Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KELUARGA BERENCANA PADA NY.

E
UMUR 31 TAHUN P20002 DENGAN AKSEPTOR BARU KB IMPLANT DI BLUD
PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

Oleh :

Nama : Diyanatun Nuroniyah


Nim : (201503008)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG

PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN AKADEMIK

2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KELUARGA BERENCANA PADA NY.E


UMUR 31 TAHUN P20002 DENGAN AKSEPTOR BARU KB IMPLANT DI BLUD
PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

OLEH MAHASISWA ATAS NAMA DIYANATUN NURONIYAH NIM 201503008

TELAH DISAHKAN PADA

HARI :

TANGGAL :

TEMPAT :

MAHASISWA

DIYANATUN NURONIYAH

NIM 201503008

PEMBIMBING PENDIDIKAN PEMBIMBING KLINIK

SEPTI FITRAH.N ,SST, M.Kes IRIN SUPRIHATIN

NIK. 031981220320080135 NIP.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala kekuatan dan kuasa-Nya
karena berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan asuhan kebidanan yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.E Dengan Keluarga Berencana Metode
Implant Di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang” Di Poli KB Puskesmas Cukir Kabupaten
Jombang tanpa halangan apapun.

Dalam kesepatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr Ririn Probowati selaku Ketua STIKES Pemkab Jombang.

2. Erika Agung M.,SST.,M.Kes. selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKES Pemkab

Jombang.

3. Septi Fitrah Ningtyas.,SST.,M.Kes. selaku Pembimbing Pendidikan Praktik PKK 1

Tahun 2022 STIKES Pemkab Jombang.

4. Irin Suprihatin.,SST selaku Pembimbing Klinik Praktik PKK 1 Tahun 2022 di

Puskesmas Cukir.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan asuhan pemenuhan kebutuhan dasar


manusia ini masih banyak kekurangan, sehingga apa yang tertulis dalam asuhan ini jauh dari
kata sempurna. Maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan penyusunan asuhan ini. Semoga Allah SWT memberikan
balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan semoga berguna bagi penulis
maupun pihak lain yang membaca.

Jombang , 03 Februari 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian maternal yang tinggi disebabkan karena beberapa faktor
diantaranya yaitu karena masih kurangnya pengetahuan mengenai penyebab dan
penanggulangan komplikasi-komplikasi penting dalam kehamilan, kurangnya
pengertian dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi diantaranya pernikahan
dini, jarak kelahiran yang terlalu dekat, dan jumlah anak yang terlalu banyak, kurang
meratanya pelayanan kebidanan yang baik bagi semua yang hamil.
KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu
dengan kondisi 4T: terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering
melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35
tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga
agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. (Kemenkes, 2015).
Secara umum KB dapat di artikan sebagai salah satu usaha yang mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi,
ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai
akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan
keluarga yang matang kehamilan merupakan salah satu hal yang memang sangat
diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan
dengan aborsi. Untuk melaksanakan Program Keluarga Berencana dimasyarakat,
dikembangkanberbagai pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan program dan
situasi serta kondisi masyarakat. Sebagai upaya menunjang keberhasilan terhadap
kebijaksanaan kebijaksanaan yang telah ditetapkan, BKKBN mengembangkan
beberapa kebijakan dan strategi selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama.
(BKKBN, 2016).
KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan
keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB
menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan
untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa
tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak. (Kemenkes,
2015).
1.2.Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum


Agar penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang
merupakan implementasi dari teori yang telah diperoleh saat perkuliahan
sehingga penulis mampu menerapkan dan terlatih dalam melaksanakan asuhan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia secara komprehensif.
1.2.2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan komprehensif keluarga berencana
mahasiswa mampu :
A. Melakukan pengkajian data subyektif akan akseptor kb baru implant .
B. Melakukan pengkajian data obyektif akan akseptor kb baru implant .
C. Membuat diagnose asuhan akseptor kb baru implant .
D. Melakukan plan of action guna asuhan akseptor kb baru implant.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi penulis, dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
secara langsung sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh
selama di akademik, serta menambah wawasan dalam penerapan proses
manajemen Asuhan Kebidanan pada akseptor kb implant.
1.3.2 Bagi Institusi Kesehatan Berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
sebagai tambahan pengetahuan serta informasi dan sebagai bahan masukan
institusi pendidikan dalam penerapan proses manajemen Asuhan Kebidanan pada
akseptor kb implant.
1.3.3 Bagi Pasien, Pasien mendapatkan pelayanan sesuai hak dan kewajibannya dalam
kesehatan pada dirinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori Kontrasepsi

2.2.1. Pengertian Kontrasepsi

Menurut Peraturan Kepala Badan Kependudukan Dan Keluaraga Berencana


Nasional Nomor 24 Tahun 2017 Keluarga berencana adalah merupakan tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-
objektif tertetu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan suami istri dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Menurut World Health Organisation (WHO) Expert Committee 1997,


keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak di inginkan, medapatkan kelahiran yang
memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan
jumlah anak dalam keluarga.

Keluarga berencana (family planning, planned, parenthoot) adalah tindakan


untuk merencanakan jumlah anak dengan mencegah kehamilan atau menjarankan
jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Dalam UU No 52 Tahun 2009,
keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesui dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

2.2.2. Tujuan Kontrasepsi

Tujuan umum KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan


sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya . Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan, usia
perkawinanan, peningkatan kehamilan, dan kesejahteraan keluarga.

Tujuan akhir dari program KB adalah :


1. Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa
2. Mengurangi angka kelahiran untuk menaikan taraf hidup rakyat dan bangsa
3. Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang
berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan
anak.
4. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi

Menurut undang-undang nomor 52 Tahun 2009 program perkembangan


kependudukan dan pembangunan keluarga mempunyai tujuan :

1. Untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara


kuantitas, kualitas, dan persebaran penduduk dengan lingkungan hidup.
2. Untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram,
dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan
lahir dan kebahagiaan batin.

2.1.3. Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran


1. Dampak terhadap bangsa dan negara adalah:
a. Terciptanya masyarakat yang sejahtera dengan kehidupan penuh
kedamaian dan cinta kasih
b. Terkendalinya pertumbuhan penduduk suatu negara
c. Terkendalinya angka kematian ibu dan bayinya dari pasangan yang sangat
muda
d. Meningkatnya perekonomian suatu negara
2. Dampak terhadap ibu, karena adanya kemauan ibu mengatur jumlah dan jarak
kelahiran adalah:
a. Perbaikan kesehatan fisik karena tercegahnya kehamilan yang berulang
kali dan terlalu pendek
b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya
waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat, dan menikmati
waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya.
3. Dampak terhadap bayi yang baru dilahirkan adalah:
a. Janin dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam
keadaan sehat
b. Bayi yang baru lahir di inginkan dan direncanakan akan banyak mendapat
perhatian, pemeliharaan, dan makanan yang cukup
4. Dampak terhadap anak-anak yang telah ada, adalah:

a. Perkembangan fisiknya anak akan lebih baik, karena memperoleh


makanan yang cukup tersedia dalam keluarga
b. Perkembangan mental dan sosial dari anak-anak lebih sempurna karena
ibu mempunyai banyak waktu untuk melalukan perawatan terhadap setiap
anaknya
c. Perencaan kesempatan pendidikan bagi setiap anak dapat dilakukan
dengan perencanaan yang lebih matang
d. Perencanaan pembiayaan hidup bagi setiap anak dapat dilakukan secara
terperinci sesuai kebutuhan.

5. Dampak terhadap ayah, adalah:

a. Memberikan kesempatan ayah untuk dapat memperbaiki kesehatan


fisiknya.
b. Memberikan kesempatan kepada ayah untuk memperbaiki kesehatan
mental dan sosial seperti berkurangnya kecemasan.
c. Tersedianya lebih banyak waktu luang ayah untuk bersama keluarganya.

6. Dampak terhadap seluruh keluarga, adalah:

1. Terkendalinya kesehatan seluruh anggota keluarga secara mental, fisik,


sosial dari waktu ke waktu.
2. Tersedianya kesempatan yang lebih besar bagi setiap anggot keluarga
untuk mendapatkan pendidikan.
3. Terkendalinya pergaulan anggota keluarga terhadap perilaku negatif
seperti pergaulan bebas dan penggunaan obat-obat terlarang.

2.1.4. Macam-Macam Kontrasepsi


a. Metode Amenorea Laktasi
Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI
tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya. MAL dapat dipakai
sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh (full breast feeding); lebih
efektif bila pemberian ≥ 8 x sehari, belum haid dan umur bayi kurang dari 6
bulan. Efektif sampai 6 bulan, dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode
kontrasepsi lainnya. Cara kerjanya yaitu penundaan/penekanan ovulasi.
(Prawirohardjo, 2012 )
b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Metode kontrasepsi alamiah merupakan metode untuk mengatur kehamilan
secara alamiah, tanpa menggunakan alat apapun. Metode ini dilakukan dengan
menentukan periode/masa subur yang biasanya terjadi sekitar 14 hari sebelum
menstruasi sebelumnya, memperhitungkan masa hidup sperma dalam vagina
(48-72 jam), masa hidup ovum (12-24 jam), dan menghindari senggama selama
kurang lebih 7-18 hari termsuk masa subur dari setiap siklus. Kb alamiah terdiri
dari metode kalender, metode suhu badan basal (termal), metode lendir serviks
(Bilins), metode simto termal, dan koitus interuptus (Yuhedi & Kurniawati,
2015)
c. Metode Kontrasepsi Sederhana
1. Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom
terbuat dari karet 18 sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya
berpinggir tebal, yang bila di gulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk
seperti puting susu. Berbagai bahan yang ditambahnkan pada kondom baik
untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun
berbagai aktivitas seksual. Kondom ini tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi
juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. Pada umunya standar ketebalan
adalah 0,02 mm. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan
kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan pertahun. (Prawirohardjo,
2012).Cara kerja kondom adalah menghalangi spermatozoa agar tidak masuk
kedalam traktus genitalia interna wanita.
2. Kontrasepsi barier intra vagina
Jenis konrasepsi barier intra-vagina, yaitu diafragma, kap serviks, spons,
dan kondom wanita.
d. Kontrasepsi hormonal
1. Pil KB
 Pil Kombinasi
Pil kombinasi ini dapat diminum setiap hari, efektif dan reversibel, pada
bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahan bercak yang
tidak berbahaya dan segera akan hilang, efek samping serius jarang terjadi,
dapat dipakai semua ibu usia reproduki, baik yang sudah mempunyai anak
maupun belum, dapat dimulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak
hamil, tidak dianjurkan pada ibu yang mnyusui dan dapat dipakai sebagai
kontrasepsi darurat.
Pil kombinasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pil monofasik yaitupil yang
tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin
(E/P) dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, sedangkan
pil bifasik yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan dua dosisi yang berbeda, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif, dan pil trifasik, yaitu pil yang tersedia dalam kemasan
21 tablet mengamdung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan tiga
dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. (Prawirohardjo, 2012).
 Mini Pil (Pil Progestin)
Kontrasepsi minipil ini cocok untuk perempuan menyusui yang ingin
memakai pil KB, sangat efektif pada masa laktasi, dosis rendah, tidak
menurunkan produksi ASI, tidak memberikan efek samping estrogen, efek
samping utama adalah gangguan perdarahan; perdarahan bercak, atau
perdarahan tidak teratur, dan dapat dipakai kontrasepsi darurat. Kontrasepsi
mini pil dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kemasan dengan isi 35 pil 300 µg
levonorgestrel atau 350 µg noretindron, dan kemsan dengan isi 28 pil 75µg
desogesterel. Kontrasepsi mini pil sangat efektif (98,5%), pada pengguna mini
pil jangan sampai ada tablet yang terlupa, tablet digunakan pada jam yang sama
(malam hari), dan senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan
mini pil. (Prawirohardjo, 2012 ).
 Kontrasepsi suntik
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3
bulan (DMPA. Efek sampinya terjadi gangguan haid, depresi, keputihan,
jerawat, perubahan berat badan, pemakaina jangka panjang bisa terjadi
penurunan libido, dan densitas tulang. Cara kerjanya mencegah ovulasi,
mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi dan menghambat
transportasi gamet oleh tuba. Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki
efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah di tentukan.
(Prawirohardjo, 2012 )
 Kontrasepsi Implant
Implan adalah alat kontarsepsi yang disusupkan di bawah kulit, biasanya di
lengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implan mengandung levonogestrel.
Keuntungan dari metode implan ini antara lain tanah sampai 5 tahun, kesuburan
akan kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka
kegagalannya 1-3%.
e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ adalah alat kontrasepsi yang
dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari
plastik (polyethylene). Ada yang dililit tembaga (Cu), ada pula yang tidak, ada
pula yang dililit tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang
dibatangnya berisi hormone progesterone (Suratun, dkk, 2013:87).
Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1%.
f. Kontrasepsi mantap
 Tubektomi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak ingin
anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan tubektomi sehingga
diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk
memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini.
Tubektomi termasuk metode efektif dan tidak menimbulkan efek samping
jangka panjang, Jarang sekali tidak ditemukan efek samping, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. (Prawirohardjo, 2012: MK-89). Sterilisasi pada
wanita atau tubektomi merupakan metode pengikatan dan pemotongan tuba
fallopi agar ovum tidak dapat dibuahi oleh sperma, cara kerja tubektomi adalah
perjanan ovum terhambat karena tuba fallopi tertutup.(Yuhedi & Kurniawati,
2015 ).
 Vasektomi
Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin anak lagi.
Perlu prosedur bedah untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah
seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini (Prawirohardjo, 2012 ).

2.2. Konsep Teori Kontrasepsi Implant

2.2.1. Pengertian Kontrasepsi implant

Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak


permanendan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga sampai lima tahun,
metode ini dikembangkan oleh the Population Council, yaitu suatu organisasi
internasionalyang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan metode
kontrasepsi. Implantmerupakan alat kontrasepsi yang dipasangkan di bawah kulit
lengan atas yangberbentuk kapsul silastik yang lentur dimana di dalam setiap
kapsul berisi hormonlevernorgestril yang dapat mencegah terjadinya kehamilan.
Kontrasepsi implant inimemiliki cara kerja menghambat terjadinya ovulasi,
menyebabkan selaput lendirendometrium tidak siap dalam menerima pembuahan
(nidasi), mengentalkan lendirdan menipiskan lapisan endometrium dengan
efektivitas keberhasilan kontrasepsiimplant sebesar 97-99% (BKKBN, 2014).

Menurut Saifuddin (2010) kontrasepsi implant ini dapat bekerja efektif


selama 5 tahun untuk jenis norplan dan 3 tahun untuk jenis jadena, indoplant, dan
implanton. Kontrasepsi implant ini dapat digunakan oleh semua ibu dalam usia
reproduksi serta tidak mempengaruhi masa laktasi, pencabutan serta pemasangan
implant perlu pelatihan, kemudian setelah dilakukan pencabutan implant maka
kesuburan dapat segera kembali, kontrasepsi implant memiliki efek samping utama
terjadinya perdarahan bercak dan amenorhea.

Implan adalah alat kontasepsi yang disusupkan di bawah kulit, biasanya di


pasang dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implan mengandung
lenovogestrel. Keuntungan dari metode implan ini antra lain tahan sampai 5 tahun,
kesubukan akan kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitas sangat tinggi,
angka kegagalan 1-3 %. Implan Adalah alat kontrasepsi yang mengandung hormon
levonorgestel yang dibungkus dalam kapsul silastik-silikon dan di susukan di
bawah kulit, setiap kapsul mengandung 36 mg levonorgetel yang akan dikeluarkan
setiap harinya sebanyak 80 mg.

2.2.2. Jenis- Jenis Kontrasepsi Implant

1. Norplant
Noplant terdiri dari 6 kapsul, yang secara total bermuatan 216 mg
levornogestrel. Panjang kapsul adalah 34 mm dengan diameter 2,4 mm.
Kapsul terbuat dari bahan silastik medik (polydemethyloxane) yang fleksibel
di mana kedua 25 ujungnya ditutup dengan penyumbat sintetik yang tidak
mengganggu kesehatan klien. Setelah penggunaan selama 5 tahun, ternyata
masih tersimpan sekitar 50% bahan aktif levonorgestrel asal yang belum
terdistribusi kejaringan interstisial dan sirkulasi. Enam kapsul norplant di
pasang menurut konfigurasi kipas dilapisi di lapisan subderma.
(Prawirohardjo, 2012 )
2. Implanon dan Sinoplant
Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm,
diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestel dan lama kerjanya
3 tahun. (Mulyani & Rinawati, 2013 )
3. Indoplant /Jadena
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestwl dengan
lama kerjanya 3 tahun.

2.2.3. Cara Kerja Kontrasepsi Implant

Implan mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara. Seperti


kontrasepsi progestin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan
mukus serviks sehingga tidak dilewati oleh sperma. Walaupun pada konsentrasi
yang rendah, progestin akan menimbulkan pengentalan mukus serviks. Perubahan
terjadi segera setelah pemasangan implan. Progestin juga menekan pengeluarag
Follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari hipotalamus
dan hipofise. Lonjokan LH (surge) direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh
levonorgestrel. Level LH ditekan lebih kuat oleh etonogestrel sehingga tidak terjadi
ovulasi pada 3 tahun pertama penggunaan implan-1.
Penggunaan progestin jangka panjang, juga menyebabkan hipotropisme
endometrium sehingga dapat mengganggu proses implanasi. Perubahan
pertumbuhan dan maturasi endometrium, juga menjadi penyebab terjadinya
perdarahan ireguler. Hal yang baru dalam implan-2 ialah cara pengeluaran hormon
levonogestrel di dalam tubuh, yang terjadi secara terus menerus dan stabil selama 3-
4 tahun. (Prawirohardjo, 2012 )

Dengan di susupkannya 1 kapsul, 2 kapsul, atau 6 kapsul silastik implan di


bawah kulit, maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlan levonorgestrel ke
dalam darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan
silastik. Besar kecilnya levonogestrel yang dilepas tergantung besar kecilnya
permukaan kapsul silastik dan ketebalan dari dinding kapsul tersebut. Satu set
implan terdiri dari 6 kapsul dan dapat bekerja secara efektif selama 5 tahun.
Sedangkan implanon yang terdiri dari 1 atau kapsul dapat bekerja secara efektif
selama 3 tahun. (Mulyani & Rinawati, 2013 )

4. Efek Samping dan Penanggulangan


a. Amenorea
Lakukan pemeriksaan kehmailan untuk memastikan apakah klien hamil
atau tidak. Apabila klien tidak hamill, tidak perlu penanganan khusus. Apabila
terjadi kehamilan dan ingin melanjutkan kehamilan, cabut implan. Rujuk klien
jika di duga terjadi kehamilan ektopik.
b. Perdarahan bercak (spooting) ringan
Tidak perlu tindakan apapun jika tidak ada masalah dank klien tidak
hamil. Apabila klien tetap mengeluh permasalahan ini dan ingin tetap
menggunakan implan, berikan pil kombinasi 1 siklus atau ibu profen 3x800 mg
selama 5 hari, jelaskan bahwa akan terjadi perdarahan kembali setelah pil
kombinasi habis. Apabila terjadiperdarahan yang lebih banyak dari biasa. Beri 2
tablet pil kombinasi selama 3-7 hari kemudian lanjutkan dengan 1 siklus pil
kombinasi.
c. Ekspulsi
Cabut kapsul ekspulsi, periksa apakah terdapat tanda infeksi daerah insersi
bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang 1
buah kapsul baru pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi, cabut
seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain.
d. Infeksi pada daerah insersi
Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan, sabun, air, dan
antiseptik. Berikan antibiotik selama 7 hari, tetapi implan tidak perlu dilepas dan
minta klien untuk kembali setelah 7 hari. Apabila tidak terjadi perbaikan. Cabut
implan.
e. Peningkatan atau penurunan berat badan
Beri tahu klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal.
apabila terjadi perubahan berat badan > 2 kg, kaji kembali diet klien.
2.2.5. Kekurangan dan Keuntungan Kontrasepsi Implant
a. Keuntungan
 Daya guna tinggi
 Perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun
 Pengambilan tingkat keseuburan yang cepat setelah pencabutan implan
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
 Bebas dari pengguna ekstrogen
 Tidak mengganggu hubungan saat senggama
 Tidak mengganggu produksi ASI, Ibu hanya perlu kembali ke klinik bila
ada keluhan
 Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan

 Mengurangi nyeri haid


 Perdarah atau bercak perdarahan di antara siklus haid
 Melindungi terjadinya kanker endometrium
 Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
 Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
 Menurunkan angka kejadian endometriosi
b. Kekurangan
 Implan harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang terlatih
 Petugas kesehatan harus dilatih khusus
 Harga implan yang mahal
 Implan sering mengubah pola haid
 Implan dapat terlihat di bawah kulit.
2.2.6. Indikasi Dan Kontraindikasi Kontrasepsi Implant

1. Indikasi penggunaan kontrasepsi implant

 Wanita usia reproduksi


 Wanita nulipara atau yang sudah mempunyai anak atau yang belum
mempunyai anak.
 Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektifitas tinggi.
 Wanita setelah keguguran dan setelah melahirkan, yang menyusui atau yang
tidak menyusui.
 Wanita yang tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak untuk sterilisasi.
 Wanita dengan tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg
 Wanita yang sering lupa meminum pil kontrasepsi.

2. Kontraindikasi penggunaan kontrasepsi implant

 Wanita yang hamil atau dicurigai hamil


 Wanita yang mengalami perdarahan per vagina yang belum jelas penyebabnya
 Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan menstruasi atau
amenorea.

 Wanita yang menderita kanker payudara atau mempunyai riwayat kanker


payudara.

 Wanita hipertensi

 Penderita penyakit jantung, diabetes militus

2.2.7. Efektivitas

Efektifitas dari pemasangan susuk/implan adalah sebagai berikut:

 Lendir serviks menjadi kental


 Mengganggu proses pembentukan endometrium hingga sulit terjadi implanasi
 Mengurangi transportasi sperma
 Menekan ovulasi
 99% Sangat efektif ( kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan). (Tresawati,
2013)
 Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun
(Kemenkes, 2013)
2.2.8. Tempat Pemasangan Implant

Pemasangan implan dilaksanakan pada bagian tubuh yang jarang bergerak


atau digunakan. Berdasarkn penelitian, lengan kiri merupakan tempat terbaik untuk
pemasangan implan, yang sebelumnya dilakukan anastesi lokal.

2.2.9. Cara Penggunaan Kontrasepsi Implan


a) Alat dan Bahan

 Meja periksa untuk tempat tidur klien

 Penyangga lengan atau meja samping

 Sabun untuk mencuci tangan

 2 kapsul implan dalam satu kemasan steril

 Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering

 3 mangkok steril atau DTT (1 untuk larutan antiseptik, 1 tempat air


DTT/steril, kapas dan 1 lagi untuk tenpat kapsul implan-2. Kapsul
implan-2 plus dan fin ada di dalam trokar steril.

 Sepasang sarung tangan steril/DTT 8) Larutan antiseptik 9) Anasesi


lokal (konsetrasi 1% tanpa epinefrin)

 Tabung suntik (5 atau 10 ml) dan jarum suntik dengan paanjang 2,5-4
cm (nomor 22).

 Trokar nomor 10 dengan pendorongnya

 Skalpel (pisau bedah) nomor 11

 Pola terbuat dari plastik (template) untuk menandai posisi kapsul


(huruf V).
 Band aid (plester untuk luka ringan) atau kasa steril dengan plaster.

 Kasa pembalut

 Epinefrin untuk syok anafilaktik (harus selalu tersedia untuk keadaan


darurat)
b) Pemasangan Implant
Kapsul implan di pasang tepat di bawah kulit, di atas lipat siku, di
daerah medial lengan atas. Untuk tempat pemasangan kapsul, pilihlah lengan
klien yang jarang di gunakan.
c) Langkah pemasangan
Sebelum memulai tindakan, periksa kembali untuk memastikan apakah
klien: sedang minum obat yang dapat menurunkan efektivitas implan, sudah
pernah mendapat anastesi lokal sebelumnya, dan alergi terhadap obat anastesi
lokal atau jenis obat lainnya
1. Persiapan
 Langkah 1
Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga
bersih. Periksa kembali tidak ada sisa sabun karena dapat menurunkan
efektivitas antiseptik tertentu.
 Langkah 2
Lapisi tempat penyangga lengan atau meja samping dengan
kain bersih.
 Langkah 3
Persilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah
disiapkan, ditempatkan diatas meja penyangga, lengan atas membentuk
sudut 30o terhadap bahu dan sendi siku 90°untuk memudahkan
petugas melakukan pemasangan.
 Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm (3 inci)
diatas lipat siku dan reka posisi kapsul di bawah kulit (subdermal).
 Langkah 5
Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril
tanpa menyentuh peralatan yang ada didalamnya. Untuk implan 2 plus,
kapsul sudah berada di dalam trokar.
 Langkah 6
Buka dengan hati-hati kemasan steril indoplant dengan menarik
kedua lapisan pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul ke dalam
mangkok steril. Untuk impalnt 2 plus, kapsul sudah berada di dalam
trokar.

2. Tindakan sebelum pemasangan

 Langkah 1
Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih
 Langkah 2
Pakai sarung tangan steril atau DTT (ganti sarung tangan untuk
setiap klien guna mencegah kontaminasi silang).
 Langkah 3
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai, hitung
kapsul untuk memastikan jumlahnya sudah 2.
 Langkah 4
Persiapkan tempat insisi dengan mengoleskan larutan
antiseptik. Hapus antiseprik yang berlebihan bila larutan ini
mengaburkan tanda yang sudah dibuat sebelumnya.
 Langkah 5
Fokuskan area pemasangan dengan menempatkan kain penutup
(doek) atau kertas steril berlubang. Letakkan kain steril dibawah
lengan atas.
 Langkah 6
Setelah memastikan (dari anamnesa) tidak ada riwayat alergi
terhadap obat anastesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anastesi
(lidocaine 1%, tanpa epinefrin). Dosis ini sudah cukup untuk
menghilangkan rasa sakit selama memasang dua kapsul implan-2.
 Langkah 7
Lakukan anastesi lokal: intrakutan dan subdermal. Hal ini akan
membuat kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya dan dorong
jarum untuk menyuntikkan anestesi pada kedua jalur kapsul (masing-
masing 1 ml) membentuk huruf V.

3. Pemasangan Kapsul

Sebelum membuat insisi, pastikan efek anastesi telah berlangsung dan


sensasi nyeri hilang.

 Langkah 1
Pegang skalpel dengan sudut 45o buat insisi dangkal hanya
untuk sekedar menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang
atau dalam.
 Langkah 2
Trokar harus di pegang dengan ujung yang tajam menghadap
keatas. Tanda 1 dekat kapsul menunjukkan batas masuknya trokar
sebelum memasukkan setiap kapsul. Tanda 2 dekat ujung
menunjukkan batas pencabutan trokar setekah memasang setiap
kapsul.
 Langkah 3
Dengan trokar di mana posisi angka (impaln-2) dan panah
(impant-2 plus) menghadap ke atas masukkan ujung trokar pada luka
insisi dengan posisi 45o (saat memasukkan ujung trokar) kemudian
turunkan menjadi 30o saat memasuki lapisan subdermal dan sejajar
permukaan kulit saat mendorong hingga tanda 1 (3- 5 mm dari pangkal
trokar).
 Langkah 4
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat trokar
ke atas, sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan
hati-hati ke arah tanda (1) dekat pangkal. Trokar harus selalu terlihat
mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar
bila berada tepat dibawah kulit. e)
 Langkah 5
Saat trokar masuk sampai tanda (1), cabut pendorong dari
trokar (implan-2). Untuk implan-2 plus, justru pendorong dimasukkan
(posisi panah disebelah atas) setelah tanda 1 tercapai dan diputar 180o
searah jarum jam hingga terbebas dari tahanan karena ujung pendorong
memasuki alur kapsul yang ada didalam saluran trokar
 Langkah 6
Masukkan kapsul pertama kedalam trokar. Gunakan pinset atau
klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan kedalam trokar.
Untuk mencegah kapsul jatuh pada waktu dimasukkan kedalam trokar,
letakkan satu tangan di bawah kapsul untuk menangkap bila kapsul
tersebut jatuh. Langkah ini tidak di lakukan pada impalan-2 plus
karena kapsul sudah ada didalam trokar. Dorong kapsul sampai
seluruhnya masuk kedalam trokar dan masukkan kembali pendorong.
 Langkah 7
Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung
trokar sampai terasa ada tahanan (jika setengah bagian pendorong
masuk ke dalam trokar). Untuk implan-2 plus, setelah pendorong
masuk jalur kapsul maka dorong kapsul hingga terasa ada tahanan.
 Langkah 8
Tahan pendorong ditempatya kemudian tarik trokar dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk mendekati pangkal pendorong
sampai tanda 2 muncul diluka insisi dan pangkalnya menyentuh
pegangan pendorong. Untuk implan-2 plus, pangkal trokar tidak akan
mencapai pangkal pendorong (tertahan di tengah) karena terhalang
oleh ujung pendorong yang belum memperoleh akses ke kapsul kedua.
 Langkah 9
Saat pangkal trokar menyentuh pegangan pendorong, tanda (2)
harus terlihat ditepi luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar
tepat berada di bawah kulit Raba ujung kapsul dengan jari untuk
memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari trokar.
 Langkah 10
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke
arah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula untuk
memastikan kapsul pertama bebas. Selanjutnya geser trokar sekitar 30o
, mengikuti pola huruf V pada lengan (fiksasi kapsul pertama dengan
jari telunjuk) dan masukkan kembali trokar mengikuti alur kali V
sebelahnya sampai tanda (1). Bila tanda (1) sudah tercapai, masukkan
kapsul berikutnya ke dalam trokar dan lakukan seperti langkah
sebelumnya (langkah 8) sampai seluruh kapsul terpasang. Untuk
implan-2 plus, kapsul kedua di tempatkan setelah trokar disorong
kembali mengikuti kaki V sebelahnya hingga tanda 1, kemudian
pendorong di putar 180o berlawanan dengan arah jarum jam hingga
ujungnya mencapai pangkal kapsul kedua dan trokar ditarik kembali ke
arah pangkal pendorong.
 Langkah 11
Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko
atau ekpulsi, pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5
mm dari tepi luka insisi. Juga pastikan jarak antara ujung setiap kapsul
yang terdekat dengan tepi luka insisi (dasar huruf V) tidak lebih dari
kapsul.
 Langkah 12
Saat memasang kedua kapsul satu demi satu, jangan mencabut
trokar dari luka insisi untuk mengurangi trauma jaringan, minimalisasi
infeksi dan mempersingkat waktu pemasangan.
 Langkah 13
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kedua
kapsul telah terpasang.
 Langkah 14
Pastikan ujung dari kedua kapsul harus cukup jauh dari luka
insisi (sekitar 5 mm). Bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat
dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang
kembali ditempat yang tepat.
 Langkah 15
Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul sudah
dipastikan tepat keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi
dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit untuk menghentikan
perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan dengan asntiseptik.
d) Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul
1. Menutup Luka Insisi
a. Tentukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid tau plaster dengan
kasa steril unutk menutup luka insisi. Luka insisi tidak perlu dijahit
karena dapat menimbulkan jaringan parut.
b. Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan
pembalut untuk hematosis dan mengurangi memar (perdarahan
subkutan)

2. Pembuangan darah dan dekomentasi

a. Sebelum melepas sarung tangan, masukkan alat-alat ke wadah yang


berisi klorin 0,5% untuk dekontaminasi. Dekontaminasi juga jarum dan
alat suntik, pendorong dan trokar.
b. Kain penutup (bila digunakan) harus dicuci sebelum dipakai lagi.
Taruh di dalam kontainer yang kering dan tertutup kemudian bawa ke
tempat cucian. Dengan masih memakai sarung tangan, buang bahan-
bahan terkontaminasi (kasa, kapas dan lain-lain) dalam kontainer yang
anti bocor dan diberi tanda, atau dalam kantong plastik.
c. Bila menggunakan sarung tangan sekali pakai, celupkan sebentar
tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin,
kemudian lepaskan sarung tangan secara terbalik dan masukkan ke
tempat sampah.
d. Bila menggunakan sarung tangan pakai ulang, celupkan sebentar
tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin,
lepaskan secara terbalik dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5%
(rendam dalam 10 menit).
e. Cuci tangansegera dengan sabung dan air f) Semua sampah harus
dibakar atau ditanam

3. Perawatan Klien
a. Buat catatan pada rekam medik tempat pemasangan kapsul dan
kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan
(gambarkan lokasi pemasangan kapsul pada lengan atas klien).
b. Amati klien lebih kurang 14 sampai 20 menit untuk kemungkinan
perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan
klien. Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi setelah
pemasangan, kalau bisa diberikan secara tertulis.
e) Petunjuk Perawatan Luka Insisi di Rumah
 Mungkin akan terjadi memar, bengkak atau sakit didaerah insisi
selama beberapa hari. Hal ini normal
 Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48 jam.
Luka insisi dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi atau
mencuci pakaian
 Jangan mambuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan band aid
ditempatnya sampai luka insisi sembuh (umunya 3-5 hari).
 Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau luka
didaerah tersebut atau menambahkan tekanan.
 Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan
dibersihkan dengan tekanan normal.
 Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi
kemerahan dan panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari,
segera kembali ke klinik.
f) Bila terjadi infeksi
 Obati dengan pengobatan yang sesuai intuk infeksi lokal
 Bila terjadi abses (dengan atau tanpa ekspulsi kapsul), cabut semua
kapsul. (Prawirohardjo, 2012)
2.2.10. Yang Perlu Diingat Pada Kontrasepsi Implant
a. Pemeriksaan kesehatan umum, (tanda-taanda vital) klien dilakukan sebelum
pemasangan implan.
b. Sesudah pemasangan implan, kemungkinan ibu akan mengalami rasa nyeri
pada tempat pemasangan. Beri tahu ibu untuk tidak khawatir karena hal ini
hanya terjadi sebentar dan tidak diperlukan tindakan apapun. Akan tetapi, jika
nyeri tidak tertahankan beri tahu ibu untuk segera pergi meminta bantuan
bidan atau dokter ditempat pelayanan kesehatan.
c. Selama 3 hari sesudah pemasangan, ibu diperbolehkan mandi tetapi jaga
supaya daerah tempat pemasangan tetap kering.
d. Setelah disuntik, ibu dapat melakukan kegiatan seperti biasa, misalnya
berkebun, mencuci, mengetik, berolahraga, dan lain sebagainya. Ingatkan
untuk tidak mengangkat berat badan, selama beberapa waktu (sekitar satu
minggu).
e. Pada hari kelima, balutan pada bekas tempat pemasangan boleh di buka. Lihat
dan perhatikan, jika bekasnya sudah kering tidak perlu dibalut lagi.
f. Kemungkinan siklus menstruasi ibu menjadi tidak teratur yang merupaka
salah satu efek samping pemakaian kontrasepsi implan. Sarankan ibu untuk
membicarakan hal ini dengan bidan dan dokter dipelayanan kesehatan.
g. Jika ada keluhan, pergi kepelayanan kesehatan agar mendapat pertolongan dari
dokter atau bidan.
h. Sesudah lima tahun, kunjungi pelayanan kesehatan untuk mencabut implan.
Jika masih ingin menggunakan implan, dokter atau bidan akan menggantinya
dengan implan baru. (Yuhedi & Kurniawati, 2015 ).

2.3. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang di gunakan oleh bidan


dalammenerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.

Menurut Helen Varney (1997), proses penyelesaian masalah merupakan salah


satu upaya yang dapat digunakan dalam manajemen kebidanan. Varney berpendapat
bahwa dalam melakukan manajemen kebidanan, bidan harus memiliki kemampuan
berfikir secara kritis untuk menegakkan diagnosa atau masalah potensial kebidanan.
Selain itu, diperlukan pula kemampuan kolaborasi atau kerja sama. Hal ini dapat
digunakan sebagai dasar dalam perencanaan kebidanan selanjutnya.
Proses manajemen terdiri dari 7 (tujuh) langkah berurutan diaman setiap
langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data
dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu
kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi langkah dapat
diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan bisa berubah sesuai
dengan kondisi klien.

2. Tahapan Dalam Manajemen Kebidanan

1. Pengkajian
 Data Subjektif
1) Identitas
1. Nama ibu dan suami
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru
dalam memberikan pananganan.(Mahardika, 2016)
2. Umur ibu dan suami
Umur ibu dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum
siap. (Mahardika, 2016)
3. Agama
Untuk mengetahui kenyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa. (Mahardika, 2016)
4. Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari. (Mahardika, 2016)
5. Pendidikan ibu dan suami
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya. (Mahardika, 2016)
6. Perkerjaan ibu dan suami
Berguna untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini
juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (Mahardika, 2016)
7. Alamat
Dinyatakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
(Mahardika, 2016)
2) Alasan Datang
Sesuatu yang mendasari ibu untuk datang ke layanan kesehatan.(Mahardika, 2016)
3) Keluhan Utama
Keluhan utama dinyatakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
a. Amenorrhea
Yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan efek
samping yang serius. Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan,
terutama jika terjadi amenorhea setelah masa siklus haid yang teratur. Jika
tidak ditemui masalah, jangan berupaya untuk merangsang perdarahan
dengan kontrasepsi oral kombinasi. (Ginting, A, 2018)
b. Perdarahan bercak (spotting) ringan
Spotting sering ditemukan terutama pada tahun pertama penggunaan.
Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan
apapun. (Ginting, A, 2018)
c. Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan)
Informasikan bahwa kenaikan/penurunan BB sebanyak 1-2 Kg dapat
saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan BB terlalu mencolok. Bila
BB berlebihan, hentikan suntikandan anjurkan metode kontrasepsi yang lain.
(Ginting, A, 2018)
d. Ekspulsi
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih
ditempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi Bila tidak
ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul
baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh
kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain atau ganti
cara. (Ginting, A, 2018)
e. Infeksi pada daerah insersi
Bila infeksi tanpa nanah : bersihkan dengan sabun dan air atau
antiseptic, berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan
dilepas dan minta klien control 1minggu lagi. Bila tidak membaik, cabut
implant dan pasang yang baru di lengan yang lain atau ganti cara. Bila ada
abses : bersihkan dengan antisptic, insisi dan alirkan pus keluar, cabut
implant, lakukan perawatan luka, beri antibiotika oral 7 hari. (Ginting, A,
2018).
4) Riwayat Menstruasi
Data yang diperoleh untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya. Beberapa data yang diperoleh dari riwayat menstruasi adalah
menarche, siklus, volume darah yang keluar saat menstruasi, keluhan- keluhan saat
mensruasi. (Mahardika, 2016)
5) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena
bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya, sehingga
akan berpengaruh pada kehamilan.(Mahardika, 2016)
6) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, KB Yang Lalu
Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak yang
hidup sekarang, cara persalinan yang lalu normal atau operasi adakah penyulit saat
persalinan atau tidak, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu apakah ada
masalah saat masa nifas, keadaan KB yang lalu untuk mengetahui apakah pasien
pernah menggunakan alat kontrasepsi, jenis alat kontrasepsi yang digunakan, berapa
lama penggunaan alat kontrasepsi, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi.
(Mahardika, 2016)
7) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada saat ini yang berhubungan dengan kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit akut kronis, seperti: jantung, diabetes/kencing manis,
hipertensi/darah tinggi, asma, dan penyakit menular seksual yang berhungan
dengan alat kontrasepsi implan.(Mahardika, 2016)
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau
penyakit akut kronis, seperti: jantung, diabetes/kencing manis ,
hipertensi/darah tinggi, asma yang berhungan dengan alat kontrasepsi implan.
(Mahardika, 2016)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada keluarga yang menyertainya, misalnya penyakit menurun seperti
asma, hepatitis, dan diabetes/kencing manis, serta penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, dan HIV/AIDS (penyakit menular seksual). (Mahardika, 2016)
8) Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis
makanan, dan pantangan makanan.(Mahardika, 2016)
2. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi, warna, dan jumlah
1. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,
kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan
mengonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang
2. Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui beberapa kebiasaan yang dilakukan dalam perawatan
kebersihan diri diantaranya adalah sebagai berikut jumlah berapa kali pasien
mandi, berapa kali pasien keramas, dan berapa kali pasien ganti pakaian dalam
sehari
3. Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien dalam sehari- hari. Pada pola ini perlu
dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Pada pasien dengan amenore
di tanyakan apakah ibu melakukan olahraga yang melelahkan atau aktivitas
yang membutuhkan kemampuan fisik.
4. Perokok dan pemakaian obat-obatan
Merokok, minum alkohol, dan minum obat-obatan tanpa indikasi perlu juga
untuk diketahui.Pada kasus amenore ditanyakan apakah ibu mengkonsumsi
obat-obatan atau ramuan.
 Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
Untuk mengetahui kadaan umum pasien secara keseluruhan/ kondisi baik
b. Kesadaran
Composmentis
c. Berat badan
Berat badan yang terlalu besar atau kurang, perlu mendapatkan perhatian
khusus karena kemungkinan terjadi penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan
tidak boleh lebih dari 0,5 kg per minggu
d. Tinggi Badan
Tinggi badan harus >145 cm
e. Tekanan Darah
Tekanan darah yang normal adalah 100/70 – 120/90 mmHg. Bila tekanan darah
lebih dari 140/90 mmHg, hati-hati adanya hipertensi.
f. Nadi
Nadi berkisar antara 60-80x/menit
g. Suhu
Suhu badan normal adalah 36,50C sampai 37,50C
h. Respirasi
Pernafasan normal sekitar 20-30x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
(1) Inspeksi
a. Muka : Tidak tampak edema, tidak tampak pucat
b. Mata : Konjungtiva tampak merah muda jika konjungtiva pucat
menandakan anemia, sklera tampak putih jika sklera tampak
kekuningan curigai pasien mengalami riwayat penyakit
hepatitis
c. Hidung : Tidak tampak pernafasan cuping hidung
d. Telinga : Tampak simestris, tidak tampak adanya sekret
e. Mulut : Tidak tampak sianosis, tidak tampak caries gigi
f. Leher : Tidak tampak dan tidak teraba pembesaran vena juguralis dan
Pembesaran kelenjar thyroid.
g. Dada : Tidak tampak retraksi dinding dada, tampak simetris atau
tidak
h. Payudara : Tampak kesimetrisan bentuk payudara, tampak
hiperpigmentasiaerolamammae atau tidak.
i. Abdomen : tidak tampak pembesaran uterus
j. Genetalia : Tidak tampak varises pada genetalia

Palpasi
a. Leher : Tidak terba pembesaran kelenjar thyroid dan pembesaran vena
Juguralis
b. Payudara : Tidak teraba adanya benjolan yang abnormal dan nyeri tekan
mulai dari daerah axilla sampai seluruh bagian payudara.
c. Abdomen : Tidak ada benjolan patologis, tidak distensi, tidak ada
pembesaran hati, tidak ada tidak ada nyeri tekan, tidak
pembesaran limfe, ada pembengkakan kelenjar inguinalis.
d. CRT : ˂ 2 detik
e. Ekstremitas : Tidak teraba pembengkakan di daerah tibia
(2) Auskultasi
a. Jantung : Terdengar lup dup
b. Paru-paru : Tidak terdengar bunyi suara tambahan
(3) Perkusi
a. Lambung : Tidak terdengar hypertimpani (kembung)
b. Reflek patella : Positif
1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan USG (Walyani,2015). Pada kasus amenore
pemeriksaan data penunjang yang bisa dilakukan antara lain : tes kehamilan,
kadar hormon sedangkan pemeriksaan laboratorium adalah USG, CT scan kepala
(jika di duga ada tumor hipofisa)

2. Interprestasi Data
Diagosis Ny. E usia…tahun akseptor aktif KB implan dengan unmeetneed KB
DS : Data yang di dapatkan dari ibu seperti keluhan yang dirasakan
DO : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

TB : >145 cm

BB : 45-65 kg

TTV : TD : 100/70 – 120/90 mmHg

N : 80 – 100 x/menit
S : 36,5 – 37,5 °C

RR : 15 – 20 x/menit

Pemeriksaan Fisik

a. Muka : tidak tampak pucat, tampak cloasma

gravidarum

b. Mata : Konjungtiva tampak merah muda, sklera tampak putih


c. Hidung : Tidak tampak pernafasan cuping hidung
d. Telinga : Tampak simestris, tidak tampak adanya sekret
e. Mulut : Tidak tampak sianosis, tidak tampak caries gigi
f. Leher : Tidak tampak dan tidak teraba pembesaran vena juguralis dan
Pembesaran kelenjar thyroid.
g. Dada : Tidak tampak retraksi dinding dada, tampak simetris atau
tidak
h. Payudara : Tampak kesimetrisan bentuk payudara, tidak ada
hiperpigmentasi aerolamammae.
i. Abdomen : tidak tampak pembesaran abdomern
j. Ekstremitas : reflek patela aktif

3. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-
siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini sangat
penting dalam melakukan asuhan yang aman. Yang mungkin terjadi pada kasus
akseptor implan pada saat pemasangan akan terdapat memar, bengkak dan nyeri
pada insisi selama beberapa hari adalah kemungkinan adanya tanda infeksi.
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan
konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang alin berdasarkan kondisi
klien, pada langkah ini bidan juga harus merumuskan tindakan emergency untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, yang mampu dilakukan secara mandiri dan bersifat
rujukan.
Tindakan segera dilakukan jika terjadi, jika ibu mengalami efek samping atau
keluhan yang mengancam maka dilakukan tindakan kolaborasi pada akseptor implan.

5. Interverensi
Dx : Asuhan kebidanan pada keluarga berencana pada Ny. N usia .... tahun akseptor
baru KB implan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan keluarga berencana diharapkan ibu
dalam keadaan fisiologis mau mempertimbangankan penjelasan petugas agar mau ber
KB. (Permatasari et al., 2020)
Intervensi :
1) Bangun hubungan yang baik dengan komunikasi teraupetik.
Rasional : Terjalin hubungan yang baik antara bidan, dengan pasien.
1) Lakukan pemeriksaan pada ibu dan jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
bahwa kondisinya saat ini baik.
Rasional : pasien mengetahui bagaimana kondisinya
2) Tanyakan pada pasien alasan pemasangan KB implan
Rasional :pasien ingin memasang dan menggunakan KB implant
3) Lakukan informed consent tentang tujuan reproduksinya selanjutnya (misalnya:
Apakah klien ingin mengatur jarak kehamilan, ingin hamil atau membatasi
kelahiran).
Rasional : pasien tidak ingin hamil, tidak ingin mengatur jarak
kehamilan
4) Lakukan informed choice
Rasional : pasien bersedia untuk melakukan asuhan kebidanan yang
selanjutnya
5) Ajari cara perawatan luka pasca pemasangan KB saat dirumah
Rasional : pasien mengerti cara perawatan luka insisi
6) Beritahu pasien jika adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi
(pemasangan), ekspulsi keluarnya batang implan segera kembali ke tenaga
kesehatan terdekat.
Rasional : pasien memahami penjelasan petugas
7) Berikan terapi obat antibiotika amoxcylin dan penghilang rasa sakit
asamefenamat.
Rasional : pasien mendapat terapi obat amoxcylin dan asamefenamat.
(Permatasari et al., 2020)

6. Implementasi
1) Membangun hubungan yang baik dengan komunikasi teraupetik.
Hasil : Terjalinnya hubungan yang baik antara bidan, dan pasien.
2) Melakukan pemeriksaan pada pasien dan jelaskan hasil pemeriksaan kepada
pasien bahwa kondisinya baik..
Hasil : pasien mengetahui bagaimana kondisinya
3) Menanyakan alasan pasien kenapa ingin menggunakan dan memasang KB
implant
Hasil : pasien ingin menggunakan implant karena tidak ingin hamil dan ingin
menggunakan KB jangka panjang
4) Melakukan informed consent tentang tujuan reproduksinya selanjutnya
(misalnya: Apakah klien ingin mengatur jarak kehamilan, ingin hamil atau
membatasi kelahiran).
Hasil : pasien tidak ingin hamil, tidak ingin mengatur jarak kehamilan
5) Melakukan informed choice/persetujuan
Hasil : pasien bersedia dilakukan asuhan kebidanan yang selanjutnya
6) Melakukan prosedur pemasangan implant
Hasil : 1. Persiapan
 Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga bersih.
Periksa kembali tidak ada sisa sabun karena dapat menurunkan
efektivitas antiseptik tertentu.
 Lapisi tempat penyangga lengan atau meja samping dengan kain
bersih.
 LangkPersilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah
disiapkan, ditempatkan diatas meja penyangga, lengan atas membentuk
sudut 30o terhadap bahu dan sendi siku 90°untuk memudahkan
petugas melakukan pemasangan.
 Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm (3 inci) diatas lipat
siku dan reka posisi kapsul di bawah kulit (subdermal).
 Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril tanpa
menyentuh peralatan yang ada didalamnya. Untuk implan 2 plus,
kapsul sudah berada di dalam trokar.
 Buka dengan hati-hati kemasan steril indoplant dengan menarik kedua
lapisan pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul ke dalam
mangkok steril. Untuk impalnt 2 plus, kapsul sudah berada di dalam
trokar.

2. Tindakan sebelum pemasangan

 Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih
 Pakai sarung tangan steril atau DTT (ganti sarung tangan untuk setiap
klien guna mencegah kontaminasi silang).
 Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai, hitung kapsul
untuk memastikan jumlahnya sudah 2.
 Persiapkan tempat insisi dengan mengoleskan larutan antiseptik. Hapus
antiseprik yang berlebihan bila larutan ini mengaburkan tanda yang
sudah dibuat sebelumnya.
 Fokuskan area pemasangan dengan menempatkan kain penutup (doek)
atau kertas steril berlubang. Letakkan kain steril dibawah lengan atas.
 Setelah memastikan (dari anamnesa) tidak ada riwayat alergi terhadap
obat anastesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anastesi (lidocaine 1%,
tanpa epinefrin). Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa
sakit selama memasang dua kapsul implan-2.
 Lakukan anastesi lokal: intrakutan dan subdermal. Hal ini akan
membuat kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya dan dorong
jarum untuk menyuntikkan anestesi pada kedua jalur kapsul (masing-
masing 1 ml) membentuk huruf V.

3. Pemasangan Kapsul
Sebelum membuat insisi, pastikan efek anastesi telah berlangsung dan
sensasi nyeri hilang.

 Pegang skalpel dengan sudut 45o buat insisi dangkal hanya untuk
sekedar menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau
dalam.
 Trokar harus di pegang dengan ujung yang tajam menghadap keatas.
Tanda 1 dekat kapsul menunjukkan batas masuknya trokar sebelum
memasukkan setiap kapsul. Tanda 2 dekat ujung menunjukkan batas
pencabutan trokar setekah memasang setiap kapsul.
 Dengan trokar di mana posisi angka (impaln-2) dan panah (impant-2
plus) menghadap ke atas masukkan ujung trokar pada luka insisi
dengan posisi 45o (saat memasukkan ujung trokar) kemudian turunkan
menjadi 30o saat memasuki lapisan subdermal dan sejajar permukaan
kulit saat mendorong hingga tanda 1 (3- 5 mm dari pangkal trokar).
 Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat trokar ke atas,
sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati
ke arah tanda (1) dekat pangkal. Trokar harus selalu terlihat
mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar
bila berada tepat dibawah kulit. E)
 Saat trokar masuk sampai tanda (1), cabut pendorong dari trokar
(implan-2). Untuk implan-2 plus, justru pendorong dimasukkan (posisi
panah disebelah atas) setelah tanda 1 tercapai dan diputar 180o searah
jarum jam hingga terbebas dari tahanan karena ujung pendorong
memasuki alur kapsul yang ada didalam saluran trokar
 Masukkan kapsul pertama kedalam trokar. Gunakan pinset atau klem
untuk mengambil kapsul dan memasukkan kedalam trokar. Untuk
mencegah kapsul jatuh pada waktu dimasukkan kedalam trokar,
letakkan satu tangan di bawah kapsul untuk menangkap bila kapsul
tersebut jatuh. Langkah ini tidak di lakukan pada impalan-2 plus
karena kapsul sudah ada didalam trokar. Dorong kapsul sampai
seluruhnya masuk kedalam trokar dan masukkan kembali pendorong.
 Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar
sampai terasa ada tahanan (jika setengah bagian pendorong masuk ke
dalam trokar). Untuk implan-2 plus, setelah pendorong masuk jalur
kapsul maka dorong kapsul hingga terasa ada tahanan.
 Tahan pendorong ditempatya kemudian tarik trokar dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk mendekati pangkal pendorong
sampai tanda 2 muncul diluka insisi dan pangkalnya menyentuh
pegangan pendorong. Untuk implan-2 plus, pangkal trokar tidak akan
mencapai pangkal pendorong (tertahan di tengah) karena terhalang
oleh ujung pendorong yang belum memperoleh akses ke kapsul kedua.
 Saat pangkal trokar menyentuh pegangan pendorong, tanda (2) harus
terlihat ditepi luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat
berada di bawah kulit Raba ujung kapsul dengan jari untuk
memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari trokar.
 Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah
lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula untuk memastikan
kapsul pertama bebas. Selanjutnya geser trokar sekitar 30° , mengikuti
pola huruf V pada lengan (fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk)
dan masukkan kembali trokar mengikuti alur kali V sebelahnya sampai
tanda (1). Bila tanda (1) sudah tercapai, masukkan kapsul berikutnya
ke dalam trokar dan lakukan seperti langkah sebelumnya (langkah 8)
sampai seluruh kapsul terpasang. Untuk implan-2 plus, kapsul kedua di
tempatkan setelah trokar disorong kembali mengikuti kaki V
sebelahnya hingga tanda 1, kemudian pendorong di putar 180o
berlawanan dengan arah jarum jam hingga ujungnya mencapai pangkal
kapsul kedua dan trokar ditarik kembali ke arah pangkal pendorong.
 Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko atau
ekpulsi, pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm
dari tepi luka insisi. Juga pastikan jarak antara ujung setiap kapsul
yang terdekat dengan tepi luka insisi (dasar huruf V) tidak lebih dari
kapsul.
 Saat memasang kedua kapsul satu demi satu, jangan mencabut trokar
dari luka insisi untuk mengurangi trauma jaringan, minimalisasi infeksi
dan mempersingkat waktu pemasangan.
 Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kedua kapsul
telah terpasang.
 Pastikan ujung dari kedua kapsul harus cukup jauh dari luka insisi
(sekitar 5 mm). Bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan
luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang kembali
ditempat yang tepat.
 Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul sudah
dipastikan tepat keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi
dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit untuk menghentikan
perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan dengan asntiseptik.
4. Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul
1. Menutup Luka Insisi
c. Tentukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid tau plaster dengan
kasa steril unutk menutup luka insisi. Luka insisi tidak perlu dijahit
karena dapat menimbulkan jaringan parut.
d. Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan
pembalut untuk hematosis dan mengurangi memar (perdarahan
subkutan)

2. Pembuangan darah dan dekomentasi

f. Sebelum melepas sarung tangan, masukkan alat-alat ke wadah yang


berisi klorin 0,5% untuk dekontaminasi. Dekontaminasi juga jarum dan
alat suntik, pendorong dan trokar.
g. Kain penutup (bila digunakan) harus dicuci sebelum dipakai lagi.
Taruh di dalam kontainer yang kering dan tertutup kemudian bawa ke
tempat cucian. Dengan masih memakai sarung tangan, buang bahan-
bahan terkontaminasi (kasa, kapas dan lain-lain) dalam kontainer yang
anti bocor dan diberi tanda, atau dalam kantong plastik.
h. Bila menggunakan sarung tangan sekali pakai, celupkan sebentar
tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin,
kemudian lepaskan sarung tangan secara terbalik dan masukkan ke
tempat sampah.
i. Bila menggunakan sarung tangan pakai ulang, celupkan sebentar
tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin,
lepaskan secara terbalik dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5%
(rendam dalam 10 menit).
j. Cuci tangansegera dengan sabung dan air f) Semua sampah harus
dibakar atau ditanam

3. Perawatan Klien

c. Buat catatan pada rekam medik tempat pemasangan kapsul dan


kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan
(gambarkan lokasi pemasangan kapsul pada lengan atas klien).
d. Amati klien lebih kurang 14 sampai 20 menit untuk kemungkinan
perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan
klie. Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi setelah
pemasangan, kalau bisa diberikan secara tertulis.

7) Memberikan terapi obat antibiotika amoxcylin dan asamefenamat sebagai


penghilang rasa sakit.
Hasil : pasien mendapatkan terapi obat antibiotika amoxcylin dan penghilang
rasa sakit asamefenamat (Permatasari et al., 2020)

7. Evaluasi
Tanggal: 07 Januari 2022 Jam : WIB
S : Menurut persfektif klien. Data ini diperoleh melalui anamnesa mengenai
keluhan-keluhan yang ada

1. : Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik klien, serta


pemeriksaan diagnostic dan pendukung lain. Data ini termasuk
catatan medic pasien yang lalu.

A : Analisis berdasarkan data yang terkumpul, dibuat kesimpulan berdasarkan


segala sesuatu yang dapat teridentifikasi diagnosa/masalah. Identifikasi
diagnose/masalah potensial. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter/konsultasi kolaborasi dan rujukan.

P : Merupakan penatalaksanaan tindakan asuhan mandiri oleh bidan,


kolaborasi/konsultasi dengan dokter, nakes lain, tes diagnostic/ laboratorium,
konseling penyuluhan.(Restiana et al., 2017)

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KELUARGA BERENCANA PADA NY.E


P20002 UMUR 31 TAHUN DENGAN AKSEPTOR BARU KB IMPLANT DI BLUD
PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

Tanggal Kunjungan : 03-02-2022, Pukul 08.00 WIB

Tanggal Pengkaji : 03-02-2022, Pukul 08.10 WIB

A. IDENTIFIKASI DATA DASAR

1. Data Subyektif

a. Identitas ibu dan suami

Ibu Suami
Nama : Ny.”E” Nama : Tn “A”
Umur : 31 tahun Umur : -
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Warga Negara Indonesia Suku/bangsa : Warga Negara Indonesia
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Serabutan
Alamat : Nanggungan, Diwek Alamat : Nanggungan, Diwek
b. Alasan datang

Ibu ingin memasang dan menggunakan kontrasepsi implant karena


ingin menjarangkan kehamilan serta ingin memakai kontrasepsi jangka
panjang.

c. Keluhan utama

Ibu tidak mengatakan tidak ada keluhan saat pemeriksaan

d. Riwayat menstruasi

HPHT :

Siklus :

Kapan menstruasi lagi setelah masa nifas selesai :

Siklus haid tidak teratur semenjak menggunakan kontrasepsi suntik 1


bulan, ibu tidak merasakan nyeri perut saat haid.

e. Riwayat KB

Ibu pernah memakai akseptor KB suntik kombinasi yaitu 25mg Depo


Medroksirprogesteron dan 5 mg estradiol sipionat adalah kombinasi antara
hormon esterogen dan progesteron yang disuntik 1 bulan sekali secara
Intramuskular sebelum memasang KB implant, efek samping yang pernah
dialami ibu adalah menstruasi kurang lancar dan teratur dan ingin mengganti
cara KB implan karena ingin menjarangkan kehamilannya.

f. Riwayat kehamilan, persalinan, Nifas yang lalu

No Usia Tempat Jenis penolong Keadaan PB/ Jenis Komplikasi


hamil BB kelamin

1 Sehat/Hidup Laki-laki

2 Sehat/Hidup Perempuan
g. Riwayat perkawinan

Ibu mengatakan ini perwakinan yang pertama

h. Riwayat kesehatan

1. Riwayat Kesehatan sekarang

 Ibu mengatakan sekarang tidak hamil, tidak menderita penyakit


hipertensi,hipertensi berat jantung,varises vagina, perdarahan vagina
yang tidak diketahui penyebabnya
 Ibu tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan.

2. Riwayat Kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit hipertensi, hipertensi


berat Diabetes melitus, jantung, varises vagina, perdarahan vagina yang
tidak diketahui penyebabnya

3. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menderita penyakit serius


seperti hipertensi, asma, diabetes militus, kanker dan penyakit jantung.

i. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Nutrisi

a. Makan 3 x sehari, nafsu makan baik.


b. Pola makan nasi, sayur, dan lauk-pauk
c. Minum 5-7 gelas/ hari

2. Eliminasi

a. BAB 1-2 x sehari


b. BAK 3-4 x sehari
c. Tidak ada gangguan saat BAB dan BAK

3. Personal Hygiene
a. Mandi 2 x sehari
b. Sikat gigi 2 x sehari
c. Cuci rambut 2-3 x seminggu
d. Ganti baju 2 x sehari

4. Istirahat

a. Tidur siang ± 1-2 jam sehari


b. Tidur malam ± 7-8 jam sehari

5. Aktivitas

Aktivitas sebagai ibu rumah tangga memasak, menyapu, mengepel, mencuci,


dan mengurus anak dan bekerja.

6. Perokok dan obat-obat an

Ibu mengatakan tidak pernah merokok dan memakai obat-obatan.

7. Seksual

 Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
 Keadaan Umum : baik
 Kesadaran : Composmentis
 Berat badan : 55 kg
 Tinggi Badan : 155cm
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
 Tekanan Darah : 120/70 mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Pernafasan : 20x/menit
 Suhu : 36°C
c. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
 Muka : Tidak tampak edema, tidak tampak pucat
 Mata : Konjungtiva tampak merah muda jika konjungtiva
pucat menandakan anemia, sklera tampak putih jika sklera tampak
kekuningan curigai pasien mengalami riwayat penyakit hepatitis
 Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid dan vena
jugularis
 Dada : Tidak tampak retraksi dinding dada
 Payudara : Tampak kesimetrisan bentuk payudara
 Abdomen : Tidak tampak pembesaran abdomen
 Genetalia : Tidak tampak adanya varises pada daerah genetalianya

Palpasi

 Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis dan kelenjar


tyroid
 Payudara : Tidak menjadi focus pengkajian
 Abdomen : Tidak adanya pembesaran abdomen
 CRT : ˂ 2 detik

Auskultasi

 Jantung : terdengar bunyi normal jantung memiliki 2 irama yaitu


lup dup

Perkusi

 Reflek patella : Positif


d. Pemeriksaan penunjang

Tidak dilakukan pengkajian

B. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagosis Ny. “E” P20002 usia 31 tahun akseptor baru KB implan


DS : Ibu mengatakan sebelumnya menjadi askebtor kb suntik kombinasi 1 bulan
selama.......sebelum memasang kb implant dan pada saat waktu kunjungan
selanjutnya untuk jadwal kb suntik kombinasi 1 bulan ibu datang ke
puskesmas ibu ingin memasang dan menggunakan kontrasepsi implant karean
sudah tidak menginginkan kehamilan lagi serta ingin memakai kontrasepsi
dengan jangka panjang

DO : Keadaan Umum : baik


Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 55 kg
Tinggi Badan : 155cm
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36°C
Pemeriksaan Fisik
a. Muka : Tidak tampak edema, tidak tampak pucat
b. Mata : Konjungtiva tampak merah muda, sklera tampak putih
c. Leher : Tidak tampak dan tidak teraba ada pembesaran vena jugularis
dan kelenjar tyroid
d. Payudara : Tampak kesimetrisan bentuk payudara
e. Abdomen : Tidak tampak adanya pembesaran abdomen
f. Jantung : terdengar bunyi normal jantung memiliki 2 irama yaitu lup
dup
g. Ekstremitas: reflek patela aktif

C. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Tidak ada
D. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tidak ada
E. INTERVENSI
DX : Asuhan kebidanan pada keluarga berencana pada Ny. "E" P20002 usia 31 tahun
akseptor baru KB implant
Kriteria hasil : ibu tidak mengalami adanya efek samping abnormal setelah dilakukan
pemasangan KB implant, ibu dapat mengetahui dan mengenali efek samping yang
normal KB implant, ibu dapat memahami dan mengerti akan penjelasan serta
informasi yang telah diberikan ditunjukkan dengan ibu dapat mengulangi penjelasan
yang telah disampaikan oleh petugas.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan keluarga berencana diharapkan ibu
dalam keadaan fisiologis dan tidak ada efek samping yang patologis
Intervensi :
1. Bangun hubungan yang baik dengan komunikasi teraupetik.
Rasional : Terjalin hubungan yang baik antara bidan, dengan pasien.
2. Lakukan pemeriksaan pada ibu dan jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien bahwa
kondisinya saat ini baik.
Rasional : Pasien mengetahui bagaimana kondisinya
3. Tanyakan pada pasien alasan pemasangan KB implan
Rasional :Pasien ingin memasang dan menggunakan KB implant
4. Lakukan informed consent tentang tujuan reproduksinya pasien yaitu klien tidak ingin
hamil lagi
Rasional : Pasien tidak ingin hamil lagi
5. Lakukan prosedur pemasangan KB implan
Rasional : KB implan berhasil dipasang
6. Ajari cara perawatan luka pasca pemasangan KB implant saat dirumah
Rasional : Pasien mengerti cara perawatan luka insisi
7. Beritahu pasien jika adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi (pemasangan),
ekspulsi keluarnya batang implan segera kembali ke tenaga kesehatan terdekat.
Rasional : Pasien memahami penjelasan petugas
8. Beritahu pasien bahwa dapat digunakan untuk berhubungan badan setelah jangka
waktu 7 hari setelah dilakukan pemasangan KB implant
Rasional : Pasien memahami penjelasan petugas
9. Beritahu pasien untuk tidak melakukan aktivitas yang berat-berat dan mengangkat
benda-benda yang berat supaya KB implant (kapsul) yang sudah dipasang tidak
keluar.
Rasional : Pasien memahami penjelasan petugas
10. Berikan terapi obat antibiotika amoxcylin dan penghilang rasa sakit asamefenamat.
Rasional : Pasien mendapat terapi obat amoxcylin dan asamefenamat.

F. IMPLEMENTASI
1. Membangun hubungan yang baik dengan komunikasi teraupetik.
Hasil : Terjalinnya hubungan yang baik antara bidan, dan pasien.
2. Melakukan pemeriksaan pada pasien dan jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
bahwa kondisinya baik..
Hasil : pasien mengetahui bagaimana kondisinya
3. Menanyakan alasan pasien kenapa ingin memasang KB implant
Hasil : pasien ingin memasang implant karena tidak ingin hamil lagi dan
ingin menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Melakukan informed consent tentang tujuan reproduksinya klien selanjutnya.
Hasil : pasien tidak Ingin hamil lagi
5. Melakukan prosedur pemasangan KB implant
Hasil : 1. Persiapan

 Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga bersih.
Periksa kembali tidak ada sisa sabun karena dapat menurunkan
efektivitas antiseptik tertentu.
 Lapisi tempat penyangga lengan atau meja samping dengan kain
bersih.
 LangkPersilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah
disiapkan, ditempatkan diatas meja penyangga, lengan atas membentuk
sudut 30o terhadap bahu dan sendi siku 90°untuk memudahkan
petugas melakukan pemasangan.
 Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm (3 inci) diatas lipat
siku dan reka posisi kapsul di bawah kulit (subdermal).
 Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril tanpa
menyentuh peralatan yang ada didalamnya. Untuk implan 2 plus,
kapsul sudah berada di dalam trokar.
 Buka dengan hati-hati kemasan steril indoplant dengan menarik kedua
lapisan pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul ke dalam
mangkok steril. Untuk impalnt 2 plus, kapsul sudah berada di dalam
trokar.

2. Tindakan sebelum pemasangan

 Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih
 Pakai sarung tangan steril atau DTT (ganti sarung tangan untuk setiap
klien guna mencegah kontaminasi silang).
 Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai, hitung kapsul
untuk memastikan jumlahnya sudah 2.
 Persiapkan tempat insisi dengan mengoleskan larutan antiseptik. Hapus
antiseprik yang berlebihan bila larutan ini mengaburkan tanda yang
sudah dibuat sebelumnya.
 Fokuskan area pemasangan dengan menempatkan kain penutup (doek)
atau kertas steril berlubang. Letakkan kain steril dibawah lengan atas.
 Setelah memastikan (dari anamnesa) tidak ada riwayat alergi terhadap
obat anastesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anastesi (lidocaine 1%,
tanpa epinefrin). Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa
sakit selama memasang dua kapsul implan-2.
 Lakukan anastesi lokal: intrakutan dan subdermal. Hal ini akan
membuat kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya dan dorong
jarum untuk menyuntikkan anestesi pada kedua jalur kapsul (masing-
masing 1 ml) membentuk huruf V.

3. Pemasangan Kapsul

Sebelum membuat insisi, pastikan efek anastesi telah berlangsung dan


sensasi nyeri hilang.

 Pegang skalpel dengan sudut 45° buat insisi dangkal hanya untuk
sekedar menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau
dalam.
 Trokar harus di pegang dengan ujung yang tajam menghadap keatas.
Tanda 1 dekat kapsul menunjukkan batas masuknya trokar sebelum
memasukkan setiap kapsul. Tanda 2 dekat ujung menunjukkan batas
pencabutan trokar setekah memasang setiap kapsul.
 Dengan trokar di mana posisi angka (impaln-2) dan panah (impant-2
plus) menghadap ke atas masukkan ujung trokar pada luka insisi
dengan posisi 45° (saat memasukkan ujung trokar) kemudian turunkan
menjadi 30o saat memasuki lapisan subdermal dan sejajar permukaan
kulit saat mendorong hingga tanda 1 (3- 5 mm dari pangkal trokar).
 Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat trokar ke atas,
sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati
ke arah tanda (1) dekat pangkal. Trokar harus selalu terlihat
mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar
bila berada tepat dibawah kulit. E)
 Saat trokar masuk sampai tanda (1), cabut pendorong dari trokar
(implan-2). Untuk implan-2 plus, justru pendorong dimasukkan (posisi
panah disebelah atas) setelah tanda 1 tercapai dan diputar 180o searah
jarum jam hingga terbebas dari tahanan karena ujung pendorong
memasuki alur kapsul yang ada didalam saluran trokar
 Masukkan kapsul pertama kedalam trokar. Gunakan pinset atau klem
untuk mengambil kapsul dan memasukkan kedalam trokar. Untuk
mencegah kapsul jatuh pada waktu dimasukkan kedalam trokar,
letakkan satu tangan di bawah kapsul untuk menangkap bila kapsul
tersebut jatuh. Langkah ini tidak di lakukan pada impalan-2 plus
karena kapsul sudah ada didalam trokar. Dorong kapsul sampai
seluruhnya masuk kedalam trokar dan masukkan kembali pendorong.
 Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar
sampai terasa ada tahanan (jika setengah bagian pendorong masuk ke
dalam trokar). Untuk implan-2 plus, setelah pendorong masuk jalur
kapsul maka dorong kapsul hingga terasa ada tahanan.
 Tahan pendorong ditempatya kemudian tarik trokar dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk mendekati pangkal pendorong
sampai tanda 2 muncul diluka insisi dan pangkalnya menyentuh
pegangan pendorong. Untuk implan-2 plus, pangkal trokar tidak akan
mencapai pangkal pendorong (tertahan di tengah) karena terhalang
oleh ujung pendorong yang belum memperoleh akses ke kapsul kedua.
 Saat pangkal trokar menyentuh pegangan pendorong, tanda (2) harus
terlihat ditepi luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat
berada di bawah kulit Raba ujung kapsul dengan jari untuk
memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari trokar.
 Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah
lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula untuk memastikan
kapsul pertama bebas. Selanjutnya geser trokar sekitar 30° , mengikuti
pola huruf V pada lengan (fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk)
dan masukkan kembali trokar mengikuti alur kali V sebelahnya sampai
tanda (1). Bila tanda (1) sudah tercapai, masukkan kapsul berikutnya
ke dalam trokar dan lakukan seperti langkah sebelumnya (langkah 8)
sampai seluruh kapsul terpasang. Untuk implan-2 plus, kapsul kedua di
tempatkan setelah trokar disorong kembali mengikuti kaki V
sebelahnya hingga tanda 1, kemudian pendorong di putar 180o
berlawanan dengan arah jarum jam hingga ujungnya mencapai pangkal
kapsul kedua dan trokar ditarik kembali ke arah pangkal pendorong.
 Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko atau
ekpulsi, pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm
dari tepi luka insisi. Juga pastikan jarak antara ujung setiap kapsul
yang terdekat dengan tepi luka insisi (dasar huruf V) tidak lebih dari
kapsul.
 Saat memasang kedua kapsul satu demi satu, jangan mencabut trokar
dari luka insisi untuk mengurangi trauma jaringan, minimalisasi infeksi
dan mempersingkat waktu pemasangan.
 Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kedua kapsul
telah terpasang.
 Pastikan ujung dari kedua kapsul harus cukup jauh dari luka insisi
(sekitar 5 mm). Bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan
luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang kembali
ditempat yang tepat.
 Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul sudah
dipastikan tepat keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi
dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit untuk menghentikan
perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan dengan asntiseptik.
4. Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul
1. Menutup Luka Insisi
 Tentukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid tau plaster dengan
kasa steril unutk menutup luka insisi. Luka insisi tidak perlu dijahit
karena dapat menimbulkan jaringan parut.
 Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan
pembalut untuk hematosis dan mengurangi memar (perdarahan
subkutan)
6. Mengajari pasien cara merawat luka pasca pemasangan KB implant dengan benar,
seperti pasien dapat membuka penutup luka dalam waktu 3 hari dan menyarankan
ibu untuk tidak mengenakan air pada bekas luka terlebih dahulu, menganjurkan ibu
untuk tidak memakai lengan yang terpasang implan mengangkat barang yang berat
dan memindahkan barang berat.
Hasil : pasien memahami penjelasan petugas dan mau melakukannya.
7. Beritahu pasien bahwa dapat digunakan untuk berhubungan badan setelah jangka
waktu 7 hari setelah dilakukan pemasangan KB implant
Hasil : pasien memahami penjelasan petugas
8. Memberitahu pasien jika adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi
(pemasangan), ekspulsi keluarnya batang implan segera kembali ke tenaga
kesehatan terdekat.
Hasil : ibu memahami penjelasan petugas
9. Memberikan terapi obat antibiotika amoxcylin dan asamefenamat sebagai
penghilang rasa sakit.
Hasil : pasien mendapatkan terapi obat antibiotika amoxcylin dan penghilang

G. EVALUASI

Tanggal: 03 Februari 2022 Jam : 09.45 WIB

 S : ibu mengatakan lega karena sudah berhasil dilakukan pemasangan KB


implant
 O : Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 55 kg
Tinggi Badan : 155cm
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36°C
 A : Ny. "E" P20002 usia 31 tahun akseptor baru KB implan
 P:
1. mengingatkan ibu untuk meminum obat Anti nyeri sesuai dosis yang
telah ditentukan
Hasil : ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan
2. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang setelah 3 hari dilakukan
pemasangan ke bidan terdekat dengan tempat tinggalnya.
Hasil : ibu mengerti akan informasi dan penjelasan yang diberikan
3. Memberitahukan ibu kembali agar tidak mengangkat benda-benda
yang berat supaya implantnya (kapsulnya) tidak keluar.
Hasil : ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan penulis menyajikan hasil pemeriksaan, permasalahan yang


terjadi, dan asuhan yang diberikan untuk menangani masalah yang terjadi pada ibu dan
membandingkan kesesuaian antara teori dengan asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny.
E usia 31 tahun P20002 dengan akseptor kb implant di BLUD Puskesmas Cukir Kabupaten
Jombang.

Dari hasil pengkajian didapatkan data subjektif alasan kunjungan klien yaitu klien
mengatakan tidak menginginkan kehamilan lagi oleh karena itu klien ingin memasang KB
implan. Pada data objektif setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil diantaranya
seperti TD : 120/70 mmHg, N : 88×/menit, S : 36,⁰ C, RR : 20×/menit, BB : 55 kg. Pada
ekstremitas lengan atas sebelah kiri terdapat KB implan. Dari hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisik yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kondisi ibu saat ini dengan
keadaan umum baik. Dalam hal ini ibu tidak perlu khawatir akan kondisinya saat ini, ibu bisa
memasang KB implant agar dapat menjarangkan kehamilanya. Dalam kasus ini ibu
mengatakan bahwa dirinya belum menginginkan kehamilan lagi.

Asuhan yang dapat diberikan kepada ibu berdasarkan kondisi diatas yang masuk
dalam fisiologis diantaranya memberikan konseling tentang cara merawat luka bekas implan
di rumah, ibu tidak boleh angkat berat, memberitahu keadaan luka infeksi, memberikan terapi
pereda nyeri pada ibu berupa amoxcylin dan asamefenamat, memberitahu kapan harus
kontrol kembali.
BAB 5
PENUTUP
Setelah penulis menguraikan pembahasan asuhan kebidanan pasien di Puskesmas Cukir
Jombang tanggal 03, Februari 2022, maka penulis dapat menyimpulkan dan menyarankan
beberapa hal sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Data subjektif yang muncul pada asuhan kebidanan pada ibu akseptor kb implant
adalah keluhan utama, riwayat kontrasepsi, riwayat kehamilan dan persalinan yang
lalu, riwayat kehamilan sekarang, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
yang lalu, riwayat kesehatan keluarga, pola kebiasaan sehari-hari.
5.1.2 Data Objektif yang muncul pada asuhan kebidanan pada ibu akseptor kb implan
meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
5.1.3 Pada asuhan kebidanan tanggal 03-02-2022 jam 08.00 wib, Dari hasil pengkajian
pada kasus kebidanan diatas dapat disimpulkan bahwa Ny “E” usia 31 tahun
P30003 akseptor kb baru implant dimana pasien ingin menggunakan KB implant
yang sebelumnya pasien menjadi akseptor KB suntik kombinasi yang disuntikkan
1 bulan dengan alasan sudah tidak memnginginkan kehamilan lagi dan ingin
menggunakan kontrasepsi dengan jangka panjang. Setelah dilakukan pemasangan
KB implant tetap dilakukan suatu rencana tindakan atau intervensi supaya tidak
terjadi komplikasi dan efek samping yang patologis, serta mengevaluasi keadaan
ibu setelah dilakukan implementasi atau pelaksanaan suatu tindakan. Setelah
dilakukan evaluasi maka dilakukan proses pendokumentasian sebagai bukti secara
nyata
5.2 Saran
5.2.1 Kepada klien dan masyarakat diharapkan lebih terbuka sehingga segala
permasalahan yang ada dapat segera teratasi dengan baik. Mengenal tanda-tanda
abnormal sehingga bila ibu mengalami akan segera datang ke pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan tindakan segera.
5.2.2 Kepada mahasiswa diharapkan untuk dapat memperbaiki dan mempertahankan
asuhan berkesinambungan pada ibu agar setiap pasien terlayani sesuai dengan teori
dan kebijakan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai