Anda di halaman 1dari 76

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG MENGALAMI DENGUE


HAEMORRAGHIC FEVER DENGAN MASALAH HIPERTERMI
DENGAN TERAPI WATER TEPID SPONGE DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN
KABUPATEN TAPANULI TENGAH
TAHUN 2019

MASFRIADI HUTAGALUNG
NPM : 15-01-506

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
KABUPATEN TAPANULI TENGAH
TAHUN 2019
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG MENGALAMI DENGUE


HAEMORRAGHIC FEVER DENGAN MASALAH HIPERTERMI
DENGAN TERAPI WATER TEPID SPONGE DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN
KABUPATEN TAPANULI TENGAH
TAHUN 2019

“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya


Keperawatan (A.Md. Kep) Pada Akper Pemkab Tapanuli Tengah”

MASFRIADI HUTAGALUNG
NPM : 15-01-506

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
KABUPATEN TAPANULI TENGAH
TAHUN 2019

i
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Masfriadi Hutagalung

NPM : 16-01-506

Program Studi : D III Keperawatan

Institusi : Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli

Tengah

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai tulisan

atau pikiran saya sendiri.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah karya saya sendiri. Jika kemudian hari ternyata saya melakukan

plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang

dijatuhkan oleh Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah

kepada saya.

Pandan, September 2019

Masfriadi Hutagalung
NPM : 16-01-506

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Masfriadi Hutagalung. NPM 16-01-506 dengan

Judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Dengue Haemorragic

Fever Dengan Masalah Hipertermi Dengan Terapi Water Tepid Sponge di Rumah

Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019” telah

diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Akper

Pemkab Tapanuli Tengah.

Pandan, September 2019

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Rostianna Purba, S. Kep., M. Kes


NIP : 19640515 199303 2 001

Pembimbing Pendamping

Marganda H Limbong, S. Kep., Ns


NIP : 19831020 200903 1 002

iii
LEMBARAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang

Mengalami Dengue Haemorragic Fever Dengan Masalah Hipertermi Dengan

Terapi Water Tepid Sponge di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten

Tapanuli Tengah Tahun 2019”

Pandan, September 2019

Ketua Penguji : Maria M. Saragi, S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. Kep. Mat ( )
NIP : 19741029 01001 2 003

Penguji I : Rostianna Purba, S. Kep., M. Kes ( )


NIP : 19640515 199303 2 001

Penguji II : Marganda H Limbong, S. Kep., Ns ( )


NIP : 19831020 200903 1 002

Mengetahui :

Direktur

Akper Pemkab Tapanuli Tengah

Rostianna Purba, S. Kep., M. Kes


NIP : 19640515 199303 2 001

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak yang mengalami Dengue
Haemorraghic Fever dengan masalah Hipertermi dengan Terapi Water Tepid
Sponge di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019”. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini menjadi syarat untuk dapat
menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan di
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah.

Penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dalam menyelesaikan


Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, baik dalam bentuk moril maupun materil. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Ibu Rostianna Purba, S. Kep., M. Kes Selaku Direktur akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah Yang telah sabar dan ikhlas hati
memberi bimbingan, petunjuk dan arahan kepada penulis sampai terwujudnya
Karya Tulis Ilmiah ini
2. Bapak Dr. Sri Indra Susilo selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Pandan yang telah memberi izin penelitian sehingga terwujudnya Karya Tulis
Ilmiah ini.
3. Ibu Rostianna Purba, S. Kep., M. Kes selaku pembimbing utama sekaligus
ketua penguji I saya yang telah sabar dan ikhlas hati memberikan bimbingan,
petunjuk dan arahan kepada penulis sampai terwujudnya Karya Tulis Ilmiah
ini.
4. Bapak Marganda H Limbong, S. Kep., Ns selaku pembimbing dan sekaligus
penguji II saya yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan
menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Maria M. Saragi, S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. Kep. Mat selaku ketua peguji
utama saya yang telah sabar dan ikhlas hati memberikan bimbingan, petunjuk
dan arahan kepada penulis.

v
6. Yang tersayang Ayah dan Ibu yang telah memberikan cinta dan kasih sayang
kepada penulis serta doa dan dukungan baik moral dan materil sehingga dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Seluruh Dosen dan Staff Pegawai Akper Pemkab. Tapanuli Tengah.
8. Teman-teman seperjuangan D-III Keperawatan angkatan X Akper Pemkab.
Tapanuli Tengah yang selalu bersama-sama berjuang dalam suka dan duka di
Akper Pemkab. Tapanuli Tengah.
9. Seluruh pihak yang telah membantu penulis selama pendidikan dan penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Kiranya Karya Tulis Ilmiah
ini bermanfaat bagi semua pembaca khususnya Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah.

Pandan, September 2019

Masfriadi Hutagalung
NPM. 16-01-506

vi
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..............................................................................................i


Surat Pernyataan............................................................................................ii
Halaman Persetujuan.....................................................................................iii
Lembaran Pengesahan...................................................................................iv
Kata Pengantar ..............................................................................................v
Daftar Isi .....................................................................................................ix
Daftar Tabel .................................................................................................vii
Daftar Lampiran............................................................................................x
Abstrak...........................................................................................................x
ABSTRACT .................................................................................................xi

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Batasan Masalah.......................................................................................
3
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................3
1.4 Tujuan .....................................................................................................3
1.4.1 Tujuan Umum .............................................................................3
1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................3
1.5 Manfaat .....................................................................................................4
1.5.1 ManfaatTeoritis.........................................................................4
1.5.2 Manfaat Praktis.........................................................................4
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS.....................................................................5
2.1 Tinjauan Teoritis anak..........................................................................5
2.1.1 Defenisi ....................................................................................5
2.2 Tinjauan Teoritis DHF..........................................................................7
2.2.1 Defenisi.....................................................................................7
2.2.2 Etiologi......................................................................................8
2.2.3 Klasifikasi DHF........................................................................8
2.2.4 Tanda dan gejala ......................................................................9
2.2.5 Anatomi Fisiologi......................................................................9
2.2.6 Patofisiologi .............................................................................11
2.2.7 Komplikasi................................................................................11
2.2.8 Pemeriksaan Diagnostik DHF...................................................11
2.2.10 Penatalaksanaan........................................................................12
2.3 Konsep Teori Hipertermi......................................................................13
2.3.1 Defenisi.....................................................................................13
2.3.2 Peningkatan pembentukan panas..............................................15
2.3.3 Cara dalam pengukuran Suhu Tubuh........................................15
2.3.4 Manifstasi klinis........................................................................16
2.3.5 Penatalaksanaan Medis.............................................................16
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan DHF......................................................17
2.4.1 Pengkajian.................................................................................17
2.4.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................20
2.4.3 Intervensi Keperawatan.............................................................20
2.4.4 Implementasi Keperawatan.......................................................22

vii
2.4.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................22
BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................24
2.1 Desain Penelitian .............................................................................24
3.2 Batasan Istilah.......................................................................................25
3.3 Partisipan ............................................................................................25
3.4 LokasiWaktu Penelitian ......................................................................26
3.5 Pengumpulan Data ...............................................................................26
3.6 Uji Keabsahan Data .............................................................................27
3.7 Analisis Data .......................................................................................28
3.1 Etika Penelitian ..................................................................................29
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 30
4.1 Hasil ............................................................................................... 30
4.1.1 Gambaran Hasil Studi Kasus....................................................... 30
4.1.2 Pengkajian Keperawatan.............................................................. 30
4.1.3 Analisa Data................................................................................. 34
4.1.4 Diagnosa Keperawatan ................................................................ 35
4.1.5 Inttervensi Keperawatan............................................................... 35
4.1.6 Implementasi Keperawatan.......................................................... 36
4.1.7 Evaluasi Keperawatan.................................................................. 38
4.2 Pembahasan ................................................................................. 38
4.2.1 Pengkajian Keperawatan.............................................................. 39
4.2.2 Diagnosa Kepearawatan`............................................................. 43
4.2.3 Intervensi Keperawatan .............................................................. 43
4.2.4 Implementasi Keperawatan ......................................................... 44
4.2.5 Evaluasi Keperawatan .............................................................. 45
BAB 5 PENUTUP ..................................................................................... 46
5.1 Kesimpulan......................................................................................
47
5.1.1 Pengkajian Keperawatan.............................................................. 47
5.1.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................. 47
5.1.3 Intervensi Keperawatan .............................................................. 48
5.1.4 Implementasi Keperawatan.......................................................... 49
5.1.5 Evaluasi Keperawatan.................................................................. 49
5.2 Saran ............................................................................................... 50
5.2.1 Bagi Penulis................................................................................. 50
5.2.2 Bagi Keluarga dan Klien.............................................................. 50
5.2.3 Bagi Perawat................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas Anak ................................................................................26


Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ...........................................................................26
Tabel 4.3 Pola Kebiasaan...............................................................................27
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik...........................................................................28
Tabl 4.5 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................28
Tabel 4.6 Tabel Analisa Data.........................................................................29
Tabel 4.7 Intervensi Keperawatan..................................................................31
Tabel 4.8 Implementasi Keperawatan............................................................32
Tabel 4.9 Evaluasi Keperawatan....................................................................33

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Observasi
Lampiran 2 : Lembar persetujuan menjadi partisipan
Lampiran 3 : Dokumentasi
Lampiran 4 : Daftar Konsul
Lampiran 5 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 6 : Surat Izin Survei Pendahuluan
Lampiran 7 : Surat Izin Survey Pendahuluan
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Dari Kampus Akper Pemkab Tapteng
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian Dari Rumah Sakit Umum Daerah Pandan

x
ABSTRAK
Masfriadi Hutagalung*. Rostianna Purba, S.Kep., M.Kes**. Marganda H
Limbong, S.Kep.,Ns**.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG MENGALAMI DENGUE
HAEMORRAGHIC FEVER DENGAN MASALAH HIPERTERMI DENGAN
TERAPI WATER TEPID SPONGE DI RSUD PANDAN KABUPATEN TAPANULI
TENGAH TAHUN 2019

(xi + 43 Halaman + 9 Tabel + 9 Lampiran)

Latar Belakang : Data WHO (2015) memperkirakan 2,5 miliar atau 40% populasi di
dunia. Jumlah Dengue Haemorragic Fever di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan
pada tahun 2016 sebanyak 36 orang. Tahun 2017 sebanyak 21 orang. Tahun 2018
sebanyak 21 orang. Tahun 2019 20 orang. Tujuan : Melaksanakan Asuhan
Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Dengue Haemorragic Fever Dengan
Masalah Hipertermi Dengan Terapi Water Tepid Sponge di Rumah Sakit Umum
daerah Pandan Tahun 2019. Metode : Metode penelitian dalam kualitatif denga desain
studi kasus. Penelitian ini adalah dua orang anak dengan diagnosa Dengue
haemorragic Fever dengan keluhan demam di Rumah Sakit. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 05 September 2019. Pengumpulan data terdiri dari
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi kasus dokumentasi. Etik penelitian
menggunakan informed consent. Hasil : Setelah dilakukan terapi Water Tepid Sponge
pada Anak pertama yang sebelumnya suhu tubuh 38,5 ℃ ,mejadi 37,5 pada hari
ketiga. Pada Anak kedua sebelum dilakukan terapi Water Tepid Sponge 39 ℃ .
Setelah dilakukan terapi pada hari ketiga suhu tubuh menjadi 37,5℃ . Kesimpulan :
Masalah Anak 1 teratasi pada har ketiga dengan hipertermi, Anak 2 teratasi pada hari
ketiga.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Pada Anak, Dengue Haemorragic Fever,


Hipertermi
Kepustakaan : 18, 2010-2019

*Mahasiswa
** Dosen Pembimbing

xi
ABSTRACT
Masfriadi Hutagalung*. Rostianna Purba, S.Kep., M.Kes**. Marganda H
Limbong, S.Kep.,Ns**.
NURSING CARE IN CHILDREN WHO HAVE HEMORRAGHIC FEVER
WITH HYPERTERMY PROBLEMS WITH TEPID SPONGE WATER
THERAPY IN PANDAN HOSPITAL, KABUPATEN TAPANULI TENGAH
TAHUN 2019

(xi + 43 pages + 9 tables + 9 attachments)

Background: WHO data (2015) estimate 2.5 billion or 40% of the world's
population. The number of Dengue Haemorragic Fever in Pandan District General
Hospital in 2016 was 36 people. In 2017 there were 21 people. In 2018 there were
21 people. In 2019 20 people.The Purpose: Carrying out Nursing Care for
Children Who Have Dengue Haemorragic Fever with Hypertherm Problems with
Water Tepid Sponge Therapy in Pandan Regional General Hospital in 2019.
Method: The research method is qualitative in case study design. This research is
two children diagnosed with Hemorrhagic Hemorrhagic Fever with fever in
hospital. This research was conducted on September 5, 2019. Data collection
consisted of interviews, observations, physical examinations, and case study
documentation. Research ethics uses informed consent. Results: After doing
Water Tepid Sponge therapy on the first child who had a previous body
temperature of 38.5 ℃, to 37.5 on the third day. In the second child before the
Water Tepid Sponge therapy 39 ℃. After therapy was carried out on the third day
the body temperature became 37.5 ℃. Conclusion: Child 1's problem is resolved
on the third day with hyperthermia, Child 2 is resolved on the third day.
Suggestions : for family and clients can increase knowledge and skills in family
expenditure about treatment of children with dengue hemorrhagic fever.

Keywords: Nursing Care for Children, Dengue Haemorragic Fever,


Hypertherm
Literature: 18, 2010-2019

xii
*College student
** Supervisor

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangMasalah

Dengue Haemorraghic Fever adalah penyakit infeksi yang disebabkan

oleh satu dari 4 virus dengue yang berbeda yang ditularkan melalui nyamuk

terutama Aedesaegyti dan Aedesalbopiktus yang ditemukan di daerah tropis

dan subtropics diantaranya kepulauan di Indonesia hingga bagian utara

Australia dan penyakit Dengue Haemorraghic Fever adalah endemic yang

muncul sepanjang tahun, terutama musim hujan ketika kondisi optimal untuk

nyamuk berkembangbiak (Vyas 2013).

Dengue Haemorraghic Fever ditemukan hampir di seluruh belahan dunia

terutama Negara tropic dan suptropik (Ariani, 2016). Kejadian Dengue

Haemorraghic Fever dapat berpotensi menimbulkan dampak sosial yang

berupa keresahan masyarakat karena perjalanan penyakitnya yang cepat dan

dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, serta dampak ekonomi

yaitu meningkatnya anggaran belanja Negara untuk pengobatan penyakit

Dengue Haemorraghic Fever (Afrian, dkk, 2016).

Data WHO (2015) memperkirakan 2,5 miliar atau 40% populasi di dunia

beresiko terhadap penyakit Dengue Haemorraghic Fever terutama yang

tinggal di daerah perkotaan di Negara tropis dan subtropics saat ini juga

diperkirakan ada 340 juta infeksidengue yang terjadi di seluruh dunia setiap

tahun. Terhitung sejak Tahun 1986 hingga 2009, WHO mencatat negara

Indonesia sebagai Negara dengan kasus tertinggi di Asia Tenggara dan

tertinggi nomor dua di Dunia setelah Thailand (Dewi, 2015).

1
2

Padatahun 2018 jumlah kasus Dengue Haemorraghic Fever di Indonesia

per 100.000 penduduk mencapai 24,73% (65.602 kasus). Provinsi Sumatra

utara berada pada posisi kedua kasus terbanyak di Indonesia dengan jumlah

5.623 kasus(ProfilKesehatan Indonesia, 2018).

Data rekam medis RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, angka

kejadian Dengue Haemorraghic Fever pada anak dibulan Januari sampai

Desember 2016 terdapat 36 pasien. Dan di bulan Januari sampai Desember

2017 terdapat 21 pasien. Dan di bulan Januari sampai Desember 2018 terdapat

21 orang. Dibulan Januari sampai Juni 2019 terdapat 20 pasien.

Adanya penurunan angka kejadian Dengue Haemorraghic Fever Di

RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah dari tahun 2016 sampai 2017,

penulis termotivasi untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan judul

“AsuhanKeperawatanPadaAnak Yang MengalamiDengue Haemorraghic

FeverDenganMasalahHipertermiDenganTerapiWater Tepid Sponge Di Rumah

Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019.

1.2 BatasanMasalah

Masalah pada study kasus ini dibatasi Asuhan Keperawatan Pada Anak

Yang Mengalami Dengue Haemorraghic Fever Dengan Masalah

Hipertermi Di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Tahun 2019.

1.3 RumusaMasalah

Berdasarkan Batasan Masalah, dirumuskan Masalah penelitian sebagai

berikut “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan PadaAnak Yang Mengalami


3

Dengue Haemorraghic Fever Dengan Masalah Hipertermi Dengan terapi

Water tepid sponge Di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten

Tapanuli Tengah Tahun2019?.

1.4 Tujuan

1.4.1 TujuanUmum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami

Dengue Haemorraghic Fever Dengan Masalah Hipertermi Dengan terapi

Water tepid sponge Di rumah SakitUmum Daerah Pandan Kabupaten

Tapanuli Tengan Tahun 2019.

1.4.2 TujuanKhusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan anak yang mengalami Dengue

Haemorraghic Fever dengan masalah keperawatan hipertermi.

2. Merumuskan dan menegakkan Diagnosa keperawatan pada klien

dengan Dengue Haemorraghic Fever dengan masalah hipertermi

3. Menyusun intervensi keperawatan pada klien yang mengalami

dengue haemorrhagic fever dengan masalah hipertermi.

4. Melakukan implementasi keperawatan pada klien yang mengalami

dengue Haemorraghic fever dengan masalah hipertermi.

5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami dengue

hamorhagic fever dengan masalah hipertermi.

1.5 Manfaat

1.5.1 ManfaatTeorotis

Hasil study kasus ini diharapkan berguna untuk mengembangkan

dan menambah ilmu keperawatan yang telah ada tentang penyakit


4

dengue Haemorraghic fever sehingga dapat menurunkan angka

kesakitan.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Penulis

Dapat melakukan dan Memahami Bagaimana Asuhan Keperawatan

Pada Anak Yang Mengalami Dengue Haemorraghic Fever Dengan

Masalah Hipertermi Dengan Terapi Water Tepid sponge.

2) Bagi Keluarga dan Klien

Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan pada anggota

keluarga tentang perawatan anak yang mengalami dengue

Haemorraghic fever.

3) Bagi Perawat

Memberikan gambaran mengenai penatalaksanaan dan penanganan

kepada anak dengan dengue haemorhagic fever dengan masalah

hipertermi.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis Anak

2.1.1 Defenisi

Anak Adalah seorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak

yang masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-Undang No 23 tahun

2002 tentang perlindungan anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak

adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih

dalam kandungan, yang berarti segala kepentingan akan mengupayakan

perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada dalam

kandungan hingga berusia 18 tahun (Damayanti, 2013).

Tingkat perkembangan anak Menurut Damayanti (2013) Krakteristik anak

sesuai tingkat perkembangan :

1. Usia Bayi (0-1 Tahun)

Pada masa bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya

dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak

menggunakan jenis komunikasi non verbal, pada saat lapar, haus basah

dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan

perasaannya dengan menangis, walaupun demikian sebenarnya bayi

dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa.


6

Yang berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya

memberikan sentuhan, dekapan dan menggendong dan berbicara lemah

lembut.

2. Usia pra sekolah (2-5 Tahun)

Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah tiga tahun

adalah egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut pada

ketidak tahuan sehingga anak perlu di beri tahu tentang apa yang akan

terjadi padanya. Misalnaya, pada saat akan di ukur suhu tubuhnya, anak

akan merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh

karena itu, beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer agar

dia yakin alat tersebut tidak berbahaya untuknya.

3. Usia sekolah (6-12 Tahun)

Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan

yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila

berkomunikasi dan berinteraksi social dengan anak di usia ini harus

menggunakan Bahasa yang mudah di mengerti anak dan berikan contoh

yang jelas sesuai dengan kebutuhan kognitifnya. Anak usia sekolah

sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa.

Perbendaharaan katanya sudah cukup banyak, sekitar 3000 kata dikuasai

dan anak sudah mampu berpikir secara konkret.

4. Usia Remaja

Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa

anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan

tingkah laku anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang


7

dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan

masalah secara positif. Apabila anak meraa cemas atau stress, jelaskan

bahwa ia dapat mengajak berbicara teman sebaya atau dewasa yang ia

percaya.

2.2 Tinjauan Teoritis Dengue Haemorraghic Fever

2.2.1 Defenisi

Dengue hamorraghic fever adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

(Susilaningrum dkk,2013). Dengue haemorraghic fever merupakan penyakit

yang disebabkan oleh karena virus dengue yang termasuk golongan

Arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. Penyakit ini lebih

dikenal dengan dengan sebutan Dengue haemorraghic fever(DHF)

(Hidayat,2014).

Dengue Haemorrghic Fever merupakan peyakit infeksi virus yang

menimbulkan demam akut disertai dengan manifestasi perdarahan

bertendensi menimbulkan ranjatan yang dapat menyebabkan kematian

(Sunyataningkamto,2013). Demam Dengue/Dengue Haemorraghic Fever

adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, manifestasi klinis

demam, nyeri otot dan/nyeri sendi yang disertai

lekopenia,ruam,limfadenopati dan diatesis hemoraghic(Suhendro dkk,2013).

Dengue Haemorraghic Fever adalah suatu penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue terurama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri

demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi


8

menimbulkan renjatan atau syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC NOC

Jilid 1, 2013)

2.2.2 Etiologi

Dengue Haemorraghic Fever disebabkan oleh virus Dengue yang

termasuk ke dalam Family flavivirida genus flavivirus. Virus dengue ditularkan

oleh seorang penderita ke orang lain melalui gigitan nyamuk genus Aedes, yaitu

nyamuk Aedes Aegypti tersebar di daerah tropis dan subtropis yang merupakan

vector utama(Soegarto,2014).

2.2.3 Klasifikasi

Menurut WHO (dalam buku Nurarif,2013) membagi Dengue

Haemorraghic Fever menjadi 4 derajat sebagai berikut:

a. Derajat 1

Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan

(Uji tourniquet positif).

b. Derajat 2

Seperti derajat pertama perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.

c. Derajat 3

Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan

lemah,tekanan darah menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi

disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah.

d. Derajat 4
9

Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat

di ukur.

2.2.4 Tanda dan Gejala

Kriteria kliniknya yaitu demam tinggi mendadak terus menerus

selama 2-7 hari dengan sebab yan tidak jelas dan hampir tidak dapat dipengaruhi

oleh anti piretika, manifestasi perdarahan manipulasi (Uji tourniquet positif) dan

spontan (ptekie, ekimose,perdarahan gusi, hematemesis atau melena), pembesaran

hati dan syok. Sedangkan kriteria laboratoriknya adalah trombositopenia jumlah

trombosit >100.000/mm3 dan hemokonsentrasi meningginya nilai hematocrit atau

Hb <20% dibandingkan dengan dengan nilai pada masa konvalesense

(Rampengan,2014).

2.2.5 Anatomi Fisiologi

Darah adalah cairan dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi

sangat penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi (membawa nutrisi kedalam

seluruh tubuh dan oksigen ke paru-paru kemudian dierdarkan ke seluruh tubuh).

Darah mempunyai dua komponen yaitu padat dan cair. Bagian padat terdiri

eritrosit, leukosit dan trombosit. Komponen padat merupakan 45% dari seluruh

volume darah dan 55% adalah plasma yang termasuk komponen cair.

a. Eritrosit

Eritrosit dibuat di sumsum tulang yang masih berinti,dalam pembentukannya

dibutuhkanzat besi, vit B12, asam folat, dan rantai globin yang merupakan
10

senyawa protein. Pematangan eritrosit diperlukan hormon eruttropetin yang

diproduksi oleh ginjal. Umur peredarannya 105-120 hari. Eritrosit

dihancurkan di limfa. Jumlah 5,5 juta sel/mm3 pada perempuan 4,8 juta mm3

b. Leukosit

Leukosit fungsi utamanya adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara

menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis

yaitu: neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit. Jumlah normal

leukosit 5000-9000/mm3

c. Trombosit

Trombosit merupakan keping-keping darah yang dibuat di sumsum tulang,

paru-paru, limfa. Umur peredarannya hanya 10 hari. Trombosit mempunyai

kemampuan untuk melakukan:

1) Daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)

2) Daya adesi (saling melekat)

3) Daya agresi (berkelompok)

Trombosit berfungsi sebagai pembekuan darah dan penghentian perdarahan,

begitu pula kerusakan dinding pembuluh darah trombosit akan berkumpul

disitu, dan menutup lubang kebocoran dengan proses pembekuan darah,

jumlah trombosit 150.000-450.000 keping/mm3.

d. Plasma darah

Plasma darah merupakan bagian yang encer tanpa sel-sel darah, berwarna

kekuningan hampir 40% terdiri dari air. Struktur dingding kapiler tersusun

atas satu lapisan uniseluler sel-sel endothelial dan disebelah luarnya


11

dikelilingi membrane dasar ada dua jalan penghubung yaitu celah intra

seluler yang merupakan celah tipis diantara sel-sel endotelial.

2.2.6 Patofisiologi

Virus dengue masuk kedalam tubuh kemudian akan bereaksi dengan

antybody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen, akibat

aktivasi, peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan

mediator kuat sebagai factor meningginya pemeabilitas dinding pembuluh

darah. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan

berkurangnya volume plasma, sehinga terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan

hipoproteinemia serta efusi dan ranjatan (Syok) (Suriadi,2013).

2.2.7 Komplikasi

Komplikasi Dengue Haemorraghic Fever adalah sebagai berikut

(Widagdo,2013).

a. Gagal ginjal

b. Efusi pleura

c. Hepatomegali

2.2.8 Pemeriksaan Diagnostik Dengue Haemorraghic Fever

Pada pemeriksaan darah pasien Dengue Haemorraghic Fever akan

dijumpai dengan sebagai berikut (Susilaningrum, 2013)


12

a. Hb dan PCV meningkat (<20%)

b. Ig Dengue positif

c. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia.

d. Urin dan Ph darah mungkin meningkat.

e. Asidosis metabolik Pco2 < 35-40 mmHg HCO3 darah

2.2.10 Penatalaksanaan

Perawat sangat berperan penting untuk mengatasi hipertermia.Tindakan

mengatasi atau menurunkan suhu ini mencakup intervensi farmakologi dan

nonfarmakologi.Untuk terapi farmakologi obat antipiretik yang digunakan

untuk mengatasi demam antara lain asetaminofen, aspirin, dan obat-obat anti-

inflamasi nonsteroid (NSAID).Asetaminofen merupakan obat pilihan, aspirin

tidak diberikan pada anak-anak karena terdapat hubungan antara penggunaan

aspirin pada anak-anak dengan virus influenza atau cacar air.

Penggunaan ibuprofen disetujui untuk menurunkan demam pada anak

yang berusia minimal 6 bulan.Dosis dihitung berdasarkan suhu awal, 5 mg/kg

BB untuk suhu kurang dari 39,1⁰C atau 10 mg/kg BB untuk suhu lebih

dari39⁰C.Durasi penurunan demam umumnya 6 – 8 jam.Dosis dapat

diberikan setiap 4 jam tetapi tidak lebih dari 5 kali dalam 24 jam. Suhu tubuh

secara normal menurun pada malam hari, 3 – 4 dosis dalam 24 jam biasanya

cukup untuk mengendalikan demam. Suhu diukur kembali 30 menit setelah

antipiretik diberikan untuk mengkaji efeknya (Wong, 2008).

Strategi nonfarmakologis terdiri dari mempertahankan intake cairan

yang adekuat untuk mencegah dehidrasi.Intake cairan pada anak yang

mengalami demam ditingkatkan sedikitnya 30 – 50 ml cairan per jam


13

(misalnya air putih, jus buah, dan cairan tanpa kafein lainnya).Intervensi

lainnya adalah memakai pakaian yang berwarna cerah, melepas jaket atau

tidak menggunakan baju yang tebal, dan mengatur suhu ruangan yang sesuai

(25,6⁰C).Dalam mengatasi hipertermia juga bisa dengan melakukan kompres

(Setiawati,2009).

Kompres seluruh badan dengan air hangat dapat memfasilitasi

pengeluaran panas, serta dibutuhkan untuk meningkatkan keefektifan

pemberian antipiretik.Namun selama ini kompres dingin atau es menjadi

kebiasaan para ibu saat anaknya demam.Selain itu, kompres alkohol juga

dikenal sebagai bahan untuk mengompres.Namun kompres menggunakan es

sudah tidak dianjurkan karena pada kenyataan demam tidak turun bahkan

naik dan dapat menyebabkan anak menangis, menggigil, dan kebiruan.

Metode kompres yang lebih baik adalah kompres tepid

sponge(Kolcaba,2007).

Kompres tepid sponge merupakan kombinasi teknik blok dengan seka.

Teknik ini menggunakan kompres blok tidak hanya disatu tempat saja,

melainkan langsung dibeberapa tempat yang memiliki pembuluh darah besar.

Selain itu masih ada perlakuan tambahan yaitu dengan memberikan seka

dibeberapa area tubuh sehingga perlakuan yang diterapkan terhadap klien ini

akan semakin komplek dan rumit dibandingkan dengan teknik yang lain.

Namun dengan kompres blok langsung diberbagai tempat ini akan

memfasilitasi penyampaian sinyal ke hipotalamus lebih gencar. Selain itu

pemberian seka akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan


14

memfasilitasi perpindahan panas dari tubuh kelingkungan sekitar yang akan

semakin mempercepat penurunan suhu tubuh (Reiga, 2010).

2.3 Konsep Teori Hipertermi


2.3.1 Defenisi

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal. Hipertermi

merupakan salah satu reaksi tubuh untuk melindungi dari infeksi. Beberapa

studi menunjukkan demam memperpendek masa sakit karena virus dan

meningkatkan survival terhadap infeksi bacterial. Hipertermi adalah kondisi

kegagalan pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) akibat ketidak mampuan

tubuh melepaskan atau mengeluarkan panas (misalnya pada heat stroke) atau

produksi panas yang berlebihan oleh tubuh dengan pelepasan panas dalam

laju yang normal (Irene,2014).

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaean normal.

Batasan karakteristiknya meliputi kemerahan, konvulisi, peningkatan suhu

tubuh diatas kisaran normal, kejang, takhikardi, kulit terasa hangat penyebab

antara lain anestesia, penurunan pespirasi, dehidrasi,pemajanan lingkungan

yang panas, pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan,

peningkatan laju metabolism, penyakit, medikasi, trauma, aktifitas berlebihan

(Herdman, 2014).

Sebelum demam muncul pada penderita yang telah terinfeksi, virus

sudah terlebih dahulu berada dalam darah selama 1-2 hari. Selanjutnya

selama 4-7 hari penderita berada dalam kondisi viremia. Nyamuk aedes

aegyti memiliki kebiasaan hinggap pada pakaian yang bergantungan di kamar


15

dan menggigit atau menghisap darah pada siang hari dengan waktu puncak

gigitan pukul 09:00-11:00 dan pukul 16:00-17:00 Wib. Nyamuk jantan tidak

dapat menggigit dan menghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga

tumbuh-tumbuhan (menurut Sadoyo 2007 dalam buku nurarif, 2013).

2.3.2 Klarifikasi Suhu Tubuh

Peningkatan pembentukan panas dipengaruhi oleh sistem metabolisme

meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat

rangsangan, simpatis seta peningkatan sekresi tiroksin.menurut (Nafisa A

2013). Suhu tubuh di bagi menjadi :

1. Hipotermi bila suhu tubuh < dari 360c

2. Normal, bila suhu tubuh antara 36,5 - 37,50c

3. Hihpertermi atau pireksia, bila suhu tubuh >37,5 – 400c

2.3.3 Cara Dalam Pengukuran Suhu Tubuh

Suhu tubuh dapat diukur dengan menggunakan thermometer, baik itu

dengan thermometer air raksa maupun thermometer digital, suhu tubuh dapat

diukur melalui beberapa cara menurut Gusti F (2012) yaitu :

1. Oral :Suhu dapat diambil melalui mulut baik menggunakan

thermometer klasik ataupun thermometer digital yang menggunakan

probe elektronik.
16

2. Dubur :Suhu yang diambil melalui dubur menggunakan

thermometer gelas atau termemeter digital cenderung 0,5 – 0,70c >

tinggi dari pada ketika diambil dari mulut.

3. Aksilaris :Suhu yang diambil di bawah lengan dengan menggunakan

thermometer gelas atau digital rute ini cenderung 0,3 – 0,40c >

rendah dari suhu yang diambil dari mulut.

4. Telinga :Dapat mengukur suhu di gendang telinga yang

mencerminkan suhu inti tubuh (suhu dari organ-organ internal).

2.3.4 Manifestasi Klinis

Banyak gejala yang menyertai demam (Price, Silvia A, 2015)

1. Demam

2. Suhu meningkat

3. Menggigil

4. Lesu dan gelisah

5. Wajah merah

6. Selera makan menurun

7. Peningkatan frekuensi pernapasan

8. Dehidrasi

9. Hangat pada sentuhan

2.3.5 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan pada penderita demam (Mansjoer, 2015) yaitu :

1. Mengawasi kodisi klien (monitor suhu berkala 4 – 6 jam)


17

2. Beri motivasi pada klien untuk minum banyak

3. Tidur yang cukup agar metabolism berkurang

4. Kompres dengan air hangat pada dahi, dada, ketiak dan lipatan paha

5. Bila pakain klien basah segera ganti dengan pakaian tipis yang

meyerap keringat

6. Pemberian obat anti piretik

7. Pemberian antibiotic sesuai indikasi

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Dengue Haemorraghic Fever

2.4.1 Pengkajian

a. Identitas pasien

Nama, umur (pada Dengue Haemorraghic Fever paling serin

menyerang anak-anak dengan usia < 15 tahun), jenis kelamin, alamat,

pendidikan, nama orang tua, pendidikan dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama

Alasan /keluhan yang menonjol pada pasien Dengue Haemorraghic

Fever untuk dating kerumah sakit.

c. Riwayat penyakit sekarang

Kaji keadaan klien saat ini, adanya keluhan panas, kesadaran klien,

naik turunnya panas, perdarahan pada klien, pergerakan bola mata.

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita


18

Pada Dengue Hamorraghic Fever anak bisa mengalami serangan ulang

Dengue Haemorraghic Fever dengan tipe Virus yang lain.

e. Riwayat imunisai

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan

akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

f. Riwayat gizi Status gizi anak yang menderita Dengue

Haemorraghic Fever dapa bervariasi. Semua anak dengan status

gizi baik maupun buruk dapa beresiko, apabila terdapat factor

predisposisinya. Anak yang menederita Dengue Haemorraghic

Fever sering mengalami keluhan mual muntah dan nafsu makan

menurun.

g. Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang

kurang bersih seperti air menggenang dan gantungan baju di kamar.

h. Pola kebiasaan

1. Nutrisi dan metaboisme frekuensi, jenis, pantangan, nafsu

makan berkurang dan nafsu makan menurun.

2. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak

mengalami diare/konstipasi.

3. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu di kaji apakah sering

kencing, sedikit/banyak.
19

4. Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur

karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga

kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.

5. Kebersihan, upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan

tempat sarang nyamuk Aedes aegypti.

6. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta

upaya untuk menjaga kesehatan.

i. Pemeriksaan fisik

Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Berdasarkan

tingkatan(grade) Dengue Haemorraghic Fever, keadaan fisik anak

adalah sebagai berikut :

1. Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,

nadi lemah.

2. Grade II : Kesdaran kompos mentis, keadaan umum lemah,

ada perdarahan spontan ptekia, perdarahan gusi dan telinga,

serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.

3. Grade III : Kesadaran apatis, somenolen, keadaan umu lemah,

nadi lemah, kecil, dan tidak teratur, serta menurunnya tekanan

darah.
20

4. Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak

teraba, tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas

dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

j. Sistem integumen

a. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun dan muncul

keringat dingin dan lembab.

b. Kuku sianosis/tidak

c. Kepala dan leher

Kaji adanya nyeri, kemerahan, adanya anemis pada mata, kaji

adanya perdarahan pada hidung, mukosa mulut dan nyeri telan.

d. Dada

Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak, pada fhoto

thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru

sebelah kanan (efusi pleura), Rales +, ronkhi + yang biasanya

terdapat grade III dan IV.

e. Ekstremitas, akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta

tulang.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut NANDA (Herdman,2012) :

a. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)berhubungan dengan proses

penyakit (Viremia).
21

b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

c. Ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan mual, muntah dan anoreksia.

d. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi

tirah baring.

e. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhunbungan dengan

kurangnya volume cairan tubuh.

2.4.3 Intervensi Keperawatan dan Perencanaan Keperawatan Menurut

NIC NOC (Judith, 2012)

Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses

infeksi oleh Virus.

Tujuan & kriteria Intervensi Rasional

hasil (NIC)

(NOC)

Setelah dilakukan Fever Treatment 1. Kaji tanda – tanda


tindakan 3 x 24 jam 1. Observasi tanda – vital merupakan
pasien akan tanda vital tiap 4 acuan untuk
menunjukkan suhu tubuh jam mengetahui keadaan
dalam rentang normal 2. Beri kompres hangat umum klien.
yaitu : pada bagian lipatan 2. Kompres hangat
(36,5 - 37,50c), pasien paha dan aksila. dapat mengembalik-
bebas dari demam yang 3. Monitor intake dan an suhu normal dan
ditandai dengankulit out put. memperlancar sirku-
tidak panas. 4. Berikan obat lasi.
a. TTV Normal antipiretik. 3. Untuk mengetahui
Temperature adanya ketidak
22

Regulation seimbangan cairan


1. Beri banyak minum tubuh.
2-3 liter/hari (sedikit 4. Peningkatan suhu
tapi sering tubuh akan menyeb-
2. Ganti pakaian klien abkan penguapan
dengan bahan tipis tubuh meningkat
menyerap keringat. sehingga perlu
diimbangi dengan
asupan cairan yang
banyak.
5. Pakaian yang tipis
menyerap keringat
dan membantu
mengurangi pengua-
pan tubuh akibat
dari peningkatan
suhu dan dapat
terjadi konduksi.

2.4.4 Implementasi Keperawatan

Diagnosa Implementasi

Peningkatan suhu tubuh 1. Mengobservasi tanda – tanda vital tiap 4 jam.

(Hipertermi) berhubungan 2. Memberi kompres hangat pada bagian lipatan

dengan proses infeksi paha dan aksila.

virus 3. Memonitor intake dan out put.

4. Memberikan obat antipiretik.

5. Memberi banyak minum 2-3 liter/hari (sedikit

tapi sering
23

6. Mengganti pakaian klien dengan bahan tipis

menyerap keringat.

2.4.5 Evaluasi Keperawatan

Dalam melaksanakan evaluasi proses dan evaluasi hasil pada klien

dilaksanakan pada saat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan

keperawatan mengenai reaksi klien dan evaluasi hasil. Berdasarkan tujuan

yang telah ditetapkan pada evaluasi ini, penulis melakukan penilaian dan

pengukuran dari diagnosa tersebut dapat teratasi.

Tujuan dilakukan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien

dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien

terhadap asuhan keperawatan sehingga perawat dapat mengambil keputusan

mengakhiri rencana asuhan keperawatan apabila klien mengalami kesulitan

untuk mencapai tujuan, meneruskan rencana asuhan keperawatan apabila

klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan

(Nursalam,2012).
24

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


TEPID SPONGE
A. PENGERTIAN

Tepid Sponge merupakan tindakan mengompres yang dilakukan dengan

menggunakan handuk atau waslap yang dibasahi dengan air hangat (37 o C).

Tepid sponge merupakan salah satu teknik kompres hangat untuk menurunkan

suhu tubuh.

B. TUJUAN

1. Meningkatkan kontrol kehilangan panas tubuh melalui penguapan.

2. Memberikan rasa nyaman.

3. Menurunkan suhu tubuh yang demam.

C. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

1. Sarung tangan.
25

2. Baskom mandi.

3. Waslap.

4. Air hangat (37o C).

5. Handuk pengering.

6. Thermometer.

7. Selimut tidur

8. Selimut mandi.

9. Baki dan Alas.

D. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Identifikasi kebutuhan pasien.

2. Siapkan alat dan bahan.

3. Berikan salam terapeutik.

4. Jelaskan prosedur dan tujuan yang akan dilakukan.

5. Dekatkan alat.

6. Tutup sampiran untuk menjaga privasi pasien.

7. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.

8. Ukur suhu tubuh pasien.

9. Pertahankan selimut mandi di atas bagian tubuh yang tidak dikompres.

10. Periksa suhu air.

11. Rendamkan waslap ke dalam air hangat, letakkan di bawah ketiak dan

lipatan paha.

12. Secara perlahan ektermitas dikompres selama 5 menit.

13. Bila suhu belum turun, lanjutkan ke punggung dan bokong selama 3-5

menit. Kaji ulang suhu tubuh pasien setiap 5 menit.


26

14. Ganti air bila sudah tidak hangat.

15. Bila suhu tubuh turun sedikit di atas normal, hentikan prosedur.

16. Keringkan ekstremitas dan bagian tubuh secara menyeluruh, selimuti

dengan selimut tipis dan menyerap keringat.

17. Ganti linen bila basah.

18. Evaluasi respon pasien.

19. Rapikan peralatan.

20. Buka sampiran.

21. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

22. Lakukan observasi pada klien.

23. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan (Potter & Perry, 2008).
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 DesainPenelitian

Metode penelitian dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah menggunakan

metode kualitatif dan eskriptif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus

adalah salah satu pendekatan kualitatif yang mempelajari fenomna khusus yang

terjadi saat ini dalam suatu sistem yang terbatasi (Bounded - System) oleh

waktu dan tempat, meski batasan taraf fenomena dan system tersebut tidak

sepenuhnya jelas (Creswall 2013 dalamAfiyanti 2014).

Metode deskriptif adalah metode yang memiliki tujuan utama member

gambaran situasi atau fenomena secara jelas dan rinci tentang apa yang terjadi(

What is going on). Lanjutan metode inidi gunakan ketika peneliti bermaksud

menyampaikanf enomenaatausituasi yang ada bagaimana proses hubungan

yang terjadi dari suatu fenomena yang ditelti (Afiyanti dan Rachmawati, 2014).

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah Asuhan

Keperawatan Pada anak Yang Mengalami Dengue haemorraghic Fever

Dengan Masalah Hipertermi Dengan terapi Water Tepid sponge di Rumah

Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019.

3.2 Batasan Istilah

Untuk tidak menimbulkan perbedaan maka harus ada batasan istilah

adalah sebagai berikut : Asuhan Keperawatan adalah proses atau rangkaian

26
kegiatan praktik keperawatan langsung pada klien di berbagai tatanan

pelayanan

27
27

kesehatan pelaksanaannya berdasarkan kaidah proses keperawatan dan merupakan

inti praktik keperawatan.

Asuhan Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional sebagai

bagian integral pelayanan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat

keperawatan meliputi aspek biologis, psikologis, social dan spiritual yang

bersifat konfrehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang

sehat maupun yang sakit mencakup hidup manusia untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal, dengue haemorraghic fever atau Demam berdarah

Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan

melalui gigitan nyamuk Aedesaegypti.

3.3 Partisipan

Partisipan pada studi kasus ini berjumlah 2 orang klien dengan criteria

yaitu :

1. Subjek 2 pasien anak yang mengalami Dengue Haemorraghic Fever

dengan masalah keperawatan Hipertermi.

2. Anak umur 2-6 Tahun

3. Bersedia menjadi partisipan.

4. Subjek berada di tempat penelitian yang sama yaitu di Rumah Sakit

Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.

3.4 Lokasi danWaktu Penelitian

Lokasi penelitian dalam kasus ini adalah Rumah SakitUmum Daerah

Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Waktu penelitian dilakukan pada

bulan September 2019 selama 3 hari.


28

3.5 Pengumpulan Data

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, menggunakan metode

deskriptif. Metode deskriptif yaitu memberikan gambaran kegiatan Asuhan

Keperawatan yang diberikan pada klien dengue haemorraghic fever, guna

menunjang kelengkapan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan teknik sebagai

berikut :

1. Wawancara yaitu mengadakan Tanya jawab langsung pada pasien,

keluarga dan perawat ruangan, serta tim kesehatan lainnya mengenai

masalah yang berhubungan dengan penyakit klien.

2. Observasi partisipan yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap

pasien untuk mengetahui keadaan pasien dan ikut memberikan asuhan

keperawatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

3. Pemeriksaan fisik yaitu melakukan pemeriksaan pada tubuh klien dengan

Head to To.

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dilakukan dengan penelitian tersebut untuk di percaya

(Trust Whorthy tau whort to trust). Meskipun penelitian Kualitatif sering

dianggap bersifat subjektif, namun seperti halnya penelitian kualitatif perlu

mempertimbangkan validitas data. Perbandingan validitas penelitian antara

penelitian kualitatif dan kuantitatif adalah sebagai berikut :

a. Creadibility

Apakah proses dan hasil peneitian dapat diterima atau dipercaya.

Kreadibilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data

dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat


29

dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari respon dan sebagai

informasi.

b. Transferability

Apakah hasil penelitian in dapat diterapkan pada situasi yang lain. Kriteria

ini digunakan untuk memenuhi criteria bahwa hasil penelitian yang

dilakukan dalam konteks (setting) tertentu dapat di transfer ke subjek lain

yang memiliki tipologi yang sama.

c. Dependability

Apakah hasil penelitian mengacup ada kekosistensinan peneliti dalam

mengumpulkan data, membentuk dan menggunakan konsep-konsep ketika

membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat

digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitaif bermutu atau

tidak, dengan mengecek : apakah peneliti sudah cukup hati-hati, apakah

membuat kesalahan dalam mengkonseptualisasikan rencana penelitiannya

dan pengintrepetasiannya.

d. Confirmability

Apakah hasil penelitian ini dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil

penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam

laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian

dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian

dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Konfirmabilitas merupakan

kriteria untuk menilai mutu tidaknya hasil penelitian. Jika dependabilitas

digunakan untuk menilai kualitas dari proses yang ditempuh oleh peneliti,

maka konfirmabilitas untuk menilai kualitas hasil penelitian.


30

e. Triagulation

Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar

data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembangding terhadap data

tersebut. Proses triagulasi dari tiga sumber utama yaitu, perawat, klien dan

keluarga.

3.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan dengan mengambil

data-data yang akurat melalui pengkajian. Selanjutnya dari hasil

wawancara atau data yang terkumpul dalam bentuk catatan di lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data

subjektif dan objektif. Setelah itu penulis mendapatkan masalah yang

terjadi dari pengkajian tersebut. Lalu dari masalah-masalah tersebut

peneliti merancang intervensi yang isinya yaitu. Tujuan, criteria hasil dan

rencana tindakan. Kedua subjek akan mendapatkan intervensi yang sama

dalam rentang waktu yang sama. Pada akhir yang ditentukan, peneliti

akan mengevaluasi kemajuan tindakan berdasarkan criteria hasil yang

telah disusun. Dari tahapan tersebut, peneliti kemudian akan menarik

kesimpulan.

3.8 Etik Penelitian

Prinsip etika yang harus diperhatikan dalam metode penelitian kualitatif

pada ilmu keperawatan meliputi (dikembangkan dari pemikiran politik

dan beck, 2013 dalam susilo et al 2015) :


31

a. Informed consent (persetujuan menjadi klien) adalah bentuk

persetujuan antara peneliti dengan respon dan penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

agar klien mengerti maksud dan tujuan peneliti serta mengetahui

dampaknya. Jika responden bersedia maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan.

b. Anonimity(tanpa nama) adalah pemberian jaminan dalam penggunaan

klien penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama respon dan ada lembar ala ukur dan hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan

ihasilkan.

c. Confidentiality(kerahasiaan) adalah pemberian jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi dan Pengambilan Data

Rumah Sakit Umum Pandan terletak di Jalan Dr. FL. Tobing No. 5,

Kelurahan Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah

berbatasan dengan sebelah Timur dengan Kecamatan Tukka, sebelah Barat

dengan Samudera Hindia, sebelah Utara dengan Kecamatan Sarudik, dan

sebelah Selatan dengan Kecamatan Kalangan.

Rumah Sakit Umum Pandan terdaftar sebagai Rumah Sakit Tipe C,

telah melaksanakan proses Akreditasi Rumah Sakit seluruh Indonesia dan

telah mendapatkan status Lulus Akreditasi Rumah Sakit serta menerima

klien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah

adalah Rumah Sakit Umum rujukan pertama di daerah Kabupaten

Tapanuli Tengah. Rumah Sakit Umum Daerah Pandan memiliki ruangan

PICU NICU dan Flamboyan serta ruangan lainnya seperti Rumah Sakit

pada umumnya.

Studi kasus ini dilakukan di Ruangan Mawar Rumah Sakit Umum

Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Ruangan Mawar adalah

ruangan khusus perawatan pada anak, didalamnya terdapat sepuluh kamar

dan setiap kamar mempunyai satu kamar mandi.

Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah

Memiliki Visi Dan Misi yaitu :

32
33

Visi : Menjadi Rumah Sakit Yang Berkualitas dan Berkarakter Untuk

Mewujudkan Masyarakat Yang Sehat.

Misi :

1) Memberikan pelayanan yang terakreditasi

2) Meningkatkan pengelolaan keuangan standar BLUD

3) Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit

4) Meningkatkan sumber daya manusia rumah sakit

5) Meningkatkan kesejahteraan pegawai rumah sakit

4.1.2 Pengkajian Keperawatan

1) Identitas Anak

No Identitas Anak Anak 1 Anak 2


1. Nama An. R An. A
2. Umur 2 Tahun 3 bulan 2 Tahun
3. Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
4. Alamat Pandan Aek Tolang
5. Pendidikan - -
6. Nama Orangtua Tn. S Tn. M
7. Pendidikan Orangtua SMA SMA
8. Pekerjaan Orangtua Wiraswata Nelayan
9. Tanggal Pengkajian 5 September 2019 05 September
2019
10. Diagnosa Medis Dengue Haemorragic Fever Dengue
Haemorragic
Fever

2) Riwayat Penyakit

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit Anak 1 Anak 2


Keluhan Utama Ibu An.R mengatakan Ibu An.A mengatakan
anaknya demam anaknya demam
Riwayat Penyakit Ibu An.R mengatakan Ibu An.A mengatakan
34

Sekarang sejak 3 hari yang lalu sejak 2 hari yang lalu


anaknya panas naik anaknya panas naik turun
turun dengan suhu 38,5 dengan suhu 39℃

Riwayat Penyakit Ibu An.R mengatakan Ibu An.A mengatakan
Dahulu anaknya belum pernah anaknya belum pernah
mengalami penyakit mengalami penyakit
seperti ini dan belum seperti ini dan belum
pernah dirawat pernah dirawat dirumah
dirumah sakit sakit
Riwayat Imunisasi Ibu An.R mengatakan Ibu An.A mengatakan
imunisasi anaknya imunisasi anaknya tidak
tidak lengkap lengkap
Riwayat Gizi Ibu An.R mengatakan Ibu An.A mengatakan
sebelum masuk rumah sebelum masuk rumah
sakit anak kuat makan sakit anak kuat makan
setelah anaknya masuk setelah anaknya masuk
rumah sakit. Anak rumah sakit. Anak
kurang nafsu makan kurang nafsu makan

3) Pola Kebiasaan

Tabel 4.3 Pola Kebiasaan

Pola Kebiasaan Anak 1 Anak 2


Nutrisi Ibu An.R mengatakan Ibu An.A mengatakan
nafsu makannya nafsu makannya
berkurang sejak masuk berkurang sejak masuk
rumah sakit rumah sakit
Eliminasi BAB BAB 2x sehari BAB 2x sehari
Eliminasi BAK BAK 4x sehari BAK 5x sehari
Tidur/Istirahat Ibu An.R mengatakan Ibu An.A mengatakan
pola tidur anaknya anaknya pola tidur pada
pada malam hari malam hari terganggu
terganggu karena karena proses
proses penyakitnya penyakitnya
Kebersihan Ibu An.R mengatakan Ibu An.A mengatakan
lingkungan rumahnya lingkungan rumahnya
kotor kotor

Perilaku Ibu An.R mengatakan Ibu An.R mengatakan


anaknya sering anaknya sering bermain
bermain di rumah di rumah
35

4) Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Anak 1 Anak 2


Grade I sampai IV Compos mentis, Compos mentis,
keadaan umum lemah keadaan umum lemah
TTV TTV
HR : 100x/i HR : 110x/i
RR : 30 RR : 30x/i
T : 38,5 ℃ T : 39℃
GCS : 15 GCS: 15
Sistem integument Adanya petekia pada Adanya petekia pada
kulit kulit
Mata anemis Mata anemis
Dada Bentuk simetris Bentuk simetris

5) Pemeriksaan Diagnostik

Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik Anak 1 Anak 2


Haemoglobin 12,4 gr/dl 15,4 g r/dl

Leukosit 5,100 mm3 8.300 mm3

287.000 mm3 331, 000 mm3


Trombosit

Wbc 2,2 ul 2,57x103/ul


Lymph 1,1 48,0% 17,6%
RBC 5,57 5.388x106/ul
HGB 12,5 15,4 g/dl
MCV 65 79,6 fl
MCH 22,4 28,7 pg
MCHC 34,5 36,1g/dl
36

4.1.3 Analisa Data

Tabel 4.6 Analisa Data

Analisa Data Etiologi Masalah

Anak 1

DS : Ibu An.R Pirogen eksogen dan Hipertermi


mengatakan pirogen endogen
anaknya demam dikeluarkan
sejak 2 hari yang
lalu.panasnya naik Merangsang
turun hipotalamus

DO : An.R lemas, Reaksi inflamasi


badan teraba
panas, tampak Peningkatan produksi
(berkeringat) dan panas
kulit memerah dan
adanya binti k Peningkatan suhu
merah di tangan
(petekie). tubuh
TTV
HR : 100x/i
RR : 30x/i
T : 38,5℃

Anak 2

DS : Ibu An.A Pirogen eksogen dan Hipertermi


mengatakan pirogen endogen
anaknya demam dikeluarkan
sejak 2 hari yang
lalu.panasnya naik Merangsang
turun hipotalamus

DO : An.A lemas, Reaksi inflamasi


badan teraba
panas, tampak Peningkatan produksi
berair (berkeringat) panas
dan kulit memerah
dan adanya bintik
37

merah di tangan Peningkatan suhu


(petekie).
TTV tubuh
HR : 110x/I
RR : 30x/i
T : 39℃

4.1.4 Diagnosa Keperawatan

Anak 1 : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virust di

tandai dengan suhu tubuh 38,5 ℃ , lemas, badan panas, kulit merah

dan adanya binti merah di tangan (petekie).

Anak 2 : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus

ditandai dengan suhu tubuh 39℃ , lemas, badan panas, kulit merah,

adanya bintik merah ditangan.

4.1.5 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.7 Intervensi Keperawatan

Tujuan & kriteria Intervensi Rasional


hasil (NIC)
(NOC)
Setelah dilakukan Fever Treatment 6. Kaji tanda – tanda
tindakan 3 x 24 jam 5. Observasi tanda – vital merupakan
pasien akan tanda vital tiap 4 acuan untuk
menunjukkan suhu tubuh jam mengetahui keadaan
dalam rentang normal 6. Beri kompres hangat umum klien.
yaitu : pada bagian lipatan 7. Kompres hangat
(36,5 - 37,50c), pasien paha dan aksila. dapat mengembalik-
bebas dari demam yang 7. Monitor intake dan an suhu normal dan
ditandai dengankulit out put. memperlancar sirku-
tidak panas. 8. Berikan obat lasi.
a. TTV Normal antipiretik. 8. Untuk mengetahui
Temperature adanya ketidak
Regulation seimbangan cairan
3. Beri banyak minum tubuh.
2-3 liter/hari (sedikit 9. Peningkatan suhu
tapi sering tubuh akan menyeb-
4. Ganti pakaian klien abkan penguapan
dengan bahan tipis tubuh meningkat
38

menyerap keringat. sehingga perlu


diimbangi dengan
asupan cairan yang
banyak.
10.Pakaian yang tipis
menyerap keringat
dan membantu
mengurangi pengua-
pan tubuh akibat
dari peningkatan
suhu dan dapat
terjadi konduksi.
39

4.1.6 Implementasi keperawatan

Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan

Diagnosis Keperawatan 5 September 2019 06 September 2019 07 September 2019


Anak 1 Implementasi Implementasi Implementasi
Hipertermi berhubungan 10:00 1. Observasi 12:00 1. Observasi tanda 14:00 1. Beri kompres
dengan proses infeksi WIB tanda – tanda WIB – tanda vital WIB hangat pada
virus di tandai dengan vital tiap 4 tiap 4 jam bagian lipatan
suhu tubuh 38,5℃ , jam 12:05 2. Beri kompres 14:05 paha dan aksila
lemas, badan panas, 10:05 2. Beri kompres WIB hangat pada WIB 2. Berikan obat
kulit merah dan adanya WIB hangat pada bagian lipatan 14:10 antipiretik.
binti merah di tangan bagian paha dan aksila WIB 3. Beri banyak minum
(petekie). lipatan paha 12:10 3. Berikan obat 2-3 liter/hari
dan aksila. WIB antipiretik. 14:15 (sedikit tapi
10:10 3. Monitor 12:15 4. Beri banyak WIB sering)
WIB intake dan WIB minum 2-3 4. Ganti pakaian klien
out put. liter/hari dengan bahan
10:15
4. Berikan obat (sedikit tapi tipis menyerap
WIB 12:20
antipiretik. sering keringat.
WIB 5. Ganti pakaian
10:20
5. Beri banyak klien dengan
WIB
minum 2-3 bahan tipis
liter/hari menyerap
(sedikit tapi keringat.
sering
6. Ganti

39
40

pakaian klien
dengan bahan
tipis
menyerap
keringat.

Anak 2 Implementasi Implementasi Implementasi

Hipertermi berhubungan 11:00 1. Observasi 13:00 1. Observasi tanda 15:00 1. Observasi tanda –
dengan proses infeksi tanda – tanda – tanda vital tanda vital tiap 4
virus di tandai dengan WIB vital tiap 4 WIB tiap 4 jam WIB jam
suhu tubuh 39 ℃ , jam 2. Beri kompres 2. Beri kompres
lemas, badan panas, 11:05 2. Beri kompres 13:05 hangat pada 15:05 hangat pada
kulit merah dan adanya hangat pada bagian lipatan bagian lipatan
binti merah di tangan WIB bagian WIB paha dan aksila. WIB paha dan aksila.
(petekie). lipatan paha 3. Berikan obat 3. Beri banyak
11:10 dan aksila. 13:10 antipiretik. 15:10 minum 2-3
3. Monitor liter/hari (sedikit
WIB intake dan WIB 4. Beri banyak WIB tapi sering
out put. minum 2-3 4. Ganti pakaian
11:15 4. Berikan obat 13:15 liter/hari 15:15 klien dengan
antipiretik. (sedikit tapi bahan tipis
WIB WIB sering WIB menyerap
5. Beri banyak keringat
11:20 minum 2-3 13:20 5. Ganti pakaian 15:20
liter/hari klien dengan
(sedikit tapi WIB bahan tipis
sering menyerap
41

keringat
6. Ganti
pakaian klien
dengan bahan
tipis
menyerap
keringat

4.1.6 Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Kep Hari 1 Hari 2 Hari 3


Anak 1
Hipertermi berhubungan S : Ibu An. R mengatakan anaknya S : Ibu An.R S : Ibu An.R mengatakan
dengan proses infeksi demam sejak 2 hari yang lalu mengatakan demam suhu tubuh anaknya kembali
penyakit di tandai dengan O : An.R tampak lemas, badan anaknya mulai normal
suhu tubuh 38,5 ℃ , lemas, teraba panas, tampak berkeringat berkurang
badan panas, kulit merah dan dan kulit merah, adanya bintik O : An.R tampak lemas, O : An.R tampak nyaman
adanya binti merah di tangan merah di tangan (petekie). badan teraba panas, TTV
(petekie) TTV tampak berkeringat dan HR :100x/i
HR : 100x/i kulit merah,adanya RR : 30x/i
RR : 30x/i bintik merah ditangan T : 37,5℃
42

T : 38,5℃ (Petekia)
Setelah dilakukan water tepid TTV
sponge suhu tubuh An.R menjadi HR : 100x/i
38℃ RR : 30x/i
A : Masalah belum teratasi T : 38℃
P : Intervensi dilanjutkan Setelah dilakukan water
1. Observasi tanda – tanda tepid sponge suhu
vital tiap 4 jam tubuh An.R menjadi
2. Beri kompres hangat pada 37,8 ℃
bagian lipatan paha dan A : Masalah belum
aksila. teratasi
3. Monitor intake dan out put. P : Intervensi
4. Berikan obat antipiretik. dilanjutkan
1. Observasi tanda
5. Beri banyak minum 2-3 – tanda vital tiap
liter/hari (sedikit tapi sering 4 jam
6. Ganti pakaian klien dengan 2. Beri kompres
bahan tipis menyerap hangat pada
keringat. bagian lipatan
paha dan aksila
3. Berikan obat
antipiretik.
4. Beri banyak
minum 2-3
liter/hari (sedikit
tapi sering
5. Ganti pakaian
klien dengan
43

bahan tipis
menyerap
keringat.

Anak 2

Hipertermi berhubungan S : Ibu An.A mengatakan anaknya S : Ibu An.A S : Ibu An.A mengatakan
dengan proses infeksi demam sejak 3 hari yang lalu, mengatakan demam suhu tubuh anaknya kembali
penyakit virus di tandai panasnya naik turun anaknya mulai normal
dengan suhu tubuh 39℃ O : An.A lemas, badan teraba berkurang O : An.A tampak nyaman
lemas, badan panas, kulit panas, tampak berkeringat dan kulit O : An.A lemas, badan TTV
merah dan adanya binti merah merah, adanya bintik merah di teraba panas, tampak HR : 110x/i
di tangan (petekie). tangan (petekie). berkeringat, kulit RR : 30x/i
TTV merah, adanya bintik T : 37,5 ℃
HR : 110x/i merah ditangan A : Masalah teratasi
RR : 30x/i Setelah dilakukan water P : Intervensi dilanjutkan
T : 39℃ tepid sponge suhu
Setelah dilakukan water tepid tubuh menjadi 38 ℃
sponge suhu tubuh anak menjadi A : Masalah belum
38,5℃ teratasi
A :Masalah belum teratasi P : Intervensi
P : Intervensi dilanjutkan dilanjutkan
1. Observasi tanda – tanda 1. Observasi tanda
vital tiap 4 jam – tanda vital tiap
2. Beri kompres hangat pada 4 jam
bagian lipatan paha dan 2. Beri kompres
aksila. hangat pada
44

3. Monitor intake dan out put. bagian lipatan


4. Berikan obat antipiretik. paha dan aksila
3. Berikan obat
5. Beri banyak minum 2-3 antipiretik.
liter/hari (sedikit tapi sering 4. Beri banyak
6. Ganti pakaian klien dengan minum 2-3
bahan tipis menyerap liter/hari (sedikit
keringat. tapi sering
5. Ganti pakaian
klien dengan
bahan tipis
menyerap
keringat.
45

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pada An.R seorang anak berjenis kelamin laki-laki berusia 2 tahun 3 bulan mengalami

demam dan pada An.A seorang anak berjenis kelamin laki-laki berusia 2 tahun mengalami

demam, kedua anak mengalami demam dikarenakan riwayat diagnosa Dengue Haemorragic

Fever. Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan penelitian banyak menemukan

perbedaan antara An.R dan An.A. An.R dan An.A masuk Rumah sakit Pada tanggal yang

sama 05 September 2019 diagnosa medis Dengue Haemorragic Fever dengan keluhan Ibu

An.R mengatakan anaknya demam sejak 2 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik pada

An.R HR : 100x/i, RR : 30x/i, T : 38,5℃ . Sedangkan An.A dengan keluhan Ibu An.A

mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik HR : 110x/i, RR

: 30x/i, T : 39℃ .

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Anak 1 : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virust di tandai dengan suhu tubuh

38,5 ℃ , lemas, badan panas, kulit merah dan adanya binti merah di tangan (petekie).

Anak 2 : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus ditandai dengan suhu tubuh 39

℃ , lemas, badan panas, kulit merah, adanya bintik merah ditangan.

4.2.4 Intervensi Keperawatan

Intervensi dilakukan dengan pemberian terapi water tepid sponge dengan menggunakan

lembaran observasi yang yang berdampak untuk menginduksi vasodilatasi perifer. Teknik ini

menggunakan kompres blok tidak hanya disatu tempat saja, melainkan langsung dibeberapa tempat

yang memiliki pembuluh darah besar. Namun dengan kompres blok langsung diberbagai tempat ini

akan memfasilitasi penyampaian sinyal ke hipotalamus lebih gencar. Selain itu pemberian seka

akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan memfasilitasi perpindahan panas dari
46

tubuh kelingkungan sekitar yang akan semakin mempercepat penurunan suhu tubuh (Reiga, 2010).

Kompres tepid sponge merupakan kombinasi teknik blok dengan seka.

4.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Ruangan Mawar C pada

tanggal 05 September 2019 selama 3 hari. Sebelum melakukan implementasi peneliti mengukur

suhu tubuh anak. Pada An.R pada hari pertama suhu tubuh (38,5 oC) ketika dilakukan tindakan

water tepid sponge (Kompres hangat) dilakukan setiap harinya selama 3 hari. Perawatan sehingga

mengalami penurunan suhu tubuh pada hari kedua (38 oC) dan pada hari ketiga An.R mengalami

penurunan suhu tubuh menjadi (37,5oC). Sedangkan An.A pada hari pertama suhu tubuh (39,oC)

ketika dilakukan tindakan water tepid sponge. Dilakukan setiap harinya selama 3 hari perawatan

sehingga mengalami penurunan suhu tubuh pada hari kedua yaitu (38 oC) dan pada hari ketiga

tindakan water tepid sponge masih dilakukan sehingga mengalami penurunan suhu tubuh dan suhu

tubuh dalam rentan normal yaitu (37,5oC) dan masalah teratasi.

4.1.1 Evaluasi Keperawatan

Pada An.R yang belum sekolah sebelum dilakukan terapi water tepid sponge dengan suhu

tubuh 38,5 ℃ .Kemudian setelah dilakukan terapi water tepid sponge pada An.R mengalami

penurunan suhu tubuh menjadi 38 ℃ . Ibu An.R mengatakan suhu tubuh anaknya berkurang sejak

melakukan water tepid sponge. Pada An.A yang belum sekolah sebelum dilakukan terapi water

tepid sponge suhu tubuh 39 ℃ . Kemudian setelah dilakukan terapi water tepid sponge mengalami

penurunan suhu tubuh menjadi 37,5 ℃ .


BAB 5

PENUTUP

5.2 Kesimpulan

5.1.1 Pengkajian Keperawatan

Pada An.R seorang anak berjenis kelamin laki-laki berusia 2 tahun 3 bulan mengalami

demam dan pada An.A seorang anak berjenis kelamin laki-laki berusia 2 tahun mengalami

demam, kedua anak mengalami demam dikarenakan riwayat diagnosa Dengue Haemorragic

Fever. Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan penelitian banyak menemukan perbedaan

antara An.R dan An.A. An.R dan An.A masuk Rumah sakit Pada tanggal yang sama 05

September 2019 diagnosa medis Dengue Haemorragic Fever dengan keluhan Ibu An.R

mengatakan anaknya demam sejak 2 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik pada An.R HR :

100x/i, RR : 30x/i, T : 38,5℃ . Sedangkan An.A dengan keluhan Ibu An.A mengatakan

anaknya demam sejak 3 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik HR : 110x/i, RR : 30x/i, T : 39

℃.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Anak 1 : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virust di tandai dengan suhu tubuh

38,5 ℃ , lemas, badan panas, kulit merah dan adanya binti merah di tangan (petekie).

Anak 2 : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus ditandai dengan suhu tubuh

39℃ , lemas, badan panas, kulit merah, adanya bintik merah ditangan.

47
48

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam pasien akan menunjukkan suhu tubuh dalam rentang

normal yaitu : (36,5 - 37,50c), pasien bebas dari demam yang ditandai dengan kulit tidak panas,

TTV Normal Pelaksanaan intervensi yang ditetapkan mencakup :

1) Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam

2) Beri kompres hangat pada bagian lipatan paha dan aksila.

3) Monitor intake dan out put.

4) Berikan obat antipiretik.

5) Beri banyak minum 2-3 liter/hari (sedikit tapi sering)

6) Ganti pakaian klien dengan bahan tipis menyerap keringat.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sesuai intervensi keperawatan yang

telah ditetapkan. Implementasi yang dilakukan adalah terapi water tepid sponge. Pada An.R dan

An.N yaitu pada 05 September 2019 di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli

Tengah Tahun 2019.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Penulis

Dapat melakukan dan Memahami Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang

Mengalami Dengue Haemorraghic Fever Dengan Masalah Hipertermi Dengan Terapi

Water Tepid sponge.


49

5.2.2 Bagi Keluarga dan Klien

Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan pada anggota keluarga tentang perawatan

anak yang mengalami Dengue Haemorraghic fever.

5.2.3 Bagi Perawat

Memberikan gambaran mengenai penatalaksanaan dan penanganan kepada anak dengan

Dengue haemorhaguc fever dengan masalah hipertermi.


DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Y. (2014) MetodologipenilitiankualitatifdalamRisetKeperawatan. HanggarKreator.
Carpenito L. (2014) BukuSakuDiagnosaKeperawatanEdisi Dan
DefenisidanKlasifikasiHipertermiJakarta : EGC.
Data RekamMedik RSUD PandanKabupatenTapanuli Tengah tahun 2016, 2017, 2018, 2019.
DinasKesehatan RI 2015. UntukPasienDengue Haemorraghic Fever. Jakarta DinasKes RI.
Damayanti 2013, Proses KeperwatanTeoriAnak&Aplikasi Jakarta : EGC
Depkes RI. (2013)
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/articel/viewfile/7449/6994,Pdfdiaksespada 03 mei
2017 pukul 16.00 WIB.
Herdman, T. H. (2014) Diagnose KeperawatanDefenisidanKlasifikasi 2015-2017. Edisi 10.
Jakarta : EGC
Hidayat 2014. AsuhanKeperawatanPadaAnakEdisi 2.Jakarta : CV Agung.
Jatin.M. Vyas, 2013.Medine.
Nurarif, Amin Huda danKusuma, Hardi.2013.
AplikasiAsuhanKeperawatanBerdasarkanDiagnosaMedis& NANDA NIC NOC Jilid 2.Jakarta
: EGC
Nurarif 2013 AplikasiasuhanKeperawatanBerdasarkan WHO Jakarta :EGC
Nursalam. (2013) AsuhanKeperawatanBayi Dan Anak. Jakarta :SalembaMedika.
Nanda. (2012) DiagnosaKeperawatan :DefenisidanKlasifikasi. Jakarta : EGC
Potter, P. A, & Perry, A. G. (2010), Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Buku 2 Edisi 7.
Jakarta :SalembaMedika.
ProfilKesehatanRepublik Indonesia Tahun 2018.
Susilaningrum R. (2013) AsuhanKeperawatanBayidanAnak. Jakarta :SalembaMedika.
Susilaningrum 2013 Pemeriksaan DHF KeperawatandanTeknikPenulisanIlmiah Jakarta:
SalembaMedika.
Suriadidkk. 2013 AsuhanKeperawatanPadaAnak Edisi2. Jakarta: CV AgungSeto.
Lampiran 1

Lembar Observasi

No Hari/Tanggal Pukul Suhu tubuh Sebelum Suhu Tubuh Sesudah


Dilakukan Tindakan Melakukan Tindakan
Water Tepid Sponge Water Tepid Sponge
Kamis, 05 10:00 38,5 ℃ 38 ℃
september 2019 WIB

Klien
1 Jumat, 06 12:00 38℃ 37,8 ℃
September 2019 WIB

Sabtu, 07 14:00 37,8 ℃ 37,5 ℃


September 2019 WIB

Kamis, 05 11:00 39 ℃ 38,5 ℃


September 2019 WIB

Klien
2 Jumat, 06 13:00 38,5 ℃ 38 ℃
September 2019 WIB

Sabtu, 07 15:00 38 ℃ 37,5 ℃


September 2019 WIB

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN


Saya yang bertanda tangan dibwah ini:
Nama : An.R
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 2 Tahun 3 Bulan
Menyatakan bersedia menjadi partisipan dalam studi kasus yang dilakukan oleh mahasiswa
program studi Diploma III Keperawatan Akper Pembkab Tapanuli Tengah. Yang bernama
Masfriadi Hutagalung (16-01-506) dengan judul ”Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang
Mengalami Dengue Haemorragic Fever Denga Masalah Hipertermi Dengan Terapi Water Tepid
Sponge Di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019”. Saya
penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi penulis dan tidak merugikan saya serta hal-hal yang
bersifatnya rahasia akan dijaga kerahasiaannya.
Saya akan bekerja sama dengan baik dan mematuhi semua prosedur Water Tepid Sponge dari
awal sampai akhir studi kasus. Dengan demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari
siapa pun, saya siap berpartisipasi dala studi kasus ini.
Demikian lembar persetujuan ini saya tanda tangani dan kiranya dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Partisipan

( AN.R )

Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN

Saya yang bertanda tangan dibwah ini:


Nama : An.A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 2 Tahun
Menyatakan bersedia menjadi partisipan dalam studi kasus yang dilakukan oleh mahasiswa
program studi Diploma III Keperawatan Akper Pembkab Tapanuli Tengah. Yang bernama
Masfriadi Hutagalung (16-01-506) dengan judul ”Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang
Mengalami Dengue Haemorragic Fever Denga Masalah Hipertermi Dengan Terapi Water Tepid
Sponge Di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2019”. Saya
penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi penulis dan tidak merugikan saya serta hal-hal yang
bersifatnya rahasia akan dijaga kerahasiaannya.
Saya akan bekerja sama dengan baik dan mematuhi semua prosedur Water Tepid Sponge dari
awal sampai akhir studi kasus. Dengan demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari
siapa pun, saya siap berpartisipasi dala studi kasus ini.
Demikian lembar persetujuan ini saya tanda tangani dan kiranya dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Partisipan

( AN.A )

DOKUMENTASI
Keterangan : Peneliti melakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital pada anak
Lampiran 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS

Nama : Masfriadi Hutagalung


T.T.L : Lapan Lombu, 20 Juli 1998
Agama : Kristen Protestan
Anak Ke : 4 dari 4 bersaudara
Status : Mahasiswa D-III Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah
Alamat : Sitahuis

DATA ORANGTUA
Nama Ayah : Marulak Hutagalung
Pekerjaan : Petani
Nama Ibu : Rosmaini Sitompul
Pekerjaan : Petani
Alamat : Sitahuis

DATA PENDIDIKAN
SD : Tahun 2004 – 2010 SDN. 2 155676 Sitahuis
SMP : tahun 2010 – 2014 SMP Swasta Arion
SMA : Tahun 2014 – 2016 SMA SMK Negeri 2 Sibolga
D III KEPERAWATAN : D-III Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah
PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI TENGAH
AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. A.R Surbakti Kel. Sihaporas Nauli Kec. Pandan
Telp : (0631) 371718, Fax : (0631) 371718
Email : akperpemkab_tapteng@yahoo.co.id

LEMBAR BIMBINGAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH


D-III KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN
TAPANULI TENGAH

Nama : Masfriadi Hutagalung


NPM : 16-01-506
Dosen Pembimbing : Rostianna Purba,S.Kep,M.Kes.
Marganda H Limbong,S.Kep,Ns
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada Anak yang mengalami Dengue
Haemorraghic Fever dengan masalah Hipertermi dengan
Terapi Water Tepid Sponge di RSUD Pandan Kabupaten
Tapauli Tengah Tahun 2019.

Tanda Tangan
No Rekomendasi
Tanggal Materi Bimbingan Pembimbing
. Pembimbing
Utama

1. 09/07/2019 Pengajuan Judul KTI

2. 10/07/2019 ACC Judul

3. 15/07/2019 Konsul BAB I & II

4. 20/07/2019 Perbaikan BAB I & II

5. 21/07/2019 Konsul BAB I, II & III

6. 02/08/2019 Perbaikan BAB I, II & III


ACC BAB I, II, Dan III
7 06/08/2019

8. 11/08/2019 Ujian Seminar Proposal

9. 15/08/2019 Revisi BAB I, II & III

10. 29/08/2019 Konsul BAB IV

11. 30/08/2019 Perbaikan BAB IV

12. 02/09/2019 Konsul BAB IV & V

ACC Bab IV & V


13 09/09/2019

14. 12/09/2019 Ujian Seminar Hasil

15. 15/09/2019 Revisi BAB I - V

Pembimbing Utama,

Rostianna Purba,S.Kep,M.Kes.

NIP : 19640515 199303 2 001

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI TENGAH


AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. A.R Surbakti Kel. Sihaporas Nauli Kec. Pandan
Telp : (0631) 371718, Fax : (0631) 371718
Email : akperpemkab_tapteng@yahoo.co.id

LEMBAR BIMBINGAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH


D-III KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN
TAPANULI TENGAH

Nama : Masfriadi Hutagalung


NPM : 16-01-537
Dosen Pembimbing : Rostianna Purba,S.Kep,M.Kes.
Marganda H Limbong,S.Kep,Ns
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada Anak yang mengalami Dengue
Haemorraghic Fever dengan masalah Hipertermi dengan
Terapi Water Tepid Sponge di RSUD Pandan Kabupaten
Tapauli Tengah Tahun 2019.

Rekomendasi
No. Tanggal Materi Bimbingan
Pembimbing

1. 09/07/2019 Pengajuan Judul KTI

2. 10/07/2019 ACC Judul

3. 15/07/2019 Konsul BAB I & II

4. 20/07/2019 Perbaikan BAB I & II

5. 21/07/2019 Konsul BAB I, II & III

6. 02/08/2019 Perbaikan BAB I, II & III

ACC BAB I, II, Dan III


7 06/08/2019
8. 11/08/2019 Ujian Seminar Proposal

9. 15/08/2019 Revisi BAB I, II & III

10. 29/08/2019 Konsul BAB IV

11. 30/08/2019 Perbaikan BAB IV

12. 02/09/2019 Konsul BAB IV & V

ACC Bab IV & V


13 09/09/2019

14. 12/09/2019 Ujian Seminar Hasil

15. 15/09/2019 Revisi BAB I - V

Pembimbing Pendamping,

Marganda H Limbong S.Kep,Ns

NIP : 19831020 200903 1 002

Anda mungkin juga menyukai