Anda di halaman 1dari 18

SPESIFIKASI TEKNIS JEMBATAN

LINGKAR PASAR BARU-BATU


PUTIH

1. PENDAHULUAN

Pada pelaksanaan jembatan diperlukan suatu panduan pelaksanaan atau acuan


pelaksanaan yang menjadi patokan bagi para pelaksana dalam melaksanakan
pekerjaannya. Spesifikasi yang merupakan bagian dari dokumen kontrak
merupakan bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.

Hubungan antara spesifikasi dengan pelaksanaan adalah sebagai berikut:


• Bagian dalam dokumen kontrak
• Memuat segala ketentuan teknik tentang pekerjaan yang harus dilaksanaan
sesuai dengan perjanjian dalam dokumen kontrak
• Mengandung perintah dan larangan serta ketentuan teknik lainnya yang harus
dilakukan, dilaksanakan dan dipenuhi oleh pelaku jasa konstruksi
• Bila tidak dicermati dan dilaksanakan sesuai dengan perintah maka akan
berdampak kesalahan dalam pelaksanaan atau kerugian pada saat menyusun
• Analisa harga satuan
• Menentukan kebutuhan jumlah dan komposisi peralatan
• Perhitungan volume pekerjaan yang salah

Jadi, spesifikasi teknik dalam bidang pekerjaan struktur jembatan adalah dengan
maksud:
• Persyaratan teknis yang disusun oleh perencana untuk mencapai mutu
bangunan sesuai dengan yang diinginkan oleh Pemilik
• Bagian dari perjanjian kerja antara Pemilik dan Pelaksana
• Acuan pelaksana untuk menyusun strategi dalam penyusunan harga penawaran
pada proses tender
• Acuan prosedur kerja untuk mewujudkan rencana perencana, pelaksana dan
pengawas untuk mencapai mutu, waktu pelaksanaan dan dana yang telah
disepakati bersama dalam perjanjian kontrak.
• Acuan pokok pelaksana, memberikan batas-batas bagi usahanya yang kreatif
untuk melakukan penghematan sumber daya, pengehematan waktu
pelaksanaan dan meningkatkan keuntungan bagi pelaksana.

Sebagai seorang pelaksana, yaitu penyedia jasa dapat dikatakan wajib memahami
spesifikasi sebagi dokumen resmi kesepakatan bersama, mengerti bagian-bagian
yang harus dicapai dan dipatuhi, selalu mengusahakan cara-cara dan alternatif
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan tanpa menyalahi
ketentuan yang tertera di dalam spesifikasi. Menyusun usulan kesepakatan baru
(change order) yang akan mendukung pekerjaan secara efektif dan efisien.

Juga pelaksana harus dapat melakukan pekerjaan dengan pedoman spesifikasi atau
dengan cara lain yang lebih baik dan disepakati bersama. Pelaksana juga harus
mempunyai visi mewujudkan bangunan sesuai persyaratan minimum yang diminta
oleh spesifikasi, namun selalu berusaha untuk bekerja lebih capat, efektif dan efisien,
mampu menghemat sumber daya dan berusaha meningkatkan keuntungan dengan
cara-cara yang sehat.

Pelaksana secara logik memang harus berpihak kepada kepentingan kontraktor


apabila terjadi perbedaan pendapat. Tetapi secara mutu tidak boleh diabaikan, karena
mutu adalah sesuatu yang harus dicapai. Definisi mutu dapat disebutkan sebagai
berikut:
– Kesesuaian dengan persyaratan/tuntutan
– Kecocokan dengan pemakaian
– Bebas dari kerusakan/cacat
– Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat
– Sesuatu yang membahagiakan pelanggan

Spesifikasi Dan Budaya


• Spesifikasi adalah budaya hukum, masyarakat kita umumnya masih belum
menerima hukum sebagai ukuran dan nilai kehidupan, karenanya sering timbul
masalah yang sulit dijelaskan dan diselesaikan
• Seharusnya dimata hukum kedudukan pimpro sejajar dengan kontraktor,
demikian juga kedudukan pengawas, perencana dan pelaksana, kenyataannya
tidak demikian
• Atasan sering memberi petunjuk tersamar yang tidak dapat diikat secara
hukum namun diturut setara dengan hukum itu sendiri
• Aturan/kesepakatan hanya dianggap sebagai proforma, yang berlaku adalah
kebiasaan yang penuh basa basi, rasa sungkan, kesopanan dan menjaga
hubungan antar manusia, rasa ketakutan kepada penguasa masih terasa kental
megalahkan ketentuan bersifat legal.
• Hubungan antar manusia (keluarga, pertemanan, rasa setia kawan) masih
sangat sulit untuk dikalahkan dengan kepatuhan terhadap hukum atau konsekwen
dengan keputusan yang telah diambil.

Beberapa Hal Yang Perlu Dihindari pada Spesifikasi adalah:


• Pembayaran tumpang tindih : hasil kerja yang sudah dihitung dan dibayar di
satu pasal pembayaran dihitung kembali pada pembayaran lain.
• Metoda disyaratkan, hasil akhir juga disyaratkan : menimbulkan rancu mana
yang dipilih atau kalu dua-duanya dipilih pasti akan terjadi pemborosan
• Menetapkan batasan yang tidak jelas, misalnya tentang batas pekerjaan yang
membolehkan menggunakan tenaga manusia dan harus menggunakan mesin.
• Ketidak pastian petunjuk: akan ditetapkan oleh Direksi, memberikan biaya
tambahan berupa cadangan untuk menanggung resiko
• Menyebutkan produk yang hanya dipasok oleh satu sumber : akan terkadi
monopoli pasokan, biaya tinggi, kecuali ada alasan khusus untuk itu dan yang
telah disepakati bersama.

2. SISTEMATIKA SPESIFIKASI

Spesifikasi secara umum mempunyai suatu struktur penulisan atau sistematika


penulisan yang digunakan untuk semua divisi kecuali pad divisi 1.

Sistematika penulisan spesifikasi adalah sebagai berikut:


• Umum
• Persyaratan
• Pelakasanaan
• Pengendalian mutu
• Pengukuran dan Pembayaran

2.1. Umum
Dalam bagian umum ini menjelaskan tentang ruang lingkup yang tercakup dalam
seksi yang bersangkutan, yang akan ada hubungannya dengan analisa harga satuan
yang harus dipahami pengguna jasa dalam melakukan penawaran. Karena tanpa
hal ini penawaran akan menjadi salah dan kemungkinan besar penyedia jasa dapat
mengalami kerugian yang cukup besar.

2.2. Persyaratan
Dalam bagian persyaratan dijelaskan tentang standar rujukan atau acuan yang
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, serta toleransi-
toleransi yang diizinkan atau yang menjadi acuan dalam hasil
pelaksanaan untuk pengukuran dan penerimaan hasil kerja.
Demikian juga dengan bahan yang harus digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan serta persyaratan-persyaratan kerja
sebelum pelaksanaan pekerjaan tersebut dimulai.

2.3. Pelaksanaan
Pada pasal pelaksanaan dijelaskan tentang tata cara pelaksanaan pekerjaan yang
mengacu pada pedoman pelaksanaan atau standar-standar yang ada.
Pada pasal ini dijelaskan tahapan pelaksanaan pekerjaan yang mencakup penggunaan
bahan sampai dengan persyaratan pernggunaan peralatan atau manajemen peralatan
yang harus digunakan dan tata cara pelaksanaannya.
Jadi bagi seorang penyedia jasa wajib memahami permasalahan pelaksanaan ini agar
produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan mutu sesuai dengan spesifikasi
atau persyaratan pengguna jasa.

2.4. Pengendalian mutu


Di dalam pasal pengendalian mutu tercakup hal-hal persyaratan penerimaan hasil
pekerjaan dan tata cara pengendalian mutunya, dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pasal pengendalian mutu ini sangat penting, bagi penyedia jasa yang ingin maju
dan sukses dalam produk yang dihasilkan serta memuaskan pelanggan.
Pengendalian mutu ini mencakup masalah penerimaan bahan, jaminan mutu,
perbaikan dan pemeliharaan selama pekerjaan berlangsung.

2.5. Pengukuran dan pembayaran


Pengukuran dan pembayaran merupakan bagian yang terakhir atau tahap terakhir
setelah hasil pekerjaan selesai dilaksanakan dan kemudian dilakukan pengukuran
hasil kerja, tetapi perlu diingat bahwa pengukuran ini baru dapat dilaksanakan
setelah hasil pekerjaan diterima.
Permasalahan pengukuran juga merupakan bagian yang penting bagi penyedia
jasa, karena tanpa mengetahui cara pengukuran, maka penyedia jasa tidak mudah
atau tidak dapat membuat analisa harga satuan atau penawaran yang akan diajukan
pada saat lelang.
Pembayaran sangat berhubungan erat dengan pengukuran. Dalam pembayaran
dijelaskan tentang dasar pembayaran yang akan dilaksanakan sesuai dengan seksi
yang bersangkutan. Jadi hal inipun sangat penting untuk dipahami oleh penyedia
jasa dalam pelaksanaan tugasnya.

Spesifikasi jembatan terdiri atas 18 seksi yang tercakup dalam divisi 7 sebagai
berikut :
1. Beton
2. Baja tulangan
3. Kayu
4. Tiang pancang
5. Sumuran
6. Adukan semen
7. Pasangan batu
8. Pasangan batu kosong dan bronjong
9. Pipa cucuran
10. Parapet
11. Solar Cell
12. Railing pagar jembatan

Berikut akan dijelaskan secara garis besar tentang isi dari masing-masing seksi
yang tercakup dalam spesifikasi jembatan. Selain dari seksi tersebut dalam pekerjaan
struktur masih terkait juga dengan divisi 1, yang secara umum akan mengikat pada
pekerjaan jalan dan jembatan.

1. BETON

1.1. UMUM

Cakupan pekerjaan ini adalah pelaksanaan untuk seluruh pekerjaan beton sebagai
berikut:
• struktur beton bertulang,
• Beton tanpa tulangan,
• beton prategang,
• struktur beton pracetak,
• beton untuk struktur komposit

Pekerjaan beton ini meliputi penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton,
pemeliharaan pondasi, pengadaan penutup beton, lantai kerja, pemompaan dan lain
sebagainya.

1.1.1. Mutu Beton


Mutu beton yang tercakup dalam spesifikasi teknik ini :
• Mutu sedang 20 – < 35 MPa atau K 250 – < K 400 Kg/cm2 untuk beton
bertulang, lantai beton jembatan rangka baja, gelagar beton, diafragma, kerb
beton pracetak, gorong-gorong
• Mutu rendah 10-< 15 MPa atau K 125-< K 175 kg/cm2 untuk lantai kerja,
penimbunan kembali dengan beton

1.2. PERSYARATAN
Standar rujukan yang digunakan dalam seksi ini adalah :
• SNI
• AASHTO
• ASTM

Pekerjaan seksi lain yang terkait


• Ketentuan teknis, pasangan batu dengan mortar, gorong-gorong, drainase
porous
• Galian, timbunan
• Beton prategang, baja tulangan, adukan semen, pembongkaran struktur

1.2.1. Persyaratan
Persyaratan ini mencakup untuk hal-hal sebagai berikut:
o Cakupan Jaminan Mutu
o Mutu bahan yang dipasok,
o proses pelaksanaan
o hasil akhir

1.2.2. Persyaratan Bahan


• Semen
o Jenis semen portland sesuai SNI
o Hanya satu merk dalam satu campuran
• Air
o Bersih, bebas dari bahan organik seperti minyak, garam, asam,
basa, gula
o Lolos pengujian sesuai AASHTO T 26
• Agregat
o Ketentuan gradasi agregat sesuai ketentuan
o Ukuran maksimum agregat kasar ¾ jarak bersih tulangan
o Sifat agregat harus bersih, kuat, keras dan berasal dari pemecahan
batu
o Bebas bahan organik
• Batu untuk beton siklop
o Keras, awet, bebas dari retak, rongga dan kuat terhadap cuaca
o Bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak dan bahan lain yang
mempengaruhi ikatan terhadap beton
• Bahan tambah
o Jumlah tidak lebih dari 5% dari berat semen atau sesuai spesifikasi
produk
o Sesuai dengan jenis penggunaannya dan klasifikasinya
o Bahan mineral seperti fly ash, pozzolan, mikro silika sesuai ASTM
C 608-94a

1.2.4. Pengajuan Kesiapan Kerja


• Kontraktor harus mengirimkan contoh semua bahan yang akan digunakan dan
dilengkapi dengan data pengujian seluruh sifat bahan
• Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing
mutu beton 30 hari sebelum dilaksanakan untuk kemudian dilakukan
pembuatan trial mix dalam langkah membuat job mix.
• Kontraktor menyerahkan secara tertulis hasil pengujian pengendalian mutu
• Untuk pengujian kuat tekan beton dengan umur 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28
hari setelah tanggal pencampuran, yang kemudian dibandingkan dengan hasil
trial mix agar didapat jobmix yang sesuai dengan desain mix.
• Kontraktor mengirim detail gambar dan perhitungan rinci untuk perancah yang
digunakan
• Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan minimal 24 jam sebelum
dilakukan pencampuran, pengecoran setiap jenis beton disertai metode
pelaksanaannya, kapasitas alat yang digunakan, personil, jadwal pelaksanaan
untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

1.2.5. Bahan dan Tempat kerja


–Penyimpanan dan perlindungan bahan

• Untuk penyimpanan semen, kontraktor harus menyediakan tempat yang


terlindung, lantai kayu yang lebih tinggi 30 cm dari permukaan tanah dan
ditutup dengan plastik dan tidak lebih dari 3 bulan sejak tanggal penyimpanan
di lokasi pekerjaan.

• Agregat harus terlindung dan tidak langsung terkena matahari dan hujan
sepanjang waktu pengecoran.

–Kondisi tempat kerja


• Untuk pengecoran bangunan atas jembatan harus terlindung dari sinar matahari
secara langsung
• Pengecoran tidak boleh dilaksanakan apabila tingkat penguapan melampaui 1,0
kg/m2/jam dan selama turun hujan, udara penuh debu atau tercemar. Dengan
menggunakan grafik di bawah ini pelaksana akan dapat mengantisipasi
permasalahan yang akan terjadi di lapangan dan dapat mempersiapkan kondisi
material yang memenuhi syarat.
1.2.6. Persyaratan Kerja
Pencampuran dan penakaran
• Rancangan campuran
• Proporsi bahan dan berat sesuai SNI 03-2834-2000
• Pedoman awal rancangan campuran sesuai tabel

Campuran percobaan
• Penyedia jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan sesuai SNI
03-2834-2000
• Disaksikan oleh Direksi pekerjaan
• Menggunakan jenis instalasi dan peralatan sesuai lapangan
Spesifikasi Jembatan

Tabel 1- Pedoman Awal untuk Perkiraan Proporsi Takaran Campuran

Mutu Beton Kadar Semen


Jenis Ukuran Rasio Air / Minimum.
Beton fc’ bk’ Agregat Semen Maks. (kg/m3 dari
(MPa) (kg/cm2 Maks.(mm) (terhadap berat) campuran)
)
50 K600 19 0,35 450
37 0,40 395
45 K500 25 0,40 430
19 0,40 455
Mutu 37 0,425 370
Tinggi 38 K450 25 0,425 405
19 0,425 430
37 0,45 350
35 K400 25 0,45 385
19 0,45 405
37 0,475 335
30 K350 25 0,475 365
19 0,475 385
Mutu 37 0,50 315
Sedang 25 K300 25 0,50 345
19 0,50 365
37 0,55 290
20 K250 25 0,55 315
19 0,55 335
37 0,60 265
Mutu 15 K175 25 0,60 290
Rendah 19 0,60 305
37 0,70 225
10 K125 25 0,70 245
19 0,70 260

1.3. PELAKSANAAN
BETON
Secara umum pelaksanaan beton mencakup pekerjaan:
• Penakaran material
• Pencampuran
• Pengangkutan
• Pengecoran
• Pemadatan
• Pengerjaan akhir (finishing)
• Perawatan (Curing)

1.3.1. Penakaran Material


• Semua bahan beton (air, semen, agregat kasar dan agregat halus) harus ditakar
atau diukur dengan cara penimbangan terutama untuk beton dengan mutu > fc’
20 MPa
• Perbandingan takaran atau komposisi bahan beton sangat penting dalam
menentukan mutu beton yang akan dihasilkan

1.3.2. Pelaksanaan pencampuran


• Penakaran agregat
• Harus ditakar berdasarkan berat untuk fc’ > 20 Mpa
• Kuantitas penakaran < kapasitas alat pencampur
• Agregat harus dalam kondisi SSD pada saat penakaran
• Peralatan harus dikalibrasi sebelum digunakan
Spesifikasi Jembatan

1.3.3. Pencampuran
• Mesin yang digunakan harus mekanis yang menjamin distribusi merata
• Alat dilengkapi dengan tanki air dan alat ukur yang akurat
• Cara pencampuran – pertama masukkan sebagian air + agregat kasar + agregat
halus sampai mencapai kondisi cukup basah sampai merata + semen – campur
dan terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran
• Waktu pencampuran dimulai sejak sisa air dimasukkan. Untuk kapasitas < ¾
m3 sekira 1,5 menit dan untuk mesin lebih besar ditingkatkan 15 detik untuk
setiap penambahan 0,5 m3

1.3.4. Acuan
• Acuan tanah, harus dipastikan bahwa semua tebing dalam kondisi stabil dan
tidak ada tanah yang lepas
• Acuan kayu, baja pastikan semua sambungan tidak bocor dan kaku sehingga
posisinya tetap selama pengecoran, pemadatan dan perawatan
• Acuan kayu yang permukaannya tidak diserut dapat digunakan untuk bagian
yang tidak ekspos
• Harus dapat dibongkar tanpa merusak permukaan struktur, perlu diberi oil
form
• Seluruh sudut acuan harus dibulatkan atau tidak ada sudut acuan yang tajam
• Acuan dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar tanpa merusak beton

1.3.5. Pengecoran
• Penyedia jasa memberitahu Direksi pekerjaan minimal 24 jam sebelum
pekerjaan dimulai dan meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan
tanggal serta waktu pencampuran dimulai atau adanya penundaan pengecoran
> 6 jam
• Penyedia jasa tidak boleh memulai pekerjaannya sebelum ada persetujuan dari
Direksi Pekerjaan secara tertulis
• Pengecoran tidak boleh dilaksanakan apabila, Direksi pekerjaan atau wakilnya
tidak menyaksikan, walau sudah ada persetujuan pengecoran
• Acuan harus diolesi minyak atau oilform sebelum pekerjaan pengecoran
dimulai
• Beton yang dicorkan tidak boleh berumur lebih dari 1 jam setelah
pencampuran, dan berdasarkan waktu pengerasan semen, apabila terjadi maka
campuran beton harus ditambah retarder
• Pengecoran harus berkesinambungan sampai lokasi sambungan pelaksanaan
• Pengecoran harus sedemikian sehingga tidak menimbulkan segregasi
• Untuk bagian yang rumit dan tulangan yang rapat beton harus dicor dalam
lapisan yang tidak lebih dari 15 cm. Untuk dinding tinggi boleh 30 cm
• Tinggi jatuh beton ke dalam cetakan tidak lebih dari 150 cm
• kecepatan pengecoran harus sedemikian rupa sehingga beton masih dalam
kondisi plastis
• Beton lama yang akan disambung dengan beton baru harus dikasarkan,
dibersihkan dan dilapisi dengan bonding agent
• Perawatan beton dimulai segera setelah terjadinya pengikatan akhir (final
setting)
• Apabila digunakan ready mix, perhatikan kapasitas, daya pemompaan,
kelecakan beton

1.3.6. Pemadatan
• Harus menggunakan alat penggetar mekanis
• Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton
daari satu titik ke titik yang lain
• Pemadatan pada daerah antar tulangan harus hati-hati sehingga tulangan tidak
bergeser
• Waktu penggetaran harus dibatasi untuk mengihidari terjadinya segregasi
• Putaran alat penggetar minimum 5000/menit dengan berat efektif 0,25 kg
Spesifikasi Jembatan

• Jarak antar alat pengetar 45 cm dan waktu penggetaran maksimum 15 detik


atau sampai permukaan beton mengkilap

• Alat penggetar harus vertikal hingga dapat penetrasi sampai 10 cm dari dasar
beton
• Pemadatan harus selesai sebelum terjadi pengikatan awal (initial setting)

Tabel 2 - Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam


Kecepatan Pengecoran Beton Jumlah Alat
(m3 / jam)
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
> 20 >6

1.3.7. Sambungan Pelaksanaan


• Lokasi sambungan pelaksanaan harus ditunjukkan dalam gambar rencana, dan
tidak ditenpatkan pada pertemuan elemen struktur
• Tidak boleh ada sambungan konstruksi pada tembok sayap
• Sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan
diletakkan pada gaya geser minimum
• Pada sambungan vertikal, baja tulangan harus menerus melewati sambungan
agar struktur tetap monolit
• Untuk pelat, untuk luas pelat minimum 40 m2 boleh diletakkan sambungan
konstruksi dengan dimensi maksimum tidak lebih dari 1,2 x dimensi yang
lebih kecil.
• Boleh digunakan bonding agent untuk pelekatan sambungan konstruksi seiizin
Direksi Pekerjaan
• Tidak diperkenankan adanya sambungan konstruksi pada daerah air asin pada
tempat 75 cm di bawah muka air tertinggi atau 75 cm di atas muka air
terendah

1.3.9. Pengerjaan Akhir


1.3.9.1. Pembongkaran Acuan
• Pembongkaran acuan minimal dilaksanakan 30 jam setelah pengecoran
• Acuan yang ditopang dengan perancah (pelat, balok, struktur lain) baru boleh
dibongkar apabila kekuatan beton sudah mencapai 85% terhadap kekuatan
rancangan
• Untuk beton ekspos dengan hiasan (tiang sandaran, parapet) maka beton dapat
dibongkar setelah 9 jam dan tidak lebih dari 30 jam

1.3.9.2. Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)


• Permukaan akhir harus dirapihkan setelah pembongkaran acuan. Semua kawat
atau logam yang digunakan untuk memegang acuan harus dipotong paling
tidak 2,5 cm di bawah permukaan
• Tidak ada tonjolan akibat sambungan acuan
• Penambalan hanya boleh dilaksanakan pada bagian struktur minor
• Akibat adanya keropos pada beton, maka harus dilakukan perbaikan sesuai
dengan pedoman perbaikan beton dengan bahan polymer semen yang tidak
menyusut

1.3.10. Perawatan
1.3.10.1. Tujuan perawatan
• Memperbaiki kualitas beton dan menjadikan beton lebih awet terhadap agresi
kimia
Spesifikasi Jembatan

• Menjadikan beton lebih tahan terhadap aus karena lau lintas dan lebih kedap
air
• Reaksi kimia pada beton terjadi pada pengikatan dan pengerasan beton
tergantung pada pengadaan airnya, sehingga perlu adanya jaminan bahwa air
masih tertahan atau jenuh untuk memungkinkan kelanjutan reaksi kimia
• Penguapan menyebabkan beton kehilangan air sehingga terhenti proses hidrasi
dengan konsekuensi berkurangnya peningkatan kekuatan
• Penguapan menyebabkan penyusutan kering yang terlalu awal dan cepat,
sehingga berakibat timbulnya tegangan tarik yang dapat menyebabkan retak.

1.3.10.2. Perawatan dengan pembasahan


• Beton harus dilindungi terhadap pengeringan dini, temperatur tinggi dan
gangguan mekanis agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin
• Beton dirawat setelah beton mulai mengeras dengan bahan penyerap air yang
jenuh dalam waktu minimal 3 hari
• Lalu lintas tidak diperbolehkan melewati permukaan beton tersebut dalam 7
hari setelah beton dicor
• Untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi yang menggunakan bahan
tambahan harus dibasahi sampai kekuatannya mencapai 70% dari kekuatan
rancangan 28 hari

1.4. PENGENDALIAN MUTU

1.4.1. Penerimaan Bahan


Sebelum digunakan dilakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan dengan bukti-
bukti tertulis

1.4.2. Pengawasan
Adanya personil dengan keahlian khusus untuk melakukan pengawasan

1.4.3. Perencanaan campuran


• Ketentuan sifat-sifat campuran
• Penyesuaian campuran
• Pelaksanaan campuran
• Pengujian campuran
• Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan

1.4.3.1. Ketentuan Sifat-sifat Campuran


• Sesuai dengan proporsi takaran campuran pada job mix
• Campuran yang tidak memenuhi ketentuan “slump” yang diusulkan tidak
boleh digunakan kecuali untuk penggunaan terbatas
• Apabila pengujian beton campuran uji (trial mix) pada umur 7 hari <
persyaratan maka beton tidak boleh dijadikan job mix dan dicari penyebabnya

1.4.3.2. Penyesuaian Campuran


• Penyesuaian mudah dikerjakan (kelecakan atau workability)
▪ Kadar semen tidak berubah
▪ Rasio air/semen tidak dinaikkan
▪ Tidak ada pengadukan kembali
▪ Diizinkan menggunakan bahan tambahan seizin Direksi Pekerjaan
• Penyesuaian kekuatan
▪ Menambah kadar semen dan tidak lebih dari persyaratan
▪ Menggunakan bahan tambahan (additif)
• Penyesuaian untuk bahan-bahan baru
▪ Tidak diizinkan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu secara tertulis
kepada Direksi Pekerjaan
▪ Akan dilakukan kembali pengujian campuran dengan bahan yang baru
tersebut

1.4.4. Pengujian di lapangan


• Pengujian untuk Kelecakan (Workability)
Spesifikasi Jembatan

• Dengan menggunakan nilai slump untuk setiap pencampuran beton

1.4.4.1. Pengujian kuat tekan


• Setiap 10 m3 beton yang dipasok pada setiap hari harus ada 1 set (3 buah )
pengujian kuat tekan untuk setiap jenis mutu beton pada 28 hari

• Pengujian merupakan uji tekan dengan sepasang benda uji silinder diameter
150 mm dan tinggi 300 mm
• Mutu beton yang diterima apabila
• Rata-rata nilai hasil uji kuat tekan dari benda uji > (fc’ + k.S.r) di mana S =
nilai deviasi dan tidak ada satupun benda uji mempunyai nilai < 0,85 fc’, k =
1,64 dan r = faktor koreksi untuk jumlah benda uji < 30 buah
• Pengambilan benda uji yang mewakili
• Menggunakan statistik sesuai dengan standar deviasi
fc’= fcm – ( k.S).r
Nilai k adalah 1,64 untuk jumlah benda uji 30 buah
• Jumlah benda uji 1 set (3 buah) setiap 10 m3 pada setiap jenis struktur. Benda
uji yang diuji adalah 2 buah, apabila dari 2 buah benda uji tersebut terdapat
perbedaan > 5%, maka benda uji ke-3 diuji, dan untuk perhitungan S
digunakan 2 buah benda uji dengan nilai terdekat
• Syarat tidak boleh ada satupun benda uji mempunyai nilai < 0,85 fc’,

1.4.4.3. Faktor Pengali Untuk Jumlah Benda Uji 30


Jumlah benda uji yang harus diuji adalah 30 benda uji, apabila kurang dari 30
maka harus dilakukan penyesuaian deviasi dengan faktor pengali sebagai berikut:
n
( f ci − fc.m ) 2

1
S=
n −1

dimana,
fc’ = Kuat tekan beton karakteristik
fci = Kuat tekan beton yang diuji
fcm = Kuat tekan beton rata-rata
n = Jumlah benda uji

Tabel.3 - Angka koreksi deviasi “r”


Jumlah Faktor Jumlah Faktor Jumlah Faktor
benda uji koreksi benda uji koreksi benda uji koreksi “r”
“r” “r”
10 1,36 17 1,14 24 1,05
11 1,31 18 1,12 25 1,04
12 1,27 19 1,11 26 1,03
13 1,24 20 1,09 27 1,02
14 1,21 21 1,08 28 1,02
15 1,18 22 1,07 29 1,01
16 1,16 23 1,06 > 30 1,00

Untuk benda uji kurang dari 10 buah atau data pengujian tidak tersedia, maka
dilakukan koreksi dengan menambahkan nilai kekuatan lebih minimal sesuai Tabel
4

Tabel 4 Penyesuaian kuat tekan


Kuat tekan karakteristik Nilai kekuatan lebih minimal
fc’ (MPa) (MPa)
< 21 7
21 ≤ fc’ ≤ 35 8,5
> 35 10
Spesifikasi Jembatan

• Bila syarat tersebut tidak terpenuhi maka diambil langkah-langkah untuk


meningkatkan kuat tekan beton
• Bila terjadi kuat tekan << maka harus dilakukan core drill pada daerah yang
diragukan sebanyak 3 buah

• Jika hasil dari 3 buah core drill rata-rata > 0,85 fc dan tidak ada satupun <
0,75 fc maka secara struktural beton dianggap baik
• Pengujian tambahan dapat dilakukan apabila diperlukan, dengan alat impact
echo, UPV, core drill dll.

1.5. CARA PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


• Beton diukur dalam meter kubik tanpa adanya pengurangan volume untuk pipa
dengan diameter < 20 cm untuk water stop, selongsong pipa, lubang sulingan
• Tidak ada tambahan untuk cetakan, perancah untuk balok, pemompaan
penyelesaian akhir, penyediaan pipa sulingan dan pekerjaan pelengkap lainnya
dan ini semua termasuk dalam harga satuan beton
• Beton yang diukur dan dibayar dalam bagian ini adalah beton dengan mutu
lebih tinggi dari K-250 (fc’=20 MPa) untuk beton bertulang dan beton dengan
mutu < K-175 (fc’=15 MPa) untuk beton tak bertulang
• Tidak ada pengukuran untuk pembayaran tambahan untuk perbaikan beton

2. BAJA TULANGAN

2.1. UMUM
Mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan spesifikasi,
penerbitan detail pelaksanaan, detail pelaksanaan baja tulangan yang tidak
termasuk dalam dokumen kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi
pekerjaan setelah peninjauan lapangan

2.2. PERSYARATAN
Standar rujukan
• SNI, AASHTO, ACI, AWS

Pekerjaan seksi lain yang berkaitan


• Ketentuan teknis dan beton

Toleransi
• Sesuai ACI 315
• Mempunyai selimut beton:
• 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos
• 7,5 cm untuk beton yang terendam/tertanam

Persyaratan bahan
Persyaratan kerja

2.2.1. Persyaratan Bahan


Baja tulangan
• BJ 24 – baja lunak – fs’ = 2400 kg/cm2
• BJ 32 – baja sedang – fs’= 3200 kg/cm2
• BJ 39 – baja keras – fs’ = 3900 kg/cm2
• BJ 48 – baja keras – fs’ = 4800 kg/cm2

Tumpuan untuk tulangan


• Mutu beton untuk tumpuan > fc’ 20 Mpa

Pengikat untuk tulangan


• Kawat pengikat dari baja lunak

2.2.2. Persyaratan Kerja


Perlindungan terhadap korosi struktur beton
Spesifikasi Jembatan
• Campuran beton dapat ditambah bahan tambah untuk mencegah korosi
• Selimut beton
• Beton cor di atas tanah – 70 mm
• Beton yang berhubungan dengan tanah
• D 19 s/d D 56 -→ 50 mm
• < D 16 → 40 mm
• Beton yang tidak langsung berhubungan dengan tanah
• Pelat, dinding dengan D 44 – 56 → 40 mm
• < D 36 → 25 mm
• Balok, kolom → tulangan utama → 40 mm
• Struktur cangkang, pelat > D 19 → 25 mm dan < D16 → 20 mm

2.2.3. Pengajuan kesiapan kerja


• Siapkan semua jenis ukuran baja tulangan sesuai dengan gambar rencana
• Siapkan semua diagram tulangan beserta pembengkokan
• Siapkan data baja tulangan (dimensi dan berat)
• Apabila ada penggantian dimensi laporkan pada pengawas
• Siapkan fasilitas pemotongan dan pembengkokan
• Baja tulangan dalam bundel diberi tanda
• Siapkan pengujian baja tulangan yang digunakan

2.3. PELAKSANAAN
2.3.1. Penyimpanan dan penanganan
• Tulangan diberi label untuk identifikasi yang menunjukkan ukuran batang,
panjang dan informasi lainnya
• Ditangani dan disimpan untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi atau
kerusakan

2.3.2. Pembengkokan
• Dibengkokkan dengan cara dingin sesuai ACI 315
• Diemeter > 20 mm dibengkokkan dengan mesin pembengkok

2.3.3. Penempatan dan pengikatan


• Baja tulangan harus bersih, ditempatkan dengan selimut beton sesuai ketentuan
• Diikat kuat pada posisinya, panjang penyaluiran 40 diameter
• Tidak boleh dilas kecuali atas persetujuan Direksi pekerjaan
• Simpul kawat membelakangi permukaan beton
• Baja tulangan yang terekspos cukup lama harus dilindungi
2.3.4. Pelaksanaan
• Mutu, dimensi dan bentuk sesuai dengan gambar rencana
• Toleransi
• Tidak boleh dilakukan pembengkokan ulang
• Apabila akan dilakukan pengelasan, usulkan pada Direksi
• Pastikan perancah, acuan sudah disetujui Direksi
• Material bersih
• Overlap sesuai dimensi
• Tidak bergeser
• Selimut beton sesuai

2.4. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


2.4.1. Pengukuran
• Diukur dalam kilogram sesuai dengan diameter terpasang
• Penjepit, pengikat atau bahan lain tidak diukur untuk pembayaran
• Baja tulangan untuk gorong-gorong pipa beton dibayar secara terpisah pada
divisi 2

2.4.2. Pembayaran
Kompensasi penuh terhadap pemasokan, pembuatan, pemasangan termasuk
pekerja, perkakas, pengujian dan pelengkap lainnya
Spesifikasi Jembatan

3. KAYU

3.1. UMUM
• Bahan kayu yang digunakan untuk lantai kayu jembatan atau struktur jembatan
kayu
• Mencakup pengadaan, penyimpanan, perlindunganm pemasangan sesuai
dengan gambar rencana
• Mencakup pekerjaan persiapan yaitu pembongkaran struktur lama

3.2. PERSYARATAN
• jenis kayu yang digunakan adalah jenis kelas 1 dan 2
• Toleransi
▪ Paku yang digunakan dengan diameter 2,75 mm – 8 mm, panjang 40
mm – 200 mm
▪ Pelat baja sudah digalvanis dengan ketabalan 0,9 mm – 2,5 mm
▪ Baut dengan kepala segi 4 atau segi 8, diameter antara 12 mm – 30
mm, toleransi lubang baut 1 mm
▪ Sekrup, diameter 6mm – 20 mm, panjang 25 mm – 300 mm
• Persyaratan bahan
▪ Mutu kayu yang digunakan adalah kayu kelas I atau setara kelas I yang
dibuktikan dengan pengujian
▪ Bahan pendukung mencakup pelat baja, baut sambungan, palu, klem
sesuai dengan gambar rencana
• Persyaratan kerja
▪ Pengajuan kesiapan kerja, pengajuan program pekerjaan pemasangan
struktur termasuk metoda pelaksanaannya

4. SUMURAN
4.1. UMUM
• Fondasi sumuran adalah komponen struktur fondasi yang berinteraksi dengan
tanah secara loangsung dan menyalurkan beban ke dalam tanah

• Pekerjaan mencakup penyediaan dan penurunan dinding sumuran yang dicor


ditempat atau pracetak sesuai dengan spesifikasi dan dimensi sesuai dengan
gambar rencana

4.2. Persyaratan
• Standar rujukan
• Pekerjaan seksi lain yang berkaitan

Toleransi
• Sesuai dengan toleransi beton

Persyaratan bahan
• Sesuai dengan seksi 7.1. dan 7.3.

Persyaratan kerja
• Sesuai dengan seksi 7.1.

4.3. Pelaksanaan
4.3.1. Umum
• Dinding sumuran cor ditempat
• Dimensi sesuai gambar rencana
• Acuan tidak boleh dibuka sebelum 3 hari
• Penurunan minimal beton sudah mencapai kuat tekan 70% terhadap kuat tekan
rencana
• Pengisian sumuran dengan beton siklop
• Galian dan penurunan
• Sumbat dasar sumuran
• Pengisian sumuran
Spesifikasi Jembatan
• Pekerjaan penahan rembesan
• Pembongkaran bagian atas sumuran
• Pengendalian keselamatan

4.3.2. Persiapan
• Lokasi fundasi (staking out)
• Pembuatan cincin sumuran (sebelum mempunyai kekuatan 85% fc’ tidak boleh
dipasang)
• Alat untuk penggalian (manual atau konvensional, alat besar)
• Pompa, apabila diperlukan untuk menjaga kestabilan tinggi air tanah

4.3.3. Pelaksanaan
• Penurunan cincin sumuran
• Penggalian dengan cara gravitasi
• Pengecoran beton kedap air dengan fc’ 20 MPa
• Pengecoran beton siklop (volume batu besar 1/3 dan volume beton fc’ 15 MPa
2/3)
• Stek tulangan pada bagian teratas cincin sumuran dan bagian beton kedap air
sebagai penghubung antara poer dan fundasi

Dalam pelaksanaan juga perlu diperhatikan masalah unit beton pracetak yang telah
dibuat sebelumnya:
• Unit beton pracetak dicetak pada landasan pengecoran
• Tidak boleh diangkut sebelum berumur 14 hari atau mencapai 85% dari kuat
tekan
• Tidak boleh diturunkan sebelum sambungan berumur 24 jam
• Penurunan sumuran disesuaikan dengan kondisi tanah
• Dinding sumuran diturunkan dengan gravitasi (akibat berat sendiri)
• Dasar sumuran diberi beton
• Sumuran diisi dengan mutu beton K-250 sampai 1 m di bawah poer bangunan
bawah
• Bagian atas sumuran tidak boleh lebih tinggi daripada dasar poer
• Baja tulangan dari sumuran harus dimasukkan dalam poer 40 x diameter

4.4. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran
• Berdasarkan dimensi dan panjang terpasang
• Beton kedap air diukur berdasarkan metre kubik sesuai seksi 7.1.

Dasar pembayaran
• Berdasarkan kompensasi penuh penyediaan pekerja, bahan, peralatan, galian
untuk penurunan dan pembuangan bahan galian, pembongkaran (jika perlu),
penghubung, sambungan dan semua pekerjaan pelengkap.
• Pembayaran berdasarkan :
• Pengadaan dinding sumuran
• Penurunan dinding sumuran

5. ADUKAN SEMEN
Adukan semen seringkali diabaikan dalam pelaksanaan struktur jembatan atau
struktur pada konstruksi jalan yang menggunakannya. Tetapi adukan semen
walaupun merupakan bagian minor dalam struktur, tetap harus diperhatikan baik
pada waktu pencampuran maupun pada waktu pengerjaan akhir dalam
pengendalian mutu.

Campuran adukan semen harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


• Mempunyai kekentalan yang tidak lebih dari 70% berat semen yang digunakan
• Boleh diaduk kembali dalam waktu 30 menit setelah pengadukan awal
• Adukan yang telah lewat 45 menit harus dibuang
• Pemasangan
• Permukaan bersih dan lembab
• Tebal adukan maksimum 1,5 cm
Spesifikasi Jembatan
6. PASANGAN BATU

6.1. PERSYARATAN
Batu
• Bersih, keras, tanpa bagian tipis atau retak
• Bentuk rata, lancip atau lonjong
• Lebar > 1,5 x tebal

Adukan
Sesuai dengan persyaratan adukan semen

6.2. PELAKSANAAN
Persiapan pondasi
• Bila diperlukan landasan yang permeable perlu disyaratkan
• Pemasangan batu
• Landasan adukan minimal tebal 3 cm
• Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang

Penempatan adukan
• Sebelum dipasang, permukaan batu harus bersih dan dibasahi
• Tebal landasan adukan antara 2 – 5 cm

Ketentuan lubang sulingan dan dilatasi


• Lubang diletakkan pada setiap 2 m dengan diameter 5 cm
• Dilatasi setiap 20 dengan dilatasi 30 mm

Pekerjaan akhir pasangan batu


• Hasil akhir permukaan harus sesuai dengan persyaratan

7. PASANGAN BATU KOSONG

7.1. PERSYARATAN
Pasangan batu kosong
• Keras, awet dan bersudut tajam
• Adukan pengisi untuk pasangan batu kosong yang diberikan harus beton K175

Bronjong
• Kawat Bronjong
• baja berlapis seng yang memenuhi AASHTO M279 Kelas 1, dan ASTM A239.
Lapisan galvanisasi minimum haruslah 0,26 kg/m 2
• Anyaman haruslah merata berbentuk segi enam yang teranyam dengan tiga
lilitan dengan lubang kira-kira 80 mm x 60 mm

Batu
• batu yang keras dan awet
• Landasan
• Landasan haruslah dari bahan drainase porous

7.2. PELAKSANAAN
Persiapan
• Galian, termasuk kunci pada tumit yang diperlukan untuk pasangan batu
kosong dan bronjong

Penempatan bronjong
• Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat sehingga bentuk serta
posisi yang benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir penarik kecil
sebelum pengisian batu ke dalam kawat bronjong
• Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan
maksimum dan rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong telah diisi
setengah dari tingginya, dua kawat pengaku horinsontal dari muka ke belakang
harus dipasang
Spesifikasi Jembatan
Penempatan pasangan batu kosong
• Penimbunan kembali
• Penempatan batu kosong yang diisi adukan

8. TURAP
• Lingkup pekerjaan adalah turap kayu, baja dan beton pracetak
• Lokasi kepala turap sesuai gambar rencana dan pergeseran lateral maksimum
75 mm
• Bahan turap sebelum dipasang harus disetujui terlebih dahulu
• Apabila perlu dapat dilakukan tiang uji turap untuk menentukan panjang
turap yang diperlukan

9. PIPA CUCURAN
• Adalah pipa pembuangan air hujan yang terletak pada lantai jembatan ke
arah bawah
• Diameter minimum 75 mm
• Bahan baja galvanis
• Panjang pipa cucuran 20 cm lebih panjang dari bagian terbawah struktur
utama bangunan atas

10. PARAPET
• Adalah bagian dari jembatan yang berguna untuk mengarahkan lalu
lintas sebelum masuk ke jembatan
• Bahan yang digunakan adalah pasangan batu dengan ketinggian dan
dimensi sesuai dengan gambar rencana
• Harga terpasang dalam meter kubik sesuai gambar rencana

11 SOLAR CELL
• Solar panel adalah konversi cahaya sinar matahari menjadi listrik, baik secara
langsung dengan menggunakan photovoltaic, atau tidak langsung dengan
menggunakan tenaga surya terkonsentrasi sehingga menghasilakn tenaga listrik.
Dalam hal ini digunakan sebagai sumber tenaga untuk penerangan jembatan
• Bahan yang digunakan adalah panel solar beserta dengan kelengkapannya dan
tiang pipa galvanis, serta lampu panel surya.
• Harga terpasang dalam satuan buah pada rencana anggaran biaya sesuai gambar
rencana

12 RAILING JEMBATAN
• Adalah konstruksi tambahan yang berfungsi sebagai pengaman jembatan dan
juga memiliki fungsi estetika bagi jembatan
• Bahan yang digunakan adalah pipa galvanis 3in dan perlengkapan welding (las)
• Harga terpasang dalam satuan meter persegi.
Spesifikasi Jembatan

Anda mungkin juga menyukai