Anda di halaman 1dari 12

Kontrak Berbasis Kinerja

(Performance Based Contract) PBC


PENGERTIAN
• Performance-Based Contracts, adalah metoda kontrak yang
berbeda dengan metoda kontrak tradisional dimana
pembayaran kepada kontraktor pelaksana didasarkan atas
“kinerja” pekerjaan yang dicapai. Kontrak berbasis kinerja
untuk pekerjaan jalan umumnya diterapkan pada pekerjaan-
pekerjaan yang bersifat pemeliharaan (outsourcing
maintenance).
LATAR
BELAKANG
• Prasarana jalan merupakan salah satu fasilitas infrastruktur transportasi
yang paling strategis. Untuk mempertahankan kinerjanya, maka prasarana
jalan perlu dikelola sedemikian rupa, sehingga kondisinya dapat terpelihara
semaksimal mungkin dengan pendanaan yang optimum.tindakan
pemeliharaan yang dilakukan secara berkala akan menjaga kualitas jalan
dan memperpanjang usia layannya.
• Penerapan kontrak berbasis kinerja mensyaratkan adanya definisi ”kinerja”
yang sangat spesifik. Persyaratan terhadap kinerja harus secara tegas
mencakup hal-hal berikut:
• Jenis kerusakan (distress types) yang menjadi ukuran (misalnya rut depth
atau amount of cracking), dan definisi setiap jenis kerusakan tersebut.
• Metoda sampling dalam pengujian kinerja
• Toleransi terhadap hasil pengukuran tingkat kerusakan
• Batas waktu pelaksanaan perbaikan kondisi jalan (misalnya apabila
ditemukan lubang-lubang/potholes maka perbaikan jalan harus
dilaksanakan paling lambat dalam 1 minggu).
TUJUAN
Penggunaan kontrak berbasis kinerja ditujukan untuk mengatasi masalah
dalam kontrak tradisional yang secara tidak langsung memberikan insentif yang
kurang tepat terhadap kinerja pekerjaan kontraktor. Dengan kontrak tradisional
pekerjaan pemeliharaan jalan, kontraktor berusaha untuk melakukan volume
pekerjaan yang sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-
besarnya, karena pembayaran didasarkan kepada volume “input” pekerjaan yang
dilaksanakan di lapangan. Dengan sistem kontrak yang demikian, banyak pihak
menilai bahwa kualitas hasil pekerjaan seringkali tidak sebanding dengan besarnya
pembayaran atas volume pekerjaan. Tingkat kualitas pelayanan jalan yang tentunya
tergantung pada kualitas perancangan (design) secara umum kurang memuaskan.
Hal ini tidak dapat dibebankan sepenuhnya kepada kontraktor, karena kontraktor
hanya melaksanakan design tersebut dengan pengawasan pengguna jasa.
TUJUAN
Dengan penerapan kontrak berbasis kinerja, para penyedia jasa
pelaksanaan dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien apabila ingin
mendapatkan keuntungan yang optimal. Pembayaran setiap bulan dapat
dikurangi ataupun ditunda apabila “kinerja” minimum tidak tercapai. Dengan
demikian, kontraktor harus berusaha untuk memperkecil volume pekerjaannya
selama kontrak pemeliharaan dengan cara memperbaiki khususnya aspek
perencanaan dan aspek manajemen internal, sehingga kinerja yang disyaratkan
dalam kontrak selalu tercapai.
LINGKUP
PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan dalam PBC dibagi empat tahap yaitu ;
– Pemeliharaan Pra Konstruksi
– Perencanaan Teknis
– Pekerjaan Konstruksi
– Layanan Pemeliharaan
Dimana semuanya harus sesuai dengan indikator kinerja
yang ada dalam kontrak.
KEUNTUNGAN
PBC memiliki beberapa keuntungan potensial dibanding pendekatan
tradisional seperti:
•Penghematan biaya dalam pengelolaan dan pemeliharaan asset jalan.
•Kontraktor memiliki ruang untuk melakukan inovasi secara kompetitif dan
bertanggungjawab.
•Kepastian kebutuhan pembiayaan dan kepastian pembiayaan jangka
panjang. Sifat kontrak adalah tahun jamak dan resiko terkalkulasi pasti.
Resiko akibat keputusan kontraktor menjadi tanggungjawab kontraktor.
•Pengelolaan penyelenggara jalan menjadi lebih efektif dan kebutuhan staf
menjadi lebih ramping. Kapasitas lembaga akan meningkat.
•Peningkatan kepuasan pengguna jalan karena adanya jaminan tercapainya
tingkat pelayanan jalan selama masa kontrak.
KEUNTUNGAN
Keuntungan bagi kontraktor selaku
pelaksana adalah :
- sasaran output jelas berjangka
panjang;
-dapat mengembangkan inovasi dalam
pelaksanaan pemeliharaan jalan;
-profit yang lebih baik
KENDALA PENERAPAN KONTRAK BERBASIS KINERJA
Aspek resiko pekerjaan yang menjadi kendala penerapan
kontrak berbasis kinerja adalah :
•Alokasi resiko pemilik pekerjaan dan penyedia jasa. Resiko
yang ditanggung oleh penyedia jasa yang seharusnya
ditanggung oleh pemilik mengakibatkan terjadinya kondisi
tingginya harga penawaran lelang, mundurnya penyedia jasa
akibat bank pemberi modal bagi penyedia jasa menolak untuk
mengambil resiko dan pemutusan kontrak kerja dari penyedia
jasa dengan kemungkinan terburuk bangkrutnya penyedia
jasa.
•Resiko yang belum teridentifikasi dalam tahap perencanaan
yang dapat berakibat mundurnya penyedia jasa dari
pekerjaan yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai