelitian
Peneliti Peneliti Penelitian
Vol. 2, No.2, Kejadian crossectional. asuh dan pemberian makan
Desember Stunting pada Subjek dalam berhubungan dengan
2017 Balita di penelitian ini kejadian balita stunting
Kabupaten adalah pasangan (ρ<0,05).
Pesawaran ibu dan balita usai Kesimpulan: penghasilan
Lampung 2-5 tahun.Jumlah keluarga, pola asuh dan pola
sampel pada pemberian makan
penlitian ini berhubungan siginifikan
adalah 385 dengan kejadian stunting di
pasangan ibu dan Kabupaten Pesawaran
balita dari 12 Lampung.
Wilayah kerja
Puskesmas di
Pesawaran
6. Ari Faktor-Faktor penelitian Hasil Penelitian:
Sulistyawati yang kuantitatif dengan balita stunting sebesar
, (2020) Berhubungan pendekatan 27.8%,
dengan potong faktor yang berpengaruh
Jurnal Ilmu Kejadian lintang. Populasi terhadap kejadian stunting
Kebidanan, Stunting pada balita di Dusun adalah berat badan lahir
Jilid 5, Balita Teruman (p=0,017; OR= 4.625),
Nomor 1, berjumlah 980 pengetahuan
November anak. ibu tentang gizi (p=0.000;
2020 Data bivariat OR=0.208), pola perawatan
dianalisis kesehatan balita (p=0.000;
menggunakan uji OR=0.200), panjang badan
Chi Square dan lahir
data (p=0.000; OR=0.129),
multivariat diuji pendapatan perkapita
menggunakan (p=0.000; OR=0.129), dan
Regresi Logistik pola pemenuhan gizi
Ganda (p=0.000; OR=0.033).

Kesimpulan: Berat badan


lahir, panjang badan lahir,
pola
pemenuhan gizi,
pengetahuan ibu tentang
gizi,
pola perawatan dan
pendapatan perkapita
merupakan faktor yang
paling berpengaruh
terhadap kejadian stunting
38

No Nama Judul Metode


Hasil Penelitian
Peneliti Peneliti Penelitian
balita.

C. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang diuraikan di atas, maka disusun

kerangka teori sebagai berikut:

Balita

PB/U atau TB/U Z scorenya - 3 SD sd <- 2 SD

Stunting pada
balita

Dampak stunting
1. Jangka pendek
Faktor yang berhubungan dengan
a. Terganggunya pertumbuhan
kejadian stunting
otak dan kecerdasan
1. Faktor keluarga dan rumah tangga
b. Gangguan pertumbuhan fisik
a. BBLR
c. Gangguan metabolisme dalam
b. Riwayat Ibu hamil dengan KEK
tubuh
c. Pengetahuan ibu
2. Jangka panjang
2. Faktor makanan
a. Menurunnya kemampuan
a. Pemberian makanan
kognitif dan prestasi belajar
b. Pengaruh budaya
b. Menurunnya kekebalan tubuh
3. ASI Eksklusif
c. Risiko diabetes, penyakit
4. Faktor infeksi
jantung dan pembuluh darah
a. Riwayat penyakit infeksi
d. Kualitas kerja yang tidak
b. Praktek kesehatan
kompetitif
Soetjiningsih, 2019
e. Rendahnya produktifitas
ekonomi
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020

Gambar II.1 Kerangka Teori


Sumber: Soetjiningsih (2019), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(2020)
39

D. Kerangka Konsep

Stunting/pendek merupakan kondisi kronis yang menggambarkan

terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi dalam jangka waktu yang lama.

Stunting pada anak balita merupakan indikator utama dalam menilai kualitas

modal sumber daya manusia di masa mendatang. Penyebab terjadinya

stunting disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan ibu,

pemberian makanan, riwayat ASI dan riwayat penyakit infeksi. Berdasarkan

pernyataan tersebut, maka kerangka konsep dapat diurakan sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

1. Pengetahuan ibu
2. Pemberian makanan Kejadian Stunting Pada Balita
3. Riwayat ASI eksklusif
4. Riwayat Penyakit Infeksi

Gambar II.1 Kerangka


Konsep

E. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2019), hipotesis penelitian merupakan jawaban

semetara dari permasalahan yang akan diteliti. Hipotesis disusun dan diuji

untuk menunjukkan benar atau salah dengan cara terbebas dari nilai dan

pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya. Hipotesis dalam penelitian

ini yaitu:

Ha1: Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting

pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.


40

H01: Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

Ha2: Terdapat hubungan antara pemberian makanan dengan kejadian stunting

pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

H02: Tidak terdapat hubungan antara pemberian makanan dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

Ha3: Terdapat hubungan antara riwayat ASI eksklusif dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

H03: Tidak terdapat hubungan antara riwayat ASI eksklusif dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

Ha4: Terdapat hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

H04: Tidak terdapat hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan

kejadian stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten

Tangerang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan

cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau resiko

(pengetahuan ibu, pemberian makanan, riwayat ASI eksklusif dan riwayat

penyakit infeksi) dan variabel terikat (kejadian stunting pada balita) akan

dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2019).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten

Tangerang. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni

2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2018), populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu mempunyai

balita periode bulan Februari 2023 sebanyak 417 balita.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau mewakili dari

populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau

mewakili dari populasi yang diteliti. Menurut Notoatmodjo (2020), cara


untuk menentukan ukuran sampel dengan menggunakan rumus Slovin

sebagai berikut:

N
n= 2
1+ N (d)

Keterangan :

n = Sampel

N = Populasi

d2 = Tingkat Kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

Besar sampel size pada peneliitian ini adalah:

417
n= 2
1+ 417 x 0, 1

417
¿
1+ 417 × 0 ,01

417
¿
1+ 4 , 17

= 80,6 dibulatkan menjadi 81orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

proportional stratified random sampling. Menurut Iskandar (2019)

proportional stratified random sampling di mana metode pengambilan

sampel diambil di setiap Posyandu di Desa yang berlokasi di wilayah

Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Cara pengambilan sampel

dengan proportional stratified random sampling menggunakan rumus

alokasi proportional:

¿= ¿ . n
N
Dimana :

ni = jumlah anggota sampel menurut strata

n = jumlah anggota sampel seluruhnya

Ni =jumlah anggota populasi menurut strata

N = jumlah anggota populasi seluruhnya

Tabel III.1
Jumlah Sampel di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang
Jumlah
Nama Pengambilan Sam- Jumlah
No Populasi
Posyandu pel Sampel
Strata

62
1. Bantar Panjang 62 X 81 = 13,1 13
417

58
2. Cileles 58 X 81 = 11,3 11
417

55
3. Kadu agung 55 X 81 = 10,6 11
417

53
4. Margasari 53 X 81 = 10,2 10
417

54
5. Sodong 54 X 81 = 10,4 10
417

58
6. Tapos 58 X 81 = 11,3 11
417

67
7. Tigaraksa 77 X 81 = 14,9 15
417

Jumlah Strata 417 Jumlah Sampel 81

Setelah selesai menentukan sampel dengan menggunakan

proportional stratified random sampling, maka langkah selanjutnya

menggunakan random sampling dengan cara membuat daftar semua unit


sampel pada masing-masing Posyandu, selanjutnya memberi nomor urut

pada lembar kertas dan membuat nomor urut pada kertas kecil, langkah

terakhir kocok lalu ambil secara acak sebanyak jumlah sampel yang

dibutuhkan sesuai masing-masing desa dan cocokkan nomor yang telah

diambil dengan daftar unit sampel. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

1) Tercatat di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

2) Ibu yang memiliki balita (12-23 bulan) yang mengikuti

posyandu pada bulan Maret tahun 2023 dan dilakukan pemerik-

saan status gizi dengan indeks TB/U.

3) Memiliki KIA/KMS

b. Kriteria eksklusi

1) Anak yang mengalami kelainan seperti autisme dan retardasi

mental

2) Tidak bersedia menjadi responden.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan yang berdasarkan

kenyataan atau penjelasan di lapangan yang meliputi penjelasan tentang apa

variabel tersebut, alat ukur, hasil ukur dan skala ukur (Nursalam, 2019).

Variabel-variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam definisi sebagai

berikut :
Tabel III.1
Defenisi Operasional
Definisi Alat Skala
Variabel Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
Variabel Bebas
Pengetahua Pengetahuan Mengisi Kuesioner 1. Kurang Ordinal
n ibu yang diketahui kuesioner (≤75%)
oleh ibu balita 2. Baik
mengenai gizi (75%)
Pemberian Tindakan ibu Mengisi Kuesioner 1. Tidak baik Ordinal
makanan dari balita dalam kuesioner (jika nilai
memberikan median <
makanan yang 7,5)
diterapkan pada 2. Baik (nilai
anak yang median ≥
berkaitan 7,5)
dengan menu Nurfita, 2019
seimbangan,
jenis makanan,
pola makan,
makanan
tambahan/jajana
n, dan bahan
makanan,
Riwayat Riwayat yang Mengisi Kuesioner 1. ASI tidak Nominal
ASI dialami ibu kuesioner eksklusif
dalam 2. ASI Ek-
memberikan skulsif
ASInya tanpa Kementerian
ada tambahan Kesehatan
cairan atau Republik
makanan lain Indonesia,
selain obat- 2020
obatan dan
vitamin sejak
lahir hingga 6
bulan pertama
kehidupannya
Riwayat Balita dalam Mengisi Kuesioner 1. Ada Nominal
penyakit kurun waktu 3 kuesioner 2. Tidak ada
infeksi bulan terakhir Sulistyon-
menderita ingsih, 2019
penyakit infeksi
seperti diare dan
ISPA
Definisi Alat Skala
Variabel Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
Variabel Terikat
Kejadian Tinggi balita Lembar Data KIA/ 1. Stunting Ordinal
stunting (12-60 bulan) Observasi KMS (jika z
pada balita menurut umur score < -2
(TB/U) kurang SD)
dari -2 SD 2. Normal
sehingga lebih (jika z
pendek daripada score ≥ -2
tinggi yang SD)
seharusnya Menkes RI,
2020

E. Instrumen Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2019), instrumen penelitian pada dasarnya alat

yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian.

1. Variabel pengetahuan ibu teridiri dari 10 soal meliputi mengenai stunting

meliputi pengertian stunting (1,2) , faktor yang mempengaruhi stunting

(3,) , dampak stunting (4) kebutuhan gizi balita (5,6,7) faktor yang

mempengaruhi pemenuhan gizi (8) dan penilaian status gizi 9), serta

mengenai stunting meliputi. Kuesioner ini berbentuk Multiple Choice yang

terdiri dari 10 pertanyaan dengan skor jawaban benar (1) dan salah (0).

Kuesioner ini sudah dilakukan uji validitas pada 30 orang ibu yang

memiliki balita dengan hasil setiap kuesioner valid (>0,444) dan reliabel

(0,741).

2. Variabel pemberian makanan terdiri dari 15 soal dengan alternatif jawaban

ya dan tidak dengan bobot nilai ya diberi nilai 1 dan tidak diberi nilai 0.
Kuesioner ini sudah dilakukan uji validitas dan realiabilitas pada 30 orang

ibu yang memiliki balita dengan hasil valid (>0.444) dan reliable (0.651).

3. Riwayat ASI eksklusif peneliti hanya menanyakan apakah setelah bayi

lahir sampai usia 6 bulan bayi diberi ASI saja tanpa tambahan susu

formula atau air putih/cairan lain selain obat, dalam hal ini peneliti tidak

melakukan uji validitas karena pertanyaan tersebut merupakan keadaan

yang pernah ibu alami dalam hal pemberian ASI.

4. Variabel tentang riwayat penyakit infeksi dan kejadian stunting pada balita

peneliti melihat dari data KIA/KMS, mengukur tinggi badan. Data

penyakit infeksi yang akan digunakan oleh Peneliti adalah data diagnosa

medis yang berada di buku KIA/KMS yang dimiliki oleh anak. Penyakit

infeksi yang dialami oleh anak minimal terjadi dalam 3 bulan terakhir.

Jenis penyakit infeksi meliputi: Infeksi Saluran Pernafasa Atas (ISPA) dan

diare.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data atau adalah proses riset dimana peneliti

menerapkan metode ilmiah dalam mengumpulkan data secara sistematis

untuk dianalisa (Notoatmodjo, 2019). Teknik pengumpulan data yang

dilakukan penelitian sebagai berikut :

1. Pengurusan surat izin penelitian

2. Mendapat jawaban surat izin penelitian

3. Melakukan penelitian
Tahap ini peneliti melakukan pengambilan data dari responden yaitu

penderita hipertensi dan melakukan kunjungan ke Posyandu yang berada di

wilayah Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang saat dilakukan

penelitian. Sebelumnya peneliti meminta ijin untuk bersedia menjadi

responden, selanjutnya menjelaskan tujuan penelitian bahwa ibu akan diberi

kuesioner yang harus diisi secara lengkap. Apabila ditemukan kesulitan, maka

peneliti akan membatunya. Proses penelitian dilakukan dengan menggunakan

protokol kesehatan.

G. Teknik Pengolahan Data

Notoatmodjo (2019) memaparkan bahwa pengolahan data merupakan

salah satu bagian rangkaian kegiatan setelah pengumpulan data. Agar analisis

penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empat

tahapan dalam pengolahan data yang peneliti harus lalui yaitu editing, coding,

processing, dan cleaning yang selanjutnya dilakukan analisis data. Data yang

telah dikumpulkan pada penelitian ini selanjutnya diolah dengan

menggunakan program komputer dengan beberapa tahapan yaitu

merekapitulasi hasil jawaban kuesioner yang diisi oleh responden kemudian

dilakukan:

1. Editing

Editing merupakan upaya memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti mengecek


kembali setiap data dan jawaban dari setiap pertanyaan pada kuesioner

yang telah dikumpulkan.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode sangat penting

dilakukan bila pengolahan data dan analisa data menggunakan komputer.

Peneliti memberikan kode pada setiap item untuk mempermudah dalam

pengolahan data yang menggunakan perangkat lunak komputer yaitu

program statistik.

a. Pengetahuan ibu diberi kode 1 jika tinggi dan 2 jika rendah

b. Pemberian makanan diberi kode 1 jika tidak baik dan 2 jika baik.

c. Riwayat ASI eksklusif diberi kode 1 jika ASI tidak eksklusif dan 2

jika eksklusif.

d. Riwayat penyakit infeksi diberi kode 1 jika ada dan 2 jika tidak ada.

e. Kejadian stunting pada balita diberi kode 1 jika stunting dan 2 jika

normal.

3. Processing

Pada tahapan ini data yang berupa jawaban-jawaban dari masing-

masing responden dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan

ke dalam program atau software computer, salah satunya SPSS IBM 25.

4. Cleaning

Pada tahap ini data yang telah ada diperiksa kembali untuk

memastikan bahwa data bersih dari kesalahan. Pada penelitian ini peneliti
mengkoreksi kembali data-data yang telah di entry dan mengubah setiap

kesalahan atau kekeliruan yang terjadi pada saat melakukan entry data.

Peneliti memeriksa kembali data yang telah di entry ke dalam komputer

dengan mencocokan data yang ada pada kuesioner.

5. Analisis data

Analisis data yang dilakukan untuk melakukan pengujian

hipotesis, adalah:

a. Analisis Univariat

Menurut Badriah (2019), analisi univariat dilakukan terhadap

tiap variabel dan hasil penelitian. Pada umumnya hasil analisis ini

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut:

F
P= x 100%
N

Keterangan:

P = Persentase

F = Frekuensi

N = Jumlah responden

100% = Bilangan tetap

(Notoatmodjo, 2019)

b. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan dengan dua variabel yang diduga

berhubungan atau korelasi (Notoatmodjo, 2019). Analisis bivariat


juga ditujukan untuk menguji hipotesis penelitian. Jenis analisis

bivariat menggunakan uji Uji statistik Chi Square. Uji Chi Square

termasuk kedalam statistik non-parametrik. Adapun rumus uji Chi

Square menurut Hidayat (2021) adalah sebagai berikut:

( O−E ) ²
X 2 =∑
E

Keterangan :

X2 : Chi Square

O : Frekuensi yang diamati

E : Frekuensi yang diharapkan

Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara

membandingkan nilai p (p value) dengan nilai α = 0,05 pada taraf

kepercayaan 95% dan derajat kebebasan = 1 dengan kaidah

keputusan sebagai berikut:

a) Jika nilai  < α berarti ada hubungan antara variabel bebas den-

gan terikat.

b) Jika nilai  ≥ berarti tidak ada hubungan antara variabel terikat

dengan bebas.

Chi-Square disebut juga dengan Kai Kuadrat. Chi Square

adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan

pada dua variabel, di mana skala data kedua variabel adalah nominal.

(Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel dengan skala nominal maka

dilakukan uji chi square dengan merujuk bahwa harus digunakan uji

pada derajat yang terendah). Uji chi-square merupakan uji non


parametris yang paling banyak digunakan. Ada beberapa syarat

menurut Hidayat (2021) di mana chi-square dapat digunakan yaitu:

a) Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut

juga Actual Count (F0) sebesar 0 (Nol).

b) Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1

cell saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga ex-

pected count ("Fh") kurang dari 5. Apabila tidak memenuhi

syarat yaitu ada cell dengan frekuensi harapan kurang dari 5,

maka rumus harus diganti dengan rumus “Fisher Exact Test”.

c) Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misak 2 x 3, maka jumlah

cell dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh

lebih dari 20%. Apabila tidak memenuhi syarat, maka dilan-

jutkan dengan test kolmogorv smirnov.

H. Etika Penelitian

Penelitian ini tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau

membahayakan responden, namun peneliti mempertimbangkan aspek sosio

etika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan (Notoatmodjo,

2019).

1. Autonomy

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas dari responden menjadi

penting untuk dijaga oleh peneliti. Identitas responden diberikan kode

tertentu sehingga bukan nama terang responden, peneliti hanya

mencantumkan kode yang akan dilampirkan dalam hasil penelitian.


2. Beneficence

Pada penelitian ini peneliti melakukan prinsip untuk melakukan

yang baik dan tidak merugikan pasien, dalam hal ini dalam pengisian

kuesioner dengan jelas dan menjelaskannya jika tidak dimengerti.

3. Justice

Pada penelitian ini, dilakukan secara jujur peneliti ini bersikap adil

kepada seluruh responden tanpa membeda-bedakan latar belakang

responden, dalam hal ini peneliti tidak membeda-bedakan responden, baik

suku dan budaya.

4. Veracity

Peneliti menjelaskan dengan sujujur-jujurnya maksud dan tujuan

melakukan penelitian agar mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian stunting pada balita sehingga bisa ditemukan solusi untuk

pemecahan masalahnya.

5. Confidentiality

Merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian sehingga peneliti

mentiadakan identitas responden seperti nama dan alamat responden

kemudian diganti dengan kode tertentu.


DAFTAR PUSTAKA

Achadi, E. L. (2020). Investasi Gizi 1000 HPK dan Produktivitas Generasi


Indonesia. Disampaikan pada: Lokakarya dan Seminar Ilmiah “Peran
Profesi Dalam Upaya Peningkatan Status Kesehatan dan Gizi Pada Periode
1000 HPK.”
Agustina. (2019). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Batita Usia 6 – 36 Bulan
di Desa Fatukanutu Kecamatan Amabi Oefeto Kabupaten Kupang.
Poltekkes Kemenkes Kupang.
Almetzier, S. (2018). Prinsip Dasar ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Arisman. (2018). Buku Ajar Gizi Daur Kehidupan. EGC.
Aritonang, J.M.P., Soewadi., Wirasto, R. . (2018). Korelasi Tingkat
Kebermaknaan Hidup dengan Depresi pada Lansia di Posyandu Lansia
Padukuhan Soropadan, Sleman, Yogyakarta. Berkala Ilmiah Kedokteran
Duta Wacana, 03 (01), 23–37.
Aritonang, I. (2019). Gizi Ibu dan Anak. LeutikaPrio.
Badriah, L. D. (2019). Metodologi Penelitian Ilmu-Ilmu Kesehatan. Multazam.
Bella, F. D. (2019). Analisis Hubungan Faktor Budaya Pola Asuh dalam
Pendekatan Positive Deviance dengan Kejadian Stunting Balita di Kota
Palembang. Universitas Sriwijaya.
Dakhi, A. (2018). Hubungan Pendapatan Keluarga, Pendidikan dan Pengetahuan
Ibu Tentang Gizi dengan Kejadian Stunting Pada Anak Umur 6-23 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Jati Makmur Binjai Utara. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Medan Jurusan Gizi.
Damayanti, R., Irawan E., Tania, M., Rahmawati, R., Khasanah, U. (2020).
Hubungan Activity of Daily Living (ADL) dengan Tingkat Depresi Pada
Lansia. Jurnal Keperawatan BSI, 8 (2), 247–255.
Destarina, R. (2017). Faktor Risiko Status Anemia Ibu Hamil terhadap Panjang
Badan Lahir Pendek di Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo D.I Yogyakarta.
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Yogyakarta.
Desyanti, C., & Nindya, T. S. (2019). Hubungan Riwayat Penyakit Diare dan
Praktik Higiene dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Simolawang, Surabaya. Jurnal Kesehatan, 1(3),
243–251.
Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Tangerang. (2023). Kasus Stunting
di Kabupaten Tangerang Turun dari 16.100 Jadi 9.200 Kasus.
https://tangerangkab.go.id/detail-konten/show-berita/8004
Dwiwardani, R. L. (2017). Analisis Faktor pola Pemberian Makan pada Balita
Stunting berdasarkan Teori Transcultural Nursing. Universitas Airlangga
Surabaya.
Fadilah, S. N. N., Wahyu Ningtyias, F., & Sulistiyani, S. (2020). Tinggi badan
orang tua , pola asuh , dan kejadian diare sebagai faktor risiko kejadian
stunting pada balita di Kabupaten Bondowoso toddler in Bondowoso
District. Ilmu Gizi Indonesia, 04(01), 11–18.
Febrianto. (2023). Menko PMK : Banten Sudah Baik, Tapi Harus Dipercepat.
Artikel. https://www.kemenkopmk.go.id/menko-pmk-banten-sudah-baik-
tapi-harus-dipercepat
Hidayat. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Irianto, D. P. (2017). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Andi
Offset.
Iskandar. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Referensi.
Izah, N., Zulfiana, E., & Rahmanindar, N. (2020). Analisis Sebaran dan
Determinan Stunting pada Balita berdasarkan Pola Asuh (Status Imunisasi
dan Pemberian Asi Eksklusif). Journal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan,
8(1), 76–79.
Jessie, W. N. (2016). Hubungan Tingkat Kemandirian dalam Activity Daily Living
(ADL) dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Graha Werdha Marie
Joseph Pontianak dan Graha Werdha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya.
Universitas Tanjungpura.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2019.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kemenkes RI.
Khoiriyah, H. I., Pertiwi, F. D., & Prastia, T. N. (2021). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di
Desa Bantargadung Kabupaten Sukabumi. Jurnal Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat, 4(2), 145–160.
Kumala, D., & Sianipar, S. S. (2019). Pengaruh Pemberian Makanan Bayi dan
Anak (PMBA) Sesuai Tahapan pada Balita Usia 0–24 Bulan dalam Upaya
Penurunan Resiko Stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan di Posyandu
Wilayah Keja Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya
Kalimantan Tengah. Din. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 10(2), 571–
584.
Lugina, R. (2021). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting
di Kelurahan Pasirjati. Universitas Airlangga Surabaya.
Mauliantika, A. A. (2019). Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan Bayi.
Salemba Medika.
Migang, Y. W. (2021). Riwayat Pemberian ASI Ekslusif, Imunisasi dan Paritas
dengan Status Gizi Baduta. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1).
Nadiyah, B. D., & Martianto, D. (2018). Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 0
—23 Bulan Di Provinsi Bali, Jawa Barat, Dan Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Gizi Dan Pangan, 9(2).
Niga, D. M., & Purnomo, W. (2019). Hubungan Antara Praktik Pemberian
Makan, Perawatan Kesehatan dan Kebersihan Anak dengan Kejadian
Stunting pada Anak Usia 1-2 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Oebobo
Kota Kupang. Jurnal Wiyata, 3(2), 151–155.
Ningtias, L. O., & Solikhah, U. (2020). Perbedaan Pola Pemberian Nutrisi pada
Balita dengan Stunting dan Non-Stunting di Desa Rempoah Kecamatan
Baturaden. Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, 3(1), 2–8.
Notoatmodjo, S. (2019). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka cipta.
Nurfita, E. (2019). Faktor Determinan Stunting di Puskesmas Gunung Meriah
Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh. Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Nurmalasari, Y., & Septiyani, D. F. (2019). Pola Asuh Ibu dengan Angka
Kejadian Stunting Balita Usia 6-59 Bulan. Jurnal Kebidanan, 5(4), 381–
388.
Pamungkas, D.A., Nurtamin, T., Junuda, R. A. . (2016). Hubungan Depresi
dengan Kemampuan Dalam Aktivitas Dasar Sehari-Hari Pada Lanjut Usia
di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari. Jurnal Kesehatan, 3 (2),
249–255.
Prasetyono. (2019). Buku Pintar Asi Eksklusif. Diva Press.
Pratama, I. H. (2017). Identifikasi Tingkat Kemandirian Lansia dalam Melakukan
Aktivitas Sehari – Hari di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.
Politeknik Kesehatan Kendari.
Proverawati, A. (2019). Gizi untuk Kebidanan. Nuha Medika.
Rahmatillah, D. K. (2018). Hubungan Pengetahuan Sikap dan Tindakan terhadap
Status Gizi. Amerta Nutrition, 2(1), 106–112.
Rasyid, H. (2018). Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1. Univesitas
Hasanuddin, Makassar.
Resti, M. M. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting
pada Balita 24-59 Bulan di Jorong Talaok Kecamatan Hiliran Gumanti
Kabupaten Solok. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.
Riza, S., Desreza, N., & Asnawati. (2018). Tinjauan Tingkat Kemandirian Lansia
Dalam Activities Daily Living (ADL) di Gampong Lambhuk Kecamatan
Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Jurnal Aceh Medika, 2(1), 166–170.
Rokom. (2023). Prevalensi Stunting di Indonesia Turun ke 21,6% dari 24,4%.
Artikel Sehatku Negeriku. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20230125/3142280/prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-
dari-244/
Said, Irfan, Pradana, A. K., Suryati, T., & Barokah, F. I. (2021). Hubungan Pola
Pemberian Makanan Bayi dan Anak, Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status
Gizi Bayi 6-24 Bulan di Wilayah Puskesmas Kebayoran Lama Jakarta
Selatan. Jurnal Kesehatan Global, 4(2), 84–91.
Sarumaha, R. M. (2019). Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu, Pelaksanaan ASI
Eksklusif dan Berat Badan Lahir (BBL) pada Anak Umur 6-24 Bulan
dengan Status Gizi di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan
Denai. Politeknik Kesehatan Medan.
Seftianingtyas, W. N. (2018). Hubungan Pekerjaan dan Pendidikan Ibu dengan
Status Gizi Balita di Puskesmas Meo-Meo Periode 2018. Jurnal Ilmiah
Kesehatan BPI, 4(1), 26–33.
Soetjiningsih. (2019). Tumbuh Kembang Anak. EGC.
Sudarsono, I. M. R. (2018). Analisis Data Hasil Pemantauan Status Gizi Faktor
Determinan Kejadian Stunting pada Balita Usia 6–59 Bulan di Kabupaten
Konawe Kepulauan. Poltekkes Kemenkes Kendari.
Suharyanto, H. (2018). Ketahanan Pangan. Nuha Medika.
Sulistyoningsih, H. (2019). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu.
Sumardilah, D. S., & Rahmadi, A. (2019). Risiko Stunting Anak Baduta (7-24
bulan). Jurnal Kesehatan, 10(1).
Supariasa. (2019). Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Uliyanti. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita
Usia 24-59 Bulan. Jurnal Vokasi Kesehatan, 3(2), 1–11.
United Nations Children’s Fund. (2021). The UNICEF UK Baby Friendly
Initiative Orientation to Breastfeeding for General Practitioners.
Orientation Handbook. Oxford University Press.
Waryana. (2018). Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama.
Wawan, & Dewi. (2019). Teori dan Pengukuran Terhadap Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku Manusia. Nuha Medika.
Wibowo, & Pannya, I. (2018). Pengaruh Tingkat Depresi Terhadap Kemandirian
Activities of Daily Living (ADL) pada Lansia. Jurnal Keperawatan Malang
(JKM), 3(1), 31–38.
World Health Organization. (2021). Prevalence and number of stunting children
under five in the world.
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama :
Tempat, tanggallahir :
Jeniskelamin :
Status :
Agama :
Negara :
Alamat :
Email :
Nomo Tlp :

Pendidikan
1. 2002-2008 :
2. 2008-2011 :
3. 2011-2014 :
4. 2017-2021 : S1 Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tangerang
(contoh)
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
IZIN PENELITIAN
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Penelitian
BALASAN IJIN PENELITIAN
Lampiran 4. Surat Permohonan Menjadi Responden
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :
Responden
di Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi
Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Tangerang, akan melakukan penelitian “Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten
Tangerang”.
Nama : Uswatun Hasanah
NIM : 1814201008
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa
Kabupaten Tangerang. Saya berharap setiap pertanyaan yang diajukan dijawab
dengan jujur. Bersama ini saya harapkan kesediaan Ibu unt uk menjadi responden
dalam penelitian ini, dan saya akan menjamin kerahasiaan identitas Ibu/Bapak.
Partisipasi ibu dalam penelitian ini hanya akan dipergunakan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud
yang lain.
Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Tangerang, Pebruari 2023
Hormat Saya

Uswatun Hasanah
Lampiran 5. Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden

SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
Yang bertandatangan dibawah ini, saya :
Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul
“Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita
di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang”.
Surat persetujuan ini dibuat dengan sadar tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.

Tangerang, Pebruari 2023


Responden

( )
Lampiran 6. Kuesioner

KUESIONER
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA
DI PUSKESMAS TIGARAKSA
KABUPATEN TANGERANG

Petunjuk pengisian kuisioner:


Isilah identitas Anda dengan benar dengan mengisi titik-titik dan memberi
tanda checklist (√) pada kolom yang disediakan.
1. Beri tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai.
2. Setiap pertanyaan membutuhkan satu jawaban.

A. Data Responden (melihat buku KMS/KIA)


1. No responden : (diisi peneliti)
2. Umur /TB Balita : ( ) Z score < -2 SD ( ) Z score ≥ -2 SD
3. Riwayat penyakit infeksi dalam kurun waktu 3 bulan terakhir menderita
penyakit infeksi seperti diare dan ISPA
( ) ada ( ) Tidak

B. Riwayat ASI Eksklusif


Jawablah pertanyaan/pernyataan di bawah ini dengan memberikan
tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut ibu.
Apakah setelah bayi lahir sampai usia 6 bulan bayi diberi ASI saja tanpa
tambahan susu formula atau air putih/cairan lain selain obat)?
( ) Ya ( ) Tidak
Kapan pertama kali memberikan makanan/buah?
( ) ≤ 6 bulan ( ) > 6 bulan
Kapan pertama kali anak diberi jus?
( ) ≤ 6 bulan ( ) > 6 bulan
C. Pengetahuan Ibu
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang menurut Anda benar!
Lampiran 7. Standar Antropometri
Lampiran 8. Lembar Bimbingan

LEMBAR BIMBINGAN

Anda mungkin juga menyukai