Oleh :
Penulis
Lampiran 1
Biodata Pelaksana Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
I. Anggota
1. dr. Imran Tumenggung, M.Kes Dosen
2. Zulfiayu, S.Si, M.Si, Apt Dosen
3. Kartin L. Buheli, S.Kep, M.Kes
Dosen
4. Gusti A. A. Putu Putri Ariani, S.Kep,
Ns, M.Kep Dosen
5. Rista Apriana, S.Kep.Ns.,M.Kep Dosen
6. Rabia Zakaria, SKM, S.T.Keb, M.Kes
Dosen
7. Siti Choirul, M.Tr.Keb
8. Febri Dwi Yanti, S.T.Keb., M.Keb Dosen
9. Ade Zakiya Tazman Munaf, S.T.Keb., Dosen
M.Keb
10. Nur Inayah Adam, SST Dosen
11. Mohammad Syukran Al Rahim Mahasiswa
12. Zihan Magfirah Alulu Mahasiswa
13. Nur Hijassia Mahasiswa
14. Nur Apni Suratinoyo Mahasiswa
15. Sri Ristiani Djunaidi Mahasiswa
16. Nurain Podungge Mahasiswa
17. Sumanti Uten Achir Mahasiswa
18. Nurunnisa Wantaa Mahasiswa
19. Olivia Abd. Azis Ahmad Mahasiswa
20. Sri Yuliana Mantulangi Mahasiswa
21. Zahra Ainun Maku Mahasiswa
22. I Wayan Kariana Mahasiswa
23. Marsha Novianita Dzulhi Mahasiswa
24. Siti Rabiatul Adawiya Kilo Mahasiswa
25. Al Ansar Umar Mahasiswa
26. Meiling Abubakar Mahasiswa
27. Riyani Bau Mahasiswa
28. Sella Aprianti Manasai Mahasiswa
29. Yugita Ahmad Mahasiswa
30. Juniarto Sesar Pobi Mahasiswa
31. Nanditha Pakaya Mahasiswa
32. Rifki Ademulya Pou Mahasiswa
33. Windarty Niati Mahasiswa
34. Adista Virginia Blongkod Mahasiswa
35. Putri Amun Arsyad Mahasiswa
36. Regita Rahman Mahasiswa
37. Jessy Claudia Moja Mahasiswa
38. Tiyara Yasin Mahasiswa
39. Irmawati Husna Mahasiswa
40. Siti Masito Nur Azizah Abdullah Mahasiswa
41. Sitti Nurfadilahwaty A. Sukiman Mahasiswa
42. Theresya Nuryani Yunus Mahasiswa
43. Sri Nurlinda Djapangi Mahasiswa
44. Sasmita Bangga Mahasiswa
45. Shinta Hasan Mahasiswa
Lampiran 2
Lampiran 3
Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Pengabmas
Lokasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan adalah di Desa Dutohe Barat
Kecamatan Kabila Kabupaten Bonebolango
Lampiran 4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi secara dinamis dan pesat baik fisik, psikologis,
intelektual, sosial, tingkah laku seksual yang dikaitkan dengan mulai
terjadinya pubertas (Marcell, et. al., 2011). Masa ini adalah periode transisi
dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pola karakteristik pesatnya tumbuh
kembang ini menyebabkan remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar,
menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani mengambil risiko
tanpa pertimbangan yang matang (Soetjiningsih, 2004) (Arsani dkk, 2013).
Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang serius sepanjang hidup
manusia. Pemerintah sangat mendukung pemberian informasi, konseling dan
sebagai bagian dari hak bereproduksi mereka untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang seluasluasnya. Sasaran tujuan dari program
kesehatan reproduksi di Indonesia adalah seluruh remaja (Depkes RI, 2001).
Menurut WHO, sebagian besar komposisi penduduk dunia adalah remaja
berusia 10 – 19 tahun atau satu milyar dari enam milyar penduduk dunia
(Elistiawaty, 2006).
Keputihan adalah salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja
khususnya yang sering dikeluhkan oleh wanita. Masalah keputihan yang
terjadi pada remaja perlu mendapatkan perhatian khusus. Jika keputihan pada
saat remaja dibiarkan maka akan menimbulkan penyakit yang serius.
Keputihan adalah sesuatu hal yang wajar. Keputihan terjadi menjelang saat
menstruasi. Keputihan masih dalam batas normal selama berwarna bening
atau jernih, selama tidak berbau, tidak terasa gatal dan dalam jumlah yang
tidak berlebihan. Bila cairan berubah menjadi warnakekuningan, berbau dan
disertai gatal maka telah menjadi keputihan yang tidak normal (Herdalena,
2003) (Ilmiawat dkk, 2016).
Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda
bahwa organ kandungan telah berfungsi matang. Periode ini akan mengubah
perilaku dari beberapa aspek, misalnya psikologi dan lainnya. Pada wanita
biasanya pertama kali mengalami menstruasi (menarche) pada umur 12-16
tahun.Siklus menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya
menstruasi selama 2-7 hari (Kusminar, 2012). Saat terjadinya menstruasi
terutama pada fase luteal, remaja wanita perlu mempertahankan status gizi
yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena pada masa
ini akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan maka
dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidak
nyamanan selama siklus haid (Paath, 2004) (Wahyuni dkk, 2018).
Kurang Energi Kronik (KEK) adalah kondisi remaja putri yang mengalami
kekurangan asupan energi dan protein dalam waktu lama. Saat ini media sosial
adalah media populer di kalangan remaja. Ketidakseimbangan asupan zat gizi
dan penyakit infeksi merupakan beberapa faktor penyebab KEK. Menurut
Soekirman (2000), terdapat beberapa faktor penyebab KEK, diantaranya
asupan makanan dan pengetahuan. Kurangnya informasi mengenai gizi akan
berakibat pada berkurangnya kemampuan dalam menerapkan gizi yang
beragam dan berimbang dalam kehidupan sehari-hari (Ibnu Zaki dkk, 2019).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis menarik rumusan masalah yaitu
kesehatan reproduksi pada remaja termasuk keputihan, dismenore, dan KEK.
C. Tujuan Kegiatan
1. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang Pentingnya posyandu remaja,
2. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang Mengonsumsi Tablet FE,
3. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang Menjaga Personal Hygiene,
4. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang Mengonsumsi makanan bergizi
seimbang dan pola hidup sehat.
D. Manfaat Kegiatan
1. Bagi remaja
Meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi
yaitupentingnya posyandu remaja, mengonsumsi tablet fe, menjaga
personal hygiene, makanan bergizi seimbang dan pola hidup sehat.
2. Bagi mahasiswa
a. Dapat memperkuat teori yang sudah ada
Dapat lebih memahami masalah yang dikaji, memberikan masukan
bagi remaja mengenai kesehatan reproduksi yaitu pentingnya posyandu
remaja, mengonsumsi tablet fe, menjaga personal hygiene, makanan
bergizi seimbang dan pola hidup sehat.
b. Sebagai penyempurna praktik
Dapat digunakan untuk sarana pelaksanaan pengembangan sistem
penilaian yang sedang berjalan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
D. Prioritas Masalah
1. Keputihan
a. Pengertian keputihan
Keputihan atau flour albus adalah gejala keluarnya getah atau
cairan vagina yang berlebihan sehingga sering menyebabkan celana
dalam basah. Penyebab terbanyak dari keputihan adalah infeksi, baik
dari vagina (vaginitis) maupun di leher Rahim (cervicitis) sedangkan
pada usia di atas 45 tahun biasanya dikarenakan oleh menurunnya
kadar hormone estrogen pyang biasanya didapatkan pada masa
klimterium dan menopause. Keputihan sering diderita wanita dalam
masa aktif reproduktif (umur 20-45 tahun) dan jarang dialami pada
masa puber. Keputihan menyebabkan rasa gatal sehingga mengganggu
dan mengurangi kenyamanan dalam berhubungan seks.
b. Jenis jenis Keputihan
Ada dua jebis keputihan yang dikenal di dunia medis yaitu
keputihan normal dan keputihan abnormal.
1) Keputihan normal
Setiap Wanita bisa mengalami keputihan normal. Penyebabnya
bisa karena keletihan, alergi dengan bahan pakaian dalam, alergi
makanan atau bahkan salah satu gejala pra menstruasi. Apabila
sifat getah vagina berubah maka keadaan ini patologi dan disebut
flour albus atau gejala keputihan. Gejala ini merupakan salah satu
penyebab yang umum bagi para Wanita untuk dating berkonsultasi
ke dokter.
Berikut ini beberapa jenis keputihan normal yang dialami Sebagian
besar Wanita :
(a) Melahirkan bayi
(b) Saat mendapatkan haid pertama kali
(c) Menjelang haid
(d) Saat mengalami ovulasi
(e) Alergi kondom
(f) Mengidap penyakit menahun
(g) Gangguan jiwa
(h) Radang leher Rahim
(i) Terangsang oleh aktifitas seksual
2) Keputihan abnormal
Keputihan abnormal yaitu keputihan penyakit yang
disebabkan oleh kuman, parasite dan jamur. Selain bisa bertambah
parah jika dibiarkan, keputihan abnormal bisa menulari pasangan
seks. Keputihan abnormal berwarna kehijauan, kental, gatal, dan
berbau. Biasanya muncul flek kekuningan yang membekas di
celana dalam. Parasite penyebab keputihan tersebar bebas di alam
dan bisa menjangkiti Wanita karena gaya hidup yang tidak sehat,
air cebok yang tidak bersih, atau karena tertular di toilet umum.
Ciri-ciri keputihan abnormal :
(a) Keputihan berwarna putih susu dan kental
(b) Keputihan yang berwarna kuning
(c) Keputihan berbau amis dan berwarna abu-abu
(d) Keputihan berwarna cokelat dan bercampur dengan darah
(e) Keputihan berwarna kehijauan dan berbau busuk
(Pudiastuti,2012)
c. Cara mengatasi Keputihan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar cara
penanganan keputihan yang dilakukan oleh remaja putri adalah
membasuh daerah kewanitaan dari arah depan ke belakang dan lebih
sering mengganti celana dalam yang dilakukan secara bersamaan saat
mereka mengalami keputihan. Cara penanganan tersebut paling banyak
dilakukan karena membasuh daerah kewanitaan dan lebih sering
mengganti celana dalam merupakan hal yang biasa kita lakukan sehari
-hari. Bisa juga hal – hal tersebut mereka lakukan karena sebatas itulah
yang mereka ketahui mengenai cara – cara penanganan keputihan yang
mereka alami. Yang Perlu di perhatikan adalah cara membilas vagina
yang benar, setelah habis buang air besar atau sehabis buang air kecil,
sebaiknya membilas vagina dari arah depan ke belakang ke arah anus.
Penatalaksanaan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti
jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk
mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan
biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi
candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri
dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul),
topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan
langsung ke dalam liang vagina.
Dalam penelitian ini juga didapatkan sebanyak 3,53% remaja putri
menangani keputihan dengan cara mencuci daerah kewanitaan dengan
menggunakan air rebusan daun sirih yang dilakukan bersamaan dengan
membasuh daerah kewanitaan dari depan kebelakang, dan mengganti
celana dalam saat mengalami kepuitihan. Hal ini dilakukan
berdasarkan kebiasaan – kebiasaan yang dilakukan oleh orang – orang
terdekat mereka seperti teman, ibu atau nenek yang percaya bahwa air
rebusan daun sirih dapat mengatasi keputihan. Boleh menggunakan
ekstrak daun sirih untuk mengurangi keputihan. Pemakain yang sering
juga tidak masalah. Memakai daun sirih untuk pembersih
diperbolehkan asal hanya sebagai pembersih di permukaan Miss V.
Secara tradisional, wanita zaman dulu sering minum air rebusan sirih
dan cebok dengan menggunakan air rebusan sirih juga, tetapi juga,
minum air ini tidak boleh terlalu berlebihan, karena kandungan
antiseptiknya kalau berlebihan justru akan mematikan mikroba yang
sebenarnya dibutuhkan juga untuk menjaga keasaman normal dari
vagina kita.(Wijanti & Kundarti 2011).
2. Dismenorhoe
a. Pengertian Dismenorhoe
Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau
menstruasi yang dapat mengganggu aktifitas dan memerlukan
pengobatan. Dismenore ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah
perut atau pinggul, nyeri haid yang bersifat kram dan berpusat pada
perut bagian bawah. Nyeri kram yang terasa sebelum atau selama
menstruasi bisa juga nyeri pada pantat. Rasa nyeri pada bagian dalam
perut, mual, muntah, diare, pusing atau bahkan pingsan.
Banyak perempuan mengalami ketidaknyamanan fisik selama
beberapa hari sebelum periode menstruasi mereka datang, 4 kira-kira
setengah dari seluruh perempuan menderita akibat dismenore
(menstruasi yang menyakitkan). Nyeri itu sendiri dapat digambarkan
dengan nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat hingga nyeri ini
dapat diobati dengan obat obatan dismenore.(Erlina,2014).
b. Jenis jenis Dismenorhoe
1) Dismenorhoe normal
Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa di perut
bagian bawah dan muncul sebelum, selama atau setelah
menstruasi. Nyeri dapat bersifat kolik atau terus menerus.
Dismenore timbul akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium
yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan
hingga berat pada perut bagian bawah, daerah pantat dan sisi
medial paha.
Dismenore biasanya terjadi sebelum atau saat sedang
menstruasi, dismenore paling banyak terjadi pada masa remaja atau
masa produktif. Nyeri saat menstruasi atau sering disebut dengan
dismenorrhea adalah hal yang wajar jika tingkat dismenorrheanya
tidak berlebihan respon tubuh terhadap nyeri, didukung dengan
kondisi psikis pada setiap individu saat menstruasi berlangsung.
Selama beberapa tahun pertama haid terasa nyeri, hingga
membuat wanita merasakan sakit. Sedangkan siklus menstruasi
tidak teratur diartikan sebagai siklus haid yang lebih pendek dari
21 hari atau lebih panjang dari 35 hari. Siklus juga dapat dikatakan
tidak teratur jika jarak antar siklus bervariasi.(Eline,2021)
2) Dismenorhoe abnormal
Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan
ada tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri,
nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore spasmodik dan
dismenore kongestif.
Nyeri Spasmodik, Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah
perut dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid
mulai. Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu
menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apa pun.
Ada di antara mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan
ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah
perempuan muda walaupun dijumpai pula pada kalangan yang
berusia 40 tahun ke atas. Dismenore spasmodik dapat diobati atau
paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun
banyak pula perempuan yang tidak mengalami hal seperti itu.
(Lestari,2013).
c. Penangan Dismenorhoe
Cara untuk mengurangi dismenore bisa denga metode
farmakologis yaitu dengan obat anti nyeri ,nonfarmakologis yaitu
herbal seperti jamu,pengaturan posisi, teknik relaksasi, manajemen
sentuhan, manajemen lingkungan, distraksi, imajinasi, kompres dan
pemberian minuman herbal yang direbus. Rasa nyeri akibat adanya
hormon prostaglandin yang membuat otot uterus berkontraksi. Nyeri
haid dapat diatasi dengan terapi non farmakologi seperti ramuan jahe
merah yang berfungsi dapat mengurangi nyeri haid. Karena jahe merah
termasuk tanaman herbal, memiliki rimpang berwarna merah dan lebih
kecil mengandung 2 – 3% minyak atsiri. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan penurunan nyeri haid dengan penggunaan jahe merah yang
mana kandungan di dalam jahe merah sangat berguna sebagai terapi
nonfarmakologi pada nyeri haid atau dismenore.( Eline,2021)
Upaya farmakologis yang dapat dilakukan dengan memberikan
obat analgesik sebagai penghilang rasa sakit. Menurut Bare &
Smeltzer (2002 dalam Hermawan, 2012), penanganan nyeri yang
dialami oleh individu dapat melalui intervensi farmakologis, dilakukan
kolaborasi dengan dokter atau pemberi perawatan utama lainnya pada
pasien. Obat-obatan ini dapat menurunkan nyeri dan menghambat
produksi prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma
dan inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitive
terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya, contoh obat anti inflamasi
nonsteroid adalah aspirin, ibuprofen. Penanganan dismenore primer
adalah :
1) Penanganan dan nasehat
2) Pemberian obat analgesik Obat analgesik yang sering diberikan
adalah preprat kombinasi aspirin, fansetin, dan kafein. Obat-obatan
paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan,
acetaminophen dan sebagainya.
3) Terapi hormonal Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi,
bersifat sementara untuk membuktikan bahwa gangguan
benarbenar dismenore primer. Tujuan ini dapat dicapai dengan
memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
4) Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin Endometasin,
ibuprofen, dan naproksen, dalam kurang lebih 70% penderita dapat
disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Pengobatan dapat
diberikan sebelum haid mulai satu sampai tiga hari sebelum haid
dan dapat hari pertama haid.(Lestari,2013).
7. Narkotika
Apakah Narkotika? Narkotika adalah zat-zat alamiah maupun
buatan (sintetik) dari bahan candu/kokaina atau turunannya dan
padanannya.
Menurut Undang-undang RI No. 22/1997 narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika dibedakan dalam 3 golongan sebagai berikut:
a. Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: heroin, kokain, dan
ganja. Narkotika golongan
b. Narkotika yang digunakan untuk pengobatan, digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin,
turunan/ garam dalam golongan tersebut. Narkotika golongan
c. Narkotika yang digunakan untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.Contoh: kodein, garam-
garam narkotika dalam golongan tersebut.
8. Psikotropika
Psikotropika adalah zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan obat yang
mempengaruhi kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat-pusat
tertentu di sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Menurut
UU no.5/1997 Psikotropik meliputi: Ecxtacy, shabu-shabu, LSD, obat
penenang/tidur, obat anti depresi dan antipsikosis. Sementara
PSIKOAKTIVA adalah istilah yang secara umum digunakan untuk
menyebut semua zat yang mempunyai komposisi kimiawi berpengaruh
pada otak sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, pikiran,
persepsi, kesadaran.
Menurut Undang-undang RI No. 5/1997 tentang. Psikotropika:
psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam 4 golongan sebagai
berikut:
a. Psikotropika golongan Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan.Contoh: MDMA, ekstasi, LSD, ST. Psikotropika golongan
b. Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan.Contoh: amfetamin,
fensiklidin, sekobarbital, metakualon, metilfenidat (ritalin). Psikotropika
golongan
c. Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan.Contoh:
fenobarbital, flunitrazepam. Psikotropika golongan
d. Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: diazepam,
klobazam, bromazepam, klonazepam, khlordiazepoxide, nitrazepam (BK,
DUM, MG).
9. Bahaya Merokok bagi Kesehatan
Kandungan zat kimia yang terdapat dalam rokok sangat berbahaya
bagi kesehatan Anda dan orang-orang di sekitar Anda. Ada beberapa
bahaya merokok bagi kesehatan, di antaranya:
a. Gangguan kardiovaskular
Orang yang sering merokok, baik merokok secara aktif atau hanya menghirup
asap rokok dari orang sekitarnya, berisiko lebih tinggi terkena penyakit
kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke.Risiko ini bisa semakin
meningkat pada perokok yang jarang berolahraga, kurang menjaga pola makan,
dan sering stres.
b. Kerusakan otak
Bau mulut, gigi bernoda, dan penyakit gusi merupakan efek yang kerap timbul
akibat merokok. Tak hanya itu, merokok juga bisa menimbulkan masalah serius
lain, seperti kanker pada mulut, bibir, lidah, dan tenggorokan, termasuk kanker
laring dan kanker nasofaring.
d. Penyakit paru-paru
Salah satu efek paling berbahaya akibat merokok adalah kanker paru-paru. Bahan-
bahan kimia pada rokok berpotensi merusak sel paru-paru yang kemudian bisa
berubah menjadi sel kanker.Selain itu, merokok juga bisa menyebabkan terjadinya
berbagai penyakit pada paru-paru, seperti bronkitis, penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK), dan emfisema.
e. Penyakit lambung
Beberapa risiko penyakit lambung lainnya yang dapat terjadi pada seorang
perokok adalah ulkus atau tukak lambung dan kanker lambung.
Racun pada rokok bisa menimbulkan kerapuhan pada tulang. Oleh karena itu,
perokok lebih berisiko mengalami tulang rapuh atau osteoporosis. Riset pun
menyebutkan bahwa wanita yang merokok lebih rentan mengalami osteoporosis
daripada wanita yang tidak merokok.
g. Penuaan dini
Tanda-tanda penuaan dini, seperti kerutan di sekitar mata dan mulut, berisiko
muncul lebih awal pada perokok aktif. Hal ini karena kurangnya asupan oksigen
ke kulit, sehingga orang yang merokok akan terlihat lebih tua daripada orang yang
tidak merokok.
Merokok bisa mengganggu sistem reproduksi dan kesuburan. Pada pria, merokok
bisa menyebabkan gangguan ereksi dan mengurangi produksi sperma.Sementara
pada wanita, merokok dapat mengurangi tingkat kesuburan. Selain itu, risiko
terkena kanker serviks pun lebih tinggi karena rokok mengurangi kemampuan
alami tubuh dalam melawan infeksi HPV.
i. Gangguan psikologis
Selain penyakit fisik, merokok juga dapat menimbulkan gangguan psikologis,
seperti gangguan cemas, susah tidur, dan depresi. Efek ini bisa terjadi karena otak
sudah mengalami kerusakan karena sering terpapar zat beracun dari rokok atau
karena berhenti merokok secara tiba-tiba.
b. Waktu Pemeriksaan
Waktu terbaik untuk melakukan SADARI adalah seminggu setelah
periode menstruasi berakhir. Melakukan pemeriksaan pada
masa menstruasi kurang disarankan karena kadar hormon sedang
berfluktuasi sehingga menyebabkan perubahan pada tubuh, termasuk pada
payudara yang menjadi lebih kencang.
c. Cara Pemeriksaan
1. Didepan cermin
a. Cukup berdiri di depan kaca, lalu buka pakaian dari pinggang
ke atas. Pastikan terdapat cukup pencahayaan dalam ruangan.
b. Berdirilah dengan posisi lengan dibiarkan lurus ke bawah.
Perhatikan bentuk, ukuran, permukaan dan warna kulit, juga
bentuk puting payudara.
c. Letakkan tangan pada pinggang dan tekan kuat-kuat untuk
mengencangkan otot dada. Perhatikan payudara sambil berkaca
dari sisi kiri ke kanan dan sebaliknya.
d. Membungkuklah di depan kaca, sehingga payudara terjulur ke
bawah. Perhatikan dan raba untuk memeriksa apakah ada
perubahan tertentu pada payudara.
e. Periksa apakah terdapat cairan yang keluar dari puting Anda.
Tempatkan jempol dan jari telunjuk Anda di sekitar puting, lalu
tekan perlahan dan perhatikan apakah ada cairan yang keluar.
Ulangi pada payudara yang lain.
2. Saat mandi
Mengangkat satu tangan ke belakang kepala. Kemudian,
gunakan tangan lain yang telah dilumuri sabun untuk meraba
payudara di sisi tangan yang terangkat. Gunakan jari untuk
menekan-nekan bagian demi bagian dengan lembut.
Lakukan hal yang sama pada payudara satunya. Pemeriksaan
SADARI saat sedang mandi terbilang cukup efektif karena busa
sabun akan memudahkan pergerakan tangan untuk memeriksa
benjolan atau perubahan pada payudara dan area ketiak.
3. Berbaring
a. Tempatkan gulungan handuk atau bantal kecil di bawah
pundak.
b. Tempatkan tangan kanan di bawah kepala. Lumuri tangan kiri
dengan losion dan gunakan jari tangan untuk meraba payudara
kanan.
c. Lakukan perabaan payudara mengikuti arah jarum jam dengan
gerakan melingkar.
d. Setelah mencapai satu lingkaran, geser jari dan mulailah
kembali hingga seluruh permukaan payudara terjamah,
termasuk putingnya.
Pastikan semua permukaan payudara telah teraba dengan
seksama. Pemeriksaan SADARI dengan cara berbaring ini
membuat payudara melebar sehingga memudahkan untuk
diperiksa.
d. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang khas tidak terlihat pada tahap awal, namun
terlihat pada tahap lanjut. Romauli (2009) menyatakan bahwa tanda gejala
tersebut meliputi:
1. Terdapat benjolan pada payudara
2. Borok atau luka yang tidak sembuh pada payudara
3. Pada puting susu keluar cairan yang tidak normal, seperti nanah,
darah, cairan encer atau keluar air susu pada wanita yang tidak
hamil ataupun menyusui
4. Perubahan bentuk dan ukuran payudara
5. Kulit puting susu maupun areola berkerut
e. Penanganan Lanjut
Manuaba (2010) menyatakan bahwa penanganan tumor dilakukan
dengan memberikan KIE dan motivasi tentang tumor ataupun keganasan
payudara, penemuan sedini mungkin, melakukan rujukan pasien, sehingga
mendapat penangan lebih lanjut, dan melakukan pemeriksaan lanjutan
setelah pengobatan dari rumah sakit.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi , remaja
mengetahui pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan memahami
tentang tanda bahaya dari masalah reproduksi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatana penyuluhan diharapakan para remaja dapat
menjelaskan kembali :
a. Pengertian Kesehatan Reproduksi
b. Penjelasan tentang apa itu remaja
c. Jenis-jenis masalah kesehatan reproduksi
d. cara pencegahan masalah kesehatan reproduksi.
B. Manfaat
1. Bagi tempat penyuluhan
Kegiatan ini dapat membantu pihak masyarakat terutama remaja untuk
mengetahui pentingnya kesehatan reproduksi pada setiap remaja dan
memahami tentang tanda bahaya dari masalah reproduksi.
2. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan dan keterampilan mengenai Kesehatan
Reproduksi pada remaja
C. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan ini adalah remaja
D. Metode Kegiatan
Metode pelaksanaan ini akan dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu tahap
survei sosialisasi dilakukan dengan menyusun berbagai hal yang akan
disampaikan pada saat kegiatan penyuluhan diantanya meliputi: penyusunan
materi yang akan diberikan, penyusunan jadwal pemberian materi, pembagian
tugas masing-masing orang yang akan melakukan penyuluhan dan survei
lokasi penyuluhan. Tim pelaksana penyuluhan pada remaja adalah Mahasiswa
DIII Kebidanan semester V Poltekkes Gorontalo dengan jumlah peserta
sekitar 30 orang.
E. Keterkaitan
Kegiatan ini dilaksanakan atas kerja sama antara Mahasiswa DIII Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Gorontalo dengan peserta remaja di Desa Dutohe Barat.
F. Jadwal Pelaksanaan
Kegiataan ini akan dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Minggu / 13-02-2022
Waktu : 09.00. wita
Tempat : Kantor Desa Dutohe Barat
G. Anggaran
Jumah anggaran dalam kegiatan ini adalah Rp. 442.000,.
DAFTAR PUSTAKA
Penanggulangannya. Hlm.3(1).
Ibnu Zaki1 , Hesti Permata Sari, 2019. EDUKASI GIZI BERBASIS MEDIA
PEKANBARU. 3(3).
BULELENG.Vol. 2, No. 1.
Ni Made Sri Dewi Lestari, 2013. Jurnal : Penjaskesrek, Fakultas Olahraga dan
medika.