Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA

BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIBARU KABUPATEN


BANYUWANGI

Firdawsyi Nuzula1, Rizki Yulia P1


1
Prodi D III Keperawatan Akademi Kesehatan “Rustida” Korespondensi:
Firdawsyi Nuzula, d/a Prodi D III Keperawatan Akademi Kesehatan “Rustida”
Jln. RS. Bhakti Husada Krikilan – Glenmore – Banyuwangi
Email: firda_indiana@yahoo.co.id

ABSTRAK

Angka kesakitan dan kematian tertinggi yang menyerang balita akibat dari
infeksi adalah ISPA. Sekitar dua juta anak yang meninggal setiap tahun akibat dari
infeksi ini di negara-negara berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi status
kejadian ISPA pada balita baik faktor langsung maupun tidak langsung. Penelitian
ini bertujuan untuk memberikan gambaran faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian ISPA pada Balita.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif cross-sectional
analitik. Dengan menggunakan Purposive Sampling didapatkan jumlah sampel
penelitian 62 balita. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan analisis
multivariat dengan regresi logistic.
Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa dengan CI 95%
didapatkan faktor status gizi menunjukkan OR=0,803, riwayat imunisasi
OR=0,725, riwayat pemberian ASI eksklusif=6,968 dan paparan asap rokok
OR=0,602. Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa hanya riwayat pemberian ASI
eksklusif yang berhubungan dengan kejadian ISPA dan secara statistik signifikan.
Pemberian ASI secara eksklusif dapat menurunkan resiko kejadian ISPA
pada balita karena kandungan ASI memiliki kekhususan biologis yang
terformulasikan secara unik di dalam tubuh ibu sesuai dengan tahapan
perkembangan bayi untuk memastikan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan
tubuh dan membentuk pertumbuhan otak bayi.

Kata kunci: ASI eksklusif, kejadian ISPA, Balita


2014). ISPA menjadi salah satu
penyebab angka kesakitan dan kematian
PENDAHULUAN dari penyakit infeksi yang ada di dunia
dengan angka kematian tertinggi
Derajat kesehatan bangsa tercermin menyerang pada anak balita (Kemenkes
dari status kesehatan anak, karena RI, 2009) dan salah satu penyebab
anak merupakan generasi bangsa kematian pada anak di negara
(Febrianto, 2015). ISPA (Infeksi berkembang yang menyebabkan 4 dari
Saluran Pernafasan Akut) 15 juta kematian anak berusia di
merupakan penyakit terbanyak dibawah 5 tahun setiap tahunnya
yang dilaporkan di pusat pelayanan (WHO, 2007)
kesehatan masyarakat (Saputri,
496
Insidens menurut sepanjang tahun (Puskesmas
kelompok umur Balita Kalibaru, 2016).
diperkirakan 0,29 episode per ISPA disebabkan oleh virus,
anak/tahun di negara bakteri, atypikal atau substansi
berkembang dan 0,05 asing yang menyerang sistem
episode per anak/tahun di pernafasan baik atas maupun
negara maju. Hal ini bawah dengan gejala awal panas
menunjukkan bahwa terdapat disertai dengan panas, nyeri
156 juta episode baru di tenggorokan, batuk dan pilek
dunia per tahun dimana 151 (Wong, 2009). Indonesia
juta episode (96,7%) terjadi diperkirakan balita mendapatkan
di negara berkembang. serangan batuk pilek sebanyak 3-
Indonesia termasuk dalam 6 kali dalam setahun (Kunoli,
kasus 5 tertinggi di dunia 2012). Hal ini disebabkan oleh
dengan jumlah kasus sebesar status gizi, riwayat dan
6 juta episode setelah India, kelengkapan pemberian
China, Pakistan dan imunisasi, pemberian ASI
Bangladesh (Kemenkes RI, eksklusif dan riwayat terpapar
2012). asap rokok.
Angka prevalensi Status gizi yang kurang mengakibatkan
nasional ISPA sebanyak penurunan sistem kekebalan tubuh
25,5% dan 16 provinsi diatas sehingga anak akan lebih rentan untuk
angka nasional dan angka terserang penyakit (Febrianto, 2015).
kesakitan pada bayi dengan Hal tersebut sejalan dengan penelitian
kasus pneumonia sebesar yang dilakukan oleh Hadiana (2013)
2.2%, balita 3% dan angka bahwa zat gizi yang diperoleh dari
kematian pada bayi sebesar asupan makanan memiliki efek kuat
23,8% dan balita 15,5% untuk reaksi kekebalan tubuh dan
(Kemenkes RI, 2009). Jawa resistensi terhadap infeksi. Upaya untuk
Timur merupakan provinsi melindungi seseorang terhadap penyakit
dengan peringkat kelima menular tertentu agar kebal dan
tertinggi ISPA yaitu sebesar terhindar dari penyakit infeksi tertentu
28,3%. Karakteristik merupakan tujuan dari imunisasi.
penduduk dengan ISPA yang Pentingnya imunisasi didasarkan pada
tertinggi terjadi pada anak pemikiran bahwa pencegahan penyakit
balita yaitu sebesar 25,8% merupakan upaya terpenting dalam
(Riskesdas, 2013). pemeliharaan kesehatan anak
Berdasarkan hasil laporan (Suhandayani, 2007).
tahunan Puskesmas Kalibaru Selain imunisasi dalam proses
Kulon didapatkan data tumbuh kembang bayi ASI (Air Susu
sebanyak 763 kasus ISPA Ibu) memiliki peran yang sangat
dari 6.246 balita pada tahun penting karena banyak mengandung
2016 dan merupakan kolostrum yang berfungsi sebagai
penyakit dengan angka antibodi untuk melawan infeksiinfeksi
kesakitan terbanyak bakteri dan virus (Catiyas, 2012).
Pendapat tersebut sejalan dengan

497
penelitian yang dilakukan oleh sebesar 46.075 kasus atau 37,22%
Damanik dkk (2014) bahwa ASI (Dinkes Kab. Banyuwangi, 2014).
merupakan makanan terbaik bagi Berdasarkan uraian diatas dapat
anak terutama pada bulan-bulan disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
pertama karena dapat mencukupi dapat menyebabkan kejadian ISPA pada
kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh balita sangat perlu untuk dideteksi
kembang dengan normal sampai sangat cermat. Penelitian ini berupaya
berusia 6 bulan. ASI juga kaya untuk meneliti faktor-faktor apa yang
akan antibodi yang dapat berhubungan dengan kejadian ISPA
melindungi bayi dari berbagai pada balita.
macam infeksi bakteri, virus, dan
alergi serta mampu merangsang METODE PENELITIAN
perkembangan sistem kekebalan
bayi. Selain ASI, asap rokok juga Penelitian ini merupakan penelitian
merupakan salah satu faktor yang observasional dengan rancangan cross-
dapat menyebabkan terjadinya sectional analitik menggunakan
ISPA. Asap rokok banyak pendekatan kuantitatif.
mengandung racun seperti nicotin Populasi target dalam
dan monoksida yang dapat penelitian ini adalah seluruh anak
mengakibatkan kerusakan pada balita yang mengalami ISPA di
epitel dan lapisan mukosa saluran wilayah kerja Puskesmas Kalibaru
pernafasan (Marlina, 2014). kabupaten Banyuwangi pada
Pendapat tersebut sesuai dengan bulan Maret sampai dengan Mei
penelitian yang dilakukan oleh 2017. Sampel penelitian
Marhamah (2013) menjelaskan didapatkan dengan metode
keberadaan anggota keluarga yang Purposive Random Sampling
merokok di dalam rumah berdasarkan catatan buku register
menunjukkan hasil bahwa balita Puskesmas yang berdomisili di
yang terpapar asap rokok 53.2% Kecamatan Kalibaru. Hasil
menderita ISPA dengan nilai pengukuran tersebut kemudian
p=0,026. dijadikan sampel frame. Besar
Petugas kesehatan belum sampel dalam penelitian ini yaitu
sepenuhnya menerapkan 62 balita.
tatalaksana standar P2 ISPA yang Pengumpulan data dimulai
menitik beratkan pada penanganan dengan wawancara langsung oleh
penyakit pneumonia pada bayi dan bidan/perawat puskesmas untuk
balita melalui MTBS, keterbatasan mendapatkan balita dengan ISPA.
tenaga dan masih ada anggapan Instrumen penelitian yang
akan memakan waktu cukup lama digunakan berisi pertanyaan
menjadi salah satu alasan. berkaitan dengan karakteristik
Akibatnya banyak penderita sampel, status gizi, status
pneumonia bayi dan balita yang imunisasi, riwayat pemberian ASI
lolos dari deteksi penyakit dan riwayat paparan asap rokok.
pneumonia. Terbukti dari tingginya Hasil pengumpulan data dari
jumlah penemuan penderita batuk kuesioner selanjutnya ditabulasi
bukan pneumonia pada balita dan dianalisis menggunakan uji
498
n % n % n %

Kurang 15 48,4 12 38,7 27 56,5


Status Gizi Baik 16 51,6 19 61,3 35 43,5 0,591 0,442
Total 31 100 31 100 62 100

7 22,6 8 25,8 15 24,2


Status Tidak lengkap 24 77,6 23 74,2 47 75,8 0,088 0,767
Imunisasi Lengkap 31 100 31 100 62 100
Total
Tabel 1. Analisis Chi Square Hubungan Status Gizi, Status Imunisasi, Riwayat
Pemberian Asi Dan Riwayat Batas atas
Riwayat TidakPaparan
eksklusif Asap
16 Rokok
51,6 5 16,1 21 33,9
PemberianKejadian
Eksklusif
ISPA 15 48,4 26 83,9 41 66,2 9,047 0,003
Total 3,108
ASIStatus gizi Total 310,803 100 31 0,207
100 62 100 0,101

Faktor Dependen ISPA TerpaparTidak ISPA 0,725


Imunisasi OR
0,176 P 2,988 0,198
Tidak terpapar 20 64,5 21 67,7 41 66,1
Paparan
Riwayat pemberian ASI
Asap Rokok
Total 116,968 35,5 10 1,760
32,2 21 27,582
33,9 0,072
7,649
0,0788
31 100 31 100 62 100
Paparan asap rokok 0,602 0,186 1,949 0,716
Hasil analisis multivariat riwayat pemberian ASI terhadap
N observasi 62
menggunakan regresi logistik kejadian ISPA dapat dilihat dari
ganda untuk
-2 log likelihood mengetahui
75,779 tabel 2.
seberapa besar pengaruh antara
Nagelkerke
Tabel R 2 Regresi Logistik
2. Analisis 0,202% Ganda Hubungan Riwayat Pemberian ASI
dengan Kejadian ISPA pada Responden

2.

p Uji
Variabel CI 95%
Batas bawah OR
Wald

chisquare dan analisis gizi, status imunisasi, riwayat


multivariat dengan regresi pemberian ASI dan riwayat
logistic. paparan asap rokok. Tabel
ini menunjukkan nilai OR
HASIL PENELITIAN pada faktor riwayat
DAN PEMBAHASAN pemberian ASI sebesar 9,
sedangkan pada faktor yang
1. Hasil perhitungan statistik lain
dengan Chi Square 0.
Hasil menunjukkan
adanya hubungan status
499
Tabel 2 menunjukkan nilai eksklusif terbukti efektif dalam
Odd Ratio variabel riwayat mencegah infeksi pada pernapasan
pemberian ASI sebesar 6,968 yang dan pencernaan.
menunjukkan bahwa balita dengan Rendahnya pemberian ASI
riwayat pemberian ASI tidak eksklusif terdapat pengaruh
eksklusif mempunyai terhadap kejadian ISPA pada bayi,
kemungkinan 7 kali untuk di mana lebih tinggi pada bayi yang
mengalami ISPA dibandingkan diberikan susu formula dibanding
dengan balita yang memiliki dengan bayi yang diberikan ASI
riwayat pemberian ASI eksklusif. (Sumarni dkk, 2013).

KESIMPULAN
Pembahasan
Faktor riwayat pemberian ASI Pemberian ASI secara
dengan kejadian ISPA pada balita eksklusif dapat menurunkan resiko
secara statistik menunjukkan kejadian ISPA pada balita.
hubungan yang signifikan. ASI Kandungan ASI memiliki
memiliki manfaat penting bagi kekhususan biologis yang
bayi, maka para ahli menyarankan terformulasikan secara unik di
agar ibu menyusui bayinya selama dalam tubuh ibu sesuai dengan
6 bulan sejak kelahiran atau disebut tahapan pertumbuhan dan
dengan ASI eksklusif (Mardiati, perkembangan bayi, meningkatkan
2007). Anak dengan ASI eksklusif daya tahan tubuh dan membantu
mengalami pertumbuhan lebih baik pertumbuhan otak bayi. Nutrisi
dibandingkan dengan tidak ASI yang terkandung di dalam ASI
eksklusif (Irawati dkk, 2008). Zat sangatlah banyak, komposisi di
antibodi untuk kekebalan tubuh dalam ASI penting bukan hanya
bayi yang diperoleh janin semenjak bagi perkembangan daya tahan
dalam kandungan melalui plasenta tubuh balita, akan tetapi juga untuk
juga terdapat dalam ASI, oleh perkembangan otaknya. Kandungan
sebab itu ASI harus diberikan ASI tidak sebanding dengan Susu
sedini mungkin (Roesli, 2005). formula dan makanan lain. ASI
Penelitian yang dilakukan mengandung nutrisi yang secara
oleh Irmayanti (2015) khusus diperlukan untuk
menyatakan bahwa bayi yang menunjang proses tumbuh kembang
mendapatkan ASI eklsklusif otak dan memperkuat daya tahan
ternyata akan lebih sehat dan tubuh alami. Maka riwayat
jarang mengalami kejadian pemberian ASI secara eksklusif
ISPA dibandingkan dengan pada balita berkaitan erat dengan
bayi yang tidak mendapatkan ISPA.
ASI eksklusif.
Penelitian serupa yang SARAN
dilakukan oleh Abbas dan
Haryati (2011) di Bandung Puskesmas perlu lebih
didapatkan temuan yang sama meningkatkan promosi tentang
bahwa pemberian ASI pentingnya pemberian ASI
500
eksklusif bagi bayi agar ibu Irawati A, Achadi EL, Jahari
lebih termotivasi untuk AB. 2008. Berat dan
memberikan ASI eksklusif panjang bayi serta Z Skor
dan suami juga terdorong Bayi dengan ASI
untuk memberikan dukungan Predominan dan Parsial
kepada ibu dalam pemberian berdasarkan Standar WHO
ASI eksklusif. 2005 dan NCHS/WHO.
Jurnal Gizi
DAFTAR PUSTAKA Indonesia. 2008; 31(1): 60-
73.
Abbas, P & Haryati, A.S. Irmayanti. 2015. Hubungan
2011. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian ISPA
Dengan Kejadian Pada Bayi Di Wilayah
Infeksi Saluran Kerja Puskesmas Kabaena
Pernafasan Akut (ISPA) Tengah Kabupaten
Pada Bayi. Majalah Bombana Sulawesi Tengah.
Ilmiah Sultan Agung, STIK. Makasar
49. Hal 123. Kemenkes RI. 2009. Pneumonia
Dinkes Kab. Banyuwangi. Penyebab Kematian Utama
2014. Profil Kesehatan Balita. Jakarta: Depkes RI.
Kabupaten Banyuwangi Kemenkes RI. 2012. Pedoman
Tahun 2014. Jawa Pengendalian Infeksi
Timur: Dinkes Saluran Pernafasan Akut.
Kabupaten Banyuwangi. Jakarta: Kementerian
Donna L Wong. 2009. Kesehatan
Pedoman Klinis Republik Indonesia
Keperawatan Pediatrik. Direktorat Jenderal
EGC: Jakarta. Pengendalian Penyakit Dan
Embriyowati Catiyas. 2012. Penyehatan Lingkungan.
FaktorFaktor Yang Lenni Marlina, Sorimuda
Berhubungan Dengan sarumpaet, Rasmaliah.
Kejadian ISPA Pada 2014. Faktor-Faktor Yang
Balita Di Wilayah Berhubungan dengan
Kecamatan Gombong Kejadiaan Infeksi Saluran
Kabupaten Kebumen Pernafasan Akut (ISPA)
Jawa Tengah Tahun Pada Anak Balita Di
2012. Fakultas Puskesmas
Kesehatan Masyarakat Panyabunganjae
Universitas Indonesia. Kabupaten mandailing
Firdaus J. Kunoli. 2012. Natal tahun 2014. Faklutas
Asuhan Kesehatan Masyarakat
Keperawatan Penyakit Universitas Sumatera utara.
Tropis. Mardiati I. 2007. Asi Ekslusif
Jakarta. CV. Trans Info Pada Ibu yang bekerja.
Media. Indrawan A, et al, editors.

501
Bunga Rampai Terhadap Terjadinya Infeksi
Masalah Kesehatan. Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Jakarta: Balai Penerbit Pada Balita Di Pukesmas Pajang
FK UI, 2007; p. Surakarta. Fakultas Kedokteran
37. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Marhamah. 2013. Faktor Yang


Berhubungan dengan
Kejadian ISPA Pada Anak Sunarni, Misrina Retnowati dan Adha
Balita Di Desa Dina Rahmayanti. 2013.
Bontongan Kabupaten Hubungan Antara Pemberian
Enrekang. Fakultas Kesehatan ASI Eksklusif Dengan
Masyarakat Universitas Kejadian ISPA Pada Bayi Usia
Hasanudin. Nenden Saputri. 6-12 Bulan
2014. Infeksi Saluran Pernafasan Di Puskesmas Purwokerto Barat
Akut. Wahyu Febrianto, Ircham
Puskesmas Kalibaru. 2016. Mahfoedz, Mulyanti. 2014.
Laporan Status gizi berhubungan
Tahunan ISPA 2016. dengan kejadian ISPA pada
Banyuwangi: Puskesmas balita di Wilayah Kerja
Kalibaru Kulon. Putri E G Puskemas Wonosari I
Damanik, Mhd Arifin Siregar, Kabupaten Gunungkidul 2014.
Evawany Y Aritonang. 2014. Jurnal Gizi Dan Dietetik
Hubungan Status Gizi, Pemberian Indonesia. Vol.3.2.mei.2015
ASI Eksklusif, Status
Imunisasi dasar dengan
Kejadian Infeksi Saluran Akut
(ISPA) Pada Anak Usia 12-24
Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Glugur darat Kota
Medan. FKM USU.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
Roesli U. 2005. Mengenal ASI
Eksklusif. Jakarta: Trubus
Agriwidya.
Suhandayani, I. 2007. Faktor-
Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian ISPA Pada
Balita di Puskesmas Pati I
Kabupaten Pati Tahun 2006.
FIK Universitas Negeri
Semarang.
Suman Yus Mei Hadiana. 2013.
Hubungan Status Gizi
502
WHO. 2007. Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi
Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) Yang
Cenderung Menjadi
Epidemi Dan Pandemi
Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan

503
496

Anda mungkin juga menyukai