Anda di halaman 1dari 166

TESIS

EFEKTIVITAS PELKSANAAN PROGRAM KB PADA PASANGAN


MUSLIM DI BAWAH UMUR DALAM MEWUJUDKAN
KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH
DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Oleh:

EVA NURFITRIANI
NIM : 180 402 004

Tesis Diajukan kepada Pascasarjana (UIN) Mataram


Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Megister Hukum

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2020

i
ii
TESIS

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM KB PADA PASANGAN


MUSLIM DI BAWAH UMUR DALAM MEWUJUDKAN
KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH
DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Pembimbing:

Dr. H. Sainun., M.Ag


Dr. Hj. Teti Indrawati P., M.Hum.

Oleh :
EVA NURFITRIANI
NIM : 180 402 004

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagaian persyaratan untuk mendapat


gelar Magistar Hukum

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2020

iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis oleh EVA NURFITRIANI NIM 180 402 004 dengan judul “Efektivitas
Pelaksanaan Program KB Pada Pasangan Muslim di bawah umur dalam
mewujudkan Keluarga sakinah mawaddah warahmah di Kabupaten Lombok
Tengah telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji :

Disetujui pada tamggal 03 Agustus 2020

Pembimbimg I Pembimbimg II

Dr. H. Sainun, M. Ag Dr.Hj Teti Indrawati P.,M.Hum


NIP.196412311992031037 NIP: 197508201999032003

iv
LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISM

vi
ABSTRAK

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu cara yang tepat


dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
Program Keluarga Berencana pada awalnya berorientasi pada tujuan
pemerintah untuk menekan angka kelahiran, menjarangkan dan
menghentikan kehamilan. Untuk target pencapaian program KB pada
awal-awal tahun 70-an pelaksanaannya agak memaksa peserta KB namun
berjalannya waktu serta meningkatnya kesadaran masyarakat bahwa
menjadi akseptor KB dapat meningkatkan kualitas keluarga tersebut
karena fenomena sosial perkawinan usia muda di Indonesia merupakan
salah satu fenomena yang banyak terjadi diberbagai wilayah ditanah air,
baik diperkotaan maupun dipedesaan. Hal ini menunjukkan kesederhanaan
pola fikir masyarakat sehingga penomena sosial (pernikahan usia dini)
masih berulang terus dan masih terjadi di berbagai tanah air baik di kota-
kota besar maupun dipelosok tanah air termasuk di Kabupaten Lombok
Tengah. fenomena perkawinan usia muda akan berdampak pada kehidupan
keluarga dan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Selain banyaknya
terjadi kasus perceraian, kematian bayi dan ibu dalam kasus perkawinan
muda merupakan kasus tertinggi di Indonesia.
Untuk mengantisipasi perkembangan tersebut, Rencana
Pembangunan Jangka menengah (RJM) 2004-2009 mengamanatkan
peningkatan kualitas penduduk dilakukan melalui pengendalian kelahiran,
memperkecil angka kematian dan peningkatan kualitas program Keluarga
Berencana terhadap anak yang melakukan pernikahan dibawah umur
karena dalam membina sebuah keluarga yang Sakinah mawaddah
warahmah tidaklah mudah karena harus saling memupuk kepercayaan
antara satu sama lain musyawarah dalam setiap permasalahan dan
sebagainya karena seyogyanya masih tergantungan kepada orang tua
masing-masing.
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang
didapatkan dari wawancara dengan imforman serta observasi yang
dilakukan dilapangan dan data sekunder yang diperoleh dari instansi
terkait seperti Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan anak
pengendalian penduduk dan Keluarga Berencana. Teknik analisis data
menggunakan analisis data diskriptif kualitatif dengan pengujian
keabsahan data menggunakan teknik Triangulasi.

Katakunci :Efektivitas, Pelaksanaan program KB, pasangan di bawah


umur, mewujudkan keluarga Sakinah mawaddah warahmah.

vii
ABSTRAK

Family Planning (KB) is one of the right ways and is used to improve
family health and well-being. The Family Planning Program was initially
oriented towards the government's goal to reduce birth rates, thin out and stop
pregnancy. For the target of achieving family planning programs in the early
70s, their implementation somewhat forced family planning participants, but
over time and increased public awareness that becoming a family planning
acceptor can improve the quality of the family because the social
phenomenon of young marriage in Indonesia is one of the many phenomena
that occur in various the area under water, both in urban and rural areas. This
shows the simplicity of people's mindset so that the social phenomenon (early
marriage) is still repeated and still occurs in various homeland both in big
cities and remote areas of the country including in Central Lombok. the
phenomenon of young marriage will have an impact on family life and the
quality of Indonesian human resources. In addition to the high number of
divorce cases, infant and maternal deaths in young marriages are the highest
case in Indonesia.

To anticipate these developments, Medium-term Development Plan


(RJM) 2004-2009 mandates improving the quality of the population through
birth control, reduce the mortality rate and improve the quality of the Family
Planning program for children who marry underage because in fostering a
family that is Sakinah mawaddah warahmah is not easy because they have to
foster mutual trust between each other deliberation in every problem and so
on because it should still depend on each parent -mind. This research uses
descriptive method with a qualitative approach. Sources of data in this study
are primary data obtained from interviews with informants and observations
made in the field and secondary data obtained from relevant agencies such as
the Office of Women's Empowerment, Child Protection, population control
and family planning. The data analysis technique uses descriptive qualitative
data analysis by testing the validity of the data using the Triangulation
technique.

Keywords: Effectiveness, Implementation of the KB program, underage


couple, realize the family Sakinah mawaddah warahmah.

viii
‫‪ABSTRAK‬‬

‫ﺗﻨﻈﯿﻢ اﻷﺳﺮة )‪ (KB‬ھﻲ واﺣﺪة ﻣﻦ اﻟﻄﺮق اﻟﺼﺤﯿﺤﺔ وﺗﺴﺘﺨﺪم ﻟﺘﺤﺴﯿﻦ ﺻﺤﺔ اﻷﺳﺮة ورﻓﺎھﮭﺎ‪.‬‬
‫ﺧﻄﺔ اﻟﻌﺎﺋﻠﺔ ﻣﻮﺟﮫ ﻓﻲ اﻟﺒﺪاﯾﺔ ﻧﺤﻮ ھﺪف اﻟﺤﻜﻮﻣﺔ ﻟﺨﻔﺾ ﻣﻌﺪﻻت اﻟﻤﻮاﻟﯿﺪ ‪ ،‬ﯾﺨﻔﻒ وﯾﻮﻗﻒ اﻟﺤﻤﻞ‪.‬‬
‫ﺑﮭﺪف ﺗﺤﻘﯿﻖ ﺑﺮاﻣﺞ ﺗﻨﻈﯿﻢ اﻷﺳﺮة ﻓﻲ أواﺋﻞ اﻟﺴﺒﻌﯿﻨﯿﺎت ‪ ،‬أدى ﺗﻨﻔﯿﺬھﺎ إﻟﻰ ﺣﺪ ﻣﺎ إﻟﻰ إﺟﺒﺎر اﻟﻤﺸﺎرﻛﯿﻦ‬
‫ﻓﻲ ﺗﻨﻈﯿﻢ اﻷﺳﺮة ‪ ،‬وﻟﻜﻦ ﺑﻤﺮور اﻟﻮﻗﺖ وزﯾﺎدة اﻟﻮﻋﻲ اﻟﻌﺎم ﺑﺄن ﺗﺼﺒﺢ ﻣﺘﻘﺒﻼً ﻟﺘﻨﻈﯿﻢ اﻷﺳﺮة ﯾﻤﻜﻦ أن‬
‫ﯾﺤﺴﻦ ﺟﻮدة اﻷﺳﺮة ﻷن اﻟﻈﺎھﺮة اﻻﺟﺘﻤﺎﻋﯿﺔ ﻟﺰواج اﻟﺸﺒﺎب ﻓﻲ إﻧﺪوﻧﯿﺴﯿﺎ ھﻲ واﺣﺪة ﻣﻦ اﻟﻌﺪﯾﺪ ﻣﻦ‬
‫اﻟﻈﻮ اھﺮ اﻟﺘﻲ ﺗﺤﺪث ﻓﻲ ﻣﺨﺘﻠﻒ اﻟﻤﻨﻄﻘﺔ ﺗﺤﺖ اﻟﻤﺎء ‪ ،‬ﺳﻮاء ﻓﻲ اﻟﻤﻨﺎطﻖ اﻟﺤﻀﺮﯾﺔ واﻟﺮﯾﻔﯿﺔ‪ .‬ھﺬا ﯾﻈﮭﺮ‬
‫ﺑﺴﺎطﺔ ﻋﻘﻠﯿﺔ اﻟﻨﺎس ﺑﺤﯿﺚ ﻻ ﺗﺰال ﺗﺘﻜﺮر اﻟﻈﺎھﺮة اﻻﺟﺘﻤﺎﻋﯿﺔ )اﻟﺰواج اﻟﻤﺒﻜﺮ( وﻻ ﺗﺰال ﺗﺤﺪث ﻓﻲ‬
‫وطﻦ ﻣﺨﺘﻠﻒ ﻓﻲ اﻟﻤﺪن اﻟﻜﺒﯿﺮة واﻟﻤﻨﺎطﻖ اﻟﻨﺎﺋﯿﺔ ﻣﻦ اﻟﺒﻼد ﺑﻤﺎ ﻓﻲ ذﻟﻚ وﺳﻂ ﻟﻮﻣﺒﻮك رﯾﺠﻨﺴﻲ‪ .‬ظﺎھﺮة‬
‫زواج اﻟﺸﺒﺎب ﺳﯿﻜﻮن ﻟﮭﺎ ﺗﺄﺛﯿﺮ ﻋﻠﻰ ﺣﯿﺎة اﻷﺳﺮة وﻧﻮﻋﯿﺔ اﻟﻤﻮارد اﻟﺒﺸﺮﯾﺔ اﻹﻧﺪوﻧﯿﺴﯿﺔ‪ .‬ﺑﺎﻹﺿﺎﻓﺔ إﻟﻰ‬
‫ارﺗﻔﺎع ﻋﺪد ﺣﺎﻻت اﻟﻄﻼق ‪ ،‬ﻓﺈن وﻓﯿﺎت اﻟﺮﺿﻊ واﻷﻣﮭﺎت ﻓﻲ زﯾﺠﺎت اﻟﺸﺒﺎب ھﻲ أﻋﻠﻰ ﺣﺎﻟﺔ ﻓﻲ‬
‫إﻧﺪوﻧﯿﺴﯿﺎ‪.‬‬

‫ﻻﺳﺘﺒﺎق ھﺬه اﻟﺘﻄﻮرات ‪ ،‬ﺧﻄﺔ اﻟﺘﻨﻤﯿﺔ اﻟﻤﺘﻮﺳﻄﺔ اﻷج)‪ 2004-2009 (RJM‬ﺗﻔﻮﯾﺾ ﻟﺘﺤﺴﯿﻦ‬
‫ﻧﻮﻋﯿﺔ اﻟﺴﻜﺎن ﻣﻦ ﺧﻼل ﺗﺤﺪﯾﺪ اﻟﻨﺴﻞ ‪ ،‬ﺧﻔﺾ ﻣﻌﺪل اﻟﻮﻓﯿﺎت وﺗﺤﺴﯿﻦ ﺟﻮدة ﺑﺮﻧﺎﻣﺞ ﺗﻨﻈﯿﻢ اﻷﺳﺮة‬
‫ﻟﻸطﻔﺎل اﻟﺬﯾﻦ ﯾﺘﺰوﺟﻮن دون اﻟﺴﻦ اﻟﻘﺎﻧﻮﻧﯿﺔ ﻷﻧﮫ ﻓﻲ رﻋﺎﯾﺔ اﻷﺳﺮة اﻟﺘﻲ ﺗﻜﻮن ﺳﻜﯿﻨﺔ ﻣﻮدة ورﺣﻤﺔ‬
‫ﻟﯿﺴﺖ ﺳﮭﻠﺔ ﻷﻧﮭﺎ ﯾﺠﺐ أن ﺗﻌﺰز اﻟﺜﻘﺔ اﻟﻤﺘﺒﺎدﻟﺔ ﺑﯿﻦ ﺑﻌﻀﮭﺎ اﻟﺒﻌﺾ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻗﻀﯿﺔ وھﻜﺬا ﻷﻧﮫ ﻻ ﯾﺰال‬
‫ﯾﺠﺐ أن ﺗﻌﺘﻤﺪ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﻦ اﻟﻮاﻟﺪﯾﻦ ‪-‬ﻋﻘﻞ‪.‬‬

‫ﯾﺴﺘﺨﺪم ھﺬا اﻟﺒﺤﺚ طﺮﯾﻘﺔ وﺻﻔﯿﺔ ﺑﻨﮭﺞ ﻧﻮﻋﻲ‪ .‬ﻣﺼﺎدر اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت ﻓﻲ ھﺬه اﻟﺪراﺳﺔ ھﻲ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت‬
‫اﻷوﻟﯿﺔ اﻟﺘﻲ ﺗﻢ اﻟﺤﺼﻮل ﻋﻠﯿﮭﺎ ﻣﻦ اﻟﻤﻘﺎﺑﻼت ﻣﻊ اﻟﻤﺨﺒﺮﯾﻦ واﻟﻤﻼﺣﻈﺎت اﻟﻤﻘﺪﻣﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﯿﺪان واﻟﺒﯿﺎﻧﺎت‬
‫اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ اﻟﺘﻲ ﺗﻢ اﻟﺤﺼﻮل ﻋﻠﯿﮭﺎ ﻣﻦ اﻟﻮﻛﺎﻻت ذات اﻟﺼﻠﺔ ﻣﺜﻞ ﻣﻜﺘﺐ ﺗﻤﻜﯿﻦ اﻟﻤﺮأة ‪ ،‬وﺣﻤﺎﯾﺔ اﻟﻄﻔﻞ ‪،‬‬
‫وﻣﺮاﻗﺒﺔ اﻟﺴﻜﺎن وﺗﻨﻈﯿﻢ اﻷﺳﺮة‪ .‬ﺗﺴﺘﺨﺪم ﺗﻘﻨﯿﺔ ﺗﺤﻠﯿﻞ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت اﻟﺘﺤﻠﯿﻞ اﻟﻤﻌﯿﺎري ﻟﻠﺒﯿﺎﻧﺎت اﻟﻨﻮﻋﯿﺔ ﻋﻦ‬
‫طﺮﯾﻖ اﺧﺘﺒﺎر ﺻﺤﺔ اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت ﺑﺎﺳﺘﺨﺪام ﺗﻘﻨﯿﺔ اﻟﺘﺜﻠﯿﺚ‪.‬‬

‫اﻟﻜﻠﻤﺎت اﻟﺮﺋﯿﺴﯿﺔ‪ :‬اﻟﻔﻌﺎﻟﯿﺔ ‪ ،‬ﺗﻨﻔﯿﺬ ﺑﺮﻧﺎﻣﺞ ‪ ،KB‬اﻟﺰوﺟﺎن اﻟﻘﺎﺻﺮان ﻣﺪرﻛﯿﻦ اﻷﺳﺮة ﺳﻛﯾﻧﺔ‬
‫ﻣودة ورﺣﻣﺔ‪ .‬‬

‫‪ix‬‬
MOTTO :

            

  

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar. (Qs.An-Nisa: 9)

x
PERSEMBAHAN

Tesis ini ku persembahkan kepada orang-orang yang aku banggakan


dalam hidupku, sebagai bentuk kebaktian dan kasih sayangku atas tetesan
keringat, doa, dan segala nasehat-nasehatnya yaitu kepada:
Kedua orangtuaku, Ayahanda L.Syawal dan Ibundaku Jawidah dan
juga kepada adik ku Redi Mustriady, kepada sahabat-sahabat ku, guru-
guru ku dan Almamater ku tercinta.

xi
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT senantiasa kita panjatkan kehadiran


ilahi robbi sehingga Alhamdulillah kita deiberikan nikmat sehat dan
nikmat iman sampai hari ini dan hanya kepadanyalah tempat kita
memohon pertolongan, ampunan dan memohon perlindungan dari segala
macam kejahatan jiwa dan kejahatan perbuatan dan dari segala macam
bala’ dan musibah .Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada baginda Rasulullah SAW para keluarga dan sahabatnya serta
orang-orang yang selalu setia mengikuti mereka sampai hari akhir nanti.
Aamiin
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaikan tesis ini tidak
akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka
antara lain:
1. Bapak Dr. H. Sainun, M.Ag. Selaku pembimbing I dan Dr. Hj. Teti
Indrawati Purnamasari,M.Hum selaku pembimbing II yang
memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-
menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana
pandemi Covid-menjadikan tesis ini lebih matang dan selesai;
Semoga beliau berdua beserta seluruh keluarganya selalu dalam
lindungan Allah SWT, dan apa yang telah beliau berdua berikan
tercatat sebagai amal ibadah di sisi-Nya. Aamiin.
2. Dr. Hj. Teti Indrawati Purnamasari, M.Hum selaku Ketua Prodi HKI
program Magister pascasarjana UIN Mataram;
3. Prof. Dr. Suprapto, M.Ag selaku direktur Program Pascasarjana UIN
Mataram yang telah memberi banyak solusi bagi mahasiswa
pascasarjana UIN Mataram agar sesegera mungkin menyelesaikan
program studinya dan mencapai gelar Magister;

xii
4. Prof. Dr. H. Mutawalli, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram yang
telah memberikan banyak solusi dan motivasi serta kontribusi
kepada kami mahasiswa UIN Mataram dan yang telah
memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu.
5. Kedua orangtua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya
setiap waktunya dan kepada adik saya Redi Mustriady yang telah
memeberikan semangat dan do’a semoga perjuangan ini selalu
diberikan keberkahan dan ridha oleh Allah SWT. Aamiin.
6. Kepala Dinas pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak
Pengendalian Penddudk dan Keluarga Berencana Kabupaten lOmbok
Tengah beserta stafnya dan Kepala Desa Tanak Awu beserta stafnya
serta beberapa responden yang telah membantu dalam penyusunan
tesis ini.
Semoga bantuan berupa motivasi, solusi dan do’a dari semua
pihak sehingga terselesainya tesis ini senantiasa mendapat balasan terbaik
dari Allah SWT serta karya ilmiah ini bermanfaat bagi alam semesta.
Amin,,,ya Rabbal alamin.

Mataram,03 Juli 2020


Penulis

EVA NURFITRIANI
NIM. 180 402 004

xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

xiv
DAFTAR ISI

COVER LUAR .................................................................................................... i


LEMBAR LOGO ............................................................................................... ii
COVER DALAM ................................................................................................ iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ...............................................................vi
LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISME ..................................................vii
ABSTRAK ...........................................................................................................viii
MOTO .................................................................................................................. xi
PERSEMBAHAN................................................................................................ xii
KATA PENGANTAR......................................................................................... xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .............................................. xv
DAFTAR ISI........................................................................................................ xx
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xxi
BAB I : PENDAHULUAN………........ .. .............................................. ........... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Identifikasi, Rumusan, dan Batasan Masalah .......................................... 8
1. Identifikasi Masalah ............................................................................. 8
2. Batasan Masalah ................................................................................... 9
3. Rumusan Masalah ................................................................................10
C. TujuanPenelitian.......................................................................................10
D. Siginifikansi dan Manfaat Penelitian ........................................................11
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan...........................................................13
F. Kerangka Teori .........................................................................................19
1. Konsep Efektivitas Pelaksanaan Program
Keluarga Berencana ......................................................................19
2. Perspektif Hukum Islam terhadap Keluarga
Berencana......................................................................................20

xv
a. Ayat-ayat al-Qur’an tentang Keluarga
Berencana................................................................................ 23
3. Hadits-hadits Nabi tentang Keluarga Berencana ..........................25
4. Hukum Islam tentang Keluarga Berencana...................................27
5. Motivasi ber-KB dan hukumnya...................................................27
2. Penegasan Istilah.....................................................................................32
a. Pengertian keluarga Berencana ..........................................................32
b. Peraturan Pemerintah tentang Keluarga Berencana............................34
3. Konsep Sakinah Mawaddah warahmah ...............................................36
G. Metode Penelitian ....................................................................................38
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian....................................................39
2. Kehadiran Peneliti .........................................................................41
3. Data danSumber data Penelitian....................................................42
4. Teknik dan instrumen pengumpulan data......................................43
a. Metode Observasi .....................................................................43
b. Metode Wawancara ..................................................................44
c. metode dokumentasi .................................................................45
5. Teknik Analisis Data .....................................................................46
6. Pengecekan Keabsahan Data .........................................................47
H. Sistematika Pembahasan........................................................................50
BAB II : RAKTIK KELUARGA BERENCANA PADA PASANGAN
MUSLIM DIBAWAH UMURDI KABUPATEN LOMBOK
TENGAH 53
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................53
1. Sejarah Perkembangan BKKBN ...................................................53
B. Pelaksanaan Program KB pada pasangan Muslim di bawah
umur dalam mewujudkan Keluarga samawa di Kabupaten
Lombok
Tengah……………………………………………………................56
1.Pengendalian Penduduk................................................................58
2. Keluarga Berencana ................................................................59

xvi
a. Menunda Kehamilan ........................................................59
b. Masa mengatur atau menjarangkan kehamilan ................60
c. Masa mengahiri kesuburan/tidak hamil
lagi ....................................................................................61
d. Metode Kontrasepsi sederhana.........................................62
C. Problematika dan solusi pelaksanaan program KB pada pasangan
Muslim di bawah umur dalam mewujudkan Keluarga sakinah
mawaddah warahmah di Kabupaten Lombok Tengah ........................64
a). Pengaturan tentang usia perkawinan di Indonesia................66
b) Dukungan Islam terhadap Keluarga
berencana .............................................................................75
1). Memahami Keluarga Berencana ..........................................75
a. Optimalisasi Program KB ................................................76
b. Fatwa Ulama dunia tentang Keluarga Berencana 79
2). Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2025 83
a) Memenuhi Kebutuhan ............................................................85
b). Pertumbuhan Menurun .........................................................86
c). Faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan dibawah
umur .....................................................................................89
BAB III : PERSPEKTIF HUKUM KELUARGA ISLAM
TERHADAP PRAKTIK KELUARGA BERENCANA
DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH......................... .........112
1. Pandangan agama islam mengenai upaya pengendalian
laju pertumbuhan penduduk ...................................................101
2. Pandangan Islam mengenai Kualitas penduduk .....................106
3. Tinjauan HukumIslam terhadap dampak program
KB bagi regenenasi pasangan usia muda di
Kabupaten Lombok Tengah ..................................................107
a. Islam Memandang Pertumbuhan penduduk ...................113
b. Al’Azl sebagai salah satu pengendalian Penduduk .........118
c. Pencegahan Kehamilan dalam Islam................. .............120

xvii
d. Metode atau alat yang dapat menghalangi
terjadinya pembuahan ....................................................124
4. Analisis problematikadan solusi Pelaksanaan
ProgramKB pada pasangan Muslim di bawah umur
dalam mewujudkan Keluarga sakinah mawaddah
warahmah di Kabupaten Lombok Tengah ..........................125
-
Analisis Pandangan Islam Terhadap Peralatan modern
pelaksanaan program KB 131
BAB IV: PENUTUP .................................................................... ...........134
A. Kesimpulan..................................................................... ...........134
B. Saran............................................................................... ...........137
DAFTAR PUSTAKA ......................................................... ...........138
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................... .............
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................. .............

xviii
Daftar Tabel

Tabel 1 Daftar Pemilihan Metoda Kontrasepsi Rasional, 51.


Tabel 2 Daftar Efektivitas berbagai metode kontrasepsi, 56.
Tabel 3 Daftar Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025, 94
Tabel 4 Daftar Jumlah perempuan yang melakukan perkawinan pada usia
10- 19 tahun, 95.

xix
DAFTAR SINGKATAN

Putusan MK : Putusan Mahkamah Konstitusi


KB : Keluarga Berencana
KDRT : Kekerasan dalam Rumah tangga
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional
PKBI : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
IPPF : Indonesian Planned Parenthood Federation
ASI : Air susu Ibu
SPM : Standar Pelayanan Minimum
AKDR : Alat kontrasepsi dalam Rahim
IUD : Intra Uterin Device
BP4 : Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian
perkawinan
PUP : Pendewasaan Usia perkawinan
LSM : Lembaa swadaya Masyarakat
KTD : Kehamilan yang tidak di inginkan
MAL : Metode aminore laktasi
MKJP : Metode Kontrasepsi jangka panjang

xx
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas diri

Nama : EVA NURFITRIANI


Tempat/Tanggal Lahir :LOMBOK,TENGAH,30-12-1994

Alamat Rumah :Selawang, jln. Bay Pas Bil Kecamatan


Pujut Kabupaten Lombok Tengah
Nama Ayah : L.SYAWAL
Nama Ibu : JAWIDAH
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SDN Selawang,lulus Tahun : 2006
b. MTs Nurussalam, lulus
tahun : 2009
c. MA Al-Mansyuriyah
Ta’limushibyan, : 2012
LulusTahun
d. S1 UIN Mataram, Lulus
Tahun : 2016
e. S2, tahun lulus :-
C. Riwayat Pekerjaan : Bekerja di Kantor Notaris & PPAT
Praya Lombok Tengah
: PT.Layanan Dana Indonesia Berbagi
Cab.Mataram
: Beasiswa BidikMisi 2012-2016
D. Prestasi/Penghargaan : Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah
Bidik Misi Se NTB tahun 2015
: Juara 2 Lomba Peradilan Semu se
NTB tahun 2015
: Beasiswa Penelitian dari Baznas NTB
tahun 2019
E. Pengalaman Organisasi : PMII, ESC,HMI, IPPNU
F. Karya Ilmiah : Karya Tulis Ilmiah tahun 2015 dengan
tema : BidikMisi” menggapai asa
memutus mata rantai Kemiskinan

Mataram, 06 Juli 2020

EVA NURFITRIANI

xxi
11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang maha

Esa. Perkawinan bukan untuk keperluan sesaat tetapi untuk seumur hidup

karena perkawinan mengandung nilai luhur. Dengan adanya ikatan lahir batin

antara pria dan wanita yang dibangun diatas nilai-nilai sakral karena

berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa yang merupakan sila pertama

pancasila. Maksudnya adalah bahwa perkawinan tidak cukup hanya dengan

ikatan lahir atau ikatan batin saja, tetapi harus kedua-duanya, terjalinnya

ikatan lahir batin merupakan fondasi dalam membentuk keluarga bahagia dan

kekal.1

Pengertian di bawah umur adalah pernikahan atau akad yang bisa

menjamin seseorang laki-laki dan perempuan saling memiliki dan bisa

melakukan hubungan suami istri, dan pernikahan itu dilaksanakan oleh

seseorang (calon suami/calon istri) yang usianya belum mencapai umur yang

telah ditentukan oleh undang-undang yang sedang berlaku di Indonesia yang

telah ditetapkan oleh pemerintah.

Dalam masyarakat banyak terjadi permasalahan hukum perkawinan

ini, salah satunya mengenai perkawinan di bawah umur.Hal tersebut dinilai

1
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,1996, hlm.2.

1
2

menjadi masalah serius, karena memunculkan kontroversi di masyarakat,

tidak hanya di Indonesia namun menjadi isu internasional. Pada faktanya

perkawinan semacam ini sering terjadi karena sejumlah alasan dan

pandangan, diantaranya karena telah menjadi tradisi atau kebiasaan

masyarakat yang dinilai kurang baik.Fenomena pernikahan dibawah umur

banyak terjadi diIndonesia. Perkawinan tersebut tidak hanya terjadi karena

kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja, tetapi karena adanya beberapa

faktor yang mempengaruhi. Salah satunya adalah pengaruh adat istiadat atau

kebiasaan masyarakat dan agama yang melegalisasi perkawinan anak-anak.

Di sejumlah daerah, hukum agama dan hukum adat sering dipadukan sebagai

landasan teologis dan sosiologis untuk mengesahkan terjadinya pekawinan

anak-anak.

Perkawinan bawah umur diakui secara luas sebagai praktik sosial

budaya yang berbahaya, yang merupakan penyebab dan juga akibat dari

pelanggaran hak asasi manusia.2 Didefinisikan sebagai perkawinan di bawah

usia 18 tahun, namun sekarang sudah ada revisi sesuai dengan amanat

putusan MK No.22/-XV/2017 tertanggal 13 Desember 2018 bahwa batas

usia perempuan dan laki-laki adalah 19 tahun untuk dapat melangsungkan

perkawinan secara sah.3 Lebih dari 22.000 orang anak perempuan usia 10-14

tahun atau setara dengan 0,2% perempuan muda telah menikah. 4 Selanjutnya,

2
Bentuk Pelanggaran Hak asasi manusia yaitu: pelecehan, pengucilan diskriminasi social
dan lain-lain.
3
Kompas, Jumat,13/09/019 pukul 17.09 WIB.
4
LBH APIK Nusa Tenggara Timur, BKKBN dalam Riset Kesehatan Dasar
2010”Indonesia Tertinggi Kedua dalam pernikahan Usia Dini,”Oke Web
3

jumlah perempuan muda berusia 15-19 tahun yang menikah juga sangat

tinggi yaitu mencapai 11,7 %, sementara laki-laki diusia yang sama yaitu 15-

19 tahun yang telah menikahkannya 1,6 %. Sebanyak 50% perempuan muda

di Indonesia menikah dibawah usia 19 tahun. Secara nasional, median usia

pernikahan adalah 19,8 tahun. Padahal diharapkan usia minimal untuk

menikah bagi perempuan adalah 21tahun dan laki-laki minimal usia 25

tahun.5

Perkawinan bawah umur juga merusak hak otonomi seorang anak

perempuan, untuk hidup bebas dari kekerasan dan paksaan, dan untuk

mendapatkan pendidikan. Karena seorang suami seringkali mengharapkan

istrinya untuk melahirkan seorang anak segera setelah menikah (begitupun

keluarga dari pasangan tersebut mengharapkan yang sama), perkawinan

bawah umur juga memungkinkan eksploitasi seksual dan membahayakan

kesehatan seorang anak perempuan. Selain itu anak-anak yang dilahirkan

oleh ibu yang masih dibawah umur akan memulai hidup pada posisi yang

kurang menguntungkan sehingga akan mengabadikan siklus kemiskinan.

Perkawinan anak bagi bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

kondisi sosial ekonomi, budaya, serta agama yang berkembang dalam

masyarakat. Pengaruh terhadap konsep agama juga sangat kuat dalam

pelaksanaan perkawinan anak di Indonesia. Adalah suatu kebiasaan bagi

hukum untuk mengakomodasi praktik keagamaan dengan cara membebaskan

Indonesia@lbhapikntt.com, Sonny Dewi Juliasih.diakses pada tanggal 20 Agustus 2019.pukul


20.45 WIB.
5
LBHApik Nusa Tenggara timur, BKKBN dalam Riset Kesehatan Dasar 2010”Indonesia
tertinggi kedua dalam pernikahan usia dini”.Oke web Indonesia@lbhapikntt.com, Sonny Dewi
Judiasih, diakses pada tanggal 21 september 2018 pukul 21 WIB.
4

mereka dari ketentuan umum yang seharusnya dilakukan.6 Perkawinan bawah

umur melibatkan anak-anak dan diatur oleh keluarga serta anggota

masyarakat yang terlibat dalam peroses perjodohan (untuk menemukan anak

gadis atau laki-laki yang tepat untuk dinikahkan).7 Perkawinan anak-anak

merupakan wujud dari tradisi atau adat kebiasaan sebagai hasil dari

kombinasi antara sosial, kebudayaan, dan faktor-faktor ekonomi.8

Perkawinan anak-anak merupakan suatu praktik diskriminasi

terutama terhadap anak-anak perempuan dan merupakan pelanggaraan

terhadap hak asasi manusia secara umum yang seharusnya dilarang untuk

dilakukan dibelahan dunia manapun. Tetapi dalam praktiknya, perkawinan

bawah umur terjadi dibeberapa wilayah negara didunia. Di beberapa belahan

dunia, sering terjadi praktik diskriminasi terhadap keberadaan perempuan

yang diakibatkan oleh pengaruh agama dan kebudayaan. Perempuan selalu

diperlakukan sebagai minoritas dan kadang-kadang sebagai warga negara

kelas II yang hanya dapat dilihat tapi tidak untuk didengar suaranya. 9

Latar belakang perkawinan di bawah umur antara lain bersifat

dorongan atau paksaan adalah dikarenakan adanya pesan dari orang tua yang

telah meninggal dunia, karena perjanjian yang telah dibuat oleh orang tua

6
Roderick M. Hills Jr., Decentralizing Religious and Secular Accomodations,
Instituttionalizing Rights and Religion Competing Supremacies, Disunting oleh Leora Batnitzky
dan Hanoch Dagan, Cambridge University Press,hlm.108.
7
Guilia Granata, Child Marriages Today: Wich Perspective for Girl, Interdiciplinary
Journal of Family Studies, Sonny Dewi Juliasih dkk, 1/2015,hlm.38-53.
8
Biswajit Ghosh,child Marriage, Society,and The Law, A study in A Rural contack in
West Bengel, India, International Journal of Law, Policy, and the Family, Vol.25,No.2, Agustus
2011, hlm.205.
9
Ebenezer Durojaye, Woman But Not Humam, Widow Hood Practices and Human
Rights Violations in Nigeria, International Journal of Low, Policy,and The Family, Vol.27,No.2,
Agustus 2013, hlm.176.
5

kedua belah pihak, karena lingkungan dan pergaulan.10 Men Riset pusat study

kependudukan dan kebijakan UGM tentang perkawinan usia anak di

Indonesia mengatakan bahwa Penyebab Perkawinan Anak adalah sebagai

berikut :

Kemiskinan. Probabilitas keluarga miskin mengawinkan anaknya di

usia dini tiga kali lebih tinggi dari pada keluarga tidak miskin, Tingkat

pendidikan orangtua yang rendah, Tradisi setempat, pemahaman dan

kesadaran anak perempuan rendah, dan dari efek Sosial media.11

Indonesia termasuk negara dengan presentasi pernikahan usia muda

yang tinggi di dunia, yaitu ranking ke-37, sedangkan di tingkat ASEAN

tertinggi kedua setelah kamboja. Adapun rata-rata usia kawin pertama yang

rendah dari penduduk suatu daerah mencerminkan keadaan sosial ekonomi

yang rendah dari daerah tersebut. Di Nusa Tenggara Barat misalnya, sejak

Tahun 1997 sampai dengan tahun 2007 juga cenderung menikah di usia yang

relatif muda, yaitu di bawah 20 tahun padahal berdasarkan revisi Undang-

undang sesuai dengan amanat putusan MK No.22/-XV/2017 tertanggal 13

Desember 2018 bahawa batas usia perempuan dan laki-laki adalah 19 tahun

untuk dapat melangsungkan perkawinan secara sah.12Sedangkan pada pasal 6

ayat 1 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa untuk melangsungkan

perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat

10
Tolib Setiady, Hukum Adat Indonesia, Alfabeta,Jakarta,2013, hlm.221.
11
Riset pusat study kependudukan dan kebijakan UGM tentang perkawinan usia anak di
Indonesia, Wawancara Kabid Pengendalian Penduduk di kantor BKKBN Praya tanggal 26
Agustus 2019.
12
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Buana Press:2008.
6

izin dari orangtua yang bersangkutan. dan fenomena perkawinan muda di

NTB perlu dilakukan kajian. 13

Prosentase perempuan yang melakukan perkawinan pertama pada

Usia 10-19 tahun cukup tinggi yaitu sebesar 48,89 % pada tahun 2013,

sebanyak 51,88 % pada tahun 2014 50,29 %, tahun 2015 turun menjadi 47,14

%. (Data BPS NTB 2015).14 Sedangkan Jumlah peserta KB menurut metode

kontrasepsi dan kecamatan di Lombok Tengah, 2018 di daerah Pujut yang

menggunakan Pil 571 orang, menggunakan spiral 5096 orang yang

menggunakan kondom 73 orang yang menggunakan suntikan 7014 orang

yang menggunakan susuk/Implan sebanyak 6339 orang, yang menggunakan

MOW 295 orang, yang menggunakan MOP 136 orang Jumlah total 19.524

orang. Data yang gagal menggunakan Pil 103 orang, menggunakan kondom

43 orang, menggunakan suntikan 416 orang, yang menggunakan MOW 3

orang. Desa Pringgarata yang menggunakan Pil 1196 orang, yang

menggunakan spiral 487 orang, yang menggunakan Kondom 87 orang, yang

menggunakan suntikan 6004 orang, yang menggunakan susuk 2042 orang,

yang menggunakan MOW 56 orang, yang menggunakan MOP 30 Orang

Jumlah total 9.902 orang. Yang gagal penggunaan Pil 124 orang, yang gagal

menggunakan Kondom 47 orang, yang gagal menggunakan suntikan 151

orang, yang gagal menggunakan MOP 2 orang.15

13
Tolib Setiady, Hukum adat Indonesia, Alfabeta, Jakarta, 2013, hlm. 221.
14
Sumber Data: Pembangunan Manusia Berbasis Gender Tahun 2016 Kerjasama BPS
dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
15
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan anak,Pengendalian Penduduk dan KB
Kabupaten Lombok Tengah.
7

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi

dampak dari perkawinan usia muda adalah dengan melaksanakan program

Keluarga. Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran

anak,jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kelahiran, mengatur

kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak

reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas yang berdasarkan

Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 danUndang-undang No. 25 tahun

2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan Nasional.16Undang-undang

No. 52 tahun 2009 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga mengamanatkan pentingnya pengendalian kuantitas dan

peningkatan kualitas penduduk. Pengendalian kuantitas dilakukan melalui

pengendalian kelahiran, penurunan angka kematian, dan pengarahan

mobilitas penduduk dalam rangka menekan dan mengendalikan kelahiran,

pemerintah menetapkan kebijakan program Keluarga Berencana (KB),

diantaranya memprioritaskan penggarapan program KB diwilayah dan

sasaran husus yaitu di wilayah tertinggal, terpencil perbatasan dan miskin

perkotaan dengan meningkatkan akses layanan KB metode jangka panjang.

Keluarga Berencana (KB) juga merupakan suatu cara untuk

mencegah kehamilan agar ibu melahirkan anak yang diinginkan sesuai

dengan perencanaan keluarga sehat.17Dengan demikian Keluarga Berencana

(KB) bertujuan untuk menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera yang

bersamaan pula dengan usaha penurunan angka kelahiran yang berkaitan erat

16
Buku Panduan praktis Pelayanan Kontrasepsi,Edisi 3, Jakarta. 2014.
17
Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer,(Jakarta:Kencana,2016),hlm.20.
8

dengan penurunan jumlah kelahiran (jumlah anak) perkeluarga untuk

terciptanya masyarakat yang bahagia dan sejahtera atau untuk mewujudkan

Keluarga Sakinah Mawaddah warahmah.18 Berdasarkan latar belakang di atas

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas

Pelaksanaan Program KB Pada Pasangan Muslim di bawah umur dalam

mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah di Kabupaten

Lombok Tengah.

B. Identifikasi, Batasan,dan Rumusan Masalah

Dalam menguraikan permasalahan ini penulis menjelaskan beberapa

hal yang terkait dengan judul dari penelitian tesis ini, sebagai berikut :

1. Identifikasi Masalah

Dalam konteks identifikasi masalah ini penulis menjelaskan

tentang berbagai kemungkinan permasalahan yang muncul, sehingga

penulis tertarik untuk meneliti terkait “Efektivitas pelaksanaan program

KB pada pasangan Muslim di bawah umur dalam Mewujudkan Keluarga

Sakinah Mawaddah wa Rahmah di Kabupaten Lombok

Tengah”antaranya adalah :

a. Rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi yaitu

tentang masa subur. Remaja perempuan dan laki-laki usia 15-24

tahun yang mengetahui tentang masa subur mencapai 65 %.

b. Remaja rentan terkena dampak kesehatan reproduksi, remaja putus

sekolah, remaja jalanan, remaja penyalahgunaan napza.

18
Ahmad Kusyairi Suhail,Tafsir Keluarga menjadi Keluarga bahagia di Dunia & di
Surga, (Ikadi,2016), 23.
9

c. Remaja mengalami kekerasan seksual, korban perkosaan dan pekerja

seks komersial.

2. Batasan Masalah

Mengingat materi pembahasan yang sangat luas dan komfleks,

peneliti membatasi materi pembahasan seputar pelaksanaan program

Keluarga Berencana, Problematika dan solusi aternatif sebagai jalan

keluar terhadap problem tersebut ditinjau dari perspektif Hukum

Keluarga Islam. Batasan fokus kajian ini menjadi penting dalam rangka

memberikan pengertian dan kesadaran kepada remaja agar dalam

merencanakan keluarga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai

aspek berkaitan dengan kehidupan berkeluarga. program keluarga

berencana yang meliputi pelayanan kesehatan reproduksi dan

pendewasaan usia perkawinan, Peningkatan kesejahteraan akibat

pertumbuhan ekonomi di NTB belum dibarengi dengan peningkatan

yang signifikan pada kualitas hidup penduduk baik dibidang pendidikan,

kesehatan maupun pendapatan. Selain itu rendahnya kualitas penduduk

NTB cenderung mempengaruhi terjadinya pernikahan di usia muda;

Semakin berkualitas suatu penduduk maka semakin kecil kemungkinan

terjadinya pernikahan muda. Salah satu program andalan dalam perogram

Keluarga Berencana dan kependudukan yang saat ini adalah

pendewasaan usia perkawinan. Pernikahan diusia yang muda memiliki

berbagai dampak, antara lain meningkatnya angka drop out sekolah, rata-

rata lama sekolah yang rendah, subordinasi keluarga, hak kesehatan


10

reproduksi rendah, peluang kematian ibu tinggi, dan meningkatnya

peluang terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

3. Rumusan Masalah

a. Bagaimana pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di

bawah umur di Kabupaten Lombok Tengah?

b. Bagaimana problematika pelaksanaan program KB pada pasangan

Muslim di bawah umur di Kabupaten Lombok Tengah dan alternatif

solusi sebagai jalan keluar terhadap problematika tersebut ?

c. Bagaimana Persepektif Hukum Keluarga Islam terhadap pelaksanaan

program KB pada pasangan Muslim di bawah umur dalam

mewujudkan Keluarga sakinah mawaddah warahmah di Kabupaten

Lombok tengah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun alasan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di bawah

umur dalam mewujudkan keluarga Sakinah mawaddah warahmah di

Kabupaten Lombok Tengah.

2. Dapat menganalisa dengan jelas problematika dan solusi pelaksanaan

program KB pasangan Muslim bawah umur dalam mewujudkan

Keluarga Sakinah mawaddah warahmah di Kabupaten Lombok Tengah.

3. Mengetahui pandangan Hukum Keluarga Islam terhadap pelaksanaan

program KB pada pasangan Muslim dibawah umur di Kabupaten

Lombok Tengah.
11

4. Tambahan kajian tentang tren pernikahan muda terutama yang berkaitan

dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia di provinsi Nusa

Tenggara Barat.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua segi, segi

teoritis dan segi praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama terhadap siapapun yang

membaca hasil penelitian ini antara lain dalam rangka :

a. Menambah khazanah keilmuan dibidang praktik Hukum Keluarga

dan mendalami ketentuan-ketentuan hukum Keluarga Islam yang

sudah ditetapkan dalam Syari’ah.

b. Menumbuh kembangkan daya kritis dalam meneliti masalah-

masalah sosial Hukum Keluarga khususnya tentang “Efektivitas

Pelaksanaan Program KB Pada Pasangan Muslim diBawah Umur

dalam Mewujudkan keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah” di

Kabupaten Lombok Tengah”.

c. Sebagai motivasi memperluas cakrawala berpikir dalam mempelajari

masalah Hukum Keluarga Islam khususnya pada Program KB pada

pasangan perkawinan Usia muda di Kabupaten Lombok Tengah.

d. Tambahan wawasan mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya

perkawinan di bawah umur.


12

e. Menyumbangkan sebuah gambaran teori menyangkut pernikahan di

bawah umur dalam melaksanakan program KB di Kabupaten

Lombok Tengah dalam mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah

warahmah, untuk selanjutnya dapat dibaca dengan seksama sehingga

dapat dipahami secara baik dan benar sebagai sebuah teori dalam

ilmu Hukum Keluarga guna selanjutnya dipraktikkan dalam setiap

pelaksanaan pernikahan di bawah umur.

f. Menjadi salah satu bahan analisa dan kajian lebih luas dan lebih

mendalam terkait dengan ilmu hukum keluarga khususnya tentang

“Efektivitas pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim

dibawah Umur dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa

Rahmah di Kabupaten Lombok Tengah”.

2. Manfaat Praktis yang dihajatkan dari hasil penelitian ini antara lain :

a. Hasil penelitian ini sebagai Tambahan kajian tentang tren pernikahan

muda terutama yang berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber

daya manusia di NTB.

b. Sebagai informasi mengenai tren perkawinan muda di NTB serta

faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan muda, sehingga

dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam pembuatan

kebijakan.

c. Memberikan pemahaman yang benar dan pengetahuan tentang

“Efektivitas Pelaksanaan Program KB Pada Pasangan Muslim


13

Bawah Umur dalam mewujudkan keluarga Sakinah Mawaddah wa

Rahmah di Kabupaten Lombok Tengah”.

d. Memberikan pemahaman yang benar dan pengetahuan tentang

problematika dan solusi pelaksanaan program KB pada pelaku

perkawinan di bawah umur dalam mewujudkan norma keluarga kecil

yang bahagia dan sejahtera di Kabupaten Lombok Tengah.

E. Penelitian terdahulu yang relevan

Agar penulisan tesis ini mempunyai bobot ilmiah dan dapat

dipertanggung jawabkan keasliannya, maka penulis terlebih dahulu

melakukan survey literatur telaah pustaka terhadap hasil penelitian

sebelumnya. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang memilki kemiripan

dengan penelitian yang akan dilakukan penulis diantaranya :

1. Jalaluddin (2014)19 dengan judul Tesis” Problematika Penerapan

Regulasi Batas Usia Nikah (Studi Kritis di Kota Mataram Tahun 2010-

2012)“ Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang Penerapan

Regulasi batas usia nikah di Kota Mataram, menelaah pendapat tokoh

agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan pejabat KUA tentang usia

pernikahan ideal di Kota Mataram, Sedangkan Peneliti sendiri membahas

tentang efektivitas pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di

bawah umur dalam mewujudkan Keluarga Sakinah mawaddah warahmah

di Kabupaten Lombok Tengah, Problematika dan solusi pelaksanaan

program KB pada pasangan Muslim di bawah umur dalam mewujudkan

19
Tesis, Jalaluddin, “Problematika Penerapan Regulasi Batas Usia Nikah (Studi Kritis
diKota Mataram Tahun 2010-2012), Institut Agama Islam Negeri Mataram Tahun 2014.
14

Keluarga Sakinah mawaddah warahmah di Kabupaten Lombok Tengah,

Pandangan Hukum keluarga Islam terhadap pelaksanaan program KB

pada pasangan Muslim di bawah umur dalam mewujudkan Keluarga

Sakinah mawaddah warahmah di Kabupaten Lombok Tengah.

Persamaannya terletak pada fokus kajian yaitu sama-sama meneliti

tentang pernikahan. Perbedaannya, penelitian di atas fokus pada batas

usia perkawinan sedangkan penelitian ini lebih focus kearah efektivitas

pelaksanaan program KB yang dilakukan oleh pasangan di bawah umur.

2. Yusuf Hanafi dalam bukunya yang awalnya berasal dari Disertasi

(201120) “Kontroversi Perkawinan anak di bawah umur (child marriage)

Perspektif fiqih Islam, HAM Internasional, dan UU Nasional”Berpijak

atas dasar pemikiran dan analisis penulis, mengkaji tentang legalitas

perkawinan anak di bawah umur, baik dari perspektif fikih Islam, hukum

Positif Islam (UU Perkawinan) maupun hukum perdata internasional

(Instrumen HAM). Sistem hukum-hukum itu mempunyai, dimana

masing-masing memiliki perspektif yuridis yang berbeda terhadap

persoalan perkawinan anak dibawah umur. Kenyataan ini sekaligus

melahirkan minimal dua masalah hukum. Pertama, haronisasiantara

system hukum yang satu dengan system hukum yang lain. Kedua,

tantangan legislasiatas hukum perkawinan terkait dengan perkawinan

anak dibawah umur. Tulisan ini, salah satunya bertujuan untuk

menunjukkan urgensi peninjauan ulang atas perangkat undang-undang


20
Desertasi, Yusuf Hanafi, Kon troversi Perkawinan anak di bawah umur (child
marriage) Perspektif fiqih Islam, HAM Internasional, dan UU Nasional, Universitas Negeri
Malang, 2011.
15

perkawinan guna menjawab tantangan legislasi menuju harmonisasi antar

system hukum di era global dewasa ini.

Penelitian di atas dengan penelitian ini memiliki kesamaan pada fokus

kajiannya, yaitu membahas tentang perkawinan di bawah umur.

Sedangkan perbedaannya tertelak pada perspektif, penelitian di atas

menggunakan Perspektif fiqih Islam, HAM Internasional, dan UU

Nasional, sedangkan peneliti ini hanya menggunakan perspektif Hukum

Keluarga Islam.

3. Nila Himmayati (2015)21 dengan judul Tesis “Fenomena Pernikahan dini

dalam perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif (Study kasus pada

masyarakat kecamatan Kota Mataram) membahas tentang Fenomena

dan dampak Pernikahan dini yang terjadi di Kecamatan Mataram dilihat

dari pandangan Hukum Islam dan Hukum Fositif, membahas tentang

fiqih indonesia dalam menjawab pro dan kontra pernikahan dini.Sedang

Peneliti fokus tentang efektivitas pelaksanaan program KB pada

pasangan Muslim di bawah umur dalam mewujudkan Keluarga Sakinah

mawaddah warahmahdi Kabupaten Lombok Tengah, Problematika dan

solusi pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di bawah umur

dalam mewujudkan Keluarga Sakinah mawaddah warahmah di

Kabupaten Lombok Tengah, Pandangan Hukum keluarga Islam terhadap

pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di bawah umur dalam

mewujudkan Keluarga Sakinah mawaddah warahmah di Kabupaten


21
Tesis, yang ditulis oleh Nila Himmawati, Fenomena Pernikahan dini dalam perspektif
Hukum Islam dan Hukum Posistif (Study kasus pada masyarakat kecamatan Kota Mataram”
Institut Agama Islam Negeri Mataram Tahun 2015.
16

Lombok Tengah. Penelitian di atas dengan penelitian ini memiliki

kesamaan pada fokus kajiannya, yaitu membahas tentang perkawinan di

bawah umur. Sedangkan perbedaannya tertelak pada perspektif,

penelitian di atas menggunakan Perspektif hukum Islam dan hukum

Positif, sedangkan peneliti ini hanya menggunakan perspektif Hukum

Keluarga Islam.

4. Jurnal Qawwam yang ditulis oleh Masnun Tahir (2014)22 dengan judul

“Nikah Dini dalam tinjauan Hukum Keluarga Islam Indonesia”

menyimpulkan substansi Hukum Keluarga Islam adalah menciptakan

kemaslahatan sosial bagi manusia pada masa kini dan masa depan.

Hukum Islam bersifat Humanis dan selalu membawa rahmat bagi

semesta alam. Apa yang pernah digaungkan Imam syatiby hal ini

bertujuan agar hukum Islam tetap selalu up to date, relevan dan mampu

merespon dinamika perkembangan zaman. Permasalahan berikutnya

adalah baik kebijakan pemerintah maupun hukum agama sama-sama

mengandung unsur maslahat. Pemerintah melarang pernikahan dini

adalah dengan berbagai pertimbangan, begitu pula agama tidak

membatasi usia pernikahan ternyata juga mempunyai nilai positif.

Sebuah permaslahan yang cukup delematis. Selanjutnya menurut Masnun

Tahir JIka teori fiqih Indonesia ini dikembangkan lebih lanjut, maka bisa

dijadikan counter terhadap praktik nikah dini yang notabene masih

disalahfahami oleh masyarakat muslim Indonesia kebanyakan. Dengan

22
Masnun Tahir,Nikah Dini dalam tinjauan hukum islam. (Mataram jurnal Qawwam,
2014), hal. 24.
17

demikian anggapan bahwa nikah dini diperkenankan oleh agama namun

tidak diperbolehkan menurut hukum adalah keliru dan merupakan wujud

ketidakpahaman mengenai sejarah bangunan konsep pembentukan

hukum syariah pada umumnya, sejarah pembentukan serta lahirnya UU

No.1 tahun 1974 hususnya serta pemahaman dan sosialisasi tentang

konsep dan aplikasi fiqih Indonesia yang mungkin masih menjadi barang

asing bagi muslim Indonesia.23

Penelitian di atas dan penelitian ini keduanya membahas tentang

pernikahan dini atau bawah umur. Perbedaannya terletak pada fokus

yang menjadi kajiannya, penelitian di atas fokus pada pernikahan dini

saja sedangkan penelitian ini fokus kajiannya menyangkut praktik KB

bagi pasangan keluarga pernikahan di bawah umur.

5. Jurnal Pengembangan Humaniora Vol.8 No.2, Agustus 2008. Nur

Hidayati24 menulis judul “ Pernikahan Dini dalam Perspektif

Hukum”yang dalam kesimpulannya menyatakan bahwa pernikahan dini

tidak melanggar dari sisi hukum fiqih, namun dari segi Hukum

pemerintah jelas melanggar , karena pemerintah telah merativikasi dan

membuat undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan

Undang-undang No.23 tentang perlindungan anak Negara harus

meratifikasi Undang-undang No. 1tahun 1974 tentang perkawinan

dengan pendewasaan usia perkawinan di atas usia 18 tahun tanpa

23
Masnun Tahir, Nikah Dini dalam Tinjauan Hukum Kelaurga Islam Indonesia.(Mataram
Jurnal Qawwam,2014), hlm.22.
24
Nur Hidayati, Pernikahan Dini Dalam Perspektif Hukum Islam . (Jurnal
Pengembangan Humaniora:Vol.8 No.2, agustus,2008).
18

membedakan batas minimal usia perkawinan perempuan dan laki-laki

untuk menyelamatkan masa depan anak-anak Indonesia. Penelitian di

atas dan penelitian ini sama-sama mengkaji tentang pernikahan dini

sedangkan perbedaannya terletak pada perspektif. Penelitian di atas

menggunakan perspektif hukum sedangkan penelitian ini menggunakan

perspektif hukum keluarga Islam.

6. Tesis yang ditulis oleh Sri Mulyani (2015)25 dalam penelitian tesisnya

dengan judul “Pola kehidupan perkawinan usia muda dan dampaknya

terhadap keutuhan Rumah Tangga”. Menyimpulkan bahwa faktor

penyebab terjadinya pernikahan dini (di bawah umur) adalah kurangnya

pengetahuan masyarakat di bidang Hukum ,hususnya Undang-Undang

No.1 Tahun 1974, dan karena pengaruh lingkungan serta adanya

pergaulan bebas. Perkawinan usia muda, ternyata berdampak pada sering

terjadinya perselisishan yang sulit dipecahkan dalam rumah tangga dan

akhirnya berdampak pada perceraian. Persamaannya dengan penelitian

ini adalah keduanya membahas tentang perkawinan usia muda sedangkan

perbedaannya terletak pada fokus kajiannya, penelitian di atas fokus pada

dampak perkawinan usia muda, sedangkan penelitian ini mengangkat

problematika penggunaan KB dalam membangun keluarga sakinah

mawaddah warahmah.

25
Sri Mulyani, PolaKehidupan perkawinan usia muda dan Dampaknya terhadap keutuhan
Rumah Tangga, Mataram, Tesis IAIN Mataram 2014.
19

F. Kerangka Teoritik

1. Konsep Efektivitas pelaksanaan Program Keluarga Berencana

Pengertian Efektivitas Dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu

Efektivitas berasal dari kata Efektif yang mempunyai nilai efektif,

pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa

memberikan hasil yang memuaskan, Jadi pengertian efektivitas adalah

pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya suatu kegiatan

untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam

setiap tindakan yang dilakukan.26 Efektivitas digunakan sebagai tolak ukur

untuk membandingkan antara rencana dan proses yang dilakukan dengan

hasil yang dicapai. Sehingga untuk menentukan efektif tidaknya suatu

program maka diperlukan ukuran-ukuran efektivitas. Budiani (2007)

mengatakan terdapat beberapa cara untuk mengukur efektivitas, dan yang

digunakan untuk mengukur efektivitas keluarga berencana dalam

mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. adalah sebagai

berikut:

a. Sasaran Program Merupakan target yang telah ditetapkan pemerintah.

Dalam hal ini sasaran program keluarga berencana terbagi menjadi dua

yaitu, sasaran langsung yakni pasangan usia subur (PUS) dan sasaran

tidak langsungnya adalah pelaksana program KB, dalam menurunkan

fertilitas dengan pendekatan kependudukan.

26
Pasra, dkk, “ Program Keluarga Berencana Dalam Menekan Laju Pertumbuhan
Penduduk Di Kota Riau”, Jurnal Jom Fekom, Vol 1, No 2, (2014), h. 7
20

b.Sosialisasi Program Merupakan titik awal yang menentukan

keberhasilan program dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam

hal ini sosialisasi yang dilakukan oleh badan keluarga berencana dalam

memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada yang menjadi

sasaran program tentang pentingnya program keluarga berencana dalam

menurunkan tingkat fertilitas serta tujuan-tujuan lain yang telah

ditetapkan oleh pemerintah. Keberhasilan Tujuan program Merupakan

sejauhmana organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga

program dapat dijalankan sesuai dengan kemampuan operasionalnya

dan tujuan program keluarga berenckeana dalam menurunkan tingkat

kelahiran, penurunan tingkat mortalitas, pendewasaan usia perkawinan,

serta meningkatkan ketahanan dan kesejakteraan keluarga, dan

meratanya pelaksanaan program KB.

2. Perspektif Hukum Islam Tentang Keluarga Berencana

Dalam rangka membina keluarga bahagia dan sejahtera serta

mengembangkan keturunan, Islam memberikan pedoman kepada

manusia tentang cara-cara berketurunan seperti yang tercantum dalam Al-

Qur’an surat al-Baqarah A :233

ُ‫وَ ٱﻟۡ ﻮَٰ ﻟِ َٰﺪتُ ﯾ ُۡﺮﺿِ ﻌۡ ﻦَ أ َۡو َٰﻟ َﺪھُﻦﱠ ﺣ َۡﻮﻟَﯿۡ ﻦِ ﻛَﺎ ِﻣﻠَﯿۡ ﻦِۖ ﻟِﻤ َۡﻦ أَرَ ا َد أَن ﯾُﺘِ ﱠﻢ ٱﻟﺮﱠﺿَ ﺎ َﻋ َۚﺔ وَ َﻋﻠَﻰ ٱﻟۡ ﻤ َۡﻮﻟُﻮ ِد ﻟَﮫۥ‬
‫ر ِۡزﻗُﮭُﻦﱠ وَ ﻛِﺴۡ َﻮﺗُﮭُﻦﱠ ﺑِﭑﻟۡ ﻤَﻌۡ ﺮُوفِۚ َﻻ ﺗُ َﻜﻠﱠﻒُ ﻧَﻔۡ ﺲٌ إ ﱠِﻻ وُﺳۡ َﻌﮭَ ۚﺎ َﻻ ﺗُﻀَ ﺎٓ ﱠر وَٰ ﻟِ َﺪ ُۢة ﺑِﻮَ ﻟَ ِﺪھَﺎ و ََﻻ‬
ٖ‫ث ﻣِﺜۡ ُﻞ َٰذﻟ ۗ َِﻚ ﻓَﺈ ِۡن أَرَ ادَا ﻓِﺼَ ًﺎﻻ ﻋَﻦ ﺗَﺮَ اضٖ ﻣﱢﻨۡ ﮭُﻤَﺎ وَ ﺗَﺸَﺎوُر‬
ِ ‫ ﻟﱠﮫۥُ ﺑِﻮَ ﻟَ ِﺪۦۚ ِه وَ َﻋﻠَﻰ ٱﻟۡ ﻮَ ا ِر‬ٞ‫ﻣ َۡﻮﻟُﻮد‬
‫ﻓ ََﻼ ُﺟﻨَﺎحَ َﻋﻠَﯿۡ ِﮭ َﻤ ۗﺎ وَ إ ِۡن أَرَدﺗﱡﻢۡ أَن ﺗَﺴۡ ﺘ َۡﺮﺿِ ﻌُﻮٓ ْا أ َۡو َٰﻟ َﺪﻛُﻢۡ ﻓ ََﻼ ُﺟﻨَﺎحَ َﻋﻠَﯿۡ ﻜُﻢۡ إِذَا َﺳﻠﱠﻤۡ ﺘُﻢ ﱠﻣﺎٓ َءاﺗَﯿۡ ﺘُﻢ‬
٢٣٣ ‫ﯿﺮ‬
ٞ ِ‫ﺑِﭑﻟۡ ﻤَﻌۡ ﺮُوفِۗ وَ ٱﺗﱠﻘُﻮ ْا ٱ وَ ٱﻋۡ ﻠَﻤُﻮٓ ْا أَنﱠ ٱ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﻌۡ َﻤﻠُﻮنَ ﺑَﺼ‬
21

Artinya:” Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua


tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan
kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan
cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas
keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Qur’an surat al-Baqarah A :233

Sebagaimana juga terdapat dalam surah al-Ahqāf (46): 15.

َ‫وَ وَ ﺻﱠﯿۡ ﻨَﺎ ٱ ۡﻹِﻧ َٰﺴﻦَ ﺑِﻮَٰ ﻟِﺪَﯾۡ ِﮫ إ ِۡﺣ َٰﺴﻨً ۖﺎ ﺣَ َﻤﻠَﺘۡ ﮫُ أُ ﱡﻣﮫۥُ ﻛ ُۡﺮھٗ ﺎ وَوَ ﺿَ ﻌَﺘۡ ﮫُ ﻛ ُۡﺮھٗ ۖﺎ وَ ﺣَ ﻤۡ ﻠُﮫۥُ وَ ﻓِﺼَٰ ﻠُﮫۥُ ﺛَ َٰﻠﺜُﻮن‬
ٓ‫ﺷَﮭۡ ﺮًاۚ ﺣَ ﺘ ٰ ٓﱠﻰ إِذَا ﺑَﻠَ َﻎ أَ ُﺷ ﱠﺪهۥُ وَ ﺑَﻠَ َﻎ أ َۡرﺑَﻌِﯿﻦَ َﺳﻨَﺔٗ ﻗَﺎلَ رَبﱢ أ َۡوزِﻋۡ ﻨِﻲٓ أ َۡن أَﺷۡ ﻜُﺮَ ﻧِﻌۡ َﻤﺘَﻚَ ٱﻟﱠﺘِﻲ‬
َ‫أَﻧۡ ﻌَﻤۡ ﺖَ َﻋﻠ‬
١٥ َ‫إِﻟَﯿۡ ﻚَ وَ إِﻧﱢﻲ ﻣِﻦَ ٱﻟۡ ﻤُﺴۡ ﻠِﻤِﯿﻦ‬

Artinya: “ Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada


dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah
aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku
dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh
yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi
kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada
Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah
diri".(Qs. surah al-Ahqāf (46): 15.).27
Dengan prinsip kedua ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa dalam mengembangkan keturunan harus berdasarkan

perencanaan yang matang, baik dari segi jarak kelahiran antara satu

27
Al-Qur’an dan Terjemah, Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2016.
22

kelahiran dengan kelahiran berikutnya maupun jumlah keluarga yang

disesuaikan dengan kemampuan keluarga. Islam telah mengajarkan

cara pengaturan kelahiran dengan interval selama 3-4 tahun sekali

untuk melahirkan anak. Dengan demikian Islam bukan saja

membolehkan Keluarga Berencana, bahkan menganjurkan dan

mengajarkan cara merencanakan keluarga.28

Kebolehan melaksanakan Keluarga Berencana harus

didasarkan kepada motivasi (niat) yang baik, dalam keadaan tertentu

dan juga dengan cara yang bersifat sementara. Sebab kebolehan

melaksanakan Keluarga Berencana dalam Islam hanya merupakan

jalan keluar (rukhs̟ah) bagi suatu keluarga untuk mengadakan

keseimbangan dan kepentingan dalam hidup berkeluarga atau

bermasyarakat dan bernegara untuk mengatasi kesukaran (mud̟arat)

dan kebutuhan (hajat).29

Banyak ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi yang berhubungan

dengan persoalan keluarga, baik menyangkut perkawinan, pendidikan

anak, tanggung jawab suami-isteri sampai kepada persoalan nafkah dan

keberlanjutan generasi. Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan

dengan permasalahan keluarga berencana, antara lain:

a. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Keluarga Berencana (KB)

28
Faried Ma‟ruf Noor, Menuju Keluarga Sejahtera & Bahagia, (Bandung:penerbit tidak
tercantum, 1974), hlm. 51
29
N. Sholihat, “Penerapan Maqās̟ id Asy-Syarī‟ah Dalam Ijtihad Majelis Ulama Indonesia
dan Muhammadiyah Mengenai Masalah Keluarga Berencana”, Skripsi tidak diterbitkan
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2002), hlm. 81.
23

Ayat-ayat al-Qur’an yang dapat di jadikan dalil tentang

keluarga berencana antara lain:

1) Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 9 sebagai berikut :



   ۡ‫وَ ﻟۡ ﯿ َۡﺨﺸَﭑﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﻟ َۡﻮ ﺗَﺮَ ﻛُﻮ ْا ﻣ ِۡﻦ ﺧَ ﻠۡ ﻔِﮭِﻢۡ ذُرﱢ ﯾﱠﺔٗ ﺿِ َٰﻌﻔًﺎ ﺧَ ﺎﻓُﻮ ْا َﻋﻠَﯿۡ ﮭِﻢ‬
‫ﻗ َۡﻮ ٗﻻ َﺳﺪِﯾﺪًا‬
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar. (Qs. An-Nisa:9).

Ayat ini memberi petunjuk kepada kita bahwa Allah

menghendaki jangan sampai kita meninggalkan keturunan yang kalau

kita sudah meninggal dunia yang fana ini, menjadi umat dan bangsa

yang lemah. Karena itu, kita harus bertakwa kepada Allah dan

menyesuaikan perbuatan kita dengan ucapan yang telah kita ikrarkan.

Kita telah ikrar bahwa kita akan membangun masyarakat dan negara

dalam segala bidang materil dan spiritual untuk mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. Dan

salah satu usaha untuk mencapai tujuan pembangunan itu adalah

dengan melaksanakan KB.

Dari ayat di atas memberi petunjuk kepada kita bahwa kita

perlu melaksanakan perencanaan keluarga atas dasar mencapai

keseimbangan antara mendapatkan keturunan dengan :

a). Terpeliharanya kesehatan ibu anak, terjaminnya keselamatan jiwa

ibu karena beban jasmani dan rohani selama hamil, melahirkan,


24

menyusui, dan memlihara anak, serta timbulnya kejadian-kejadian

yang tidak diinginkan dalam keluarganya.

b). Terpeliharanya kesehatan jiwa, kesehatan jasmani dan rohani anak

serta tersedianya pendidikan bagi anak.

c). Terjaminnya keselamatan agama orang tua yang dibebani kewajiban

mencukupkan kebutuhan keluarga.

Berhubung dengan hal-hal tersebut diatas, maka dapat

dipahami :

a). Seorang ayah sebagai kepala keluarga wajib bertanggung jawab

atas kesejahteraan anak dan istrinya.

b). Seorang ibu tidak dibenarkan menderita karena anaknya, demikian

pula ayahnya dan ahli warisnya.

c). Tentang penderitaan seorang ibu terdapat isyarat/petunjuk yang

dapat difahami dalam surat Al-Baqarah ayat 233 dan surat luqman

ayat 14, yaitu lamanya 2 tahun, dan surat Al-Ahqaf ayat 15

lamanya 30 bulan.

d). Sesuai dengan ilmu kesehatan, bahwa selama si ibu menyusui

anaknya ia dapat tidak mengalami menstsruasi dan ini berarti

selama 2 tahun meneteki, ia dapat tidak hamil; sehingga dengan

demikian dapat diambil pengertian dari ayat-ayat tersebut bahwa

ibu hendaknya mengatur jarak antara dua kehamilan/kelahiran

minimal selama 30 bulan =2,5 tahun dan bisa dibulatkan 3 tahun.

Waktu 2,5 sampai 3 tahun sebagai jarak antara


25

kehamilan/kelahiran memang baik menurut ilmu kesehatan, karena

si ibu memang memerlukan waktu tersebut untuk menjaga

kesehatannya pada waktu hamil agar kandungannya selamat dan ia

perlu menyusui dan merawat bayinya dengan seksama. Kemudian

ia perlu merehabilitasi (memperbaiki) dirinya sendiri.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 233 dijelaskan perlunya

musyawarah antara suami-isteri dan adanya persetujuan dari keduanya

jika ingin menyapih anaknya lebih cepat dari 2 tahun. Dan ini berarti

pengaturan/penjarangan kehamilan/kelahiran itu mutlak diperlukan

musyawarah antara suami-isteri dan adanya persetujuan dari mereka

yang bersangkutan.30

b. Hadis-hadis Nabi tentang Keluarga Berencana (KB)

Mengenai hadis-hadis yang dapat diajadikan referensi atau

dalil tentang permasalahan KB antara lain adalah sebagai berikut :

‫ا ﻧﻚ ا ن ﺗﺰر و ر ﺛﺘﻚ ا ﻏﻨﯿﺎ ء ﺧﯿﺮ ﻣﻦ ا ن ﺗﺰ ر ھﻢ ﻋﺎ ﻟﺔ ﯾﺜﻜﻔﻔﻮ ن ا ﻟﻨﺎ س‬


31
( ‫) ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﯿﮫ‬

Sesunggunya lebih baik kamu meninggalkan ahli warismu dalam


keadaan kaya daripada meninggalkan mereka menjadi beban dan
meminta-minta kepada orang banyak”.(HR.Bukhari dan Muslim.dari
Sa’ad bin Abi waqqas ra.).
Hadis ini memberi petunjuk bahwa faktor kemampuan

suami-istri untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya hendaknya

30
Masjfuki Zuhdi, Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia,(Surabaya: Bina Ilmu,
1982), hlm.17.
31
M.Ali Hasan, Masail Fiqhiyah pada Masalah-masalah Kontemporer Hukum Islam
hlm.47.
26

dijadikan pertimbangan mereka yang ingin menambah jumlah anaknya.

Bahkan faktor kemampuan memikul beban keluarga dapat dijadikan

pertimbangan oleh seseorang untuk menunda perkawinannya,

sebagaimana firman Allah swt dalam surat An-nur ayat 33:

…‫َﻀﻠِ ِﮫ‬
ۡ ‫وَ ﻟۡ ﯿَﺴۡ ﺘَﻌۡ ﻔِﻒِ ٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ َﻻ ﯾَﺠِ ﺪُونَ ﻧِﻜَﺎﺣًﺎ ﺣَ ﺘ ٰﱠﻰ ﯾُﻐۡ ﻨِﯿَﮭُ ُﻢ ٱ ﻣِﻦ ﻓ‬

Artinya: “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah


menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka
dengan karunia-Nya. (QS.An-nur Ayat: 33)32
Sabda Nabi saw.

‫اﻟﻤﺆﻣﻦ ا ﻟﻘﻮي ﺧﯿﺮواﺣﺐ ا ﻟﻰ‬

Artinya:"Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih di sukai
Allah daripada orang mukmin yang lemah”.(HR.Muslim dari Abu
hurairah).33
Hadis ini memberi petunjuk/peringatan bahwa Islam lebih

menghargai kualitas daripada kuantitas dan yang dimaksud dengan

orang mukmin yang kuat disini ialah orang mukmin yang mempunyai

kekuatan mental maupun fisik, moril maupun materil, sehingga dapat

benar-benar mencerminkan kekuatan Islam sendiri.

c. Hukum Islam tentang KB

Dalam al-Qur’an dan Hadits Islam tidak di temukan nash

yang sharih (clearstaetmant) yang memerintahkan atau melarang ber-

KB. Oleh karena itu, hukum ber-KB sebaiknya kita kembalikan

kepada kaidah :

32
Al-Qur’an & Terjemah Provinsi Nusa Tenggara Barat,2016.
33
Ibid, hlm.12.
27

" ‫اﻻﺻﻞ ﻓﻰ ا ﻻ ﺷﯿﺎء واﻻ ﻓﻌﺎ ل اﻻﺑﺎ ﺣﺔ ﺣﺘﻰ ﯾﺪ ل ا ﻟﺪ ﻟﯿﻞ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺮ ﯾﻤﮭﺎ‬

Pada asalnya segala sesuatu/perbuatan itu boleh sampai ada dalil


yang menunjukkan keharamannya.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Seseorang yang melakukan program KB tidak terlepas dari

situasi dan kondisi yang melingkarinya, baik kondisi yang

berhubungan dengan pribadi; seperti masalah kesehatan dan ekonomi

ataupun yang berhubungan dengan kondisi negara yang berusaha

menekan tingkat pertumbuhan, bisa saja mubah, haram,bisa juga

wajib sesuai dengan kondisi. Dengan demikian, selain kaidah di atas,

kaidah lain yang dapat dijadikan landasan adalah:

‫ﺗﻐﯿﺮاﻻﺣﻜﺎم ﺑﺘﻐﯿﺮاﻻزﻣﻨﺔ واﻻﻣﻜﻨﺔ واﻻﺣﻮال‬


“Hukum itu berubah sesuai dengan perubahan waktu, tempat dan
keadaan.”34
d. Motivasi ber-KB dan hukumnya

Terdapat beberapa motivasi yang mendorong seseorang

untuk melakukan KB. Dari motivasi dan kondisi yang di hadapi oleh

orang yang ber-KB, maka akan dapat di tentukan hukumnya. Menurut

Yusuf Qardhawi dalam bukunya al-Halal wa al-Haram yang

mengemukakan bahwa melestarikan keturunan merupakan tujuan

utama dari sebuah perkawinan dan halal itu dapat dicapai melalui

kelahiran anak.

Pada asalnya Islam menganjurkan umatnya untuk

membangun sebuah keluarga yang mempunyai banyak keturunan. Hal

34
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah pada Masalah-masalah Kontemporer Hukum
Islam.hlm.47.
28

ini dapat dipahami secara tekstual dari kandungan beberapa Hadis

Rasulullah berikut ini :

‫ﻣﻦ ﺗﺮك ا ﻟﺰ و ا ج ﻣﺤﺎ ﻓﺔ ا ﻟﻌﯿﺎ ل ﻓﻠﯿﺲ ﻣﻨﺎ‬

Siapa yang tidak menikah karena khawatir menanggung beban


keluarga, maka bukan termasuk golongan kami.”

Hadis lain yang senada juga mengatakan :

‫ﺗﺰوﺟﻮا ا ﻟﻮ ﻟﻮ د ا ﻟﻮ د و د ﻓﺎ ﻧﻰ ﻣﻜﺎ ﺛﺮ ﺑﻜﻢ ا ﻻ ﻣﻢ ﯾﻮم اﻟﻘﯿﺎﻣﺔ‬

Nikahlah olehmu wanita yang berbakat banyak anak dan setia/sayang


sesungguhnya aku akan merasa bangga akan banyaknya jumlahmu di
antara umat para Nabi kelak di hari kiamat”. (HR.Ahtmad).35
Secara tekstual, dari pemahaman beberapa hadis seperti

tersebut di atas terdapat perintah bagi umat Islam untuk

memperbanyak anak keturunan. Namun, pemahaman Nash di atas

hendakya tidak berhenti pada pemahaman teks belaka, namun harus di

pahami sejalan dengan konteks yang ada.

Menurut Yusuf Qardhawi, terdapat macam dispensasi bagi

orang Islam di dalam mengatur dan membatasi kelahiran anak, jika di

temukan alasan rasional dan kondisi darurat yang dapat dijadikan

alasan. Di antara kondisi darurat itu adalah :

1) Kehawatiran terhadap nasib hidup sang ibu dan kesehatannya

dikarenakan dari beban yang di akibatkan dari hamil atau

melahirkan yang dapat menyebabkan si ibu binasa. Kebenarannya

35
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Hadis Shahih Bukhari dan Muslim, hlm.342.
29

harus di dasari oleh sebuah penelitian atau informasi dari dokter

yang professional. Hal ini diperkuat oleh firman Allah SWT.

١٩٥…‫و ََﻻ ﺗُﻠۡ ﻘُﻮ ْا ﺑِﺄَﯾۡ ﺪِﯾﻜُﻢۡ إِﻟَﻰ ٱﻟﺘﱠﮭۡ ﻠُ َﻜ ِﺔ‬

Artinya: “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri


kedalam kebinasaan….(QS.al-Baqarah (2):195).36

2) Kehawatiran jatuh kedalam kesulitan duniawi yang akan berimbas

kepada kesulitan dalam menjalankan perintah agama sehingga di

mungkinkan akan menerima sesuatu yang haramdan melakukan

sesuatu yang di larang demi untuk anak, Allah swt berfirman :

٦ …‫…ﯾُﺮِﯾ ُﺪ ٱ ﻟِﯿ َۡﺠﻌَﻞَ َﻋﻠَﯿۡ ﻜُﻢ‬

Artinya:“Allah tidak akan menyulitkan hidup mu.


(Al-Maidah A: 6)

3) Kehawatiran terhadap kesehatan dan pendidikan anak di

karenakan faktor ekonomi yang dapat membawa kepada

kekufuran. Dalam kitab sahih Muslim, Dari usamah bin Zaid

bahwasanya seseorang datang kepada Rasulullah SAW. Ia

berkata, “Ya Rasulullah aku melakukan azl (membuang sperma

keluar Rahim, ketika puncak orgasme) terhadap istriku

“Rasulullah menjawab,”Kenapa kau lakukan itu ?”Orang itu

menjawab ,”Aku kasihan terhadap anak-anak.”Maka Rasulullah

menjawab ,”Seandainya anak ini rusak, maka akan musnahlah

negara Persia dan Romawi.”

36
Al-Qur’an dan Terjemah, Nusa Tenggara Barat,hlm.27.
30

Sejalan dengan pendapat Yusuf Qardhawi yang

membolehkan tentang KB, Masfuk Zuhdi menambahkan bahwa

seorang Muslim yang melaksanakan KB dengan motivasi yang

bersifat pribadi seperti untuk menjarangkan kehamilan/keturunan atau

untuk menjaga kesegaran, kesehatan, dan kelangsingan sang ibu

hukumnya boleh.

Selain motivasi pribadi sebagaimana tersebut di atas, orang

yang berKBjuga punya motivasi yang bersifat kolektif yang telah

dicanangkan secara nasional seperti untuk kesejahteraan masyarakat

atau negara maka hukumnya bisa sunah bahkan wajib. Sebagaimana

dijelaskan dalam kaidah usul fiqh yang artinya yaitu: “Menolak

kerusakan lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan”.

Hal ini tergantung kepadakondisi sebuah negara dilihat dari

pertumbuhan penduduknya, apakah sudah over populated (terlalu

padat penduduknya) atau karena faktor wilayah pemukimannya,

seperti tempat tinggal, pertanian, pendidikan dan sebagainya yang

sudah benar-benar overloaded (Terlalu sarat) sehingga wilayah yang

bersangkutan tidak sanggup lagi mendukung kebutuhan penduduk

secara normal.

Mengatur angka kelahiran dalam rangka mewujudkan

keluarga yang bahagiaterpenuhi segala kebutuhannya baik jasmani

dan rohani merupakan usaha yang harus dilakukan oleh setiap

keluarga. Mulai dari kesehatan, Pendidikan, sandang, pangan dan


31

papannya. Tanggung jawab ini merupakan perintah Allah SWT

kepada semua penanggung jawab keluarga terutama sang suami.

Usaha ini tidaklah bertentangan dengan keyakinan kita kepada Allah,

bahwa Allah maha pemberi rezeki.Permasalahannya adalah ber-KB

yang di hubungkan dengan keraguan terhadap Allah sebagai Dzat

pemberi rezeki sehingga harus membatasi anak dengan dua saja, maka

dalam hal ini menurut hemat penulis, tidak dapat di benarkan .

Yang harus dicita-citakan adalah bagaimana umat Islam

terutama di Indonesia memiliki jumlah terbesar secara kuantitatif

tetapi juga berkualitas tinggi dari segi akidah, ekonomi, pendidikan

dan sebagainyasehingga menjadi umat yang terbaik. Sebab hadis

Rasulullah yang memerintahkan untuk memperbanyak anak keturunan

itu menurut hemat penulis harus juga diiringi dengan hadis lain yang

memerintahkan peningkatan kualitas sumber daya manusianya.

Apalah artinya untuk kejayaan Islam, jika hanya besar dari segi

jumlah, tetapi minim secara kualitas.Islam mewajibkan untuk

menciptakan keluarga berkualitas dengan mengatur angka kelahiran

rasional demi kesejahteraan anak tanpa harus membatasi jumlah anak.

Islam mengharamkan program keluarga yang hanya menitik tekankan

pada pembatasan angka kelahiran”cukup dua saja, laki perempuan

sama”karena secara kuantitas hal ini akan tidak menguntungkan bagi

umat islam.
32

Selanjutnya istilah Keluarga Berencana, oleh presiden

Abdurrahman Wahid, diganti dengan keluarga berkualitas, karena

yang menjadi titik tekan pada program keluarga berkualitas bukan

membatasi jumlah anak, tapi kualitas anak. Membatasi jumlah anak

tidak identik dengan peningkatan kualitas anak.37

2. Penegasan Istilah

a. Pengertian Keluarga Berencana (KB)

Keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang terkecil di

dalam masyarakat, yang di ikat oleh tali perkawinan yang sah. Jadi

keluarga disini adalah keluarga inti, yang menurut istilah jawa

disebut batih38, atau menurut inggris di sebut nuclear family,39yang

terdiri dari suami-istri dan anak-anak; bukan extended family atau

keluarga luas/besar, yang terdiri dari keluarga inti ditambah anggota

keluarga lain yang dekat, baik yang masih ada hubungan darah

(nasab) seperti bapak/ibu, saudara sekandung, maupun yang ada

hubungan perkawinan, seperti mertua atau ipar.

Keluarga Berencana (KB) adalah istilah resmi yang dipakai

di lembaga-lembaga negara Indonesia seperti Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Istilah KB ini mempunyai

arti yang sama dengan istilah yang umum dipakai di dunia

internasional,seperti International Planned Parenthood Federation

37
Ibid, 27.
38
Keluarga Batih : keluarga yang hanyaterdiri atas suami, istri (suami atau istri) dan anak;
keluarga inti.
39
extended family: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) : Orang seisi rumah
yang menjadi tanggungan seseorang.
33

(IPPF), yaitu nama sebuah organisasi KB tingkat internasional

dengan kantor pusatnya di Londen.40Keluarga Berencana juga

mempunyai arti yang sama dengan istilah arab, yaitu ‫ ﺗﻨﻈﯿﻢ اﻟﻨﺴﻞ‬yang

berarti pengaturan keturunan/kelahiran, bukan ‫ﺗﺤﺪ ﯾﺪ ا ﻟﻦ ا اﻟﺴﻞ‬atau

Birth Control(inggris) yang mempunyai arti pembatasan kelahiran.41

Keluarga Berencana/Family Planning atau Planned

Parenthood berarti pasangan suami-isteri telah mempunyai

perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anak/anak-anaknya

diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa

gembira dan syukur. Dan pasangan suami isteri tersebut juga telah

merencanakan beberapa anak yang dicita-citakan, yang di sesuaikan

dengan kemampuan sendiri dan situasi kondisi masyarakat dan

negaranya. Jadi Keluarga Berencana/Family Planning atau Planned

Pharenthood itu ditiitk beratkan pada perencanaan, pengaturan dan

pertanggung jawaban orang terhadap anggota-anggota keluarganya.

Berbeda dengan istilah Birth Control yang artinya

pembatasan/penghapusan kelahiran. Istilah Birth Control ini bisa

mempunyai konotasi yang negatif, karena bisa mencakup

kontrasepsi, sterilisasi, Aborsi, dan penundaan kawin sampai usia

lanjut sebagaimana yang disarankan oleh Malthus (1766-1834)

bahwa untuk mengatasi fertility of men dan fertility of soil

(Kesuburan manusia dan kesuburan tanah) yang tidak seimbang

40
Ibid ., hlm.54.
41
M. Mahmud Syaltut,Op.cit., hlm.294-297.
34

sebagai deret ukur berbanding dengan deret hitung artinya, bahwa

manusia berkembang biak secara deret ukur, yaitu: 1-2-4-8-16 dan

seterusnya. Sedangkan pertambahan bahan makanan hanya secara

deret hitung, yaitu: 1-2-3-4-5-6 dan seterusnya.42

Jadi Keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur

kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan

melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak

reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.

b. Peraturan Pemerintah tentang Keluarga Berencana

Organisasi keluarga berencana dimulai dari pembentukan

Perkumpulan Keluarga Berencana pada tanggal 23 Desember 1957

di gedung Ikatan Dokter Indonesia. Nama perkumpulan itu sendiri

berkembang menjadi perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

(PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood Federation (IPPF). Pada

tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen

Kehakiman. Kelahiran Orde Baru pada waktu itu menyebabkan

perkembangan pesat usaha penerangan dan pelayanan KB diseluruh

wilayah tanah air.Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra

pada tanggal 11 Oktober 1968 mengeluarkan Surat Keputusan No.

35/KPTS/Kesra/X/1968 tentang Pembentukan Tim yang akan

mengadakan persiapan bagi Pembentukan Lembaga Keluarga

Berencana. Setelah melalui pertemuan-pertemuan Menkesra dengan

42
Masjfuk Zuhdi, Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia (Surabaya: Bina
ilmu,1982), hlm.6-9.
35

beberapa menteri lainnya serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat

dalam usaha KB, Maka pada tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk

Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan Surat

Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembaga ini statusnya

adalah sebagai Lembaga Semi Pemerintah.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

dibentuk berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan sebagai Kepala

BKKBN adalah dr. Suwardjo Suryaningrat. Dua tahun kemudian,

pada tahun 1972 keluar Keppres No. 33 Tahun 1972 sebagai

penyempurnaan Organisasi dan tata kerja BKKBN yang ada. Status

badan ini berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementrian

yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada presiden

melalui Mentri Kesehatan. BKKBN mempunyai tugas melaksanakan

tugas pemerintahan dibidang pengendalian penduduk dan

penyelenggaraan keluarga berencana. Dasar hukum Peraturan

Presiden Nomor 62 Tahun 2010. Dalam melaksanakan tugas,

BKKBN menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan Kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk

dan penyelenggara Keluarga Berencana.

2. Penetapan norma, standard,prosedur,dan kriteria di bidang

pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana

3. Penyelenggara komunikasi dan imformasi dan edukasi di bidang

pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.


36

4. Pembinaan pembimbingan dan fasilitasi di bidang pengendalian

penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.43

3. Konsep Sakinah Mawaddah warahmah

Hidup berpasang-pasangan merupakan fitrah makhluk hidup di

dunia. Namun hanya manusialah satu-satunya makhluk Allah yang

mampu membungkus fitrah hidup dalam sebuah ikatan perkawinan.

Salah satu tujuan perkawinan adalah terbentuknya keluarga yang

harmonis. Dalam Islam keluarga harmonis adalah keluarga sakinah,

mawaddah, wa rahmah. Mewujudkan sebuah keluarga sakinah memang

bukanlah hal yang mudah. Perlu adanya upaya yang mengarah pada

proses tersebut. Antara lain kesadaran anggota keluarga, sosialisasi,

bimbingan dan dorongan kepada mereka untuk menanamkan nilai-nilai

pembentukan keluarga sakinah. Masih banyak rumah tangga yang

dilanda konflik atau pertengkaran sehingga berimbas pada rusaknya

tatanan keluarga mulai dari anak sampai lingkungan yang bersifat makro.

Krisis dalam rumah tangga bukanhanya terjadi dikalangan orang biasa

melainkan juga banyak terjadi pada lapisan atas tidak terkecuali kalangan

publik figur atau selebritis. Dalam pandangan Dalam pandangan al-

Qur’an salah satu tujuan al-qur’an adalah menciptakan sakinah,

mawaddah, dan rahmah antara suami, istri, dan anakanaknya. Hal ini

ditegaskan dalam QS. Ar-Rum: 21.

‫ﻖ ﻟَﻜُﻢ ﻣ ۡﱢﻦ أَﻧﻔُﺴِ ﻜُﻢۡ أ َۡز َٰو ٗﺟﺎ ﻟﱢﺘَﺴۡ ُﻜﻨُﻮٓ ْا إِﻟَﯿۡ ﮭَﺎ وَ ﺟَ ﻌَﻞَ ﺑَﯿۡ ﻨَﻜُﻢ ﻣﱠﻮَ دﱠةٗ وَ رَ ۡﺣ َﻤ ًۚﺔ‬
َ َ‫وَ ﻣ ِۡﻦ ءَا َٰﯾﺘِ ِٓۦﮫ أ َۡن ﺧَ ﻠ‬
٢١ َ‫ﻷﯾَٰﺖٖ ﻟﱢﻘ َۡﻮ ٖم ﯾَﺘَﻔَ ﱠﻜﺮُون‬
ٓ َ َ‫إِنﱠ ﻓِﻲ َٰذﻟِﻚ‬

43
www.bkkbn.go.id: sejarah BKKBN, 2016.
37

Artinya:”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia


menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.( QS. Ar-
Rum: 21).
Kata sakinah, dalam QS. Al-Rum ayat 21 diatas, dalam al-

qur’an ditafsirkan dengan cenderung dan tenteram. Penafsiran ini tidak

jauh berbeda dengan penafsiran yang dikemukakan oleh mufassir

lainnya. Mufassir Indonesia Qurais hihab menjelaskan bahwa Adanya

sakinah/ketenteraman. merupakan modal yang paling berharga dalam

membina rumah tangga bahagia. Dengan adanya rumah tangga yang

bahagia, jiwa dan pikiran menjadi tenteram, tubuh dan hati mereka

menjadi tenang, kehidupan dan penghidupan menjadi mantap, kegairahan

hidup akan timbul, dan ketentraman bagi laki-laki dan perempuan secara

menyeluruh akan tercapai.44 .Keluarga adalah unit kecil yang mempunyai

pimpinan dan anggota mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak

dan kewajiban bagi masingmasing anggotanya. Keluarga adalah sekolah

tempat putra-putri bangsa belajar. Islam sangat mementingkan

pembinaan pribadi dan keluarga. Pribadi yang baik akan melahirkan

keluarga yang baik, sebaliknya pribadi yang rusak akan

melahirkankeluarga yang rusak.

Konsep sakinah, dalam QS. al-Rum ayat 21, ditafsirkan dengan

cenderung dan tenteram. Penafsiran ini tidak jauh berbeda dengan

44
Amir Syarifudin,Hukum Perkawinan Islam Indonesia (Jakarta Kencana,2007), hlm 18.
38

penafsiran yang dikemukakan oleh mufassir lainnya. Sedangkan dalam

menafsirkan konsep mawaddah dan rahmah ditAfsirnya Departemen

Agama merujuk kepada berbagai pendapat para ulama, sehingga apa

yang dijelaskannya, menurut penulis sifatnya mengakomodir dari

berbagai pendapat. Misalnya, pendapat Mujahid dan Ikrimah yang

berpendapat bahwa kata mawaddah adalah sebagai kata ganti

“nikah”(bersetubuh), sedangkan kata rahmah sebagai kata ganti anak.

Ada yang berpendapat bahwa mawaddah tertuju bagi anak muda, dan

rahmah bagi orang tua. Ada pula yang menafsirkan bahwa mawaddah

ialah rasa kasih sayang yang makin lama terasa makin kuat antara suami

istri.45

G. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan mengandung pokok bahasan mengenai

Efektivitas pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim bawah umur

dalam mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah di Kabupaten

Lombok Tengah. Metode penelitian yang di gunakan adalah deskriptif

Kualitatif yaitu pengolahan data yang di dasarkan pada hasil studi di

lapangan yang kemudian dipadukan dengan data yang di peroleh dari studi

kepustakaan dan tinjauan Hukum Islam, sehingga dapat diperoleh data yang

akurat, sedangkan terhadap permasalahanannya digunakan pendekatan yuridis

sosiologis fenomenologis, artinya di dalam menghadapi permasalahan yang di

45
Shihab, Quraish, Keluarga Sakinah, Dalam Jurnal Bimas Islam, Vol. 4 N0.1, Tahun 2011.
39

bahas berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku yang kemudian di

hubungkan dengan fakta-fakta lapangan.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dari rumusan masalah dalam penelitian ini. Penelitian yang hendak

dilakukan dikategorikan sebagai pendekatan yuridis sosisologis

fenomenologis, yaitu didalam menghadapi permasalahan (Efekivitas

pelaksanaan program KB pada pasangan perkawinan Muslim di bawah

umur dalam mewujudkan Keluarga Sakinah mawaddah warahmah di

Kabupaten Lombok Tengah) kemudian dihubungkan dengan fenomena

yang terjadi dalam masyarakat. Pendekatan seperti yang disebut diatas,

bertujuan untuk meneliti kaidah-kaidah hukum yang terkandung di

dalamnya, terkait satu sama lain secara logis, dan apakah norma hukum

tersebut mampu menampung permasalahan hukum yang ada, sehingga

tidak ada kekurangan hukum dan apakah peroses norma-norma hukum

tersebut tersusun secara hirarki.46

Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran secara mendalam

tentang, Efekivitas pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di

bawah umur dalam mewujudkan Keluarga sakinah mawaddah warahmah

diKabupaten Lombok Tengahdalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif, sebagaimana menurut J. Moleong bahwa metode

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

46
Muhammad Jafar Anwar, Pedoman Praktis Penelitian,(Jakarta: Pro deleader,2016), 74.
40

dapat diamati dan diarahkan pada latar dan individu secara utuh. Tujuan

dari penelitian kualitatif ini ialah mencari dan memperoleh informasi

yang mendalam dan luas.47Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian

dalam penelitian ini adalah pasangan perkawinan di bawah umur yang

melaksanakan program KB dalam mewujudkan keluarga kecil yang

bahagia dan sejahtera.

Dengan digunakannya metode penelitian kualitatif, maka data yang

didapat lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga

tujuan penelitian dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini, bukan

karena metode ini lebih trendy, tetapi permasalahannya lebih tepat

dicarikan jawabannya dengan metode kualitatif. Dengan metode

kuantitatif tidak akan bisa ditemukan data yang bersifat peroses kerja,

perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang luas dan mendalam, norma,

sikap mental, etos kerja dan budaya yang dianut seseorang maupun

kelompok orang dalam lingkungan kerjanyadengan metode kuantitatif

hanya dapat digali fakta-fakta yang bersifat empirik dan terstrukur. Fakta-

fakta yang tidak tampak oleh indra akan sulit diungkapkan. Tetapi dengan

metode kualitatif, maka akan dapat diperoleh data yang lebih tuntas dan

pasti, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi. Karena itulah kemudian

peneliti lebih cenderung menggunakan metode penelitian kualitatif.48

Sedangkan pendekatan yang peneliti gunakan untuk mengungkapkan dan

menggali data adalah dengan menggunakan studi kasus dengan tujuan


47
Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007,
23.
48
Sugiono,Memahami Penelitian Kualitatif…,10.
41

untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan

interaksi lingkungan suatu unit sosial, individual, kelompok atau

masyarakat.49

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini dengan pendekatan kualitatif, yang menjadi

instrumen atau alat dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri,

sebagaimana menurut Nurul Ulfatin, pada penelitian kualitatif, kehadiran

peneliti di lapangan mutlak diperlukan.50Dalam penelitian ini, peneliti

datang langsung ke lokasi penelitian yaitu di sebagian daerah Kabupaten

Lombok Tengah yaitu di praya, di tanak Awu, di pringgarata, di tatak

Desa Tanak Awu di sengkol Kecamatan Pujut dan sebagainya. peneliti

melakukan wawancara, observasi, dan pengambilan data dilapangan, maka

dari itu, kehadiran peneliti di lokasi penelitian menjadi sangat penting,

karena untuk mendapatkan data yang utuh.

3. Data dan Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah subjek dari data itu sendiri, yang

mana apabila didalam penelitiannya menggunakan interview atau

wawancara sebagai alat mengumpulkan data, maka sumber data itu

disebut responden yaitu orang yang menjawab pertanyaan peneliti,

baik berbentuk tulisan maupun lisan, apabila peneliti menggunakan

observasi maka sumber dari datanya berupa gerak, peroses sesuatu,

49
Sumadi suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Raja Wali, 1988), hlm. 23,.
50
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Ilmiah (Jakarta: rineka Cipta, 1994), hlm.175.
42

ataupun situasi.51 Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini,

bersumber dari dua data yaitu, data primer dan sekunder.

a. Data primer diperoleh peneliti dari kata-kata lisan (verbal) dan perilaku

informan, data primer akan peneliti peroleh dari para informan

dengan teknik pemilihan informan yaitu bersifat purposive, yaitu

orang yang dipilih dalam data primer yang mengetahui data itu

sesuai dengan fokus penelitian. Adapun informen kunci nantinya

ketika dalam penyusunan Tesis ini adalah pasangan perkawinan di

bawah umur yaitu pasangan suami istri yang menikah berkisar di bawah

usia 18 tahun di Kabupaten Lombok Tengah, petugas pelayanan KB di

puskesmas Lombok Tengah, Kepala BKKBN sesuai data yang

dibutuhkan dan Kepala KUA Pujut Lombok Tengah .

b. Sedangkan data sekunder berupa studi pustaka yang bertujuan untuk

memperoleh landasan teori yang bersumber dari buku-buku, dokumen-

dokumen, dan literatur-literatur lain yang berhubungan dengan

penelitian ini. Seperti kepustakaan, perundang-undangan dan profil

Desa Tanak awu di Kecamatan Pujut serta data-data pendukung

lainnya.

Jenis penelitian lapangan ini dimaksudkan agar dapat

diperoleh fakta, data dan informasi yang lebih obyektif dan akurat

mengenai Efektivitas pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim

di dalam mewujudkan Keluarga sakinah mawaddah warahmah di

51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, cet.15, Jakarta:
Rineka Cipta, 2014, 172.
43

Kabupaten Lombok Tengah, kajian kepustakaan yang peneliti lakukan

dengan mempelajari atau menelaah dan mengkaji buku-buku yang erat

kaitannya dengan masalah yang dibahas.

4. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis di dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menghasilkan data,52 dibutuhkanlah metode yang sangat

berpengaruh besar terhadap validitas dan kualitas data yang akan

memberikan pengaruh besar terhadap kualitas dan obyektifitas data

hasil penelitian.

Adapun metode yang peneliti pakai dalam penelitian ini

adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

a. Metode Observasi

Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi

dari gejala atau fenomena (peristiwa/kejadian) secara sistematis dan

didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan.53

Observasi dilakukan tatkala peneliti mengamati pelaksanaan

program KB yang dilakukan oleh pasutri (pasangan suami istri) usia

muda, observasi ini bertujuan untuk memperoleh data real tentang

kondisi nyata. Adapun hal-hal yang ingin didapatkan secara utuh

melalui observasi ini adalah, mengamati pelaksanaan program KB

yang dilakukan oleh pasutri yang melakukan pernikahan di bawah


52
Suharsimi ari kanto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik,( Jakarta : Rineka
Cipta,1996), hlm.106.
53
.Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2001), hlm.91.
44

umur, problematika yang dihadapi oleh para pelaku perkawinan di

bawah umur yang melaksanakan program KB dan solusi efektip

yang bisa diberikan kepada para pasutri tersebut serta faktor

pendukung dan penghambat pelaksanaan program KB pada pelaku

perkawinan di bawah umur.

Observasi dilakukan untuk mengadakan pengamatan

langsung dilapangan guna mencari data yang dibutuhkan serta

menemukan permasalahan yang berkaitan denganEfekivitas

pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di bawah umur

dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah di

Kabupaten Lombok Tengah.

b. Metode wawancara

Teknik wawancara dilakukan untuk menghimpun data-data

penelitian yang bersifat non-observasi atau teknik

dokumentasi.54Metode ini dipakai agar menghasilkan sebuah

informasi yang lengkap dari tema yang akan diteliti. Selain itu,

wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mencocokkan dan

membandingkan teori dengan praktik. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan wawancara tidak terstruktur, wawancara ini peneliti

lakukan guna untuk memperoleh informasi berupa data-data

penelitian yang terkaittentang judul penelitian.Wawancara mendalam

dalam penelitian ini dilakukan kepada beberapa pihak, yang terkait

54
.Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah) (Jakarta:Bumi aksara,2003), hlm.17.
45

dengan judul penelitian adalah pasangan suami isteri yang

melakukan KB di Kabupaten Lombok tengah, Kepala KUA

Kecamatan Pujut yang melaksanakan pencatatan pernikahan, Kepala

BKKBN dan juga beberapa perawat yang ada di Puskesmas Lombok

Tengah yang menangani Pasangan Perkawinan di usia muda yang

melaksanakan program KB.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh

data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang

relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film

dokumenter, data yang relevan dengan penelitian.55

Metode ini digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan

data dalam bentuk buku, jurnal, tesis, atau data-data tertulis lainnya

yang terkait dengan variabel penelitian. Teknik ini merupakan

penalaahan terhadaprefrensi-refrensi yang berhubungan dengan

fokus permasalahan penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Yang dimaksud analisis disini ialah upaya-upaya untuk

menata hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk

menghasilkan pemahaman peneliti terhadap temuan dilapangan yang

55
Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2003),
h.30.
46

ingin disajikan, kepada khalayak. Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif statistik bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus hingga tuntas, tatkala datanya telah

jenuh maka dilakukanlah reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.56

Peroses analisis data penelitian kualitatif tidak serta merta

langsung sekali jadi, karena dalam interaksinya dilaksanakan secara

bolak-balik. Dari mengumpulkan data memaparkan data, dan kemudian

mereduksi data, dari mereduksi data kemudian kembali memaparkan

data, baru kemudian memberikan kesimpulan. Begitupun

sebaliknya,karena peroses bolak-baliknya sangat tergantung sekali

kepada seberapa tajam permasalahan yang diteliti.

Adapun dibawah ini beberapa penjelasan dari siklus diatas yaitu:

a) Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

memusatkan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data mentah yang diperoleh melalui catatan tertulis di

lapangan.57Dalam hal ini mereduksi data yang ada dilapangan

dianalisis secara keseluruhan, dirangkum, dipilih yang pokok-pokok

dari yang dibutuhkan.

b). Penyajian Data


56
Robet Bogdan dan stevan Taylor, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif,
(Surabaya:Usaha Nasition,1992), hlm.137.
57
Nurul Ulfatin, Metode Penelitian Kualitatif, 247.
47

“penyajian data dilakukan berbentuk uraian, agar mudah dipahami

terhadap peristiwa atau kasus yang terjadi, kemudian

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami itu, dan memudahkan peneliti dalam memahami apa yang

terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya”.58

c). Penarikan Kesimpulan

Pada saat kegiatan analisis data sudah dilakukan secara terus

menerus, baiknya data yang berasal langsung dari lapangan,

maupun data itu sudah tidak berada dilapangan, maka pada saat

itulah kesimpulan mulai dilakukan. Agar dapat mengarah kepada

hasil kesimpulan, tentu harus berdasarkan pada analisis data, baik

dari observasi, dokumentasi dan lainnya.59

6. Pengecekan Keabsahan data

Melakukan keabsahan data adalah hal yang sangat

penting di dalam melakukan penelitian kualitatif, karena informasi

yang dikumpulkan oleh peneliti, dijadikan data dalam memeriksa

kredibilitas dari data itu sehingga bisa dipertanggung jawabkan dan

menjadi dasar yang kuat dalam menarik sebuah kesimpulan.

Adapun beberapa kriteria dalam mengecek keabsahan

data diantaranya sebagai berikut:60

1) Kepercayaan / kredibilitas

58
Robet Bogdan dan stevan Taylor, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, hlm.114.
59
Robet Bogdan dan stevan Taylor, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, 117.
60
Nurul Ulfatin, Metode Penelitian Kualitatif, 279.
48

Terhadap beberapa teknik pemeriksaan dalam kriteria

kredibilitas,yaitu ketekunan pengamatan, triangulasi, kajian

kasus negatif dan pengecekan anggota.61Agar data- data yang di

peroleh dalam penelitian ini terjamin kepercayaan dan validitas,

maka pengecekan keabsahan data yang peneliti gunakan adalah

metode triangulasi. Adapun yang dimaksud dengan triangulasi

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu.62

Denzim dikutip oleh Moleong, membedakan empat macam

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaan sumber, metode, dan teori.63 Teknik triangulasi

yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:64

a) Triangulasi Sumber

Peneliti melakukan teknik triangulasi dengan cara

membandingkan data hasil wawancara dari pihak lembaga

yang diteliti dengan hasil pengamatan, dan data hasil

wawancara dengan dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan apa yang diteliti. Hal ini, dilakukan untuk menguji

tingkatan validitas data serta mengetahui hubungan antara

61
Nurul Ulfatin, Metode Penelitian Kualitatif, hlm.324.
62
Afrizal, Metodelogi Penelitian Kualitatif,(Jakarta: Grafindo Persada, 2014), 114.
63
Nurul Ulfatin, “Metode Penelitian, ” 330.
64
Ibid., hlm.330.
49

berbagai data, sehingga kesalahan dari analisis data dapat

dihindari. Dalam hal ini, peneliti berusaha membandingkan

hasil wawancara dari informan yakni : pasangan perkawinan

dibawah umur yang mealakasanakan program KB di

Kabupaten Lombok Tengah, Kepada Kepala BKKBN

Lombok Tengah, Kepada Kepala KUA Kecamatan Pujut

yang melaksanakan pencatatan pernikahan, Kepada perawat

yang menangani pasutri yang melaksnakan program KB di

usia muda di puskesmas Kecamatan Pujut Lombok Tengah

serta dokumen-dokumen terkait penelitian.

b) Triangulasi Metode

Penelitian ini menggunakan teknik ini dengan

melakukan pengecekan kepercayaan beberapa sumber data

yang dalam hal ini adalah informan dengan metode yang

sama. Peneliti mengumpulkan data dan membandingkan data

yang diperoleh itu dari satu informan ke informan lainnya.

2). Ketergantungan / Dependability

Di dalam penelitian kualitatif, uji ketergantungan

dilakukan dengan mengaudit kepada keseluruhan proses dari

penelitian itu, banyaknya kasus peneliti yang meneliti tidak

melakukan penelitian ke lapangan namun data studi pendahuluan

ada. Maka dari itu penguji dari ketergantungan peneliti dilakukan

melalui audit kepada keseluruhan proses penelitian, audit dalam


50

penelitian ini adalah pembimbing yang mengaudit secara

keseluruhan aktivitas peneliti pada saat melakukan penelitian,

dimulai dari penentuan fokus penelitian sampai kepada

kesimpulan akhir.

3). Konfirmabilitas

Pengujian konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif,

yaitu menguji hasil penelitian, jika dikaitkan dengan peroses yang

dilakukan, teknik ini digunakan untuk mengadakan pengecekan

kebenaran data mengenai Efekivitas pelaksanaan program KB

pada pelaku perkawinan di bawah umur dalam mewujudkan

Keluarga sakinah mawaddah warahmah di Kabupaten Lombok

Tengah, ini dilakukan untuk memastikan tingkatan validitas hasil

penelitian, dibuktikan dengan bukti fisik berupa dokumentasi dan

data-data lainnya.

7. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini menggunakan bab

yang akan berisi.

Bab I : Pendahuluan, Membahas tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian

(jenis penelitian,jenis dan sumber data, prosedur

pengumpulan data, analisis data), tinjauan pustaka dan

sistimatika pembahasan.
51

Bab II : membahas tentang Pelaksanaan program KB pada pasangan

Muslim bawah umur dalam mewujudkan perkawinan

sakinah, mawaddah, warahmah, di Kabupaten Lombok

Tengah, problematika dan solusi pelaksanaan program KB

pada pasangan Muslim bawah umur dalam mewujudkan

perkawinan sakinah, mawaddah, warahmah, di Kabupaten

Lombok Tengah, perspektif Hukum Keluarga Islam

terhadap pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim

bawah umur dalam mewujudkan perkawinan, sakinah,

mawaddah, warahmah di Kabupaten Lombok Tengah, di

bagi kedalam beberapa topik, yaitu: gambaran umum

geografis Kabupaten Lombok Tengah, BKKBN sebagai

Badan yang mengatur pelaksanaan Program Keluarga

Berencana (KB), pasutri (pasangan suami istri) dan

petugas KB sebagai fokus dalam penelitian, faktor-faktor

penyebab terjadinya pernikahan di bawah umur, dampak

pernikahan dini hingga tindakan preventif yang harus

dilakukan pemerintah bekerjasama dengan elemen

masyarakat, dan yang terakhir mengenai tinjauan hukum

Islam terhadap dampak program KB bagi Regenerasi

pasangan usia muda di Kabupatn Lombok Tengah.


52

BAB III :Berisi tentang analisis data lapangan, Problem dan solusi

dalam perspektif Hukum Keluarga Islam tentang

pelaksanaan Keluarga berencana.

Bab IV : Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran penulis,

lampiran.
53

BAB II

PRAKTIK KELUARGA BERENCANA PADA PASANGAN MUSLIM DI


BAWAH UMUR DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) Praya Kabupaten Lombok Tengah.

Upaya Keluarga Berencana mula-mula timbul atas prakarsa

kelompok orang-orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan

ibu, yaitu pada awal abad XIX di Inggris yaitu Marie Stopes (19880-1950)

yang menganjurkan pengaturan kehamilan dikalangan buruh. Di Amerika

Serikat dikenal dengan Margareth Sanger (1883-1966) dengan program

“birth control” nya merupakan pelopor KB Modern. Pada tahun 1925 ia

mengorganisir Konverensi International di NewYork yang menghasilkan

pembentukan International Federation of Birth Control League.

Pada tahun 1948 Margareth Sanger turut aktif didalam

pembentukan International Comitte on Planned Parenthood yang dalam

konferensinya di New Delhi pada tahun 1952 meresmikan berdirinya

International Planned Parenthood Federation (IPPF). Federasi ini memilih

Margareth Sanger dan Lady Rama Ran dari India sebagai pimpinannya.

Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana

diseluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang merupakan cabang-cabang

IPPF tersebut.Periode Perintisan (1950-an-1966) pada masa ini di

Indonesia telah banyak dilakukan usaha membatasi kelahiran secara

53
54

tradisional dan bersifat individual. Periode Keterlibatan Pemerintah dalam

Program KB Nasional.Didalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta

diambil keputusan diantaranya bahwa PKBI dalam usahanya

mengembangkan dan memperluas usaha keluarga berencana (KB) akan

bekerjasama dengan instansi pemerintah. Pada tahun 1967 Presiden

Soeharto menandatangani Deklarasi Kependudukan Dunia yang berisikan

kesadaran betapa pentingnya menentukan atau merencanakan jumlah anak,

dan menjarangkan kelahiran dalam keluarga sebagai hak asasi

manusiaMenkesra membentuk Panitia Ad Hoc yang bertugas mempelajari

kemungkinan program KB dijadikan Program Nasional.

Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968 Presiden

mengeluarkan Instruksi Presiden No. 26 tahun 1968 kepada Menteri

Kesejahteraan Rakyat, yang isinya antara lain:

a. Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada

didalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana.

b. Mengusahakan terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang dapat

menghimpun segala kegiatan dibidang Keluarga Berencana, serta terdiri

atas unsur Pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra pada tanggal

11 Oktober 1968 mengeluarkan Surat Keputusan No.

35/KPTS/Kesra/X/1968 tentang Pembentukan Tim yang akan mengadakan

persiapan bagi Pembentukan Lembaga Keluarga Berencana. Setelah

melalui pertemuan-pertemuan Menkesra dengan beberapa menteri lainnya


55

serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dalam usaha KB, Maka pada

tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional

(LKBN) dengan Surat Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembaga

ini statusnya adalah sebagai Lembaga Semi Pemerintah. Untuk

melaksanakan program keluarga berencana dimasyarakat dikembangkan

berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan program dan

situasi serta kondisi masyarakat. Pada Periode ini dikembangkan Periode

Klinik (Clinical Approach) karena pada awal program, tantangan terhadap

ide keluarga berencana (KB) masih sangat kuat, untuk itu pendekatan

melalui kesehatan yang paling tepat. Pada periode ini muncul juga strategi

baru yang memadukan KIE dan pelayanan kontrasepsi yang merupakan

bentuk “Mass Campaign” yang dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”.

Sebagai tindak lanjut dari UU 52/2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, di mana BKKBN

kemudian direstrukturisasi menjadi badan kependudukan, bukan lagi

badan koordinasi, maka pada tanggal 27 September 2011 Kepala BKKBN,

Dr. dr.Sugiri Syarief, MPA akhirnya dilantik sebagai Kepala Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) oleh Menteri

Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih. Setelah dr. Sugir Syarief

memasuki masa pensiun, terjadi kepakuman selama hampir sembilan

bulan. Pada tanggal 13 Juni 2013 akhirnya Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono menetapkan mantan Wakil Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Prof. Fasli Jalal sebagai Kepala Badan Kependudukan dan


56

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pelantikan ini dilakukan

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi.65

B. Pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di bawah umur di

Kabupaten Lombok Tengah.

Istilah Keluarga berencana (KB) terkadang disalahpahami oleh

sebagian orang. Ketika mendengar kata Keluarga Berencana cenderung

dipahami dengan menghentikan atau membatasi kelahiran. Namun

sebenarnya Keluarga Berencana adalah salah satu program pemerintah dalam

rangka menciptakan keluarga yang memiliki perencanaan dalam mengatur

rumah tangganya. Bukan hanya mengatur tentang kelahiran anak atau

merencanakan jumlah anak akan tetapi keluarga Berencana sebagai program

pemerinta di dalamnya terdapat program yang bertujuan untuk menyehatkan

keluarga terutama ibu dan anak. Seperti mengatur jarak kelahiran,

menghindari terjadinya menyusui saat kehamilan (al-Ghilah),

mensejahterakan ekonomi keluarga, termasuk pula diantaranya membatasi

jumlah kelahiran.

Untuk menjalankan program-program di atas tentu tidak cukup

dengan menggunakan lisan atau pemahaman saja, akan tetapi keterlibatan

faktor lain juga dibutuhkan seperti penggunaan alat bantu berupa ilmu

pengetahuan dan teknologi menjadi sangat penting. Pemanfaatan teknologi

dalam pragram Keluarga Berencana diantaranya seperti penggunaan alat

kontrasepsi sebagai salah satu cara dalam mengatur kelahiran dan

65
Profil BBKKBN kabupaten Lombok Tengah,2016.
57

menghindari praktik menyusui saat kehamilan terjadi, sehingga penanganan

keluarga menjadi lebih maksimal dab memungkinkan terciptanya keluarga

yang sakinah mawaddan warahmah.

Keluarga sakinah mawaddah wa rahmah adalah keluarga yang secara

lahiriyah sejahtera terutama sejahtera secara ekonomi. Dengan ekonomi yang

menunjang akan memudahkan dalam menggapai tujuan lainnya seperti dapat

melanjutkan studi bagi anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,

kesehatan keluarga akan lebih terjamin dengan terpenuhinya kebutuhan gizi

dan sebagainya. Selain sejahtera secara material, tentu secara mental spiritual

dalam kehidupan keluarga akan tercipta keluarga yang harmonis, taat dalam

menjalankan agama dan terwujud kehidupan yang dihiasi dengan akhlak

mulia yang ditampilkan oleh semua anggota keluarga yang ada. Kondisi

seperti inilah yang diharapkan sehingga program Keluarga Berencana

dicanangkan oleh pemerintah yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan

pemanfaatan alat kontrasepsi.

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra

berarti “melawan “atau mencegah”sedangkan konsepsi adalah pertemuan

antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/ mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dan sel sperma.

Untuk itu berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang

membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan


58

seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak

menghendaki kehamilan. (Cuningham, 1989).

Metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan usia subur

secara rasional berdasarkan fase-fase kebutuhan seperti dalam matriks berikut

ini:66

Tabel 2.1

Pemilihan Metoda Kontrasepsi Rasional

B.
A. Masamenunda B. Masa mengatur atau C. C. Masa
kesuburan/kehamilan menjarangkan mengahirikeha
kelahiran milan
Masa mencegah kehamilan Masa terbaik untuk Masa tidak hamil lagi
melahirkan dengan
jarakkehamilan
antara 2-4 tahun

20 tahun 30 tahun

 Pil KB  AKDRT  Kntap


 AKDR  Suntik KB  AKDR
 Kondom  Pil Mini  Implant
 Vaginal jelly  Pil KB  Suntik KB
 Implant  Pil KB
Sumber: Data BKKBN Praya Lombok Tengah

Ada dua program pokok pemerintah yang dilaksanakan melalui

instansi BKKBN, yaitu:

1. Pengendalian Penduduk

Dalam pengendalian penduduk ini dilakukan untuk memberikan

bangsa Indonesia agar menikmati bonus demografi lebih panjang. Jika

66
Tabel: Pemilihan Metode kontrasepsi Rasional. 2018
Sumber : Prof.dr.Ida Bagus Gde Manuaba: Penuntun Kepaniteraan klinik Obstetri &
Ginokologi:186:1
59

program keluarga berencana (KB) tetap dilaksanakan oleh pemerintah

dan pemerintah daerah, maka usia bonus demografi akan lebih panjang

dan akan memberikan dampak bagi pembangunan kesejahteraan. Tugas

sebagai perpanjangan tangan pemerintah BKKBN memimiliki tugas

untuk mengatur agar bagaimana penduduk tumbuh seimbang dalam arti

ketika yang lahir sekian, ada yang meninggal sekian, karena kemapuan

bumi untuk bisa menampung manusia yang ada diIndonesia terbatas

sehingga perlu pengendalian agar penduduk bumi tidak terlalu padat.

2. Keluarga berencana (KB)

Keluarga Berencana bertujuan menurunkan tingkat kelahiran

dengan mengikutsertakan seluruh lapisan potensi yang ada,

mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan

kesejahteraan ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup menurunkan

tingkat kematian bayi dan anak balita serta memperkecil kematian ibu

karena resiko kehamilan. Oleh karena itu BKKBN menghimbaukan

program KB pada setiap keluarga untuk mengatur jarak kelahiran dan

mengantisipasi ibu menyusui ketika hamil karena akan membahayakan

kesehatan ibu maupun kedua anaknya. Diantara program Keluarga

Berencana adalah :

a. Menunda Kehamilan

Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh

pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Kriteria

kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya


60

kesuburan yang tinggi,artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin

100%.Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai

anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang

disarankan adalah Pil KB,67 AKDR,68 dan cara sederhana.

b. Mengatur/ Menjarangkan Kehamilan

Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah usia antara 20-

30 tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu: efektifitas tinggi,

reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak

lagi, dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan,

serta tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI). Kontrasepsi yang

cocok dan disarankan menurut kondisi ibu yaitu: AKDR, Suntik KB, Pil

KB,atau Implant.Pasangan keluarga dalam kondisi masa nifas atau

posfartum69secara khusus dapat memilih metode kontrasepsi seperti:

kondom bagi suami, dan bagi ibu dapat mengggunakan suntik KB,

Implant, atau AKDR/IUD. Keluarga perlu mengadakan konsultasi

ketenaga kesehatan dalam memilih metode kontrasepsi yang paling

sesuai dengan kondisi suami istri.70

67
Pil KB (Pil Kontrasepsi) adalah pil yang di konsusmsi harian yang mengandung hormon
untuk menguubah cara kerja tubuh dan mencegah kehamilan.
68
AKDR adalah singkatan dari alat kontrasepsi dalam rahim atau intra uterine device
(IUD), metode pncegahan kehamilan dengan cara memasukkan alat kerahim.Alat tersebut akan
menimbulkan reaksi peradangan lokal di dalam rahim sehingga meghambat terjadinya pembuahan
69
Posfartum adalah setelah melahirkan atau persalinan.
70
Standar pelayanan minimal (SPM) bidang keluarga berencana dan Kelurga Sejahtera di
Kabupaten/Kota,Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Jakarta:2010
61

c. Masa mengakhiri Kesuburan/tidak hamil lagi

Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur

istri lebih dari 30 tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini

dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi,

karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya

kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Disamping itu

jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak

lagi,kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah: metode

kontap,71AKDR,Implant,72 Suntik KB dan Pil KB.

Ada beberapa pandangan yang membedakan jenis-jenis

metode kontrasepsi sehingga para pengguna dan tenaga kesehatan

dapat mengetahui kontrasepsi secara baik,misalnya antarametode

kontrasepsi sementara dan metode kontrasepsi permanen.

Pengelompokan lain, adalah:

a. Cara alamiah, metede senggama terputus dan metode kalender.73

b. Cara sederhana, terdiri dari penggguna kondom jelly,diafragma,

spermidisa, tissu KB.

71
Kontrasepsi mantap (kontap) atau sterilisasi pada wanita pasca persalinan.
72
Implant atau biasa dikenal dengan susuk atau diebut juga AKBBK (alat konntrasepsi
bawah kulit) aadalah berupa kapsul tipis yang ffleksibel dan elastis yanng ditanam dikulit lengan
atas seorang wanita yang mengandung levonogestrel) levonogestrel adalah hormon yang
diproduksi guna untk menge ndalikan kehamilan. Wawancara dengan Bidan Petugas KB di Pusat
layanan terpadu(Pustu) Tanak Awu, 22 Mei 2020.
73
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang
dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual
pada masa subur/ovulasi dengan penggunakan sistem kalennder setiap pasangan dimungkinkan
dapat merencanakan seetiap kehamilannya. Materi KIE program Kependudukan Keluarga
Berencana dari Perspektif Agama Islam, Perwakilan BKKBN Provinsi Nusa Tenggara Barat:
2016.
62

c. Alat kontrasepsi hormonal, yakni disuntikkan dan susuk

(Implant).

d. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau Intra Uterin Device

(IUD)yang dikenal dalam beberapa desain,seperti: spiral (lippes

loop), Cu T, Cu 7, multiload.

e. Kontrasepsi mantap, yakni tubektomi untuk wanita dan

vasektomi untuk laki-laki Sering juga digunakan

pengelompokan menjadi metode kontrasepsi sederhana, metode

kontrasepsi efektif dan metode kontrasepsi mantap.

d. Kontrasepsi Sederhana

Metode Kontrasepsi sederhana antara lain:

1) Kondom

2) Coitus Intruptus

3) KB Alami (metoda kalender, suhu basal dan lendir serviks)

4) Diafragma;

5) Kontrasepsi kimiawi/spermicide :

Mutu pelayanan dan pemilihan akses yang mempengaruhi

pemberian kontrasepsi kepada pasien antara lain sbb:74

a. Klien harus memperoleh imformasi yang cukup sehingga dapat

memilih sendiri metode kontrasepsi yang sesuai untuk mereka.

Informasi tersebut meliputi efektivitas relatif (relative

effectiveness) dari metode kontrasepsi, cara kerja, efek samping,

74
Ir. Saharudin, Wawancara dengan Kabid Kependudukan dan Keluarga Berencana di
Praya Kabupaten Lombok Tengah senin 20-07-2020 pada pukul 11.23 Wita.
63

manfaat dan kerugian metode tersebut, gejala dan tanda yang

perlu ditindak lanjuti diklinik atau fasilitas kesehatan,

kembalinya kesuburan dan perlindungan terhadap infeksi

menular seksual.

b. Untuk metode yang memerlukan prosedur bedah, insersi, atau

pencabutan alat oleh tangan terlatih, tenaga terlatih tersebut

perlu dilengkapi dengan fasilitas yang cukup agar prosedur

tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan standard , termasuk

prosedur pencegahan infeksi.

c. Peralatan dan pasokan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan

harus tersedia.

d. Petugas pelayanan harus dilengkapi dengan panduan-panduan

yang memungkinkan mereka melaksanakan penapisan dan

pelayanan terhadap klaen sebaik-baiknya dan dapat menghindari

resiko yang tidak diinginkan.

e. Petugas pelayanan harus mendapat pelatihan yang cukup dalam

konsling keluarga Berencana.

Tabel 2.2
Efektivitas berbagai metode kontrasepsi75
Tingkat Efektivitas Metode Kontrasepsi Kehamilan per 100
perempuan dalam 12 bulan
pertama pemakaian

Dipakai Dipakai
secara biasa secara tepat
dan
75
BKKBN 2 Anak Cukup, Lembar Balik Promosi dan Konseling Kesehatan reproduksi,
Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Provinsi NTB,2017.
64

konsisten

Sangat efektif Implan 0,05 0,05


Vasektomi 0,15 0,1
Suntikan kombinasi 3 0,05
Suntikan 3 0,3
DMPA/NET-EN
Tubektomi 0,5 0.5
AKDR Cut-380A 0,8 0,6
Pil Progesteron 1,0 0,5
(Masa laktasi)
-Efektif dalam Metode Amenorea 2 0,5
pemakaian biasa, Laktasi
sangat efektif jika Pil kontrasepsi 0,3
dipakai secara kombinasi 8
tepat dan konsisten Pil progesterone - 0,5
(bukan masa laktasi)

-sangat efektif jika Kondom pria 15 2


dipakai secara Senggama terputus 27 4
tepat dan konsisten Diafragma+Spermisi 29 18
da 25 1-9
KB alamiah 21 5
Kondom Perempuan 29 18
Spermisida

Tanpa KB 85 85
Dikutip dari WHO 2004
Kunci : 0-1 :Sangat
efektif
2-9 :Efektif
>9 :Kurang efektif

C. Problematika dan Alternatif Solusi Pelaksanaan Program KB pada

Pasangan Muslim dibawah Umur dalam Mewujudkan Keluarga

Sakinah Mawaddah Warahmah di Kabupaten Lombok Tengah

Pernikahan dimaksudkan untuk mewujudkan keluarga sakinah

mawaddah warahmah dan maslahah.Sakinah adalah ketenangan jiwa,


65

untuk mewujudkannya harus terpenuhi mawaddah warahmah.Mawaddah

adalah saling mengingatkan untuk kebaikan (nasikhah),adanya cinta

bergelora (mahabbah), saling komunikasi (as shilah).Rahmah adalah

memberikan rasa kasih sayang dengan penuh kelembutan dan ketulusan.

Keluarga maslahah adalah keluarga yang bermanfaat bagi diri

sendiri, pasangan, orang lain, masyarakat dan lingkungan.

1. Perencanaan Keluarga yang Sakinah mawaddah wa rahmah dan

maslahah. Untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah

serta maslahah, harus dipersiapkan secara matang.

a. Persiapan fisik;

b. Persiapan mental;

c. Persiapan sosial-Ekonom;

Kementrian agama, melalui badan penasehat, pembinaan dan

pelestarian perkawinan (BP4) mencoba memberi sumbangan pemikiran

berkaitan dengan upaya membentuk keluarga sakinah, yakni dengan

menganjurkan empat upaya pokok yang harus dilaksanakan. Salah satunya

adalah pelaksanaan keluarga berencana (KB).

Masalah kependudukan di indonesia tidak hanya menyangkut

keluarga kecil saja namun bagaimana keluarga kecil tersebut dapat

meningkatkan kualitas hidupnya.76Dalammerencanakan keluarga

berkualitas, maka salah satu syaratnya adalah setiap keluarga merencanakan

76
Materi KIE Program kependudukan Keluarga berencana dan pembangunan keluarga
dari perspektif agama islam,Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional
Provinsi Nusa Tenggara Barat, tahun 2016.
66

kapan mulai berkeluarga dan berapa jumlah ideal anak yang diimiliki, serta

menjaga kesehatan reproduksinya. Upaya inijuga merupakan bagian dari

upaya menerapkan pola hidup sehat, karena setiap keluarga diharapkan

dapat mencapai kondisi sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang

tidak semata-mata bebas dari penyakit juga mempunyai alat reproduksi yang

sehat.77

a). Pengaturan Tentang Usia Perkawinan di Indonesia

Sebelum tahun 1974, penduduk indonesia tunduk pada berbagai

peraturan pernikahan yang diwarisi dari negara kolonial dengan cara yang

biasanya pragmatis. Pemerintah kolonial tidak pernah berusaha untuk

membawa semua warga negara dibawah satu undang-undang, tetapi hanya

campur satu tangan dalam masalah keluarga jika ini diperlukan oleh tekanan

eksternal misalnya, dari gereja di Belanda yang menginginkan peraturan

husus untuk sesama mereka, orang kristen di Hindia. Sejak abad ke-2,

keyakinan moral memainkan peran yang lebih penting dan mengarah pada

beberapa intervensi terbatas. Alasannya pada dasarnya sama dengan yang

saat ini dikutip oleh pemerintah indonesia: mencegah pernikahan anak,

mengendalikan poligami, melawan kelahiran anak-anak, mengendalikan

poligami, melawan kelahiran anak-anak yang tidak sah, dan melindungi

perempuan dari peroses perceraian yang tidak adil.Namun, tidak ada

77
Ibid,. hlm,6-12.
67

penyatuan yang terjadi, dan penduduk tetap tunduk pada rezim hukum yang

berbeda.78

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan telah

mengatur batas usia perkawinan. Di dalam bab II pasal 7 ayat 1 , disebutkan

bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 tahun

dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun kemudian di dalam

pasal 7 Ayat (2) , disebutkan bahwa dalam hal penyimpangan dalam Ayat

(1) pasal ini dapat minta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain

yang diminta oleh kedua orang tua pihak pria atau pihak wanita.

Penjelasan umum angka 4 poin d dari undang-undang perkawinan menganut

prinsip,bahwa calon suami istri itu harus telah masak jiwa raganya untuk

dapat melangsungkan perkawinan, agar supaya dapat mewujudkan tujuan

perkawinan secara baik tanpa berahir pada perceraian dan mendapatkan

keturunan yang baik dan sehat. Untuk itu harus dicegah adanya perkawinan

antara calon suami istri yang masih dibawah umur.Di samping itu,

perkawinan mempunyai hubungan dengan masalah kependudukan.

Ternyatalah bahwa batas umur yang lebih rendah bagi seorang wanita untuk

kawin, mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi jika dibandingkan

dengan batas umur yang lebih tinggi.

Undang-undang ini menentukan batas umur untuk kawin baik bagi

pria maupun bagi wanita ialah 19 tahun ( sembilan belas ) tahun bagi pria

dan 16 (enam belas) tahun bagi wanita.Kebijakan pemerintah dalam


78
Adrian Bedner dan Stijn van Huis , flurality og Marriage Lom and Marriage
Registration for Muslims in Indonesia: A Plea for Pragmatism , Utrecht Law Rewiewvol. 6 Issue
2,Juni 2010, hlm.175-191.
68

menetapkan batas minimal usiapernikahan ini tentunya melalui peroses

pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap

dan matang dari sisi fisik,psikis, dan mental.

Adalah suatu kebiasaan bagi hukum untuk mengakomodasi praktik

keagamaan dengan cara membebaskan mereka dari ketentuan umum yang

seharusnya dilakukan.79Dibeberapa belahan dunia, sering terjadi praktik

diskriminasi terhadap keberadaan perempuan yang diakibatkan oleh

pengaruh agama dan kebudayaan. Perempuan selalu diperlakukan sebagai

minoritas dan kadang-kadang sebagai warga negara kelas II (dua) yang

hanya dapat dilihat tetapi tidak untuk didengar suaranya.80Perkawinan

bawah umur merupakan wujud dari tradisi atau adat kebiasaan sebagai hasil

dari kombinasi antara sosial,kebudayaan dan faktor-faktor ekonomi.81

Dalam beberapa sistem hukum, seseorang bisa menikah pada umur

yang sangat muda atau menikah dengan kerabat dekat maupun menikah

dengan cara kawin paksa. Dalam kasus-kasus tersebut, biasanya hukum

dapat mempertimbangkan berdasarkan kebijakan publik dalam hal itu dapat

diperkenankan atau dilarang sekalipun.82

Larangan perkawinan anak terdapat dalam The Compention off All

Form of Discrimination Against Woman. Konvensi ini menyaatakan bahwa

79
Roderickll M. Hills Jr., Decentralizing Religious anda secular Accomudations,
institutionalizing Rights and Relligeions Competing Supremacis, oleh Leora Batnitzky dan
Hanoch Dagan Cambridge University Press hlm.108.
80
Ebenezer Durojaye, Woman But Not Human :Widow Hood Practices and Human
Rights violations in Nigeria, International Journal of Law, Policy, and the familiy,Vol.27 No.2,
Agustus 2013, hlm.176.
81
Biswajit Ghosh, Child Marriage, Society,and the Law: A study in A Rural Context in
West Bengal India, International journal of Law, Policy, and The Family , Vol. 25 No.2, Agustus
2011, hlm.205.
82
Adrian Briggs, Private international Law in Myanmar, 2016,hlm.164.
69

perkawinan bawah umur tidak akan menimbulkan akibat hukum karena

sudah ditentukan bahwa syarat menikah adalah 18 tahun.83

Dua jenis perkawinan yang diakui oleh hukum, yaitu:

1. Perkawinan yang memenuhi syarat-syarat dari ketentuan undang-

undang perkawinan (Statutory Marriage).

2. Perkawinan yang dilaksanakan menurut hukum kebiasaan atau hukum

adat (Costumary Marriage).

Pada umumnya, didalam sistem hukum perkawinan diluar wilayah

hukum indonesia ditentukan bahwa para pihak yang akan melangsungkan

perkawinan harus sudah mencapai usia 18 tahun, dan apabila mereka akan

menikah dibawah usia 21 tahun harus mendapat persetujuan dari orangtua

atau wali.84 Lebih lanjut dinyatakan bahwa keabsahan perkawinan

ditentukan oleh beberapa hal, yaitu:

1. Pasangan yang akan menikah harus sudah berumur 18 tahun,

2. Pasangan calon suami istri tidak boleh mempunyai hubungan

kekeluargaan yang dekat,

3. Kedua pasangan harus tidak terikat dalam perkawinan sebelumnya,

4. Perkawinan tidak boleh dilakukan diantara jenis kelamin yang sama,

5. Kedua pihak harus mengikuti semua aturan hukum perkawinan.

Hukum melarang perkawinan bawah umur dimana hal ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa anak bawah umur secara kejiwaan

belum stabil dan untuk melakukan perjanjian dalam perkawinan maka

83
The International Journal of Children rights, Februari 2015,hlm 375.
84
Leong Wai Kum, Elemen of Family Law in Singapore, 2 Edition,2013, hlm.32.
70

disyaratkan seseorang tersebut harus harus sudah memenuhi kecakapan

hukum yang didasarkan pada usia dewasa seseorang. Di Australia, usia

untuk menikah adalah 18 tahun dan apabila akan dilakukan perkawinan

dibawah usia tersebut, maka harus meminta izin pada hakim di pengadilan

atau kepada pejabat yang berwenang.85

Hukum adat tidak menentukan batasan umur tertentu bagi orang

untuk melaksanakan perkawinan, hukum adat membolehkan perkawina

anak-anak yang dilaksanakan ketika anak masih berusia kanak-kanak.86 Hal

ini dapat terjadi karena didalam hukum adat, perkawinan bukan saja

merupakan persatuan kedua belah mempelai tetapi juga merupakan

persatuan dua buah keluarga kerabat. Menurutnya lagi, adanya perkawinan

di bawah umur atau perkawinan anak-anak tidak menjadi masalah didalam

hukum adat karena kedua suami istri itu akan tetap dibimbing oleh

keluarganya,yang dalam hal ini telah menjadi dua keluarga, sehingga hukum

adat tidak melarang perkawinan kanak-kanak.

Di indonesia saat ini, marak terjadi perkawinan dibawah umur.

Adapun penyebab perkawinan di bawah umur tersebut sangat

bervariasi,karena masalah ekonomi, rendahnya pendidikan,pemahaman

budaya dan nilai-nilai agama tertentu, hamil diluar nikah (married by

accident), dan lain-lain. Selain menimbulkan masalah sosial, perkawinan

bawah umur dapat menimbulkan masalah hukum. Menurut Soepomo,

meskipun demikian perkawinan dibawah umur terpaksa dilakukan, terhadap


85
Geoff Monahan dan Lisa Young, Family Law in Australia,2006, hlm.109.
86
Hilman hadi Kusuma,Hukum perkawinan di Indonesia menurut hukum adat dan
Undang-undang No 1 tahun 1974,Pradnya Paramita,Jakarta,1995,hlm.71.
71

hal ini undang-undang perkawinan memberikankemungkinan

penyimpangannya yang diatur dalam pasal 7 Ayat (2) Undang-undang

perkawinan,yaitu dengan adanya dispensasi dari pengadilan bagi yang

belum mencapai batas umur minimal tersebut.87

Banyaknya perkawinan usia anak berbanding lurus dengan

tingginya angka perceraian yang disebabkan antara lain oleh ego anak yang

masih tinggi, perselingkuhan, ketidak cocokan hubungan dengan orang tua

maupun mertua, psikologis yang belum matang sehingga cenderung labil

dan emosional, sehingga tidak atau kurang mampu bersosialisasi atau

beradaptasi dengan suami/istri dan keluarga besar. 88 Oleh karenanya,

perkawinan usia anak justru menjauhkan dari tujuan perkawinan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Undang-undang Perkawinan dan

Pasal 28 B Ayat (1) UUD 1945.

Banyak orangtua menginginkan anaknya menikah di usia dini

untuk melepaskan beban ekonomi, namun justru hasilnya adalah

sebaliknya,yaitu seringkali perkawinan anak berujung pada perceraian yang

ahirnya si anak dan cucu kembali menjadi beban orang tua yang berakibat

pada kemiskinan kelurga tersebut.

Perkawinan usia anak yang mengakibatkan si anak mengalami

putus sekolah karena harus menghidupi keluarganya. Mereka kawin dan

harus bekerja dengan kondisi produktivitas yang rendah, yang menghasilkan

daya saing yang lemah yang akhirnya justru melestarikan kemiskinan yang
87
Soepomo, Hukum Adat di Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta,1986,hlm.89.
88
Promosi dan Konsling Kesehatan Reproduksi, Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional,2016.
72

ada sebelumnya, termasuk didalamnya ketidak mampuan untuk mengelola

keuangan rumah tangga yang memang sudah minim itu. Hal ini menjadikan

tidak terpenuhinya hak setiap orang untuk mengembangkan diri melalui

pemenuhan kebutuhan dasarnya, mendapat pendidikan, memperoleh

manfaat dari ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya, serta demi

meningkatkan kualitas hidupnya dan kesejahteraannya. Perkawinan anak-

anak di indonesia dalam praktiknya tidak dapat dilepas dari kondisi sosial

ekonomi, budaya serta agama yang berkembang dalam masyarakat.

Permasalahan tentang usia perkawinan sampai saat ini memang

selalu menimbulkan berbagai pendapat yang menimbulkan juga berbagai

penafsiran, khususnya usia perkawinan bagi seorang wanitaadalah adanya

kehamilan dalam usia dini yang dapat menimbulkan resiko, antara lain:

a. Potensi mengalami kesulitan dan kerentanan saat hamil dan melahirkan

anak yang prematur karena belum matangnya pertumbuhan fisik;

b. Cenderung melahirkan anak yang kurang gizi, bayi lahir dengan berat

badan rendah/kurang, atau bayi lahir cacat;

c. Ibu beresiko anemia (kurang darah), terjadi eklampsia (kejang pada

perempuan hamil), dan mudah terjadi pendarahan pada persalinan;

d. Meningkatkan angka kejadian depresi pada ibu atau meningkatnya

angka kematian ibu karena perkembangan psikologi belum stabil;

e. Semakin muda perempuan memiliki anak pertama, semakin rentan

terkena kanker serviks;


73

f. Terjadinya trauma dan kerentanan dalam perkawinan yang memicu

kekerasan dalam rumah tangga bahkan terjadi perceraian akibat usia

anak yang belum siap secara psikologis,ekonomis, sosial, intelektual

dan spiritual;

g. Studi epidemiologi kanker serviks menunjukkan resiko meningkat bila

berhubungan seks pertama kali dibawah usia 15 tahun dan resiko

terkena penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.

Perkawinan anak memiliki dampak terhadap fisik, intelektual,

psikologis, dan emosional yang mendalam termasuk dampak kesehatan

terhadap anak-anak. Selain itu, perkawinan anak hampir selalu berdampak

pada terputusnya masa sekolah terutama bagi anak perempuan dan

mengakibatkan program wajib belajar 12 tahun tidak terpenuhi. Perkawinan

anak juga akan mengurangi kesempatan mereka untuk mengembangkan

potensinya untuk menjadi seorang dewasa yang mandiri (otonom),

berpengetahuan, dan berdaya guna. Bagi anak perempuan yang kawin saat

mereka masih anak-anak juga menjadi mudah terekspos terhadap berbagai

bentuk penindasan dan kekerasan (seksual dan non seksual) dalam

perkawinan. Dengan melihat berbagai dampak yang terjadi karena adanya

praktik perkawinan anak, maka terlihat bahwa pengaturan tentang batas usia

perkawinan, khususnya bagi anak perempuan dalam pasal 7 undang-undang

perkawinantersebut telah menimbulkan permasalahan dalam

implementasinya.
74

Beberapa penyebab utama pernikahan anak diantaranya:89

1. Kemiskinan

2. Keterbatasan pendidikan dan pilihan ekonomi

3. Ketidakamanan karena konflik dan perang

4. Tradisi dan agama

Pelaksanaan perkawinan bawah umur menimbulkan berbagai

tanggapan dari masyarakat. Terdapat pemikiran yang pro dan kontra

terhadap pelaksanaan tersebut. Masyarakat yang pro terhadap perkawinan

bawah umur menyatakan bahwa perkawinan tersebut dipengaaruhi oleh

kebiasaan agama dan adat istiadat, sedangkan masyarakat yang kontra

menganggap bahwa pelaksanaan perkawinan bawah umur tersebut

merupakan suatu hal yang bertentangan dengan Undang-undang Dasar

1945, yaitu :

Pasal 28 A menyebutkan Setiap orang berhak untuk hidup dan berhak untuk

mempertahankan hidup dan kehidupannya. Selain itu pada pasal 28 B

menyebutkan :

1). Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan

melalui perkawinan yang sah

2). Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan

berkembang,serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.

89
Perkawinan bawah umur di Indonesia Beserta Perbandingan Usia Perkawinan dan
Praktik Perkawinan Bawah Umur di Beberapa Negara, Sonny Dewi Judiasih dkk, PT.Refika
Aditama, Bandung :2018.
75

Pasal 28 C ayat (2) menyebutkan Setiap orang berhak

mengembangkan diri melalui pemenuhan dasarnya, berhak mendapat

pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan

technologi,seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan emi

kesejahteraan umat manusia.

b). Dukungan Islam Terhadap Keluarga Berencana

1). Memahami keluarga Berencana

Keluarga Berencana (KB) pernah menjadi salah satu isu

hangat dan kontroversial dalam pemikiran Islam modern. Ada salah

satu persoalan yang muncul terkait dengan masalah Islam dan KB,

mulai dari masalah pengertiannya (apakah berarti pengaturan

keturunan tanzhim al-nasl), hukum ber-KB, persoalan alat kontrasepsi

cara kerja, hukum penggunaan, serta implikasinyaterhadap kesehatan

reproduksi perempuan), hingga masalah kebijakan demografi negara

dengan berbagai dampaknya. Menurut Mas Singarimbun (1988),

Keluarga berencana di indoneseia secara resmi diintegrasikan dalam

program pembangunan sejak pelita1 (1969/1970) secara umum

diupayakan untuk pembangunan kependudukan dan upaya mengatasi

besarnya jumlah pendudduk, tingkat pertumbuhan penduduk, yang

tinggi disebabkan tingkat kelahiran yang tinggi pula dan tingkat

penyebaran penduduk yang kurang merata antara pulau jawa, Bali,

Madura dan Lombok dengan pulau lain. Disamping itu juga di

arahkan untuk mengatasi terlalu besarnya jumlah penduduk yang mata


76

pencahariannya dalam bidang pertanian dan kondisi sosial ekonomi

penduduk yang rendah, itu antara lain ditunjukkan oleh tingkat

pendidikan dan kesehatan penduduk yang belum memadai.

a. Optimalisasi Program KB

Demikian pula apabila dilihat dari konteks awal kalimat al-

Qur’an dan hadits-hadist Rasulullah SAW tentang nikah dan

merencanalkan keluarga, umumnya tertuju pertama kali kepada

pria(kendati para mufassir menerjemahkan ayat-ayat yang muzakkar

, maskulin dengan makna yang bersifat umum). Umpamanya ayat-

ayat tentang beberapa larangan melakukan pernikahan,dorongan

untuk nikah, prosedur memilih jodoh, termasuk harus merasa cemas

meninggalkan generasi yang l;emah dikemudian hari. Oleh karena

itu, tidak ditemukan alasan yang kuat yang mengatakan bahwa

berKB adalah urusan wanita saja, tetapi merupakan urusan pertama

bagi pria. Antisipasi Islam hanya dalam tiga hal, pertama, tidak

dipaksakan, kedua,tidak mendorong aborsi, ketiga, tidak

mengupayakan pemandulan abadi.

Dalam upaya pengembangan kesehatan reproduksi dan hak-

hak reproduksi perhatian program KB bukan hanya ditujukan kaum

perempuan, tetapi kaum pria juga diberikan perhatian sehingga dapat

ikut berperan dalam program KB.

Peran serta pria dalam program Keluarga Berencana yaitu :

1. Sebagai Peserta KB
77

Partisispasi suami dalam program KB dapat bersifat

langsung atau tidak langsung. Secara langsung adalah

menggunkan salah satu cara atau metode kontrasepsi.

Sedangkan partisipasi tidak langsung dengan menganjurkan,

mendukung, dan memberi kebebasan kepada istri untuk

menggunakan kontrasepsi.

2. Mendukung istri dalam ber-KB

Apabila telah disepakati istri yang akan berKB,

peranan suami adalah mendukung dan memberikan kebebasan

kepada istri untuk menggunakan kontrasepsi atau cara/metode

KB yang diawali sejak akad nikah dengan istri dalam

merencanakan masa reproduksi.

3. Merencanakan jarak anak

Merencanakan jarak anak dalam keluarga perlu

dibicarakan antar suami dan istri dengan mempertimbangkan

berbagai aspek, anatara lain kesehatan reproduksi istri.

Perencanaan keluarga yang berkualitas, perlu memperhatikan

usia reproduksi istri.

Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi pria

dalam program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Dibawah

ini dikemukakan beberapa alternatif , diantaranya :

a. Memeberikan pemahaman secara komprehensif kepada kaum pria

sebagai kepala keluarga, bahwa partisipasi pria sebagai suami


78

sangat dituntut, bukan hanya sebagai pencari nafkah tetapi juga

sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan diputuskan,

termasukmerencanakan keluarga.

b. Sejak awal diskusi islam tentang KB yang memerlukan waktu lama

untuk menyatukan persepsi adalah jika akseptornya wanita.

Sementara pria, selain vasektomi, tidak ada persoalan. Karena itu

para penyuluh atau tokoh masyarakat yang bergerak dibidang

program ini jangan masuk dari soal-soal yang masih kontradiktif ,

tetapi dari hal yang bersifat umum yang menimbulkan motivasi pria

untuk berperan aktif.

c. Pria punya peran penting untuk ber-azal dalam hubungan suami istri,

dan islam tidak pernah melarang tindakan ini untuk mengantisipasi

buruknya kesehatan anak. Dari sinilah para ulama berpendapat

bahwa islam membenarkan pengaturan kelahiran.

d. Apabila pria belum berkesempatan sebagai akseptor KB, maka

wanita sebagai akseptor KB, dan wanita sebagai istri harus berperan

aktif menjinakkan hati suami untuk mendudkung inisiatif istri .

Banyak kasus dalam sejarah yang menunjukkan bahwa suami tunduk

atas kelembuatan istri tiodak ada bedanya apakah dia penguasa ,

orang terhormat, suami yang berwatak keras dan sebagainya .

“Pepatah mengatakan”Sekeras-keras pendirian suami ahirnya layu

juga”.90

90
Membangun Keluarga Sehat dan Sakinah,BKKBN, 2010.
79

Islam mendukung program keluarga berencana. Hal ini

ditunjukan oleh beberapa hadist yang membolehkan azl merupakan

pencegahan kehamilan dengan cara alami dan sederhana.

Di zaman kita ini sudah ada beberapa alat kontrasepsi yang

dapat dipastikan kemaslahatannya, dan justru maslahah itulah yang dituju

oleh Nabi Muhammad saw, yaitu melindungi anak yang masih menyusu

dari marabahayanya termasuk menjauhi mafsadah yang lain pula, yaitu:

tidak bersetubuh dengan istrinya selama menyusui, dimana hal itu

memberatkan sekali. Dengan menggunakan alat kontrasepsi orang

menjadi aman dan tenang dalam melakukan hubungan badan dengan

istrinya karena tidak ada ketakutan istri akan hamil saat usia anak masih

sangat kecil. Karena itu ber-KB tidak bertentangan dengan syariat

Islam.91

1). Fatwa Ulama dunia tentang Keluarga Berencana

Fatwa adalah suatu pendapat hukum dalam fiqih islam. Di abad

ini, fatwa kebanyakan bercirikan pendapat-pendapat “resmi” atau formal

yang dikeluarkan oleh ulama (mufti) dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan tentang permasalahan hukum.

Bagian ini akan meninjau beberapa fatwa tentang keluarga berencana

yang datang dari berbagai dunia islam.

91
Keluarga Berencana untuk paramedis dan non Medis, Kois Irianto,Yrama Widya,
Bandung : 2012.
80

a). Fatwa oleh Syekh Hasan Ma’mun (al-azhar, 1964)

Ini fatwa yang sangat penting di mana Syekh Ma’mun, mantan imam

besar Al-Azhar, berbicara tentang dua permasalahan yang sulit, yaitu

masalah jumlah banyak dan keabsahan program nasional.Ia

menerangkan bahwa islam di masa-masa dininya memerlukan banyak

penganut. Kerena itulah diberi penekanan pada banyaknya jumlah,

yang mungkin masih diperlukan dalam keadan-keadaan tertentu.

Namun, kita sekarang menghadapi kelebihan penduduk yang

mengancam kesejahteraan umat manusia, sampai-sampai sebagian

pemikir memperkenalkan keluarga berencana di negara mereka untuk

memungkinkan pemerintah memberikan pelayanan bagi rakyatnya. Ia

menyimpulkan, islam sama sekali tidak menentang kesejahteraan

umat manusia. Keluarga berencana daalam pengertian ini secara tanpa

paksaan adalah diizinkan, dan kualitas lebih diutamakan daripada

kuantitas.

b). Fatwa Majlis Ulama Indonesia (1983)

Dalam musyawarah Nasional ulama indonesia tentang kependudukan,

kesehatan, dan pembangunan yang dilaksanakan dijakarta tanggal 17

s/d 30 Oktober 1983, Majelis ulama Indonesia memutuskan bebrapa

hal yang berkaitan dengan kependudukan, diantaranya adalah

diboolehkannya keluarga berencana (KB). Sungguhpun membolehkan

KB, MUI memberikan batasan kontrasepsi yang tidak diperbolehkan

untuk KB, yaitu tidak dibolehkannya vasektomi dan tobektome


81

kecuali dalam keadaan terpaksa seperti menghindarkan penularan

penyakit terhadap anak keturunan dan meneyelamatkan ibu bila ia

memiliki resiko hamil. Dalam putusan tersebut, MUI juga

mengharamkan aborsi dengan cara apapun kecuali untuk

menyelamatkan jiwa si ibu. Keputusan ini diperkuat dengan fatwa

MUI tahun 2005 tentang aborsi yang berisi:

1) Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada

dinding rahim ibu (nidasi).

2) Aborsi dibolehkan karena ada unzur, baik yang bersifat ataupun

hajat.

3) Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan yang

membolehkan aborsi adalah:

a). Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker

stadium lanjut, TBC dengan ceverna dan penyakit-penyakit fisik

berat lainya yang harus ditetapkan oleh Tim Dokter.

b). Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawea si ibu.

Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan

aborsi adalah:

(1). janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetic yang kalau

lahir kelak sulit disembuhkan.

(2). Kehamilan akibat perkosaan yang di tetapkan oleh tim yang

berwenang yang di dalamnya terdapat antara lain keluarga korban,

dokter, dan ulama.


82

(3). Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud dengan huruf b harus

dilakukan sebelum janin berusia 40 hari.

(4). Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi

akibat zina.

Dalam ijtima ulama di padang panjang bulan Januari 2009, fatwa di atas

diperkuat kembali.

Pada intinya MUI membolehkan keluarga berencana tetapi harus dengan

cara-cara yang tidak bertentangan dengan syara’, yang bertentangan

dengan syara’ diperbolehkan asal ada alasan yang dapat melegalkannya

seperti darurat dan hajat yang tidak dapat ditunda.

c). Keputusan Nahdlatul ulama (NU)

Menurut NU, penjarangan kelahiranan melalui cara apapun tidak

dapat diperkenankan kalau mencapai batas mematikan pungsi fungsi

keturunan secara mutlak. Karenanya, sterilisasi yang diperkenankan

hanyalah yang bersifat dapat dipulihkan kembali kemampuan

berketurunan dan tidak sampai merusak atau mrenghilangkan bagian

tubuh yang berfungsi. Karena itu, KB dengan vasektomi dan tubektomi

dilarang. Dalam menanggapi masalah penggunaan spiral (IUD), NU

menyatakan hukunya boleh, sama dengan ‘azl, atau alat-alat kontasepsi

yang lain, tetapi karena cara memasangnya harus melihat aurat

mughalazhah, maka hukumnya haram. Oleh karena itu, harus diusahakan

dengan cara yang dibenarkan oleh syara’.


83

(1). Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2025

Bangsa Indonesia sedang membangun dalam segala bidang untuk

mewujudkan cita-citaanya, yaitu suatu masyarakat yang sejahtera dalam

segala aspek kehidupannya. Oleh karena suatu keluarga merupakan unit

dasar dari suatu masyarakat, maka kelurga dijadikan sebagai batu

loncatan untuk mencapai tujuan ahir, yaitu kesejahteraan sosial baik

jasmani maupun rohani.

Jumlah penduduk Indonesia tahun 2025 diperkirakan mencapai273,7

juta jiwa atau mengalami kenaikan 67,9 juta jiwa dari jumlah penduduk

tahun 2000 sebanyak 205,8 Pada tahun 2025 angka harapan hidup

penduduk Indonesia juga mengalami peninngkatan menjadi 73,7 tahun

dari 69 tahun.

Luas daratan Negara kita sebesar 1.904.345 km2 dihuni dengan

kepadatan yang berbeda-beda.Pulau jawa dan Bali yang luas daerahnya

hanya 7 % dari keseluruhannya hidup sekitar 2/3 dari seluruh penduduk

Indonesia.

Demikian yang dikatakan Mentri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional Sri mulyani Indrawati saat membacakan hasil proyeksi peduduk

Indonesia tahun 2000-2025 yang disusun besama Badan perencanaan

Pembguunan nasional Badan pusat satistik,dan United Nattioal Population

Find, Selasa 02 Agustus 2005 di Jakarta.

“Pertumbuhan pendududuk yang sangat pesat selama kurun waktu

20 tahun itu harus diwaspadai karena berimplikasi pada strategi


84

pembangunan indonesia mendatang pertambahan penduduk

mengakibatkan jumlah pengangguran dan jumlah penduduk miskin yang

harus ditanggung pemerintah juga semakin tinggi’, katanya.

Maka dari itulah diusahakan juga penurunan angka kelahiran. Sebenarnya

usaha keluarga Berencana bukanlah tujuan utama pembangunan Negara

kita,melainkan suatu sarana yang dapat membawa bangsa indonesia

kearah tujuan akhir yaitu kesejahteraan sosial.

Pada tanggal 10 Desembar 1966,yaitu pada”Hari hak-hak

manusia” telah ditndatangani oleh 12 kepala Negara suatu: Deklarasi

tentang pertambahan penduduk, Harga diri dan kesejahteraan manusia”.

Setahun kemudian disusul pula oleh 18 kepala negara termasuk indonesia

“Penandatanganan Deklarasi yang memuat pernyataan antara lain bahwa

pertambahan penduduk yang cepat sangat mengurangi usaha-usaha

peningkatan taraf hidup dengan, pembinaan pendidikan yang baik,

memajukan kesehatan rumah tinggal yang baik.”

Keluarga Berencana berarti sepasang suami istri sebagai orangtua

yang menyadari akan kewajibannya, dengan penuh rasa tanggung jawab

membuat rencana tentang jumlah anak yang diingini dengan

memperhitungkan akan kemampuannya untuk kasih sayang dan perhatian

secukupnya kepada setiap anak yang dilahirkan.

Pasangan suami istri yang melaksanakan keluarga berencana akan

mendapatkan manfaat, yaitu :


85

a. Meningkatkan kesehatan ibu ;

b. Memperbaiki kesehatan bayi dan anak;

c. Pendidikan anak-anak lebih mendapatkan perhatian dan;

d. Menjaga kesehatan ayah, karena tidak berusaha sangat keras dan

berlebihan untuk mencari nafkah.

Untuk menyukseskan program keluarga berencana, maka

pasangan suami istri melakukukan pencegahan terjadinya pertemuan

antara sel sperma dan sel telur, agar tidak terjadi pembuahan.

Pencegahan pertemuan tersebutdilakukan dengan cara bermacam-

macam baik melalui pihak pria maupun pihak wanita. Inilah prinsip

kontrasepsi.

Untuk mencegah pembuahan sel telur dari pihak wanita (istri):

mencegah ovulasi dengan pemberian hormon progesteron,atau KB

susuk. Pencegahan pembuahan dari pihak pria (suami) dengan cara

vasektomi atau penggunaan kondom.92

a) Memenuhi kebutuhan

Presiden Susilobambang yudhiyono dalam sambutannya sebelum

peluncuran buku “Proyeksi Penduduk” di Istana Negara, mengakui

bahwa jumlah penduduk tahun 2025 yang diperkirakan akan

mencapai 273,7 juta jiwa itu yang membuat dirinya harus berpikir

keras mengenai kebutuhan dasar, yaitu sandang, pangan dan

kesehatan. Namun tantangan itu harus diatasi bersama oleh seluruh

92
Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi, Suratun dkk, Katalog dalam
terbitan, Jakarta :2013.
86

komponen bangsa, mulai dari pemerintah daerah sampailembaga-

lembaga lainnya dengan strategi dan cara-cara yang tepat.

Oleh sebab itu, kata presiden indonesia memerlukan satu

rencana besardalam jangka menengah ataupun panjang,

koordinasitermasuk menggalakkan kembali program Keluarga

Berencana (KB) dan dikonsolidasikan dengan Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasonal (BKKBN).

b) Pertumbuhan menurun

Ketua perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Prof.Dr.Prijono

Tjiptoherijanto mengatakan, meski ada kenaikan jumlah penduduk

pertumbuhan rata-rata penduduk pertahun selama 2000-2025

cenderung menurun. Hal itu merupakan dampak keberhasilan

pelaksanaan program Keluarga Berencana.

Jumlah penduduk usia 0-14, yang pada tahun 2000 sebanyak

63,194 atau 30,7 % dari total penduduk, menurun menjadi 62,392

jiwa walaupun secara absolut angkanya relatif sama. Penurunan

terbesar terjadi pada usia 0-4 tahun karena adanya program Keluarga

Berencana. Jumlah penduduk usia produktif 15-64 tahun pada tahun

2000 sebanyak 132.976. itu berarati akan terjadi kenaikan pada tahun

2025 yang mencapai 187.998 jiwa. Meningkatnya penduduk usia

produktif ini berdampak pada penurunan rasio ketergantungan . saat

ini 100 orang produktif menanggung 50 orang tidak produktif.


87

Tabel 2.3
Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025

Karakteristik 2000 2005 2010 2015 2020 2025

63,19,8 62.231,2 62.876 62.045,0 62.507,9 62.392,5


0-14
(30,7%) (28,3%) (26,0%) (25,0%) (23,9%) (22,8%)

132,976,8 146,672,2 160,619,6 171,492,4 180,723,9 187.998,5


15-64
(64,6%) (66,7%) (68,6%) (69,1%) (69,1%) (68,7%)

Sumber :Diolah dari Hasil Sementara Proyeksi Penduduk.

Jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas pada tahun 2000 hanya 9.674,7 atau

4,7%. Tahun 2025 menjadi 23.260,4 jiwa, itu berarti jumlah penduduk yang

ditanggung oleh usia produktif menjadi lebih besar.

Prijono menambahkan, tingginya angka pengangguran pada

semester 1 tahun 2005 mencapai 600.000. Apabila ditambah dengan jumlah

penduduk miskin yang saat ini mencapai 36 juta jiwa akan memperumit

permasalahan. Sampai tahun 2025 diproyeksi angkatan kerja menjadi

persoalan yang paling pelik.

Sudah barang tentu, hal ini tidak kita harapkan. Jadi, program

Keluarga Berencana dimaksudkan untuk mengurangi laju pertumbuhan

penduduk yang besar ini.

1. Data pasangan suami istri yang menikah usia muda dan melaksanakan

program KB di Kabupaten Lombok Tengah

Presentase perempuan menikah pada umur 15-19 tahun cukup tinggi

yaitu sebesar 50,29 % (Data BPS tahun 2014), tahun 2015 turun menjadi

47,14 %Rata-rata usia kawin pertama perempuan menuruun tahun


88

2011:20,46, tahun 2012 : 20 tahun, tahun 2013 :19,18 tahun tahuun 2014

naik menjadi 19,94 namun masih dibawah target yaitu 21,32 tahun, tahun

2015 naik 20,32 tahun masih dibawah target yaitu 21,73 tahun.93

Sosial budaya yang tidak mendukung (adanya penyimpangan

budaya merariq oleh para remaja ) dan masih adanya tradisi kawin muda

di beberapa daerah terutama dipedesaanRegulasi yanng tidak mendukung

(UU perkawinan No.1 tahun 1974).

1. Tingkat ekonomi masyarakat NTB masih rendah

2. Tingkat pengangguran yang masih tinggi

Tabel 2.4
Jumlah perempuan yang melakukan perkawinan pada usia 10- 19 tahun
pada tahun 2013-2018:
NO Tahun Presentase %

1 2013 48,89%

2 2014 51,88 %

3 2015 34,90 %

4 2016 22,20 %

5 2017 21,22 %

6 2018 21,20 %

93
Tabel Pernikahan usiadini di NTB tahun 2013-2018, Sumber: Dinas Pemberdayaan
perempuan, perlindungan anak, Pengendalian penduduk dan KB Kabupaten Lombok
Tengah.
89

Rata-rata usia kawin pertama perempuan

No Tahun Usia (Tahun )

1 2013 19,88 %

2 2014 19,94 %

3 2015 20,32 %

4 2016 20,20 %

c) . Faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan dibawah umur

1. Faktor Ekonomi

2. Faktor Pendidikan

3. Faktor orangtua

4. Fakktor Mediamasa & internet

5. Faktor Biologis

6. faktor Hamil diluar nikah

7. Faktor Adat

c). Dampak pernikahan dini hingga tindakan preventif yang harus dilakukan

pemerintah bekerjasama dengan elemen masyarakat.

Dampak Perkawinan usia dini antara lain :

1. Drop out sekolah menekan angka rata-rata lama sekolah menjadi

rendah

2. Subordinasi Keluarga dalam satu rumah tangga terdapat beberapa

kepala rumah tangga;

3. Hak kesehatan reproduksi rendah;

4. Peluang kematian ibu tinggi; (KDRT)


90

Peningkatan kesejahteraan akibat pertumbuhan Ekonomi di NTB

belum dibarengi dengan peningkatan yang signifikan pada kualitas

penduduk baik dibidang pendidikan,kesehatan maupun pendapatan.

Rendahnya kualitas penduduk NTB cenderung mempengaruhi terjadinya

pernikahan diusia muda.Semakin berkualitas suatu penduduk maka

semakin kecil kemungkinan tejadinyapernikahan usia muda;

d). Rekomendasi

1. Peningkatan kuantitas dan kualitas sosialisaasi dan advokasi secara

langsung dan intensif pada kelompok sasaran baik ditingkat institusi

maupun individu khususnya ditingkat SMP.

2. Penguatan peran tokoh adat dan tokoh agama sebagai kontrol sosial pada

praktik perkawinan usia muda.

3. Peningkatan kapasitas orang tua hususnya dalam menigkatkan minat atas

pendidikan dan mengurangi tekanan ekonomi di tingkat keluarga;

4. Penguatan peran pemerintaah daerah dalam hal pengendalianpernikahan

dini melalui perencanaan kebijakan dan koordinasi lintas sektor secara

intensif.Upaya-upaya yang sudah dilaksanakan antara lain :

b. Seminar PUP 1 yang diprakarsai oleh TP PKK provinsi NTB

bekerjasama dengan instansi/lembagaa/organisasi terkait.

c. Rekomendasi ketingkat nasioal mengusulkanperubahan usia

perkawinan dari 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-

laki maupun perempuan usulan sudah dkirim ke MK).


91

d. Surat edaran gubernur NTB No. 180 /1153/KUM tahun 2014

tentang PUP (Pendewasaan Usia Perkawinan).

e. Membentuk kelompok dialog warga, dengan melibatkan kelompok

tokoh, kelompok ibu-ibu dan kelompok remaja di masyarakat

untuk berperan aktif dalam prograam PUP dan PPPA melalui

kearifan lokal yag ada dimasyarakat.

f. KIE tentang kesehatan reproduksi remaja, pendewasaan usia

perkawinan dan generasi emas padaanakremaja disekolah maupun

pondok pesantren dan penyuluhan kelangsungan hidup ibu bayi

dan anak di kelompok masyarakat

g. Advokasi PUP pada Toga dan TomaBersama tim generasi emas

NTB melaksanakan program parentingdengan melakukan TOT

pranikah, Penyusunan kurikulum pranikah/ Pranata,Pelatihan

konselor Parana.

h. Melakukan pelatihan konsellor pasangan ramah anak

i. Refleksi gerakan perempuann NTB untuk PUP tahun

2014)kerjasama dengan koordinasi dan instansi/organisasi/lembaga

terkait/LSM yang terstruktuk dan terorganisir dengan baik untuk

mempromosikan hak-hak perempuan dan anak dengan fokus

kegiatan pada pendewasaan usia perkawinan (PUP)

j. Membentuk dan memfasilitasi forum remaja NTB yang fokus dan

peduli pencegahn pernikahan dini.


92

k. Lokakarya pendewasaan usia perkawinan ke 11 yang telah

menghasilkan:

1. Rekomendasi bersama untuk stakeholder ditingkat nasional

maupun di tingkat daerah;

2. Film pendek yang berdurasi 5 (lima) menit mengenai lokarya;

3. Peluncuran forum remaja NTB (FoR NTB) dan kelompok

dialog warga PUP.

4. Forum remaja NTB (FoR NTB) telah pula melakukan kegiatan

sosialisasi pencegahan pernikahan dini pada remaja.

5. Sebagian Kab/Kota yaitu lombok barat dan lombok utara telah

menindak lanjuti surat edaran Gubernur NTB dan telah

menyusun PERDA Pup.

6. Gerakan-gerakan masyarakat juga sudah terlihat di Kab

Lombok Barat sudah ada Gerakan Anti Merariq Kodek

(GAMAK).

7. Organissi PKK dan BKOW telah melakukan sosialisasi PUP

pada semua Kab/Kota di NTB melalui Hari Kesatuaan Gerakan

PKK

e). Hasil Pencapaian

Kondisi saat ini raata-rata kawin pertama NTB (2015) sudah mencapai

20,32 tahun.Jumlah perempuan yang melakukan perkawinan pertama pada

usia 10-19 tahun sebesar 34,90.


93

Jumlah usia kawin kelompok umur 20-35 dari 47,64 % menjadi 65,05

pada tahun 2015, berarti ada kenaikan sebesar 17,41 %

Indonesia dewasa ini masih menghadapi tiga persoalan pokok

kependudukan, yakni jumlah penduduk besar dengan tingkat pertumbuhan

tinggi. Kualitas penduduknya masih rendah, dan persebarannya tidak

merata.

`Pada saat ini, menurut data di BKKBN, jumlah penduduk

Indonnesia telah mencapai sekitar 220 juta jiwa. Tingkat pertumbuhannya

sekitar 1,48 persen pertahun dan tingkat kelahiran (FTR) sebesar 2,6.

Berkat kerja keras jajaran BKKBN dan seluruh lapisan masyarakat, baik

instansi pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM dan istitusi,

kemasyarakatan lainnya, tingkat kelahiran tersebut telah berhasil ditekan

dari sekitar 5,6 pada awal 1970-an. Sementara tingkat pertumbuhannya

diturunkan dari sekitar 2,3 pada periode 1980-an.

Di Indonesia setiap tahun ada 4,2 juta kelahiran baru dan terjadi

penambahan penduduk baru sebanyak3,2 juta jiwa. Angka ini hampir

sama dengan jumlah penduduk singapura sekarang. Tingginya tingkat

kelahiran dan pertumbuhan penduduk saat ini terkait dengan era baby

boom yang terjadi pada kurun waktu 1960-an dan 1970-an.

Para pakar dan pemerhati masalah kependudukan memperkiraan

jumlah penduduk Indonesia akan terus bertambah hingga mencapai

jumlah sekitar 298 juta jiwa l jiwa pada tahun 2050 sebelum akhirnya akan

terjadi keseimbangan antara jumlah yang lahir dan jumlah yang


94

meninggal, yang disebut penduduk tanpa pertumbuhan. Namun harus

dicatat proyeksi tersebut mengikuti tirn kondisi kependudukan pada

tahun 1980-2000 yakni saat perhatian seluruh komponen masyarakat dan

kebijkan pemerintah dari pusat hingga ke Desa/Kelurahan mendukung

sepenuhnya program keluarga berencana (KB) nasional. Jika ternyata

kepedulian terhadap para pengambil kebijakan terhadapp program (KB)

melemah, bukan tidak mungkin jumlah penduduk Indonesia pada tahun

2050 akan melebihi 298 juta jiwa.

Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat ditengah berbagi

persoalaan yang masih mendera bangsa ini, seperti rendahnya

pertumbuhan sumber daya manusia, penyebaran penduuduk yang tidak

merata, dan tingkat kesejahteraan yang masih rendah, tentu akan

menyebabkan kondisi kehidupan masyarakat semakin mengkhawatirkan.

Islam yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia sesungguhnya

mempunyai fikih untuk mengatasi persoalan tersebut. Islam memiliki

konsep kependudukan yang berorintasi kepada kesejahteraan dan

kebahagiaan hidup keluarga. Bahkan jauh dari cita-cita kependudukan

secara umum, cita-cita islam bahkan sekedar kebahagiaan sementara di

dunia, tetapi kebahagiaan dunia akhir.

Masalah perkawinan usia muda dikalangan remaja memiliki tingkat

masalah yang sama dengan daerah lain, terutama daerah yang memiliki

tingkat penduduk yang padat, dengan tingkat ekonomi masyarakatnya

yang rendah. Dimana kebanyakan remaja yang telah menikah di usia yang
95

relatif masih sangat muda hidup dengan latar belakang dari rendahnya

ekonomi orangtua, pengaruh lingkungan sosial yang sangat mendorong

remaja untuk memutuskan menikah di usia yang masih muda, serta

kurangnya perhatian dan rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh

keluarga. Untuk lebih memperjelas data yang ada, peneliti melakukan

wawancara mendalam terhadap 10 informan atau 10 orang remaja yang

menikah di usia muda, yaiitu 9 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. 10

informan ini mewakili jumlah pasangan remaja yang menikah di usia

muda di Desa Tanak Awu Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah :

Informan 1, Informan 1 menikah pada usia 16 tahun atau masih duduk di

bangku kelas 3 SMP, Orangtua informan memperbolehkan informan

menikah di usia muda dikarenakan orangtua informan sudah dekat dengan

suami informan, suami informan yang sudah mapan, sehingga informan

dapat membantu ekonomi keluarga informan. Latar belakang keluarga

informan yang ternyata juga menikah di usia muda. Keinginan informan

menikah di usia muda adanya pengaruh dari lingkungan pergaulan yang

kebanyakan dari teman-teman imforman sudah menikah dini dan sudah

mempunyai anak. Menikah diusia dini adalah keinginan imforman tanpa

adapaksaan dari siapapun. imforrman ini sudah melakukan program KB

semenjak awalperrnikahannya tapi gagal KB.94Informan ke 2, Informan ini

menikah pada usia 15 tahun, informan juga perokok tetap sejak duduk

dibangku sekolah dasar, imforman menikah saat masih duduk dibangku


94
Wawanncara dengan salah satu imforman yang melakukan pernikahan dibawah umur
bernama Rani di Desa tanak Awu kecaatan pujut Kabupaten Lombok Tengah pada Pukul 09.00
Wita.
96

SMP kelas 3, Imforman menikah karena faktor ingkungan yaitu teman-

teman disekitarnya melakukan pernikahan dibawah umur kemudian saat

itu istrinya juga dinikahinya pada usia 19 tahun dan dalam status janda,

karena istrinnya sudah pernah menikah pada usia 17 tahun, Informan 3,

Informan 3 menikah pada usia 16 tahun, pada masa masih duduk dibangku

kelas 2 SMP alasan melakukan pernikahan diusia dini adalah sama seperti

imforman pertama yaitu karena keinginan diri sendiri dan sudah tidak mau

melanjutkan sekolahnya dengan alasan bosen belajar, imfoman ketiga

melakukan program KB namun gagal KB. dikarenakan telat

mengkonsumsi pil KB tersebut,95imforman ke 4 menikah usia 16 tahun

yaitu pada saat kelas 2 SMP, Latar belakang keluarga informan yang

kebanyakan menikah di usia muda dulunya, membuat informan ingin

menikah di usia muda seperti kakak-kakaknya, jawaban yang dilontarkan

oleh informan ke 4 hampir sama dengan informan yang ke 2 dan ke 3,

yaitu dikarenakan keinginan informan sendiri tanpa dorongan orangtua

menikah di usia muda katanya mengasikkan walaupun terlihat maen-maen

karena masiih dibawah umur dan tanpa merasa mindar sedikitpun karena

memang dilingkungan imformaan rata-rata menikah usia dini. Berdasarkan

pernyataan imforman sempat melakukan program KB namun karena telat

beberapa hari sehingga gagal KB96Imforman ke 5 menikah usia 14 tahun

saat ini masih duduk di bangku kelas 1 SMP berdasarkan imformasi

95
Wawanccara dengan salah salah satu imforman yang melaakukan penikahan usia dini
yang bernama Lulu Astuti di Dusun selawang Kecamatan pujut Kabupaten Lombok Tengah pada
Pukul 09.00 Wita.
96
Wawancara dengan Rusniati salah satu pelaku perkawinan di bawah umur di Desa
Tanak Awu Kecamatan Pujut Lombok Tengah , pada pukul 10.00 Wita
97

imforman ke 5 ini bahwa suaminya imforman juga sekitar usia 16 tahun

dan masih duduk di bangku kelas 2 SMP, imforman ini aktif program KB

dan masih berlangsung,97 imforman ke 6 imforman ke 6 menikah usia 17

tahun saat masih dudukdi bangku kelas 3 SMP berdasarkan imformasi

imforman ini ia menikah karena faktor orangtuanya yang tidak mau

melanjutkan sekolahnya ke tingkat SLTA di pondok pesantren dan

orangtuanya menyuruhnya untuk lebih baik menikah daipada sekolah

sehingga akhirnya imforman menikah diusia dini dan aktif melakukan

program KB,98imforman ke 7 menikah di usia 14 tahun masih duduk di

banagku kelas 1 SMP dan suaminya usia 19 tahun masih duduk di bangku

SMA kelas 1 imforman ini menikah diusia dini karena alasan sama-sama

faktor dari keinginan dirisendiri dan lingkungannya imforman ini sudah

aktif melakukan program KB yang saat ini pernikahannya baru

berlangsung selama 4 bulan. Imforman ke 8 menikkah usia 15 tahun yaitu

saat kelas 1 MTS imforman ini menikah karena faktor keinginan diri

sendiiri dan dari faktor lingkungan sama seperti pernyataan imforman ke

7,imforman ini aktif melakukan program KB namun gagal KBdan saat iini

sudah memppunyai satu orang anak99 imforman ke 9 menikah usia 16

tahun berdasarkan imformasi dari orangtua imforman, bahwa ia menikah

pada saat kelas 3 MTS ahir ujian Nasionalnya menurut pernyataannya

97
Wawancara dengan salah satu pelaku perkawinan dibawah umur bernama Murtini di
Dusun Selawaang Desa Tanak Awu kecamatan Pujut Kab.Lombok Tengah pada pukul 010.0 Wita
98
Wawwancara dengan maela Zulkarni salah satu pelaku perkawinan di bawah umur di
Desa Tanak Awu Kecamatan Pujut Lombok Tengah , pada pukul 10.20 Wita.
99
Wawancara dengan salah satu pelaku perkawinan di bawah umur bernama Dina di desa
tanak Awu kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah pada pukul 10.30 Wita
98

bahawa imforman sama seperti pernyataan imforman pertama yaitu karena

calon suami imforman sudah dikenal dekat oleh orangtua imforman trsebut

dan dalam kategori sudah mapan dan juga karena faktor orangtuanya yang

sudah merestui.100Imforman ke 10 menikah usia 18 tahun ketika masih

duduk dibangku aliyah kelas 1 imforman menikah karena keinginan

dirisendiri.101Berdasarakan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti

terhadap ke10 orang informan atau 10pasangan yang menikah di usia

muda yaitu tampak bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi

sehingga menyebabkan seorang remaja melakukan perkawinan usia muda

adalah faktor lingkungan, rendahnya ekonomi orangtua mempunyai

dampak yang besar terhadap perkembangan remaja dan masa depan

remaja itu sendiri, faktor orangtua yaitu orangtua merasa malu bila anak

perempuannya terlambat kawin dan jadi perawan tua serta dianggap tidak

laku. Faktor pergaulan masyarakat tempat informan tinggal termasuk salah

satu faktor seseorang melakukan perkawinan di usia muda. Faktor lain

yang menyebabkan seorang remaja melakukan perkawinan usia muda di

Tanak Awu Kecamatan Pujut Kabupaten Lombk Tengah dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yang saling berhubungan, yakni

inisiatif atau dorongan dari anak itu sendiri, dari lingkungann dan

pergaulan, pola asuh keluarga, dan ekonomi keluarga. Keempat faktor ini

memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap perilaku seorang

100
awancara dengan salah satu pelaku perkawinan di bawah umur bernama Hajarni
di Desa tanak Awu kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah pada pukul 10.30 Wita
101
wawancara dengan salah satu imfrman yan menikah usia dini bernama Siti Nikmah di
Selawang Desa Tanak Au pada pukul 11.00 Wita.
99

remaja dalam menentukan masa depan mereka. Selain 10 faktor di atas

terdapat juga beberapa faktor lain yang menyebabkan pernikahan dini

dikalangan remaja, yaitu :

1. Peran gender dan kurangnya alternatif (Gender roles and a lack of

alternatives),

2. Nilai virginitas dan ketakutan mengenai aktivitas seksual pranikah

(value of virginity and fears about premarital sexual activity).

3. Pernikahan sebagai usaha untuk menggabungkan dan transaksi

(marriege alliances and transactions) dan Kemiskinan (the role of

poverty).
100

BAB III

PERSPEKTIF HUKUM KELUARGA ISLAM TERHADAP PRAKTIK


KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH
A. Pelaksanaan Program Keluarga Berencana pada Pasangan Muslim di

Bawah Umur di Kabupaten Lombok Tengah.

Keluarga adalah unit terkecil dari susunan kelompok masyarakat

berupa pasangan suami istri, mempunyai anak atau tidak mempunyai

anak.Sakinah adalahrasa tentram, aman dan damai. Seseorang akan

merasakan hidup sakinah apabila terpenuhi unsur-unsur hajat hidup spiritual

dan material secara layak dan seimbang. Sedangkan yang dimaksud

dengan keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang

sah, mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara layak dan

seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan

lingkungannya secara selaras, serasi, serta mampu mengamalkan,

menghayati, dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlak

mulia.

Berdasarkan pengertian diatas, yang dimaksud dengan pembinaan

Keluarga Sakinah adalah upaya yang sungguh-sungguh dan terus menerus

untuk mewujudkan, mengembangkan, dan memelihara, potensi dan kualitas

keluarga dalam kehidupan spiritual dan material yang seimbang berlandaskan

nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.102

102
Pedoman Keluarga Sakinah,Kementrian Agama Wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Bidang Urusan Agama Islam, 2012.

100
101

1. Pandangan agama Islam mengenai upaya pengendalian laju

pertumbuhan penduduk.

Agama Islam adalah agama yang menyeluruh dan mengatur

semua persoalan dalam sendi-sendi kehidupan umat manusia. Karena

tujuan Islam adalah membawa manusia pada kebaikan hidup didunia dan

akhirat.103 Dalam islam apapun yang memberikan dampak negative pada

kehidupan masyarakat baik dimasa kini maupun dimasa yang akan

datang harus ditiadakan. Islam menghendaki masyarakat terlindungi

baik dari aspek agama, jiwa harta dan akal,dan anak keturunannya karena

itu, islam juga mendorong agar kependudukan diatur sehingga tidak

menimbulkan dampaknegatif pada umat manusia baik dimasa kini

maupun dimasa yang akan datang.

Membiarkan laju pertumbuhan penduduk tetap tinggi sama

artinya membiarkan umat manusia mengalami kehancuran. Padahal

Allah SWT telah berfirman : Qs. Al Baqarah a:195

١٩٥ َ‫َوأَﻧﻔِﻘُﻮ ْا ﻓِﻲ َﺳﺒِﯿ ِﻞ ٱ و ََﻻ ﺗُﻠۡ ﻘُﻮ ْا ﺑِﺄَﯾۡ ﺪِﯾﻜُﻢۡ إِﻟَﻰ ٱﻟﺘﱠﮭۡ ﻠُ َﻜ ِﺔ َوأ َۡﺣ ِﺴﻨُﻮٓ ْۚا إِنﱠ ٱ ﯾُﺤِﺐﱡ ٱﻟۡ ﻤ ُۡﺤ ِﺴﻨِﯿﻦ‬

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu


menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”
(Qs.Al-Baqarah A:195).104
Karena itu, Islam juga sangat peduli dengan kesejahteraan

umat.firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat An-Nisa:9

103
Materi KIE Program Kepndudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Kleuarga
dari Perspektif Agama Islam, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2016.
104
Ibid,
102

٩ ‫ﻮ ْا ﻗ َۡﻮ ٗﻻ َﺳﺪِﯾﺪًا‬

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar(QS. An-Nisa :9)105.

Para ulama menyepakati bahwa syariat islam diturunkan untuk

melindungi lima hal pokok yang disebut al-kulliyat al-khams, yaitu:

a. Hifzh al-Din (melindungi agama)

Artinya Islam memberikan perlindungan kepada akidah

yang dipeluk umatnya agar terjaga dari kontaminasi ataupun hal

apasaja yang berpotensi menggoyahkan keimanan seseorang. Dalam

masalah kependudukan sangat penting, karenajika terjadi ledakan

penduduk, maka pasti akan terjadi kelaparan. Kemiskinan, dan

penderitaan. Rasulullah mengingatkan hampir-hampir kemiskinan

itu mendekati kekufuran. Padahal salah satu penyebab kemiskinan

adalah memiliki anak banyak. Fakta telah menunjukkan masyarakat

dibawah garis kemiskinan rata-rata memiliki anak lebih dari dua.

Karena itu, agama Islam tidak melarang keluarga berencana,

bahkkan sangat mendukung demi terpeliharanya agama.

b. Hifz an-Nafs (Menjaga Jiwa)

Hifzh al-nafs artinya menjaga dan mempertahankan jiwa.

Setiap manusia diberi kebebasan dan diberi hak untuk melindungi

diridari berbagai macam bentuk usaha-usaha yang dapat melukai

105
Al-Qur’an dan terjemah provinsi Nusa tenggara Barat, 2016.
103

dirinya walaupun orang yang menjadi tanggungannya (istri, anak,

budakdan yang menjadi tanggungannya). Untuk itu dalam islam

hukuman terhadap pelaku yang menyebabkan jiwa seseorang

terancam cukup berat, baik berupa pelukaan atau bahkan sampai

pembunuhan. Dalam hal ini, dalam islam dikenal hukuman qishash,

yaitu hukuman yang sepadan dengan perbuatan yang dilakukan.

Islam sangat melindungii jiwa manusia dari berbagai

keterancaman, termasuk dari bahaya kelaparan yang dapat

mengancam jiwa manusia, karena itu islam pun memerangi hal-hal

yang dapat menyebabkkan terjadinya krisis pangan. Sebagaimana

diketahuisalah satu penyebab teerjadinya krisis pangan adalah

ledakan penduduk. Karena itu, pengendalian penduduk dalam Islam

adalah hukumnya wajib.

c. Hifzh al-Aql (memelihara akal)

Islam memberikan perlindungan sepenuhnya kepada

keselamatan akan manusia baik secara fisik maupunnon fisik.Secara

fisik berarti islam melindungi agar akal manusia yang berpusat di

otak agar tidak mengalami kerusakan fisik. Termasuk kerusakan

fisik pada otak adalah otak yang kurang dapat berkembang dengan

baik akibat kurang asupan nutrisi yang dibutuhkan, kurang adanya

stimulasi dari keluarga, lingkungan perumahan yang memadai,

sanitasi lingkungan, yang tidak sehat, serta tidak tersedianya sarana,

dan prasarana perkembangan anak. Kondisi seperti ini terjadi pada


104

masyarakat yang penduduk padat dan biasanya hidup dibawah

kemiskinan. Salah satu peluang akal dapat terancam adalah kondisi

kemiskinan. Karena kemiskinan, orang tuatidak mampu memberikan

gizi yang cukup kepada anak-anaknya,tidak mampu mengawasi

gerak geriknya setiap hari, lingkungan yang tidak memadai,sehingga

akal anak tumbuh tidak sehat, baik secara jasmani maupun rohani.

Disinilah, Islam menegaskan kembali perlunya keluarga

berencana sebagai upaya menanggulangi kemiskinan. Karena

kemiskinan itu dapat mengancam akal manusia.

d. Hifz al-Mal (Melindungi harta)

Hifzh al-Mal artinya melindunngi dan menjaga harta.

Pengertian melindungi harta. Pengertian melindungi harta disini

tidak hanya melindungi harta yang sudah dimiliki darikemungkinan

dirampas atau dirusak orang lain, tetapi juga melindungi hak-hak

masyarakat untuk memiiki harta benda. Pada perlindungan yang

pertama, hukuman yang cukup tegas kepada para pencuri. Bagi para

pencuri yang sudah memiliki kriteria potong tangan, maka

hukumannya adalah dipotong tangan, bagi yang tidak memenuhi

kriteria hukumnya adalah ta’zir (diserahkan kepada kebijakan

hakim).

Pada perlindungan kedua, Islam memberikan hak

sepenuhnya kepada manusia untuk berbuat ataupun bekerja

sepenuhnya kepada manusia, untuk berbuat ataupun bekerja dengan


105

cara halal untuk mendapatkan dan memiliki harta. Islam memberikan

hak kepadaseluruh umat manusia memiliki aksen kepada harta

kekayaan. Bahkan terhadap orang-orang yang tidak mampu, Islam

memberikan bantuan langsung tunai melalui zakat dan

shadakah.Islam juga memerangi segala hal yang dapat

menyebabkan seseorang jatuh kedalam kemiskinan. Diantara

penyebabnya adalah banyak anak. Karena itu, Islam sangat

mendukung keluarga berencana dalam rangka memberikan hak

kepada warga masyarakat untuk hidup layak dan terbebas dari

kemiskinan.

e. Hifzh an-Nasl (menjaga keturunan)

Hifzh an-nasl artinya menjaga keturunan.menjaga

keturunan dalam hal ini ada 3 hal : pertama, melindungi hak

setiaporang untuk memiliki keturunan, kedua, melindungi agar

keturunan tersebut sah secara hukum agama dan hukum negara,

ketiga, melindungi keturunan tersebut agar berkualitas dan memiliki

masa depan yang cerah. Pada perlindungan pertama, Islam

menentang siapapun yang menghalang-halangi manusia memiliki

keturunan. Karena memiliki keturunan adalah hak dasar setiap

orang. Pada perlindungan kedua Islam mensyariatkan pernikahan

sebagai syarat sah adanya keturunan agar dapat diakui secara syara’

dan hukum negara. Islam memberikan hak setiap orang untuk

memiliki keturunan, tetapi harus melalui perkawinan yang sah


106

terlebih dahulu. Perlindungan ketiga, Islam menyerukan kepada

setiap individu agar memperhatikan masa depan anak keturunannya.

Tidak sekedar mempunyai anak, tetapi anak-anak yang dibekali ilmu

untuk menghadapi masadepannya. Maka disinilah perlunya

pengaturan kelahiran agar anak-anak yang dilahirkan dapat

dipelihara dengan baik dan mendapat kesempatan, mendapatkan

pendidikan yang layak, untuk menyongsong masa depannya.106

2. Pandangan agama Islam mengenai Kualitas penduduk

Islam lebih mengutamakan Kualitas daripada kuantitas. Dalam

al-Qur’an Allah SWT telah berfirman

٢٤٩ َ‫ﺼﺒِﺮِﯾﻦ‬ ٰ‫ﻛَﻢ ﻣﱢﻦ ﻓِﺌَﺔٖ ﻗَﻠِﯿﻠَ ٍﺔ َﻏﻠَﺒ َۡﺖ ﻓِﺌَﺔٗ َﻛﺜِﯿﺮَ َۢة ﺑِﺈ ِذۡ نِ ٱ وَ ٱ َﻣ َﻊ ٱﻟ ﱠ‬

Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah,


berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah
beserta orang-orang yang sabar" (Qs.Al-Baqarah A:249).

Secara konseptual islam memang tidak secara tegas

mengungkapkan pentingnya keluarga kecil, tetapi berdasarkan kondisi

umum dunia, juga dikaitkan dengan maslahat dan mudaratnya. Islam

jauh memandang bahwa kepentingan yang harus diutamakan itu adalah

kepentingan umum. Sungguhpun secara pribadi menguntungkan jika

secara umum dapat merugikan orang maka islam melarangnya. Bahkan

berkaitan dengan kemaslahatan seperti ini para ulama merumuskan

kaidah fiqih yang berbunyi:

106
Fiqih Keluarga Menuju Keluarga Sakinah mawaddah warahmah, Keluarga Sehat
Sejahtera dan berkualitas, Nasaruddin Umar dkk, Mitra Abadi:Jakarta Selatan.
107

Yang artinya:” Membuang kemafsadatan harus lebih diutamakan daripada


menarik mafsadat.
Jikalau beranak banyak akan mendatangkan kemafsadatan bagi

kehidupan manusia, maka wajib hukumnya manusia tidak memiliki anak

banyak, tetapi cukup sedikit saja.

Semboyan yang dikampanyekan badan kependudukan dan

keluarga berencana nasional (BKKBN), dua anak cukup, tidak bertentangan

dengan semangat islam yang juga dalam kondisi tertentu membolehkan

pengaturan kelahiran untuk menghindari terjadinya baby boom yang akan

berakibat pada terjadinya ledakan penduduk. Hal ini dapat dilihat pada

beberapa ayat al-Qur’an dam al-Sunnah.

Islam sangat mendukung terwujudnya keluarga kecil dan

berkualitas. Islam lebih mengutamakan masa depan generasi penerus agar

mereka memiliki masa depan yang cerah. Karena itu, berdasarkan

kenyataan yang ada, islam saat ini tidak mendukung keluarga besar karena

dapat mendatangkan mudharat bagi kehidupan manusia secara umum.

3. Tinjauan hukum Islam terhadap dampak program KB bagi

regenerasi pasangan usia muda di Kabupaten Lombok Tengah.

Islam sendiri menganjurkan untuk memperbanyak keturunan

dan mensyukuri setiap anak yang lahir, baik laki-laki ataupun

perempuan. Namun dibalik itu islam juga memberi keringanan

(rukhshah) bahkan menyerukan kepada setiap muslim untuk mengatur

keturunanya demi kualitas generasi berikutnya. Allah swt brerfirman

dalam Surat al-Ahkaf Ayat 15:


108

١٥ …‫وَ ﺣَ ﻤۡ ﻠُﮫۥُ وَ ﻓِﺼَٰ ﻠُﮫۥُ ﺛَ َٰﻠﺜُﻮنَ ﺷَﮭۡ ﺮًا‬


Artinya: Mengandungnnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh
bulan. (QS.46:15).

Menurut imam al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya; kalau hamilnya

6 bulan berarti menyusuinya 24 bulan, kalau hamilnya 7 bulan berarti

menyusuinya 23 bulan, kalau hamilnya 8 bulan berarti menyusuinya 22

bulan, kalau hamilnya 9 bulan berarti menyusuinya 21 bulan. Sehingga

seandainya jarak kehamilan kurang dari tiga puluh bulan ada

kemungkinan terkena resiko buruk, paling tidak kesehatan si ibu akan

terganggu, dan menjadi lemah. Prof. Dr. hamka dalam tafsirnya Al-

azhar mengatakan. “Bahkan bukan sedikit, ibu yang subur melahirkan

tahun ini menyusukan tahun depan, melahirkan tahun yang satu lagi dan

menyusukaan pula sesudah itu, sehingga tahun ini beranak tahun depan

menyusukan. Kian lama anak kian banyak, namun badan kian lama kian

lemah…”107

Untuk menjaga kesehatan ibu dan kualitas anak, hendaknya si

ibu memberikan ASI (Air Susu Ibu) seperti yang diperintahkan Al-

Qur”an;

٢٣٣ ... ‫َوٱﻟۡ َٰﻮﻟِ َٰﺪتُ ﯾ ُۡﺮﺿِﻌۡ ﻦَ أ َۡو َٰﻟ َﺪھُﻦﱠ ﺣ َۡﻮﻟَﯿۡ ِﻦ‬

Artinya: para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua


tahun penuh..(QS. Al-Baqarah A: 233).
Diantara sekian banyak alasan yang mendorong dilakukannya

keluarga berencana, yaitu:

107
Membangun keluarga Sehat dan Sakinah BKKBN bekerjasama dengan NFPA,
ADB DEPAG RI, MUI,NU, dan DMI tahun: 2010.
109

Pertama: Menghawatirkan terhadap kehidupan atau kesehataaan si ibu

apabila hamilatau melahirkan anak, setelah dilakukansuatu penelitian dan

pemeriksaan oleh Dokter yang dapat dipercaya.

Kedua: kawatir akan terjadinya bahaya pada urusan dunia yang

kadang-kadang bisa mempersukar beribadah, sehingga menyebabkan

orang mau menerima barang yang haram dan mengerjakan yang

terlarang, justru untuk kepentingan anak-anaknya. Sedang Allah telah

berfirman:

‫ﯾُﺮِﯾ ُﺪ ٱ ﺑِ ُﻜ ُﻢ ٱﻟۡ ﯿُﺴۡ ﺮَ و ََﻻ ﯾُﺮِﯾ ُﺪ ﺑِ ُﻜ ُﻢ ٱﻟۡ ﻌُﺴۡ ﺮَ وَ ﻟِﺘُﻜۡ ِﻤﻠُﻮ ْا ٱﻟۡ ِﻌ ﱠﺪةَ َوﻟِﺘُ َﻜﺒﱢﺮُو ْا ٱ‬
١٨٥ َ‫وَ ﻟَ َﻌﻠﱠﻜُﻢۡ ﺗَﺸۡ ُﻜﺮُون‬

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki


kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS.Al-Baqarah 185).

Termasuk yang menghawatirkan anak, ialah tentang

keselamatan dan pendidikannya. Usamah bin zaid meriwayatkkan “Ada

seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW. Kemudian ia berkata

ya Rasulullah : ”Sesungguhnya saya melakukan azl pada istriku,

kemudianNabi bertanya kenapa kamu berbuat begitu? kemudian laki-

laki itu menjawab”karena saya kasihan terhadap anak-anaknya, lantas

Nabi bersabda seandainya hal itu berbahaya, niscaya akan membayakan

bangsa persi dan Rum.”( Riwayat Muslim). Seolah-olah Nabi

mengetahui bahwa situasi invidu, yang di alami oleh si laki-laki itu tidak

berbahaya untuk seluruh bangsa,dengan dasar bangsa fersi dan Rum

tidak mengalami bahaya apa-apa, padahal mereka biasa melakukan


110

pesetubuhan waktu hamil dan menyusui sedang waktu itu kedua bangsa

ini merupakan bangsa yang terkuat di dunia.

Ketiga : keharusan melakukan azl yang biasa terkenal dalam

syara’ ialah karena menghawatirkan kondisi perempuan yang sedang

menyusui kalau hamil dan melahirkan anak baru. Nabi SAW menamakan

bersetubuh sewaktu perempuan masih menyusui, dengan ghilah atau

ghail, karena penghamilan itu dapat merusakkan air susu dan

melemahkan anak. Dan dinamakanlah ghilah atau ghail karena suatu

bentuk kriminalitas yang sangat rahasia terhadap anak yang sedang

disusui. Oleh karena itu sikap seperti ini dapat dipersamakan dengan

pembunuhan misterius (rahasia).108

Tetapi beliu sendiri tidak memperkeras larangan yaitu sampai

ketingkat haram, sebab beliu juga banyak memperhatikan keadaan

bangsa yang kuat dizamannyayang melakaukan ghillah, tetapi tidak

membahayakan. Dengan demikian bahaya disini satuhal yang tidak

dapat di elakkan, sebab ada juga seorang suami yang hawatir berbuat

zina kalau larangan menyetubuhi istri yang sedang menyusui itu

dikukuhkan. Sedang masa menyusui itu berlangsung selama dua tahun

bagi yang hendak menyempurnakan penyesuaiannya.109

Sebenarnya dalam al-Qur’an dan hadis tidak ada nash yang soheh

yang melarang atau memerintahkan untuk melaksanakan KB secara ekplisit,

108
Hukum Perkawinan Islam, Mahmud Bunyamin dkk, Pustaka Setia, Bandung : 2017
109
Ibid.,13-17
111

karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaedah hukum islam.110

Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang

diperbolehkannya mengikuti program KB, yakni karena hal-hal berikut:

1) Menghawatirkan keselamatan ahli waris akibat kesempitan penghidupan.


Hal ini sesuai dengan al- Qur’an surat al-An’am ayat (6):

‫ض ﻣَﺎ ﻟَﻢۡ ﻧُ َﻤﻜﱢﻦ ﻟﱠﻜُﻢۡ وَ أ َۡرﺳَﻠۡ ﻨَﺎ ٱﻟ ﱠﺴ َﻤﺎٓ َء‬ ِ ‫أَﻟَﻢۡ ﯾَﺮ َۡو ْا ﻛَﻢۡ أَھۡ ﻠَﻜۡ ﻨَﺎ ﻣِﻦ ﻗَﺒۡ ﻠِﮭِﻢ ﻣﱢﻦ ﻗ َۡﺮ ٖن ﱠﻣ ﱠﻜ ﱠٰﻨﮭُﻢۡ ﻓِﻲ ٱ ۡﻷ َۡر‬
‫َﻋﻠَﯿۡ ﮭِﻢ ﻣﱢﺪۡ رَ ٗارا وَ ﺟَ ﻌَﻠۡ ﻨَﺎ ٱ ۡﻷَﻧۡ َٰﮭ َﺮ ﺗ َۡﺠﺮِي ﻣِﻦ ﺗ َۡﺤﺘِﮭِﻢۡ ﻓَﺄ َھۡ ﻠَﻜۡ َٰﻨﮭُﻢ ﺑِ ُﺬﻧُﻮﺑِﮭِﻢۡ وَ أَﻧ َﺸ ۡﺄﻧَﺎ ِﻣ ۢﻦ ﺑَﻌۡ ِﺪھِﻢۡ ﻗ َۡﺮﻧًﺎ‬
٦ َ‫ءَاﺧَ ﺮِﯾﻦ‬

Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah


Kami binasakan sebelum mereka, Padahal (generasi itu) telah Kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, Yaitu keteguhan yang belum
pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat
atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka,
kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami
ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (QS. An’am ayat 6).111

2). Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran

anak teralu dekat sebagaimana sabda Nabi SAW:

Artinya: Bila pengaturan kehamilan atau penundaan kehamilan


disebabkan alasan kesehatan seperti dalam keadaan atau kondisi seorang
perempuan itu tidak mampu hamil dan melahirkan karena sakit yang
menimpanya, maka tidak ada yang melarang jika ia diberi (sesuatu obat)
yang mencegah kehamilan secara temporer sampai kondisi yang
menyulitkan perempuan perempuan untuk hamil dan melahirkan itu hilang.
(HR. Bukhari dan Muslim).112

Hadis di atas menerangkan adanya upaya perlindungan dan pengobatan,

bukan bagian dari pembatasan keturunan dan penundaan kehamilan karena

takut kefakiran. Akan tetapi menekankan adanya upaya menjaga kesehatan

agar kehamilan tidak berakibat pada gangguan kesehatan bukan hanya bagi

110
Thariq At-Thawari’, KB cara Islam, PT.Aqwan Media Propertika,2015.
111
Al-qur’an dan terjemah, Provinsi Nusa Tenggara barat, 2016.
112
Al-lu’lu wal marjan, Sahih Bukhari dan Muslim,Insan Mulia, Surakarta: 2014.
112

ibu tetapi juga bagi janin yang dikandungnya, sehingga hadis ini

menyiratkan adanya kebolehan melaksanakan Keluarga Berencana.

Diantara ulama yang membolehkan Keluarga Berencana adalah

Imam Al-Gazali, syaikh al-Hariri, syeikh saltut. Ulama yang membolehkan

melaksanakan KB ini berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti

program KB dengan ketentuan antara lain untukmenjaga kesehatan ibu,

menghindari kesulitan ibu untuk menjarangkan anak. Mereka juga

berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan

pembunuhan, karna pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap

ketujuh dari penciptaan. Mereka berdasarkan pendapatnya pada al-qur’an

surat al-Mu’minun (23) ayat:12,13 dan 14. Ulama yang melarang KB

diantaranya ialah Prof.Dr. Madkour dan Abu A’la: al maududi.113 Mereka

melaranng mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk membunuh

keturunann seperti firman Allah SWT dalam Qur’an surat al-Isra’(17) ayat

31:

٣١ ‫ﺧِﻄۡ ﺎ َﻛﺒ ِٗﯿﺮا‬


ٗٔ َ‫وَ َﻻ ﺗَﻘۡ ﺘُﻠُﻮٓ ْا أ َۡو َٰﻟ َﺪﻛُﻢۡ ﺧَ ﺸۡ ﯿَﺔَ إِﻣۡ ﻠ َٰٖۖﻖ ﻧ ۡﱠﺤﻦُ ﻧ َۡﺮ ُزﻗُﮭُﻢۡ وَ إِﯾﱠﺎﻛ ُۡۚﻢ إِنﱠ ﻗَﺘۡ ﻠَﮭُﻢۡ ﻛَﺎن‬

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.


kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar(Qs. al-
Isra’A:31).

Meskipun islam nampaknya telah memberi lampu hijau berkenaan

dengan masalah ini, akan tetapi realita yang terjadi dalam masyarakat

tidaklah demikian. Hal ini dapat dimaklumi karena masalah KB

113
M.Ali Hasan., hlm.36-38.
113

bersifatsementara, sehingga tidakmenngherankan jika ada sebagian

penduduk yang bersedia melaksanakan dan ada pula yang tidak bersedia

melaksanakan.

a). Islam memandang pertumbuhan penduduk

Dalamislam tidak ada pernyataan secara eksplisit baik dalam Al-Qur’an

maupun dalam Al- Hadist yang menyatakan bahwa islam itu mendorong

atau menolak pertumbuhan penduduk yang tinggi. Islam memandang bahwa

pada esensinya bukan pada peningkatan atau pada penurunan petumbuhan

penduuduk, melainkan pada kesejahteraan dan kualitas masyarakatnya.

Belum tentu pertumbuuhan penduduk yang tinggi dianggap kadaan yang

jelek atau membahayakan, demikian juga sebalinya. Karena pada suatu

keadaan pertumbuhan penduduk yang tinggi diperlukan dan pada suatu

keadaan tidak diperlukan. islamlebih mengedepankan esensi kemaslahatan

kehidupan. Mana yang terbaik sesuai kondisinya maka islam

menyepakatinya.

Ada sebagian kalangan islam yang berpandangan bahwa islam

mendorong pertumbuhan penduduk yang tinggi. Pandangan ini mereka

landaskan kepada firman Allah dan hadist Rasulullah SAW.

Firman Allah yang dijadikan landasan misalnya:

‫ﻣﱢنَ ٱﻟ ﱠط ﱢﯾ َٰﺑ ِۚت‬

Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-
cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. (QS. An-Nahl: 72).
114

Ayat ini dipahami bahwa memiliki anak keturunan yang banyak

adalah suatu yang fitrah . karena secara alamiah, Allah SWT. Menciptakan

manusia sebagai mahluk biologi yang dapat berkembang biak. Juga

berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW yang artinya:

“Peristrilah perempuan yang memiliki kasih sayang dan banyak


anak karena seusngguhya aku akan memperlibatkan kamu di depan umat-
umat di hari kiamat.
Hadis ini dipahami umat islam sebagai anjuran memiiliki banyak

anak. Para penganjur banyak anak berkeyakinan bawa kekuatan umat

islam dapat tercapai jika umat islam berjumlah banyak.

Padahal kalau dikaji lebih mendalm surat An-Nahl ayat 72 dan

hadist diatas tidak mengisyaratkan printah atau himbauan agar umat

islam memiiliki banyak anak. Islam sangat pleksibel didalam

menentukan apakah umat islam harus memiliki bannyak anak atau

sedikit anak. Semua tergantung kebutuhan dan kemaslahatan.

Kenapa Rasulullah saw. Pada saat itu menganjurkan umat islam

memiliki banyak anak, adalah saat itu jumlah umat islam sangat sedikit

sehingga untuk mengungguli orang-orang kapir perlu jumlah yang

banyak termasuk melalui jumlah keturunan, di samping itu, pada saat itu

jumlah penduduk dunia belum banyak seperti sekarang sehingga anak

yang banyak belum menghawatirkan masa depan mereka. Tetapi ketika

jumlah penduduk dunia sudah seperti sekarang ini yang mencapai 6,5

miliar lebih, atau di indonesia yang sudah lebih dari 237 juta, dengan
115

keadaan sumber daya alam dan manusia yang menghawatirkan, tentu

hadis ini tidak dapat dipahami secara tekstual. Hal ini dapat dilihat dalam

isyarah-isyarah Al-Qur’an agar umat islam memperhatikan kehidupan

dunianya, seperti dalam firman Allah SWT.

‫ﻚ‬
َ ۖ ۡ‫ٱﻟﻠﱠﮭُﭑﻟﺪﱠارَ ٱ ۡﻷٓﺧِ ﺮَ ۖةَ وَ َﻻ ﺗَﻨﺲَ ﻧَﺼِﯿﺒَﻚَ ﻣِﻦَ ٱﻟﺪﱡﻧۡ ﯿَ ۖﺎ وَ أ َۡﺣﺴِﻦ َﻛ َﻤﺎٓ أ َۡﺣﺴَﻦَ ٱ إِﻟَﯿ‬ ‫وَ ٱﺑۡ ﺘَ ِﻎ‬
٧٧ َ‫ض إِنﱠ ٱ َﻻ ﯾُﺤِﺐﱡ ٱﻟۡ ﻤُﻔۡ ﺴِ ﺪِﯾﻦ‬
ِ ۖ ‫وَ َﻻ ﺗَﺒۡ ِﻎ ٱﻟۡ ﻔَﺴَﺎ َد ﻓِﻲ ٱ ۡﻷ َۡر‬

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
kebahagiaan dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan (dimuka) bumi sesungguhnya Allah
tikak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS.Al-Qashash: 77).
Dalam ayat tersebut, Allah telah memerintahkan manusia agar

tidak hanya menyiapkan kehidupan akhirat, tapi juga kehidupan dunia.

Artinya bahwa Allah SWT. tidak menghendaki manusia hidup di dunia

dalam kesusahan, kesengsaraan maupun kesulitan. Salah satu kebahagiaan

dalam kehidupan ini adalah jika kondisi keluarga dalam keadaan baik

terutama dari segi kesehatan dan kesetahteraan keluarga. Dan untuk

mencapai keluarga semacam itu, salah satu caranya adalah membentuk

keluarga kecil. Dengan keluarga kecil pengasuhan anak-anak akan lebih

mudah dan kebutuhan keluarga akan lebih kecil pula. Karena itu, dengan

keluarga kecil dengan suasana global yang mengkhawatirkan baik secara

ekonomi dan sumberdaya alam, lebih memungkinkan terciptanya keluarga

yang bahagia, sehat dan berkualitas.


116

Pada fungsi yang demikian itulah islam mengatur pertumbuhan

penduduk. Hal ini dapat diperkuat dengan firman-firman Allah yang

memerintahkan kepada kaum muslimin untuk memerhatikan dunia

(disamping akhirat).

Seperti dalam surat Al-Qoshoshayat 77firman Allah berikut:

‫وَ ﻟۡ ﯿَﻘُﻮﻟُﻮ ْا ﻗ َۡﻮ ٗﻻ‬ ‫وَ ﻟۡ ﯿ َۡﺨ َﺸﭑﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﻟ َۡﻮ ﺗَﺮَ ﻛُﻮ ْا ﻣ ِۡﻦ ﺧَ ﻠۡ ﻔِﮭِﻢۡ ذُرﱢ ﯾﱠﺔٗ ﺿِ َٰﻌﻔًﺎ ﺧَ ﺎﻓُﻮ ْا َﻋﻠَﯿۡ ﮭِﻢۡ ﻓَﻠۡ ﯿَﺘﱠﻘُﻮ ْا ٱ‬
٩ ‫َﺳﺪِﯾﺪًا‬

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak lemah, yang
mereka khawatir atas ( kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
meraka bertakwa kepada Allah dan kendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.” (QS-An-Nisa: 9).

Dan ayat ini secara jelas Allah SWT, mengingatkan kaum

muslimin agar tidak meninggalkan generasi penerus yang lemah. Karena

generasi yang lemah hanya membuat umat lemah dan kalah bersaing

dengan umat-umat lainnya. Banyak anak dalam keluarga pada situasi

seperti sekarang ini dapat mempengaruhi kebahagiaan keluarga. Tidak

tepat istilah” banyak anak banyak rezeki” tidak serta merta orang banyak

anak, kemudian banyak rezekinya. Justru kalau banyak anak banyak rezeki

yang harus dicari karena itu, memiliki banyak anak jika tidak ditopong

oleh potensi ekonomi yang baik, tentu akan menimbulkan banyak

persoalan di dalam keluarga.demikian juga, untuk ibu yang sering

melahirkan akan melahirkan penderitan baik secara lahir maupun batin.


117

Rasulullah saw. Bersabda :

Cobaan yang paling melelahkan adalah mempunyai banyak anak tanpa


sarana yang cukup, ( HR. Hakin dari Abdullah Bin Umar).

Yang perlu dicatat, bahwa kualitas kaum muslimin tidak hanya

bertumpu kepada kualitasnya diberbagai bidang. Bahkan Allah SAW

mengingatkan banyak golongan yang kecil dapat mengalahkan golongan

yang besar, sebagaimana firman Allah sebagi berikut:

ِ‫ﻛَم ﻣﱢن ﻓِ َﺋ ٍﺔ َﻗﻠِﯾﻠَ ٍﺔ ﻏَ ﻠَﺑَتْ ِﻓ َﺋ ًﺔ َﻛﺛِﯾرَ ًة ِﺑﺈِذْ ِن ﷲ‬

Artinya:”Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan


golongan yang banyak dengan izin Allah. (QS.-Baqarah: 249).

Islam tidak mewajibkan seseorang memiliki anak banyak atau

tidak, tetapi islam menganjurkan agar setiap muslim dapat mewujudkan

generasi yang kuat, yang tidak saja hanya untuk kepentingannya di masa

depan, tetapi juga agar umat islam menjadi umat yang kuat.

Untuk mendukung terciptanya umat yang kuat, setiap muslim yang

mengikuti program keluarga berencana harus sesuai dengan kondisi

masing-masing karena itu, sesungguhnya keluarga berencana dibolehkan,

bagi kaum yang mampu (ekonomi dan kesehatan). Tidak boleh membatasi

jumlah anaknya hanya satu saja, karena hal itu dapat mengakibatkan

jumlah kaum muslimin berkurang dan dimasa yang akan datang akan

membahayakan ekstensi islam itu sendiri.


118

Dibolehkannya KB dalam Islam merupakan kontribusi Islam

terhadap persoalan kependudukan di dunia saat ini, ini merupakan wujud

nyata Islam lebih melihat kualitas umat daripada kuantitas.

b). al-‘Azl sebagai Salah Satu Cara Pengendalian Penduduk .114

Sebenarnya banyak sekali faktor dan unsur yang membuat seseorang

melakukan al-‘azl.Masalah ini dapat dibagi menjadi dua bagian penting

yaitu :

1. Faktor-faktor yang sejalan dengan syariat

Faktor syar’i ini terbagi lagi kedalam empat perkara.

a. Tidak ingin hamba sahaya perempuan melahirkan anak

b. Keadaan darurat yang berkaitan dengan sang istri, yaitu Tidak ingin

istrinya melahirkan karena faktor usia istrinya masih terlalu muda

(dibawah umur).

c. kondisi istri yang sedang sakit dan tidak dapat mengandung. Karena

itu, dalam keadaan seperti ini suami melakukan Al-azl karena

merasa iba terhadap istrinya. Atau, karena faktor usia istrinya yang

masih terlalu muda. Hal ini memungkinklan bahaya yang menimpa

diri istrinya kalau sekiranya dia mengandung; apakah karena ukuran

rahimnya yang terlalu kecil, ataupun karena akan timbulnya penyakit

atau bahaya yang akan merusak rahimnya. Bisa juga karena kondisi

fisiknya yang terlalu lemah , penyakit yang bersifat umum dan

kemungkinan akan bertambah akut, karena dia mengandung atau

114
Mengeluarkan air maninya di luar (kemaluan) istrinya. (https:// almanhaj.or.id).
119

saat akan melahirkan. Tentunya kondisi seperti ini akan dapat

mengancam nyawanya atau dikhawatirkan akan menderita penyakit

seumur hidup.

d. Kondisi istrinya yang menuntut untuk dilakukannya al-azl Kondisi

ini terjadi jika wanita yang sangat subur. Dalam hal ini , sang suami

melakukan al-‘azl dengan tujuan agar istri memiliki waktu yang

cukup untuk merawat, mengayomi, dan mendidik anak-

anaknya.Tidak ingin istri yang disetubuhinya mengandung ketika

masih menyusui karena akan membahayakan anak yang sedang

disusui.115

Keempat faktor diatas didasarkan pada sebuah hadits yang

diriwayatkan oleh imam Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. yang

berkata“, Suatu ketika masalah Al-Azl disebutkan di hadapan

Rasulullah SAW.maka beliau bersabda, Apa sebenarnya al-azl itu ?

Para sahabat berkata, seorang suami memiliki istri yang sedang

menyusui , lalu lelaki itu mnyetubuhinya. Tetapi, dia tidak ingin

kalau istrinya itu hamil lagi. Demikian juga Al-azl dilakukan ketika

seorang lelaki memiliki hamba sahaya perempuan, lalu dia

menyutubuhinya,namun dia tidak ingin bila hamba sahayanya itu

hamil. Rasulullah SAW pun bersabda, tidak ada yang akan

membahayakan kalian bila kalian meninggalkan al-azl karena

(kelahiran atau tidaknya seorang bayi)sudah merupakan takdir.”

115
Fathul IX/307),, dan ihya’Ulumuddin(11/58), hlm. 58.
120

e. Keadaan darurat yang berkaitan dengan kondisi sang istri.

Ini seperti kondisi istri yang sedang sakit dan tidak dapat

mengandung .karena itu suami melakukan al-‘azl karena merasa iba

terhadap istrinya. Atau karena usia istrinya yang masih terlalu muda.

Hal ini memungkinkan terjadinya bahaya yang menimpa istrinya

kalau sekiranya dia mengandung, apakah karena ukuran rahimnya

yang terlalu kecil, ataupun karena akan tumbuhnya penyakit atau

bahaya yang akan merusak rahimnya.

Bisa juga karena kondisi fisiknya yang terlalu lemah,penyakit yang

bersifat umum dan kemungkinan akan bertambah akut karena dia

mengandung atau saat melahirkan. Tentunya kondisi seperti ini

dapat mengancam nyawanya atau di khawatirkan akan menderita

penyakit seumur hidup.

f. Kondisi istri yang menuntut untuk dilakukannya Al-‘azl.

Kondisi ini terjadi jika sang istri adalah wanita yang sangat subur.

Dalam hal ini, sang suami melakukan Al-‘azl dengan tujuan agar

istri memiliki waktu yang cukup untuk merawat, mengayomi, dan

mendidik anak-anaknya.

c. Pencegahan Kehamilan dalam Islam

Berbagai Metode Pencegahan Kehamilan

2. Berbagai metode tradisional dalam mencegah kehamilan.

Sebagaimana yang telah diuraikan di muka, al-azl ternyata telah ada pada

masa hidup Rasulullah saw. Oleh sebab itu, hukum dan aturannya pun
121

bersumber dari wahyu yang diturunkan kepada beliu, meskipun perbuatan

al-azl ini sendiri tidak begitu popular di kalangan kaum muslimin pada

masa itu.Di samping itu, pada masa yang sama juga belum ada usaha dan

keinginan untuk membatasi keturunan (program keluarga berencana) atau

mencegah kehamilan.Pada masa itu, maksud dan tujuan dari pembolehan

al-azl dalam ruang lingkupnya yang sangat sempit, tidak juga bertujuan

agar umat islam menjadikannya sebagai salah satu strategi nasional untuk

mencegah bahaya pertumbuhan angka kelahiran.

Al-azl sendiri tidak diperbolehkan hanya dalam batasan-batasan yang

dapat ditolerir, seperti yang telah penulis kemukakan. Oleh sebab itu, pada

bab analisis ini penulis akan mengemukakan beberapa perangkat, cara, dan

alat untuk mencegah kehamilan yang mirip dengan al-azl dari sudut

keaktifannya.

Dalam hal ini, ternyata sebagaian peralatan tersebut lebih efektif

dari metode kalender (Ogino-Knaus). Karena hal tersebut jelas berbeda

dengan al-azl, dan tidak serupa juga dengan perangkat atau alat pencegah

kehamilan dalam membunuh sel sperma lelaki atau sel telur perempuan.

Kita dapat mengatagorikan beberapa perangkat, cara, atau alat-alat yang

disebutkan di dalam buku-buku kedokteran tradisional ke dalam tujuan

kelompok.

a. Metode atau alat yang digunakan oleh pasangan suami-istri secara

umum;
122

b. Pengunaan obat-obatan tradisional pembunuh sperma untuk

perempuan;

c. Cara atau alat khusus yang digunakan oleh lelaki;

d. Obat-obat tradisional yang dikonsumsi oleh wanita;

e. Teknik pembuangan air sperma setelah melakukan persetubuhan;116

2) Metode yang digunakan oleh pasangan suami-istri secara umum.

Motode ini secara umum akrab dilakukan oleh pasangan suami-istri,

karena termasuk metode tradisional, mudah, dan murah serta memerlukan

kerjasama antara kedua belah pihak, metode tersebut adalah:

1. Melakukan hubungan terputus Al-‘azl

2. Menahan keluarnya mani

3. Pemisahan antara duakali keluar mani;

3) Penggunaan Vaginal spermicid tradisional untuk perempuan.

Penggunaan ramuan atau obat yang berfungsi untuk meluruhkan sperma

yang sudah masuk, bisa didapatkan dari saripati lemak nabati. Misalnya

Minyak buah delima,foam atau busa husus, minyak kolatau kubis, daun

folan, air perasan (juice), asam mentimun atau sopositoria, yang dapat

meleleh (umunya berbahan dasar lilin yang lunak).

Cara penggunaannya, umumnya dengan mengoleskan cairan spermisid

kedalam vagina (ke atas, setelah jari memasuki bibir vagina) hingga pada

bagian mulut Rahim.

116
Thanzimul Usrah fit Turats Al-Islamiy (265),dan Kitab Sayyoidati hlm.211.
123

4) Penggunaan cairan pembunuh sperma bagi laki-laki

Untuk mencegah kehamilan, kaum laki-laki menggunakan metode husus

yaitu melumasi penis dengan bahan-bahan yang dapat membunuh sperma

sehingga tergelincir (efek peluruhan) keluar vagina, seperti minyak atau

lemak nabati, juice bawang atau garam husus yang mengandung zat

pembunuh sperma.

5) Berbagai metode modern untuk mencegah kehamilan

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan yang dicapai dan diketahui

oleh umat manusia serta beralihnya sebagian ilmu yunani dan bangsa kuno

dahulu menuju dunia islami, serta kecanggihan dan kemajuan yang dicapai

oleh umat manusia. Ternyata, banyak ditemukan perangkat,cara,dan alat-

alat yang serupadengan al-‘azl, yaitu dari segi menumpahkan air sperma

lelaki di luar rahim (perempuan), membunuh sel-sel sperma atau merusak

sel telur perempuan dengan alat-alat kimia.

6) Menggunakan cara-cara alami

Cara alami untuk mencegah kehamilan adalah dengan menggunakan

teknik Ogino-Knauss. Maksudnya, melakukan hubungan suami istri hanya

pada masa-masa tertentu dan terhitung dari siklus bulanan seorang

perempuan,selain dengan teknik al-‘azl.

7) Menggunakan bahan-bahan kimia

Penggunaan bahan-bahan kimia ini dilakukan dengan

menggunakan zat-zat yang mampu membunuh sel sperma, berupa salep


124

yang dioleskan dimulut Rahim,atau tablet yang dipakai sesaat sebelum

melakukan hubungan seksual.

3. Metode atau alat yang dapat menghalangi terjadinya pembuahan

Yaitu perangkat-perangkat yang dapat menghalangi pertemuan antara

sel telur dengan sperma lelaki, diantaranya adalah:

a. Menggunakan kondom, bagi lelaki.

b. Menggunakan kondom wanita117 yang digunakan bersamaan

dengan salep spermisid118.

c. Pemotongan leher Rahim bagi perempuan (tubektomi).

d. Pemotongan saluran vas deferensbagi laki-laki (vasektomi).

a). Menanam alat kontrasepsi dalam rahim119

Tindakan ini digunakan untuk menghambat proses masuknya sel

telur kedalam Rahim. Alat-alat kontrasepsi yang digunakan dipilih

yang memiliki ragam dan corak yang berbeda-beda di antaranya ada

yang mengandung hormone atau tembaga (cuprum IUD)

1. Penggunaan kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi hormonal adalah metode untuk mengendalikan atau

menghindari kehamilan dengan obat-obatan atau suntikan, dalam

media obatan atau suntikan tersebut disertakan hormone

progesterone atau estrogen dengan kandungan tertentu. Contohnya:

117
Kondom wanita adalah alat yang diletakkan pada mulut rahim, bahannya sama dengan
kondom laki-laki, hanya bentuknya berbeda.
118
Adalah salep yang mengandung bahan aktif untuk membunuh sperma (spermicide),
bisa juga di oleskan pada kondom laki-laki.
Thariq At-Thawari’,KB cara Islam, PT.Aqwan Media Profetika,.hlm. 10
119
Dikenal juga dengan nama Intra Uterine Devices (IUD/spiral).
125

a. Berupa tablet atau pil, dintaranya berupa jenis dan dosis yang

beragam. Dikonsumsi setiap hari, kecuali dalam keadaan haid.

b. Injeksi120 untuk mencegah kehamilan, dengan memasukkan

cairan hormonal setiap berapa bulan sekali, sesuai dengan

petunjuk dokter. Adapun cairan injeksi yang paling efektif

adalah Depo-provera121

c. Norplant, yaitu sekumpulan dari enam kapsul kosongsilastic

( karet silicon) yang sangat tipis dan diisi banyak hormone

(levonorgetrel) yang akan di alirkan secara perlahan selama

bertahun-tahun (efektif untuk 5 tahun). Ia juga ditanam di

bawah kulit pada tempat yang tidak dapat dilihat (biasanya

pada lengan berada di atas siku).

D. Analisis Problematika dan solusi pelaksanaan program KB pada

pasangan Muslim di bawah umur dalam mewujudkan keluarga

sakinah mawaddah warahmah di Kabupaten Lombok Tengah

Tindakan preventif untuk mencegah pernikahan dini

Menurut hemat penulis ,adapun tindakan preventif yang biasa dan telah

dilakukan untuk mencegah terjadinya pernikahan dini yaitu:

1. Seluruh para tokoh ulama Kabupaten Lombok Tengah menjelaskan

disela-sela kegiatan pengajian menyampaikan ditengah masyarakat

menyelipkan pesan moral untuk mengikuti aturan pemerintah dalam hal

memulai usia pernikahan karena begitu banyak mudharat yang


120
Di Indonesia dikenal dengan nama KB-Suntik
121
Depot Medroxy Progesterone Asetat,Cairan hormone progesterone yang mampu
menghambat pembentukan sel telur.
126

ditimbulkan apabila syarat kesiapan belum terpenuhi walaupun ajaran

islam membolehkan tetapi dengan pengecualian, dan untuk sejarah

Rasul SAW dengan Aisyah ra. Adalah suatu penghususan bagi beliau.

2. Untuk melindungi anak perempuan dari pernikahan dini, tampaknya

sulit untuk mengandalkan kekuatan hukum formal, namun masih

terbuka jalan lain, seperti membuat kebijakan yang lebih alternatif

terhadap perempuan, kerja sosial, budaya dan pendidikan ( seperti

menambah tahun wajib belajar dan pemerintah mengarahkan untuk

melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi).

3. Sosialisasai; dorongan pernikahan dini biasanya tidak hanya para orang

tua, namun juga lingkungan bahkan institusi pemerintah ikut

memuluskan pernikahan dini dengan adanya dispensasi nikah.Upaya

sosialisasi perlu dilakukan untuk menekan terjadinya pernikahan dini

yang dilakukan dengan menggandeng kepala KUA,pemerintah daerah

dan LSM peduli perempuan dan anak. Sasaran sosialnya mulai dari anak

usia 8-11 tahun, usia 11-18 tahun serta peran orang tua. Anak-anak

diajak berdiskusi untuk mengenali bagian tubuh yang tak boleh disentuh

oleh siapapun, Ungkap kepala KUA kecamatan Pujut kepada penulis

tanggal 17 April 2020.

Berdasarkan temuan di atas, ditemukan sebuah gambaran yang

menjelaskan bahwa terdapat bahwa kemiskinan yang terjadi di dalam

sebuah keluarga sangat berdampak besar terhadap masa depan seorang anak,

terutama pada anak remaja. Seorang remaja yang seharusnya melanjutkan


127

tugas perkembangan sesuai dengan usianya, kini harus menikah dengan usia

yang masih muda dengan hanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Orangtua yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah selalu tergesa-gesa

untuk menikahkan anak perempuannya di usia muda. Hal ini dilakukan oleh

para orangtua agar bisa mengalihkan beban mereka kepada menantunya. Hal

ini kemudian didukung oleh kategori pola asuh orangtua yang demokratik

dimana pola asuh ini kurang signifikan dikarenakan orangtua tidak

mengekang pada anak-anaknya dan memaksakan kehendaknya pada anak-

anaknya, sebaliknya mereka memberikan kepercayaan atau kebebasan

terhadap anak-anaknya untuk bisa menjalani kehidupan dimasa yang akan

mendatang. Pola asuh orangtua tersebut seperti kurangnya nasehat yang

diberikan kepada anak mengenai bahayanya menikah di usia muda dan

kehidupan dalam menjalani rumah tangga dengan usia yang relatif masih

sangat muda dan peranan orangtua yang sangat dominan dalam menentukan

perkawinan anak perempuan, karena anggapan bahwa anak adalah milik,

sehingga anak terutama anak perempuan harus senantiasa berbakti/patuh

kepada orangtua. Kurangnya perhatian pemerintah dalam menangani kasus

perkawinan dibawah umur, seperti Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun

1974 yang memperbolehkan pernikahan anak perempuan pada usia 16 tahun

dan laki-laki 19 tahun, sehingga banyak anak-anak yang melaksanakan

pernikahan di bawah umur cenderung melaksanakan program KB dalam

mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah. Dari penelitian yang

telah dilakukan, peneliti mencoba menganalisis hasil wawancara peneliti


128

dengan informan. Peneliti dapat menganalisa tentang konsep diri remaja

dalam pernikahan dini dengan 10 orang informan, yang terdiri dari informan

pertama yang berumur 16 tahun, informan kedua berumur 15 tahun, dan

informan ketiga berumur 16 tahun, imforman ke 4 berumur 16 tahun,

imforman ke 5 berumur 14 tahun, imforman ke 6 berumur 17 tahun,

imforman ke 7 berumur 14 tahun, imforman ke 8 berumur 15 tahun,

imforman k 9 berumur 16 tahun, dan imfoman k 10 berumur 18 tahun.

Ke10 informan tersebut telah melakukan pernikahan di usia muda dan

melakukan program KB. Untuk menambah informasi dan data, peneliti juga

mewawancari orangtua dari salah satu informan.

Terdapat beberapa faktor yang dianalisis pada poin ini, yaitu :

1. faktor orangtua dalam pembentukan konsep diri remaja yang menikah dini,

dari hasil wawancara mendalam terhadap ke 3 informan dapat ditarik

kesimpulan bahwa remaja yang sudah melakukan pernikahan dini hampir

semuanya disetujui oleh orangtua mereka masing-masing. Pandangan

orangtua msing-masing pun berbeda-beda, salah seorang orangtua informan

beranggapan apabila calon suami yang ingin menikahi anaknya sudah

mapan lahir batin dan sudah sanggup untuk berumah tangga walaupun

masih di bawah umur menurut Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974,

sehinggaapa salahnya kalau menikah dini dan ada yang beranggapan selama

satu iman atau seagama maka orangtua membolehkan anaknya menikah dini

ditambah kahidupan ekonomi calon yang sudah mencukupi.


129

2. Faktor kelompok rujukan dalam konsep diri remaja yang menikah dini,

setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang

secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan

konsep diri kita, komunikasi terjalin antara informan-informan dengan

lingkungan masyarakatnya pun berjalan dengan baik, dari wawancara

peneliti dengan informan dapat dijelaskan bahwa informan tidak merasa

dibedakan dengan remaja-remaja lain yang belum menikah, komunikasi

masih terjalin dengan hangat. Walaupun ada salah satu informan yang tidak

terlalu dekat dengan tetangga-tetangga dilingkungan rumahnya, hal itu

dikarenakan informan sudah tinggal dengan orangtuanya tetapi berdua

dengan suaminya. Dan di lingkungan rumahnya memang tetangga yang satu

kurang akrab dengan tetangga yang lainnya, jadi kurang adanya komunikasi

yang baik di lingkungan rumahnya.

3. konsep diri remaja di Desa Tanak Awu Kecamatan Pujut Kabupaten

Lombok Tengah.

Konsep diri remaja yang melakukan pernikahan dini yang sudah dipaparkan

oleh informan-informan, kalau setelah mereka melakukan pernikahan dini

sama sekali tidak membuat mereka minder atau tidak percaya diri baik di

lingkungan masyarakat dan lingkungan pergaulan mereka. Setelah menikah

mereka masih bisa bergaul dengan baik meskipun salah satu dari mereka

setelah menikah dini sedikit membatasi pergaulannya, karena sudah

mempunyai tanggung jawab mengurus rumah tangga dan suami. Dan semua

informan memaparkan tanggapannya yang hampir semuanya sama, kalau


130

menikah dini itu menyenangkan walaupun bagi beberapa orang menikah

dini adalah pernikahan main-main karena belum cukup umur, emosi yang

masih labil. Perkawinan anak memiliki dampak terhadap fisik, intelektual,

psikologis, dan emosional yang mendalam termasuk dampak kesehatan

terhadap anak-anak. Selain itu, perkawinan anak hampir selalu berdampak

pada terputusnya masa sekolah terutama bagi anak perempuan dan

mengakibatkan program wajib belajar 12 tahun tidak terpenuhi. Perkawinan

anak juga akan mengurangi kesempatan mereka untuk mengembangkan

potensinya untuk menjadi seorang dewasa yang mandiri (otonom),

berpengetahuan, dan berdaya guna. Bagi anak perempuan yang kawin saat

mereka masih anak-anak juga menjadi mudah terekspos terhadap berbagai

bentuk penindasan dan kekerasan (seksual dan non seksual) dalam

perkawinan. Dengan melihat berbagai dampak yang terjadi karena adanya

praktik perkawinan anak, maka terlihat bahwa pengaturan tentang batas usia

perkawinan, khususnya bagi anak perempuan dalam pasal 7 undang-undang

perkawinantersebut telah menimbulkan permasalahan dalam

implementasinya.

Beberapa penyebab utama pernikahan anak diantaranya:

a. Kemiskinan

b. Keterbatasan pendidikan dan pilihan ekonomi

c. Ketidakamanan karena konflik dan perang

d. Tradisi dan agama


131

Pelaksanaan perkawinan bawah umur menimbulkan berbagai

tanggapan dari masyarakat. Terdapat pemikiran yang pro dan kontra

terhadap pelaksanaan tersebut. Masyarakat yang pro terhadap perkawinan

bawah umur menyatakan bahwa perkawinan tersebut dipengaaruhi oleh

kebiasaan agama dan adat istiadat, sedangkan masyarakat yang kontra

menganggap bahwa pelaksanaan perkawinan bawah umur tersebut

merupakan suatu hal yang bertentangan dengan Undang-undang Dasar

1945, yaitu:

c. Analisis Pandangan Islam Terhadap Peralatan Modern pelaksanaan

Program KB

Pandangan Islam terhadap Peralatan Modern Pencegah Kehamilan

Pada zaman Rasulullah SAW tidak ada seruan luas untuk ber-KB, atau

membatasi keturunan, atau mencegah kehamilan di tengah-tengah kaum

muslimin. Tidak ada upaya dan usaha yang serius untuk menjadikan al-

‘azl sebagai amalan yang meluas dan tindakan yang popular di tengah-

tengah masyarakat.

Sebagian sahabat Rasulullah SAW yang melakukannya pun tidak lebih

hanya pada kondisi darurat,dan ketika hal itu diperlukan oleh keadaan

pribadi mereka.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW tidak menyuruh dan tidak juga

melarang al-‘azl. Pada masa kita sekarang ini, umat manusia banyak

menciptakan alat untuk mencegah kehamilan. Mereka berlomba-lomba

untuk menciptakan berbagai cara dan alat untuk menghentikan kehamilan.


132

Jika kita mengetahui dan memahami betul maksud dan hikmah

islam dibalik pemberian keringanan atas pelaksanaan hubungan terputus

pada kondisi-kondisi seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya, adalah

karena terinspirasi dari pemahaman yang sempurna bahwa seorang anak

menjadi tanggung jawab yang sangat besar, dan wajib dipelihara dengan

pemeliharaan yang sempurna dan kepedulian yang tinggi. Atau karena

alasan bahwa kelahiran seorang anak akan membahayakan sang ibu

bahkan ancaman kematian.

Di samping itu, pertumbuhan sang anak pada masa menyusui juga

terancam bila sang ibu hamil lagi. Dalam kondisi-kondisi seperti tersebut

diatas, bila seseorang menggunakan salah satu cara atau alat untuk

mencegah kehamilan setelah mendapat petunjuk dari dokter yang

terpercaya, tidak mengapa kalau dia melakukan hal tersebut.

Metode apapun yang digunakan untuk mencegah kehamilan boleh

digunakan, asal disepakati oleh pasangan suami istri, dan tidak

membahayakan tubuh dan nyawa mereka ,serta tidak bertentangan dan

bertolak belakang dengan islam dan hukum-hukumnya.122

Hal ini boleh-boleh saja di qiyaskan dengan fenomena al-‘azl, tetapi

dengan syarat, umat ini tidak membuat sebuah peraturan umum untuk

memperkecil angka kelahiran, dan alat atau cara ini tidak digunakan,

122
Mauqifusy Syari’ah min Tanzhimin Nasl, Karya Zain Ya’qub:262
133

kecuali kalau ia sangat dibutuhkan, atau karena darurat yang menuntut

agar ia dilakukan.123

Bukti pembolehan ini dinyatakan oleh Imam Ar-Ramli yang

menukil perkataan imam Az-Zarkasyi setelah dia membahas mengenai

aborsi dengan menggunakn obat-obatan, “(Larangan) ini semua

berhubungan dengan penggunaan obat setelah air mani ditumpahkan,

sedangkan menggunakan sesuatu untuk mencegah kehamilan sebelum

terjadinya penumpahan sperma ketika sedang melakukan hubungan

seksual hukumnya boleh-boleh saja. 124

Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa penggunaan alat-alat pencegah

kehamilan modern yang aman dan terjamin dari berbagai bahaya dan

akibat buruk, dan tentunya dari petunjuk dokter yang terpercaya sehingga

terhindar dari berbagai penyakit yang berkaitan dengan kehamilan itu

sendiri adalah boleh-boleh saja dari segi hukum islam. Bahkan, ia juga

bisa dilakukan karena dadurat untuk menghindari berbagai bahaya dalam

beberapa kondisi dan keadaan.

123
Mauqifusy Syari’ah min Tanzhimin Nasl karya Zain Ya’qub : 262.
124
Nihayatul Muhtaj (VIII/417).
134

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis uraian data pokok-pokok permaslahan

yang telah dibahas maka kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini

sebagai berikut :

Ada dua program utama yang dicanangkan pemerintah untuk program

Keluarga Berencana, yaitu Pengendalian Penduduk dan Keluarga berecana.

Pelaksanaan program Keluarga Berencana adalah dengan mewujudkan

keluarga yang berkwalitas melalui promosi, perlindungan dan bantuan dalam

mewujudkan hak-hak reproduksi serta menyelenggarakan pelayanan,

pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga

dengan usia kawin yang ideal.

Untuk perempuan berusia minimal 21 tahun dan laki-laki berusia

minimal 25 tahun. Kesiapan fisik sangat menentukan adalah umur untuk

melakukan pernikahan yaitu masa reproduksi, usia 21 tahun kebawah di

anjurkan menunda perkawinan dan kehamilan. Dalam usia ini seorang remaja

masih dalam proses tumbuh kembang baik secara fisik dan psikis; Untuk

perempuan yang menikah pada usia kurang dari 21 tahun dianjurkan untuk

menunda kehamilannya sampai usianya minimal 21 tahun dengan

menggunaka alat kontrasepsi. Jika wanita yang ingin Mengatur jarak

kehamilanUsia wanita antara 21-35 tahun adalah periode paling baik untuk

134
135

hamil dan melahirkan karena mempunyai resiko paling rendahJarak antara

anak pertama dan kedua kehamilan yang ideal adalah minimal 3 tahun.

Ada beberapa problematika yang masih dialami oleh pemerintah

khususnya bagi masyarakat kabupaten Lombok Tengah dalam pelaksanaan

program Keluarga Berencana antara lain masih kuatnya tradisi yang

berpengaruh terhadap terjadinya perkawinan usia muda. Perkawinan usia

muda dapat menimbulkan resiko kehamilan dan resiko kelahiran, termasuk

juga beresiko akan kesehatan ibu dan anak. Upaya yang dilakukan pemerintah

kabupaten Lombok Tengah dalam menekan angka perkawina usia muda

adalah dengan menerapkan program Keluarga Berencana. Jenis Metode

Kontrasepsi yang dapat dipakai antara lain yaitu KB alami, Metode aminore

laktasi (MAL), Senggama terputus, KB system kalender/pantang berkala,

Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (NON MKJP), Kondom, Pil,

Suntikan.

Faktor-faktor pendorong terjadinya perkawinan pada usia muda di

lokasi penelitian ini antara lain : faktor ekonomi, faktor keluarga, faktor

pendidikan, faktor kemauan sendiri, dan faktor adat setempat. Faktor

ekonomi, keluarga yang masih hidup dalam keadaan sosial ekonominya

rendah/belum bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Faktor

pendidikan, karena rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang

tua, anak, akan pentingnya pendidikan. Faktor keluarga yaitu orang tua

mempersiapkan atau mencarikan jodoh untuk anaknya. Faktor kemauan

sendiri, karena pergaulan bebas, sehingga mereka melakukan pernikahan.


136

faktor adat yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia muda karena

ketakutan orang tua terhadap gunjingan dari tetangga dekat apabila anak

perempuannya dikatakan perawan tua. Remaja yang memutuskan untuk

menikah di usia muda pada umumnya beranggapan bahwa pendidikan bagi

mereka adalah formalitas, sehingga mereka lebih mementingkan untuk

berumahtangga daripada melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan

kebanyakan dari remaja yang menikah di usia muda rela meninggalkan

bangku sekolah.

Dalam perspektif Hukum Keluarga Islam, Keluarga Berencana merupakan

salah satu upaya menciptakan keluarga berkualitas, baik secara agama

maupun kemanusiaan. Islam sendiri mengajarkan untuk hidup sehat secara

fisik dan sejahtera secara ekonomi dan berakhlak mulia secara religi.

Berkaitan dengan program Keluarga Berencana, Islam mengajarkan

adalnya lima pokok yang merupakan tujuan syari’at yang dikenal dengan

maqashid al-Syari’ah. Kelima hal tersebut adalah menjaga agama (hifz al-

Din); menjaga jiwa (hifz al-nafs); menjaga akal (hifz al-‘aql); menjaga harta

(hifz al-mal); dan menjaga keturunan (hifz al-nasl). Menjaga keturunan

sebagai salah satu dari kelima hal pokok yang harus terpelihara dapat

dilakukan dengan melalui pelaksanaan Keluarga Berenncana, yaitu dengan

Keluarga Berencana diharapkan akan terwujud generasi muslim yang

berkualitas. Oleh karena itu Hukum Keluarga Islam memandang bahwa

program Keluarga Berencana dalam hal pengaturan kelahiran tidak

bertentangan dengan pesan moral agama Islam.


137

B. Saran

Dari uraian kesimpulan diatas, terdapat beberapa saran mengenai

permasalahan perkawinan usia muda dikalangan remaja di Kabupaten

Lombok Tengah yaitu :

1. Seorang remaja cenderung terpengaruh kepada lingkungan sosial, dalam hal

ini anak mengikuti teman sebayanya yang telah menikah di usia dini. Hal ini

juga didasari pada perilaku remaja Desa Tanak Awu, Desa Kawo,

Pringgarata, Kawo dan Sengkol yang sejatinya seorang remaja yang ingin

mencari jati diri mereka. Sebagai pertimbangan untuk mengurangi dampak

negatif lingkungan sosial terhadap bertambahnya remaja yang menikah di

usia yang relatif masih sangat muda, disadari bahwa masyarakat dan

pemerintah setempat di lingkungan sekitar, seharusnya mengindahkan

peraturan-peranturan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang No. 1

Tahun 1974 pasal 6 ayat 2. Setidaknya hal ini dapat mengurangi angka

perkawinan usia muda dikalangan remaja.

2. Fungsi dan peran keluarga juga disadari dapat memberikan kontribusi positif

dalam mengurangi angka perkawinan usia dini dan dampak negatif dari

perkawinan usia dini itu sendiri, melalui pola asuh proteksi anak, bentuk

proteksi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pola asuh orangtua dalam

mendidik dan memberikan pengetahuan umum dan agama kepada anak,

pengalaman-pengalaman hidup, pemberian bekal baik bekal kedewasaan

fisik, mental maupun sosial ekonomi sebagai persiapan untuk menuju

kehidupan dimasa yang akan mendatang khususnya dalam kehidupan


138

berumah tangga jika dilakukan pada usia yang tepat, akan membawa

kebahagiaan bagi keluarga dan pasangan dan apabila seseorang gagal

mendewasakan usia perkawinan, maka diupayakan adanya penundaan

kelahiran anak pertama sampai umur ibu 21 tahun sehingga tujuan

perkawinan mitsaqonghalizan tercapai yaitu dalam mewujudkan sebuah

keluarga yang Bahagia,tentram dan penuh kasih sayang (Sakinah mawaddah

warahmah).
DAFTAR PUSTAKA.

Kusyairi Suhail,Ahamad,Tafsir keluarga menjadi Kleuarga bahagia didunia


dan di surga.Jakarta : Pustaka Ikadi,2016.

Bunyamin,Mahmudin dan Agus Hermanto. Hukum Perkawinan Islam.


Bandung: Pustaka Setia, 2017.

Abdurrahman R.A.haqqi dan Mohammad nabil Almunawar,Tafsir


Zanjabil Surah, An-Nisa, Depok: Katalog dalam Terbitan (KDT),
Cet:1, 2016.

Miftahul Huda, Hukum Keluarga (Potret Keagamaan Perundang-Undangan


di Negara-negara Muslim Modern), Malang: Setara Press Kelompok
Intrans Publishing Wisma Kalimetro, 2018.

Sofyan Hasan, Hukum Keluarga dalam Islam, Malang : Setara Press


Kelompok Intrans Publishing Wisma Kalimetro, 2018

Muhammad At-Tihami, Merawat Cinta Kasih Menurut Syariat Islam


(Terjemah Qurratul Uyun), Surabaya : Ampel Mulia, 2004.

Fahd bin Abdul Karim bin Rasyid As-Sanidy, Indah Nikah sambil Kuliah,
Jakarta : Cendekia Sentra Muslim, 2005.

Abdurrahman R.A.haqqi dan Mohammad nabil Almunawar, (Tafsir


Zanjabil (Surah Al-A’raf), Jakarta : Qishti Press, Cet.1, 2018.

H.S.A.Al-amdani, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani, 2002.


Nashr farid Muhammad washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam,
Qawaid Fiqhiyyah, Jakarta: Amzah, Cet.IV., 2015.

Muhammad Jafar Anwar, Pedoman Praktis Penelitian, Jakarta:Pro


Deleader, Cet.,1. 2016.

Teungku Muhammd Hasbi Ash Shidieqy, Koleksi Hadis-Hadis-Hukum,


Semarang: Yayasan Teungku Muhammad Hasbi As-Shidieqy,
Cet.1, 2001.

Koes Irianto, Keluarga berencana untuk Para Medis & NonMedis,


Bandung: Yrama Widya, Cet.1, 2012.

Suratun dkk, Pelayanan Keluarga Berencana, jakarta: Trans info Media,


2002.

139
Membangun Keluarga Sehat dan sakinah, BKKBN bekerjasama dengan
UNFPA, DEPAG RI, MUI, NU, DAN DMI, 2010.

Djamil, Fathurrahman, Motode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah. Cet.


ke-1. Jakarta : Logos, 1995.

Zuhdi, H.Masjfuk, Masail Fiqhiyah. Cet.Ke-2. Jakarta: CV H. Mas Agung.


1991.

Hadari Nawawi dan mimi Martini, Penelitian Terapan Yogyakarta: Gajah


Mada Universitay Press, 1996.

Neong Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,


1996.

Lexy j. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosada


Karya, 2008.

Muhammad Firdaus, Konsep dan Impelementasi Bank Syari’ah, Jakarta:


Renaissance, 2005.

Rofiq, Ahmad.1998. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Subhan, Zaitun. 2008. Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan. Jakarta


: El-Kahfi, 2008.

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, PT.Grafindo Persada, Cet.Ke-1 Mei


2014.

Abdurrahman,H.,SH.Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: CV.


Akademika Pressindo,1995,Cet.Ke-2.

H.S.A. Al Hamdi, Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam ), Jakarta,


Pustaka Amani, 2002.

Kusyairi Suhail Ahmad, Tafsir Keluarga menjadi Keluarga Bahagia di


dunia dan di Surga, Jakarta, Pustaka Ikadi,2016.

Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia Ketiga Tahun 2009.

Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Jakarta : Erlangga, 2011

Sumadi suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Raja Wali, 1988)

Sodik,Abror, Fikih Keluarga Muslim, Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2015.

140
Mushaf Aisyah, Al-Qur’an dan Tafsir untuk wanita, Tangerang:2010.
Rofiq,Ahmad, Fiqih Kontekstual, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012.

M.Nur Yasin, Hukium Perkawinan Islam Sasak, Cet.Ke-1, UIN Malang


Press, 2008.

Sapiudin Shidiq, Fiqih Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2016.


Shiddiq Syafiudin, Fiqih Kontemporer, Jakarta, Kencana, 2017.

Nasution, Penelitian Naturalistik (Bandung: reneka, 1996)

Amir Nuruddin dkk, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Kritis


Perkembangan Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih,UU
No.1/1974 sampai HKI), Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
Cet.Ke-1, 2012.

Sonny Dewi Judiasih dkk, Perkawinan Bawah Umur di Indonesia Beserta


Perbandingan Usia Perkawinan dan Praktik Perkawinan Bawah
Umur di beberapa Negara, Bandung : PT Refika Aditama, 2018.

Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Lu’Lu’ Wal Marjan Hadits Shahih


Bukhari Muslim telengkap,Surakarta: Insan Mulia, Cet.,Ke-4, 2014.

Abdurrahman R.A. Haqqi dan Muhammad Nabil Al-Munawar,Tafsir


Zanjabil (Surah An-Nisa), Depok- Indonesia : katalog Dalam
Terbitan (KDT), 2016.

Tuti sahara dkk, BKKBN, Panduan Penyelenggaraan Pelayanan KB


Bergerak, Jakarta :14 Mei 2019.

Salim HS, Penerapan Teori Hukum pada penelitian Tesis dan Disertasi,
Raja wali PT. Gravindo persada, Jakarta:2017.

Materi Khutbah Agama Islam,Program Kependudukan Keluarga


Berencana & Pembangunan Keluarga, BKKBN:2015.

Beni Ahmad saebani, Metode Penelitian Hukum, CV. Pustaka Setia,


Bandung:2009.

Cholis Nafis, Fiqih Keluarga Menuju Keluarga Sakinah ,Ma Waddah


warahmah Keluarga Sehat Sejahtera dan Berkualitas. Mitra Abadi
Press, Jakarta Selatan:2010.

Thariq At-Thawari’, KB cara Islam, Maktabah Syaidul Fawa’id Al-


Oslamiyyah, Solo, 2007.

141
Zuhdi,Masfuk,,Islam dan Keluarga Berencanadi Indonesia,
(Surabaya:Bina Ilmu,1982.,17.

Ahmad Saebani,Beni. Metode Penelitian Hukum,(Bandung: CV.Pustaka


Setia,2008), 38.

142
Gambar 1
Wawancara dengan ibu-ibu yang anaknya menikah di bawah umur (usia 17
tahun laki-laki yang bernama Muhammad Fahmi) di Selawang Desa Tanak Awu
Kec.Pujut Pukul09.0 Wita tal 17 April 2020.

Gambar 2

Wawancara dengan pelaku pasangan suami istri yang menikah di bawah usia 19
yang bernama Murtini menikah usia 15 tahun, dina menikah usia 14 tahun yang
saat itu masih duduk di bangku MTs, Rani pada usia 14 tahun, dan susilawati usia
16 tahun di Dusun Selawang Desa Tanah Awu Kec. Pujut Wawancara mulai
pukul 0.9.00-12:20 wita tanggal 28 april 2020
Gambar 3

Wawancara dengan pelaku pernikahan di bawah umur (usia di bawah 19 tahun


laki-laki di Tanah Awu Kec. Pujut. wawancara mulai pukul 10.00-11.00 wita
tanggal 28 juli 2020)

Gambar 4: 1-3
Wawancara dengan Kepala Desa dan Staf Desa Tanah Awu Kec. Pujut terkait
Data pasangan suami istri yang menikah usia dini tercatat sebanyak 16 dusun di
Tanak Awu pujut. Yaitu sebanyak 84 org dalam 6 bulan.
Gambar 5
Wawancara dengan Pegawai BKKBN Praya Lombok Tengah tgl 27 April 2020.

Gambar 6 : 1-2
Wawancara dengan Kepala Sub Bidang kependudukan dan keluarga berencana
Praya Kab. Lombok Tengah Ir.Saharudin pada pukul 10.00-11.30 Wita tgl 27
April 2020 .

Anda mungkin juga menyukai