Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL KEGIATAN

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS


TENTANG HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA
MENGENAI PENDIDIKAN SEKS PADA SISWA
SMAN-1 PALANGKARAYA

Disusun Oleh :

1. Syalvira Rossi M 2020-01-14201-037


2. Tamara Ananda A 2020-01-14201-038
3. Tania Kulansi K 2020-01-14201-039
4. Tania Rosalina 2020-01-14201-040
5. Tasya Putri A 2020-01-14201-041
6. Wiriani 2020-01-14201-042
7. Yosa Fernanda I 2020-01-14201-043
8. Yunita Mundzalifah 2020-01-14201-044

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2021/2022

ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Kami yang bertandatangan di bawah ini.


Nama : 1. Syalvira Rossi M 5. Tasya Putri A
2. Tamara Ananda A 6. Wiriani
3. Tania Kulansi K 7. Yosa Fernanda I
4. Tania Rosalina 8. Yunita Mundzalifah
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Tingkat : II A
Judul : Proposal Kegiatan Pendidikan Kesehatan Pada Anak
Menengah Atas Tentang Hubungan Pengetahuan Dengan
Sikap Remaja Mengenai Pendidikan Seks

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa proposal kegiatan pendidikan


kesehatan ini secara keseluruhan adalah murni karya penyusun sendiri, bukan di buat
oleh orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, bukan plagiasi sebagian atau
keseluruhan dari karya tulis orang lain kecuali pada bagian-bagian yang di rujuk
sebagai sumber pustaka sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku. Apabila di
kemudian hari di dapatkan bukti bahwa karya tulis ini merupakan hasil karya orang
lain, di buat oleh orang lain baik sebagian atau keseluruhan dan plagiasi karya tulis
orang lain, maka kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Demikian surat ini kami buat dengan bersungguh-sungguh dan tanpa paksaan
dari pihak manapun. Atas perhatiannya di sampaikan terimakasih.

Dibuat di : Palangka Raya


Pada tanggal : 01 November 2021
Yang Menyatakan,

iv
Ketua Kelompok V (Penyusun)

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal pendidikan kesehatan ini disusun oleh penyusun yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : 1. Syalvira Rossi M 5. Tasya Putri A
2. Tamara Ananda A 6. Wiriani
3. Tania Kulansi K 7. Yosa Fernanda I
4. Tania Rosalina 8. Yunita Mundzalifah
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Tingkat : II A
Judul : Proposal Kegiatan Pendidikan Kesehatan Pada Anak
Menengah Atas Tentang Hubungan Pengetahuan Dengan
Sikap Remaja Mengenai Pendidikan Seks

Akan melaksanakan Pendidikan Kesehatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan II
pada Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Proposal Kegiatan ini telah disetujui untuk dilaksanakan pada


Tanggal 08 November 2021

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Vina Agustina., Ners., M.Kep Desy Natalia, M.Pd

KUP Program Studi

Meilitha Carolina,Ners.,M.Kep

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga Proposal Kegiatan yang berjudul “Pendidikan Kesehatan Pada
Anak Menengah Atas Tentang Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Remaja
Mengenai Pendidikan Seks” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan dukungan dari semua pihak yang
telah membantu.
Harapan kami, semoga proposal kegiatan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman serta wawasan bagi para pembaca untuk kedepannya sehingga dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi proposal kegiatan agar menjadi lebih
baik lagi. Kami menyadari bahwa proposal kegiatan ini jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca,
khususnya dari dosen pembimbing.
Akhir kata kami sampaikan, semoga proposal kegiatan ini dapat berguna dan
membantu proses pembelajaran bagi para pembaca, terutama bagi kami sebagai
penyusun.

Palangka Raya, 01 November 2021

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

iv
iv
BAB I
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1.1 Latar Belakang


Remaja diterjemahkan dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti tumbuh
atau tumbuh untuk masak, menjadi dewasa. Adolecen atau remaja menggambarkan
seluruh perkembangan remaja baik perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial.
Menurut Hurlock (dalam Rita Eka Izzaty, dkk, 2008), awal masa remaja berlangsung
kira-kira dari 13-16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16
atau 17 tahun sampai 18 tahun yaitu usia matang secara hukum. Remaja dimaksudkan
sebagai masa perkembangan peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Masa remaja awal
(early adolescence) kira-kira sama dengan sekolah menengah pertama dan mencakup
kebanyakan perubahan pubertas. Masa remaja akhir (late adolescence) menunjuk
kira-kira setelah usia 15 tahun. Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan
bahwa remaja merupakan masa perkembangan serta peralihan antara masa anak-anak
ke masa dewasa yang mencakup perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial.
Masa remaja berlangsung antara umur 13-18 tahun.
Saat ini terdapat 1,2 milyar remaja di seluruh dunia. Hampir 90% tinggal di
negara berkembang. Di antara remaja berusia 15-19 tahun di negara berkembang
(termasuk Cina), 11% perempuan dan 5% laki-laki pernah melakukan hubungan
seksual sebelum usia 15 tahun. Seks bebas ini dapat meningkatkan resiko infeksi
HIV. Setiap tahun ada 1,4 juta remaja meninggal akibat kecelakaan, komplikasi
persalinan, bunuh diri, kekerasan, AIDS, dan penyebab lainnya. Di Afrika,
komplikasi kehamilan dan persalinan adalah penyebab utama kematian dikalangan
remaja perempuan berusia 15-19 tahun. Sementara itu sekitar 11% dari semua
kelahiran di seluruh dunia, atau 16 juta orang adalah untuk perempuan berusia 15-19
tahun (UNICEF,2012). Di Indonesia bahwa sekitar 62,7% remaja telah melakukan
hubungan seks di luar nikah, 20% dari 94.270 perempuan yang mengalami hamil di
luar nikah juga berasal dari kelompok usia remaja dan 21% diantaranya pernah
melakukan aborsi. Lalu pada kasus terinfeksi HIV dalam rentang 3 bulan sebanyak
10.203 kasus, 30% penderitanya berusia remaja. Fenomena itu sebenarnya
merupakan lanjutan dari begitu banyak kemudahan yang diterima anak-anak, bahkan
yang berasal dari para orang tua mereka sendiri, untuk mengakses konten-konten
porno di medsos via gadget yang diperoleh pada usia terlalu dini tanpa dibekali aturan
yang tepat (Kemenkes RI,2013).Dari hasil survei di Kalimantan tengah di
Palangkaraya yang dilakukan Youth Center SIAR PKBI Kalteng (yang menyebar
kuesioner sebanyak 100 buah yang terdiri atas 55 perempuan dan 45 orang laki-laki
SMU/SMK negeri/swata di Palangkaraya), ternyata 100% responden pernah
berpacaran. Dari jumlah itu, 65,10% pernah membaca film porno (Blue film).
Informasi lain yang didapat adalah mereka mendapatkan informasi seks dari guru
34.55%, orang tua 25,45%, teman 39,35%, dan buku 23,33% . Dari 100% responden
pernah berpacaran, dari jumlah itu 98% pernah berciuman, merabaraba alat kelamin
dan gemar menonton film porno, 67% remaja mengaku pernah melakukan hubungan
seks pranikah dan 21% remaja mengatakan pernah aborsi (kompas, 2013).

Perilaku remaja zaman sekarang sudah mengkhawatirkan, misalnya banyak anak-


anak SMP atau SMA yang sudah pacaran bahkan ada yang sampai hamil diluar
nikah. Belum lagi pendidikan seks masih dianggap sesuatu yang tabu untuk dibahas
meskipun dalam pelajaran sekolah. Masa remaja merupakan masa yang begitu
penting dalam hidup manusia, karena pada masa remaja tersebut terjadi proses awal
kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas
berasal dari kata pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau
adolescence berasal dari adolescence yang berarti dewasa. Masa remaja juga
merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa bukan hanya dalam artian
psikologis tetapi juga fisik bahkan perubahan-perubahan fisik.
1.2 Tujuan Instruksional Umum
Adapun tujun instruksional umum pada proposal ini, yaitu:
1) Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, para siswa SMAN-1 diharapkan dapat
mengerti dan memahami tentang pendidikan seks.

1.3 Tujuan Instruksional Khusus


Adapun tujuan instruksional khusus pada proposal ini, yaitu setelah diberikan
penyuluhan siswa dapat memahami tentang:
1) Menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran siswa tentang bahaya
hubungan seks pada remaja.
2) Memahami dan mengerti pentingnya pendidikan seks agar tidak membahayaka
diri.
3) Membuka pikiran mengenai hal-hal yang merusak masa depan.

1.4 Metode
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan kesehatan dalam
Pengabdian Pada Masyarakat STIKes Eka Harap Palangka Raya meliputi:
1) Ceramah
2) PowerPoint
3) Tanya jawab
4) Diskusi

1.5 Media
Adapun media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan pengabdian
masyarakat ini yaitu meliputi:
1) Leaflet
2) Zoom Meeting
1.6 Pelaksanaan Tugas
Adapun rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh
Dosen dan Mahasiswa STIKes Eka Harap Palangka Raya.
1) Topik : Hubungan dan pengetahuan sikap remaja mengenai
pendidikan seks
2) Media dan Alat : Leaflet dan Zoom Meeting
3) Tempat : SMAN-1 Palangkaraya
4) Hari dan Tanggal : Senin, 08 November 2021
5) Jam : 08.00 WIB – 09.00 WIB
6) Seting Tempat :
Keterangan:
: Fasilitator,
Dokumentator dan
Observer

: Peserta

: Moderator, Penyaji
dan Simulator

1.7 Tugas Pengorganisasian


Adapun tugas yang dilakukan oleh mahasiswa dalam kegiatan pengabdian
kepada masyarakat STIKES Eka Harap Palangka Raya meliputi :
1) Pembawa Acara/Moderator : Tania Rosalina
Uraian tugas :
 Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta.
 Menyampaikan tujuan penyuluhan.
 Mengatur proses dan lama penyuluhan.
 Menutup acara penyuluhan.
 Memotivasi peserta untuk bertanya.
2) Penyuluh/Penyaji: Tania Kulansi K
Uraian tugas :
 Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta.
 Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
3) Simulator : Yosa Fernanda I
Uraian tugas :
 Mempraktekan cara mencuci tangan kepada siswa.
 Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan cara mencuci
tangan yang benar.
4) Fasilitator : Syalvira Rossi M dan Wiriani
Uraian tugas :
 Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
 Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
 Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas
bagi peserta.
5) Observer : Tasya Putri A
Uraian tugas :
 Mengobservasi jalannya proses kegiatan.
 Mengevaluasi kegiatan.
6) Dokumentator : Tamara Ananda A dan Yunita Mundzalifah
Uraian tugas :
 Mengambil gambar saat kegiatan penyuluhan.
1.8 Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Metode
1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri dan
Ceramah
menjelaskan tujuan dari
penyuluhan.
3. Kontrak waktu penyampaian
materi.
2. 15 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan materi mengenai
pengertian dari pembelajaran
tatap muka.
2. Menjelaskan materi mengenai
pengertian dari pandemi.
3. Menjelaskan materi mengenai Ceramah
persiapan diri dengan 7 M.
4. Menjelaskan materi mengenai
dampak tidak menerapkan 7 M.
5. Menampilkan video animasi
tentang persiapan saat
pembelajaran tatap muka.
3. 10 menit Evaluasi : Tanya Jawab
Praktek dan Tanya jawab

4. 5 menit Penutup : Ceramah


Mengucapkan Terima Kasih dan Salam
Penutup
1.9 Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
- Tempat dan alat sesuai rencana.
- Peran dan tugas sesuai rencana.
- Setting tempat sesuai dengan rencana.
2) Evaluasi Proses
- Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
- Selama kegiatan semua peserta aktif.
3) Evaluasi Hasil
- Peserta dapat mengerti tentang pengertian mencuci tangan yang
benar.
- Peserta dapat mengetahui manfaat dari mencuci tangan.
- Peserta dapat mempraktekkan cara mencuci tangan.
BAB II
MATERI PENYULUHAN

2.1 Konsep Remaja


2.1.1 Pengertian Remaja
Menurut WHO (2018), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19
tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) tentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah (Kemenkes RI, 2012). Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa tidak
ada kesepakatan universal mengenai batasan kelompok usia remaja. Namun begitu,
masa remaja itu diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.
Masa ini merupakan periode persiapan menuju masa dewasa yang akan melewati
beberapa tahapan perkembangan penting dalam hidup. Selain kematangan fisik dan
seksual, remaja juga mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan ekonomi,
membangun identitas, akuisi kemampuan (skill) untuk kehidupan masa dewasa serta
kemampuan bernegosiasi (abstract reasoning WHO, 2015).

2.1.2 Tahap-Tahap Perkembangan Dan Batasan Remaja


Berdasarkan proses penyesuaian menuju kedewasaan, ada 3 tahap
perkembangan remaja yaitu: Seotjiningsih (2010)
a. Remaja Awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun.
Seorang remaja untuk tahap ini akan terjadi perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuhnya sendiri dan yang akan menyertai perubahan-perubahan itu,
mereka pengembangkan pikiran-pikiran baru sehingga, cepat tertarik pada
lawan jenis, mudah terangsang secara erotis, dengan dipegang bahunya saja
oleh lawan jenis ia sudah akan berfantasi erotik.

b. Remaja Madya (middle adolescent) berumur 15-18 tahun


Tahap ini remaja membutuhkan kawan-kawan, remaja senang jika banyak
teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan mencintai pada diri sendiri,
dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu ia berada
dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau
tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimistis, idealitas atau
materialis, dan sebagainya.

2.2 Konsep Pengetahuan

2.2.1 Definisi Pengetahuan


Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan
ini terjadi setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek
tertentu (Mubarok, dkk 2007). Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor
pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin
luas pula pengetahuannya, akan tetapi perlu ditekankan bukan berarti seseorang yang
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang
tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan
objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek
tertentu (Dewi & Wawan, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi
perilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yaitu :
1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut maksudnya disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
3) Evaluation (menimbang-menimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
4) Trial yaitu sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adaption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti
ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (longlasting). Sebaliknya, apabila perilaku
itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.

Jadi, Pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah
perilaku sehingga perilaku itu langgeng.

2.2.2 Tingkat Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu:
a) Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk juga mengingat kembali suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di
terima dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan
sebagainya.
b) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.
c) Aplikasi(Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan
sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
d) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi kedalam komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi
tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain dapat
ditunjukan dengan menggambarkan,membedakan, mengelompokkan,
dan sebagainya.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian–bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru.
f) Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan
wawancara atau angket tentang materi yang akan di ukur dari objek
penelitian.

2.2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar semakin tinggi pendidikan seeorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi, dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya, namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan
tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan
seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap
seseorang terhadap obyek tertentu, semakin banyak aspek positif dari obyek
yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek
tersebut.
b. Media / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya
teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana
komunikasi berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,surat kabar,
majalah, penyuluhan dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi
sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk, dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam
lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik
ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
e. Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman
pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.
f. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Pada usia tengah 41-60 tahun seseorang tinggal mempertahankan prestasi
yang telah dicapai pada usia dewasa, sedangkan pada usia tua > 60 tahun
adalah usia tidak produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasinya.
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan
sehingga menambah pengetahuan.
Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan hidup:
1. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang di
jumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya.
2. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah
tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya
usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya
kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat
ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan
bertambahnya usia.

2.2.4 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan carawawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2010) adalah sebagai
berikut :
f
P= X 100 %
n
Keterangan :
P= Persentase (%)
F= Jumlah jawab dengan benar
n= Jumlah soal
Pengetahuan dikategorikan menjadi :
a) Pengetahuan baik bila skor 76% - 100%
b) Pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%
c) Pengetahuan kurang bila skor < 56%

2.3 Konsep Sikap

2.3.1 Definisi Sikap


Menurut Secord dan Backman dalam Saifuddin Azwar (2012) Sikap adalah
keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif), dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatuaspek di lingkungan
sekitarnya. Menurut Azwar (2011) Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau
reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung
atau memihak (favorable)maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
(unfavorable) pada objek tersebut.

2.3.2 Bentuk Sikap


Menurut Wawan dan Dewi (2011) sikap dapat dibedakan menjadi sikap positif
dan sikap negatif, yaitu:
1. Sikap positif kecenderungan tindakan untuk mendekati, menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu.
2. Sikap negatif kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak
menyukai obyek tertentu.
2.3.3 Struktur Sikap
Menurut Azwar (2011) struktur sikap dibedakan atas 3 komponen yang saling
menunjang yaitu:
1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotip
yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamarkan penanganan
opini terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
kontroversial.
2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang
komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
3. Komponen konaktif merupakan aspek kecenderungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi
tendensi atau kecenderungan untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan
cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah
logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan
dalam bentuk tendensi perilaku.

2.3.4 Ciri-ciri Sikap


Menurut Purwanto dalam Rina (2013) ciri–ciri sikap adalah :
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini
yang membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar,
haus, kebutuhan akan istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap
dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan dan syarat-syarat
tertentu yang mempermudah sikap orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain sikap itu terbentuk
dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan atau pengetahuan-
pengetahuan yang dimiliki orang.

2.3.5 Fungsi Sikap


Daniel Katz dalam Rina (2013) membagi fungsi sikap dalam 4 kategori sebagai
berikut:
1. Fungsi utilitarian melalui instrumen suka dan tidak suka, sikap positif atau
kepuasan dan menolak yang memberikan hasil positif atau kepuasan.
2. Fungsi ego defensive orang cenderung mengembangkan sikap tertentu
untuk melindungi egonya dari abrasi psikologi. Abrasi psikologi bisa
timbul dari lingkungan yang kecanduan kerja, untuk melarikan diri dari
lingkungan yang tidak menyenangkan ini orang tersebut membuat
rasionalisasi dengan mengembangkan sikap positif terhadap gaya hidup
yang santai.
3. Fungsi value expensive mengekspresikan nilai-nilai yang dianut fungsi itu
memungkinkan untuk mengekspresikan secara jelas citra dirinya dan juga
nilai-nilai inti yang dianutnya.
4. Fungsi knowledge-organization karena terbatasnya kapasitas otak manusia
dalam memproses informasi, maka orang cenderung untuk bergantung
pada pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan informasi dari
lingkungan.

2.3.6 Pembentukan Sikap


Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.
Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan
hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial,
terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang
lainnya.
Menurut Saifuddin Azwar (2011) faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
yaitu:
1. Pengalaman Pribadi yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk
dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan
akan menjadi salah satu dasar terbentukknya sikap. Untuk dapat
mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Menurut
Middlebrook dalam Azwar (2011) bahwa tidak adanya pengalaman yang
dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan
membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting orang lain disekitar kita
merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi
sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita
harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita,
seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti
khusus bagi kita (significant others) akan banyak mempengaruhi
pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.
3. Pengaruh Kebudayaan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan pribadi seseorang. Kebudayaan memberikan
corak pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaan lah
yang menanamkan garis pengaruh sikap individu terhadap berbagai
masalah.
4. Media Masa berbagai bentuk media massa seperti radio, televisi, surat
kabar, majalah, dan lain–lain mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukkan opini dan kepercayaan orang. Media masa memberikan
pesan–pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan pengetahuan
baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesan–
pesan sugestif akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal
sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman akan baik dan buruk jika garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran–ajarannya.
6. Pengaruh Faktor Emosional suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh
emosi yang befungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap
yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi
dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

2.3.7 Perubahan Sikap


Menurut Azwar (2011) ada tiga proses yang berperan dalam proses perubahan
sikap yaitu:
1. Kesedihan (Compliance) terjadinya proses yang disebut kesedihan adalah
ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau kelompok lain
dikarenakan ia berharap untuk memperoleh reaksi positif seperti pujian, dukungan,
simpati, dan semacamnya sambil menghindari hal yang dianggap negatif. Tentu saja
perubahan perilaku yang terjadi dengan cara seperti itu tidak akan dapat bertahan
lama dan biasanya hanya tampak selama pihak lain diperkirakan masih menyadari
akan perubahan sikap yang ditunjukkan.
2. Identifikasi (Identification) proses identifikasi terjadi apabila individu meniru
perilaku tahu sikap seseorang atau sikap sekelompok orang dikarenakan sikap
tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan
menyenangkan antara lain dengan pihak yang dimaksud. Pada dasarnya proses
identifikasi merupakan sarana atau cara untuk memelihara hubungan yang diinginkan
dengan orang atau kelompok lain dan cara menopang pengertiannya sendiri mengenai
hubungan tersebut.
3. Internalisasi (Internalization) internalisai terjadi apabila individu menerima
pengaruh dan bersedia menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai
dengan apa yang ia percaya dan sesuai dengan system nilai yang dianutnya. Dalam
hal ini, maka isi dan hakekat sikap yang diterima itu sendiri dianggap memuaskan
oleh individu. Sikap demikian itulah yang biasanya merupakan sikap yang
dipertahankan oleh individu dan biasanya tidak mudah untuk berubah selama sistem
nilai yang ada dalam diri individu yang bersangkutan masih bertahan.
2.4 Konsep Seks
2.4.1 Definisi Seks
Seks adalah sesuatu yang bersifat biologis dan karenanya seks dianggap sebagai
sesuatu yang stabil (Wahid, 2011). Seks bebas merupakan hubungan seksual yang
dilakukan remaja tanpa adanya ikatan pernikahan. Seks bebas merupakan perilaku
seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum
maupun menurut agama dan kepercayaan masing masing (Sarwono, 2012).
Teori lain menurut Dini Rahmayani et. al (2015) Perilaku seksual remaja
merupakan bentuk dari perilaku kesehatan dapat mengganggu kesehatan reproduksi
remaja. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi remaja yang terjerumus di dalam
hubungan seksual.
Selain itu hubungan seksual atau seks bebas juga dapat menciptakan kenangan
buruk, apabila seseorang terbukti telah melakukan seks bebas maka secara moral
pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Dapat mengakibatkan kehamilan
hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada masa
subur, kehamilan yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban mental yang luar biasa
karena kehamilan yang dianggap “Kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan dan
malapetaka bagi pelaku bahkan keturunannya, hamil dan melahirkan anak pada usia
muda atau menggugurkan kandungan (aborsi) serta pembunuhan bayi.

2.4.2 Bentuk-bentuk Perilaku Seks Bebas


Menurut Sarwono (2010), bentuk-bentuk perilaku seks bebas yaitu:
a. Berpelukan
Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan
menimbulkan rangsangan seksual pada individu.
b. Ciuman kering
Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan pipi
dengan bibir.
c. Cium basah
Aktifitas cium basah berupa sentuhan bibir, dampak cium bibir dapat
menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan seksual
sehingga tidak terkendali.
d. Meraba
Merupakan kegiatan meraba atau memegang bagian tubuh yang sensitif
seperti payudara, vagina dan penis.
e. Petting
Merupakan keseluruan aktifitas seksual non intercourse (hingga menempelkan
alat kelamin dampaknya menimbulkan ketagihan.
f. Oral seksual
Oral seksual pada laki-laki adalah ketika seseorang mengunakan bibir, mulut
dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita melibatkan
bagian disekitar vulva yaitu labia, klitoris dan bagian dalam vagina.
g. Intercourse atau bersenggama
Merupakan aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke
dalam alat kelamin perempuan.

2.4.3 Faktor-faktor Penyebab Seks Bebas


Menurut Imron (2012), faktor-faktor yang menyebabkan remaja melakukan
hubungan seksual yaitu:
1. Adanya dorongan biologis
Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan insting
alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon.
Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dari luar misalnya dengan
membaca buku atau melihat film dan majalah yang menampilkan gambar
yang membangkitkan erotisme.
2. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan biologis
Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai- nilai
moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak
akan melakukan seks bebas, karena mengingat ini merupakan dosa besar yang
harus dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, namun
keimanan ini dapat sirna tanpa bersisa bila remaja dipengaruhi oleh obat-
obatan psikotropika, sehingga pelanggaran terhadap nilai-nilai agama
dinikmati dengan tanpa bersalah.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang
kesehatan reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat
remaja tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi
sebagai hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi tabu dibicarakan
dengan anak sehingga saluran – saluran informasi yang benar tentang
kesehatan reproduksi menjadi sangat kurang.
4. Adanya kesempatan melakukan hubungan seks bebas
Faktor kesempatan melakukan hubungan seks bebas sangat penting untuk
dipertimbangkan karena jika tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu
maka hubungan seks bebas tidak akan terjadi.
2.4.4 Alasan Remaja Melakukan Seks Bebas
Menurut Handoyo (2010), ada beberapa alasan seorang remaja melakukan seks
pranikah yaitu:
1. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya
Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga
berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan
seks. Bagi remaja tekanan dari teman-temannya dirasakan lebih kuat daripada
yang didapat dari pacarnya sendiri.
2. Adanya tekanan dari pacar
Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus
rela melakukan apa saja terhadap pasangannya tanpa memikirkan risiko yang
akan dihadapinya. Dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual,
melainkan juga sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih
membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri
selayaknya orang dewasa.
3. Adanya kebutuhan badaniah
Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan seseorang, jadi wajar jika semua orang
melakukannya tidak terkecuali remaja menginginkan hubungan seks ini
sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan risiko yang akan
dihadapinya.
4. Rasa Penasaran
Pada usia remaja keingintahuannya begitu besar terhadap seks apalagi jika
teman-temannya mengatakan bahwa rasanya nikmat ditambah lagi adanya
informasi yang tidak terbatas masuknya. Maka rasa penasaran tersebut
semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam
percobaan sesuai apa yang diharapkan.
5. Pelampiasan Diri
Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur
berbuat seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi
yang dibanggakan dalam dirinya maka dalam pikirannya tersebut ia akan
merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya
dalam pergaulan bebas.

2.4.5 Dampak Seks Bebas


Menurut Sofiyan (2012), dampak seks bebas terhadap kesehatan fisik dan
psikologi, disini di jelaskan ada lima dampak yaitu:
1. Hilangnya keperawanan
Indikasi fisik yang paling jelas terjadi pada perempuan yakni sobeknya
selaput dara.
2. Kehamilan
Perilaku seks bebas dapat mengakibatkan kehamilan padahal pasangan
tersebut belum terikat perkawinan, biasanya kehamilan yang tidak
diinginkan.
3. Aborsi dengan segala risikonya
Jika hubungan intim sudah berbuah kehamilan , maka biasanya pasangan
tersebut akan melakukan pengguguran kandungan (aborsi). Mereka
menganggap aborsi adalah jalan terbaik untuk menutupi aib dan rasa malu
terhadap masyarakat sekitar, mereka juga belum siap untuk hidup berumah
tangga, risiko dari aborsi antara lain yaitu pendarahan, infeksi, kemandulan,
bahkan kematian.
4. Penularan penyakit kelamin
Penyakit kelamin ditularkan melalui hubungan seksual resiko tertular penyakit
kelamin semakin besar ketika sering melakukan hubungan seksual secara
berganti ganti pasangan. Beberapa penyakit kelamin yang dapat tersebar
melalui hubungan seks bebas antara lain :
a. Gonorrhea adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri neisseria
gonorrheae, dengan masa inkubasi (masa tunas) 2–10 hari sesudah masuk
ketubuh melalui hubungan seks.
b. Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh treponema pallidum, dengan
masa inkubasi 2–6 minggu, terkadang sampai tiga bulan sesudah kuman
masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seks.
c. HIV atau Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang melemahkan
sistem ketebalan tubuh . sedangkan Accquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) yang berarti kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang sifatnya diperoleh bukan bawaan
(Kusmiran,2012).
d. Infeksi saluran reproduksi
Remaja perempuan yang sudah aktif secara seksual dibawah usia 20
tahun serta berganti–ganti pasangan cenderung mudah terkena kanker
mulut rahim.
5. Perasaan malu bersalah, berdosa, dan tidak berharga
Mereka yang sudah terjerumus pada perilaku seks bebas biasanya selalu
dirundung bersalah. Perasaan malu dan bersalah semakin muncul ketika
dirinya atau pasangannya diketahui hamil padahal secara resmi belum menjadi
suami istri.

2.4.6 Pencegahan Seks Bebas


Soetjiningsih (2008) menerangkan upaya pencegahan hubungan seks bebas
remaja. Upaya pencegahan hubungan seks bebas dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas hubungan orang tua dan remaja
Sebagai orang tua hendaknya bersikap terbuka terhadap masalah seksual,
sehinggga bisa menjadi tempat curhat bagi anak yang membutuhkan informasi
seksual. Sikap dan perilaku orang tua juga berperan sebagai contoh atau
teladan anaknya dalam menyikapi hubungan seks bebas.
2. Keterampilan menolak tekanan negatif dari teman
Teman sebaya atau teman bergaul mempunyai pengaruh yang besar dalam
mempengaruhi sikap dan perilaku remaja. Untuk itu remaja perlu berinisiatif
dalam melakukan penolakan terhadap ajakan teman yang mengarah ke hal
yang negatif atau lebih amannya, perlu memilih teman yang membawa
pengaruh positif dalam bergaul sehingga remaja dapat bersikap bijaksana
terhadap hubungan seks bebas.
3. Meningkatkan religiusitas remaja yang baik
Ajaran agama untuk remaja sebaiknya tidak hanya dikhotbahkan akan tetapi
diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang nyata yang dikaitkan dengan dengan
masalah- masalah kontekstual dalam kehidupan remaja (misalnya masalah
kesehatan reproduksi dan seksual). Dari kegiatan yang nyata akan membentuk
sikap remaja yang bijaksana khususnya dalam menyikapi hubungan seks
bebas.
4. Pembatasan atau pengaturan peredaran media pornografi
Diharapkan media member manfaat yang positif yaitu lebih menampilkan
pesan- pesan seksualitas yang mendidik, karena sebenarnya media dapat
dimanfaatkan sebagai media yang ampuh dalam menyampaikan materi
pendidikan seksualitas. Dengan informasi yang positif maka akan membawa
dampak positif pula pada sikap dan perilaku remaja.
5. Promosi tentang kesehatan seksual bagi remaja yang melibatkan peran
sekolah, pemerintah dan lembaga non pemerintah.
Siswa perlu memanfaatkan layanan bimbingan konseling yang ada dalam
memberikan pendidikan seks untuk siswa. Lembaga pemerintah ataupun
lembaga non pemerintah perlu mengadakan seminar mengenai kesehatan
seksual remaja dan pendidikan seksual secara keseluruhan. Penyampaiannya
perlu dibuat secara menarik agar siswa secara sadar diri dapat mengambil
sikap terhadap hubungan seks bebas secara bijaksana dengan sendirinya tanpa
paksaan dari siapapun, karena kesadaran diri dari remaja itu sendiri
merupakan cara yang paling penting dalam mencegah hubungan seks
bebas.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai