Kerangka Acuan Kerja atau Kerangka Acuan Kegiatan yang disingkat KAK atau
dalam bahasa Inggris adalah Term Of
Reference yang disingkat TOR adalah dokumen
perencanaan kegiatan yang berisi
penjelasan/keterangan mengenai apa, mengapa,
siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan berapa
perkiraan biayanya suatu kegiatan.
Dalam tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja, beberapa hal yang dapat
diperhatikan meliputi:
Tujuan dan Lingkup: Tanggapan harus mencerminkan pemahaman yang jelas
tentang tujuan dan lingkup Kerangka Acuan Kerja tersebut. Ini termasuk
2B-0
pemahaman tentang area kerja yang diatur, pemangku kepentingan yang terlibat,
dan sasaran yang ingin dicapai.
Kelayakan: Evaluasi harus mempertimbangkan kelayakan Kerangka Acuan Kerja,
baik dari segi teknis, finansial, maupun keberlanjutan. Diperlukan analisis apakah
dokumen tersebut dapat diterapkan dengan efektif dan efisien serta apakah
memenuhi kebutuhan yang ada.
Konsistensi dan Keselarasan: Penting untuk mengevaluasi apakah Kerangka
Acuan Kerja konsisten dan selaras dengan peraturan dan regulasi yang berlaku.
Tanggapan harus mengidentifikasi adanya inkonsistensi atau konflik potensial
dengan peraturan lain yang mungkin berlaku.
Keterlibatan Pemangku Kepentingan: Tanggapan juga harus memperhatikan
sejauh mana pemangku kepentingan terlibat dalam proses penyusunan Kerangka
Acuan Kerja. Penting untuk mempertimbangkan apakah ada pemangku
kepentingan yang tidak diikutsertakan dengan baik atau apakah proses konsultasi
sudah mencakup berbagai pihak yang relevan.
Kejelasan dan Kesempurnaan: Tanggapan harus menyoroti apakah Kerangka
Acuan Kerja tersebut cukup jelas dan komprehensif. Apakah semua aspek yang
relevan telah dicakup dan apakah terminologi yang digunakan mudah dipahami dan
dapat diinterpretasikan dengan benar.
Kelengkapan dan Relevansi: Evaluasi harus mencakup penilaian terhadap
kelengkapan isi Kerangka Acuan Kerja. Apakah semua topik yang relevan telah
dibahas dengan baik dan apakah ada aspek penting yang terlewatkan.
Implementasi dan Penerapan: Tanggapan harus mempertimbangkan faktor
implementasi dan penerapan Kerangka Acuan Kerja. Apakah ada rencana tindakan
yang jelas untuk menerapkan dan mengawasi implementasi dokumen tersebut,
serta bagaimana pemantauan dan pengukuran keberhasilan akan dilakukan.
Tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja ini merupakan kesempatan untuk
memberikan umpan balik yang konstruktif dan membantu memperbaiki dan
memperkuat dokumen tersebut. Hal ini akan memastikan bahwa Kerangka Acuan
Kerja yang disusun dapat efektif, relevan, dan sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Uraian yang disampaikan pada latar belakang sudah cukup informatif mencakup
kekurangan pemenuhan air baku pada Kabupaten Tapin yang harus segera
dilakukan penambahan volume suplay agar devisit air baku tersebut teratasi. Oleh
karena itu dibutuhkan Upaya penambahan pipa transmisi dan pembagian
2A-1
penyaluran air baku agar dapat memenuhi Kabupaten Tapin secara merata. Dalam
rangka Rehabilitasi Intake Batu Hapu Dan Jaringan Pipa Transmisi Kabupaten
Tapin; 1 Dokumen; 1 Dokumen; NF; K; SYC pihak PPK Air Tanah dan Air Baku,
SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaat Air Baku Kalimantan III membutuhkan
konsultan supervise guna memonitoring pelaksanaan pekerjaan fisik agar dalam
pelaksanaanya dapat tepat waktu, tepat mutu dan tepat administrasi.
Guna membantu tim teknis internal SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaat Air Baku
Kalimantan III, PPK Air Tanah dan Air Baku dalam memonitoring proses
Penyempurnaan Penyediaan Air Baku diperlukan Konsultan Supervisi agar
pengawasan lapangan selama masa Pembangunan Penyediaan Air Baku dapat
dikontrol kualitas / Mutu dan progress kemajuan harian, mingguan dan bulanan
hingga konstruksi selesai tepat pada waktunya.
A. PENGENDALIAN MUTU
2. Pengendalian Perencanaan
Proses pengendalian perencanaan berupa :
Proses pengendalian bahan dan peralatan terutama ditinjau dari segi waktu
pengadaan dan pemasangan terhadap seluruh jadwal pelaksanaan.
4. Permasalahan Pengendalian Kualitas
b. Persyaratan khusus;
2A-3
c. Persyaratan test dan inspeksi termasuk kriteria penerimaan barang
sesuai spesifikasi teknis;
Telah lazim dimaklumi bahwa kualitas mutu pekerjaan di lapangan tidak tergantung
kemampuan teknis kontraktor semata melainkan juga pada kondisi perencanaan
misalnya suatu detail perencanaan yang rumit yang berada di luar standard
kemampuan teknis kontraktor. Hal serupa terjadi pada pemilihan bahan lokal
sebagai satu-satunya pilihan yang biasanya tidak memuaskan. Perubahan
perencanaan juga merupakan faktor lain yang mempengaruhi mutu pekerjaan di
lapangan karena mengakibatkan pekerjaan bongkar pasang selain juga
menurunnya mental para pekerja untuk menghasilkan sesuatu yang baik. Idealnya
program pengendalian mutu direncanakan secara terpadu, mulai saat perencanaan,
pelelangan, pelaksanaan bahkan sampai masa perawatan, suatu sistem yang lebih
2A-4
dikenal sebagai Quality Assurance memberi kesempatan adanya umpan balik (feed
back) bagi penyempurnaan proses sebelumnya.
B. PENGENDALIAN WAKTU
Tim pengawas dimaksud adalah Penyedia jasa yaitu konsultansi yang bertugas
pengawasan teknis/supervisi. Dari segi konstruksi suatu bangunan merupakan satu
kesatuan konstruksi harus terbangun secara utuh untuk dapat berfungsi dan
memberikan outcome yang optimal sesuai dengan waktu yang direncanakan. Hal
tersebut dapat dicapai melalui pelaksanaan yang berkesinambungan dan kepastian
dalam penyediaan dananya.
Kami konsultan penyedia jasa telah memahami Maksud Dan Tujuan pekerjaan
dengan baik bahwa Diharapkan dengan terealisasinya Supervisi Rehabilitasi Intake
Batu Hapu Dan Jaringan Pipa Transmisi Kabupaten Tapin; 1 Dokumen; 1 Dokumen;
NF; K; SYC dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat petani di sekitar
wilayah pekerjaan tersebut, sehingga mampu memenuhi kebutuhan Air Baku untuk
kepentingan masyarakat pada lokasi tersebut.
2. Pengendalian Kualitas:
Memeriksa dan memastikan bahwa jadwal pelaksanaan proyek sesuai dengan yang
telah direncanakan, dan jika terdapat keterlambatan, mengidentifikasi penyebabnya.
6. Kepatuhan Regulasi:
8. Dokumentasi:
Mencatat secara rinci semua aspek pelaksanaan proyek, termasuk laporan harian,
laporan kemajuan, dan dokumentasi visual (foto atau video).
Gambar 2B.1 Maksud dan Tujuan yaitu tepat Mutu, tepat waktu, tepat biaya
pada Pekerjaan Supervisi
Secara lebih rinci, sasaran supervisi konstruksi dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan Anggaran Penerimaan dan Belanja
Negara (APBN) DIPA SNVT PJPA WS Barito Provinsi Kalimantan Selatan Tahun
Anggaran Tahun Anggaran 2024 pada PPK Air Tanah dan Air Baku dengan HPS
sebesar 1.100.000.000,00 (Dua Milyar Tujuh Ratus Empat Puluh Sembilan Juta
Delapan Ratus Dua Ribu Seratus Rupiah) (termasuk PPN 11%)
Uraian dalam KAK tersebut pada pekerjaan Supervisi Rehabilitasi Intake Batu Hapu
Dan Jaringan Pipa Transmisi Kabupaten Tapin; 1 Dokumen; 1 Dokumen; NF; K;
SYC ini sudah cukup
Dari uraian yang disampaikan dalam KAK tentang ruang lingkup pekerjaan,
metodologi dan uraian apresiasi terhadap filosofi Penyediaan Air Baku sudah cukup
jelas dan dapat dipahami dengan baik oleh Konsultan Penyedia Jasa. Untuk lebih
menambah ketajaman lingkup pekerjaan dan metodologinya pihak konsultan akan
memberikan tambahan uraian khusus tentang Program Mutu / system Quality
Assurance berkaitan dengan pekerjaan supervisi tersebut untuk menambahkan
ketepatan sasaran, sehingga semua hasil pekerjaan yang dilakukan terutama oleh
konsultan perencana, konsultan pengawas dan kontraktor dapat dijamin mutunya
dan tepat sasaran maupun waktunya.
Dalam hal ini disetiap tingkatan tim Penyedia Jasa diperlukan disiplin yang tinggi
untuk menerapkan tata cara pengendalian mutu baik yang menyangkut mutu kerja
dan mutu hasil kerja, baik konsultan Perencana, Konsultan Pengawas maupun
kontraktor. Sistem Kendali Mutu tersebut dituangkan dalam suatu dokumen Laporan
Program Mutu.
Program Mutu Konstruksi merujuk Pasal 16.(1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021, Program Mutu (Quality
Management System) adalah bagian sistem manajemen organisasi yang
memfokuskan perhatian (mengarahkan dan mengendalikan) pada pencapaian hasil
berkaitan dengan sasaran mutu dalam rangka memenuhi persyaratan
pelanggan/penerima manfaat. Selama pelaksanaan Sistem Mananajeman Mutu,
prosedur-prosedur yang akan dikembangkan, antara lain; Panduan Mutu, Rencana
Mutu, Prosedur Pengendalian Dokumen, Pengendalian Bukti Kerja, Audit Mutu
Internal, Produk Tidak Sesuai (PTS), Tindakan Koreksi (TK), Tindakan Pencegahan
2A-12
(TP), Pemantauan dan Pengukuran Proses dan Produk, Pengadaan Barang dan
Jasa, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana dan Tinjauan (Review) Design. Untuk
mewujudkan itu perlu ditentukan kebijakan mutu dan sasaran mutu perencanaan
dan pengawasan konstruksi ini.
Sasaran mutu Pengawasan konstruksi adalah:
1. Terjaminnya pelaksanaan konstruksi yang sesuai dengan prosedur
Sistem Manajemen Mutu dan terlaksananya Quality Assurance secara
keseluruhan.
I. Supervisi Pengukuran
No Kegiatan Ket.
Menyusun Standart Operation Prosedure (SOP)
1) Assist
pengukuran.
Menyiapkan informasi data Benchmark (BM) standart yang
2) Tasking
valid di Bendungan.
Mengecek alat ukur yang telah dikalibrasi sebelum
3) Tasking
digunakan.
Melaksanakan survey lapangan dalam rangka perhitungan
Mutual Check Nol (pengukuran, perhitungan volume beserta
4) Tasking
backupnya, penyiapan berita acara) bersama penyediaan
jasa konstruksi.
Memeriksa data elevasi / koordinat pada patok-patok
5) Tasking
pembantu.
2A-15
No Kegiatan Ket.
Memeriksa penerapan seluruh elevasi dan dimensi
bangunan dari gambar pelaksanaan (construction drawing /
6) Tasking
shop drawing) ke situasi sesungguhnya di lapangan (kondisi
alami).
Mengecek tingkat ketepatan bidang bekisting sebelum
7) Tasking
pengecoran konstruksi beton.
8) Memeriksa hasil pengukuran Mutual Check Seratus Tasking
(MC.100).
9) Memeriksa buku ukur. Tasking
10) Menyiapkan laporan selama kegiatan pengukuran. Tasking
No Kegiatan Ket.
No Kegiatan Ket.
Pihak Konsultan Penyedia Jasa sudah memahami dengan baik keluaran yang harus
dihasilkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini dan akan memenuhi keluaran keluaran
yang harus dihasilkan.
2A-20
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah pengawasan
pekerjaan konstruksi yang tepat / tertib administrasi, tepat waktu, tepat mutu, tepat
sasaran dan tepat manfaat serta hasil akhir yang dicapai sesuai dengan dokumen
Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah berupa Laporan yang berisi
kegiatan pengawasan teknis yaitu :
1. Laporan Program Mutu
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Triwulan
4. Laporan Review Desain
5. Laporan Quantity dan Quality
6. Laporan Penunjang
Dalam uraian KAK disampaikan Waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah 240
(dua ratus empat puluh) hari kalender dan Cara Pembayaran dilakukan
Berdasarkan Tahapan Penyelesaian Pekerjaan (Termin dengan kontrak waktu
penugasan)
Dalam KAK tidak disebutkan informasi tentang masa pelaksanaan fisik konstruksi
yang akan dilakukan oleh Kontraktor. Sehingga untuk menyusun jadwal
pelaksanaan dan penugasan personil, konsultan mengasumsikan bahwa masa
pelaksanaan fisik oleh kontraktor adalah sama dengan masa layanan konsultan
yaitu 240 (dua ratus empat puluh) hari kalender.
Persyaratan tenaga ahli inti dan pendukung sudah cukup jelas diuraikan dalam
KAK sehingga pihak konsultan akan berusaha memenuhi hal tersebut untuk
optimalisasi pelaksanaan pekerjaan dengan baik.
2A-21
Uraian Kerangka Acuan Kerja (KAK), Konsultan telah memahami uraian masing-
masing penugasan dari personil yang akan ditugaskan, sehingga korelasi antara
pengalaman dan kebutuhan keahlian dalam pekerjaan ini telah memiliki kejelasan.
3. Ahli K3 Konstruksi
Kualifikasi Pendidikan lulusan Teknik jenjang Strata 1 (S1) dari Perguruan Tinggi
Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah Terakreditasi. Kualifikasi
Keahlian memiliki Sertifikat Keahlian yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait
dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK) yaitu Ahli
Muda K3 Konstruksi. Sertifikat Keahlian tersebut harus Masih Berlaku.
Kualifikasi pengalaman memiliki Pengalaman sebagai Ahli K3 minimal selama 3
(Tiga) Tahun.
Kebutuhan Orang Bulan adalah 4 OB (1 Orang x 4 Bulan)
Tugas dan tanggung jawab masing masing tenaga ahli disampaikan sebagai
berikut:
1. Team Leader
Tugas dan kewajiban sebagai berikut :
a. Mengkoordinasikan seluruh tenaga ahli pengawasan konstruksi untuk setiap
pelaksanaan pengukuranjrekayasa lapangan yang dilakukan Pelaksana
dan menyampaikan laporan kepada PPK sehingga dapat dilakukan
dengan cepat keputusan-keputusan yang diperlukan, termasuk untuk
pekerjaan pengembalian kondisi dan pekerjaan minor mendahului pekerjaan
utama serta rekayasa terperinci lainnya;
n. Memberi rekomendasi kepada PPK hasil penjaminan mutu dan keluaran hasil
pekerjaan serta pemenuhan tingkat layanan jalan terkait dengan usulan
pembayaran yang diajukan Pelaksana;
4. Memastikan bahwa seluruh peralatan yang digunakan telah memiliki Surat Izin
Laik Operasi (SILO);
11. Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi.
3. Ahli K3 Konstruksi
Spesifikasi
Kualifikasi Pendidikan lulusan S1/D4 Teknik Sipil/ Pengairan dari Perguruan Tinggi
Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah Terakreditasi.
Spesifikasi
Kualifikasi Pendidikan lulusan S1/D4 Teknik Sipil/ Pengairan dari Perguruan Tinggi
Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah Terakreditasi.
c. Pengawas Survey
Spesifikasi
Kualifikasi Pendidikan lulusan S1/D4 Teknik Sipil/ Pengairan dari Perguruan Tinggi
Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah Terakreditasi.
d. Inspektor
Spesifikasi
Kualifikasi Pendidikan lulusan S1/D4 Teknik Sipil/ Pengairan dari Perguruan Tinggi
Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah Terakreditasi.
Sebagai gambaran bahwa proses pelaksanaan konstruksi Sumber Daya Air harus
dimonitoring secara serius untuk mengetahui ketepatan metode pelaksanaannya
dan memonitoring ketepatan waktu pelaksanaannya. Dari kedua kegiatan utama
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa merupakan hal yang sangat penting
melaksanakan pengawasan/monitoring terhadap pelaksanaan pembangunan pada
sarana dan prasarana air baku dalam hal ini adalah pipa transmisi dari embung ke
bangunan prasedimentasi sehingga menghasilkan bangunan yang berguna dan
tepat mutu serta tepat waktu.
Dari pemaparan dalam KAK tentang laporan yang harus diserahkan kepada
pemberi kerja sudah cukup jelas dan pihak konsultan akan memenuhinya sesuai
dengan aturan batas waktu yang harus dipatuhi.
Jenis dan jumlah laporan yang harus diserahkan oleh Penyedia Jasa Konsultansi
Pengawasan kepada Pengguna Jasa adalah sebagai berikut:
1. Laporan RKK dan Program Mutu
Program Mutu Konsultansi Konstruksi harus sudah selesai paling lama 7 hari setelah
SPMK, dan harus mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi. Laporan Program Mutu Konsultansi Konstruksi.
Laporan harus diserahkan selambatlambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK diterbitkan
sebanyak 5 (lima) buku laporan.
2. Laporan Pendahuluan
3. Laporan Bulanan
b. Foto dokumentasi;
h. Daftar dan status persetujuan dokumen yang yang harus ditindak lanjuti oleh Direksi
2A-29
Lapangan/Konsultan MK;
i. Ringkasan hasil pelaksanaan kegiatan pekerjaan (daftar pelaksanaan
kegiatan pemeriksaan beserta hasil dan status persetujuannya);
4. Laporan Penunjang
- Gambar berupa skema pelaksanaan pekerjaan dan hasil review desain. Ukuran
A3 dalam rangkap 5 (lima).
- Video miniclip
5. Laporan Akhir
- Pemeliharaan yang akan datang, segala permasalahan teknis yang muncul selama
pelaksanaan, lampiran data lapangan, dokumentasi berupa foto.
c. Hard disk eksternal berisikan semua file laporan, lampiran, foto dokumentasi
pelaksanaan supervisi pelaksanaan dengan kapasitas hard disk menyesuaikan
sesuai kebutuhan.
- Penyedia wajib menyerahkan Hard disk eksternal yang berisi copy semua laporan
dan gambar dengan kapasitas 1 TB, dan diserahkan selambat – lambatnya pada
akhir kontrak.
2A-30
6. Laporan RKK Pengawasan
Beberapa saran umum dari pihak Konsultan yang mungkin bermanfaat untuk
peraturan seperti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
10 tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi. Berikut
adalah beberapa masukan yang mungkin relevan:
❑ Pemahaman Mendalam:
Pastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam konstruksi memahami dengan jelas isi
dan tujuan peraturan tersebut. Sosialisasi dan pelatihan dapat membantu mencapai
pemahaman yang mendalam.
Berikan pedoman yang cukup fleksibel untuk dapat diadaptasi oleh berbagai jenis
proyek konstruksi, sambil tetap memastikan tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap
standar keselamatan.
Tetapkan mekanisme yang efektif untuk pemantauan dan evaluasi sistem manajemen
keselamatan konstruksi. Hal ini mencakup audit rutin, pelaporan insiden, dan
peninjauan kinerja secara berkala.
Tentukan prosedur yang jelas untuk melaporkan dan menyelidiki insiden keselamatan.
Dukung kebijakan zero accident untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya
keselamatan.
❑ Pemberdayaan Pekerja:
Dorong partisipasi aktif pekerja dalam upaya keselamatan. Sediakan pelatihan yang
memadai dan berikan insentif untuk praktik keselamatan yang baik.
Tingkatkan komunikasi antara semua pihak yang terlibat. Pastikan bahwa informasi
2A-31
mengenai keselamatan dapat dengan mudah diakses dan dipahami oleh semua
pekerja.
❑ Ketidaksetujuan Keselamatan:
❑ Kontinuitas Perbaikan:
Pastikan bahwa proyek memiliki sumber daya yang cukup, termasuk personel dan
anggaran, untuk menerapkan dan menjalankan sistem manajemen keselamatan
konstruksi.
Laporan tersebut berupa laporan harian, mingguan, bulanan dan akhir yang dievaluasi
setiap bulannya.
Laporan Bulanan RKK dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap selama 240 (dua ratus empat
puluh) hari kalender.
2. Pengawasan Harian.
Pelaksanaan pengawasan harian dilakukan oleh Pengawas Lapangan dan petugas
lainnya berdasarkan Rencana Mutu Kontrak dan gambar desain shop drawing
yang yang telah disahkan.
3. Pengawasan lain.
Bila dipandang perlu untuk memastikan jaminan mutu yang dihasilkan pabrikan
maka Konsultan Supervisi bisa melakukan kunjungan ke pabrikan untuk
memastikan
material dan produk sesuai spesifikasi. Secara periodik (Mingguan dan Bulanan)
dilakukan opname bersama dengan Konsultan Pengawas, Direksi Teknik dan
Penyedia Jasa Konstruksi untuk keperluan penyusunan progress pekerjaan dan
rekomendasi apakah pekerjaan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan gambar
desain dan spesifikasi teknis yang di syaratkan atau diperlukan perbaikan sebelum
dimasukan dalam progress kemajuan fisik yang selanjutnya dapat diajukan
pembayaranya dalam bentuk laporan bulanan.
informasi mengecek
terhadap kelengkapan
Memberi pengarahan
sesuai dengan yang
ditetapkan
Penyimpangan Memberikan
terhadap pengarahan
gambar kerja sesuai dengan
yang berlaku yang
ditetapkan dan
informasi
mengenai lapangan
dan
peraturan Memberikan
teguran terhadap hasil
pelaksanaan yang
menyimpang dari
spesifikasi teknik
Alih teknologi atau transfer teknologi dalam konteks supervisi konstruksi dapat
melibatkan penggunaan berbagai jenis teknologi untuk meningkatkan efisiensi,
akurasi, dan keamanan dalam pelaksanaan tugas supervisi. Berikut adalah
beberapa jenis alih teknologi yang dapat dilaksanakan dalam pekerjaan supervisi
konstruksi:
Personil dan fasilitas pendukung dari PPK sudah cukup jelas dimana fasilitas dan
data penunjang dibedakan menjadi dua berdasarkan pihak yang akan menyediakan
yaitu:
1. Penyediaan Oleh Proyek / Kegiatan
i. Laporan dan Data
SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaat Air Baku Kalimantan III siap
menyediakan data laporan hasil desain, gambar desain dan data
lainnya yang telah dimiliki oleh Pelaksana Kegiatan dan dipandang
perlu oleh pelaksana pekerjaan sebagai data sekuder untuk menunjang
pekerjaan yang akan dilakukan.
v. Fasilitas Komputer
SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaat Air Baku Kalimantan III
tidak menyediakan fasilitas komputer, sehingga harus disediakan
sendiri oleh pelaksana pekerjaaan (sewa).
2A-41
vi. Peralatan Survey
SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaat Air Baku Kalimantan III
tidak menyediakan peralatan survei, sehingga harus disediakan
sendiri oleh pelaksana pekerjaan (sewa).
Sesuai dengan uraian yang disampaikan dalam KAK bahwa Lokasi Pekerjaan
Supervisi Rehabilitasi Intake Batu Hapu Dan Jaringan Pipa Transmisi Kabupaten
Tapin; 1 Dokumen; 1 Dokumen; NF; K; SYC terletak di Kabupaten Tapin
Secara geologis Kabupaten Tapin terdiri dari tanah dataran tinggi dan pegunungan
yang memanjang dari arah Timur ke Selatan. Dari arah Utara ke Barat kebanyakan
terdapat dataran rendah (rawa). Jenis batuan utama di wilayah Tapin berupa batuan
berumur quarter. Wilayah yang mempunyai jenis batuan ini hampir di seluruh
wilayah yaitu sekitar 80,01% dari luas wilayah. Selain jenis batuan berumur quarter,
sebagian kecil wilayah Tapin mempunyai batuan berumur mezoikum. Wilayah
dengan batuan ini berada di Kecamatan Binuang dan Piani. Sebagian besar wilayah
Tapin terletak pada ketinggian kurang dari 500 m dpl. Kondisi ini memberikan
implikasi bahwa faktor ketinggian tempat bukan merupakan kendala dalam usaha
mengembangkan wilayah ini di sektor pertanian. Wilayah yang ketinggiannya lebih
dari 500 m dpl hanya terdapat disebagian kecil Kecamatan Piani. Jenis Tanah di
Kabupaten Tapin terdiri dari organosol gleyhumus, sebesar 73,50% sebagian besar
terletak di Kecamatan Candi Laras Utara, Candi Laras Selatan, Binuang, Tapin
Selatan dan Tapin Tengah; podsolik merah kuning, sebesar 18,23% sebagian besar
terletak di Kecamatan Piani, Bungur, Tapin Selatan dan Lokpaikat; alluvial, sebesar
5,7% sebagian besar terletak di Kecamatan Binuang, Tapin Selatan, Lokpaikat dan
Tapin Utara; serta kompleks podsolik merah kuning, Litosol, Latosol sebesar 2,57%
terletak di Kecamatan Piani. Berdasarkan aspek-aspek geomorfologi, dibagi
menjadi 3 satuan bentuk asal dan 3 bentuk lahan yaitu: bentukan asal denudasional
(D) terdiri dari satuan bentuk lahan perbukitan terkikis kuat (D1) bentukan asal
fluvial (F) terdiri dari satuan bentuk dataran bekas rawa (F1), dan bentukan asal
struktural (S) terdiri dari satuan bentuk lahan perbukitan bergelombang lemah (S1).
Berdasarkan aspek fisik, kimia dan biologi penentu lingkungan pengendapan,
Kondisi pengendapan batubara pada Satuan Batulempung Warukin termasuk ke
dalam lower delta plain stadium lingkungan pengendapan limnic pada lower
shoreline zone dengan sistem deepwater aquatic system. Sedangkan kondisi
pengendapan batubara pada Satuan Batupasir Warukin termasuk ke dalam lower
delta plain stadium lingkungan pengendapan limnic - marsh pada lower shoreline
zone - upper shoreline zone dengan sistem deepwater aquatic system - wetland.
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Tapin kecuali Kecamatan Tapin Utara tanahnya
mempunyai tekstur sedang, yang berarti tanah di wilayah ini relatif mudah diolah
dan baik untuk usaha pertanian. Sebagian besar (sekitar 88%) diantaranya
merupakan tanah dengan tekstur sedang, 0,45% bertekstur kasar yang terdapat
2A-45
disebagian Kecamatan Binuang, Tapin Selatan, Tapin Utara, Lokpaikat, Bungur dan
Piani. Tanah dengan tekstur halus terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten
Tapin. Kedalaman efektif tanah berhubungan dengan kemungkinan perkembangan
akar tanaman yang ada di atasnya. Semakin besar kedalaman efektif tanah,
umumnya semakin baik bagi usaha pertanian. Kedalaman efektif tanah di
Kabupaten Tapin sebagian besar lebih dari 30 cm. Bahkan sekitar 85% diantaranya
mempunyai kedalaman >90 cm terdapat di seluruh kecamatan, dan tidak ada yang
mempunyai kedalaman <30 cm. Dengan demikian, ditinjau dari kedalaman tanah,
Kabupaten Tapin mempunyai potensi yang relatif baik.
Intake dan pipa transmisi air baku merupakan infrastruktur yang sangat penting bagi
penyediaan air bersih bagi masyarakat. Intake berfungsi untuk mengambil air dari
sumber air baku, sedangkan pipa transmisi berfungsi untuk mengalirkan air baku
dari intake ke instalasi pengolahan air (IPA).
Supervisi pembangunan konstruksi intake dan pipa transmisi air baku sangat
penting untuk memastikan bahwa infrastruktur tersebut dibangun dengan sesuai
dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Hal ini penting untuk
menjamin bahwa infrastruktur tersebut dapat berfungsi secara optimal dan
memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih.
Berikut adalah beberapa foto dokumentasi pelaksanaan supervise Pembangunan
intake dan pipa transmisi di Kabupaten Tapin yang diikuti oleh Konsultan:
2A-49
2A-50
2A-51
2A-52
2A-53
2A-54
2A-55
2A-56
2A-57