Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL

PENYULUHAN TENTANG PENGAWASAN MINUM TABLET CANTIK


(TABLET Fe)

Oleh :

MAHASISWA PRAKTIK KLINIK LAPANGAN TERPADU (PKLT)


POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas segala nikmat dan rahmat-Nya Tuhan


yang maha pengasih dan penyayang Allah SWT karena dengan izin dan
kuasanyalah kami masih bisa diberikan kesehatan, panjang umur serta kemudahan
yang luar biasa sehingga dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Penyuluhan tentang Pengawasan Minum Tablet Cantik (Tablet Fe)” dengan baik.
tak lupa pula shalawat serta salam penulis panjatkan kepada baginda nabi
Muhammad Saw dan para sahabatnya yang telah membawa manusia dari zaman
kegelepan menuju zaman yang terang benderang, dan Insyaa Allah syafaatnya
bisa sampai kepada kita semua yang masih taat terhadap perintahnya, Aamiin.
Demikian dan terimakasih.

Gorontalo, 12 Februari 2022

Penulis
Lampiran 1
Biodata Pelaksana Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
I. Anggota
1. dr. Imran Tumenggung, M.Kes Dosen
2. Zulfiayu, S.Si, M.Si, Apt Dosen
3. Kartin L. Buheli, S.Kep, M.Kes
Dosen
4. Gusti A. A. Putu Putri Ariani, S.Kep,
Ns, M.Kep Dosen
5. Rista Apriana, S.Kep.Ns.,M.Kep Dosen
6. Rabia Zakaria, SKM, S.T.Keb, M.Kes
Dosen
7. Siti Choirul, M.Tr.Keb
8. Febri Dwi Yanti, S.T.Keb., M.Keb Dosen
9. Ade Zakiya Tazman Munaf, S.T.Keb., Dosen
M.Keb
10. Nur Inayah Adam, SST Dosen
11. Mohammad Syukran Al Rahim Mahasiswa
12. Zihan Magfirah Alulu Mahasiswa
13. Nur Hijassia Mahasiswa
14. Nur Apni Suratinoyo Mahasiswa
15. Sri Ristiani Djunaidi Mahasiswa
16. Nurain Podungge Mahasiswa
17. Sumanti Uten Achir Mahasiswa
18. Nurunnisa Wantaa Mahasiswa
19. Olivia Abd. Azis Ahmad Mahasiswa
20. Sri Yuliana Mantulangi Mahasiswa
21. Zahra Ainun Maku Mahasiswa
22. I Wayan Kariana Mahasiswa
23. Marsha Novianita Dzulhi Mahasiswa
24. Siti Rabiatul Adawiya Kilo Mahasiswa
25. Al Ansar Umar Mahasiswa
26. Meiling Abubakar Mahasiswa
27. Riyani Bau Mahasiswa
28. Sella Aprianti Manasai Mahasiswa
29. Yugita Ahmad Mahasiswa
30. Juniarto Sesar Pobi Mahasiswa
31. Nanditha Pakaya Mahasiswa
32. Rifki Ademulya Pou Mahasiswa
33. Windarty Niati Mahasiswa
34. Adista Virginia Blongkod Mahasiswa
35. Putri Amun Arsyad Mahasiswa
36. Regita Rahman Mahasiswa
37. Jessy Claudia Moja Mahasiswa
38. Tiyara Yasin Mahasiswa
39. Irmawati Husna Mahasiswa
40. Siti Masito Nur Azizah Abdullah Mahasiswa
41. Sitti Nurfadilahwaty A. Sukiman Mahasiswa
42. Theresya Nuryani Yunus Mahasiswa
43. Sri Nurlinda Djapangi Mahasiswa
44. Sasmita Bangga Mahasiswa
45. Shinta Hasan Mahasiswa
Lampiran 2

Gambaran Penyuluhan yang dilakukan


Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa kegiatan penyuluhan kepada
masyarakat oleh perguruan tinggi harus selalu diarahkan pada kegiatan-kegiatan
yang dampak dan manfaatnya dapat secara langsung dirasakan oleh masyarakat
pengguna tak terkecuali peningkatan kesehatan tentang pengetahuan tentang
pengertian tablet Fe, pengawasan mengomsumsi tablet FE dan pemberian
kebutuhan nutrisi untuk menuju Indonesia Sehat.
Pembinaan masyarakat ke arah masyarakat maju dan modern jelas
memerlukan adanya usaha institusionalisasi dan profesional. Secara khusus,
kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan ini adalah bertujuan
untuk memperoleh masukan nyata bagi pengembangan kurikulum di Poltekkes
Kemenkes Gorontalo, agar kurikulum yang diterapkan lebih relevan dengan
kebutuhan pembangunan. Dengan pengabdian kepada masyarakat, juga
diharapkan dapat meningkatkan kepekaan sivitas akademika terhadap masalah-
masalah yang berkembang dalam kehidupan masyarakat pada pencapaian target
SDGs, program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga dan gerakan
masyarakat hidup sehat.
Salah salah satu bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan adalah melakukan
penyuluhan mengenai tentang gangguan menstruasi, keputihan, tidak
mengomsumsi tablet FE dan pemberian kebutuhan nutrisi.

Lampiran 3
Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Pengabmas
Lokasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan adalah di Desa Dutohe Barat
Kecamatan Kabila Kabupaten Bonebolango
Lampiran 4

Rencana Anggaran Biaya

Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah


Easy Touch HB 2 Pack Rp 165.000 Rp 330.000
Jarum 1 Pack Rp 15.000 Rp 15.000
Alcohol swab 1 Dos Rp 15.000 Rp 15.000
Handscoon On 1 Dos Rp 150.000 Rp 150.000
Masker 1 Dos Rp 96.000 Rp 96.000
Hand Sanitizer 15 ml 30 Botol Rp 16.500 Rp 495.000

Jumlah Total Rp 1.101.000


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi secara dinamis dan pesat baik fisik, psikologis,
intelektual, sosial, tingkah laku seksual yang dikaitkan dengan mulai
terjadinya pubertas (Marcell, et. al., 2011). Masa ini adalah periode transisi
dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pola karakteristik pesatnya tumbuh
kembang ini menyebabkan remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar,
menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani mengambil risiko
tanpa pertimbangan yang matang (Soetjiningsih, 2004) (Arsani dkk, 2013).
Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang serius sepanjang hidup
manusia. Pemerintah sangat mendukung pemberian informasi, konseling dan
sebagai bagian dari hak bereproduksi mereka untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang seluasluasnya. Sasaran tujuan dari program
kesehatan reproduksi di Indonesia adalah seluruh remaja (Depkes RI, 2001).
Menurut WHO, sebagian besar komposisi penduduk dunia adalah remaja
berusia 10 – 19 tahun atau satu milyar dari enam milyar penduduk dunia
(Elistiawaty, 2006).
Keputihan adalah salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja
khususnya yang sering dikeluhkan oleh wanita. Masalah keputihan yang
terjadi pada remaja perlu mendapatkan perhatian khusus. Jika keputihan pada
saat remaja dibiarkan maka akan menimbulkan penyakit yang serius.
Keputihan adalah sesuatu hal yang wajar. Keputihan terjadi menjelang saat
menstruasi. Keputihan masih dalam batas normal selama berwarna bening
atau jernih, selama tidak berbau, tidak terasa gatal dan dalam jumlah yang
tidak berlebihan. Bila cairan berubah menjadi warnakekuningan, berbau dan
disertai gatal maka telah menjadi keputihan yang tidak normal (Herdalena,
2003) (Ilmiawat dkk, 2016).
Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda
bahwa organ kandungan telah berfungsi matang. Periode ini akan mengubah
perilaku dari beberapa aspek, misalnya psikologi dan lainnya. Pada wanita
biasanya pertama kali mengalami menstruasi (menarche) pada umur 12-16
tahun.Siklus menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya
menstruasi selama 2-7 hari (Kusminar, 2012). Saat terjadinya menstruasi
terutama pada fase luteal, remaja wanita perlu mempertahankan status gizi
yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena pada masa
ini akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan maka
dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidak
nyamanan selama siklus haid (Paath, 2004) (Wahyuni dkk, 2018).
Kurang Energi Kronik (KEK) adalah kondisi remaja putri yang mengalami
kekurangan asupan energi dan protein dalam waktu lama. Saat ini media sosial
adalah media populer di kalangan remaja. Ketidakseimbangan asupan zat gizi
dan penyakit infeksi merupakan beberapa faktor penyebab KEK. Menurut
Soekirman (2000), terdapat beberapa faktor penyebab KEK, diantaranya
asupan makanan dan pengetahuan. Kurangnya informasi mengenai gizi akan
berakibat pada berkurangnya kemampuan dalam menerapkan gizi yang
beragam dan berimbang dalam kehidupan sehari-hari (Ibnu Zaki dkk, 2019).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis menarik rumusan masalah yaitu
kesehatan reproduksi pada remaja termasuk keputihan, dismenore, dan KEK.

C. Tujuan Kegiatan
1. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang Pentingnya posyandu remaja,
2. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang Mengonsumsi Tablet FE,
3. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang Menjaga Personal Hygiene,
4. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang Mengonsumsi makanan bergizi
seimbang dan pola hidup sehat.
D. Manfaat Kegiatan
1. Bagi remaja
Meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi
yaitupentingnya posyandu remaja, mengonsumsi tablet fe, menjaga
personal hygiene, makanan bergizi seimbang dan pola hidup sehat.
2. Bagi mahasiswa
a. Dapat memperkuat teori yang sudah ada
Dapat lebih memahami masalah yang dikaji, memberikan masukan
bagi remaja mengenai kesehatan reproduksi yaitu pentingnya posyandu
remaja, mengonsumsi tablet fe, menjaga personal hygiene, makanan
bergizi seimbang dan pola hidup sehat.
b. Sebagai penyempurna praktik
Dapat digunakan untuk sarana pelaksanaan pengembangan sistem
penilaian yang sedang berjalan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsumsi Tablet Tambah Darah


Tablet tambah darah adalah suplementasi zat besi yang mengandung 60
mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat (sesuai rekomendasi WHO). Tablet
tambah darah bila diminum secara teratur dan sesuai aturan dapat mencegah
dan menanggulangi anemia gizi. Dosis dan cara pemberian TTD: pada wanita
usia subur (WUS) dianjurkan minum TTD secara rutin dengan dosis 1 tablet
setiap minggu dan 1 tablet setiap hari selama masa haid (Depkes, 2015).
Suplementasi tablet tambah darah diberikan dengan tujuan menghindari
remaja putri dari resiko anemia. Konsumsi tablet tambah darah sangat
dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan remaja putri. Kesadaran merupakan
faktor pendukung remaja putri untuk mengonsumsi secara baik. Kepatuhan
dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor diantaranya, bentuk tablet, warna,
rasa, dan efek samping dari tablet tambah darah (nyeri lambung, mual,
muntah, konstipasi, dan diare) (WHO, 2014). Tingkat pengetahuan juga
berhubungan dengan kepatuhan mengonsumsi tablet tambah darah
(Khammarnia, 2015).
B. Peningkatan kebutuhan zat besi
Kebutuhan zat besi yang tinggi pada anak-anak dan remaja disebabkan
karena pertumbuhan jaringan yang cepat (Ani, 2013). Pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel jaringan tubuh masih tetap berlangsung pada usia
remaja. Hal ini ditandai dengan perubahan bentuk tubuh (terutama pada
bagian dada dan pinggul), perkembangan organ reproduksi dan pembentukan
sel-sel reproduksi yang bagi wanita ditandai dengan menstruasi secara rutin.
Hal tersebut mengakibatkan kebutuhan zat besi pada perempuan 3 kali lebih
besar daripada laki-laki (Arisman, 2007).
C. Pengertian Remaja
Rentang usia remaja menurut WHO adalah batasan usia 10-19 tahun.
Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah.Remaja
merupakan masa peralihan dari anak ke masa dewasa. Perubahan
perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan psikososial.
Sarwono (2011) menyatakan bahwa remaja adalah suatu masa dimana
individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu
mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak
menjadi dewasa, serta ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif
mandiri.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa peralihan antara masa
anak-anak menuju masa dewasa yang diawali dengan terjadi kematangan
seksual. Remaja akan dihadapkan keadaan yang memerlukan penyesuaian
untuk dapat menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Kematangan
seksual dan perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan
kejiwaan remaja. Kematangan seksual juga dapat mengakibatkan remaja-
remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologis tubuhnya, juga mulai muncul
perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis. Remaja di
Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan kerentanan terhadap
berbagai macam ancaman risiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan
kesehatan seksual dan reproduksi. Masa remaja rentang mengalami masalah
serta perilaku risiko tinggi, seperti penyalahgunaan dan ketergantungan
narkotika, alkohol dan zat adiktif, melakukan seks bebas, kekerasan, dan lain-
lain.
Dari beberapa pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa remaja adalah
individu usia 10-19 tahun dan belum menikah, peralihan dari anak-anak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan
perubahan sosial.
Remaja merupakan salah satu kelompok masyarakat yang memerlukan
perhatian khusus dalam bidang kesehatan reproduksi karena mereka adalah
kelompok yang rentang terhadap penyalahgunaan sikap dan perilaku
menyimpang dari konsep-konsep kesehatan reproduksi. Selain itu, remaja juga
jarang menerima akses informasi/konseling mengenai kesehatan reproduksi,
sehingga banyak dari kalangan remaja yang mengalami masalah kesehatan
reproduksi seperti terinfeksi ISR/IMS/HIV AIDS. Masalah-masalah kesehatan
reproduksi juga dapat berdampak pada kesehatan mental, emosional, ekonomi
dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Dampak tersebut dapat
dirasakan oleh remaja dan juga keluarga, masyarakat serta bangsa secara luas.

D. Prioritas Masalah
1. Keputihan
a. Pengertian keputihan
Keputihan atau flour albus adalah gejala keluarnya getah atau
cairan vagina yang berlebihan sehingga sering menyebabkan celana
dalam basah. Penyebab terbanyak dari keputihan adalah infeksi, baik
dari vagina (vaginitis) maupun di leher Rahim (cervicitis) sedangkan
pada usia di atas 45 tahun biasanya dikarenakan oleh menurunnya
kadar hormone estrogen pyang biasanya didapatkan pada masa
klimterium dan menopause. Keputihan sering diderita wanita dalam
masa aktif reproduktif (umur 20-45 tahun) dan jarang dialami pada
masa puber. Keputihan menyebabkan rasa gatal sehingga mengganggu
dan mengurangi kenyamanan dalam berhubungan seks.
b. Jenis jenis Keputihan
Ada dua jebis keputihan yang dikenal di dunia medis yaitu
keputihan normal dan keputihan abnormal.
1) Keputihan normal
Setiap Wanita bisa mengalami keputihan normal. Penyebabnya
bisa karena keletihan, alergi dengan bahan pakaian dalam, alergi
makanan atau bahkan salah satu gejala pra menstruasi. Apabila
sifat getah vagina berubah maka keadaan ini patologi dan disebut
flour albus atau gejala keputihan. Gejala ini merupakan salah satu
penyebab yang umum bagi para Wanita untuk dating berkonsultasi
ke dokter.
Berikut ini beberapa jenis keputihan normal yang dialami Sebagian
besar Wanita :
(a) Melahirkan bayi
(b) Saat mendapatkan haid pertama kali
(c) Menjelang haid
(d) Saat mengalami ovulasi
(e) Alergi kondom
(f) Mengidap penyakit menahun
(g) Gangguan jiwa
(h) Radang leher Rahim
(i) Terangsang oleh aktifitas seksual
2) Keputihan abnormal
Keputihan abnormal yaitu keputihan penyakit yang
disebabkan oleh kuman, parasite dan jamur. Selain bisa bertambah
parah jika dibiarkan, keputihan abnormal bisa menulari pasangan
seks. Keputihan abnormal berwarna kehijauan, kental, gatal, dan
berbau. Biasanya muncul flek kekuningan yang membekas di
celana dalam. Parasite penyebab keputihan tersebar bebas di alam
dan bisa menjangkiti Wanita karena gaya hidup yang tidak sehat,
air cebok yang tidak bersih, atau karena tertular di toilet umum.
Ciri-ciri keputihan abnormal :
(a) Keputihan berwarna putih susu dan kental
(b) Keputihan yang berwarna kuning
(c) Keputihan berbau amis dan berwarna abu-abu
(d) Keputihan berwarna cokelat dan bercampur dengan darah
(e) Keputihan berwarna kehijauan dan berbau busuk
(Pudiastuti,2012)
c. Cara mengatasi Keputihan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar cara
penanganan keputihan yang dilakukan oleh remaja putri adalah
membasuh daerah kewanitaan dari arah depan ke belakang dan lebih
sering mengganti celana dalam yang dilakukan secara bersamaan saat
mereka mengalami keputihan. Cara penanganan tersebut paling banyak
dilakukan karena membasuh daerah kewanitaan dan lebih sering
mengganti celana dalam merupakan hal yang biasa kita lakukan sehari
-hari. Bisa juga hal – hal tersebut mereka lakukan karena sebatas itulah
yang mereka ketahui mengenai cara – cara penanganan keputihan yang
mereka alami. Yang Perlu di perhatikan adalah cara membilas vagina
yang benar, setelah habis buang air besar atau sehabis buang air kecil,
sebaiknya membilas vagina dari arah depan ke belakang ke arah anus.
Penatalaksanaan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti
jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk
mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan
biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi
candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri
dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul),
topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan
langsung ke dalam liang vagina.
Dalam penelitian ini juga didapatkan sebanyak 3,53% remaja putri
menangani keputihan dengan cara mencuci daerah kewanitaan dengan
menggunakan air rebusan daun sirih yang dilakukan bersamaan dengan
membasuh daerah kewanitaan dari depan kebelakang, dan mengganti
celana dalam saat mengalami kepuitihan. Hal ini dilakukan
berdasarkan kebiasaan – kebiasaan yang dilakukan oleh orang – orang
terdekat mereka seperti teman, ibu atau nenek yang percaya bahwa air
rebusan daun sirih dapat mengatasi keputihan. Boleh menggunakan
ekstrak daun sirih untuk mengurangi keputihan. Pemakain yang sering
juga tidak masalah. Memakai daun sirih untuk pembersih
diperbolehkan asal hanya sebagai pembersih di permukaan Miss V.
Secara tradisional, wanita zaman dulu sering minum air rebusan sirih
dan cebok dengan menggunakan air rebusan sirih juga, tetapi juga,
minum air ini tidak boleh terlalu berlebihan, karena kandungan
antiseptiknya kalau berlebihan justru akan mematikan mikroba yang
sebenarnya dibutuhkan juga untuk menjaga keasaman normal dari
vagina kita.(Wijanti & Kundarti 2011).

2. Dismenorhoe
a. Pengertian Dismenorhoe
Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau
menstruasi yang dapat mengganggu aktifitas dan memerlukan
pengobatan. Dismenore ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah
perut atau pinggul, nyeri haid yang bersifat kram dan berpusat pada
perut bagian bawah. Nyeri kram yang terasa sebelum atau selama
menstruasi bisa juga nyeri pada pantat. Rasa nyeri pada bagian dalam
perut, mual, muntah, diare, pusing atau bahkan pingsan.
Banyak perempuan mengalami ketidaknyamanan fisik selama
beberapa hari sebelum periode menstruasi mereka datang, 4 kira-kira
setengah dari seluruh perempuan menderita akibat dismenore
(menstruasi yang menyakitkan). Nyeri itu sendiri dapat digambarkan
dengan nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat hingga nyeri ini
dapat diobati dengan obat obatan dismenore.(Erlina,2014).
b. Jenis jenis Dismenorhoe
1) Dismenorhoe normal
Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa di perut
bagian bawah dan muncul sebelum, selama atau setelah
menstruasi. Nyeri dapat bersifat kolik atau terus menerus.
Dismenore timbul akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium
yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan
hingga berat pada perut bagian bawah, daerah pantat dan sisi
medial paha.
Dismenore biasanya terjadi sebelum atau saat sedang
menstruasi, dismenore paling banyak terjadi pada masa remaja atau
masa produktif. Nyeri saat menstruasi atau sering disebut dengan
dismenorrhea adalah hal yang wajar jika tingkat dismenorrheanya
tidak berlebihan respon tubuh terhadap nyeri, didukung dengan
kondisi psikis pada setiap individu saat menstruasi berlangsung.
Selama beberapa tahun pertama haid terasa nyeri, hingga
membuat wanita merasakan sakit. Sedangkan siklus menstruasi
tidak teratur diartikan sebagai siklus haid yang lebih pendek dari
21 hari atau lebih panjang dari 35 hari. Siklus juga dapat dikatakan
tidak teratur jika jarak antar siklus bervariasi.(Eline,2021)
2) Dismenorhoe abnormal
Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan
ada tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri,
nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore spasmodik dan
dismenore kongestif.
Nyeri Spasmodik, Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah
perut dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid
mulai. Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu
menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apa pun.
Ada di antara mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan
ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah
perempuan muda walaupun dijumpai pula pada kalangan yang
berusia 40 tahun ke atas. Dismenore spasmodik dapat diobati atau
paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun
banyak pula perempuan yang tidak mengalami hal seperti itu.
(Lestari,2013).
c. Penangan Dismenorhoe
Cara untuk mengurangi dismenore bisa denga metode
farmakologis yaitu dengan obat anti nyeri ,nonfarmakologis yaitu
herbal seperti jamu,pengaturan posisi, teknik relaksasi, manajemen
sentuhan, manajemen lingkungan, distraksi, imajinasi, kompres dan
pemberian minuman herbal yang direbus. Rasa nyeri akibat adanya
hormon prostaglandin yang membuat otot uterus berkontraksi. Nyeri
haid dapat diatasi dengan terapi non farmakologi seperti ramuan jahe
merah yang berfungsi dapat mengurangi nyeri haid. Karena jahe merah
termasuk tanaman herbal, memiliki rimpang berwarna merah dan lebih
kecil mengandung 2 – 3% minyak atsiri. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan penurunan nyeri haid dengan penggunaan jahe merah yang
mana kandungan di dalam jahe merah sangat berguna sebagai terapi
nonfarmakologi pada nyeri haid atau dismenore.( Eline,2021)
Upaya farmakologis yang dapat dilakukan dengan memberikan
obat analgesik sebagai penghilang rasa sakit. Menurut Bare &
Smeltzer (2002 dalam Hermawan, 2012), penanganan nyeri yang
dialami oleh individu dapat melalui intervensi farmakologis, dilakukan
kolaborasi dengan dokter atau pemberi perawatan utama lainnya pada
pasien. Obat-obatan ini dapat menurunkan nyeri dan menghambat
produksi prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma
dan inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitive
terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya, contoh obat anti inflamasi
nonsteroid adalah aspirin, ibuprofen. Penanganan dismenore primer
adalah :
1) Penanganan dan nasehat
2) Pemberian obat analgesik Obat analgesik yang sering diberikan
adalah preprat kombinasi aspirin, fansetin, dan kafein. Obat-obatan
paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan,
acetaminophen dan sebagainya.
3) Terapi hormonal Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi,
bersifat sementara untuk membuktikan bahwa gangguan
benarbenar dismenore primer. Tujuan ini dapat dicapai dengan
memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
4) Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin Endometasin,
ibuprofen, dan naproksen, dalam kurang lebih 70% penderita dapat
disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Pengobatan dapat
diberikan sebelum haid mulai satu sampai tiga hari sebelum haid
dan dapat hari pertama haid.(Lestari,2013).

3. KEK (Kekurangan Energi Kronik)


a. Pengertian Kek
Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan suatu kondisi di mana
remaja putri atau perempuan mengalami kekurangan gizi (energi dan
protein) yang terjadi dalam waktu yang lama atau bahkan bertahun-
tahun. Risiko KEK adalah suatu kondisi di mana remaja putri atau
perempuan memiliki kecenderungan untuk menderita KEK. Seseorang
didiagnosis memiliki risiko KEK adalah ketika lingkar lengan tengah
atas <23,5 cm. Remaja putri yang mengalami KEK banyak terjadi
disebabkan oleh asupan energi dan protein yang kurang. Rendahnya
asupan energi dan protein sebagai makronutrien dapat berkontribusi
terhadap rendahnya asupan makronutrien.
Pada remaja badan kurus atau disebut kurang. Energi kronis (KEK)
pada umumnya disebabkan karena makan terlalu sedikit. Penurunan
berat badan secara dratis pada remaja perempuan memiliki hubungan
erat dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau
dipandang kurang seksi oleh lawan jenis. Maka-makanan yang
bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk
makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-
kacangan atau susu perlu dikonsumsi oleh para remaja tersebut
sekurang-kurangnya sehari sekali (Yesi kurniati, 2020).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi kurang diantaranya
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai bahan makanan yang
banyak mengandung gizi, kebiasaan atau pantangan makanan yang
masih terjadi dipedesaan, keterbatasan penghasilan keluarga, penyakit,
dan pola konsumsi makanan. Selain itu status gizi remaja putri
dipengaruhi oleh faktor keturunan, gaya hidup (life style) dan faktor
lingkungan. Kebiasaan makan dan gaya hidup seperti citra tubuh (body
image) dan aktivitas fisik akan mempengaruhi jumlah asupan
konsumsi makanan dan zat gizi.Asupan energi kurang dari kebutuhan
dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan terjadi penurunan
status gizi. Gizi kurang yang dialami pada saat remaja sebelum
kehamilan sangat berisiko bagi pertumbuhan dan perkembangan janin
yang akan dilahirkan seperti terjadinya prematuritas dan kejadian berat
badan lahir rendah (BBLR).
b. Penanganan
Kebutuhan dapat mencegah risiko kejadian KEK pada remaja putri
khususnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan di dalam Pasal 141 ayat 2 yang menyebutkan
bahwa peningkatan mutu gizi dapat dilakukan melalui empat pilar
yaitu:
1) Perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi
seimbang
2) Perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan
3) Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi; dan
4) Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

4. Personal Hygiene pada Remaja


Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak menuju dewasa.
Di dalam proses transisi terdapat tahap pertumbuhan, perkembangan serta
kematangan hormon pada organ genetalia, yaitu terjadi perubahan primer
dan sekunder. Remaja putri termasuk kategori kelompok yang lebih
berisiko tinggi terkena Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). ISR yang
berlanjut dapat mengakibatkan kemandulan hingga terjadi kehamilan di
luar kandungan. Penyebab ISR beragam, salah satunya adalah perilaku
personal hygiene yang tidak benar. Perilaku tersebut meliputi mengganti
pembalut kurang dari 4 kali dalam sehari, bahan pembalut yang digunakan
tidak tepat, sering menggunakan antiseptik guna merawat genetalia, tidak
mengganti celana dalam kurang 2 kali sehari, mengganti pembalut tidak
1–2 jam ketika hari pertama menstruasi, cara cebok yang salah, sesudah
Buang Air Kecil (BAK), Buang Air Besar (BAB) dan mandi tidak
mengganti pembalut.
Remaja putri rentan terkena infeksi organ reproduksi. Hal ini
terjadi karena kurangnya perilaku dalam merawat kebersihan diri terutama
saat mengalami menstruasi. Remaja putri memiliki tingkat perhatian yang
rendah terkait kesehatan reproduksi. Menurut hasil dari penelitian yang
telah dilakukan oleh Wulandari tahun 2012, didapatkan bahwa
pengetahuan yang diterima oleh remaja putri berusia 13 hingga 16 tahun
tentang perawatan alat reproduksi eksternal ketika menstruasi sebagian
besar adalah cukup, yaitu 63 persen. Selain itu, perilaku dalam melakukan
perawatan terhadap organ reproduksi eksternal yang mayoritas dalam
frekuensi cukup sejumlah 48 persen.
Asal kata personal hygiene dari bahasa Yunani, personal
mempunyai arti individu atau seseorang dan hygiene memiliki makna
bersih atau sehat (Mubarak dan Chayaning, 2008). Maksud dari dua kata
tersebut Katarina Canggih Pyhtagoras, Personal Hygiene Remaja Putri…
15 adalah usaha dari setiap manusia yang wajib dilakukan dalam
keseharian guna terpeliharanya kebersihan serta kesehatan diri, terkait
secara fi sik maupun psikologis. Dengan demikian, perawatan terhadap
tubuh harus dibiasakan minimal dengan mandi dua kali dalam sehari.
Menjaga kesehatan perineal juga penting terlebih ketika menstruasi. Hal
ini perlu karena pada saat menstruasi, kuman dan bakteri mudah masuk
dan dapat menginfeksi organ vital perempuan.
Konsekuensi yang muncul dari rendahnya pengetahuan ialah
kurang mendapatkan informasi terkait personal hygiene terutama pada saat
mengalami menstruasi. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah dan
kurangnya pengetahuan remaja tentang menstruasi sering dikira bahwa
kesehatan pada reproduksi merupakan suatu perbincangan paling tabu
untuk diulas dengan detail dan mendalam.

5. Anemia deteksi dengan HB dan Solusi Minum Tablet FE


Berdasarkan pendapat dari peneliti bahwa kebutuhan gizi remaja
diperlukan, dikarenakan remaja masih dalam proses pertumbuhan, dan
remaja wanita mengalami menstruasi ditiap bulannya, hal ini yang menjadi
salah satu faktor terbesar remaja anemia. Apabila remaja kekurangan zat
besi atau anemia dapat menggangu proses pertumbuhan dan konsentrasi
belajar, remaja harus lebih peduli pada kesehatan diri sendiri, untuk
mengikuti pendidikan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan
anjuran untuk minum tablet fe (60 mg besi elemental) 1 tablet setiap
minggu sebagai upaya pencegahan anemia sesuai dengan ketetapan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 88 tahun 2014,
karena remaja putri mengalami menstruasi disetiap bulannya, yang
menjadi sebab terbesar anemia pada remaja putri. dalam hal ini petugas
kesehatan dapat berperan untuk mengurangi kejadian anemia remaja
dengan memberikan penyuluhan berupa asupan nutrisi yang tepat bagi
remaja sehingga remaja tidak mengalami anemia, peningkatan
pengetahuan remaja terhadap makanan yang mengandung zat besi tinggi
terutama jus tomat dikonsumsi dapat meningkatkan Hb.
Penelitian yang dilakukan oleh Amanda (2020) menyatakan bahwa
peer group (teman sebaya) berpengaruh positif terhadap perilaku konsumsi
tablet Fe pada remaja putri. Penelitian yang dilakukan oleh Aisah (2010)
juga mengatakan bahwa kelompok teman sebaya mempengaruhi
perubahan perilaku pada pencegahan anemia dengan mengkonsumsi tablet
Fe secara rutin sesuai anjuran. Peer group merupakan landasan yang
penting dalam kelompok pertemanan, mereka dapat saling memberikan
informasi tentang pentingnya konsumsi tablet Fe saat remaja sehingga
dapat membentuk perilaku sehat. Saling mengingatkan satu sama lain serta
dapat mendapatkan dukungan emosional dan sosial untuk lebih
independen dalam mengambil peran dan tanggung jawab terhadap perilaku
sehat yang diadopsi.
6. Napza
Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif lain) adalah bahan /
zat/ obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan memengaruhi
tubuh terutam otak/ susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis dan fungsi social, oleh karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap Napza.
Napza merupakan singkatan dari Narkotika, Alkohol,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah
Narkoba (Narkotika, Psikotropika, dan Bahan- bahan berbahaya lainnya).
NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh
manusia, baik secara oral (melalui mulut), dihirup (melalui hidung),
maupun intravena (melalui jarum suntik), selanjutnya dapat mengubah
pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Penggunaan
NAPZA berlanjut akan mengakibatkan ketergantungan secara fisik
dan/atau psikologis serta kerusakan pada sistem syaraf dan organ- organ
otonom. NAPZA terdiri atas bahan-bahan yang bersifat alamiah (natural)
maupun yang sintetik (buatan). Bahan alamiah terdiri atas tumbuh-
tumbuhan dan tanaman, sedangkan yang buatan berasal dari bahan-bahan
kimiawi

7. Narkotika
Apakah Narkotika? Narkotika adalah zat-zat alamiah maupun
buatan (sintetik) dari bahan candu/kokaina atau turunannya dan
padanannya.
Menurut Undang-undang RI No. 22/1997 narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika dibedakan dalam 3 golongan sebagai berikut:
a. Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: heroin, kokain, dan
ganja. Narkotika golongan
b. Narkotika yang digunakan untuk pengobatan, digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin,
turunan/ garam dalam golongan tersebut. Narkotika golongan
c. Narkotika yang digunakan untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.Contoh: kodein, garam-
garam narkotika dalam golongan tersebut.
8. Psikotropika
Psikotropika adalah zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan obat yang
mempengaruhi kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat-pusat
tertentu di sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Menurut
UU no.5/1997 Psikotropik meliputi: Ecxtacy, shabu-shabu, LSD, obat
penenang/tidur, obat anti depresi dan antipsikosis. Sementara
PSIKOAKTIVA adalah istilah yang secara umum digunakan untuk
menyebut semua zat yang mempunyai komposisi kimiawi berpengaruh
pada otak sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, pikiran,
persepsi, kesadaran.
Menurut Undang-undang RI No. 5/1997 tentang. Psikotropika:
psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam 4 golongan sebagai
berikut:
a. Psikotropika golongan Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan.Contoh: MDMA, ekstasi, LSD, ST. Psikotropika golongan
b. Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan.Contoh: amfetamin,
fensiklidin, sekobarbital, metakualon, metilfenidat (ritalin). Psikotropika
golongan
c. Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan.Contoh:
fenobarbital, flunitrazepam. Psikotropika golongan
d. Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: diazepam,
klobazam, bromazepam, klonazepam, khlordiazepoxide, nitrazepam (BK,
DUM, MG).
9. Bahaya Merokok bagi Kesehatan
Kandungan zat kimia yang terdapat dalam rokok sangat berbahaya
bagi kesehatan Anda dan orang-orang di sekitar Anda. Ada beberapa
bahaya merokok bagi kesehatan, di antaranya:

a. Gangguan kardiovaskular

Orang yang sering merokok, baik merokok secara aktif atau hanya menghirup
asap rokok dari orang sekitarnya, berisiko lebih tinggi terkena penyakit
kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke.Risiko ini bisa semakin
meningkat pada perokok yang jarang berolahraga, kurang menjaga pola makan,
dan sering stres.

b. Kerusakan otak

Merokok dapat mengganggu perkembangan dan fungsi otak, baik pada


anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Selain itu, merokok juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit pada otak, seperti stroke,
aneurisma otak, dan pikun atau demensia.

c. Penyakit mulut dan tenggorokan

Bau mulut, gigi bernoda, dan penyakit gusi merupakan efek yang kerap timbul
akibat merokok. Tak hanya itu, merokok juga bisa menimbulkan masalah serius
lain, seperti kanker pada mulut, bibir, lidah, dan tenggorokan, termasuk kanker
laring dan kanker nasofaring.

d. Penyakit paru-paru

Salah satu efek paling berbahaya akibat merokok adalah kanker paru-paru. Bahan-
bahan kimia pada rokok berpotensi merusak sel paru-paru yang kemudian bisa
berubah menjadi sel kanker.Selain itu, merokok juga bisa menyebabkan terjadinya
berbagai penyakit pada paru-paru, seperti bronkitis, penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK), dan emfisema.

e. Penyakit lambung

Merokok bisa melemahkan otot yang mengontrol bagian bawah kerongkongan,


sehingga memungkinkan asam lambung naik ke kerongkongan. Kondisi ini
dikenal dengan penyakit asam lambung atau GERD.

Beberapa risiko penyakit lambung lainnya yang dapat terjadi pada seorang
perokok adalah ulkus atau tukak lambung dan kanker lambung.

f. Tulang keropos atau rapuh

Racun pada rokok bisa menimbulkan kerapuhan pada tulang. Oleh karena itu,
perokok lebih berisiko mengalami tulang rapuh atau osteoporosis. Riset pun
menyebutkan bahwa wanita yang merokok lebih rentan mengalami osteoporosis
daripada wanita yang tidak merokok.

g. Penuaan dini
Tanda-tanda penuaan dini, seperti kerutan di sekitar mata dan mulut, berisiko
muncul lebih awal pada perokok aktif. Hal ini karena kurangnya asupan oksigen
ke kulit, sehingga orang yang merokok akan terlihat lebih tua daripada orang yang
tidak merokok.

h. Masalah pada organ reproduksi

Merokok bisa mengganggu sistem reproduksi dan kesuburan. Pada pria, merokok
bisa menyebabkan gangguan ereksi dan mengurangi produksi sperma.Sementara
pada wanita, merokok dapat mengurangi tingkat kesuburan. Selain itu, risiko
terkena kanker serviks pun lebih tinggi karena rokok mengurangi kemampuan
alami tubuh dalam melawan infeksi HPV.

i. Gangguan psikologis
Selain penyakit fisik, merokok juga dapat menimbulkan gangguan psikologis,
seperti gangguan cemas, susah tidur, dan depresi. Efek ini bisa terjadi karena otak
sudah mengalami kerusakan karena sering terpapar zat beracun dari rokok atau
karena berhenti merokok secara tiba-tiba.

Kebiasaan merokok bisa mengganggu kesehatan dan mengurangi kualitas


hidup Anda dan orang di sekitar. Agar bahaya merokok tidak menghampiri, Anda
sebaiknya tidak merokok atau mulai mencoba untuk berhenti merokok.

Jika Anda kesulitan untuk menghentikan kebiasaan merokok atau sudah


mengalami gangguan kesehatan akibat bahaya merokok, misalnya sering sesak
napas, batuk tak kunjung sembuh, batuk berdarah, atau gangguan psikologis,
sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

10. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


a. Pengertian
SADARI merupakan pemeriksaan pada payudara sendiri untuk
menemukan benjolan yang abnormal (Mulyani, 2013). Selain itu Romauli
(2009) menyatakan bahwa SADARI adalah usaha atau cara pemeriksaan
pada payudara secara rutin dan sistematik yang digunakan sebagai upaya
untuk screening kanker payudara. SADARI dilakukan dengan tujuan
untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kanker payudara, sehingga bisa
dilakukan pengobatan sedini mungkin dan untuk menurunkan angka
kematian akibat kanker payudara. Cara ini sangat efektif dan efisien
karena dengan melakukan SADARI secara rutin dapat menekan angka
kematian sebesar 25–30%
Payudara umumnya akan terasa berbeda semasa menstruasi.
Sebelum dan selama periode ini, kebanyakan wanita merasa payudaranya
semakin mengencang dan padat. Memasuki masa menopause, payudara
juga akan mengalami perubahan, yaitu menjadi lebih kendur dan lembut.

Oleh karenanya, wanita perlu untuk melakukan pemeriksaan


payudara sendiri (SADARI) setiap 1 bulan sekali, guna mengetahui ada
tidaknya perubahan bentuk payudara dari waktu ke waktu.

b. Waktu Pemeriksaan
Waktu terbaik untuk melakukan SADARI adalah seminggu setelah
periode menstruasi berakhir. Melakukan pemeriksaan pada
masa menstruasi kurang disarankan karena kadar hormon sedang
berfluktuasi sehingga menyebabkan perubahan pada tubuh, termasuk pada
payudara yang menjadi lebih kencang.
c. Cara Pemeriksaan
1. Didepan cermin
a. Cukup berdiri di depan kaca, lalu buka pakaian dari pinggang
ke atas. Pastikan terdapat cukup pencahayaan dalam ruangan.
b. Berdirilah dengan posisi lengan dibiarkan lurus ke bawah.
Perhatikan bentuk, ukuran, permukaan dan warna kulit, juga
bentuk puting payudara.
c. Letakkan tangan pada pinggang dan tekan kuat-kuat untuk
mengencangkan otot dada. Perhatikan payudara sambil berkaca
dari sisi kiri ke kanan dan sebaliknya.
d. Membungkuklah di depan kaca, sehingga payudara terjulur ke
bawah. Perhatikan dan raba untuk memeriksa apakah ada
perubahan tertentu pada payudara.
e. Periksa apakah terdapat cairan yang keluar dari puting Anda.
Tempatkan jempol dan jari telunjuk Anda di sekitar puting, lalu
tekan perlahan dan perhatikan apakah ada cairan yang keluar.
Ulangi pada payudara yang lain.
2. Saat mandi
Mengangkat satu tangan ke belakang kepala. Kemudian,
gunakan tangan lain yang telah dilumuri sabun untuk meraba
payudara di sisi tangan yang terangkat. Gunakan jari untuk
menekan-nekan bagian demi bagian dengan lembut.
Lakukan hal yang sama pada payudara satunya. Pemeriksaan
SADARI saat sedang mandi terbilang cukup efektif karena busa
sabun akan memudahkan pergerakan tangan untuk memeriksa
benjolan atau perubahan pada payudara dan area ketiak.
3. Berbaring
a. Tempatkan gulungan handuk atau bantal kecil di bawah
pundak.
b. Tempatkan tangan kanan di bawah kepala. Lumuri tangan kiri
dengan losion dan gunakan jari tangan untuk meraba payudara
kanan.
c. Lakukan perabaan payudara mengikuti arah jarum jam dengan
gerakan melingkar.
d. Setelah mencapai satu lingkaran, geser jari dan mulailah
kembali hingga seluruh permukaan payudara terjamah,
termasuk putingnya.
Pastikan semua permukaan payudara telah teraba dengan
seksama. Pemeriksaan SADARI dengan cara berbaring ini
membuat payudara melebar sehingga memudahkan untuk
diperiksa.
d. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang khas tidak terlihat pada tahap awal, namun
terlihat pada tahap lanjut. Romauli (2009) menyatakan bahwa tanda gejala
tersebut meliputi:
1. Terdapat benjolan pada payudara
2. Borok atau luka yang tidak sembuh pada payudara
3. Pada puting susu keluar cairan yang tidak normal, seperti nanah,
darah, cairan encer atau keluar air susu pada wanita yang tidak
hamil ataupun menyusui
4. Perubahan bentuk dan ukuran payudara
5. Kulit puting susu maupun areola berkerut
e. Penanganan Lanjut
Manuaba (2010) menyatakan bahwa penanganan tumor dilakukan
dengan memberikan KIE dan motivasi tentang tumor ataupun keganasan
payudara, penemuan sedini mungkin, melakukan rujukan pasien, sehingga
mendapat penangan lebih lanjut, dan melakukan pemeriksaan lanjutan
setelah pengobatan dari rumah sakit.

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi , remaja
mengetahui pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan memahami
tentang tanda bahaya dari masalah reproduksi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatana penyuluhan diharapakan para remaja dapat
menjelaskan kembali :
a. Pengertian Kesehatan Reproduksi
b. Penjelasan tentang apa itu remaja
c. Jenis-jenis masalah kesehatan reproduksi
d. cara pencegahan masalah kesehatan reproduksi.

B. Manfaat
1. Bagi tempat penyuluhan
Kegiatan ini dapat membantu pihak masyarakat terutama remaja untuk
mengetahui pentingnya kesehatan reproduksi pada setiap remaja dan
memahami tentang tanda bahaya dari masalah reproduksi.
2. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan dan keterampilan mengenai Kesehatan
Reproduksi pada remaja

C. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan ini adalah remaja

D. Metode Kegiatan
Metode pelaksanaan ini akan dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu tahap
survei sosialisasi dilakukan dengan menyusun berbagai hal yang akan
disampaikan pada saat kegiatan penyuluhan diantanya meliputi: penyusunan
materi yang akan diberikan, penyusunan jadwal pemberian materi, pembagian
tugas masing-masing orang yang akan melakukan penyuluhan dan survei
lokasi penyuluhan. Tim pelaksana penyuluhan pada remaja adalah Mahasiswa
DIII Kebidanan semester V Poltekkes Gorontalo dengan jumlah peserta
sekitar 30 orang.

E. Keterkaitan
Kegiatan ini dilaksanakan atas kerja sama antara Mahasiswa DIII Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Gorontalo dengan peserta remaja di Desa Dutohe Barat.

F. Jadwal Pelaksanaan
Kegiataan ini akan dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Minggu / 13-02-2022
Waktu : 09.00. wita
Tempat : Kantor Desa Dutohe Barat
G. Anggaran
Jumah anggaran dalam kegiatan ini adalah Rp. 442.000,.
DAFTAR PUSTAKA

Andita, Utut. 2016. PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI


DENGAN MEDIA SLIDE DAN BENDA TIRUAN TERHADAP
PERUBAHAN PENGETAHUAN WUS. Jurnal : Promkes. Vol.4 (2)
Hal. 177-187.

Ahmad Mukhlisiana.2020. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Bandung : CV.

Media Sains Indonesia.

Eline Charla Sabatina Bingan,2021. Jurnal : Kesehatan Manarang.

EFEKTIVITAS AIR REBUSAN JAHE MERAH TERHADAP

INTENSITAS NYERI HAID. Vol.7, hlm (4).

Erlina Rustam,2014. Jurnal : Kesehatan Andalas. Gambaran Pengetahuan

Remaja Puteri Terhadap Nyeri Haid (Dismenore) dan Cara

Penanggulangannya. Hlm.3(1).

Helmy Ilmiawati, Kuntoro, 2016. Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri

pada Kasus Keputihan Vol. 5, No. 1.

H.Achmad Kabain.2019. Peran Keluarga, GuRU dan Sekolah Menyelamatkan

Anak Dari Pengaruh Napza.Alpirin

Ibnu Zaki1 , Hesti Permata Sari, 2019. EDUKASI GIZI BERBASIS MEDIA

SOSIAL MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN ASUPAN

ENERGIPROTEIN REMAJA PUTRI DENGAN KURANG ENERGI

KRONIK (KEK). 42(2).


Rika Sri Wahyuni, Witri Oktaviani, 2018. HUBUNGAN INDEKS MASSA

TUBUH DENGAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMP

PEKANBARU. 3(3).

Katarina Canggih Pythagoras, 2015. “Katarina Canggih Pythagoras”. Surabaya.

Mairo Queen Khoirun Nisa, dkk.2015. Jurnal : Majalah Kedokteran Bandung.

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri Di Pondok Pesantren Sidoarjo

Jawa Timur. Vol. 47, hlm (78).

Mayasari Ade Tyas, dkk.2021. Kesehatan Reproduksi Wanita Di Sepanjang

Daur Kehidupan. Aceh : Syiah Kuala University Press.

Ningsih Eka Sarofah, dkk.2021. Kesehatan Reproduksi Remaja. Bandung :

Media Sains Indonesia.

Ni Luh Kadek Alit Arsani dkk, 2013. PERANAN PROGRAM PKPR

(PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA) TERHADAP

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KECAMATAN

BULELENG.Vol. 2, No. 1.

Ni Made Sri Dewi Lestari, 2013. Jurnal : Penjaskesrek, Fakultas Olahraga dan

Kesehatan. PENGARUH DISMENOREA PADA REMAJA. Hlm, (2).

Ratna Dewi Pudiastuti,2012. 3 fase penting pada Wanita (menarche, menstruasi,

menopause). Jakarta : PT Elex Media.


Sukmana, Taddie. 2018. Mengenal rokok dan bahayanya. Jakarta: pustaka

medika.

Anda mungkin juga menyukai