Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 14 No.

1 Juni 2019| 1-12

JURNAL KEPENDUDUKAN INDONESIA


p-ISSN: 1907-2902 (Print)
e-ISSN: 2502-8537 (Online)

KELEMBAGAAN DAN CAPAIAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB): DARI ERA


SENTRALISASI KE DESENTRALISASI

(FAMILY PLANNING INSTITUTIONAL PROGRAMS AND THEIR ACHIEVEMENTS: FROM


CENTRALIZATION TO DECENTRALIZATION ERA)

Puri Kusuma Dwi Putri1*, Aida Vitayala Hubeis2


Sarwititi Sarwoprasodjo2, Basita Ginting2
1
Kandidat Doktor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
2
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

*Korespondensi penulis: purikdp@yahoo.com

Abstract Abstrak

Indonesia experienced a change in the organization of Indonesia mengalami perubahan pendekatan


the Family Planning (FP) Program from centralized to a kelembagaan penyelenggaran program Keluarga
decentralized one. This article aims to compare various Berencana (KB) dari tipe sentralisasi menjadi
Indonesia’s FP policies, implemented by the National desentralisasi. Artikel ini bertujuan untuk
Population and Family Planning Board (NPFPB), in membandingkan berbagai kebijakan BKKBN pada tiap
each era of governance, and their respective Total era kepemimpinan serta capaian Tingkat Kesuburan
Fertility Rate (TFR) and Population Growth Rate (PGR) Total (TKT) dan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di
achievements. We reviewed FP programs from Indonesia. Metode yang digunakan dalam artikel ini
Soekarno’s presidency until Joko Widodo’s presidency adalah kajian literatur program KB dari era
(1983-2018). The centralization approached was kepemimpinan Presiden Soekarno hingga Presiden Joko
implemented during the Soekarno’s and Soeharto’s Widodo (1983-2018). Pendekatan sentralisasi terjadi
presidency, while the decentralization has been pada era Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto.
implemented since Habibie’s and Joko Widodo’s Sedangkan pendekatan desentralisasi terjadi pada era
presidency. The centralization approach in Soeharto’s Presiden Habibie hingga era Presiden Joko Widodo.
presidency had succeeded in lowering the TFR and Pendekatan sentralisasi pada masa Presiden Soeharto
become success story of the FP program. In contrast, the telah berhasil menurunkan angka TKT dan menjadi
decentralization approach has not reached its target sejarah kesuksesan program KB. Sebaliknya, pendekatan
since it has impacted the organizational structure and desentralisasi sejauh ini belum mencapai target yang
family planning programs and their achievements telah ditetapkan oleh pemerintah karena berdampak pada
through every new presidency. The decentralization also struktur organisasi BKKBN, program KB, dan
changed the communication role in the declining TFR capaiannya pada era masing-masing. Desentralisasi juga
and PGR era in each presidency in Indonesia. membawa perubahan peran komunikasi dalam
penurunan TKT dan LPP pada tiap era kepemimpinan di
Keywords: family planning, total fertility rate, Indonesia.
population growth rate, centralization, decentralization,
policy

1
Kelembagaan dan Capaian Program Keluarga Berencana …| Puri Kusuma Dwi Putri dkk.

Kata kunci: keluarga berencana, tingkat kesuburan dari BKKBN, buku, tesis, buletin, internet, dan hasil
total, laju pertumbuhan penduduk, sentralisasi, survei penduduk.
desentralisasi, kebijakan
ERA KEPEMIMPINAN DAN KELEMBAGAAN
PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI
PENDAHULUAN INDONESIA

Pada tahun 2018 penduduk Indonesia berjumlah lebih Era Kepemimpinan Presiden Soekarno (1945-1967)
dari 261,9 juta jiwa (BPS, 2018). Berdasarkan Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 angka Era kepemimpinan Presiden Soekarno dimulai pada
tingkat fertilitas total (TKT) sebesar 2,6 anak. periode 1945 hingga 1967 yang merupakan lahirnya
Pencapaian angka TKT pada SDKI 2012 relatif tidak negara Republik Indonesia, di mana kondisi saat itu
banyak berubah atau stagnan jika dibandingkan dengan adalah pasca perang. Pemerintahan yang berlangsung
TKT SDKI 2007 dan SDKI 2002-2003 (Badan adalah pemerintahan Orde Lama. Seperti yang
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, dikemukakan oleh Hull (2006) isu program KB saat itu
Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan, masih belum dapat diterima oleh Soekarno, karena
MEASURE DHS, ICF International, 2013). Badan Indonesia sedang tumbuh dan membutuhkan banyak
Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN) sumber daya manusia. Hal ini lebih disebabkan karena
menetapkan target TKT sesuai Rencana Pembangunan ketidakcocokan isu tersebut bagi pemerintah saat itu.
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 Pada tahun 1950-an, secara luas masyarakat mengetahui
di angka 2.28 (“Peserta KB Terus Ditingkatkan”, 2017). bahwa pemerintah menolak hal-hal mengenai
Masih tingginya angka TKT terhadap target RPJMN pengendalian penduduk.
menjadi pekerjaan penting bagi pemerintah. Penurunan
angka ini diperlukan untuk menekan TKT dan Laju Pada era kepemimpinan Soekarno, terdapat kelompok
Pertumbuhan Penduduk (LPP). swadaya masyarakat yang bernama Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Meski demikian,
Implementasi perubahan struktur organisasi Soekarno menentang isu program KB. PKBI berusaha
kelembagaan program Keluarga Berencana (KB) aktif dalam kegiatan terkait dengan program KB pada
membawa banyak perubahan yang berdampak pada tahun 1957. Melalui PKBI cikal bakal perkembangan
perubahan kewenangan dan struktur organisasi program KB dimulai. Bentuk dari struktur organisasi
pengelola KB, berkurangnya anggaran, dan sumber daya PKBI adalah sentralisasi dan sampai saat ini masih aktif
manusia (SDM), serta menurunnya target indikator dalam mendukung program KB di Indonesia sebagai
kependudukan. Desentralisasi program KB juga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
menunjukkan adanya perubahan komitmen pemerintah
daerah kabupaten/kota terhadap program KB. Pada era kepemimpinan Presiden Soekarno sangat pro
Sebelumnya, pada era sentralisasi terdapat program terhadap kelahiran, karena sumber daya manusia di era
revitalisasi program KB yang berasal dari pemerintah Presiden Soekarno sangat penting bagi kelanjutan
pusat. Program KB dari pusat perlu diadakan kembali pembangunan bangsa. Pada era ini, pengendalian
bersama-sama antara pemerintah daerah (provinsi dan kelahiran bukan menjadi hal yang dianggap penting
kabupaten) dengan pemerintah pusat (Purwaningsih, sehingga kebijakannya bersifat pro-natalis dan isu
2012). tersebut dianggap mengikuti budaya Barat. Presiden
Soekarno mempunyai pandangan bahwa perempuan
Perubahan struktur organisasi pada kelembagaan pada yang mempunyai anak banyak menyimbolkan adanya
akhirnya berdampak pada program dan capaian program suatu kekuatan, kecantikan, dan ketahanan (BKKBN,
KB berupa angka LPP dan TKT. Dengan 2011a). Pandangan perempuan yang berfungsi pada
menitikberatkan kepada hal-hal tersebut, maka kajian ini sektor produktif dan sektor reproduktif mengikuti masa
bertujuan untuk mengetahui program KB pada tiap era kolonialisme. Presiden Soekarno mempunyai tujuan
kepemimpinan serta capaian TKT dan LPP di Indonesia. membangun masyarakat sosialis Indonesia, sehingga
Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah menginginkan kelahiran yang banyak pada perempuan,
hasil kajian literatur. Studi pustaka diperoleh dalam sebagai bagian dari ide politik yang fundamen (Boestam,
rentang tahun 1983-2018 melalui jurnal ilmiah, literatur dikutip dalam Udasmoro, 2004). Adanya jumlah

2
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 14, No. 1, Juni 2019| 1-12

kelahiran yang banyak dipercaya akan menjadikan kerjasama dengan banyak pihak seperti tokoh
pertahanan nasional semakin kuat. masyarakat, tokoh agama, organisasi wanita seperti
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan
Di masa itu, Indonesia tidak mempunyai kebijakan melalui media massa. Hasilnya banyak perempuan
mengenai program pembatasan kelahiran. Sebaliknya, tergerak ikut menggunakan alat kontrasepsi dan program
pemerintah mendorong perempuan untuk melahirkan KB masih dilekatkan pada PKK. Hal ini membuat
banyak anak (pro-natalis). Sumber daya manusia saat itu perempuan tidak mempunyai pilihan atas kontrol
sangat dibutuhkan untuk membangun bangsa Indonesia. terhadap reproduksinya, karena kekuasaan negara.
Namun sayangnya pemerintah luput untuk Seperti yang dikemukakan oleh Dewi dan Kusuma
memperhatikan kesehatan reproduksi perempuan. Angka (2014) munculnya PKK dan KB bertujuan untuk
Kematian Ibu (AKI) dan Anak termasuk tinggi, mengontrol aktivitas perempuan pada ruang politik.
infrastruktur sektor kesehatan juga masih belum baik
sehingga membuat angka kelahiran per ibu melahirkan Menurut Blackburn (dikutip dalam Robinson, 2009)
di atas lima orang anak. mengungkapkan bahwa era rezim Orde Baru seksualitas
perempuan kembali dibingkai sebagai kodrat yang
Era Kepemimpinan Presiden Soeharto (1967-1998) didoktrin pada KB. Doktrin KB pada seksualitas
perempuan adalah perempuan sebagai ibu yang
Peralihan pemerintahan dari masa Presiden Soekarno menggunakan alat kontrasepsi modern, menghasilkan
menuju masa Presiden Soeharto adalah tonggak sejarah dua anak dengan jarak kelahiran yang tidak dekat, anak-
penting dalam politik KB di Indonesia. Masa Presiden anak yang sehat dan mendapatkan pendidikan yang baik,
Soeharto memandang pendekatan berbeda dari era nantinya sebagai pekerja produktif dan warga yang setia
sebelumnya terhadap tubuh perempuan. Penelitian terhadap negara. Penelitian Mohamad (2007)
Hartoyo, Latifah, dan Mulyani (2011) mengemukakan mengemukakan bahwa di era tahun 80-an dicanangkan
bahwa perempuan mendominasi keikutsertaan program program KB dengan tujuan demografis untuk membatasi
KB. Penelitian Sutinah (2017) menemukan bahwa jumlah penduduk. Program “Dua Anak Cukup”
penggunaan alat kontrasepsi paling banyak adalah disampaikan dengan gencar dan ada unsur “paksaan.”
perempuan/istri. Hal ini terkait dengan pandangan
bahwa penggunaan alat kontrasepsi dianggap sebagai Haryono Suyono sebagai kepala BKKBN, turut
tanggung jawab perempuan/istri. Karena itu, peran menyukseskan program KB pada masa sentralisasi di
perempuan dalam kesuksesan program KB sangat bawah pimpinan Presiden Soeharto. Kesuksesan
penting. Di era kepemimpinan Presiden Soeharto Haryono Suyono menjadi sorotan dunia bahwa
kesuksesan program KB telah dikenal di dunia Indonesia mampu mengendalikan angka kelahiran dari
(Cammack & Heaton, 2001). yang sebelumnya pro natalis/pro kelahiran menuju pada
pengendalian kelahiran. Penelitian Jeremy Shiffman
Di era Presiden Soeharto dalam menjalankan program (2004) menunjukkan bahwa dalam memanajemeni
KB dilaksanakan secara sentralisasi. Menurut Hull program KB di Indonesia, secara politik Haryono
(2006) meskipun Presiden Soeharto melakukan Suyono melakukan pendekatan terhadap gubernur untuk
koordinasi dengan Departemen Kesehatan, Pendidikan, membantu dalam menyukseskan program KB.
Informasi, Agama, dan Departemen Dalam Negeri, dan
berbagai organisasi kemasyarakatan yang terlibat dalam Slogan pada masa Orde Baru era Presiden Soeharto yang
pengendalian penduduk, pada kenyataannya terkenal adalah “Dua Anak Cukup, Laki-laki/Perempuan
pemerintahan yang terjadi adalah sentralisasi/otoriter Sama Saja”. Pada masa Orde Baru, pemerintah kala itu
yaitu Presiden menerima laporan dan departemen menginginkan mewujudkan Norma Keluarga Kecil
mengikuti kebijakan dan arahan dari pusat. Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Strategi pemenuhan
kebutuhan masyarakat di era Orde Baru dikenal dengan
Proses sentralisasi kemudian menyebabkan perempuan demand fulfillment yang berarti Pasangan Usia Subur
sebagai target massal penggunaan alat kontrasepsi pasca (PUS) memilih menggunakan alat kontrasepsi sesuai
melahirkan. Slogan “Dua Anak Cukup” digaungkan di dengan kemampuan dan kesempatannya masing-masing
seluruh Indonesia. Tumpuan program KB ada di pundak (BKKBN, 2011b).
perempuan dan pemerintah sebagai penanggung jawab
program KB. Presiden Soeharto kala itu melakukan

3
Kelembagaan dan Capaian Program Keluarga Berencana …| Puri Kusuma Dwi Putri dkk.

Era Kepemimpinan Presiden B.J. Habibie/Reformasi feminis bahwa perempuan dapat mengambil peran aktif
(1998-1999) dalam membentuk program serta laki-laki bertanggung
jawab pada penggunaan alat kontrasepsi.
Kepemimpinan Presiden Soeharto digantikan wakil
Presiden B.J. Habibie pada tahun 1998. Era Tantangan lain pada masa transisi ini adalah pandangan
kepemimpinan Presiden B.J. Habibie dimulai dengan bahwa mengatur dan mengendalikan jumlah anak
semangat reformasi disemua bidang. Kabinet kerja dikategorikan sebagai melanggar hak asasi manusia.
dinamakan kabinet reformasi, yang merupakan masa Mempertimbangkan hal tersebut slogan BKKBN diganti
transisi fokus pembangunan sentralisasi ke dari “Dua Anak Cukup” menjadi “Dua Anak, Lebih
desentralisasi. Perubahan program KB menyebabkan Baik”. Dari sini juga muncul istilah “Keluarga
perombakan total struktur organisasi kelembagaan Berkualitas”, yang berarti pendewasaan usia kawin,
program KB yang sudah berhasil di era Presiden mengatur kelahiran dua hingga tiga anak saja (BKKBN,
Soeharto. Keputusan dan arahan yang sebelumnya 2011b).
dipusatkan sentris di ibukota menjadi diberikan otonomi/
desentralisasi kepada tiap daerah sesuai dengan Perubahan slogan KB diubah oleh Menteri Khofifah
karakteristik dan kebutuhan masing – masing daerah. Indar Parawansa pada kepemimpinan Presiden
Abdurrahman Wahid. Slogan KB yang awalnya “Dua
Kala itu, pemerintah masih disibukkan dengan reformasi Anak Cukup” menjadi “Keluarga Berkualitas.” Keluarga
dan pergantian pemerintahan menuju desentralisasi, berkualitas yang dimaksud adalah melakukan
sehingga, program KB tidak terlalu menjadi perhatian. pendewasaan usia kawin, mengatur kelahiran sehingga
Walaupun demikian, seperti yang dikemukakan oleh jumlah anak hanya dua sampai tiga saja. Anjuran usia
Robinson (2009), usaha yang dilakukan oleh Presiden perkawinan rata-rata 27-29 tahun, agar tidak ada risiko
B.J. Habibie adalah meningkatkan kualitas pelayanan kehamilan dengan rata-rata mempunyai dua anak
klinik sejalan dengan International Conference on (BKKBN, 2011b).
Population and Development (ICPD) di Kairo tahun
1994. Target penting program KB yang dilakukan oleh
Khofifah dengan mengedepankan hak perempuan dalam
Slogan program KB dalam kepemimpinan Presiden B.J. ber-KB. Kebijakan Khofifah meningkatkan partisipasi
Habibie adalah “Dua Anak Cukup, Laki- laki-laki dalam ber-KB. Target penggunaan alat
Laki/Perempuan Sama Saja”. Era pasca reformasi, kontrasepsi untuk laki-laki seperti vasektomi dan
program keluarga berencana nasional merupakan salah kondom dapat ditingkatkan hingga sepuluh persen (Hull,
satu program untuk meningkatkan kualitas penduduk, 2006). Khofifah mengangkat isu kesetaraan gender pada
mutu sumber daya manusia, kesehatan dan kesejahteraan program KB agar masyarakat lebih sadar bahwa KB
sosial yang dilaksanakan melalui pengaturan kelahiran, bukan hanya untuk perempuan. Isu kesetaraan gender
pendewasaan usia perkawinan, kesehatan dan mulai diangkat sebagai isu penting pada program KB
kesejahteraan sosial dan keluarga. Hal ini berasal dari sejak kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid.
butir-butir Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Laki-laki juga penting untuk mempunyai kepedulian
tahun 1999 dan perundang-undangan. pada program KB di dalam keluarga, karena KB
merupakan tanggung jawab bersama antara suami-istri.
Era Kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid Pada kenyataannya, penggunaan KB pria yang berupa
(1999-2001) vasektomi dan kondom masih rendah. Pada masa
pemerintahan Presiden Soeharto, kampanye KB pria
Periode pemerintahan Presiden B.J. Habibie yang relatif tidak diangkat sebagai isu penting kesetaraan gender.
singkat membuat era pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid masih bagian dari masa transisi Era Kepemimpinan Presiden Megawati (2001-2004)
BKKBN bekerja dari sentralisasi ke desentralisasi.
Khofifah Indar Parawansa menjabat sebagai Menteri Pada tahun 2001, Presiden Megawati mengangkat Prof.
Negara Pemberdayaan Perempuan sekaligus kepala Dr. Yaumil Chairiyah sebagai Kepala BKKBN. Kepala
BKKBN saat itu. Seperti yang dikemukakan oleh Hull BKKBN kemudian menetapkan bahwa BKKBN
(2002), Khofifah mempunyai keinginan dalam diserahkan kepada pemerintah daerah kabupaten.
menghadapi isu gender dan moralitas dalam mendukung BKKBN merancang strategi baru dalam penetapan
program kesehatan reproduksi dengan mengatur agenda standar nasional dan mengoordinasikan pelayanan KB

4
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 14, No. 1, Juni 2019| 1-12

dan keluarga sejahtera di kabupaten dengan departemen- Sasaran program Keluarga Berencana di dalam Rencana
departemen penting di Jakarta dan di setiap provinsi Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
(Hull, 2006). Pada era ini, BKKBN sudah bekerja tahun 2004-2009 dalam kepemimpinan Presiden Susilo
dengan sistem desentralisasi di tiap kabupaten kota Bambang Yudhoyono adalah adanya sebuah percepatan
hasil yang diperoleh BKKBN. Untuk itu BKKBN
Pada era Presiden Megawati, kebijakan BKKBN menetapkan visi, misi dan grand strategi baru yang akan
meneruskan pekerjaan sebelumnya dalam rangka dijalankan. Visi KB nasional menjadi “Seluruh Keluarga
menurunkan fertilitas, peningkatan kualitas pelayanan Ikut KB.” Misi menjadi “Mewujudkan Keluarga Kecil
dan KB pria (BKKBN, 2011b). Tidak hanya Khofifah Bahagia Sejahtera.” Misi yang telah dicanangkan
yang menggalakkan kesetaraan gender pada program sebagai semangat dalam mewujudkan visi melalui
KB, tetapi Presiden Megawati juga turut mengangkat isu pengelolaan program KB nasional (BKKBN, 2007).
kesetaraan gender. Selain itu ada perubahan pada slogan KB tahun 2007
menjadi “Dua Anak Lebih Baik.”
Slogan program KB pada kepemimpinan Presiden
Megawati adalah “Keluarga Berkualitas”. Program KB Target pemerintahan Presiden Susilo Bambang
di era Presiden Megawati menghendaki lebih sensitif Yudhoyono diperkuat melalui Peraturan Presiden
gender terutama dengan meningkatkan keikutsertaaan Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang
KB pria melalui penggunaan alat kontrasepsi berupa RPJMN tahun 2004-2009. Disebutkan bahwa: “Sasaran
kondom dan vasektomi. Secera umum partisipasi pria pembangunan kependudukan dan pembangunan
dalam ber-KB masih rendah karena adanya dominasi keluarga kecil berkualitas adalah terkendalinya
laki-laki untuk mengontrol program KB di dalam pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga
keluarga dan masih terdapat peran gender tradisional kecil berkualitas ditandai dengan: (a). Menurunnya rata-
(Paek, Lee, Salmon, & Witte, 2008; Ogunjuyigbe, rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14%
Ojofeitimi, & Liasu, 2009). per tahun; TKT menjadi 2,2 per perempuan; persentase
pasangan usia subur yang tidak terlayani menjadi 6%;
Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (b). Meningkatnya kesertaan KB laki-laki menjadi 4,5%;
(c). Meningkatnya penggunaan kontrasepsi yang efektif
Pada tahun 2004 merupakan era peralihan dari dan efisien; (d) Meningkatnya usia kawin pertama
kepemimpinan Presiden Megawati ke era pemerintahan perempuan menjadi 21 tahun; (e). Meningkatnya
Susilo Bambang Yudhoyono. Kabupaten/kota menerima partisipasi keluarga dalam tumbuh kembang anak; (f).
kelembagaaan yang desentralisasi (otonomi daerah) dari Meningkatnya keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I
BKKBN. Perubahan dari pemerintah pusat ke otonomi yang aktif dalam usaha ekonomi produktif; dan (g).
daerah berdampak pada kondisi di mana BKKBN Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
kabupaten/kota belum dapat menjalankan penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana dan
kewenangannya dengan baik karena belum siap kesehatan reproduksi (Zaeni, 2006). Pada pemerintahan
(Wahyono, 2010). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga memberikan
perhatian pada kesetaraan gender dalam program KB.
Pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, angka LPP terjadi peningkatan. Untuk itu Tantangan yang dihadapi BKKBN terkait pada
Presiden menegaskan kembali pandangannya terhadap operasional KB di lini lapangan kurang berjalan dengan
kependudukan yang disampaikan dalam pidato “Hari harapan. Jumlah tenaga Petugas Lapangan Keluarga
Keluarga Nasional” tahun 2009. Presiden menekankan Berencana (PLKB) sebagai kader di masyarakat dan
pentingnya program KB tidak hanya berupa program ujung tombak program semakin berkurang (Artisa,
pengendalian pertumbuhan penduduk semata, melainkan 2017). Selanjutnya, BKKBN melakukan revitalisasi
juga program yang mengatur kelahiran, proses PLKB melalui pendekatan dan advokasi kepada
melahirkan dan setelah dilahirkan. Hal lain yang juga bupati/walikota. Pendekatan-pendekatan tersebut
ditekankan adalah peningkatan pada batas usia berhasil dengan dikembalikannya tugas dan fungsi
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan PLKB dan dilakukannya perekrutan tenaga-tenaga baru
(pendidikan) ketahanan keluarga, peningkatan yang potensial menjadi tenaga fugnsional program KB
kesejahteraan keluarga (BKKBN, 2009). (BKKBN, 2007). Penelitian Zuhriyah (2012)
menunjukkan bahwa perubahan bentuk kelembagaan

5
Kelembagaan dan Capaian Program Keluarga Berencana …| Puri Kusuma Dwi Putri dkk.

BKKBN dari sentralisasi menjadi desentralisasi mempraktikkan program Kependudukan Keluarga


berdampak pada revitalisasi peran PLKB. Peran PLKB Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang
tidak dapat fokus seperti perannya pada era sentralisasi, ada di masyarakat. Kampung KB adalah satuan wilayah
melainkan sesuai dengan komitmen masing-masing atau terdapat ketentuan tertentu di dalamnya berupa
daerah yang berbeda-beda. Bentuk organisasi KB keterpaduan program Kependudukan, Keluarga
bermacam-macam, ada yang berupa badan, kantor Berencana dan Pembangunan Keluarga (BKKBN,
maupun dinas, serta adanya penggabungan dengan 2017a).
bidang-bidang lain yang tidak hanya fokus pada program
KB. Semua perubahan tersebut mengakibatkan peran Slogan “Dua Anak Cukup” kembali ditetapkan pada
PLKB di era desentralisasi tidak dapat dilaksanakan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Program KKBPK
secara maksimal. Beban kerja yang dilakukan oleh merupakan program strategis dalam pembangunan
PLKB selain meningkatkan akseptor KB, PLKB juga nasional di era Presiden Joko Widodo. Target-target
melakukan pembinaan terhadap keluarga yang tergabung dalam rangka mencapai pembangunan kependudukan
dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga dan keluarga berencana yang ditetapkan ke dalam
Sejahtera (UPPKS), melakukan kegiatan pemberdayaan RPJMN tahun 2015-2019 di antaranya menurunkan
perempuan, membantu dalam kegiatan administrasi yang TKT dari 2,6 menjadi 2,28 anak per perempuan,
ada di kantor, dan pembinaan warga yang mengalami meningkatkan pemakaian alat/obat kontrasepsi
Kekerasaan Dalam Rumah Tangga (KDRT). (Contraceptive Prevalence Rate (CPR) dari 61,9%
menjadi 66%, dan menurunkan kebutuhan ber-KB yang
Adanya perubahan struktur organisasi berupa tidak terlayani (unmet need) dari 11,4% menjadi 9,91%
desentralisasi menyebabkan PLKB tidak dapat bekerja pada tahun 2019 (BKKBN, 2017b).
sesuai bidang pekerjaan dan kebutuhan. Fokus utama
PLKB adalah menjaring akseptor KB. PLKB merupakan Tabel 1 memperlihatkan struktur organisasi dan target
ujung tombak di masyarakat yang berinteraksi langsung. program KB pada setiap era kepemimpinan di Indonesia.
Hal ini menyebabkan target menjaring akseptor KB Era kepemimpinan mulai dari era Presiden Soekarno
tidak dapat tercapai sesuai yang sudah tertuang dalam sampai dengan era Presiden Joko Widodo. Struktur
RPJMN. organisasi berupa sentralisasi dan desentralisasi. Era
Presiden Soekarno dan Soeharto pendekatan
Era Kepemimpinan Presiden Joko Widodo (2014- kelembagaan penyelenggaraan program KB berupa
sekarang) sentralisasi. Sedangkan pada era Presiden B.J. Habibie
mengalami masa transisi sentralisasi menuju
Era desentralisasi masih terjadi pada periode desentralisasi, sehingga menyebabkan program KB tidak
kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Presiden Joko dijadikan fokus dalam pembangunan. Selanjutnya era
Widodo tidak hanya berhasil pada pembangunan Presiden Megawati, Presiden Susilo Bambang
infrastruktur, tetapi juga menggaungkan kembali Yudhoyono, dan Presiden Joko Widodo pelaksana
program KB. Program KB tertuang ke dalam agenda program KB di daerah mengalami perubahan. Adanya
pembangunan oleh kepemimpinan Presiden Joko desentralisasi menyebabkan lembaga yang menangani
Widodo dengan wakilnya Jusuf Kalla yang disebut program KB bervariasi sesuai dengan kewenangan
agenda “Nawa Cita.” Agenda “Nawa Cita” terdiri dari masing-masing kepala daerah.
sembilan agenda pembangunan 2015-2019. Program KB
termasuk pada agenda ke 3,5 dan 8. Nawa Cita agenda Target program KB di antaranya pro-natalis, pilihan alat
ke-3 adalah “Membangun Indonesia dari pinggiran kontrasepsi, pembatasan penduduk, masyarakat
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam berkualitas, keluarga berkualitas, akseptor KB laki-laki,
rangka negara kesatuan”; Agenda ke-5 “Meningkatkan peningkatan kesejahteraan, perubahan pengelolaan KB,
kualitas hidup manusia Indonesia”, dan agenda ke-8 dan program KKBPK.
“Melakukan revolusi karakter bangsa.” Hal ini
menunjukkan bahwa Presiden Joko Widodo memberi
perhatian terhadap program KB ke daerah-daerah.

Dalam rangka mewujudkan program “Nawa Cita”


pemerintah mencanangkan kampung KB. Kampung KB
merupakan salah satu bentuk inovasi strategis dalam

6
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 14, No. 1, Juni 2019| 1-12

Tabel 1. Struktur organisasi dan target program KB Pada era pemerintahan Presiden Soeharto, LPP berhasil
pada setiap era kepemimpinan di ditekan sejalan dengan membaiknya kesadaran akan
Indonesia masalah kependudukan di sepanjang 32 tahun
pemerintahannya. Tercatat dalam Sensus Penduduk
Era kepemimpinan Struktur organisasi Target kedua pada tahun 1971 (SP 1971), angka LPP sebesar
program 2,31% dapat ditekan menjadi 1,98% pada sensus tahun
KB 1990. Perlambatan laju pertumbuhan juga ditunjukkan
Era Presiden Sentralisasi Pro natalis dengan menurunnya TKT dari 5,5% pada tahun 1967
Soekarno menjadi 2,8% pada tahun 1997.
Era Presiden Sentralisasi Pengendalian
Soeharto kelahiran Tahun 1998, Presiden Soeharto digantikan oleh Wakil
Era Presiden B.J. Transisi sentralisasi masyarakat Presiden B.J. Habibie sebagai Presiden Indonesia ketiga.
Habibie menuju desentralisasi Era ini ditandai dengan munculnya semangat reformasi
berkualitas
di semua sektor, termasuk dalam pengelolaan Keluarga
Era Presiden Transisi sentralisasi Keluarga Berencana. B.J. Habibie hanya menjabat sebagai
Abdurrahman Wahid ke desentralisasi berkualitas presiden selama 17 bulan, sehingga tidak banyak yang
Era Presiden Desentralisasi Akseptor dilakukan dalam era ini untuk program KB.
Megawati KB pria
Era Presiden Susilo Desentralisasi Peningkatan Sensus penduduk kelima dilaksanakan tahun 2000, pada
Bambang kesejahteraan masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Pada
Yudhoyono Sensus Penduduk tahun 2000 ini dicatatkan TKT
Era Presiden Joko Desentralisasi Program terkecil, yaitu diangka 2,27% dan LPP di angka 1,49%.
Widodo KKBPK Keberhasilan ini tidak lepas dari peran serta Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan Khofifah Indar
Parawansa yang juga menjabat sebagai kepala BKKBN
CAPAIAN PROGRAM KB: TINGKAT dan kerja keras jajarannya.
KESUBURAN TOTAL (TKT) DAN LAJU
PERTUMBUHAN PENDUDUK (LPP) PADA Pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang
SETIAP ERA KEPEMIMPINAN DI INDONESIA Yudhoyono, terjadi kondisi yang stagnan untuk masalah
kependudukan. Hal ini bila dilihat dari nilai TKT
Fokus dan konsentrasi pembangunan pada setiap era
maupun LPP, selama 10 tahun pemerintahannya kedua
pemerintahan sepanjang perjalanan Republik Indonesia
angka tersebut tidak beranjak, yakni TKT 2,6 dan LPP
sangat beragam dan berbeda. Hal ini karena tantangan,
1,49%.
kondisi dan kebutuhan bangsa di tiap era pemerintahan
sangat berbeda. Perbedaan yang terjadi dapat disebabkan
Era Presiden Joko Widodo, berhasil menurunkan angka
karena faktor internal maupun eksternal bangsa. Pada
TKT menjadi 2,47 pada tahun 2017 dan LPP 1,36%.
akhirnya kebijakan setiap pemangku pemerintahan saat
Capaian ini masih belum memenuhi target yang
itu menjadi sangat berbeda. Pergerakan TKT pada setiap
dicanangkannya dalam RPJMN 2015-2019, yakni
era bisa menjadi cerminan keberhasilan KB pada masa
menurunkan TKT dari 2,6 menjadi 2,28 anak per wanita.
itu. Indikator angka LPP di Indonesia mempunyai
hubungan yang searah dengan TKT. Bila angka LPP Tabel 2 menunjukkan perubahan TKT dan LPP pada
Indonesia membesar, maka TKT biasanya ikut setiap era kepemimpinan di Indonesia. Perubahan TKT
meningkat. menurun drastis pada era Presiden Soeharto yang
sebelumnya 5,5 menjadi 2,8. LPP dari 2,31% menjadi
LPP di era Presiden Soekarno tercatat 3,83% menurut 1,98%. Menurunnya TKT pada era Presiden Soeharto
Sensus Penduduk pertama tahun 1961. Pemerintah saat merupakan tonggak sejarah dalam kesuksesan program
itu mempunyai kebijakan pro natalis yang akan menjadi KB di Indonesia.
modal dasar membangun negara. Faktor lain juga karena
angka kematian ibu dan anak yang masih tinggi, yang
mendorong masyarakat untuk mempunyai anak lebih
dari dua orang.

7
Kelembagaan dan Capaian Program Keluarga Berencana …| Puri Kusuma Dwi Putri dkk.

Tabel 2. Capaian Program KB: TKT dan LPP pada dilakukan secara masif dan komprehensif pada berbagai
setiap era kepemimpinan di Indonesia saluran komunikasi seperti media massa, PLKB,
pendekatan komunitas dan kepala agama untuk
Era TKT LPP mendukung program KB (National Research Council,
Kepemimpinan 1983).
Era Presiden Soekarno - 3,83%
(1961) Selain itu, PLKB sebagai ujung tonggak dalam
Era Presiden Soeharto 5,5 (1967) 2,31% kesuksesan program KB di Indonesia. PLKB melakukan
(1971) komunikasi persuasif melalui tatap muka kepada
2,8 (1997) 1,98% akseptor. Penelitian Langit, Muktiyo, dan Utari (2016)
(1990) menyatakan bahwa karakter yang dimiliki oleh PLKB
Era Presiden B.J. Habibie - - menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakter
extraversion, openness, dan aggre eableness. Karakter
Era Presiden Abdurrahman 2,27 (2000) 1,49%
Wahid (2000) ini yang dibawa oleh PLKB dalam berinteraksi dengan
audiens. Meningkatnya intensitas komunikasi antara
Era Presiden Megawati 2,6 (2003) -
PLKB dengan audiens akan membentuk interaksi
Era Presiden Susilo Bambang 2,6 (2007) 1,49% keduanya lebih santai.
Yudhoyono (2007)
2,6 (2012) 1,49% Menurut CBS, dkk. (1995) diacu Bakti (2004) pada era
(2012)
Soeharto, pekerja KB masih menggunakan model satu
Era Presiden Joko Widodo 2,4 (2017) 1,36% arah SMCR (Source-Message-Channel-Receiver).
(2016)
Semua saluran media komunikasi memungkinkan untuk
Sumber: BPS, SDKI 2012, SDKI 2017 dieksploitasi dalam tujuan ini. Penggunaan media massa
penting terhadap program Komunikasi, Informasi, dan
PERAN KOMUNIKASI TERHADAP Edukasi (KIE) secara nasional dan tingkat provinsi.
KEPENDUDUKAN PADA SETIAP ERA Program KB disiarkan di televisi stasiun pusat dan
KEPEMIMPINAN stasiun lokal dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta.
Informasi KB juga disiarkan melalui radio oleh
Era Kepemimpinan Presiden Soeharto pemerintah dan swasta.

Hampir semua sektor pembangunan di era Presiden Pendekatan lain dilakukan pemerintah untuk menjalin
Soeharto dilakukan dengan sistem sentralisasi. komunikasi dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Pengaturan pembangunan dipusatkan di Jakarta untuk Di beberapa daerah tokoh agama dan tokoh masyarakat
kemudian pelaksanaannya disebarluaskan ke seluruh bisa menjadi opinion leader guna membantu pemerintah
daerah di Indonesia. Media komunikasi televisi dan menyukseskan program Keluarga Berencana. Penelitian
radio sangat memegang peran penting sebagai pembawa Azmat (2011) menunjukkan bahwa opinion leader
pesan pembangunan dari pusat. Televisi Republik mempunyai pengaruh pada komunitas untuk
Indonesia (TVRI) dan Radio Republik Indonesia (RRI) menyebarkan pesan KB serta meningkatkan kesehatan
menjadi ujung tombak media informasi yang mudah ibu dan kesehatan reproduksi.
diakses ke seluruh penjuru daerah. Tema Keluarga
Berencana secara terjadwal disebarluaskan melalui kanal Era kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid
TVRI dan RRI. Informasi tentang KB disebarkan dalam
program khusus Keluarga Berencana, tanya jawab atau Struktur organisasi kelembagaan program KB pada masa
dimasukkan dalam acara hiburan, misalnya dalam acara kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid dengan
“Ria Jenaka.” Iklan layanan masyarakat tentang KB sistem desentralisasi. Terkait dengan penyampaian
dengan slogannya, “Dua Anak Cukup” dan lagu Mars informasi pentingnya program KB ada pandangan pada
KB sering diperdengarkan. Terpaan media yang masa reformasi dan menjadi catatan dari LSM, bahwa
berulang-ulang dan dalam waktu yang lama terbukti pendekatan KB era sebelumnya relatif sarat dengan
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan paksaan. Ini menyebabkan pada periode 1998-2002,
pentingnya program KB. McNicoll dan Singarimbun tidak mudah mengajak masyarakat ikut KB. Tantangan
mengemukakan bahwa kesuksesan program KB di ini membuat BKKBN memulai format baru melalui
Indonesia, dikarenakan pada era Soeharto kampanye pendekatan komunikasi dengan memberikan brosur KB

8
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 14, No. 1, Juni 2019| 1-12

dalam setiap karung beras yang diperuntukkan untuk “Proses utama yang mendasari perubahan dalam
masyarakat (BKKBN, 2011b). pengetahuan alat kontrasepsi, sikap terhadap
kontrol kesuburan dan penggunaan kontrasepsi,
Era Kepemimpinan Presiden Susilo Bambang dalam norma-norma tentang keluarga yang ideal
Yudhoyono ukuran, dalam keterbukaan budaya lokal untuk
ide-ide baru, aspirasi dan perilaku kesehatan yang
Program KB pada era pemerintahan Susilo Bambang baru”.
Yudhoyono lebih sensitif gender. Berdasarkan penelitian
iklan-iklan yang beredar pada masa kepemimpinannya Penyebarluasan KB dilakukan melalui komunikasi. Hal
pada tahun 2004-2014 menunjukkan bahwa program KB ini sejalan dengan pendapat Dila (dikutip dalam
pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Rangkuti, 2011) yang menyimpulkan bahwa komunikasi
menempatkan perempuan sebagai pengambil keputusan merupakan proses penyebaran informasi, penerangan,
dalam penggunaan alat kontrasepsi. Ini berbeda ketika di pendidikan dan keterampilan, rekayasa sosial, dan
masa Orde Baru hak perempuan dalam pengambilan perubahan perilaku. Sebagai proses penyebaran
keputusan terkait penggunaan kontrasepsi masih informasi dan penerangan kepada masyarakat, titik
terbatas. Penggunaan alat kontrasepsi dibebankan pandang komunikasi pembangunan difokuskan pada
sepenuhnya pada perempuan. usaha penyampaian dan pembagian (sharing), ide,
gagasan, dan inovasi pembangunan antara pemerintah
Berdasarkan hasil penelitian Sari, Indrayani, dan dan masyarakat.
Vidyarini (2016) menunjukkan bahwa iklan-iklan KB
periode 2004-2014 terdapat kesetaraan gender antara Servaes (dikutip dalam Hadiyanto, 2014) menjelaskan
laki-laki dan perempuan untuk berpartisi dalam bahwa melalui komunikasi yang bertujuan untuk
mewujudkan penduduk tumbuh seimbang. Program KB memengaruhi sikap, diseminasi pengetahuan, akan
tidak selalu harus dilekatkan pada perempuan sebagai mendorong perubahan perilaku target sasaran sesuai
objek kesehatan reproduksi di dalam keluarganya, dengan yang diinginkan. Pada komponen informasi
namun wujud partisipasi masyarakat dalam pencapaian terdapat penyajian fakta-fakta dan isu-isu terkait dengan
program KB. kebijakan (misalnya kependudukan, kesehatan, dan KB)
untuk menarik perhatian sasaran dalam melakukan
Era Kepemimpinan Presiden Joko Widodo dialog dan diskusi.

Pada periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo KESIMPULAN


masih ditandai dengan struktur organisasi kelembagaan
desentralisasi. Angka TKT tercatat mengalami Program KB di Indonesia dari awal pemerintahan
penurunan pada masa pemerintahan Joko Widodo bila Presiden Soekarno hingga Presiden Joko Widodo telah
dibandingkan dengan era sebelumnya. Kampung KB banyak berubah mengikuti tantangan dan kebutuhan
sebagai program KB yang dikomunikasikan ke bangsa. Awalnya, pendekatan program KB oleh
masyarakat oleh Presiden Jokowi di masa BKKBN dijalankan dengan sentralisasi hingga berubah
kepemimpinannya. Melalui program ini masyarakat menjadi desentralisasi. Perubahan pendekatan tersebut
menjadi sadar atas pesan-pesan pentingnya program KB. berdampak pada struktur organisasi dan target
Hasil penelitian Mardiyono (2017) menunjukkan adanya keberhasilan program KB di Indonesia.
Kampung KB mendorong peran aktif masyarakat salah
satunya melalui peningkatan penggunaan Metode Sepanjang perjalanannya, program KB dapat mencapai
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sebagai keberhasilan yang sangat baik di bawah kepemimpinan
pemberdayaan masyarakat bukan semata-mata program Presiden Soeharto. Beliau menjalankan program KB
pemerintah. dengan sistem sentralisasi yang terbukti berhasil
menurunkan angka TKT dari angka 5,5 pada tahun 1970
Komunikasi di tingkat individu, keluarga, masyarakat, ke angka 2,8 pada tahun 1997. Presiden Soeharto
dan media massa berperan penting dalam pengambilan meletakkan landasan program KB yang tepat disertai
keputusan di bidang kesehatan reproduksi. Piotrow dengan perbaikan di bidang kesehatan dan pendidikan.
(dikutip dalam Paek, dkk., 2008, hal. 2) mengemukakan Setelah era Presiden Soeharto, program KB dilakukan
bahwa peran komunikasi adalah dengan pendekatan desentralisasi. Era desentralisasi

9
Kelembagaan dan Capaian Program Keluarga Berencana …| Puri Kusuma Dwi Putri dkk.

program KB hingga saat ini masih belum menunjukkan ‘Komandan’ KB. Jurnal Keluarga. Edisi
keberhasilan penurunan angka TKT seperti target kesebelas
pemerintah. Ada periode di mana angka TKT cenderung
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
relatif stagnan selama beberapa tahun. Pada era presiden
[BKKBN]. (2017a). BKKBN dan Mitra Sepakat
Joko Widodo, angka TKT sudah turun dibandingkan
Membangun Indonesia Mulai Dari Keluarga.
kepemimpinan sebelumnya, meskipun belum mencapai
Jurnal Keluarga. Edisi Kesatu
target RPJMN. Perubahan penyelenggaraan program KB
dengan sentralisasi atau desentralisasi ternyata memberi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
dampak pada struktur organisasi, program KB, dan [BKKBN]. (2017b). Kemitraan Kerja, Jaminan
capaian target program KB. Keberhasilan Program KKBPK. Diakses dari
www.bkkbn.go.id/detailpost/kemitraan-kerja-
Peranan komunikasi juga menjadi penting bagi
jaminan-keberhasilan-program-kkbpk.
penyelenggara program KB agar dapat mencapai target
TKT dan LPP. Komunikasi berperan untuk merubah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
sikap, pengetahuan dan mendorong perubahan perilaku [BKKBN], Badan Pusat Statistik [BPS],
masyarakat. Melalui komunikasi kesadaran pada Kementerian Kesehatan, MEASURE DHS, &
masyarakat dapat dibentuk. ICF International. (2013). Survei Demografi
Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: BKKBN,
DAFTAR PUSTAKA BPS, Kemenkes, & ICF International

Artisa, R. A. (2017). Desentralisasi Program KB: Badan Pusat Statistik [BPS]. (2018). Statistik Indonesia.
analisis dampak perubahan kelembagaan Jakarta: Badan Pusat Statistik
program Keluarga Berencana pada Bakti, A. F. (2004). Communication and Family
kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogjakarta. Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi
Jurnal Pembangunan dan Kebijakan Publik, Musilim Perceptions of a Global Development
8(2), hal. 1-6. Diakses dari Program. Jakarta: INIS.
http://journal.uniga.ac.id/index.php/JPKP/article
/view/275 Cammack, M., & Heaton T. B. (2001). Regional
variation in acceptance of Indonesia's family
Azmat, S. K. (2011). Mobilizing male opinion leaders’ planning program. Population Research and
support for family planning to improve maternal Policy Review, 20(6), 565-585. doi:
health: a theory-based qualitative study from 10.1023/A:1015659123964
Pakistan. Journal of Multidisciplinary
Healthcare, 4, 421-431. Dewi, V. K, & Kasuma, G. (2014). Perempuan Masa
doi: 10.2147/JMDH.S24341 Orde Baru (studi kebijakan PKK dan KB tahun
1968-1983). Verleden: Jurnal Kesejahteraan,
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 4(2), 157-172. Diakses dari
[BKKBN]. (2007). BKKBN dengan Visi, Misi, http://www.journal.unair.ac.id/article_7813_me
dan Grand Strategi Baru. Diakses dari dia47_category.html
http://sumbar.bkkbn.go.id/Lists/Berita/DispFor
m.aspx?ID=253&ContentTypeId=0x0100A28E Hadiyanto. (2014). Komunikasi Pembangunan
FCBF520B364387716414DEECEB1E. Perspektif Modernisasi. Bogor: IPB Press.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hartoyo, H., Latifah, M., & Mulyani, S. R. (2011). Studi
[BKKBN]. (2009). KB dari Masa ke Masa. nilai anak, jumlah anak yang diinginkan, dan
Diakses dari www. kalbar.bkkbn.go.id keikutksertaan orang tua dalam Program KB.
Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, 4(1), 37-45.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional doi: 10.24156/jikk.2011.4.1.37
[BKKBN]. (2011a). Buku Panduan. Pembinaan Hull, T. H. (2002). Caught in transit: questions about the
Kesertaan KB Pria Melalui Penggarapan future of Indonesian fertility. Paper disampaikan
Kelompok KB Pria. Jakarta: BKKBN pada Expert Group Meeting on Completing the
Fertility Transition, Population Division, New
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
York.
[BKKBN]. (2011b). Napak Tilas Para

10
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 14, No. 1, Juni 2019| 1-12

Hull, T. H. (2006). Masyarakat, Kependudukan, dan Rangkuti, P. A. (2011). Komunikasi Pembangunan dan
Kebijakan Di Indonesia. Jakarta: PT. Equinox Mekanisasi Pertanian. Bogor: IPB Press.
Publishing Indonesia.
Robinson, K. (2009). Gender, Islam, dan Democracy in
Langit, R. A. S., Muktiyo, W., & Utari, P. (2016). Indonesia. New York: Routledge.
Penyuluh sebagai komunikator Program
Sari, Y. D., Indrayani, I. I., & Vidyarini, T. N. (2016).
Keluarga Berencana (studi kasus karakteristik
Ideologi dalam iklan Keluarga Berencana
dan atribusi penyuluh sebagai komunikator di
periode 2004-2014. Prosiding Konferensi
dalam penyampaian pesan). Jurnal IKON, 2(4),
Nasional Komunikasi ASPIKOM 2015: hal.
hal. 31-41. Diakses dari
223-239.
http://www.poltekindonusa.ac.id/wp-
content/uploads/2017/03/04.-Artikel-Rara-Ayu- Shiffman, J. (2004). Political management in the
Sekar-Langit-31-41.pdf Indonesian Family Planning Program.
International Perspectives of Sexual and
Mardiyono. (2017). Kampung KB sebagai upaya
Reproductive Health, 30(1), hal. 27-33. Diakses
pemberdayaan masyarakat (studi di Kota
dari
Malang dan Kabupaten Bondowoso). Jurnal
https://www.guttmacher.org/journals/ipsrh/2004
Cakrawala, 11(2), hal. 129-136.
/03/political-management-indonesian-family-
http://cakrawalajournal.org/index.php/cakrawala
planning-program.
/article/view/13
Sutinah. (2017). Partisipasi laki-laki dalam program
Mohamad, K. (2007). Kesehatan reproduksi sebagai hak.
Keluarga Berencana di era masyarakat
Andai perempuan bisa memilih. Jurnal
postmodern. Masyarakat, Kebudayaan dan
Perempuan, 53, hal. 7-21.
Politik, 30(3), hal. 289-299. Diakses dari
National Research Council. (1983). Fertility Decline in https://e-
Indonesia: Analysis and Interpretation. journal.unair.ac.id/MKP/article/view/4116
Washington, DC: The National Academies
Udasmoro, W. (2004). Konsep Nasionalisme dan hak
Press.
reproduksi perempuan: Analisis gender terhadap
Ogunjuyigbe, P. O., Ojofeitimi, E. O., & Liasu, A. Program Keluarga Berencana nasional di
(2009). Spousal communication, changes in Indonesia. Humaniora, 16(2), hal. 147-154. doi:
partner attitude, and contraceptive use among 10.22146/jh.v16i2.814
the yorubas of southwest Nigeria. Indian
Wahyono, A. (2010). Transformasi Birokrasi Publik di
Journal of Community Medicine, 34(2), hal.
BKKBN Pusat. Widyariset, 13(1), hal. 59-67.
112-116. doi: 10.4103/0970-0218.51232
doi: 10.14203/widyariset.13.1.2010.59-68
Paek, H.J., Lee, B., Salmon, C.T., & Witte, K. (2008).
Zaeni, A. (2006). Implementasi Kebijakan Program
The contextual effects of gender norms,
Keluarga Berencana di Kabupaten Batang Studi
communication, and social capital on family
Kasus Peningkatan Kesertaan KB Pria di
planning behaviors in Uganda: A multilevel
Kecamatan Gringsing (Tesis Master,
approach. Health Education & Behavior, 35(4),
Universitas Diponegoro, Semarang).
hal. 461-477. doi: 10.1177/1090198106296769
Zuhriyah, L. (2012). Revitalisasi peran petugas lapangan
Peserta KB Terus Ditingkatkan. (2017, Desember 11).
Keluarga Berencana (PLKB) dalam
Media Indonesia. Diakses dari
meningkatkan peserta Keluarga Berencana (KB)
http://mediaindonesia.com/read/detail/135935-
(studi di Kecamatan Banyumanik Kota
peserta-kb-terus-ditingkatkan.
Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2),
Purwaningsih, S. S. (2012). Desentralisasi Program hal. 82-90. Diakses dari
Keluarga Berencana: Tantangan dan persoalan https://www.neliti.com/publications/18698/revit
kasus Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal alisasi-peran-petugas-lapangan-keluarga-
Kependudukan Indonesia, 7(2), hal. 109-125. berencana-plkb-dalam-meningkatkan-p
doi: 10.14203/jki.v7i2.28

11
Kelembagaan dan Capaian Program Keluarga Berencana …| Puri Kusuma Dwi Putri dkk.

12

Anda mungkin juga menyukai