Anda di halaman 1dari 6

BAB V

PENGENDALIAN MUTU

A. UMUM
1. Selama ini seolah-olah yang membutuhkan kualitas/mutu adalah
pihak Satker, padahal kualitas/mutu merupakan kebutuhan semua
pihak, pihak Satker, Konsultan, dan Kontraktor sebagai unsur
penyelenggara kegiatan satker, serta merupakan kebutuhan dari
segi konstruksi, pengguna dan juga pengelola.
2. Sebagaimana diatur dalam UU No. 18 Th. 1999 beserta PP nya
melalui LPJK telah menerbitkan SK No. 70, 71, dan
72/KPTS/LPJK/D/VIII/2001 tentang keharusan adanya Akreditasi
Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi dan keharusan dimilikinya
Sertifikasi dan Registrasi terhadap seluruh tenaga bidang jasa
konstruksi baik tenaga ahli dan tenaga terampil, serta pengaturan
tentang sanksi-sanksinya, maka pengendalian mutu perlu
dilaksanakan secara benar.

B. TUJUAN PENGENDALIAN MUTU


1. Kontrak pada hakekatnya adalah kesepakatan tertulis antara Pihak
Pengguna Jasa dan Pihak Penyedia Jasa yang mutlak harus
disepakati/dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Harga penawaran
kontraktor adalah harga pekerjaan dengan mutu sesuai spesifikasi,
sehingga pekerjaan yang bisa dibayar adalah yang mutunya
memenuhi spesifikasi.
2. Setiap desain (perencanaan teknis) selalu memperhitungkan
/memiliki umur rencana yang didasarkan pada kemampuan daya
dukung dan kapasitas yang direncanakan/diperkirakan akan terjadi
Agar umur rencana dapat dicapai, maka pelaksanaan harus

__________________________________________________________________
Modul M.4.4. Pengendalian Pelaksanaan Proyek (Satker) V-1
sepenuhnya mengikuti spesifikasi teknik yang telah ditetapkan ;
hasil pekerjaan akan memiliki mutu yang baik apabila
dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi tersebut.
Walaupun banyak faktor yang dapat mempengaruhi terhadap
pencapaian umur rencana, antara lain beban berlebih,
pertumbuhan lalu lintas yang melampaui betas perkiraan dan
sebagainya, namun tidaklah terlalu mudah untuk menyimpulkan
bahwa tidak tercapainya umur rencana semata-mata karena sebab
eksternal tersebut.
3. Bilamana pekerjaan dilaksanakan tidak sesuai dengan
spesifikasi, akan menghasilkan mutu yang tidak memenuhi
syarat/buruk dan umur rencana tidak akan tercapai, sehingga
umur pelayanan lebih pendek/kecil dari yang direncanakan, dan itu
berarti bahwa seluruh stake holders dirugikan, pemerintah/negara
dirugikan, dan pada gilirannya masyarakat sangatlah dirugikan .
Hal tersebut dengan sendirinya akan sangat mempengaruhi
program secara keseluruhan.
4. Dengan demikian, tujuan pengendalian mutu adalah agar ada
jaminan bahwa hasil pekerjaan akan memenuhi syarat yang
tertuang dalam dokumen kontrak, baik teknis maupun administrasi,
memenuhi desain, memenuhi spesifikasi dan sekurang-kurangnya
dapat memenuhi umur rencana.

C. RENCANA KENDALI MUTU KEGIATAN SATKER (PROJECT


QUALITY PLAN)
Untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan proyek, dan
menjamin terwujudnya jaminan/kepastian mutu secara keseluruhan,
pada saat Rapat Pra Pelaksanaan harus disusun Rencana Kendali Mutu

__________________________________________________________________
Modul M.4.4. Pengendalian Pelaksanaan Proyek (Satker) V-2
Satker (Project Quality Plan), yang minimal berisikan hal-hal sebagai
berikut;
1. Informasi Satker.
2. Organisasi Satker (termasuk kontraktor dan konsultan).
3. Jadual Pelaksanaan/Kerja.
4. Prosedur Pelaksanaan Jenis Pekerjaan; meliputi standar pekerjaan,
prosedur kerja dan daftar inspeksi serta persyaratan testing.
5. Instruksi Kerja, yang mencakup rincian tentang;
1). Urutan kegiatan pelaksanaan.
2). Proses kerja untuk mengawali kegiatan.
3). Bagaimana proses kerja akan dipantau.
4). Perawatan/pemeliharaan yang diperlukan.
5). Bagaimana menilai keluaran suatu proses untuk memastikan
kesesuaian dengan spesifikasi.
Rencana Kendali Mutu Satker tersebut disampaikan ke Pembantu
Atasan dan Atasan untuk memperoleh respon apakah Rencana
Kendali Mutu Satker sudah sesuai dengan yang dikehendaki dalam
spesifikasi dan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Rencana Kendali Mutu Satker akan berhasil dilaksanakan apabila
dilakukan secara tertib.

D. TERTIB PELAKSANAAN TUGAS


1. TIDAK TERTIB dalam melaksanakan tugas adalah merupakan
penyebab utama terjadinya kekurang berhasilan/kegagalan.
Mengapa sampai terjadi ketidaktertiban dalam melaksanakan tugas
tersebut? Ketidak tertiban terjadi karena memang yang
bersangkutan tidak tahu/tidak paham terhadap ketentuan yang
harus dilaksanakan, atau memang terdapat kelemahan dari
ketentuan itu sendiri, atau kadang-kadang ada unsur

__________________________________________________________________
Modul M.4.4. Pengendalian Pelaksanaan Proyek (Satker) V-3
kesengajaan untuk tidak tertib karena ada
kepentingan/interest tertentu.
2. Sebagai akibat dari ketidaktertiban antara lain terjadinya kenaikan
biaya, tertundanya penyelesaian kegiatan satkerproyek, mutu dan
masa pelayanan berkurang, pengaruh negatif/merusak program
dan sasaran dan bahkan bias berakibat terjadinya kegagalan total.

E. SPESIFIKASI
1. Spesifikasi yang juga dikenal sebagai spesifikasi teknik atau
spesifikasi umum dan bila perlu kadang-kadang dilengkapi dengan
spesifikasi khususnya adalah salah satu bagian penting dari
dokumen lelang, dokumen kontrak atau bestek. Spesifikasi memuat
segala peraturan dan ketentuan tentang bagaimana pekerjaan
harus dikerjakan dan menghasilkan hasil akhir tertentu.
2. Ada beberapa jenis spesifikasi antara lain spesifikasi hasil akhir
(end result specification) yang secara umum hanya mengatur
hasil akhir yang harus dicapai dari pekerjaan tertentu. Pada
umumnya di Indonesia masih menganut spesifikasi
berjenjang/bertahap atau multi steps specification dimana
semua hal dan semua tahap diatur.
3. Lingkup pengaturan dalam spesifikasi berjenjang/bertahap antara
lain mengatur tentang;
a. lingkup pekerjaan
b. batasan cuaca
c. bahan
d. metode pelaksanaan
e. pengendalian mutu
f. cara pengukuran hasil kerja.
g. cara pembayaran

__________________________________________________________________
Modul M.4.4. Pengendalian Pelaksanaan Proyek (Satker) V-4
h. peralatan dan sebagainya.
4. Dalam spesifikasi yang berlaku saat ini, pada umumnya diadakan
pengaturan sebagai berikut;
a. Diskripsi
b. persyaratan bahan/material
c. metode pelaksanaan dan peralatan
d. syarat hasil akhir
e. cara pengukuran hasil kerja
f. cara pembayaran
Tiap-tiap bagian ditetapkan dengan peraturan yang mendasar secara
umum, pengaturan sudah sangat lengkap dan rapi, tinggal bagaimana
realisasinya akan sangat tergantung pada profesionalitas para
penyelenggaranya.

F. POLA PENGENDALIAN SPESIFIKASI


1. Pada spesifikasi Pengendalian Mutu yang baik/baku seharusnya
mengikuti Pola 2 – 3 – 5, yaitu :
a. Berlingkup dua (2)
b. Bertahap tiga (3)
c. Berstruktur lima hal (5)
a. Dua (2) lingkup;
1). pengendalian dimensi (tebal, lebar, panjang, kedalaman,
kemiringan, elevasi, radius, dan lain-lain);
2). pengendalian kualitas (kuat tekan, kepadatan, titik leleh,
dan lain-lain).
b. Tiga (3) tahap;
1). bahan baku,
2). bahan olahan,
3). pekerjaan jadi.

__________________________________________________________________
Modul M.4.4. Pengendalian Pelaksanaan Proyek (Satker) V-5
c. Lima (5) hal;
1). nama/jenis pemeriksaan,
2). metode pemeriksaan,
3). frekuensi pemeriksaan,
4). spesifikasi pemeriksaan,
5). toleransi hasil.
2. Agar menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi maka
pola tersebut harus dipahami/dilaksanakan dengan tertib dan
konsisten pula.

G. RANGKUMAN
1. Pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik adalah yang memenuhi
spesifikasi.
2. Tertib pelaksanaan tugas merupakan faktor utama keberhasilan
pelaksanaan kegiatan satker sesuai jenjang/tahapan pekerjaan.

__________________________________________________________________
Modul M.4.4. Pengendalian Pelaksanaan Proyek (Satker) V-6

Anda mungkin juga menyukai