Anda di halaman 1dari 4

Kunci Sukses Kebijakan Pemberian ASI

Eksklusif
pemberian ASI secara eksklusif selama enam

R ingkasan Eksekutif
Belajar dari kebijakan ASI
terdahulu, persoalan dasar dalam
pelaksanaan PP No 33 tahun 2012 (33/2012)
tentang Pemberian ASI Eksklusif adalah
bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus
memberikan makanan serta minuman
tambahan kepada bayi. Edmond (2006)
selaras dengan pernyataan UNICEF tersebut,
bahwa bayi yang diberi susu formula,
bidang pembinaan dan pengawasan. Hal memiliki kemungkinan atau peluang untuk
tersebut sebagai salah satu kunci sukses meninggal dunia pada bulan pertama
pelaksanaan PP 33/2012. Dengan pembinaan kelahirannya 25 kali lebih tinggi
dan pengawasan yang baik, aturan-aturan dibandingkan dengan bayi yang disusui oleh
yang termuat dalam PP 33/2012 lebih ibunya secara eksklusif.
terjamin pelaksanaannya. Ironisnya, berdasarkan Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
Pendahuluan tahun 2007, hanya 32% bayi dibawah usia 6
Bangsa ini masih menyisakan bulan mendapatkan ASI eksklusif. Jika
persoalan besar di bidang kesehatan ibu dan dibandingkan dengan SDKI tahun 2003,
anak (KIA). Tingginya angka kematian bayi proporsi bayi dibawah 6 bulan yang
dan ibu di Indonesia (MDG 4 dan MDG5) mendapatkan ASI eksklusif menurun
menjadikan negara ini masih tertinggal dalam sebanyak 6 poin. Bandingkan dengan target
pencapaian tujuan dan target Millenium nasional untuk cakupan ASI Eksklusif pada
Development Goals. Angka Kematian Bayi tahun 2010 adalah 80%.
(AKB) mencapai 34 per 1000 kelahiran hidup Rata-rata, bayi Indonesia hanya
pada tahun 2008, sedangkan target 19 per disusui selama 2 bulan pertama, ini terlihat
1000 pada tahun 2015. Sementara Angka dari penurunan prosentase menyusui dari
Kematian Ibu (AKI) masih 307 per 1000 SDKI 2003 yaitu sebanyak 64% menjadi 48%
kelahiran hidup pada tahun 2008, sangat jauh pada SDKI 2007. Sebaliknya sebanyak 65%
dari target 110 per 1000 pada tahun 2015. bayi baru lahir mendapatkan makanan selain
Di Negara berkembang, saat ASI selama tiga hari pertama.
melahirkan dan minggu pertama setelah
melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu
dan bayinya. Sekitar dua per tiga kematian
terjadi pada masa neonatal, dua per tiga
kematian neonatal tersebut terjadi pada
minggu pertama, dan dua per tiga kematian
bayi pada minggu pertama tersebut terjadi
pada hari pertama.
Sejatinya, ada tindakan yang relatif
murah dan mudah diterapkan untuk
meningkatkan kesehatan dan kelangsungan
hidup bayi baru lahir. Salah satunya adalah
pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah
lahir (IMD) serta pemberian ASI eksklusif.
Pernyataan ini didukung oleh United
Nations Childrens Fund (UNICEF), bahwa
sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia Kebijakan ASI Ekslusif
Kebijakan ASI eksklusif Indonesia
dan 10 juta kematian anak balita di dunia
mengalami proses yang cukup panjang,
pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui

1
tercatat sampai saat ini terdapat beberapa peraturan daerah yang mengatur secara
peraturan terkait dengan pemberian ASI khusus
eksklusif di Indonesia yaitu Permenkes RI No 2. Komitmen dan tanggung jawab tenaga
240/MENKES/PER/V/1985 tentang kesehatan dan penyelenggara fasilitas
Pengganti ASI, Kepmenkes RI No. pelayanan kesehatan. Sehubungan dengan
237/Menkes/SK/IV/1997 tentang Pemasaran penyediaan rawat gabung dan masih
Pengganti ASI, Peraturan Pemerintah No. 69 adanya hubungan dengan para produsen
tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, susu formula akan memunculkan berbagai
dan Kepmenkes RI No. persoalan.
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian 3. Kewajiban penyelenggara tempat sarana
ASI secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia. umum dan pengurus tempat kerja
Dan yang terbaru adalah Peraturan menjamin pemberian ASI ekslusif dan
Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang membuat peraturan internal tentang ASI
Pemberian ASI Eksklusif. masih belum optimal.
Dalam studi ini, kajian analisis akan 4. Penerapan sanksi, ada kontradiktif antara
dilakukan terhadap PP 33/2012 yang PP 33/2012 dengan UU No 36 tahun 2009
diundangkan sekaligus mulai berlaku pada tentang Kesehatan. PP hanya mengatur
tanggal 1 Maret 2012. Kebijakan ini bersifat sanksi teguran dan administrative,
regulatif, protektif dan promotif. Terdiri dari sementara dalam UU 36/2009 secara tegas
10 bab, 43 pasal dengan total 55 ayat, dan mengatur pidana 1 tahun dan denda 100
mengatur 7 hal pokok, yaitu 1) tanggung juta
jawab pemerintah, pemerintah provinsi, dan 5. Masih ada intervensi dari produsen sufor
pemerintah kabupaten/kota; 2) Air Susu Ibu; kepada para tenaga kesehatan dan
3) penggunaan susu formula dan produk bayi penyelenggara fasilitas pelayanan
lainnya; 4) tempat kerja dan tempat sarana kesehatan yang memungkinkan
umum; 5) dukungan masyarakat; 6) menghambat pelaksanaan ASI ekslusif
pendanaan; dan 7) pembinaan dan
pengawasan

Pasal Krusial
Meskipun pembahasan PP 33/2012
cukup lama, sejak November 2006, ternyata
masih ada pasal yang krusial dan bermasalah,
antara lain:
1. Tanggung jawab yang dibebankan kepada
pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota. Dari delapan
tanggung jawab yang tercantum, Resistensi
sejauhmana komitmen pemerintah daerah, Keputusan Peraturan Pemerintah No
menjalankan tanggung jawab tersebut. 33/2012 memunculkan reaksi dari masyarakat
Apakah hal ini menjadi prioritas bagi baik yang berprilaku positif maupun negatif.
pemerintah daerah?. Sampai saat ini Perilaku negatif menimbulkan resistensi
tercatat, pemkab Klaten, pemkot terhadap PP ini, dimulai dari para produsen
Yogyakarta dan pemprov Sulawesi susu formula, oknum tenaga kesehatan,
Selatan yang sudah menunjukkan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan,
komitmennya, dengan mengeluarkan pembina dan pengawas (Dinkes dan BPOM)
serta para pedagang eceran susu formula.

2
Analisis Para ibu dan keluarganya, tenaga
Penerapan kebijakan ini akan dapat kesehatan, para penyelenggara
berjalan dengan baik, bila memperhatikan ; fasyankes, para penyelenggara tempat
pertama, kesadaran dari para Ibu untuk sarana umum dan pengurus tempat
merasa harus memberikan ASI ekslusif saat kerja serta para produsen susu formula
bayinya lahir serta dukungan dari pihak Pemerintah (Dinas Kesehatan
keluarga untuk mendorong para Ibu Kabupaten/Kota atau Dinas
memberikan ASI eksklusif. Kedua, kesadaran Kesehatan kabupaten/kota), BPOM,
moral para tenaga kesehatan dengan sepenuh organisasi profesi dan peran serta
hati memberikan edukasi dan informasi yang masyarakat
jelas kepada para Ibu. Ketiga, kesadaran dan Petunjuk operasional sistem penerapan
ketaatan para penyelenggara fasyankes untuk sanksi bagi yang melanggar
menerapkan RS pro ASI, dengan menerapkan 3. Keberhasilan KIA di Indonesia sebetulnya
10 langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. bisa dilihat, sejauhmana kebijakan ASI
Keempat, kesadaran dan ketaatan para eksklusif dapat dijalankan. Bila belum
penyelenggara tempat sarana umum dan bisa optimal, jangan berharap lebih target
pengurus tempat kerja mendukung MDG4 dan MDG5 akan tercapai
pelaksanaan ASI eksklusif. Kelima, kesadaran 4. Manfaat yang bisa diperoleh dari
dan etika berbisnis para produsen susu penerapan kebijakan ini adalah :
formula dan para pekerjanya untuk Meningkatkan status kesehatan ibu
menjalankan bisnis yang beretika dengan dan bayi yang diharapkan dapat
mematuhi aturan PP No 33 tahun 2012. mempengaruhi keberhasilan dalam
Tidak kalah pentingnya juga, keenam, pelaksanaan program MDGs.
sistem mekanisme pembinaan dan Penghematan pengeluaran rumah
pengawasan yang jelas dari Pemerintah tangga sebagai faktor pendorong yang
(Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau cukup kuat untuk mendapatkan
Dinas Kesehatan kabupaten/kota), BPOM dan dukungan dari kelompok ayah
organisasi profesi, yang dilakukan secara khususnya.
bersungguh-sungguh dan konsisten. Ketujuh,
dukungan aturan pelaksanaan yang jelas
terkait tentang pemberian sanksi
administrative bagi tenaga kesehatan dan
penyelenggara fasyankes. Dan terakhir,
dukungan peran serta masyarakat (LSM)
dalam turut melakukan kontrol terhadap
pelaksanaan PP No 33 tahun 2012.

Kesimpulan
1. Konsekuensi hadirnya PP ini sejatinya
memaksa kondisi system pelayanan
kesehatan agar lebih ramah dan sayang Implikasi Kebijakan dan Rekomendasi
terhadap ibu dan bayi. Jika kebijakan ini benar-benar
2. Dari hasil analisis kebijakan diatas, diterapkan, maka kemungkinan akan timbul:
kebijakan ini bisa berjalan dengan Kaum Ibu dan keluarganya akan lebih
memperhatikan beberapa aspek dan aktor terpapar edukasi dan informasi tentang
utama dalam kebijakan, seperti : pentingnya ASI

3
Penyelenggara fasilitas pelayanan Sehingga, bila ingin angka menyusui di
kesehatan dituntut lebih kreatif dalam Indonesia meningkat, pelarangan iklan
meningkatkan kualitas pelayanan ibu dan susu formula harus dilakukan secara
anak serta mencari sumber pemasukan keseluruhan, tanpa membedakan umur
selain dari susu formula bayi dan jenis produk.
Para aktivis yang selama ini 6. Mestinya regulasi ini tidak masih
mengkampanyekan ASI ekslusif, akan mengakomodir kepentingan perusahaan
lebih terdorong berkampanye pro ASI sufor, karena selama masih ada celah
sebagai bentuk partisipasi masyarakat perusahaan akan melakukan promosi
Berkurangnya pendapatan dari penjualan terselubungnya.
susu formula bayi yang diperoleh produsen 7. Terkait dengan indikasi medis,
sufor, tenaga kesehatan dan fasyankes seharusnya PP mengarahkan penggunaan
Dimungkinkan adanya pengurangan sufor harus dengan resep dokter
jumlah tenaga kerja (PHK) yang dialami sebagaimana diterapkan dibanyak negara.
para pemasar susu formula bayi. 8. Dalam konteks otonomi darah, respon
Semakin bertambahnya beban pekerjaan pemerintah daerah perlu membuat
instansi (pembinaan dan pengawasan) peraturan daerah yang mengatur lebih
mulai dari Dinas Kesehatan, BPOM dan teknis pelaksanaan PP 33/2012, yang juga
Kementerian Kesehatan memuat unsur reward and punishment.

Sementara rekomendasi (kunci sukses) Daftar Pustaka


agar pelaksanaan PP 33 tahun 2012 ini Dunn, William N., Analisis Kebijakan Publik,
berhasil adalah : Yogjakarta: Gadjah Mada University Press,
1. Sosialisasi secara kontinyu terhadap PP 1999
33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif Fikawati, Sandra, Syafiq Ahmad. Kajian
Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu
agar mengurangi tensi resistensi yang
Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini di
mungkin timbul Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol. 14, No. 1,
2. Menyiapkan aturan pengawasan dan Juni 2010: 17-24
pembinaan yang disertai dengan reward Majalah Farmacia, Vol. XII No.12, Juli 2013
and punishment agar pelaksanaan PP ini Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang
dapat optimal Pemberian ASI Eksklusif
3. Mendorong setiap penyelenggara fasilitas Website www.aimi-asi.org
pelayanan kesehatan melaksanakan Yesie Aprilia. Analisis Sosialisasi Program IMD
program RS Sayang Ibu dan Bayi sebagai dan ASI Kepada Bidan di Kab Klaten,
perwujudan nyata PP 33/2012 Program Pasca Sarjana UNDIP, 2009
4. Meningkatkan peran serta masyarakat
secara lebih operasional dalam
mendukung dan mengawal pelaksanaan
PP tentang pemberian ASI eksklusif
5. Pengaturan tentang iklan sufor,
sebagaimana tercantum dalam pasal 19 (e)
memungkinkan bermasalah karena
produsen akan dengan mudah mengganti
materi kampanye mereka dengan iklan
diatas 2 tahun, namun tetap dengan merek
yang sama susu di bawah 1 tahun.

Anda mungkin juga menyukai