Anda di halaman 1dari 58

Bab 2A

PEMAHAMAN ATAS JASA


LAYANAN YANG TERCANTUM
DALAM KAK

2.A. BENTUK TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP


KERANGKA ACUAN KERJA DAN
PERSONIL/FASILITAS PENDUKUNG DARI PPK

2.A.1. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK

Kerangka Acuan Kerja atau Kerangka Acuan Kegiatan yang disingkat KAK atau
dalam bahasa Inggris adalah Term Of
Reference yang disingkat TOR adalah dokumen
perencanaan kegiatan yang berisi
penjelasan/keterangan mengenai apa, mengapa,
siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan berapa
perkiraan biayanya suatu kegiatan.

Dalam tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja, beberapa hal yang dapat
diperhatikan meliputi:
Tujuan dan Lingkup: Tanggapan harus mencerminkan pemahaman yang jelas
tentang tujuan dan lingkup Kerangka Acuan Kerja tersebut. Ini termasuk
2B-0
pemahaman tentang area kerja yang diatur, pemangku kepentingan yang terlibat,
dan sasaran yang ingin dicapai.
Kelayakan: Evaluasi harus mempertimbangkan kelayakan Kerangka Acuan Kerja,
baik dari segi teknis, finansial, maupun keberlanjutan. Diperlukan analisis apakah
dokumen tersebut dapat diterapkan dengan efektif dan efisien serta apakah
memenuhi kebutuhan yang ada.
Konsistensi dan Keselarasan: Penting untuk mengevaluasi apakah Kerangka
Acuan Kerja konsisten dan selaras dengan peraturan dan regulasi yang berlaku.
Tanggapan harus mengidentifikasi adanya inkonsistensi atau konflik potensial
dengan peraturan lain yang mungkin berlaku.
Keterlibatan Pemangku Kepentingan: Tanggapan juga harus memperhatikan
sejauh mana pemangku kepentingan terlibat dalam proses penyusunan Kerangka
Acuan Kerja. Penting untuk mempertimbangkan apakah ada pemangku
kepentingan yang tidak diikutsertakan dengan baik atau apakah proses konsultasi
sudah mencakup berbagai pihak yang relevan.
Kejelasan dan Kesempurnaan: Tanggapan harus menyoroti apakah Kerangka
Acuan Kerja tersebut cukup jelas dan komprehensif. Apakah semua aspek yang
relevan telah dicakup dan apakah terminologi yang digunakan mudah dipahami dan
dapat diinterpretasikan dengan benar.
Kelengkapan dan Relevansi: Evaluasi harus mencakup penilaian terhadap
kelengkapan isi Kerangka Acuan Kerja. Apakah semua topik yang relevan telah
dibahas dengan baik dan apakah ada aspek penting yang terlewatkan.
Implementasi dan Penerapan: Tanggapan harus mempertimbangkan faktor
implementasi dan penerapan Kerangka Acuan Kerja. Apakah ada rencana tindakan
yang jelas untuk menerapkan dan mengawasi implementasi dokumen tersebut,
serta bagaimana pemantauan dan pengukuran keberhasilan akan dilakukan.
Tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja ini merupakan kesempatan untuk
memberikan umpan balik yang konstruktif dan membantu memperbaiki dan
memperkuat dokumen tersebut. Hal ini akan memastikan bahwa Kerangka Acuan
Kerja yang disusun dapat efektif, relevan, dan sesuai dengan kebutuhan yang ada.

2.1.1.1. Tanggapan terhadap Latar Belakang

Uraian yang disampaikan pada latar belakang sudah cukup informatif mencakup
kekurangan pemenuhan air baku pada Kabupaten Tapin yang harus segera
dilakukan penambahan volume suplay agar devisit air baku tersebut teratasi. Oleh
karena itu dibutuhkan Upaya penambahan pipa transmisi dan pembagian
2A-1
penyaluran air baku agar dapat memenuhi Kabupaten Tapin secara merata. Dalam
rangka Rehabilitasi Intake Batu Hapu Dan Jaringan Pipa Transmisi Kabupaten
Tapin; 1 Dokumen; 1 Dokumen; NF; K; SYC pihak PPK Air Tanah dan Air Baku,
SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaat Air Baku Kalimantan III membutuhkan
konsultan supervise guna memonitoring pelaksanaan pekerjaan fisik agar dalam
pelaksanaanya dapat tepat waktu, tepat mutu dan tepat administrasi.

Guna membantu tim teknis internal SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaat Air Baku
Kalimantan III, PPK Air Tanah dan Air Baku dalam memonitoring proses
Penyempurnaan Penyediaan Air Baku diperlukan Konsultan Supervisi agar
pengawasan lapangan selama masa Pembangunan Penyediaan Air Baku dapat
dikontrol kualitas / Mutu dan progress kemajuan harian, mingguan dan bulanan
hingga konstruksi selesai tepat pada waktunya.

Tugas utama konsultan supervisi adalah mengawasi pelaksanaan pekerjaan


Supervisi Rehabilitasi Intake Batu Hapu Dan Jaringan Pipa Transmisi
Kabupaten Tapin; 1 Dokumen; 1 Dokumen; NF; K; SYC ini sehingga dapat
dimonitor/ diawasi saat proses pekerjaan fisik, sehingga metode pelaksanaan
pembangunan fisik sesuai dengan metode pembangunan sarana bangunan
Transmisi Air Baku yang disyaratkan oleh peraturan Dirjen Sumber Daya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Selain itu dengan adanya pengawas lapangan yang memonitoring pekerjaan
lapangan setiap hari diharapkan kualitas hasil pekerjaan fisik sesuai dengan
spesifikasi teknik yang disyaratkan juga pekerjaan fisik dapat selesai tepat waktu
yang telah dialokasikan.
Pelaksanaan konstruksi prasarana sumberdaya air dilakukan berdasarkan norma,
standar, pedoman, dan manual dengan memanfaatkan teknologi dan sumberdaya
lokal serta mengutamakan keselamatan, keamanan kerja dan keberlanjutan fungsi
ekologis sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 63
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air). Memperhatikan
prinsip utama dalam pelaaksanaan pekerjaan Supervisi Rehabilitasi Intake Batu
Hapu Dan Jaringan Pipa Transmisi Kabupaten Tapin; 1 Dokumen; 1 Dokumen;
NF; K; SYC, yaitu :

A. PENGENDALIAN MUTU

Program jaminan dan tindakan pengendalian kualitas meliputi hal-hal sebagai


berikut :
1. Pengendalian Dokumen
2A-2
Yang berhubungan dengan pengendalian dokumen anatara lain :

a. Pendistribusian dokumen dengan cepat dan tepat kepada pihak yang


berkepentingan termasuk pengendalian mengenai berbagai macam
dokumen baik asli maupun revisinya sehingga penggunaan dokumen
yang salah dapat dicegah;

b. Pengidentifikasian seluruh status dokumen termasuk status revisi,


distribusi dan kondisi dokumen yang salah;

c. Penyimpanan (filling system) seluruh dokumen pengendalian kualitas


seperti dokumen perencanaan, testing, manufacturing instalasi,
konstruksi, prosedur, manual, gambar dan dokumen petunjuk jaminan
kualitas.

2. Pengendalian Perencanaan
Proses pengendalian perencanaan berupa :

a. Evaluasi, analisis, rekomendasi, instruksi dan pengarahan yang


menjamin bahwa seluruh aktivitas pembangunan terencana dengan baik
dan sistematis;

b. Penjabaran yang tepat dari persyaratan-persyaratan, standard codes


dan sebagainya di dalam gambar, spesifikasi teknis, prosedur dan
manual;

c. Persyaratan dan jaminan bahwa seluruh proses perubahan


perencanaan mengikuti seluruh tahapan prosedur review dan
persyaratan lain yang sama seperti proses perencanaan awalnya;

d. Sistem dan pengendalian bahwa hanya dokumen yang absah (valid)


yang digunakan.

3. Pengendalian Pengadaan Bahan dan Peralatan

Proses pengendalian bahan dan peralatan terutama ditinjau dari segi waktu
pengadaan dan pemasangan terhadap seluruh jadwal pelaksanaan.
4. Permasalahan Pengendalian Kualitas

Permasalahan pengendalian kualitas yang perlu ditangani meliputi hal-hal,


a. Gambar-gambar, spesifikasi teknis dan persyaratan perencanaan yang
berlaku,

b. Persyaratan khusus;
2A-3
c. Persyaratan test dan inspeksi termasuk kriteria penerimaan barang
sesuai spesifikasi teknis;

d. Persyaratan identifikasi barang dan peralatan;

e. Persyaratan pengangkut, pengemasan dan pengiriman barang.

5. Pengendalian Pengujian dan Pengawasan (Inspeksi)

Beberapa aspek yang dilakukan dalam rangka pengendalian pengujian dan


inspeksi,
a. Program dan prosedur test dan inspeksi tersedia dan disusun dengan
baik;

b. Adanya personil untuk tugas tersebut yang berkualitas dan


berpengalaman cukup;

c. Identifikasi dari seluruh aktivitas dan karakteristik yang akan diinspeksi;

d. Penyusunan standar penerimaan dan kriteria penolakan sesuai


spesifikasi teknis;

e. Uraian rinci mengenai metode inspeksi atau test yang harus


dilaksanakan;

f. Persyaratan kondisi peralatan ukur dan persyaratan lingkungan yang


khusus (kalibrasi alat, macam-macam kondisi, kondisi temperatur/
tekanan udara dan sebagainya);

g. Pelaksanaan tindak lanjut atas keputusan mengenai modifikasi,


perbaikan dan penggantian item barang/ komponen sesuai hasil
inspeksi dan pengujian.

Telah lazim dimaklumi bahwa kualitas mutu pekerjaan di lapangan tidak tergantung
kemampuan teknis kontraktor semata melainkan juga pada kondisi perencanaan
misalnya suatu detail perencanaan yang rumit yang berada di luar standard
kemampuan teknis kontraktor. Hal serupa terjadi pada pemilihan bahan lokal
sebagai satu-satunya pilihan yang biasanya tidak memuaskan. Perubahan
perencanaan juga merupakan faktor lain yang mempengaruhi mutu pekerjaan di
lapangan karena mengakibatkan pekerjaan bongkar pasang selain juga
menurunnya mental para pekerja untuk menghasilkan sesuatu yang baik. Idealnya
program pengendalian mutu direncanakan secara terpadu, mulai saat perencanaan,
pelelangan, pelaksanaan bahkan sampai masa perawatan, suatu sistem yang lebih
2A-4
dikenal sebagai Quality Assurance memberi kesempatan adanya umpan balik (feed
back) bagi penyempurnaan proses sebelumnya.

B. PENGENDALIAN WAKTU

Berdasarkan waktu yang ditentukan Pemberi Tugas untuk pelaksanaan pekerjaan


maka dibuatkan ‘Master Construction Schedule’ mencakup keseluruhan pekerjaan
yang ditawarkan dalam satu paket Kontraktor Utama. Master Construction Schedule
dibuat dalam bentuk ‘barchart’ kecuali untuk kepentingan praktis seperti pembuatan
jadwal penempatan personil dan lain-lain. Kontraktor diharuskan membuat usulan
rencana kerja baik dalam bentuk Bar Chart ataupun Network Planning (Jaringan
Kerja). Usulan rencana kerja tersebut harus disetujui oleh Penyedia Jasa Pengawas
dalam waktu 7x24 jam sebelum pelaksanaan dimulai. Untuk mengendalikan
pelaksanaan kegiatan fisik kedua pihak (Penyedia Jasa Pengawas dan Kontraktor)
harus mengacu kepada Jaringan Kerja yang telah disepakati. Dari segi penyusunan
jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu langkah penyempurnaan dari
metode bar-chart, karena dapat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang belum terpecahkan oleh metode bar-chart seperti:
a. Berapa lama perkiraan kurun waktu penyelesaian pekerjaan

b. Kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dalam hubungannya dengan


penyelesaian pekerjaan

c. Bila terjadi kelambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu, bagaimana


pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian pekerjaan secara
menyeluruh.

Disamping itu jaringan kerja berguna untuk:

a. Menyusun urutan kegiatan pekerjaan yang memiliki sejumlah besar komponen


dengan hubungan yang kompleks

b. Membuat perkiraan jadwal pekerjaan yang paling ekonomis

c. Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumber daya.


Setiap pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa harus
mendapatkan pengawasan secara teknis dilapangan agar rencana dan spesifikasi
teknis yang telah disiapkan dan digunakan sebagai dasar pelaksanaan konstruksi
dapat berlangsung secara efektif. Pelaksanaan pengawasan lapangan harus
dilakukan secara penuh dengan menempatkan tenaga - tenaga ahli pengawasan
dilapangan sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas pekerjaan konsultan
2A-5
supervisi bertugas secara umum mengawasi pekerjaan konstruksi dari segi biaya,
mutu, dan waktu kegiatan pelaksanaan.

Konsultan Supervisi bertanggung jawab secara profesional atas jasa pengawasan


yang dilakukan sesuai ketentuan dan kode tata laku profesi yang berlaku. Kinerja
pengawasan lapangan sangat ditentukan oleh kualitas, integritas, dan intensitas
pengawasan yang secara menyeluruh dapat melakukan kegiatannya berdasarkan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah disepakati.

Tim pengawas dimaksud adalah Penyedia jasa yaitu konsultansi yang bertugas
pengawasan teknis/supervisi. Dari segi konstruksi suatu bangunan merupakan satu
kesatuan konstruksi harus terbangun secara utuh untuk dapat berfungsi dan
memberikan outcome yang optimal sesuai dengan waktu yang direncanakan. Hal
tersebut dapat dicapai melalui pelaksanaan yang berkesinambungan dan kepastian
dalam penyediaan dananya.

2.1.1.2. Tanggapan terhadap Maksud, dan Tujuan

Kami konsultan penyedia jasa telah memahami Maksud Dan Tujuan pekerjaan
dengan baik bahwa Diharapkan dengan terealisasinya Supervisi Rehabilitasi Intake
Batu Hapu Dan Jaringan Pipa Transmisi Kabupaten Tapin; 1 Dokumen; 1 Dokumen;
NF; K; SYC dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat petani di sekitar
wilayah pekerjaan tersebut, sehingga mampu memenuhi kebutuhan Air Baku untuk
kepentingan masyarakat pada lokasi tersebut.

Penjelasan lebih komprehensif tentang Maksud dan Tujuan dilaksanakannya


supervisi konstruksi meliputi :

1. Pemantauan Pelaksanaan Konstruksi:

Memastikan bahwa pekerjaan konstruksi dilaksanakan sesuai dengan gambar


desain, spesifikasi teknis, dan standar konstruksi yang berlaku.

2. Pengendalian Kualitas:

Memantau kualitas material yang digunakan dan memastikan bahwa proses


konstruksi memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

3. Jadwal dan Rencana:

Memeriksa dan memastikan bahwa jadwal pelaksanaan proyek sesuai dengan yang
telah direncanakan, dan jika terdapat keterlambatan, mengidentifikasi penyebabnya.

4. Keuangan dan Anggaran:


2A-6
Memastikan bahwa proyek berada dalam batas anggaran yang telah ditetapkan dan
mengelola pengeluaran sesuai dengan alokasi yang disetujui.

5. Risiko dan Masalah:

Mengidentifikasi risiko potensial dan masalah yang mungkin timbul selama


pembangunan, serta merencanakan dan mengimplementasikan langkah-langkah
mitigasi.

6. Kepatuhan Regulasi:

Memastikan bahwa semua kegiatan konstruksi mematuhi peraturan dan perundang-


undangan terkait, termasuk izin lingkungan dan izin konstruksi.

7. Interaksi dengan Pihak Terkait:

Berkomunikasi secara efektif dengan pihak terkait, termasuk pemilik proyek,


kontraktor, dan tim teknis, untuk memastikan pemahaman yang jelas tentang tujuan
dan perkembangan proyek.

8. Dokumentasi:

Mencatat secara rinci semua aspek pelaksanaan proyek, termasuk laporan harian,
laporan kemajuan, dan dokumentasi visual (foto atau video).

9. Pelatihan dan Koordinasi Tim:

Memastikan bahwa tim pelaksana proyek memiliki keterampilan yang diperlukan


dan berkoordinasi dengan baik untuk mencapai tujuan proyek.

10. Pemeliharaan dan Operasionalisasi:

Mempersiapkan langkah-langkah pemeliharaan dan merencanakan untuk


operasionalisasi Transmisi Air Baku setelah selesai pembangunan.

Dengan melakukan supervisi pembangunan secara cermat, diharapkan proyek


dapat berjalan dengan efisien, efektif, dan memberikan manfaat jangka panjang
bagi masyarakat setempat melalui peningkatan ketersediaan air untuk pertanian
dan keperluan lainnya

Dengan proses pelaksanaan Supervisi Rehabilitasi Intake Batu Hapu Dan


Jaringan Pipa Transmisi Kabupaten Tapin; 1 Dokumen; 1 Dokumen; NF; K;
SYC yang dilaksanakan oleh pihak konsultan diharapkan metodologi yang akan
digunakan tepat sesuai peraturan yang dipersyaratkan di indonesia maupun
peraturan lain yang relevan dengan pekerjaan ini. Selain itu ketepatan waktu dalam
menyelesaikan pekerjaan juga sangat diperlukan guna menilai kemampuan
2A-7
kontraktor pelaksana dalam hal manajemen waktu, juga sangat perlu dimonitoring
hasil fisik konstruksi pekerjaan ini harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang
disyaratkan dalam dokumen pelelangan yang telah diajukan oleh kontraktor
pelaksana.

2.1.1.3. Tanggapan terhadap Sasaran

Sasaran dari pelekasnaaan pekerjaan adalah untuk mendapatkan hasil pekerjaan


sesuai dengan syarat syarat dan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dan tepat
waktu dalam penyelesaian pekerjaan.
Konsultan penyedia jasa merasa perlu adanya metodologi pelaksanaan dan
rencana kerja yang mantap, ekonomis, tepat guna dan solusinya dapat diandalkan.
Oleh karena itu dalam pelaksanakan pekerjaan ini team konsultan dalam membuat
proposal ini telah menyiapkan metode-metode yang akan digunakan yang
dituangkan dalam Metodologi Pelaksanaan. Ada 5 (lima) aspek yang berkenaan
dengan pengawasan dan pengendalian proyek, yaitu:
a. Aspek mutu, yang meliputi mutu bahan dan mutu pekerjaan;
b. Aspek waktu, yaitu masa penyelesaian proyek yang bersangkutan;
c. Aspek biaya, yaitu jumlah dana yang diperlukan untuk menyelesaikan
proyek bersangkutan;
d. Aspek tertib administrasi, yaitu ketertiban administrasi selama pelaksanaan
proyek;
e. Aspek keselamatan kerja.

Gambar 2B.1 Maksud dan Tujuan yaitu tepat Mutu, tepat waktu, tepat biaya
pada Pekerjaan Supervisi

Selanjutnya dengan proses pelaksanaan Supervisi Rehabilitasi Intake Batu Hapu


Dan Jaringan Pipa Transmisi Kabupaten Tapin; 1 Dokumen; 1 Dokumen; NF;
K; SYC yang dilaksanakan oleh pihak konsultan diharapkan Sasaran supervisi
2A-8
konstruksi adalah untuk memastikan bahwa pekerjaan konstruksi dilaksanakan
sesuai dengan persyaratan kontrak, spesifikasi teknis, dan standar yang berlaku.
Sasaran tersebut dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan berikut:

• Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan

Supervisor konstruksi harus memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan


secara berkala untuk memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
jadwal, anggaran, dan persyaratan teknis.

• Pemberian saran dan rekomendasi

Supervisor konstruksi harus memberikan saran dan rekomendasi kepada kontraktor


untuk meningkatkan kualitas pekerjaan dan mencegah terjadinya penyimpangan.

• Penyelesaian masalah dan perselisihan

Supervisor konstruksi harus berperan sebagai mediator untuk menyelesaikan


masalah dan perselisihan yang terjadi antara kontraktor dan pihak lain yang terkait
dengan proyek.

Secara lebih rinci, sasaran supervisi konstruksi dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:

(1) Aspek teknis

Supervisi konstruksi harus memastikan bahwa pekerjaan konstruksi


dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi teknis, standar, dan peraturan yang
berlaku. Hal ini meliputi aspek-aspek seperti:

* Kualitas bahan dan material

* Metode dan peralatan yang digunakan

* Prosedur kerja yang diterapkan

* Hasil pekerjaan yang dihasilkan

(2) Aspek waktu dan biaya

Supervisi konstruksi harus memastikan bahwa pekerjaan konstruksi


dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan anggaran yang telah ditetapkan. Hal
ini meliputi aspek-aspek seperti:

* Jadwal pelaksanaan pekerjaan


2A-9
* Biaya yang dibutuhkan

* Perubahan jadwal dan anggaran

(3) Aspek keselamatan dan kesehatan kerja

Supervisi konstruksi harus memastikan bahwa pekerjaan konstruksi


dilaksanakan dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal
ini meliputi aspek-aspek seperti:

* Penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja

* Penyediaan alat keselamatan kerja

* Pencegahan terjadinya kecelakaan kerja

2.1.1.4. Tanggapan Terhadap Sumber Pendanaan

Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan Anggaran Penerimaan dan Belanja
Negara (APBN) DIPA SNVT PJPA WS Barito Provinsi Kalimantan Selatan Tahun
Anggaran Tahun Anggaran 2024 pada PPK Air Tanah dan Air Baku dengan HPS
sebesar 1.100.000.000,00 (Dua Milyar Tujuh Ratus Empat Puluh Sembilan Juta
Delapan Ratus Dua Ribu Seratus Rupiah) (termasuk PPN 11%)

Uraian dalam KAK tersebut pada pekerjaan Supervisi Rehabilitasi Intake Batu Hapu
Dan Jaringan Pipa Transmisi Kabupaten Tapin; 1 Dokumen; 1 Dokumen; NF; K;
SYC ini sudah cukup

2.1.1.5. Tanggapan Terhadap Referensi Hukum


Pihak Konsultan Penyedia Jasa telah membaca dengan seksama tentang referensi
hokum dalam KAK pada pekerjaan Supervisi Rehabilitasi Intake Batu Hapu Dan
Jaringan Pipa Transmisi Kabupaten Tapin; 1 Dokumen; 1 Dokumen; NF; K;
SYC dan dapat memahaminya dengan baik.
Sesuai uraian dalam KAK referensi hukum meliputi :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber
Daya Air.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Konstruksi.
c. Peraturan Presiden Nomor: 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
2A-10
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 19/PRT/M/2017 tentang Standar Remunerasi Minimal
Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Aktif untuk Pelayanan Jasa
Konsultansi Konstruksi.
e. Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 10/PRT/M/2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi.
g. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
524/KPTS/M/2022 tentang Besaran Remunerasi Minimal Tenaga Kerja
Konstruksi Pada Jenjang Jabatan Ahli untuk Layanan Jasa Konsultansi
Konstruksi.
h. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
16/SE/M/2022 Tentang Susunan Tenaga Ahli Penyedia Jasa Konsultansi
Pengawasan Konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat

Tangggapan konsultan penyedia jasa terhadap Surat Edaran Menteri Pekerjaan


Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 16/SE/M/2022 Tentang Susunan Tenaga
Ahli Penyedia Jasa Konsultansi Pengawasan Konstruksi di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, bahwa dalam SE ini terdapat pembaruan
tentang :
Standarisasi dan Konsistensi: Membantu dalam menetapkan standar dan prosedur
yang konsisten untuk penunjukan tenaga ahli penyedia jasa konsultansi
pengawasan konstruksi, yang dapat memudahkan pemahaman dan penerapannya.
Transparansi: Menyediakan pedoman terbuka dan transparan mengenai susunan
tenaga ahli, memungkinkan semua pihak terlibat memahami persyaratan dan
harapan yang harus dipenuhi.
❑ Kualitas Layanan: Dapat meningkatkan kualitas layanan melalui penunjukan
tenaga ahli yang sesuai dengan kompetensi dan kualifikasi yang ditetapkan,
sehingga memastikan bahwa pengawasan konstruksi dilakukan dengan
standar tertinggi.
❑ Peningkatan Efisiensi: Memfasilitasi proses pemilihan tenaga ahli dengan
lebih cepat dan efisien, mengurangi potensi hambatan administratif dalam
pelaksanaan proyek.
2A-11
❑ Ketertiban dan Tata Kelola: Menetapkan ketertiban dan tata kelola dalam
penyediaan jasa konsultansi pengawasan konstruksi, meminimalkan potensi
konflik kepentingan dan memastikan keberlanjutan proyek.
❑ Keterlibatan Pihak Berkepentingan: Mendorong keterlibatan dan partisipasi
pihak berkepentingan dalam proses penunjukan tenaga ahli, sehingga
keputusan yang diambil mencerminkan kebutuhan dan harapan semua
pihak terkait.
❑ Pembaruan dan Kesesuaian Hukum: Memastikan pembaruan secara
berkala sesuai dengan perkembangan hukum dan praktik terbaik dalam
industri konstruksi, sehingga dokumen tersebut tetap relevan dan sesuai
dengan konteks saat ini.

2.1.1.6. Tanggapan Terhadap Lingkup Pekerjaan

Dari uraian yang disampaikan dalam KAK tentang ruang lingkup pekerjaan,
metodologi dan uraian apresiasi terhadap filosofi Penyediaan Air Baku sudah cukup
jelas dan dapat dipahami dengan baik oleh Konsultan Penyedia Jasa. Untuk lebih
menambah ketajaman lingkup pekerjaan dan metodologinya pihak konsultan akan
memberikan tambahan uraian khusus tentang Program Mutu / system Quality
Assurance berkaitan dengan pekerjaan supervisi tersebut untuk menambahkan
ketepatan sasaran, sehingga semua hasil pekerjaan yang dilakukan terutama oleh
konsultan perencana, konsultan pengawas dan kontraktor dapat dijamin mutunya
dan tepat sasaran maupun waktunya.
Dalam hal ini disetiap tingkatan tim Penyedia Jasa diperlukan disiplin yang tinggi
untuk menerapkan tata cara pengendalian mutu baik yang menyangkut mutu kerja
dan mutu hasil kerja, baik konsultan Perencana, Konsultan Pengawas maupun
kontraktor. Sistem Kendali Mutu tersebut dituangkan dalam suatu dokumen Laporan
Program Mutu.
Program Mutu Konstruksi merujuk Pasal 16.(1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021, Program Mutu (Quality
Management System) adalah bagian sistem manajemen organisasi yang
memfokuskan perhatian (mengarahkan dan mengendalikan) pada pencapaian hasil
berkaitan dengan sasaran mutu dalam rangka memenuhi persyaratan
pelanggan/penerima manfaat. Selama pelaksanaan Sistem Mananajeman Mutu,
prosedur-prosedur yang akan dikembangkan, antara lain; Panduan Mutu, Rencana
Mutu, Prosedur Pengendalian Dokumen, Pengendalian Bukti Kerja, Audit Mutu
Internal, Produk Tidak Sesuai (PTS), Tindakan Koreksi (TK), Tindakan Pencegahan
2A-12
(TP), Pemantauan dan Pengukuran Proses dan Produk, Pengadaan Barang dan
Jasa, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana dan Tinjauan (Review) Design. Untuk
mewujudkan itu perlu ditentukan kebijakan mutu dan sasaran mutu perencanaan
dan pengawasan konstruksi ini.
Sasaran mutu Pengawasan konstruksi adalah:
1. Terjaminnya pelaksanaan konstruksi yang sesuai dengan prosedur
Sistem Manajemen Mutu dan terlaksananya Quality Assurance secara
keseluruhan.

2. Tercapainya kinerja yang memuaskan pada ruang lingkup perencanaan


dan pembangunan.

3. Terpenuhinya Persyaratan atau Spesifikasi Produk yang telah ditetapkan.

Pengujian dan Pemeriksaan Mutu Konstruksi


Sistem Quality Control (QC), hanya merupakan tindakan pengujian (testing), dan
pemeriksaan (inspection) saja, apakah material tersebut telah memenuhi spesifikasi
atau tidak. Sedangkan Quality Assurance (QA) lebih berarti pada apa yang disebut
"Program" dan "Prosedur" tersendiri, yang harus digunakan dalam mengorganisasi
pelaksanaan pengujian dan pemeriksaan. QA merupakan sistem yang menjamin
dapat tercapainya persyaratan kualitas yang tersebut dalam dokumen kontrak,
setiap kesalahan langsung mendapat koreksi sebelum melanjut ke tahap
berikutnya.
Unsur dari "Program" dalam QA, yang dilakukan, terdiri dari:
1. Semua personel, terutama personil QC, harus mengetahui dan
memahami kegiatan pelaksanaan pembangunan sebelum mulai bekerja

2. Mengontrol secara "bersama-sama" tanpa kecuali terhadap semua bahan


bangunan.

3. Mengontrol secara rutin agar semua prosedur perencanaan dan


pelaksanaan pembangunan dilakukan sesuai persyaratan spesifikasi
dengan menerapkan SOP.

4. Membuat "instruksi tertulis" secara bersinambungan kepada pihak


Konsultan Perencana, konsultan Pengawas dan kontraktor, sebelum,
selama dan setelah masa pelaksanaan terhadap penyimpangan yang
belum/ akan dan telah terjadi sekecil apapun masalahnya.
2A-13
5. Membukukan semua "catatan hasil-hasil pengujian" di lapangan,
laboratorium dan hasil-hasil kontrol langsung di lapangan. Tujuan
utamanya bila terjadi penyimpangan dapat segera dicarikan jalan keluar.

6. Dengan tahapan-tahapan pekerjaan dipersiapkan dengan baik, dipandu


dengan prosedur pelaksanaan, kontrol berkesinambungan, dan evaluasi
yang tak pernah putus, membuat pelaksana kegiatan perencanaan dan
pengawasan berharap dapat mampu mencapai titik tertinggi kualitas yang
diharapkan.

Rencana Mutu minimal harus memenuhi hal-hal berikut :


1. Rencana Mutu harus sesuai dengan Sasaran Mutu (quality objective) dan
sejalan dengan persyaratan proses lain dari sistem manajemen mutu
konstruksi.
2. Rencana Mutu harus berisikan persyaratan teknis, administrasi, keuangan
maupun ketentuan lain seperti yang dipersyaratkan dalam Perencanaan
Program.
3. Rencana Mutu harus mencakup kebutuhan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya dalam rangka memenuhi mutu konstruksi yang
diinginkan.
4. Rencana Mutu harus mencakup kebutuhan dokumen sistem manajemen
mutu konstruksi (meliputi: Pedoman Mutu, Manual Mutu, Prosedur Mutu,
petunjuk teknis, instruksi kerja, dan daftar periksa/simak) dalam rangka
mencapai kesesuaian mutu konstruksi yang diinginkan.
5. Rencana Mutu harus mencakup aktivitas verifikasi, validasi, pemantauan,
inspeksi dan pengujian yang diperlukan beserta kriteria penerimaannya.
6. Rencana Mutu harus mencakup Catatan Mutu (quality records) yang
dibutuhkan untuk menunjukkan bukti bahwa perencanaan kegiatan
memenuhi persyaratan mutu konstruksi yang telah ditetapkan.
Sedangkan pada kebutuhan tenaga ahli dan tenaga pendukung sudah sesuai
dengan kebutuhan lapangan dalam pekerjaan supervisi. Namun perlu adanya
monitoring manajemen tenaga ahli dalam melaksanakan tugasnya sehingga
pekerjaan supervisi ini dapat selesai tepat pada waktunya dan produk yang
optimal.

Bagan Alir Lingkup Pekerjaan Supervisi


2A-14
Mereview gambar desain, spesifikasi teknis, kuantitas pekerjaan,
metoda pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

Menyetujui gambar kerja, kuantitas, metoda


pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan
pekerjaan.
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
gambar dan spesifikasi teknis yang telah disetujui.

Memeriksa kuantitas dan kualitas pekerjaan


sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis.

Menyetujui progres fisik dalam rangka


pembayaran prestasi pekerjaan.

Melaporkan hasil pelaksanaan supervisi konstruksi


secara berkala kepada Direksi Pekerjaan.

Memeriksa dan menyetujui gambar dan


kuantitas hasil pelaksanaan pekerjaan fisik
kontraktor.
Secara rinci konsultan akan melaksanakan tugas-tugas seperti dijelaskan sebagai
berikut:

I. Supervisi Pengukuran

No Kegiatan Ket.
Menyusun Standart Operation Prosedure (SOP)
1) Assist
pengukuran.
Menyiapkan informasi data Benchmark (BM) standart yang
2) Tasking
valid di Bendungan.
Mengecek alat ukur yang telah dikalibrasi sebelum
3) Tasking
digunakan.
Melaksanakan survey lapangan dalam rangka perhitungan
Mutual Check Nol (pengukuran, perhitungan volume beserta
4) Tasking
backupnya, penyiapan berita acara) bersama penyediaan
jasa konstruksi.
Memeriksa data elevasi / koordinat pada patok-patok
5) Tasking
pembantu.
2A-15
No Kegiatan Ket.
Memeriksa penerapan seluruh elevasi dan dimensi
bangunan dari gambar pelaksanaan (construction drawing /
6) Tasking
shop drawing) ke situasi sesungguhnya di lapangan (kondisi
alami).
Mengecek tingkat ketepatan bidang bekisting sebelum
7) Tasking
pengecoran konstruksi beton.
8) Memeriksa hasil pengukuran Mutual Check Seratus Tasking
(MC.100).
9) Memeriksa buku ukur. Tasking
10) Menyiapkan laporan selama kegiatan pengukuran. Tasking

II. Supervisi Desain

No Kegiatan Ket.

1) Menyusun Standart Operation Prosedure (SOP)


Assist
pelaksanaan desain.

2) Dalam hal perubahan desain atau penyusunan desain


tambahan yang diperlukan. Perlu adanya pengukuran
topografi, penelitian geologi dan mekanika tanah, pengujian
Tasking
laboratorium dan penelitian lainnya diperlukan. Perlu adanya
pengukuran topografi, penelitian geologi dan mekanika
tanah, pengujian laboratorium dan penelitian lainnya

3) Mereview laporan, dokumen dan gambar desain yang telah


ada serta mamastikan ketelitian isi dokumen desain, Tasking
perhitungan dan gambar yang ada.

4) Meneliti dan memberikan masukan lisan / tertulis tentang


kesesuaian desain dengan keadaan lapangan kepada
Tasking
pemilik pekerjaan secara proaktif, akurat dan cepat untuk
memperoleh efektivitas pelaksanaan pekerjaan.
2A-16
5) Memeriksa, meneliti dan mereview kembali gambar kerja /
shop drawing / construction drawing yang dibuat penyedia Tasking
jasa konstruksi.

6) Melaksanakan dan menerapkan tata cara, prosedur, dan


mekanisme pelaksanaan yang tercantum dalam Rencana
Tasking
Mutu Kontrak (RMK) dan hasilnya dilaporkan kepada Direksi
Teknis dan PPK.

7) Meminta dan mengevaluasi kegiatan agar didapat optimasi


kualitas, waktu, dana, tenaga kerja, fungsi, manfaat, estetika Tasking
dan berorientasi lingkungan.

8) Melaksanakan tugas supervisi sesuai standart prosedur


perencanaan yang berlaku dan hal ini telah dijabarkan dalam Tasking
RMK Konsultan.

9) Jika terjadi bencana alam di wilayah kerja, secara aktif


memberikan masukan tertulis untuk rencana, metode, RAB Tasking
penanggulangan.

10) Memberikan masukan / solusi tertulis kepada PPK jika ada


permasalahan berat di lapangan seperti perubahan desain, Tasking
metode dan sebagainya.

III. Supervisi Konstruksi

No Kegiatan Ket.

1) Menyusun Standart Operation Prosedure (SOP)


Assist
pelaksanaan konstruksi.

2) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat di sekitar lokasi


Assist
pekerjaan.

3) Melaksanakan koordinasi dengan pihak-pihak / instansi Assist


2A-17
No Kegiatan Ket.

terkait untuk kelancaran pekerjaan.

4) Menyiapkan mess lapangan untuk posko supervisi Tasking

5) Memeriksa / mengoreksi metode dan jadwal pelaksanaan


Tasking
yang dibuat Penyedia Jasa Konstruksi.

6) Menyiapkan Network Planning (bersama penyedia jasa


Tasking
konstruksi).

7) Memeriksa laporan harian, laporan mingguan, dan laporan


Tasking
bulanan serta menandatangani laporan tersebut.

8) Memberikan masukan tertulis kepada Direksi dan atau PPK


secara proaktif, akurat dan cepat untuk memperoleh Tasking
efektivitas pelaksanaan pekerjaan.

9) Memeriksa, meneliti dan mereview gambar kerja / shop


drawing / construction drawing yang dibuat penyedia jasa Tasking
konstruksi.

10) Mengevaluasi program harian, mingguan Kontraktor serta


memberikan ijin lingkup pekerjaan per minggu sesuai Tasking
schedule pelaksanaan pekerjaan.

11) Memeriksa perhitungan Mutual Check yang dibuat penyedia


Tasking
jasa konstruksi.

12) Memberikan ijin pengecoran beton secara tertulis yang


terlebih dahulu melakukan pemeriksanaan bekisting,
Tasking
material : semen, pasir, kerikil dan tulangan, peralatan dan
tenaga kerja.

13) Melaksanakan sosialisasi spesifikasi teknis yang terlampir


pada kontrak kepada seluruh personil teknis penyedia jasa Tasking
konstruksi.
2A-18
No Kegiatan Ket.

14) Melaksanakan dan menerapkan tata cara, prosedur dan


mekanisme pelaksanaan yang tercantum dalam Rencana
Tasking
Mutu Kontrak (RMK) dan hasilnya dilaporkan kepada Direksi
Teknis dan PPK

15) Melaksanakan tugas supervisi sesuai standart prosedur


pengawasan yang berlaku dan hal ini telah dijabarkan dalam Tasking
RMK Konsultan.

16) Jika terjadi bencana alam di wilayah kerja, secara aktif


memberikan masukan tertulis untuk rencana, metode, RAB Tasking
penanggulangan.

17) Membantu PPK dalam melakukan inspeksi ke pabrik


Tasking
pemasok, bahan, perakit, dan lainnya jika dibutuhkan.

18) Memberi masukan solusi tertulis kepada PPK jika ada


permasalahan berat di lapangan seperti pembebasan tanah, Tasking
keterlambatan, perubahan desain dan sebagainya.

19) Membuat laporan supervisi berisi antara lain aktivitas,


Tasking
personil, peralatan, inspeksi dan lainnya.

20) Meneliti bahan yang masuk / keluar, tenaga kerja, peralatan


apakah sudah sesuai dengan Analisa Harga Satuan dan Tasking
Daftar Kuantitas dan Harga dalam kontrak pekerjaan fisik.

21) Menyiapkan rekomendasi untuk perintah dan konsep


perubahan kontrak / Addendum terkait dengan adanya
Change Order / Variation Order, bilamana diperlukan untuk
Tasking
menjamin penyelesaian pekerjaan yang secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan anggaran yang
tersedia
2A-19
No Kegiatan Ket.

22) Melakukan monitoring dan pengecekan secara terus


menerus sehubungan dengan pengendalian mutu dan
volume pekerjaan serta menandatangani laporan bulanan, Tasking
apabila pelaksanaan pekerjaan telah memenuhi ketentuan
dan persyaratan yang telah ditentukan

23) Konsultan Pengawasan harus melaporkan secara tertulis


kepada pemilik pekerjaan apabila terjadi adanya
penyimpangan – penyimpangan dari ketentuan dan Tasking
persyaratan teknis, dengan tembusan kepada penyedia jasa
konstruksi.

24) Melaporkan kepada Pemilik Pekerjaan masalah yang


berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan termasuk
keterlambatan pencapaian target fisik, serta mengusulkan
Tasking
upaya penanggulangan dan tindak turun tangan yang
diperlukan, dan membantu Pemilik Pekerjaan menyiapkan
konsep teguran terhadap Penyedia Jasa Konstruksi

25) Membantu pemilik pekerjaan mengawasi uji laboratorium


Tasking
dalam rangka pengendalian mutu konstruksi.

26) Membantu Pemilik Pekerjaan dalam pemeriksaan Assist


pelaksanaan penyerahan pertama pekerjaan / Previsional
Hand Over (PHO)

27) Memeriksa secara cermat dan menyetujui semua hasil


pengukuran dan perhitungan volume dalam rangka Tasking
pembayaran /termin pekerjaan.

2.1.1.7. Tanggapan Terhadap Keluaran

Pihak Konsultan Penyedia Jasa sudah memahami dengan baik keluaran yang harus
dihasilkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini dan akan memenuhi keluaran keluaran
yang harus dihasilkan.
2A-20
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah pengawasan
pekerjaan konstruksi yang tepat / tertib administrasi, tepat waktu, tepat mutu, tepat
sasaran dan tepat manfaat serta hasil akhir yang dicapai sesuai dengan dokumen
Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah berupa Laporan yang berisi
kegiatan pengawasan teknis yaitu :
1. Laporan Program Mutu
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Triwulan
4. Laporan Review Desain
5. Laporan Quantity dan Quality
6. Laporan Penunjang

2.1.1.8. Tanggapan Terhadap Waktu Pelaksanaan

Dalam uraian KAK disampaikan Waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah 240
(dua ratus empat puluh) hari kalender dan Cara Pembayaran dilakukan
Berdasarkan Tahapan Penyelesaian Pekerjaan (Termin dengan kontrak waktu
penugasan)

Pihak Konsultan Penyedia Jasa menilai waktu pelaksanaan pekerjaan yang


disampaikan dalam KAK sudah cukup jelas.

Dalam KAK tidak disebutkan informasi tentang masa pelaksanaan fisik konstruksi
yang akan dilakukan oleh Kontraktor. Sehingga untuk menyusun jadwal
pelaksanaan dan penugasan personil, konsultan mengasumsikan bahwa masa
pelaksanaan fisik oleh kontraktor adalah sama dengan masa layanan konsultan
yaitu 240 (dua ratus empat puluh) hari kalender.

Konsultan akan mengatur jadwal personil seefektif dan semaksimal mungkin


dalam arti man-month yang disediakan mencukupi dan disisi lain seluruh
pelaksanaan konstruksi dapat diawasi oleh Konsultan, khususnya selama masa
pelaksanaan fisik konstruksi.

2.1.1.9. Tanggapan Terhadap Personil Pelaksana Pekerjaan

Persyaratan tenaga ahli inti dan pendukung sudah cukup jelas diuraikan dalam
KAK sehingga pihak konsultan akan berusaha memenuhi hal tersebut untuk
optimalisasi pelaksanaan pekerjaan dengan baik.
2A-21
Uraian Kerangka Acuan Kerja (KAK), Konsultan telah memahami uraian masing-
masing penugasan dari personil yang akan ditugaskan, sehingga korelasi antara
pengalaman dan kebutuhan keahlian dalam pekerjaan ini telah memiliki kejelasan.

Adapun komentar konsultan terhadap tenaga ahli yang ditugaskan dalam


melaksanakan pekerjaan ini meliputi :

Tenaga Ahli Water Resources Management, dan Ahlli HSE dipersyaratkan


memiliki pengalaman dalam mengawasi pekerjaan pengawasan air baku sehingga
proses dan hasil akhir pekerjaan dapat memenuhi syarat sesuai spesifikasi dan
teknis yang disyaratkan dalam Kontrak Pekerjaan. Oleh karena itu pihak konsultan
harus menunjuk dan menyediakan tenaga ahli Inspector yang memiliki pemahaman
metode pekerjaan dari pekerjaan tanah, pekerjaan struktur pondasi, pekerjaan
struktur atas pondasi hingga pekerjaan finishing dengan baik.

Inspector harus memiliki kualifikasi yang memadai dan berpengalaman dalam


mengawasi pembangunan sarana air baku sehingga metodologi pelaksanaan
pekerjaan yang digunakan oleh kontraktor sudah benar dan memenuhi syarat
peraturan yang berlakuk dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi sumber Daya
Air. Selain itu tugas Tenaga Inspector juga bisa sebagai Quality Engineer yang
dalam kerangka acuan kerja (KAK) tidak disebutkan kebutuhannya, yang harus
mampu menganalisis hasil penelitian / percobaan / tes Lab atas material yang
diajukan oleh Kontraktor, sehingga mutu bahan, material memenuhi syarat baku
mutu material yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis pekerjaan.

Syarat Kualifikasi tenaga ahli disampaikan sebagai berikut:


A. Tenaga Ahli
1. Team Leader
Kualifikasi Pendidikan disyaratkan Pendidikan Teknik Sipil/Teknik Pengairan
minimal jenjang Strata 1 (S1) dari Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi
Swasta yang telah Terakreditasi.
Kualifikasi Keahlian kualifikasi KeahlianMemiliki Sertifikat Keahlian yang
dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) yaitu Ahli Madya Teknik Sumber Daya Air
dan Ahli Madya Manajemen Konstruksi. Sertifikat Keahlian tersebut harus Masih
Berlaku.
Kualifikasi pengalaman memiliki Pengalaman sebagai Ketua Tim/Team Leader
2A-22

minimal selama 8 Tahun.


Kebutuhan Orang Bulan adalah adalah 8 OB (1 Orang x 8 Bulan)
2. Water Resources Management
Kualifikasi Pendidikan disyaratkan Pendidikan Teknik Sipil/Teknik Pengairan
minimal jenjang Strata 1 (S1) dari Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi
Swasta yang telah Terakreditasi. Kualifikasi Keahlian memiliki Sertifikat Keahlian
yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) yaitu Ahli Madya Bidang Keahlian Teknik
Sumber Daya Air. Sertifikat Keahlian tersebut harus Masih Berlaku.
Kualifikasi pengalaman memiliki Pengalaman sebagai Tenaga Ahli Struktur
minimal selama 5 (lima) Tahun
Kebutuhan Orang Bulan adalah 6 OB (1 Orang x 6 Bulan)

3. Ahli K3 Konstruksi
Kualifikasi Pendidikan lulusan Teknik jenjang Strata 1 (S1) dari Perguruan Tinggi
Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah Terakreditasi. Kualifikasi
Keahlian memiliki Sertifikat Keahlian yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait
dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK) yaitu Ahli
Muda K3 Konstruksi. Sertifikat Keahlian tersebut harus Masih Berlaku.
Kualifikasi pengalaman memiliki Pengalaman sebagai Ahli K3 minimal selama 3
(Tiga) Tahun.
Kebutuhan Orang Bulan adalah 4 OB (1 Orang x 4 Bulan)

Tugas dan tanggung jawab masing masing tenaga ahli disampaikan sebagai
berikut:
1. Team Leader
Tugas dan kewajiban sebagai berikut :
a. Mengkoordinasikan seluruh tenaga ahli pengawasan konstruksi untuk setiap
pelaksanaan pengukuranjrekayasa lapangan yang dilakukan Pelaksana
dan menyampaikan laporan kepada PPK sehingga dapat dilakukan
dengan cepat keputusan-keputusan yang diperlukan, termasuk untuk
pekerjaan pengembalian kondisi dan pekerjaan minor mendahului pekerjaan
utama serta rekayasa terperinci lainnya;

b. Mengkoordinasikan seluruh tenaga ahli pengawasan konstruksi secara


teratur dan memeriksa pekerjaan pada semua lokasi di lapangan dimana
pekerjaan konstruksi sedang dilaksanakan serta memberi penjelasan
2A-23
tertulis kepada Pelaksana mengenai apa yang sebenarnya dituntut dalam
pekerjaan tersebut, bila dalam kontrak hanya dinyatakan secara umum;

c. Memastikan bahwa pelaksana memahami Dokumen Kontrak secara benar,


melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi serta gambar-gambar,
dan pelaksana menerapkan teknik pelaksanaan konstruksi yang tepatj cocok
dengan keadaan lapangan untuk berbagai macam kegiatan pekerjaan;

d. Membuat rekomendasi kepada PPK untuk menenma atau menolak


pekerjaan dan material;

e. Mengkoordinasikan pencatatan kemajuan pekerjaan setiap hari yang


dicapai Pelaksana pada lembar kemajuan pekerjaan (progress schedule) yang
telah disetujui;

f. Memonitor dan mengevaluasi secara seksama kemajuan dari semua


pekerjaan dan melaporkannya segera/ tepat waktu kepada PPK bila
kemajuan pekerjaan terlambat sebagaimana tercantum pada buku Spesikasi
Umum dan hal itu benar-benar berpengaruh terhadap jadwal penyelesaian
yang direncanakan. Dalam hal demikian, maka Supervision Engineer juga
membuat rekomendasi secara tertulis bagaimana caranya untuk mengejar
keterlambatan tersebut;

g. Memeriksa dengan teliti semua kuantitas hasil pengukuran setiap pekerjaan


yang telah selesai yarig disampaikan oleh Quantity Engineer,

h. Menjamin bahwa sebelum pelaksana diijinkan untuk melaksanakan /pekerjaan


berikutnya, maka pekerjaanpekerjaan sebelumnya yang akan tertutup atau
menjadi tidak tampak harus sudah diperiksaj diuji dan sudah memenuhi
persyaratan dalam Dokumen Kontrak;

i. Memberi rekomendasi kepada PPK menyangkut mutu dan jumlah pekerjaan


yang telah selesai dan memeriksa kebenaran dari setiap bukti pembayaran
bulanan Pelaksana;

j. Mengkoordinasikan perhitungan dan pembuatan sketsa-sketsa yang benar


untuk bahan PPK pada setiap lokasi pekerjaan;

k. Mengawasi dan memeriksa pembuatan Gambar Sebenarnya


2A-24

Terbangun/ Terpasang (as-built drawings) dan megupayakan agar semua


gambar tersebut dapat diselesaikan sebelum Penyerahan Pertama
Pekerjaan (PHO);

l. Memeriksa dengan telitij seksama setiap gambar-gambar kerja dan


analisajperhitungan konstruksi dan kuantitasnya, yang dibuat oleh
Pelaksana sebelum pelaksanaan;

m. Melakukan inspeksi secara teratur dan memeriksa pekerjaan pada


semua lokasi pekerjaan dalam kontrak membuat laporan kepada PPK
terhadap hasil inspeksi lapangan.

n. Memberi rekomendasi kepada PPK hasil penjaminan mutu dan keluaran hasil
pekerjaan serta pemenuhan tingkat layanan jalan terkait dengan usulan
pembayaran yang diajukan Pelaksana;

o. Mengkoordinasikan pembuatan laporan-laporan mengenai kemajuan fisik dan


keuangan proyek yang ada dibawah wewenangnya dan menyerahkan
kepada PPK serta instansi lain yang terkait tepat pada waktunya; dan

p. Menyusun/memelihara arsip korespondensi kegiatan, laporan harian laporan


mingguan, bagan kemajuan pekerjaan, pengukuran

q. Pembayaran, gambar desain, laporan hasil inspeksi lapangan, laporan


pemenuhan tingkat layananjalan dan lainnya
2. Water Resources Management,
Mempunyai Tugas-Tugas :
1. Memeriksa kesesuaian antara gambar perencanaan dengan gambar
pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di lapangan;

2. Memastikan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi menerapkan ketentuan


keselamatan konstruksi;

3. Memastikan bahwa seluruh tenaga kerja konstruksi yang terlibat dalam


pekerjaan konstruksi memiliki Sertifikat Kerja Konstruksi (SKK);

4. Memastikan bahwa seluruh peralatan yang digunakan telah memiliki Surat Izin
Laik Operasi (SILO);

5. Memastikan bahwa operator alat berat memiliki Surat Izin Operator


(SIO);

6. Memeriksa kesesuaian penggunaan material/bahan produksi dalam negeri dan


barang impor sesuai dengan formulir Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
2A-25
dan daftar barang yang diimpor sebagaimana tercantum dalam kontrak
pekerjaan konstruksi;

7. Memastikan metode konstruksi dan hasil pekerjaan yang dihasilkan


Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan Dokumen Kontrak
Pekerjaan Konstruksi;

8. Memberikan instruksi secara tertulis kepada Penyedia Jasa Pekerjaan


Konstruksi, apabila metode konstruksi dinilai tidak benar atau membahayakan
dan dicatat dalam buku harian (log book) serta segera melaporkannya kepada
Team Leader;

9. Membuat justifikasi teknis terhadap usulan perubahan yang diajukan oleh


Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi;
10. Mencatat seluruh pelaksanaan pekerjaan serta seluruh perubahan dan
ketidaksesuaian pelaksanaan pekerjaan dari perencanaan serta
melaporkannya kepada Team Leader; dan

11. Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi.

3. Ahli K3 Konstruksi

Tugas dan Tanggung Jawab :

a. Mengidentifikasi dan memetakan potensi bahaya yang mungkin terjadi di


lingkungan kerja. Hal ini termasuk membuat tingkatan dampak dari bahaya
(impact) dan kemungkinan terjadinya bahaya tersebut (probability);

b. Menyusun rencana program keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi


upaya preventif dan upaya korektif. Upaya preventif bertujuan untuk
mengurangi terjadinya bahaya atau kecelakaan di lingkungan kerja. Upaya
korektif bertujuan untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi di lingkungan
kerja;

c. Membuat dan memelihara dokumen terkait kesehatan dan keselamatan kerja.


Dokumentasi yang baik termasuk faktor penting dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya. Hal ini termasuk merancang prosedur baku dan
memelihara borang atau catatan terkait kesehatan dan keselamatan kerja;
dan

d. Mengevaluasi insiden kecelakaan yang mungkin terjadi, serta menganalisis


akar masalah termasuk tindakan preventif dan korektif yang diambil.
2A-26
B. Tenaga Pendukung

a. Asisten Quality Engineer

Spesifikasi

Kualifikasi Pendidikan lulusan S1/D4 Teknik Sipil/ Pengairan dari Perguruan Tinggi
Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah Terakreditasi.

Kualifikasi pengalaman memiliki pengalaman melaksanakan pengawasan pekerjaan


Konstruksi minimal 3 (tiga) tahun.

Kebutuhan Orang Bulan adalah 6 OB (1 Orang x 6 Bulan)

b. Asisten Quantity Engineer

Spesifikasi

Kualifikasi Pendidikan lulusan S1/D4 Teknik Sipil/ Pengairan dari Perguruan Tinggi
Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah Terakreditasi.

Kualifikasi pengalaman memiliki pengalaman melaksanakan pengawasan pekerjaan


Konstruksi minimal 3 (tiga) tahun.

Kebutuhan Orang Bulan adalah 6 OB (1 Orang x 6 Bulan)

c. Pengawas Survey

Spesifikasi

Kualifikasi Pendidikan lulusan S1/D4 Teknik Sipil/ Pengairan dari Perguruan Tinggi
Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah Terakreditasi.

Kualifikasi pengalaman memiliki pengalaman melaksanakan pengawasan pekerjaan


Konstruksi minimal 3 (tiga) tahun.

Kebutuhan Orang Bulan adalah 5 OB (1 Orang x 5 Bulan)

d. Inspektor

Spesifikasi

Kualifikasi Pendidikan lulusan S1/D4 Teknik Sipil/ Pengairan dari Perguruan Tinggi
Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah Terakreditasi.

Kualifikasi pengalaman memiliki pengalaman melaksanakan pengawasan pekerjaan


Konstruksi minimal 3 (tiga) tahun.

Kebutuhan Orang Bulan adalah 8 OB (1 Orang x 8 Bulan)


2A-27
2.1.1.10. Tanggapan Terhadap Penerima manfaat dan Standar Teknis

Pihak Konsultan Penyedia Jasa menilai standar teknis pelaksanaan pekerjaan


Supervisi Rehabilitasi Intake Batu Hapu Dan Jaringan Pipa Transmisi
Kabupaten Tapin; 1 Dokumen; 1 Dokumen; NF; K; SYC yang disampaikan
dalam KAK sudah cukup jelas, adapun Pengelolaan Sumber Daya Air Menurut UU
7/2004 disampaikan pada gambar di bawah ini

Gambar 2B.2 Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Menurut UU 7/2004

Sebagai gambaran bahwa proses pelaksanaan konstruksi Sumber Daya Air harus
dimonitoring secara serius untuk mengetahui ketepatan metode pelaksanaannya
dan memonitoring ketepatan waktu pelaksanaannya. Dari kedua kegiatan utama
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa merupakan hal yang sangat penting
melaksanakan pengawasan/monitoring terhadap pelaksanaan pembangunan pada
sarana dan prasarana air baku dalam hal ini adalah pipa transmisi dari embung ke
bangunan prasedimentasi sehingga menghasilkan bangunan yang berguna dan
tepat mutu serta tepat waktu.

Penerima manfaat lainnya diharapkan dengan terealisasinya Supervisi


Rehabilitasi Intake Batu Hapu Dan Jaringan Pipa Transmisi Kabupaten Tapin;
1 Dokumen; 1 Dokumen; NF; K; SYC dapat memberikan nilai tambah bagi
masyarakat di sekitar wilayah pekerjaan tersebut, sehingga mampu mengatasi
2A-28
banjir yang terjadi dan proses pelaksanaan konstruksi dilakukan dengan tepat
metodologi, tepat mutu, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.1.1.11. Tanggapan Terhadap Laporan Pelaksana Pekerjaan

Dari pemaparan dalam KAK tentang laporan yang harus diserahkan kepada
pemberi kerja sudah cukup jelas dan pihak konsultan akan memenuhinya sesuai
dengan aturan batas waktu yang harus dipatuhi.

Jenis dan jumlah laporan yang harus diserahkan oleh Penyedia Jasa Konsultansi
Pengawasan kepada Pengguna Jasa adalah sebagai berikut:
1. Laporan RKK dan Program Mutu

Program Mutu Konsultansi Konstruksi harus sudah selesai paling lama 7 hari setelah
SPMK, dan harus mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi. Laporan Program Mutu Konsultansi Konstruksi.
Laporan harus diserahkan selambatlambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK diterbitkan
sebanyak 5 (lima) buku laporan.

2. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan memuat laporan pekerjaan persiapan yang dilakukan oleh


konsultan dan rencana/ pola kerja yang akan dilakukan dengan detail. Laporan harus
diserahkan selambatlambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5
(lima) buku laporan

3. Laporan Bulanan

Laporan ini memuat:

a. Capaian pekerjaan fisik, ringkasan status capaian pekerjaan fisik dengan


membandingkan capaian di bulan sebelumnya, capaian pada bulan berjalan serta
target capaian di bulan berikutnya;

b. Foto dokumentasi;

c. Ringkasan status kondisi keuangan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi, status


pembayaran dari Pengguna;

d. Perubahan kontrak dan perubahan pekerjaan;

e. Masalah dan kendala yang dihadapi; termasuk statusnya, tindakan


penanggulangan yang telah dilakukan dan rencana tindakan selanjutnya;

f. Hambatan dan kendala yang berpotensi terjadi di bulan berikutnya, beserta


rencana pencegahan atau penanggulangan yang akan dilakukan;

g. Status persetujuan atas usulan dan permohonan dokumen;

h. Daftar dan status persetujuan dokumen yang yang harus ditindak lanjuti oleh Direksi
2A-29

Lapangan/Konsultan MK;
i. Ringkasan hasil pelaksanaan kegiatan pekerjaan (daftar pelaksanaan
kegiatan pemeriksaan beserta hasil dan status persetujuannya);

j. Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan


Konstruksi, termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan tentang kejadian nyaris
terjadi kecelakaan kerja (nearmiss record), dan lain-lain;

k. Kendala yang dihadapi Direksi Teknis/Konsultan Pengawas, tindakan yang telah


dan akan dilakukan serta dukungan yang dibutuhkan dari Direksi
Lapangan/Konsultan MK untuk tujuan kelancaran proyek.

4. Laporan Penunjang

Laporan Penunjang berupa :

- Gambar berupa skema pelaksanaan pekerjaan dan hasil review desain. Ukuran
A3 dalam rangkap 5 (lima).

- Nota perhitungan Review Desain dan perhitungan pengukuran, dibuat dalam


ukuran A4 rangkap 5 (lima)

- Laporan Manual Operasi dan Pemeliharaan

- Leaflet sebanyak 50 lembar

- Booklet sebanyak 25 buku

- Laporan Lingkungan sebanyak 5 buku

- Video miniclip

5. Laporan Akhir

Laporan Akhir memuat :

- Pemeliharaan yang akan datang, segala permasalahan teknis yang muncul selama
pelaksanaan, lampiran data lapangan, dokumentasi berupa foto.

- Laporan Akhir harus disetujui oleh direksi teknik terdiri dari :

a. Draft Laporan Akhir

b. Laporan Akhir Utama

c. Hard disk eksternal berisikan semua file laporan, lampiran, foto dokumentasi
pelaksanaan supervisi pelaksanaan dengan kapasitas hard disk menyesuaikan
sesuai kebutuhan.

- Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya pada akhir masa kontrak sebanyak


5 (lima) buku laporan

- Penyedia wajib menyerahkan Hard disk eksternal yang berisi copy semua laporan
dan gambar dengan kapasitas 1 TB, dan diserahkan selambat – lambatnya pada
akhir kontrak.
2A-30
6. Laporan RKK Pengawasan

Penyusunan Laporan RKK Pengawasn dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 tahun 2021
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi. Laporan dibuat rangkap
3 (tiga) untuk diserahkan pada PPK untuk digunakan saat PCM (Pre Construction
Meeting) pekerjaan konstruksi.

Beberapa saran umum dari pihak Konsultan yang mungkin bermanfaat untuk
peraturan seperti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
10 tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi. Berikut
adalah beberapa masukan yang mungkin relevan:

❑ Pemahaman Mendalam:

Pastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam konstruksi memahami dengan jelas isi
dan tujuan peraturan tersebut. Sosialisasi dan pelatihan dapat membantu mencapai
pemahaman yang mendalam.

❑ Fleksibilitas dan Kepatuhan:

Berikan pedoman yang cukup fleksibel untuk dapat diadaptasi oleh berbagai jenis
proyek konstruksi, sambil tetap memastikan tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap
standar keselamatan.

❑ Keterlibatan Pihak Berkepentingan:

Libatkan semua pihak berkepentingan, termasuk kontraktor, pekerja, insinyur, dan


pemilik proyek, dalam proses pengembangan dan implementasi sistem manajemen
keselamatan konstruksi.

❑ Pemantauan dan Evaluasi:

Tetapkan mekanisme yang efektif untuk pemantauan dan evaluasi sistem manajemen
keselamatan konstruksi. Hal ini mencakup audit rutin, pelaporan insiden, dan
peninjauan kinerja secara berkala.

❑ Sistem Pelaporan dan Investigasi Insiden:

Tentukan prosedur yang jelas untuk melaporkan dan menyelidiki insiden keselamatan.
Dukung kebijakan zero accident untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya
keselamatan.

❑ Pemberdayaan Pekerja:

Dorong partisipasi aktif pekerja dalam upaya keselamatan. Sediakan pelatihan yang
memadai dan berikan insentif untuk praktik keselamatan yang baik.

❑ Integrasi dengan Manajemen Proyek:

Pastikan bahwa sistem manajemen keselamatan terintegrasi dengan manajemen


proyek secara keseluruhan. Ini termasuk perencanaan keselamatan dalam setiap tahap
proyek.

❑ Komunikasi yang Efektif:

Tingkatkan komunikasi antara semua pihak yang terlibat. Pastikan bahwa informasi
2A-31
mengenai keselamatan dapat dengan mudah diakses dan dipahami oleh semua
pekerja.

❑ Ketidaksetujuan Keselamatan:

Berikan prosedur untuk mengatasi ketidaksetujuan terkait keselamatan. Dukung budaya


yang mendorong melaporkan dan memperbaiki potensi bahaya tanpa takut hukuman.

❑ Kontinuitas Perbaikan:

Tetapkan siklus perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi.


Identifikasi peluang perbaikan dan terapkan tindakan korektif.

❑ Sumber Daya yang Cukup:

Pastikan bahwa proyek memiliki sumber daya yang cukup, termasuk personel dan
anggaran, untuk menerapkan dan menjalankan sistem manajemen keselamatan
konstruksi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 10


Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, Penerapan
SMKK dilakukan dengan melaksanakan RKK yang dilaporkan secara berkala kepada
Pengguna Jasa.

Laporan tersebut berupa laporan harian, mingguan, bulanan dan akhir yang dievaluasi
setiap bulannya.

Format RKK pada Konsultan Konstruksi Pengawasan sudah harus mengikuti


persyaratan dalam SMKK, yaitu sebagai informasi terdokumentasi.

Identifikasi bahaya untuk masing-masing pekerjaan adalah sebagai berikut :

Laporan Bulanan RKK dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap selama 240 (dua ratus empat
puluh) hari kalender.

2.1.1.12. Tanggapan Terhadap Pedoman Pengumpulan Data Lapangan

Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut:


I. METODOLOGI
Metode pelaksanaan Pengawasan diperlukan agar pelaksanaan
Konstruksi dapat diselesaikan dengan tepat waktu,tepat mutu dan tepat
administrasi, dan tepat manfaat. Metode pelaksanaan Pengawasan yang akan
dilakukan oleh Konsultan Pengawas dibagi menjadi metode pelaksanaan kualitas,
metode pengawasan kuantitas dan metode pengendalian waktu pelaksanaan
2A-32
pekerjaan. Metode pengawasan kualitas dimaksudkan agar dalam pelaksanaan
Pengawasan semaksimal mungkin dapat mengendalikan kualitas bahan / material
yang dipakai dan hasil pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi
teknis.
Metode pengawasan kuantitas dimaksudkan agar volume pekerjaan yang
dilaksananakan dapat dikendalikan sesuai dengan daftar kuantitas pekerjaan (Bill
Of Quantity). Sedangkan pengendalian waktu pelaksanaan dimaksudkan agar
pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan sesuai waktu yang disediakan.
A. Metodologi Pelaksanaan Pengawasan Kualitas
Untuk mencapai kualitas pekerjaan yang baik tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
pelaksanaan di lapangan saja akan tetapi juga sangat dipengaruhi oleh persiapan
sebelum pelaksanaan, adapun dalam pengawasan kualitas ini perlu dilakukan
hal-hal sebagai berikut:
1. Pengujian / tes pendahuluan mencakup kesiapan lokasi yang perlu
dipersiapkan di lokasi pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai, ketersediaan dan
cara menyimpan material konstruksi dengan baik dan benar.
2. 2. Pengujian / test terhadap hasil Pelaksanaan Untuk mengetahui apakah hasil
pelaksanaan pekerjaan di lapangan telah sesuai dengan kualitas yang
disyaratkan dalam spesifikasi teknis yang ditetapkan maka perlu adanya
pengujian / test terhadap hasil – hasil pelaksanaan pekerjaan,
baik langsung di lapangan maupun di Laboratorium sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

B. Metode Pengawasan Kuantitas


Agar pekerjaan dapat diketahui dengan pasti berapa volume yang dihasilkan maka
diperlukan data/ kondisi existing lokasi pekerjaan dan kondisi akhir dari pekerjaan
tersebut, disamping itu pada saat–saat pelaksanaan konstruksi juga diperlukan
pengawasan yang baik agar dimensi–dimensi konstruki dilaksanakan sesuai
dengan gambar perencanaan (desain).
Beberapa metode pengawasan kuantitas yang perlu dilaksanakan selama
Pekerjaan Pengawasan berlangsung adalah sebagai berikut:
1. Survey Pendahuluan.
Survey pendahuluan dilakukan pada lokasi pekerjaan untuk mendapatkan
gambaran secara detail sebelum dilaksanakan konstruksi, hal ini diperlukan untuk
keperluan pembuatan profil desain dan penyesuaian dengan volume dalam kontrak,
hal semacam ini diistilahkan dengan Mutual Check Awal (MC O).
2A-33

2. Pengawasan Harian.
Pelaksanaan pengawasan harian dilakukan oleh Pengawas Lapangan dan petugas
lainnya berdasarkan Rencana Mutu Kontrak dan gambar desain shop drawing
yang yang telah disahkan.
3. Pengawasan lain.
Bila dipandang perlu untuk memastikan jaminan mutu yang dihasilkan pabrikan
maka Konsultan Supervisi bisa melakukan kunjungan ke pabrikan untuk
memastikan
material dan produk sesuai spesifikasi. Secara periodik (Mingguan dan Bulanan)
dilakukan opname bersama dengan Konsultan Pengawas, Direksi Teknik dan
Penyedia Jasa Konstruksi untuk keperluan penyusunan progress pekerjaan dan
rekomendasi apakah pekerjaan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan gambar
desain dan spesifikasi teknis yang di syaratkan atau diperlukan perbaikan sebelum
dimasukan dalam progress kemajuan fisik yang selanjutnya dapat diajukan
pembayaranya dalam bentuk laporan bulanan.

C. Metode Pengendalian Waktu Pelaksanaan


Agar pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan jangka waktu
yang ditetapkan, diperlukan pemantauan dan evaluasi terhadap progress baik
secara mingguan maupun bulanan. Monitoring dilakukan berdasarkan grafik kurva S
yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan Konsultan Pengawas maupun dengan
menggunakan Network Planning bila diperlukan.
Dari grafik Kurva S dapat dipantau seberapa besar deviasi antara rencana dan
realisasi, bila grafik realisasi pekerjaan berada diatas garis rencana maka terdapat
deviasi positif sehingga proses pelaksanaan dapat tepat waktu bahkan dapat lebih
cepat, sedangkan bila berada dibawah garis rencana atau deviasi negative maka
perlu diambil beberapa tindakan antisipasi. Setiap keterlambatan harus segera
dicari unsur penyebabnya apakah keterlambatan yang terjadi akan mengakibatkan
keterlambatan pekerjaan lainnya atau hal yang wajar dan dapat dinaikkan
prestasinyapada minggu selanjutnya. Perlu diinformasikan secara tertulis kepada
Pengguna Jasa disertai alternative penyelesaian masalah, apabila:
• Pada progres 0–70% keterlambatan sudah diatas 10%,dan
• Pada progres 70–100% keterlambatan mencapai diatas 5%

Maka perlu diambil langkah– langkah peninjauan kembali dengan pertemuan –


pertemuan intensif (show cause meeting) untuk menyusun re-schedule dan
pemantauan progress dari hari kehari.
2A-34
Agar pelaksanaan pekerjaan tetap pada garis rencana dan hasil pekerjaan secara
kualitas dan kuantitas memenuhi gambar dan spesifikasi, antara Penyedia Jasa,
Konsultan Pengawas, Direksi Teknik, Pengguna Jasa mengadakan pertemuan
berkala secara rutin untuk membahas hasil pekerjaan yang telah dicapai sekaligus
rencana kerja yang akan datang. Dari pertemuan berkala ini maka segala
permasalahan yang muncul dapat diantisipasi lebih awal dan penyelesaiannya
dapat diselesaikan lebih baik.

II. PENDEKATAN TEKNIS


Pendekatan teknis diperlukan untuk Konsultan Pengawas. Dalam melaksanakan
tugas pengawasan pekerjaan di lapangan, sebagai dasar pendekatan teknis yang
akan dilakukan Konsultan Pengawas akan berpegang pada Spesifikasi Teknis,
Program Mutu Konsultansi Konstruksi (PMKK) dan rujukan sebagai dasar
pelaksanaan masing – masing pekerjaan. Beberapa rujukan yang dapat digunakan
untuk pendekatan teknis pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut:
- Untuk keperluan rujukan standar pengujian dan bahan/material yang digunakana
dalah Standar Nasional Indonesia (SNI) dan atau rujukan lain yang biasa
digunakan pada pekerjaan bangunan.

Pendekatan Teknis Permasalahan pada saat Pelaksanaan Metode pendekatan


yang dilakukan oleh Konsultan Pengawas dalam menangani masalah pada
tahap pelaksanaan secara umum dapat diindetifikasi dalam beberapa aspek
sebagaimana dalam daftar berikut:

PERMASALAHAN PENYEBAB ALTERNATIF


PEMECAHAN
MASALAH

Waktu Keterlambatan Menganalisa & menarik


Pelaksanaan terhadap Kesimpulan tentang
jadwal/ sebab–
Perencanaan/ sebab keterlambatan
Pelaksanaan Membuat
rescheduling
Pelaksanaan program
kerja
mingguan Mengarahkan
Penyedia Jasa untuk
meningkatkan
produktifitas
dengan penambahan
2A-35

tenaga atau waktu kerja


/lembur Pengendalian
waktu secara lebih
ketat
dan instensif

Anggaran Nilai anggaran Perencanaan atau


yang dilampaui Pelaksanaan fisik
diarahkan
untuk mencapai sasaran

sasaran yang ditetapkan
Penyedia Jasa terikat
(jika
perlu dengan sanksi–
sanksi) secara ketat
terhadap spesifikasi
teknik

Teknis Kelengkapan Menginventarisasi


desain kelengkapan
memberikan

informasi mengecek
terhadap kelengkapan
Memberi pengarahan
sesuai dengan yang
ditetapkan

Penyimpangan Memberikan
terhadap pengarahan
gambar kerja sesuai dengan
yang berlaku yang
ditetapkan dan
informasi
mengenai lapangan
dan
peraturan Memberikan
teguran terhadap hasil
pelaksanaan yang
menyimpang dari
spesifikasi teknik

Mutu Rendahnya Memberi pengarahan


Mutu sistem teknik / metode
Pelaksanaan pelaksanaan
Mengadakan penelitian
penguji-pengujian
laboratorium dan analisa

Lokasi proyek Pekerjaan dilaksanakan


cukup luas malam hari, maka lampu
penerangan diusahakan
cukup terang memenuhi
lokasi pekerjaan yang
dikerjakan Penempatan
2A-36
material yang efektif dan
optimal diambil yang
termudah dan memenuhi
syarat
Sirkulasi Memberikan
adanya pengarahan
kendaraan di Tentang sistem / metode
lapangan sirkulasi kendaraan yang
keluar masuk proyek
sehingga kegiatan
pembangunan dapat
berjalan dengan lancar
tanpa mengganggu
aktivitas di sekitarnya

Memberi dan membantu


Terlambatnya proses perolehan dan
suplai material pengiriman material
Memberikan alternatif
material pengganti
dengan
kualitas yang setara
Kesalahan persepsi
minimal
satu minggu sebelum
pelaksanaan, Penyedia
Jasa
harus Membuat shop
drawing atas pekerjaan–
pekerjaan yang
dilaksanakan

2.1.1.13. Alih Pengetahuan Jika diperlukan

Alih teknologi atau transfer teknologi dalam konteks supervisi konstruksi dapat
melibatkan penggunaan berbagai jenis teknologi untuk meningkatkan efisiensi,
akurasi, dan keamanan dalam pelaksanaan tugas supervisi. Berikut adalah
beberapa jenis alih teknologi yang dapat dilaksanakan dalam pekerjaan supervisi
konstruksi:

❑ Teknologi Pemantauan Proyek:

- Sistem Informasi Manajemen Proyek (Project Management Information


System): Menggunakan perangkat lunak untuk pemantauan real-time
proyek, manajemen anggaran, jadwal, dan komunikasi antar tim proyek.
- Sensor dan IoT (Internet of Things): Memasang sensor untuk memantau
kondisi fisik proyek seperti suhu, kelembaban, dan getaran secara real-time.
2A-37

❑ Teknologi Pemetaan dan Penginderaan Jauh:


- Pemetaan Satelit (Satellite Mapping): Menggunakan data satelit untuk
pemetaan area konstruksi dan pemantauan perubahan topografi.
- Penginderaan Jauh (Remote Sensing): Memanfaatkan citra satelit atau
pesawat tanpa awak untuk mendapatkan informasi visual atau termal.
❑ Teknologi Pengolahan Data dan Analisis:

- Pemodelan BIM (Building Information Modeling): Membangun model


virtual tiga dimensi dari proyek konstruksi untuk memfasilitasi perencanaan
dan koordinasi.
- Analisis Data Besar (Big Data Analytics): Menggunakan algoritma analisis
data untuk mendapatkan wawasan dari data yang besar dan kompleks yang
dihasilkan selama konstruksi.
❑ Teknologi Komunikasi:

- Aplikasi Kolaborasi Proyek: Menerapkan aplikasi yang memungkinkan


komunikasi dan kolaborasi efisien antara anggota tim proyek, kontraktor, dan
pemilik proyek.
- Komunikasi Video dan Konferensi: Memanfaatkan teknologi video dan
konferensi untuk komunikasi jarak jauh, memfasilitasi rapat dan pemantauan
proyek tanpa kehadiran fisik.
❑ Teknologi Keamanan dan Keselamatan:

- CCTV dan Pemantauan Keamanan: Menggunakan kamera pengawas dan


sistem pemantauan untuk meningkatkan keamanan di lokasi konstruksi.
- Teknologi Wearable Safety: Memasukkan perangkat wearable seperti helm
pintar untuk memantau kesehatan dan keselamatan pekerja.
❑ Teknologi Pembangunan Berkelanjutan:

- Pemanfaatan Energi Terbarukan: Mengintegrasikan teknologi energi


terbarukan seperti panel surya atau turbin angin untuk menyediakan sumber
daya di lokasi konstruksi.
- Penggunaan Material Ramah Lingkungan: Memanfaatkan bahan
konstruksi yang ramah lingkungan dan inovatif.
❑ Teknologi Keamanan Data:

- Blockchain untuk Manajemen Kontrak: Menggunakan teknologi


blockchain untuk meningkatkan transparansi dan keamanan dalam
2A-38

manajemen kontrak proyek konstruksi.


- Pengamanan Data dan Privasi: Menggunakan teknologi keamanan
informasi untuk melindungi data proyek dari akses yang tidak sah atau
kebocoran informasi.
Penerapan alih teknologi dalam supervisi konstruksi dapat memberikan manfaat
signifikan dalam meningkatkan efisiensi, akurasi, dan keselamatan di lapangan,
serta memberikan informasi yang lebih baik kepada para pemangku kepentingan
proyek.

Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan


pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personel satuan kerja Pejabat
Pembuat Komitmen

2.1.1.14. Tanggapan Terhadap Pelaksana Pedoman Pengumpulan Data


Lapangan

Untuk mengumpulkan data lapangan tentang pekerjaan supervisi pembangunan


Transmisi Air Baku, beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi area proyek: Langkah pertama adalah mengidentifikasi area


proyek pembangunan Transmisi Air Baku yang akan dipantau dan diawasi.
Identifikasi ini harus dilakukan dengan mempertimbangkan lokasi proyek,
luas area.
2. Kontak dengan pihak terkait: Setelah area proyek teridentifikasi, langkah
selanjutnya adalah menghubungi pihak terkait, seperti kontraktor dan pemilik
proyek, untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang proyek dan jadwal
pelaksanaannya.
3. Kunjungi area proyek: Selanjutnya, Anda dapat mengunjungi area proyek
untuk melihat langsung kondisi lapangan, seperti topografi, kualitas tanah,
dan keadaan sungai atau danau. Anda juga dapat mengamati progres
pembangunan Transmisi Air Baku yang sedang berlangsung.
4. Wawancara dengan pihak terkait: Anda dapat melakukan wawancara
dengan pihak terkait, seperti pengawas lapangan atau kontraktor, untuk
mendapatkan informasi lebih detail tentang proyek. Anda dapat menanyakan
tentang jadwal pelaksanaan, jenis material yang digunakan, biaya proyek,
dan masalah apa pun yang timbul selama pembangunan.
5. Pengamatan lapangan: Selama melakukan pengamatan lapangan, Anda
dapat mengambil gambar atau video dari kondisi proyek dan lingkungan
2A-39
sekitarnya. Hal ini dapat membantu Anda dalam membuat laporan dan
dokumentasi untuk keperluan supervisi.
6. Analisis data: Setelah data lapangan terkumpul, Anda dapat
menganalisisnya untuk memahami kondisi proyek secara keseluruhan. Hal
ini dapat meliputi evaluasi kualitas pekerjaan, identifikasi masalah yang
mungkin muncul, dan rekomendasi untuk perbaikan atau peningkatan.

Dengan mengumpulkan data lapangan secara sistematis dan menyeluruh, Anda


dapat memastikan bahwa pembangunan Transmisi Air Baku dilakukan dengan baik
dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

2.A.2. TANGGAPAN TERHADAP PERSONIL/FASILITAS


PENDUKUNG DARI PPK

Personil dan fasilitas pendukung dari PPK sudah cukup jelas dimana fasilitas dan
data penunjang dibedakan menjadi dua berdasarkan pihak yang akan menyediakan
yaitu:
1. Penyediaan Oleh Proyek / Kegiatan
i. Laporan dan Data
SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaat Air Baku Kalimantan III siap
menyediakan data laporan hasil desain, gambar desain dan data
lainnya yang telah dimiliki oleh Pelaksana Kegiatan dan dipandang
perlu oleh pelaksana pekerjaan sebagai data sekuder untuk menunjang
pekerjaan yang akan dilakukan.

Konsultan sangat mengapresiasi dengan penyediaan data-data dari


pemberi pekerjaan berupa laporan laporan dan data hal ini akan
mempermudah konsultan dalam mempelajari data-data hasil studi
ataupun perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian
konsultan akan semakin teliti dalam pelaksanaan pengawasan /
supervisi karena volume dari pekerjaan akan mudah disesuaikan
dengan kenyataan lapangan hasil pekerjaan kontraktor.

ii. Akomodasi dan ruangan Kantor


− Kegiatan prioritas rehabilitasi dan peningkatan perlu dilakukan
di seluruh kawasan kerja. Proses revitalisasi sistem tata air ini
dapat dilakukan untuk masing-masing blok dengan rincian
2A-40
masing-masing blok antara lain, dengan luas tidak
memberikan akomodasi dan kantor bagi pelaksana pekerjaan
dalam melaksanakan pekerjaan ini.
− Pelaksana pekerjaan perlu mengupayakan sistem kerja dan
komunikasi yang efesien sehingga Direksi Pekerjaan dapat
menghubungi pelaksana pekerjaan dengan mudah untuk
kelancaran pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan.
Akomodasi dan ruang kantor ( base camp) akan disediakan oleh
konsultan sebagaimana persyaratan dalam kontrak memanng
harus ada untuk kelancaran pelaksanaan supervisi dilapangan

iii. Pengawasan Pekerjaan


SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaat Air Baku Kalimantan III
akan mengangkat / menugaskan Pejabat dan Petugas sebagai
pengarah (Direksi Teknis) yang akan mengadakan pengawasan
rutin terhadap mutu, arah serta jalannya kegiatan agar dapat
memperoleh hasil-hasil yang memuaskan, pengawasan meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

• Pengawasan program kerja;

• Pengecekan alat yang dipakai;

• Pengecekan personil yang ditugaskan;

• Pengawasan pelaksanaan kegiatan dilapangan ;

• Pengecekan hasil kegiatan (produk supervisi);

Sehingga pada akhirnya hasil pekerjaan dapat diselesaikan


sesuai dengan lingkup jasa pelaksanaan pekerjaan yang diminta
dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).

iv. Kerja sama dan staf Pendamping


Pelaksana pekerjaan dalam melakukan kegiatannya harus
mengadakan kerja sama yang baik dengan berbagai pihak
sebagai nara sumber.

v. Fasilitas Komputer
SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaat Air Baku Kalimantan III
tidak menyediakan fasilitas komputer, sehingga harus disediakan
sendiri oleh pelaksana pekerjaaan (sewa).
2A-41
vi. Peralatan Survey
SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaat Air Baku Kalimantan III
tidak menyediakan peralatan survei, sehingga harus disediakan
sendiri oleh pelaksana pekerjaan (sewa).

vii. Fasilitas Kantor


SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaat Air Baku Kalimantan III
tidak menyediakan kantor, sehingga harus disediakan sendiri oleh
pelaksana pekerjaan dengan (sewa).

2. Penyediaan fasilitas dan peralatan oleh penyedia jasa


Penyedia jasa konsultansi akan menyediakan dan memelihara semua
fasilitas dan peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan. Untuk keperluan pengawasan Konsultan harus menyiapkan
sekurang-kurangnya fasilitas dan peralatan pendukung sebagai berikut :

a. Kantor/Studio lengkap dengan peralatan yang diperlukan untuk


pelaksanaan pekerjaan seperti : peralatan gambar, peralatan tulis
dan barang-barang yang habis pakai lainnya. Kantor/Studio harus
beralamat/berdomisili di lokasi pekerjaan.
b. Komputer dengan spesifikasi Pentium 4 lengkap dengan Printer
c. Kendaraan Roda – 4 dan 2 yang layak pakai, untuk keperluan
transportasi operasional pengawasan.
d. Peralatan Komunikasi,
e. Kamera digital,
f. Roll meter 100 m dan 5 m’,
g. Pengeluran-pengeluaran untuk akomodasi, pekerjaan lapangan
termasuk kebutuhan sosial dan pengeluaran lainnya.

h. Biaya mobilisasi dan demobilisasi staf ke dan dari lokasi pekerjaan.

i. Peralatan uji laboratorium lapangan seperti alat timbang besar ( 20


kg d 1g), sand cone, alat uji saringan (ASTM), alat uji proktor, oven
dan alat uji kuat tekan beton.

j. Biaya untuk staf administrasi pendukung dan pekerjaan harian.


k. Bahan-bahan habis pakai dan alat tulis dll
2A-42
2.A.3. TANGGAPAN TERHADAP LOKASI PEKERJAAN

Sesuai dengan uraian yang disampaikan dalam KAK bahwa Lokasi Pekerjaan
Supervisi Rehabilitasi Intake Batu Hapu Dan Jaringan Pipa Transmisi Kabupaten
Tapin; 1 Dokumen; 1 Dokumen; NF; K; SYC terletak di Kabupaten Tapin

Berikut ini gambaran umum lokasi pekerjaan

A. Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPIN


Kabupaten Tapin seluas 2.174,95 Km² merupakan salah satu kabupaten dalam
wilayah Provinsi Kalimatan Selatan. Secara geografis Kabupaten Tapin terletak
diantara 20.32’43” – 30.00’43” Lintang Selatan dan 1140.46’13” – 1150.30’33” Bujur
Timur. Secara administrasi berikut adalah Batas Kabupaten Tapin; • Sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan • Sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Banjar • Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Barito
Kuala • Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Secara
administrasi wilayah Kabupaten Tapin terbagi atas 12 (dua belas) kecamatan
dengan 135 desa dengan 2 desa pemekaran baru pada tahun 2015 yaitu Desa
Mekar Sari dan Desa Hatiwin. Daerah yang memiliki wilayah paling luas adalah
Kecamatan Candi Laras Utara dengan luas 681, 40 km² atau sebesar 31,33 persen
dari luas keseluruhan Kabupaten Tapin. Sementara daerah yang memiliki luas
wilayah kecil adalah Kecamatan Tapin Utara dengan luas 32,34 km² atau sebesar
1,49 persen dari luas Kabupaten Tapin.
A. Hidrologi
Kondisi hidrologi di wilayah Tapin dipengaruhi oleh Sungai Negera (beserta
anakanak sungai) yang merupakan anak Sungai Barito dan Sungai Tapin (beserta
anak-anak sungai). Sungai Negara beserta anak sungainya yaitu Sungai Muning
mengalir melalui wilayah bagian barat Kabupaten Tapin, seperti pada Kecamatan
Candi Laras Utara, Candi Laras Selatan serta sebagian Kecamatan Tapin Tengah.
Sedangkan Sungai Tapin mengalir dari bagian timur hingga barat wilayah
Kabupaten Tapin melalui Kecamatan Piani, Kecamatan Bungur, Kota Rantau,
Kecamatan Tapin Utara serta Kecamatan Bakarangan. Kondisi hidrologi khas
wilayah Kabupaten Tapin adalah rawa. Luas rawa di wilayah Kabupaten Tapin
2A-43
(berdasarkan perhitungan secara digital) relatif luas yaitu seluas 28.243,313 hektar.
Sebagian besar rawa yang ada di wilayah Kabupaten Tapin berada di Kecamatan
Candi Laras Utara, Candi Laras Selatan, Bakarangan serta Tapin Tengah. Kondisi
hidrologi juga tidak bisa dilepaskan dari kondisi drainase tanah yang ada wilayah
Kabupaten Tapin. Hampir sebagian besar wilayah Kabupaten Tapin tergenang
secara permanen yaitu berupa rawa dengan luas wilayah sekitar 133.058 hektar
atau 61% dari total luas wilayah Kabupaten Tapin. Wilayah yang tidak pernah
tergenang air hanya seluas 63.300 Hektar atau sekitar 29% dari total luas wilayah
Kabupaten Tapin. Dengan demikian kondisi wilayah Kabupaten Tapin sebagian
besar didominasi daerah lahan basah. Berdasarkan kondisi lereng dan topografi di
wilayah Kabupaten Tapin mempunyai tingkat bahaya erosi relatif kecil. Daerah
dengan tingkat bahaya erosi sedang sampai tinggi hanya seluas 19.727 Hektar atau
setara 9% total luas wilayah Kabupaten Tapin. Hal ini menunjukkansecara alami
kondisi fisik permukaan tanah di Kabupaten Tapin relatif baik
B. Klimatologi
Curah hujan merupakan salah satu indikator wilayah untuk mengetahui kondisi
tanah dalam suatu wilayah. Keadaan cuaca ini banyak mempengaruhi semua
kegiatan pembangunan, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan yang
bersangkutan dengan wadah pembangunan itu sendiri yang berupa tanah. Tercatat
curah hujan rata-rata berkisar antara 10,00-24,17mm/hari dimana rata-rata curah
hujan terendah pada Bulan September dan tertinggi pada Bulan April.
Kelembaban udara dan temperatur dipengaruhi oleh ketinggian dan jarak dari
permukaan air laut. Rata-rata temperatur udara sebesar 27,10°C pada Bulan
Desember sampai dengan 28,70°C pada Bulan Februari dan Maret. Rata-rata
kelembaban udara berkisar antara 67% pada Bulan Agustus sampai dengan 85%
pada Bulan Mei, November dan Desember
D. Geologi
Kabupaten Tapin yang termasuk kedalam Cekungan Barito merupakan daerah yang
menarik perhatian para ahli geologi maupun tambang sejak jaman Belanda.
Beberapa penulis terdahulu yang pernah melakukan penelitian di daerah Tapin dan
sekitarnya adalah Bemmelen R.W., 1949; menulis tentang geologi di Indonesia
dimana dalam laporannya bahwa di daerah Tapin dan sekitarnya (Kalimantan
Selatan) mengandung endapan batubara. Subandi dkk., 1993; telah melakukan
inventarisasi endapan batubara di Kabupaten Tapin yang hasilnya menyebutkan
bahwa didaerah ini cukup baik untuk dikembangkan lebih lanjut. Heryanto dan
Sanyoto, 1987; melakukan pemetaan geologi Lembar Amuntai yang hasilnya
2A-44
menyebutkan bahwa formasi pembawa batubara adalah Formasi Tanjung dan
Warukin.

Secara geologis Kabupaten Tapin terdiri dari tanah dataran tinggi dan pegunungan
yang memanjang dari arah Timur ke Selatan. Dari arah Utara ke Barat kebanyakan
terdapat dataran rendah (rawa). Jenis batuan utama di wilayah Tapin berupa batuan
berumur quarter. Wilayah yang mempunyai jenis batuan ini hampir di seluruh
wilayah yaitu sekitar 80,01% dari luas wilayah. Selain jenis batuan berumur quarter,
sebagian kecil wilayah Tapin mempunyai batuan berumur mezoikum. Wilayah
dengan batuan ini berada di Kecamatan Binuang dan Piani. Sebagian besar wilayah
Tapin terletak pada ketinggian kurang dari 500 m dpl. Kondisi ini memberikan
implikasi bahwa faktor ketinggian tempat bukan merupakan kendala dalam usaha
mengembangkan wilayah ini di sektor pertanian. Wilayah yang ketinggiannya lebih
dari 500 m dpl hanya terdapat disebagian kecil Kecamatan Piani. Jenis Tanah di
Kabupaten Tapin terdiri dari organosol gleyhumus, sebesar 73,50% sebagian besar
terletak di Kecamatan Candi Laras Utara, Candi Laras Selatan, Binuang, Tapin
Selatan dan Tapin Tengah; podsolik merah kuning, sebesar 18,23% sebagian besar
terletak di Kecamatan Piani, Bungur, Tapin Selatan dan Lokpaikat; alluvial, sebesar
5,7% sebagian besar terletak di Kecamatan Binuang, Tapin Selatan, Lokpaikat dan
Tapin Utara; serta kompleks podsolik merah kuning, Litosol, Latosol sebesar 2,57%
terletak di Kecamatan Piani. Berdasarkan aspek-aspek geomorfologi, dibagi
menjadi 3 satuan bentuk asal dan 3 bentuk lahan yaitu: bentukan asal denudasional
(D) terdiri dari satuan bentuk lahan perbukitan terkikis kuat (D1) bentukan asal
fluvial (F) terdiri dari satuan bentuk dataran bekas rawa (F1), dan bentukan asal
struktural (S) terdiri dari satuan bentuk lahan perbukitan bergelombang lemah (S1).
Berdasarkan aspek fisik, kimia dan biologi penentu lingkungan pengendapan,
Kondisi pengendapan batubara pada Satuan Batulempung Warukin termasuk ke
dalam lower delta plain stadium lingkungan pengendapan limnic pada lower
shoreline zone dengan sistem deepwater aquatic system. Sedangkan kondisi
pengendapan batubara pada Satuan Batupasir Warukin termasuk ke dalam lower
delta plain stadium lingkungan pengendapan limnic - marsh pada lower shoreline
zone - upper shoreline zone dengan sistem deepwater aquatic system - wetland.
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Tapin kecuali Kecamatan Tapin Utara tanahnya
mempunyai tekstur sedang, yang berarti tanah di wilayah ini relatif mudah diolah
dan baik untuk usaha pertanian. Sebagian besar (sekitar 88%) diantaranya
merupakan tanah dengan tekstur sedang, 0,45% bertekstur kasar yang terdapat
2A-45

disebagian Kecamatan Binuang, Tapin Selatan, Tapin Utara, Lokpaikat, Bungur dan
Piani. Tanah dengan tekstur halus terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten
Tapin. Kedalaman efektif tanah berhubungan dengan kemungkinan perkembangan
akar tanaman yang ada di atasnya. Semakin besar kedalaman efektif tanah,
umumnya semakin baik bagi usaha pertanian. Kedalaman efektif tanah di
Kabupaten Tapin sebagian besar lebih dari 30 cm. Bahkan sekitar 85% diantaranya
mempunyai kedalaman >90 cm terdapat di seluruh kecamatan, dan tidak ada yang
mempunyai kedalaman <30 cm. Dengan demikian, ditinjau dari kedalaman tanah,
Kabupaten Tapin mempunyai potensi yang relatif baik.

Gambar 2A.2 Peta Administrasi Kabupaten Tapin


2A-46
Gambar 2A.3 Peta Topografi Kabupaten Tapin
2A-47
Gambar 2A.3 Peta Hidrologi Kabupaten Tapin
2A-48
2.A.4. DOKUMENTASI PENGALAMAN SUPERVISI INTAKE
DAN JARINGAN TRANSMISI LOKASI DI KAB. TAPIN

Intake dan pipa transmisi air baku merupakan infrastruktur yang sangat penting bagi
penyediaan air bersih bagi masyarakat. Intake berfungsi untuk mengambil air dari
sumber air baku, sedangkan pipa transmisi berfungsi untuk mengalirkan air baku
dari intake ke instalasi pengolahan air (IPA).
Supervisi pembangunan konstruksi intake dan pipa transmisi air baku sangat
penting untuk memastikan bahwa infrastruktur tersebut dibangun dengan sesuai
dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Hal ini penting untuk
menjamin bahwa infrastruktur tersebut dapat berfungsi secara optimal dan
memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih.
Berikut adalah beberapa foto dokumentasi pelaksanaan supervise Pembangunan
intake dan pipa transmisi di Kabupaten Tapin yang diikuti oleh Konsultan:

2A-49
2A-50
2A-51
2A-52
2A-53
2A-54
2A-55
2A-56
2A-57

Anda mungkin juga menyukai