Anda di halaman 1dari 10

PERAN BADAN KEPENDUDUKAN KELUARGA BERENCANA

NASIONAL (BKKBN) DALAM PENGEMBANGAN KAMPUNG


BERKUALITAS CAHAYA BARU DI KELURAHAN BANSIR
DARAT PONTIANAK TENGGARA
(Studi di BKKBN Provinsi Kalimantan Barat)
OLEH :

SARI NABILA

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Tanjungpura
Email: sarinabilaskd@gmail.com

ABSTRAK

Program Bangga Kencana merupakan program kependudukan yang sangat penting untuk
diwujudkan. Dalam hal ini BKKBN sebagai salah satu instansi yang melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana
mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan program bangga Kencana yang ada di
Provinsi Kalimantan Barat. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui peran BKKBN Provinsi
Kalimantan Barat dalam mewujudkan Program bangga Kencana di Provinsi Kalimantan Barat serta
faktor-faktor cenderung mempengaruhi perannya. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis
sosiologis dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran BKKBN
Provinsi Kalimantan Barat dalam mewujudkan program Bangga Kencana meliputi sinkronisasi
kebijakan-kebijakan terkait dengan Program Bangga Kencana baik di pusat maupun daerah;
melakukan KIE kepada masyarakat dengan bekerjasama dengan instansi lain, stake holder, atau
tokoh masyarakat; memperkuat kapasitas infrastruktur regulasi yang mendukung operasional
maupun eksistensi lembaga terkait Program Bangga Kencana; penguatan dukungan sarana,
prasarana dan anggaran untuk menyelenggarakan program Bangga Kencana dalam upaya menjaga
kesinambungan dan keberlangsungan pelayanan pengendalian penduduk dan KB kepada
masyarakat. Adapun faktor yang cenderung mempengaruhi peran BKKBN Provinsi Kalimantan
Barat dalam mewujudkan program Bangga Kencana yaitu dari faktor SDM yang ada di BKKBN,
sarana dan fasilitas, masyarakat, dan budaya.
Kata kunci: BKKBN, Peran, Program Bangga
Kencana..

PENDAHULUAN

Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, penduduk harus menjadi titik sentral dalam
pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Penduduk harus dijadikan subyek dan obyek dalam
pembangunan, dimana pembangunan dilaksanakan oleh penduduk dan untuk penduduk. Untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan, BKKBN harus
memperkuat pelaksanaan Pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB beserta
penjabarannya ke dalam program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).
Posisi Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di dalam
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) berada pada lingkup Prioritas Nasional Pembangunan Kesehatan.
Selama ini Program KKBPK masih dihadapkan pada beberapa permasalahan salah satunya adalah
masih lemahnya komitmen dan dukungan para pemangku kepentingan (stake holder) terhadap
program KKBPK terutama yang berkaitan dengan kelembagaan, kebijakan, perencanaan program
dan penganggaran. Oleh karena itu, Program KKBPK harus dapat dilaksanakan dengan mobilisasi
seluruh potensi dan sumber daya, baik di lingkungan BKKBN maupun bersama-sama dengan
Pemangku Kepentingan dan Mitra Kerja di seluruh tingkatan wilayah.
Berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN No 6 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
BKKBN Tahun 2020 -2024, pada akhir tahun 2019 BKKBN mengemas dan memperkenalkan
istilah Program KKBPK menjadi Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga
Berencana atau yang disingkat menjadi Bangga Kencana. Perubahan nama dari KKBPK menjadi
Bangga Kencana tersebut bertujuan untuk memudahkan penyebutan program, yang seringkali agak
sulit untuk diucapkan. Peletakan kata Pembangunan Keluarga di depan menunjukkan bahwa
BKKBN merupakan lembaga yang ingin memberikan manfaat kepada seluruh keluarga Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak BKKBN Provinsi Kalimantan Barat,
perencanaan keluarga menjadi program awal Bangga Kencana di Kalimantan Barat. Perencanaan
keluarga itu menyangkut sebelum lahir, ketika lahir, ketika menjadi anak-anak, ketika menjadi
remaja, ketika menjadi lansia, kemudian ketika mati dan itu masih mengalami beberapa kendala.
Penurunan angka TFR di Kalimantan Barat masih tinggi yaitu sebelumnya sekitar 2,5 persen,
sekarang menjadi 2,3 persen walaupun belum mencapai angka ideal yaitu 2,1 persen. Keberhasilan
penurunan Fertilitas banyak dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan dan kesehatan, penurunan
kematian, serta peningkatan
pendidikan dan urbanisasi. [Wina : BKKBN Provinsi Kalimantann Barat]
Program Bangga Kencana meliputi kegiatan prioritas, baik dari sisi pengendalian kuantitas
penduduk yang meliputi perubahan jumlah, struktur, komposisi dan persebaran penduduk yang
seimbang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, maupun dari sisi peningkatan
kualitasnya melalui kontribusi terhadap upaya perwujudan norma keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera. BKKBN juga harus dapat membuat kajian dan model dampak kependudukan yang
berkualitas agar dapat mendorong perumusan kebijakan dan strategi Program Bangga Kencana
yang lebih berkualitas dan tepat sasaran.
Dari hal tersebut di atas terlihat bahwa Program Bangga Kencana merupakan program
kependudukan yang sangat penting untuk diwujudkan. Dalam hal ini BKKBN sebagai salah satu
instansi yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan
program bangga Kencana yang ada di Provinsi Kalimantan Barat.
Berdasarkan UU Nomor 52 Tahun 2009 ada tiga wewenang yang diberikan kepada
BKKBN yang juga menjadi wewenang bagi pemerintah daerah. Pertama; pengendalian penduduk
di mana penyerasian kebijakan pembangunan daerah harus memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan. Kedua, penyelenggaraan KB melalui peningkatan akses pelayanan
KB yang berkualitas dan merata. Ketiga, pemberdayaan keluarga sejahtera. Pemberian tanggung
jawab kepada pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan desentralisasi dan otonomi daerah, perlu
dibarengi dengan upaya pemberdayaan aparatur daerah secara intensif dengan memberikan
wawasan dan memantapkan komitmen jajaran birokrasi daerah yang berorientasi pada
pembangunan kependudukan dan pembangunan keluarga.

METODE PENELITIAN

Artikel ilmiah ini merupakan hasil penelitian dengan menggunakan metode penelitian
yuridis sosiologis dengan pendekatan penelitian kualitatif. Spesifikasi penelitian ini bersifat
deskriptif dengan metode pengambilan informan purposive sampling atau criterian based selection.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap informan. Analisis data
menggunakan analisis kualitatif.

Kerangka Teori
Peran BKKBN Provinsi Kalimantan Barat dalam Mewujudkan Program Pembangunan
Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana)
Program Bangga Kencana atau yang sebelumnya disebut program KKBPK merupakan
Program yang dikeluarkan oleh BKKBN yang meliputi Program Pembangunan keluarga,
kependudukan, dan keluarga berencana. Berdasarkan Pasal 1 angka (7) UU Nomor 52 Tahun 2009,
Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam
lingkungan yang sehat. Tujuan dari pembangunan keluarga adalah untuk membentuk keluarga yang
berkualitas sehingga akan terwujud keluarga yang sejahtera. Pembangunan keluarga merupakan
bagian dari bagian kependudukan yang harus mendapatkan perhatian lebih, hal itu dikarenakan
keluarga merupakan bagian terkecil dari penduduk, penduduk yang berkualitas berasal dari cikal
keluarga yang berkualitas.
Selain Pembangunan Keluarga dan kependudukan, keluarga berencana juga merupakan satu
kesatuan dari Program Bangga Kencana. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 87 tahun 2014
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan
Sistem Informasi Keluarga Pasal 1 ayat (8) menyatakan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Menurut Soerjono Soekanto, peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan
suatu peranan. Peranan menunjukkan sesuatu penentuan atau perbuatan yang harus dilaksanakan
seseorang bagi kelompoknya serta kesempatan-kesempatan yang diberikan kepadanya. Selanjutnya
oleh Soerjono Soekanto bahwa peranan mencangkup tiga hal yaitu: ( Soerjono Soekanto, 2002).
a. Peranan meliputi norma-norma perilaku yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan adala suatu konsep perilaku yang dapat dilakukan oleh individu di masyarakat dalam
organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.
Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa peran merupakan implementasi dari jabatan
atau pekerjaan yang dibebankan. Konsep peran dapat diartikan sebagai tingkah laku yang
diharapkan dari seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu. Peran berkaitan dengan fungsi dan
tugasnya.
Perubahan Peraturan Presiden tentang kelembagaan BKKBN terutama terkait dengan
penambahan fungsi tidak hanya yang tertera pada Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tetapi
juga melaksanakan tugas fungsi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 23 tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah dalam lampiran dinyatakan bahwa Kewenangan Pemerintah dalam
hal ini BKKBN meliputi:
a. Pengendalian Penduduk
1) Pemaduan dan sinkronisasi kebijakan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah
provinsi dalam rangka pengendalian kuantitas penduduk
2) Pemetaan perkiraan pengendalian penduduk cakupan Daerah provinsi.
b. Keluarga Berencana (KB)
1) Pengembangan desain program, pengelolaan dan pelaksanaan advokasi, komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) pengendalian penduduk dan KB sesuai kearifan budaya
lokal.
2) Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan tingkat Daerah
provinsi dalam pengelolaan pelayanan dan pembinaan kesertaan ber- KB
c. Keluarga Sejahtera
1) Pengelolaan pelaksanaan desain program pembangunan keluarga melalui pembinaan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
2) Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan tingkat Daerah
provinsi dalam pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Presiden No 62 Tahun 2010, BKKBN menyelenggarakan


fungsi :
a) perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan
keluarga berencana
b) penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana
c) pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana
d) penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana
e) penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana
f) pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana

Selain fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pasal 3 BKKBN juga
menyelenggarakan fungsi:
a) penyelenggaraan pelatihan, penelitian, dan pengembangan di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
b)pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi umum di lingkungan BKKBN;
c) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BKKBN
d)pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BKKBN; dan penyampaian laporan,
saran, dan pertimbangan di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan
keluarga berencana.

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil penelitian Peran BKKBN Provinsi Kalimantan Barat Dalam Mewujudkan
Program Bangga Kencana di Provinsi Kalimantan Barat yaitu:
1) Melakukan koordinasi dengan Pemerintah daerah untuk menyusun dokumen untuk
panduan daerah di bidang kependudukan yang disebut grand design pengendalian
kuantitas penduduk.
Tujuan dari adanya grand desain itu yaitu untuk memberikan arah kebijakan pelaksanaan
pengendalian kuantitas penduduk, sehingga dapat digunakan untuk pedoman bagi lembaga serta
pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan,
terwujudnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara jumlah, struktur, dan persebaran
penduduk dengan lingkungun hidup baik yang berupa daya dukung alam maupun daya tampung
lingkungan serta kondisi perkembangan sosial dan budaya. Dengan adanya grand desain tersebut
membantu pemerintah untuk mengimplementasikan kebijakan atau program yang berkaitan dengan
komponen- komponen pengendalian kuantitas penduduk, pelaksanaan upaya pengendalian fertilitas,
penurunan mortalias dan pengarahan mobilitas penduduk.

2) Optimalisasi kampung keluarga berencana di Provinsi Kalimantan Barat


Provinsi Kalimantan Barat menjadi percontohan Kampung KB. Kampung KB diatur
dalam Peraturan Gubernur No 77 Tahun 2017 tentang Kampung KB. Kampung Keluarga
Berencana yang selanjutnya disingkat Kampung KB adalah salah satu upaya penguatan
Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat dalam memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan total Program
KB, sebagai upaya mewujudkan keluarga yang berkualitas, di wilayah minimal setingkat
Dusun atau Rukun Warga. Di bidang Kampung KB BKKBN berkolaborasi dengan
berbagai dinas melakukan advokasi di desa-desa yang terpinggirkan atau desa minus
pertumbuhan penduduknya untuk berpikir lebih sehingga dapat merubah gaya hidup dan
pola hidupnya. Salah satu program dari kampung KB yaitu Program Rumah Data
Kependudukan (RDK) di kampung KB isinya berharap semua data di desa itu tertampung
di rumah data tersebut. Selama ini data-data hanya di balai desa. Oleh karena itu
diharapkan semua data di desa itu ada di RDK tersebut.
3) Melakukan KIE tentang keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga, keluarga
berencana dan membangun jejaring kemitraan, kinerja petugas lini lapangan dan
pengelolaan smart data dan informasi melalui teknologi.
Program KIE melalui komunikasi informasi dan edukasi tersebut bertujuan untuk
menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang program KB secara keseluruhan,
banggakencana secara keseluruhan baik melalui media cetak, audio atau di sosial media.
Artinya memberikan pemahaman-pemahaman kepada masyarakat dengan
mengkoordinasikan dengan petugas penyuluh, bidan, atau para kader yang ada di desa-
desa. Selain itu memberikan informasi kepada masyarakat dengan bahasa bahasa lokal
agar masyarakat dapat mudah memahaminya leaflet baliho-baliho. Begitupun dalam
memberikan konseling yang diberikan petugas harus menggunakan konseling berimbang
artinya menampung aspirasi atau keinginan dari masyarakat untuk kemudian diberikan
saran atau jalan keluarnya. Untuk mendukung program KB tidak hanya melibatkan
perempuan tetapi pria dapat juga untuk diajak ber KB yaitu dengan melibatkan pihak
lain/kelompok-kelompok masyarakat ataupun TNI untuk memberikan penyuluhan-
penyuluhan dan memberikan motivasi tentang KB pria. Peningkatan pengetahuan tentang
Kesehatan Reproduksi melalui bisa kita sasarannya adalah kelompok kegiatan yang kita
sebut poktan, Bina Keluarga Balita (BKB) Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina
Keluarga Lansian (BKL) KB pria. Pendidikan kesehatan adalah upaya sadar untuk
menimbulkan perubahan tingkah laku hidup sehat, baik lingkungan masyarakat dan sosial.
Pendidikan kesehatan sangat diperlukan sebagai dasar untuk kegiatan dalam kesehatan
masyarakat menju masyarakat sehat jasmani, rohani, sosial dan ekonomi. (Sri Madinah
dkk,
2017).
4) Melakukan penyuluhan 1000 HPK
Penyuluhan 1000HPK bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Stunting. Kegiatan ini lebih diutamakan kepada
Kab/Kota yang memiliki AKI dan angka Stunting yang tinggi di provinsi Kalimantan
Barat. Kegiatan penyluhan/ sosialisasi ini dilakukan melalui kerja sama dengan kelompok
kegiatan atau yang disebut Poktan yang ada di masyarakat seperti Bina Keluarga Balita
(BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR). Kegiatan yang dilakukan melalui poktan BKB dan
BKR diantaranya yaitu mengedukasi program KB itu sendiri, memberikan penjelasan
tentang Kesehatan reproduksi, pemberian asupan gizi pada bayi, dan juga promosi ASI.
5) Melakukan Sinkronisasi kebijakan dan bekerjasama dengan mitra terkait tentang capaian
program KB,
BKKBN Provinsi Kalimantan Barat melakukan sinkronisasi kebijakan
pembangunan pengendalian penduduk baik ditingkat pusat sampai ke daerah yang
bertujuan untuk menekan angka TFR dan memperbanyak presentase Kampung KB
mandiri sehingga wilayah tersebut dapat mensejahterakan masyarakat sekitar melalui
program yang ada dalam Kampung KB. Selain itu juga dapat berkoordinasi dengan
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten /Kota dan mitra terkait dalam mencapai
target KB melalui Kader, PLKB menggerakkan masyarakat untuk melakukan KB dan
bersinergi dengan OPD KB Kabupaten / Kota untuk mencapai program Bangga Kencana.
6) Meningkatkan kualitas SDM para Penyuluh KB atau kader-kader program kependudukan
melalui pelatihan, Penelitian danPengembangan (LALITBANG), sehingga dapat
meningkatkan presentase SDM aparatur dan tenaga program yang kompeten, presentase
kerja sama internasional BKKBN , dan pemanfaatan hasil penelitian dalam penentuan
kebijakan Program Bangga Kencana. Salah satu peran BKKBN untuk mewujudkan
Program Bangga Kencana yaitu dengan meningkatkan kualitas SDM nya atau petugasnya
dengan pelatihan melalui berbagai media, mengimplementasikannya melalui yaitu
komunikasi informasi dan edukasi yang akses pelayanannya sudah dikembangkan dan
diperluas di wilayah terpencil di pedesaan dengan menggunakan unit mobil keliling ke
desa-desa. Termasuk membekali tenaga penyuluh KB (PLKB) dengan Android, sehingga
mempermudah dalam melakukan penyuluhan, misalnya dengan cara cara memperlihatkan
videonya melalui hp-nya, selain itu bisa melakukan pemesanan alat kontrasepsi melalui
pesan android. Keberhasilan progam KB tidak terlepas dari peranan Petugas Lapangan
Penyuluh Keluarga Berencana (PLKB). (Ajeng Dariah Karvianti, 2012) . BKKBN
Provinsi Kalimantan Barat juga mempunyai ada tim jaga mutu yang dibentuk untuk
pemantauan tentang kualitas pelayanan KB dan peningkatan KB ada wilayah-wilayah
yang jauh dari fasilitas Kesehatan dengan menggunakan mobil unit pelayanan. Dalam
menentukan kebijakan- kebijakan yang akan diambil BKKBN Provinsi Kalimantan Barat
juga melakukan penelitian- penelitian dengan bekerja sama dengan stakeholder atau
universitas-universitas di Provinsi Kalimantan Barat terkait dengan masalah-masalah
kependudukan sehingga diharapkan dari hasil penelitian tersebut dapat dimanfaatkan
BKKBN dalam menentukan kebijakan dan program yang sesuai.
Faktor-Faktor yang Cenderung Mempengaruhi Peran BKKBN Provinsi Kalimantan Barat
dalam mewujudkan Program Bangga Kencana di Provinsi Kalimantan Barat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang cenderung
mempengaruhi peran BKKBN Provinsi Kalimantan Barat dalam mewujudkan Program Bangga
Kencana di Provinsi Kalimantan Barat dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu::
1. Faktor Pendukung
2. Faktor Penghambat
Adapun faktor pendukung peran BKKBN Provinsi Kalimantan Barat dalam mewujudkan

Program Bangga Kencana di Provinsi Kalimantan Barat yaitu:


a. Adanya kerja sama kemitraan BKKBN provinsi Kalimantan Barat dengan para stakeholder
atau instansi-instansi terkait, tokoh agama/ masyarakat dalam melakukan KIE sehingga hal
ini memudahkan BKKBN dalam menyebarluaskan program- programnya terkait dengan
Bangga Kencana. Dengan keterbatasan jumlah SDM terjalinnya kerja sama kemitraan ini
tentunya akan sangat membantu BKKBN Provinsi Kalimantan Barat dalam mewujudkan
program Bangga Kencana.
b. Adanya peningkatan sarana penyebarluasan program KB dengan adanya mobil unit pelayanan
yang menjangkau wilayah-wilayan terpencil atau jauh dengan fasilitas Kesehatan.
c. Adanya Kampung KB sebagai sarana untuk masyarakat dalam memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan total Program KB,
sebagai upaya mewujudkan keluarga yang berkualitas, di wilayah minimal setingkat Dusun
atau Rukun Warga
Adapun faktor penghambat peran BKKBN Provinsi Kalimantan Barat dalam mewujudkan
Program Bangga Kencana di Provinsi Kalimantan Barat yaitu :
a. Anggaran untuk program Bangga Kencana masih kecil sehingga kurang maksimal dapat
operasional program.
b. Masih minimnya Petugas Penyuluh KB (PLKB) di Provinsi Kalimantan Barat
c. Belum adanya sinkronisasi pengaturan/ kebijakan terkait dengan program kependudukan
contohnya pengaturan terkait dengan batas usia pernikahan
d. Belum terbangunnya mekanisme penjaringan partisipasi dan peran serta aktif masyarakat
secara efektif dalam advokasi, KIE dan Penggerakan program Bangga Kencana; dan
e. Belum optimalnya pengetahuan masyarakat tentang cara pengasuhan dan pembinaan tumbuh
kembang anak, kegawatdarutan ibu hamil dan kurangnya pemahaman remaja dan keluarga
tentang perencanaan/ penyiapan kehidupan berkeluarga dan pengetahuan kesehatan
reproduksi yang masih dianggap tabu oleh Sebagian masyarakat.
f. Masih adanya faktor ketakutan masyarakat terkait dengan efek samping penggunaan alat
kontrasepsi, budaya, Agama dalam menggunakan kontrasepsi
g. Tidak maksmimalnya koordinasi tim jaga mutu dengan BKKBN karena kesibukan masing-
masing
Bekerjanya hukum di masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana
dikemukakan oleh Soerjono Soekanto yaitu: (Soerjono Soekanto, 2003).
1. Faktor hukumnya
2. Faktor penegak hukum
3. Faktor sarana dan fasilitas
4. Faktor masyarakat
5. Faktor kebudayaan
Apabila hambatan-hambatan tersebut di atas dikaitkan dengan teorinya Soerjono Soekanto
maka dapat diperoleh gambaran bahwa faktor -faktor yang menghambat pelaksanaan peran
BKKBN dalam mewujudkan Program Bangga Kencana yaitu:
1. Faktor hukumnya, dalam hal ini kebijakan-kebijakan terkait dengan program kependudukan
yang dibuat oleh pemerintah banyak yang tumpang tindih, dan bayak program-program
kependudukan yang tidak mempunyai landasan atau dasar hukum dalam pelaksanaan yang kuat.
2. Faktor penegak hukum, faktor penegak hukum di sini terkait dengan SDM yang ada di instasi
BKKBN yang terbilang kurang, terutama para penyuluh KB. Selain itu juga banyak SDM
yang kompetensinya tidak sesuai dengan bidang pekerjaannya sehingga hal itu tentunya tidak
dapat maksimal dalam pelaksanaannya
3. Faktor sarana dan fasilitas, faktor sarana dan fasilitas yang dimaksud disini adalah tekait
dengan keterbatasan jumlah dana atau anggaran untuk kegiatan/ program Bangga Kencana
sehingga dalam implementasi programnya tentunya akan mengalami kesulitan.
4. Faktor masyarakat, dari faktor masyarakat terlihat kurangnya kesadaran atau pemahaman
remaja dan keluarga tentang perencanaan/ penyiapan
5. Faktor budaya, dari faktor budaya terlihat masih banyaknya masyarakat yang percaya
terhadap mitos-mitos yang beredar terkait alat kontrasepsi efek samping malu kalau misalnya
pasang IUD dan anggapan banyak anak banyak rezeki masih melekat kuat dimasyarakat.
Robert B. Seidman juga mengemukakan teori bekerjanya hukum di mana , faktor yang
mempengaruhi bekerjanya hukum di masyarakat adalah faktor personal dan faktor sosial. (Esmi
Warassih, 2005). Apabila faktor-faktor di atas dikaitkan dengan pendapat Seidman dapat
disimpulkan bahwa ada faktor personal (misalnya faktor rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap masalah kesehatan reproduksi dan KB, dan angapan atau mitos-
mitos yang ada dimasyarakat ) dan faktor sosial (misalnya sarana dan prasarana atau fasilitas,
tingkat ekonomi, terbatasnya anggaran dan SDM).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa ada faktor hukum, faktor penegak
hukum, faktor sarana dan fasilitas, faktor budaya, serta faktor personal dan sosial yang menghambat
BKKBN dalam melaksanakan perannya terhadap program Bangga Kencana di Provinsi Kalimantan
Barat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1) Implementasi


aplikasi Quizizz selama pembelajaran daring sangat tepat sebagai media e-learning pembelajaran
bahasa Mandarin karena membuat kegiatan pembelajaran menjadi interaktif, mudah,
menyenangkan dan membantu siswa untuk memahami bahasa Mandarin, 2) Penggunaan aplikasi
Quizizz dapat memudahkan guru serta orang tua dalam memantau hasil belajar murid, 3) Media
pembelajaran berbasis permainan dengan aplikasi Quizizz sangat tepat diterapkan bagi pembelajar
pemula bahasa Mandarin.

UCAPAN TERIMA KASIH

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran BKKBN Provinsi


Kalimantan Barat dalam mewujudkan Program Bangga Kencana di Provinsi Kalimantan
Barat yaitu diantaranya sinkronisasi kebijakan-kebijakan terkait dengan Program Bangga
Kencana baik di pusat maupun daerah, melakukan KIE kepada masyarakat dengan
bekerjasama dengan instansi lain, stake holder, atau tokoh masyarakat, memperkuat
kapasitas infrastruktur regulasi yang mendukung operasional maupun eksistensi lembaga
terkait Program Bangga
Kencana, Penguatan kapasitas dukungan sarana,prasarana dan anggaran untuk
menyelenggarakan program Bangga Kencana di Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa
dalam upaya menjaga kesinambungan dan keberlangsungan pelayanan pengendalian
penduduk dan KB kepada masyarakat. Adapun faktor-faktor yang cenderung
mempengaruhi peran BKKBN Provinsi Kalimantan Barat dalam mewujudkan program
Bangga Kencana yaitu dari faktor SDM yang ada di BKKBN sarana dan fasilitas,
masyarakat, dan budaya, serta faktor personal dan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Madinah, Sri, M. Zen Rahfiludin, S. A. Nugraheni. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi


Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Pendewasaan Usia Perkawinan (Studi Pada
Remaja Di Smp Nu 06 Kedungsuren Kabupaten Kendal). Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Karvianti, Ajeng Dariah. Pemberdayaan Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Dalam
Pelayanan Peserta Keluarga Berencana Pada Kantor Pemberdayaan Perempuan Dan
Keluarga Berencana Kabupaten Kutai Barat. Jurnal Paradigma, Vol. 1 No. 3, Desember 20
12:357-372.
Soekanto, Soerjono . 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta, Ghalia
Indonesia.
-------------- . 2002. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Warassih, Esmi . 2005. Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis. Semarang. PT. Suryandaru
Utama.
Undang - Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perekembangan kependudukan dan Pembangunan
Keluarga
Peraturan Pemerintah No 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, Keluarga Berencana dan Sistem Informasi Keluarga.
Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor :
88/PER/F2/2012
Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Inforrmasi dan Konseling Remaja – Mahasiswa
(PIK-RM)
Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan keluarga Berencana Nasional Nomor 199 Tahun 2016
tentang Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun
2015-2019.

Anda mungkin juga menyukai